ASKEP DISPEPSIA

15
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DENGAN DISPEPSIA DI RUANG FLAMBOYAN 3 RSUD DALATIGA DISUSUN OLEH LILIK BUDI SETIAWAN. S.Kep PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG 2013/2014

Transcript of ASKEP DISPEPSIA

Page 1: ASKEP DISPEPSIA

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DENGAN DISPEPSIA

DI RUANG FLAMBOYAN 3

RSUD DALATIGA

DISUSUN OLEH

LILIK BUDI SETIAWAN. S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA

SEMARANG

2013/2014

Page 2: ASKEP DISPEPSIA

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. DEFENISI

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti

pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri

dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami

kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada

(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia

(Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Pengertian dipepsia terbagi dua :

(Mansjoer Arif, 2001).

a. Dyspepsia organic,bila telah di ketahui adanya kelainan organic sebagai

penyebabnya.

b. Dyspepsia nonorganic atau dyspepsia fungsional,atau dyspepsia

nonulkus,bila tidak jelas penyebabnya.

Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah

makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin

kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu,

berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang

berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya gangguan

fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri

ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa

(Dharmika, 2001).

2. ETIOLOGI

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid

reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi

pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan

mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami

penurunan hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory,

Page 3: ASKEP DISPEPSIA

dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat

ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)

b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

c. Iritasi lambung (gastritis)

d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

e. Kanker lambung

f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

h. Kelainan gerakan usus

i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

j. Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis

dan lainnya).

b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non

ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

3. PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,

zat-zat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress.

Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung

akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi Demikian dapat

mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya

kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata

membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan

maupun cairan.

Page 4: ASKEP DISPEPSIA

4. PATHWAYS

Faktor resiko Faktor pemicu

Perubahan pola makan, stress Aspirin(OAINS), biometosin

Lambung kosong lama Memblok prostaglandin

Makanan masuk Sekresi mukus

Peregangan di perut Permeabilitas dinding lambung

Merangsang syaraf lambung HCL

di kirim ke hipotalamus Mengikis dinding lambung

Nausea

Regurgitasi HCL HCL mengiritasi dinding esofagus (esofagitis)

Disfagia, anorexia

merusak flora

infeksi bakteri E.Coli pengeluaran B,P,H

bakteri sisa masuk ke usus Merangsang reseptor nyeri

Diare Iritasi dinding lambung Medulla spinalis

perasaan tidak nyaman Thalamus

dibagian epigastrum Korteks serebri

anorexia

respon nyeri

anorexia dalam waktu lama (hipermatabolik)

penurunan pembentukan ATP

kelelahan

Ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi

Intoleransi aktivitas

Kurang cairan

Nyeri

Page 5: ASKEP DISPEPSIA

5. GAMBARAN KLINIK

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan,

membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:

1. Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan

gejala:

a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida

c. Nyeri saat lapar

d. Nyeri episodic

2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility),

dengan gejala:

a. Mudah kenyang

b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual

d. Muntah

e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3. Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas)

(Mansjoer, et al, 2007)

Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut

atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik

berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai

dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa

penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan

bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun,

mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak

memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau

gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.

Page 6: ASKEP DISPEPSIA

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang

lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Lebih banyak

ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya antara lain

pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam

batas normal.

b. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus

dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau

muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau

memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).

c. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau

usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan

lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk

mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi

merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai diagnostic sekaligus

terapeutik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

CLO (rapid urea test)

Patologi anatomi (PA)

Kultur mikroorganisme (MO) jaringan

PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan

kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum

tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007

e. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi

kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

Page 7: ASKEP DISPEPSIA

7. KOMPLIKASI

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya

komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:

a. Perdarahan

b. Kangker lambung

c. Muntah darah

d. Ulkus peptikum

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi dan

farmakologi : (Monsjoer Arif, 2001)

a. Penatalaksanaan non farmokologi

Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

Menghindarai faktor resiko seperti alkohol,maka makanan yang pedas,obat-

obatan yang berlebihan,nikotin, rokok, dan stress.

Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologi

Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan terutama

dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti karena froses

fatofisiologi pun belum jelas.

Obat-obatan yang di berikan pada klien dyspepsia meliputi :

antasid (menetralkan asam lambung).

Golongan antikolinergi (menghambat pengeluaran asam lambung),dan

prognetik (mencegah terjadinya muntah)

9. PENCEGAHAN

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan

kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi

makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila

harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat

secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

Page 8: ASKEP DISPEPSIA

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. DATA DASAR PENGKAJIAN

Identitas

a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,

pekerjaan, pendidikan, alamat.

b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

Pengkajian

Alasan utama datang ke rumah sakit

Keluhan utama (saat pengkajian)

Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat pengobatan dan alergi

Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-

lain.

b. Data sistemik

1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu,

peraba, dan lain-lain

2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis,

kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya,

dan lain-lain.

3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas,

dan lain-lain.

4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,

kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.

5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi

tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

Page 9: ASKEP DISPEPSIA

6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir,

mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan,

perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.

7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,

kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot

kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.

8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan

lain-lain.

9) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat,

payudara, dan lain-lain.

10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika

urinaria.

c. Data penunjang

d. Terapi yang diberikan

e. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual

1) Psikologi

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini

Cara mengatasi perasaan tersebut

Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan

Jika rencana ini tidak terselesaikan

Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada

2) Sosial

Aktivitas atau peran klien di masyarakat

Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai

Cara mengatasinya

Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya

3) Budaya

Budaya yang diikuti oleh klien

Aktivitas budaya tersebut

Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut

Page 10: ASKEP DISPEPSIA

Cara mengatasi keberatan tersebut

4) Spiritual

Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari

Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan

Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan

Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut

Upaya klien mengatasi perasaan tersebut

Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang

sekarang sedang dialami

Page 11: ASKEP DISPEPSIA

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan mukosa,

submukosa, dan lapisan otot lambung

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis

dan anorexia.

c. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.

Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa

nyeri.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 –

10)

2. Berikan istirahat dengan posisi

semifowler

3. Anjurkan klien untuk menghindari

makanan yang dapat meningkatkan

kerja asam lambung.

4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur

waktu makannya.

5. Observasi TTV

6. Diskusikan dan ajarkan teknik

relaksasi

7. Kolaborasi dengan pemberian obat

analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan

obat, kemajuan penyembuhan

2. Dengan posisi semi-fowler dapat

menghilangkan tegangan abdomen yang

bertambah dengan posisi telentang

3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat

dan menurunkan aktivitas peristaltik

4. mencegah terjadinya perih pada ulu

hati/epigastrium

5. sebagai indikator untuk melanjutkan

intervensi berikutnya

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat

terkontrol

7. Menghilangkan rasa nyeri dan

mempermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain

Page 12: ASKEP DISPEPSIA

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

makan, esofagitis dan anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang

diharapkan individu

Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau dan dokumentasikan dan

haluaran tiap jam secara adekuat

2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit,

timbang berat badan, integritas mukosa

mulut, kemampuan menelan, adanya

bising usus, riwayat mual/rnuntah atau

diare.

5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak

disukai.

6. Monitor intake dan output secara

periodik.

7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah,

dan tetapkan jika ada hubungannya

dengan medikasi. Awasi frekuensi,

volume, konsistensi Buang Air Besar

(BAB).

1. Untuk mengidentifikasi indikasi/

perkembangan dari hasil yang

diharapkan

2. Membantu menentukan keseimbangan

cairan yang tepat

3. Meminimalkan anoreksia, dan

mengurangi iritasi gaster

4. Berguna dalam mendefinisikan derajat

masalah dan intervensi yang

tepat Berguna dalam pengawasan

kefektifan obat, kemajuan

penyembuhan.

5. Membantu intervensi kebutuhan yang

spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan

cairan.

7. Dapat menentukan jenis diet dan

mengidentifikasi pemecahan masalah

untuk meningkatkan intake nutrisi.

Page 13: ASKEP DISPEPSIA

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya

mual, muntah dan diare

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu

untuk memperbaiki defisit cairan.

Kriteria hasil: klien mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan

cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi tekanan darah dan nadi,

pengisian kapiler, status membran

mukosa, turgor kulit.

2. Awasi jumlah dan tipe masukan

cairan, ukur haluaran urine dengan

akurat.

3. Diskusikan strategi untuk

menghentikan muntah dan

penggunaan laksatif/diuretik.

4. Identifikasi rencana untuk

meningkatkan/mempertahankan

keseimbangan cairan optimal

misalnya : jadwal masukan cairan.

5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi

perifer dan hidrasi seluler.

2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama

sekali mengakibatkan dehidrasi atau

mengganti cairan untuk masukan kalori

yang berdampak pada keseimbangan

elektrolit.

3. Membantu klien menerima perasaan

bahwa akibat muntah dan atau

penggunaan laksatif/diuretik mencegah

kehilangan cairan lanjut.

4. Melibatkan klien dalam rencana untuk

memperbaiki keseimbangan untuk

berhasil.

5. Tindakan daruat untuk memperbaiki

ketidak seimbangan cairan elektroli

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan: menunjukkan kemampuan beraktivitas

Kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji kemampuan klien untuk melakukan

aktivitas dan catat laporan kelelahan.

1. Untuk melakukan intervensi

selanjutnya

Page 14: ASKEP DISPEPSIA

2. awasi vital sign: TD, nadi, pernapasan

sebelum dan sesudah aktivitas.

3. beri bantuan dalam melakukan aktivitas

2. Untuk mengetahui kondisi klien

3. Menjaga keamanan klien, dan

menghemat energi klien

Page 15: ASKEP DISPEPSIA

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2:

Jakarta. EGC.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan

Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

Inayah Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan, Edisi Pertama: Jakarta. Salemba Medika.

Manjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta. Medika

aeusculapeus.

Suryono Slamet, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi :

Jakarta. FKUI.

Price & Wilson. 1994. Patofisiologi, Edisi 4: Jakarta. EGC.

Warpadji Sarwono, et al. 1996. Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. FKUI.

http://www.farmamedia.net/2012/07/dispepsia.html.

http://fiedz-619.blogspot.com/2011/07/askep-dispepsia.html.