Askep Diabetes Insipidius

25
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah : ”KONSEP TEORI DAN KEPERAWATAN SEKRESI HORMON ANTIDIURETIK (diabetes insipidus)”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui konsep dasar keperawatan pada klien gangguan sekresi hormone antidiuretik dengan diabetes insipidus Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Makassar,12 juni 2013

Transcript of Askep Diabetes Insipidius

Page 1: Askep Diabetes Insipidius

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat

pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah : ”KONSEP TEORI DAN

KEPERAWATAN SEKRESI HORMON ANTIDIURETIK (diabetes insipidus)”.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui

konsep dasar keperawatan pada klien gangguan sekresi hormone antidiuretik dengan

diabetes insipidus

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. penulis menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

makalah ini.

Makassar,12 juni 2013

Penulis

Page 2: Askep Diabetes Insipidius

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

BAB II. PEMBAHASAN

A. DEFINISI

B. ETIOLOGI

C. MANIFESTASI KLINIS

D. PATOFISIOLOGI

E. PENATALAKSANAAN

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

C. INTERVENSI DAN RASIONAL

BAB IV : PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Askep Diabetes Insipidius

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan yang diakibatkan oleh

berbagai penyebab yang mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-renal reflex,

sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air.( Aru W. Sudoyo

2006)

Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon

antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran

sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).

B.  Tujuan

1.   Tujuan Umum Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari diabetes insipidus

2.   Tujuan KhususMampu melakukan pengkajian pada klien dengan diabetes insipidus

Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan diabetes insipidus

Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes insipidus

Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes insipidus

Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan diabetes

insipidus

Page 4: Askep Diabetes Insipidius

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini

diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme

neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam

mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus

yang idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis

kelamin. (Khaidir Muhaj, 2009)

Diabetes insipidus (DI) merupakan kelainan di mana terjadi peningkatan output

urin abnormal, asupan cairan dan sering haus. Ini menyebabkan gejala seperti

frekuensi kemih, nokturia (sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil) dan

enuresis (buang air kecil disengaja selama tidur atau "ngompol") Urin output.

ditingkatkan karena tidak terkonsentrasi biasanya,. Akibatnya bukannya warna kuning,

urin yang pucat, tidak berwarna atau berair tampilan dan konsentrasi diukur

(osmolalitas atau berat jenis) rendah.

            Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon

antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran

sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Diabetes insipidus terjadi akibat

penurunan pembentukan hormon antidiuretik (vasopresin), yaitu hormon yang secara

alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Hormon ini unik, karena

dibuat di hipotalamus lalu disimpan dan dilepaskan ke dalam aliran darah oleh hipofisa

posterior. Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar hormon antidiuretik normal

tetapi ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini (keadaan ini

disebut diabetes insipidus nefrogenik).

Page 5: Askep Diabetes Insipidius

B. Etiologi

Diabetes insipidus bisa merupakan penyakit keturunan.  Gen yang menyebabkan

penyakit ini bersifat resesif dan dibawa oleh kromosom X, karena itu hanya pria yang

terserang penyakit ini. Wanita yang membawa gen ini bisa mewariskan penyakit ini

kepada anak laki-lakinya.

Diabetes insipidus secara umum dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormon

antidiuretik

2. Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah

3. Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan

4. Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)

5. Tumor

6. Sarkoidosis atau tuberkulosis

7. Aneurisma atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak

8. Beberapa bentuk ensefalitis atau meningitis

Berdasarkan etiologinya, Diabetes Insipidus dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:

1. Diabetes Insipidus Central

Adanya masalah di bagian hipotalamus (nucleus supraoptik, paraventikular, dan

filiformis hipotalamus) yang mana sebagai tempat pembuatan ADH/ vasopresin,

menyebabkan terjadi penurunan dari produksi hormon ADH.Kelainan hipotalamus dan

kelenjar pituitari posterior karena familial atau idiopatik, disebut Diabetes Insipidus

Primer. Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus – pituitary, trauma,

proses infeksi, gangguan aliran darah, tumor metastase dari mamae atau paru disebut

Diabetes Insipidus Sekunder.  Pengaruh obat yang dapat mempengaruhi sintesis dan

sekresi ADH seperti phenitoin, alkohol, lithium carbonat.

2. Diabetes insipidus Nephrogenik

Ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik sehingga ginjal

terus-menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer. Pada diabetes

Page 6: Askep Diabetes Insipidius

insipidus lainnya, kelenjar hipofisa gagal menghasilkan hormon antidiuretik. Diabetes

Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

1.      Penyakit ginjal kronik : ginjal polikistik, medullary cystic disease, pielonefretis,

obstruksi ureteral, gagal ginjal lanjut.

2.      Gangguang elektrolit : Hipokalemia, hiperkalsemia.

3.      Obat-obatan :  litium, demoksiklin, asetoheksamid, tolazamid, glikurid,

propoksifen.

4.      Penyakit sickle  cell

5.      Gangguan diet

C. Manifestasi Klinis

Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah :

a.       Poliuri 5-15 liter / hari

b.      Polidipsi

c.       Berat jenis urine sangat rendah 1001-1005

d.      Peningkatan osmolaritas serum > 300 m. Osm/kg

e.       Penurunan osmolaritas urine < 50-200m. Osm/kg

Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia.

Jumlah produksi urin maupun cairan yang diminum per 24 jam sangat banyak. Selain

poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain, kecuali bahaya baru

yang timbul akibat dehidrasi yang dan peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut yang

timbul akibat gangguan rangsang haus. Diabetes insipidus dapat timbul secara

perlahan maupun secara tiba-tiba pada segala usia. Seringkali satu-satunya gejala

adalah rasa haus dan pengeluaran air kemih yang berlebihan. Sebagai kompensasi

hilangnya cairan melalui air kemih, penderita bisa minum sejumlah besar cairan (3,8-38

L/hari). Jika kompensasi ini tidak terpenuhi, maka dengan segera akan terjadi dehidrasi

yang menyebabkan tekanan darah rendah dan syok.

Page 7: Askep Diabetes Insipidius

D. Patofisiologi

Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleus

supraoptik, paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama dengan pengikatnya

yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan sel neuron (tempat

pembuatannya), melalui akson menuju ke ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis

posterior, yang merupakan tempat penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin dan

neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresi

vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume dan osmotic.

Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akan

merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas

epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang melibatkan

pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih

meningkat dan osmolalitas serum menurun. Osmolalitas serum biasanya dipertahankan

konstan dengan batas yang sempit antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.

Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada

duktus pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan

poliuria atau banyak kencing.

Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan

sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang

rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi

vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih

dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih

meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum

banyak (polidipsia).

Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus

sentral, dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus

nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal

terhadap vasopresin.

Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone

antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. Hal ini bisa

disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis

Page 8: Askep Diabetes Insipidius

hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena gangguan

pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan

aksin hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke

dalam sirkulasi jika dibutuhkan.

DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang

kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi

normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya

antibody terhadap ADH.

E. Penatalaksanaan

1.      Terapi cairan parenteral

         Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum cairan dalam jumlah

yang cukup ketika mereka merasa haus karena penyakit diabetes insipidus merupakan

suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan

rasa haus yang berlebihan dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat

encer sehingga penderita bayi dan anak-anak harus sering diberi minum.

2.      Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk

merangsang sintesis ADH di hipotalamus.

3.      Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopressin

atau desmopresin asetat (dimodifikasi dari hormon antidiuretik). Pemberian beberapa

kali sehari berguna untuk mempertahankan pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu

banyak mengkonsumsi obat ini dapat menyebabkan penimbunan cairan,

pembengkakan dan gangguan lainnya.

4.      Obat-obat tertentu dapat membantu, seperti diuretik tiazid (misalnya

hidrochlorothiazid/HCT) dan obat-obat anti peradangan non-steroid (misalnya

indometacin atau tolmetin).

5.      Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti (hormonal

replacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan pilihan

utama. Selain itu, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan

air, seperti: Diuretik Tiazid, Klorpropamid, Klofibrat, dan Karbamazepin.

Page 9: Askep Diabetes Insipidius

F. Pemeriksaan Diagnostik

Ada sebuah cara untuk mendiagnosa penyebab suatu poliuria adalah akibat

Diabetes Insipidus, bukan karena penyakit lain. Caranya adalah dengan menjawab tiga

pertanyaan yang dapat kita ketahui dengan anamnesa dan pemeriksaan.

Pertama, apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan

tersebut (dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang berlebihan.

Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka wajar

apabila poliuria itu terjadi.

Kedua, apakah penyebab poliuria ini adalah factor renal atau bukan. Poliuria bisa terjadi

pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika penyembuhan. Namun,

apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal akut, maka akan ada riwayat

oligouria (sedikit kencing).

Ketiga, Apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air

tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat Diabetes

Insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan

adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar glukosa yang

tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai bahwa poliuria tersebut akibat DM yang

merupakan salah satu Differential Diagnosis dari Diabetes Insipidus.

Jika dicurigai penyebab poliuria adalah Diabetes Insipidus, maka harus dilakukan

pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan apakah jenis

Diabetes Insipidus yang dialami  karena penatalaksanaan dari dua jenis diabetes

insipidus ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:

1. Hickey Hare atau Carter-Robbins

Hickey-Hare tes adalah uji endokrin untuk menyelidiki osmoregulasi.

Cairan NaCl hipertonis diberikan IV dan akan menunjukkan bagaimana respon

osmoreseptor dan daya pembuatan ADH.

a.       Infus dengan dexrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit (biasanya 8-10

ml/menit).

Page 10: Askep Diabetes Insipidius

b.      Infuse di ganti dengan NaCl 2,5% dengan jumlah 0,25 ml/menit/kg BB di

pertahankan selama 45 menit

c.       Urin ditampung selama 15 menit.

Penilaian          : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok

Perhatian          : pemeriksaaan ini cukup berbahaya

2. Fluid deprivation

Pemeriksaan yang paling sederhana dan paling dapat dipercaya untuk diabetes

insipidus adalah water deprivation test. Selama menjalani pemeriksaan ini penderita

tidak boleh minum dan bisa terjadi dehidrasi berat. Oleh karena itu pemeriksaan ini

harus dilakukan di rumah sakit atau tempat praktek dokter. Pembentukan air kemih,

kadar elektrolit darah (natrium) dan berat badan diukur secara rutin selama beberapa

jam. Segera setelah tekanan darah turun atau denyut jantung meningkat atau terjadi

penurunan berat badan lebih dari 5%, maka tes ini dihentikan dan diberikan suntikan

hormon antidiuretik.

3. Uji nikotin

Produksi vasopressin oleh sel hipotalamus langsung dirangsang oleh nikotin.

Obat yang di pakai adalah nikotin salisilat secara IV. Akibat sampingnya adalah mual,

muntah.

Penilaian          : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok

Perhatian          : pemeriksaan ini cukup berbahaya

4. Pemeriksaan laboratorium

Menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam darah dan air kemih yang sangat

encer. Fungsi ginjal lainnya tampak normal.

Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat jenis,

atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan

memberikan vasopresin sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi

penurunan jumlah urin, dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan diabetes insipidus adalah :

Pertama, apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan

tersebut (dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang berlebihan.

Page 11: Askep Diabetes Insipidius

Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka wajar

apabila poliuria itu terjadi.

Kedua, apakah penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau bukan. Poliuria bisa

terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika penyembuhan.

Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal akut, maka akan ada

riwayat oligouria (sedikit kencing).

Ketiga, apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat Diabetes Insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai bahwa poliuria tersebut akibat DM yang merupakan salah satu Differential Diagnosis dari Diabetes Insipidus.Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon antidiuretik: - pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti

- tekanan darah naik

- denyut jantung kembali normal.

                                   

                                                      

Page 12: Askep Diabetes Insipidius

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1 Pengkajian

A. Data Demografi

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan

penanggung biaya.

                        

B. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1. Keluhan utama

       Biasanya pasien merasa haus, pengeluaran air kemih yang berlebihan, sering keram

dan lemas jika minum tidak banyak.

2. Riwayat penyakit saat ini

Pasien mengalami poliuria, polidipsia, nocturia, kelelahan, konstipasi

3. Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah mengalami Cidera otak, tumor, tuberculosis, aneurisma/penghambatan

arteri menuju otak, hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu

sedikit hormone antidiuretik, kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik

kedalam aliran darah, kerusakan hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat pembedahan dan

beberapa bentuk ensefalitis, meningitis.

4.        Riwayat penyakit keluarga

       Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya

dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan diabetes insipidus.

5.       Pengkajian psiko-sosio-spiritual

       Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil

keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur

pembedahan, adanya perubahan peran.

Page 13: Askep Diabetes Insipidius

C.    Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )

Pemeriksaan fisik pada klien dengan diabetes insipidus meliputi pemeriksaan fisik

umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1

(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).

1.           Pernafasan B1 (breath)

RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat

asma dan suara nafas normal.

2.         Kardiovaskular B2 (blood)

TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler. Perfusi

perifer baik, turgor kulit buruk, intake= <2500 cc/hr, output= 3000 cc/hr, IWL = 500

cc/hr, klien tampak gelisah.

3.         Persyarafan B3 (brain)

Kadang pasien merasa pusing, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil normal,

orientasi tempat-waktu-orang baik, reflek bicara baik, pendengaran baik, penglihatan

baik, penghidu baik.

4.      Perkemihan B4 (bladder)

Poliuria sangat encer ( 4- 30 liter ) dengan berat jenis 1.010

osmolalitas urin 50-150 mosmol/L

5.      Pencernaan B5 (bowel)

Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak ada

sakit maag.

6.      Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, turgor kulit buruk, tidak ada nyeri otot dan

persendian.

Data Laboratorium                                  

- osmolalitas urin 50-150 mosmol/L (n= 300-450 mosmol/L)

- osmolalitas plasma >295 mosmol/L (n= <290 mosmol/L)

- Urea N: <3 mg/dl.(normal= 3 - 7,5 mmol/L)

- Kreatinin serum: 75 IU/L. (n= <70 IU/L)

- Bilirubin direk: 0,08 mg/dl. (n= 0,1 - 0,3 mg/dl)

- Bilirubin total: 0,01 mg/dl. (n= 0,3 – 1 mg/dl)

- SGOT: 38 U/L. (n= 0 - 25 IU/L)

Page 14: Askep Diabetes Insipidius

- SGPT: 18 U/L. (n= 0 - 25 IU/L)

2  Analisis Data

No. Data EtiologiMasalah

Keperawatan

1.

Data Subjektif  : px mengatakan haus, badan terasa lesu.

   :  intake= <2500 cc/hr, output= 3000 cc/hr, IWL = 500 cc/hr,  turgor kulit buruk.

Diabetes Insipidus

Hiperosmolaritas serum

Merangsang haus

Pergantian air tidak adekuatVolume cairan

tubuh berkurang

kurangnya volume cairan dalam tubuh

2.

Data Subjektif  :  pasien mengatakan sering kencing terlebih pada malam hari.Data Objektif :  Poliuria sangat

encer( 3000cc/hr +IWL 500cc/hr),

dengan berat jenis 1.010,

osmolalitas urin 50-150 mosmol/L.

Diabetes Insipidus

Penurunan osmolaritas urin

Hilangnya banyak cairan

(urin)poliuria

Perubahan eliminasi urin

3.

Data Subjektif  : pasien mengatakan tidak tahu tentang pengobatan dan perawatan penyakitnyaData Objektif   : klien tidak mengikuti instruksi secara akurat

Riwayat Diabetes Insipidus

keluargaMinimnya informasi

tentang pengobatan dan

perawatan DI

Kurang pengetahuan

Page 15: Askep Diabetes Insipidius

3  Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan ekskresi yang meningkat dan intake cairan yang tidak adekuat.

2.    Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan tubulus ginjal mengkonsentrasikan urine karena tidak terdapat ADH.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses penyakit, pengobatan dan perawatan diri.

4. intervensi Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan ekskresi yang meningkat dan intake cairan yang tidak adekuat.

Tujuan: Menyeimbangkan masukan dan pengeluaran cairan

Kriteria Hasil :

a.       I = O

b.      Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi ( turgor baik, mata tidak cowong)

c.       TTV dalam batas normal (n =120/80mmHg).

Intervensi Rasional

1.Mandiri

a.       Pantau BB (input dan output)

b.      Pantau tanda-tanda dehidrasi

c.       Pantau TTV

2.      Kolaborasi

a. Berikan terapi cairan dengan

mengganti vasopressin atau dengan

1.Mandiri

a.       Untuk mengetahui tingkat dehidrasi

b.      Untuk mengetahui tingkat dehidrasi

c.       Memantau keadaan pasien

2. Kolaburasi

a. Menghindari dehidrasi

3.Menghindari dehidrasi

Page 16: Askep Diabetes Insipidius

penyuntikan intramuskuler ADH.

3.      HE

Anjurkan pasien untuk minum banyak

(2000-2500 cc/hari)

2.    Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan produksi ADH

Tujuan : Eliminasi urine kembali normal

Kriteria Hasil : eliminasi urine kembali normal (0,5-1 cc/kg BB/jam)

Intervensi Rasional

1.   Mandiri

a.         Pantau eliminasi urine yang meliputi

frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan

warna dengan tepat.

2.      Kolaborasi

a.       Berikan terapi vasopressin atau

dengan penyuntikan intramuskuler ADH.

b.      Tes deprivasi cairan dilakukan dengan

cara menghentikan pemberian cairan

selama 8-12 jam atau sampai terjadi

penurunan BB.

1.      Mandiri

a.       Untuk mengetahui perubahan

kondisi pasien

b.      Untuk mengembalikan pola normal

eliminasi urine.

2.      Kolaburasi

a.         Untuk mengetahui respon ginjal

terhadap pemberian hormon ADH

b.        Untuk menghindari gagal ginjal

3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses

penyakit, pengobatan dan perawatan diri.

Page 17: Askep Diabetes Insipidius

Tujuan: Memberi pemahaman kepada pasien terhadap penyakit pasien

Kriteria Hasil:

a.       Klien dapat mengungkapkan mengerti tentang proses penyakit dan mengikuti

instrukasi yang diberikan secara akurat. Pengarahan obat-obatan, gejala untuk

dilaporkan dan perlunya mendapatkan gelang waspada medis.

Intervensi Rasional

1.      Mandiri:

a.       Jelaskan konsep dasar proses

penyakit.

b.      Jelaskan pentingnya tindak lanjut

rawat jalan yang teratur.

c.       Jelaskan perlunya untuk

menghindari obat yang dijual bebas.

1.Mandiri

a. Memberi pemahaman kepada

pasien

b. Agar pasien tahu pentingnya

pemantauan penyakit

c. Untuk menghindari semakin

parahnya penyakit

Page 18: Askep Diabetes Insipidius

DAFTAR PUSTAKA

1. Suparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi II: Jakarta. Penerbit Balai FKUI 2. Susan Martin Tucker (et-al). 1998. Standar Perawatan Pasien, volume 2: Jakarta. Penerbit Buku Kedoteran EGC3. Hudak and Gallo. 1996 .Perawatan Kritis, Edisi 2: Jakarta . Penerbit Buku Kedokteran EGC4. Dr. Hasjim Effendi. 1981. Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi dan Patofisiologinya: Bandung. Penerbit Alumni anggota IKAPI Bandung 5. Barbara. C. Long, 1996. Perawatan Medikal Bedah 3: Bandung. Penerbit Yayasan IAPK Padjajaran Bandung 6. Guyton. C. Arthur. 1992. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit : Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC7. A. Price Sylva and M. Wilsol Lorraine. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC8. Bruner dan Sudart. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC. 2000