Askep Diabetes Melitus Nilam

76
ASKEP DIABETES MELITUS (DM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus. Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan

Transcript of Askep Diabetes Melitus Nilam

ASKEP DIABETES MELITUS (DM)

BAB  IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangPembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua

upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan

keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial

maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan

dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya

Diabetes Melitus.

Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit

yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah

klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan

lebih lanjut. Menurut catatan di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar Jumlah yang dirawat dari September sampai Desember 2001

sebanyak 15 orang dan dari Januari sampai Agustus 2002 sebanyak 36 Orang.

Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan

timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh

darah, saraf dan lain-lain.

Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan yang

sempurna sangat dibutuhkan.

Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi

yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan bagi

klien dan keluarga.

B.     Batasan Masalah

Pada penulisan karya tulis ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada

asuhan keperawatan yang diberikan pada satu klien yang dirawat di ruang perawatan Interna

Atas Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan gangguan sistem endokrin :

Diabetes Mellitus Type II, mulai tanggal 3 s.d 4 September 2002.

Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kasus Diabetes Mellitus sangatlah

penting, karena itulah sehingga penulis membatasi masalah hanya pada asuhan keperawatan

Diabetes Mellitus yang dirawat di ruang perawatan Interna atas Perjan RS DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar selama dua hari.

C.    Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus.

2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada pasien Diabetes Mellitus.

b.      Untuk memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan dan rencana keperawatan pada

pasien Diabetes Mellitus.

c.       Dapat melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes Mellitus.

d.      Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pelaksanaan keperawatan pada klien dengan 

Diabetes Mellitus.

e.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus secara benar dan baik.

D.    Manfaat Penulisan

1.      Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Kesehatan Program Studi Keperawatan Tidung  Makassar.

2.      Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya di ruang perawatan Interna Atas

Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

3.      Bahan bacaan.

E.     Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah :1.      Studi Kepustakaan

Membaca dan mempelajari literatur-lliteratur yang ada relevansinya dengan karya tulis ini antara lain buku dan catatan kuliah.

2.      Studi Kasus

a.       Wawancara

Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada klien, dilakukan

dengan cara auto anamnese dan allo anamnese.

b.      Observasi

Melakukan observasi langsung kepada pasien Diabetes Mellitus dan juga mengamati

perubahan yang terjadi pada klien.

3.      Studi Dokumenter

Data-data yand didapat dari status klien di ruangan catatan perawatan, instruksi dokter dan tim kesehatan lainnya.

F.     Sistematika PenulisanUntuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membagi dalam lima bab, yaitu :

BAB        I         :   Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB        II       :   Tinjauan teoritis meliputi :

Konsep dasar medis yang terdiri dari : Pengertian, anatomi dan fisiologi, patofisiologi,

klasifikasi, etiologi, gambaran klinik, penatalaksanaan, komplikasi.

Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian data, perencanaan, tindakan

keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi.

BAB        III      :   Tinjauan kasus

Membahas asuhan keperawatan pada pasien di Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

BAB        IV      :   Pembahasan

Menguraikan tentang kesenjangan antara teori dan praktek keperawatan yang telah

dilaksanakan pada kasus yang telah ditentukan.

BAB        V       :   Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan : Merupakan rumusan dari seluruh karya tulis ini.

Saran : Merupakan tanggapan dan hal-hal yang dirumuskan berdasarkan kesimpulan.

BAB  II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medik1.      Pengertian Diabetes Mellitus

a.       Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan

metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi

makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).

b.      Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem

dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja

insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).

c.       Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor

lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia

kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

d.      Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan

prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).

2.      Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan

kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical,

dimana kepalanya dalam lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe,

mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.

Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :a.       Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam

lekukan duodenum.

b.      Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan

vertebra lumbalis pertama.

c.       Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :a.       Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b.      Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan

glukogen langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta

yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi

insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :a.       Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas

berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :

1.)    Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan

polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.

2.)    Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.

3.)    Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.

b.      Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans

yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan

tidak mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam

kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon

penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon

1).    Insulin

Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari

dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin

diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang

sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a.)    Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah

makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan

kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glukagon.

b.)    Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.

c.)    Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah

merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih

menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi

terhadap hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a.)    Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.)    Mengurangi konsentrasi gula darah

c.)    Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2).    Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans

mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah :

meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil

mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a.)    Pemecahan glikogen (glikogenesis)

b.)    Peningkatan glukogenesis

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek

yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu

penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70

mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat

memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

3.      Patofisiologi

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek

utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel

tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200

mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,

menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler

yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus

yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila

jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas

225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah

filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar

glukosa meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah

dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam

aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1

Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.

4.      Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :a.       Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu

dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian

insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada

anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.

b.      Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDOM), yang dahulu

dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :

1.)    Non obesitas

2.)    Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya

resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.

c.       Diabetes Mellitus type lain

1.)    Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena

obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.

2.)    Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.)    Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak

dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon

pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk

mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

5.      Etiologi

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari

studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah

merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu

penyebab yang mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

a.       Faktor genetik

Riwayat keluarga dengan diabetes :

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus

dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes

Mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang

memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.

b.      Faktor non genetik

1.)    Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic

terhadap Diabetes Mellitus.

2.)    Nutrisi

a.)    Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.)    Malnutrisi protein

c.)    Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.)    Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan

hyperglikemia sementara.

4.)    Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena

jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah

tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

6.      Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :Pada tahap awal sering ditemukan :

a.       Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap

ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik

cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b.      Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,

sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c.       Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

d.      Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan

glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari

bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

e.       Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan

karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga

menyebabkan pembentukan katarak.

7.      Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

8.      Komplikasi

a.       Akut

1.)    Hypoglikemia

2.)    Ketoasidosis

3.)    Diabetik

b.      Kronik

1.)    Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah

tepi, pembuluh darah otak.

2.)    Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.

3.)    Neuropati diabetic.

B.     Konsep Dasar Asuhan KeperawatanPemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara

sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan

klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi

mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.

1.      Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a.       Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,

tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b.      Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah,

luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.

c.       Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d.      Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e.       Neurosensori

Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,

koma dan bingung.

f.       Nyeri

Pembengkakan perut,  meringis.

g.      Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h.      Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i.        Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada

pria.

2.      Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :

a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin, penurunan masukan oral.

c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat

diobati, ketergantungan pada orang lain.

g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

3.      Rencana Keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat

diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar

elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1.)    Pantau tanda-tanda vital.

Rasional      :   Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2.)    Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional      :   Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

3.)    Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional      :   Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari

terapi yang diberikan.

4.)    Timbang berat badan setiap hari.

Rasional      :   Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

5.)    Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional      :   Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien

secara individual.

b.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan :

-          Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

-          Menunjukkan tingkat energi biasanya

-          Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.)    Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan oleh pasien.

Rasional      :   Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

2.)    Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional      :   Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).

3.)    Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.

Rasional      :   Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama

ini dapat diupayakan setelah pulang.

4.)    Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional      :   Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami

nutrisi pasien.

5.)    Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional      :   Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

-          Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

-          Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi :

1).    Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional      :   Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan

ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2).    Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua

orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

Rasional      :   Mencegah timbulnya infeksi silang.

3).    Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional      :   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan

kuman.

4).    Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional      :   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko

terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5).    Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional      :   Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

d.      Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

-          Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

-          Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.)    Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional      :   Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2.)    Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional      :   Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.

3.)    Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan

sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional      :   Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan

orientasi pada lingkungannya.

4.)    Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.

Rasional      :   Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi

sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan

keseimbangan.

e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

-          Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

-          Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1.)    Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional      :   Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun

pasien mungkin sangat lemah.

2.)    Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional      :   Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.)    Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

Rasional      :   Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

4.)    Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.

Rasional      :   Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi.

f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat

diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

-          Mengakui perasaan putus asa

-          Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

-          Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil

tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :

1.)    Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah

sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional      :   Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.

2.)    Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional      :   Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat

mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu

kemampuan koping.

3.)    Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan

berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.

Rasional      :   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.)    Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.

Rasional      :   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

Tujuan :

-          Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

-          Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala

dengan faktor penyebab.

-          Dengan benar melakukan prosedur yang perlu  dan menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi :

1.)    Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional      :   Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil

bagian dalam proses belajar.

2.)    Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional      :   Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih

gaya hidup.

3.)    Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional      :   Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan

makan/mentaati program.

4.)    Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan

pasien/orang terdekat.

Rasional      :   Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

4.      Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang tercantum dalam rencana keperawatan.

5.      Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :a.       Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b.      Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c.       Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d.      Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e.       Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?

f.       Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?

g.      Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?

BAB  III

TINJAUAN KASUS

Tgl Masuk RS     : 3 – 8 – 2002

Tgl Pengkajian    : 3 – 9 – 2002

No. Register        : 05 37 92

Diagnosa Medis  ; DM Type II

A.    Pengkajian1.      Biodata

a.       Identitas Klien

Nama                     : Tn. R

Umur                     : 46 tahun

Jenis kelamin         : Laki-laki

Agama                   : Islam

Suku/Bangsa         : Bugis/Indonesia

Kawin/Belum        : kawin

Pendidikan                        : SLTA

Pekerjaan               : PNS (Pemda)

Penghasilan           : Rp. 1. 300. 000,-

Alamat                  : Daya

b.      Identitas Penanggung

Nama                     : Ny. NR

Umur                     : 41 tahun

Jenis kelamin         : Perempuan

Agama                   : Islam

Suku/Bangsa         : Bugis/Indonesia

Kawin/Belum        : kawin

Pendidikan                        : SMP

Pekerjaan               : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan           : -

Hubungan                         : Istri

2.      Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat kesehatan sekarang

1.)    Keluhan utama : Kelemahan fisik.

2.)    Riwayat keluhan utama : kelemahan dirasakan sejak 17 hari yang lalu, disertai sakit seluruh

badan, tungkai bawah kiri dan kanan, terasa kram-kram sifatnya tertusuk-tusuk.

3.)    Faktor pencetus : Belum diketahui

4.)    Faktor yang meringankan : Bila klien istirahat dan dipijit

5.)    Faktor yang memberatkan bila klien beraktifitas.

b.      Riwayat kesehatan masa lalu

1.)    Klien pernah opname di RS dengan keluhan-keluhan yang sama 2 bulan yang lalu.

2.)    Klien menderita penyakit kronis (Diabetes Mellitus 3 tahun yang lalu)

3.)    Klien tidak merokok

4.)    Klien tidak pernah operasi

5.)    Tidak ada riwayat alergi.

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Genogram

3 generasi

Keterangan :

                  : Laki-laki

                  : Perempuan

                  : Klien

                  : Orang tua klien menderita DM

                  : Meninggal

                  : Tinggal serumah

3.      Pemeriksaan Fisik

a.       Status kesehatan klien nampak sakit sedang

b.      BB : 49 Kg, TB : 163 cm

c.       Kesadaran : Komposmentis

d.      Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

N   : 80 x/menit

SB : 36, 6 0 C

P    : 20 x/menit

e.       Kepala

Inspeksi :

-          Warna rambut             : Hitam

-          Distribusi rambut        : Merata

-          Kulit kepala                 : Nampak bersih

-          Nampak tidak ada ketombe pada rambut

Palpasi :

-          Tidak ada rasa nyeri tekan pada kepala

-          Tidak ada massa atau benjolan

-          Rambut mudah rontok

f.       Muka

Inspeksi :

-          Muka nampak simetris kiri dan kanan

-          Nampak benjolan pada dahi

-          Warna kulit sama sekitarnya

Palpasi :

-          Ada massa atau benjolan pada dahi.

-          Tidak ada nyeri tekan

g.      Mata

Inspeksi :

1.)    Palpebra          : Tidak nampak ada oedem

2.)    Sclera              : Tidak icterus

3.)    Conjungtiva    : Nampak agak pucat

4.)    Pupil                : Isokor

5.)    Bola mata        : Dapat bergerak ke segala arah

Palpasi :

-          Tidak ada nyeri tekan pada bola mata

-          Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler

h.      Hidung

Inspeksi :

-          Lubang hidung simetris kiri dan kanan

-          Tidak nampak adanya deviasi pada septum

-          Tidak ada peradangan atau lesi

-          Mukosa hidung tampak lembab

Palpasi :

-          Tidak ada rasa nyeri tekan pada sinus maxillaris, etmoidalis, frontalis.

-          Tidak teraba adanya massa atau benjolan.

i.        Telinga

Inspeksi :

-          Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga

-          Tidak tampak adanya serumen

-          Tidak ada peradangan atau lesi

-          Nampak simetris kiri dan kanan

-          Klien tidak memakai alat bantu pendengaran

Palpasi :

-          Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan pinna

-          Tidak ada nyeri tekan pada mastoid

j.        Rongga mulut

Inspeksi :

1.)    Gigi     : -     Jumlah gigi lengkap (34 buah)

-         Tidak memakai gigi palsu

2.)    Gusi     : -     Berwarna merah

-         Tidak ada peradangan

3.)    Lidah   : nampak agak kotor

4.)    Bibir    : Nampak agak kotor

k.      Leher

Inspeksi :

-          Tidak nampak adanya pembesaran pada kelenjar limfe

-          Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

-          Tidak tampak adanya bendungan pada vena jugularis

-          Tidak ada peradangan atau lesi.

Palpasi :

-          Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar lymfe.

-          Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid

-          Tidak teraba adanya bendungan pada vena jugularis

-          Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.

l.        Thoraks dan paru

Inspeksi :

-          Bentuk dada normal chest/simetris kiri dan kanan

-          Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan

-          Irama pernafasan teratur

-          Frekuensi pernafasan 20 x/menit

Palpasi :

-          Tidak teraba adanya massa atau benjolan

-          Tidak ada nyeri tekan pada dada

-          Ekspansi pernafasan seimbang kiri dan kanan

Auskultasi

-          Bunyi pernafasan vesikuler pada semua lapang paru

-          Tidak ada bunyi tambahan

Perkusi

-          Bunyi semua resonan pada semua lapang paru

-          Batas paru ICS 3, 4, 5 sisi dada kiri dengan bunyi resonan ke pekak

-          Batas paru-paru hati ICS 6 dada sebelah kanan dari resonan ke pekak

-          Batas paru-paru dengan lambung ICS 8 sisi sebelah kiri bunyi resonan

m.    Jantung

Inspeksi :

-          Ictus cordis tidak nampak pada ICS 5 sisi kiri

Palpasi :

-          Ictus cordis teraba pada ICS 5 sisi sebelah kiri.

Perkusi

-          Batas jantung dengan paru-paru pada ICS 3, 4, 5 dengan bunyi resonan ke pekak.

Auskultasi

-          Bunyi jantung I           : Terdengar murni dan teratur

-          Bunyi jantung II         : Terdengar murni dan teratur

-          Tidak ada bunyi tambahan

n.      Abdomen

Inspeksi :

-          Tidak nampak adanya massa atau benjolan

-          Tidak ada bekas luka di perut

-          Nampak simetris kiri dan kanan

Auskultasi :

-          Peristaltik usus 6 x/menit

-          Bunyi bising usus tidak terdengar

Perkusi :

-          Bunyi tympani : Pada kwadran kiri atas, bawah, sisi kanan atas bunyi pekak.

Palpasi :

-          Tidak teraba adanya massa/benjolan

-          Hati dan lympa tidak teraba

-          Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

o.      Ekstremitas

1.)    Ekstrimitas atas

Inspeksi :

-          Nampak simetris kiri dan kanan

-          Tidak ada atrofi atau oedema

-          Nampak fleksi pada sendi kiri dan kanan

-          Kuku nampak bersih.

Palpasi

-          Tidak teraba adanya benjolan

-          Tidak ada nyeri tekan

-          Tidak ada bunyi krepitasi

Perkusi

-         Refleks Biceps positif

-         Refleks Trisep positif

2.)    Ekstrimitas bawah

Inspeksi :

-          Nampak simetris kiri dan kanan

-          Tidak ada oedema atau pembengkakan

-          Nampak luka pada kaki kanan (ibu jari)/kaki warna luka hitam

Palpasi

-          Tidak teraba adanya massa atau benjolan

-          Tidak ada nyeri tekan

-          Tidak ada bunyi krepitasi

Perkusi

-          KPR          : Positif kiri/kanan

-          APR          : Positif kiri/kanan

-          Babinsky   : Negatif kiri/kanan

4.      Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium Tgl 15 Agustus 2002

GDS                117                              Normal : 140 mg/dl

SGOT              23                                Normal : Lk < 38

SGPT              10                                Normal : Lk < 41

Tgl. 20 Agustus 2002

GDS                385                              Normal : 140 mg/dl

Tanggal 02 September 2002

GDS                397                              Normal : 140 mg/dl

5.      Pola Kegiatan Sehari-hari

a.       Nutrisi

1.)    Kebiasaan

-         Pola makan                        : Nasi, lauk, sayur-sayuran

-         Frekuensi makan               : 3 x sehari

-         Nafsu makan                     : Baik

-         Makanan kesukaan            : Manis-manisan

-         Makanan pantang              : Tidak ada

-         Minuman dalam sehari      : 8 gelas/hari

2.)    Setelah sakit

-         Pola makan                        : Nasi, lauk, sayur-sayuran

-         Nafsu makan                     : Baik

-         Makanan kesukaan            : Sop saudara

-         Makanan pantang              : Tidak ada

-         Minuman dalam sehari      : 6 – 7 gelas/hari

3.)    Selama di rumah sakit

-         Pola makan                        : Nasi (Diet TKTP)

-         Frekuensi makan               : 3 x sehari

-         Makanan pantang              : Manis-manisan

-         Minuman dalam sehari      : 6 - 7 gelas/hari

b.      Eliminasi

1.)    Buang air kecil

Kebiasaan

-         Frekwensi                          : 5 – 6 x/hari

-         Warna                                : Kuning

-         Bau                                    : Pesing

Perubahan selama di Rumah sakit

-         Frekwensi  sering tapi sedikit – sedikit.

2.)    Buang air besar

Kebiasaan

-         Frekwensi                          : 1 x/sehari

-         Warna                                : Kuning

-         Konsistensi                        : Lunak

Perubahan selama di RS

-         Frekwensi              : 1 x dalam 3 hari.

c.       Olah raga dan aktivitas

-          Klien tidak suka olah raga

-          Klien tidak mampu melakukan aktifitas

d.      Istirahat dan tidur

Kebiasaan :

-          Tidur malam jam 21.00 bangun jam 05.00

-          Tidur siang jam 14.30 bangun jam 15.30

-          Klien tidak mudah terbangun.

Perubahan selama di rumah sakit :

-          Tidur malam kadang-kadang jam 20.00 bangun jam 04.30

-          Siang kadang pagi kadang sore

-          Klien mudah terbangun

e.       Personal hygiene

Kebiasaan :

-          Mandi 2 x sehari.

-          Menyikat gigi 2 x sehari

-          Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo

Selama di rumah sakit

-          Aktifitas sebagian dilaksanakan oleh klien sendiri.

6.      Pola Interaksi Sosial

-          Orang yang terpenting dalam hidup klien istri dan anak.

-          Klien mudah mendapat teman

-          Hubungan dengan perawat/tenaga kesehatan baik.

7.      Keadaan Psikologis Selama Sakit

-          Klien merasa beban dirumah sakit

-          Klien mempercayakan perawatan kesehatan kepada istri dan perawat.

8.      Kegiatan Keagamaan

Klien tidak melakukan shalat 5 waktu.Klien sudah mampu berjalan-jalan.

9.      Perawatan dan Pengobatan

Perawatan

-          Ganti verband setiap hari.

-          Luka dikompres dengan cairan NaCl 0,9 %

Pengobatan

-          Clindamicyn          3 x 500 mg/hari

-          Metronidazole       3 x 500 mg/hari

-          Pletal                     2 x 1 tablet/hari

-          Neurosambe          1 x 1 tablet/hari

B.     KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif

-          Klien mengatakan badan terasa lemah.

-          Klien mengatakan sebagian besar aktivitasnya bisa dilakukan sendiri

-          Klien mengatakan nafsu makan menurun

-          Klien mengatakan berat badannya menurun

-          Klien menyatakan riwayat DM sudah 3 tahun dan orang tuanya juga menderita DM.

Data Obyektif

-          Klien nampak lemah

-          Conjungtiva nampak pucat

-          Terapi insulin 25 – 10 – 10

-          Tampak luka pada kaki sebelah kiri (ibu jari)

-          Tampak luka pada kaki sebelah kanan

-          Aktivitas klien sudah dapat dilakukan sebagian

-          Porsi makan tidak dihabiskan

-          GDS 397 mg/dl

-          Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg           SB : 36,6 0 C

N : 80 x/menit                   P : 20 x.menit

C.    ANALISA DATA

N

ODATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data Subyektif :

-      Klien merasa lemah

-      Klien mengatakan sebagi-an

aktifitasnya dilakukan sendiri.

Data Obyektif :

-      Klien nampak lemah

-      Aktifitasnya sebagian dila-

kukan sendiri.

Penurunan insulin tubuh

Glukosa darah tidak dapat

ditransfer kejaringan

Glukagon otot menurun

Metabolisme karbohidrat

menurun

Penurunan

aktivitas

N

ODATA ETIOLOGI MASALAH

2.

Data subyektif :

-      Klien mengeluh lemah

-      Klien mengeluh berat badan

menurun.

-      Klien mengatakan nafsu

makan menurun.

Data obyektif :

-      Porsi makan tidak dihabiskan

( ½ – ¼ porsi)

-      Konjungtiva nampak pucat

ATP tidak terbentuk

Energi berkurang

Kelemahan

Penurunan insulin dalam

tubuh

Glukosa darah tidak dapat

ditransfer ke jaringan

Starvasi (kelaparan sel)

Pemecahan lemak dan protein

di hati

Penurunan BB

Menunjukkan nutrisi tubuh

tidak adekuat

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

N

ODATA ETIOLOGI MASALAH

3.

4.

Data subyektif : -

Data obyektif :

-      Klien nampak lemah

-      Ada riwayat DM

-      Therapi insulin 25-10-10

-      GDS : 397 mg/dl

Data subyektif : -

Data obyektif :

-      Nampak luka pada kaki kiri

(ibu jari)

-      GDS 397 mg/dl

Peningkatan gula darah

Pembatasan diet dan therapi

Insulin

Gula darah tidak terkontrol

Penurunan insulin tubuh

Glukosa tidak dapat ditransfer

ke jaringan

Peningkatan glukosa darah

Osmolaritas meningkat

Nutrisi dan O2 tidak dapat

disuplai ke jaringan perifer

terutama ekstremitas kaki kiri

Luka dapat menyebabkan

nekrose pada luka yang tidak

Resiko terjadi

hypoglikemia

Resiko perlu-

asan infeksi

N

ODATA ETIOLOGI MASALAH

dirawat

D.  PRIORITAS MASALAH

1.      Penurunan aktifitas berhu-bungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :

Data Subyektif :-      Klien merasa lemah

-      Klien mengatakan sebagi-an aktifitasnya dilakukan sendiri.

Data Obyektif :-      Klien nampak lemah

-      Aktifitasnya sebagian dila-kukan sendiri.

2.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat ditandai dengan :

Data subyektif :-      Klien mengeluh lemah

-      Klien mengeluh berat badan menurun.

-      Klien mengatakan nafsu makan menurun.

Data obyektif :-      Porsi makan tidak dihabiskan ( ½ – ¼ porsi)

-      Konjungtiva nampak pucat

3.      Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pem-batasan diet dan therapi insulin

ditandai dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

-      Klien nampak lemah

-      Ada riwayat DM

-      Therapi insulin 25-10-10

-      GDS : 397 mg/dl

-      TTV :

TD     : 120/80 mmHg

N       : 80 x/menit

P        : 20 x/menit

S        : 36, 6 0 C

4.      Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan hyper-glikemia ditandai dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

-      Nampak luka pada kaki kiri (ibu jari)

-      GDS 397 mg/dl

E.  RENCANA KEPERAWATAN

Nama               : Tn.

R                                                                                                                         Tgl. Masuk

RS      : 03 – 08 - 2002

Umur               : 46

Tahun                                                                                                                   Tgl.

Pengkajian     : 03 – 09 - 2002

J. Kelamin       : Laki-

laki                                                                                                                    No.

Register          :

Alamat            : Perum.

Daya                                                                                                             Dx. Medis             :

DM Type II

TANGGAL/

NO

DIAGNOSA KEPERAWAT

AN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUANINTERVEN

SIRASIONAL

3 – 09 – 02

1.

Penurunan

aktifitas berhu-

bungan dengan

kelemahan fisik

ditandai dengan :

Data Subyektif :

-      Klien merasa

lemah

-      Klien

mengatakan

sebagi-an

aktifitasnya

Aktifitas

klien

terpenu-hi

dengan

kriteria :

        Klien tidak

lemah lagi

        Semua

aktifitasnya

dapat

dilakukan

sendiri

1.    Kaji tingkat

kemampuan

klien dalam

melakukan

aktifitas.

2.    Bantu/latih

klien berak-

tifitas secara

bertahap.

3.    Libatkan

Untuk mengetahui

sejauhmana

kemampuan klien

dan menentu-kan

intervensi

selanjutnya.

Untuk mencegah

terjadinya atropi

otot/kelemahan otot.

Klien tidak merasa

TANGGAL/

DIAGNOSA KEPERAWAT

AN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUANINTERVEN

SIRASIONAL

2.

dilakukan sendiri.

Data Obyektif :

-      Klien nampak

lemah

-      Aktifitasnya

sebagian dila-

kukan sendiri.

Perubahan status

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan intake

yang tidak

adekuat ditandai

dengan :

Data subyektif :

-      Klien mengeluh

lemah

seperti bia-

sanya

misalnya

mandi,

makan,

berjalan dll.

Kebutuhan

nutrisi ter-

penuhi

dengan

kriteria:

        Nafsu

makan baik

        Porsi

makan yang

disediakan

dihabis-kan

keluarga

dalam

tindakan

keperawatan

4.    HE tentang

personal

hygiene

1.      Kaji

kebiasaan

makan klien.

2.      Timbang

berat badan

setiap hari

atau sesuai

indikasi.

terabaikan oleh

keluarga dan semua

kebutuhan klien

dapat terpenuhi.

Agar klien dan

keluarga dapat

mengerti dan

memahami tentang

pentingnya personal

hygiene (kebersihan

badan).

Untuk mengetahui

seberapa banyak

makanan yang

dikonsumsi.

Untuk mengetahui

adanya peningkatan

atau penurunan

sehingga mengetahui

tindakan selanjutnya.

TANGGAL/

DIAGNOSA KEPERAWAT

AN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUANINTERVEN

SIRASIONAL

3.

4.

-      Klien mengeluh

berat badan

menurun.

-      Klien

mengatakan

nafsu makan

menurun.

Data obyektif :

-      Porsi makan

tidak dihabiskan (

½ – ¼ porsi)

-      Konjungtiva

nampak pucat

Resiko terjadi

hypoglikemia

berhubungan

dengan pem-

batasan diet dan

        Klien tidak

lemah

Hypoglikem

ia tidak

terjadi

dengan

kriteria:

        Klien tidak

merasa

lemah

3.      Sajikan

makanan

yang hangat

sesuai dengan

program diet.

4.      Beri makan

porsi kecil

tapi sering,

libatkan

keluarga

klien pada

perencanaan

makanan ini

sesuai

indikasi.

1.       Kontrol gula

darah

Makan yang hangat

dapat meningkatkan

selera makan klien

Agar dapat

memenuhi kebutuhan

nutrisi yang

diperlukan klien

memberi informasi

pada pasien pada

perencanaan makan

keluarga dapat

memenuhi kebutuhan

nutrisi klien.

Kadar gula darah

merupakan

parametere tentang

adanya resiko

hypoglikemia.

TANGGAL/

DIAGNOSA KEPERAWAT

AN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUANINTERVEN

SIRASIONAL

therapi insulin

ditandai dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

-      Klien nampak

lemah

-      Ada riwayat DM

-      Therapi insulin

25-10-10

-      GDS : 397 mg/dl

-      TTV :

TD : 120/80

mmHg

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36, 6 0 C

Resiko perluasan

infeksi

        Tidak ada

tanda-tanda

hypoglike-

mia seperti

pucat,

tachicardi,

kulit teraba

dingin,

mual,

muntah dan

tremor.

Perluasan

infeksi tidak

terjadi

2.       Beri diet

sesuai dengan

kebutuhan

3.       Observasi

tanda-tanda

hypoglikemia

4.       Beri makan

15 menit

setelah

pemberian

insulin.

5.       Ukur tanda-

tanda vital

1.       Observasi

Untuk

mempertahankan

kadar gula darah

dalam batas normal

setelah pemberian

insulin.

Agar dapat

mendeteksi sedini

mungkin adanya

tanda-tanda

hypoglikemia.

Dengan pemberian

makan 15 menit

setelah pemberian

insulin diharapkan

untuk mencegah

terjadinya

hypoglikemia.

Sebagai indikator

untuk menen-tukan

TANGGAL/

DIAGNOSA KEPERAWAT

AN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUANINTERVEN

SIRASIONAL

berhubungan

dengan hyper-

glikemia ditandai

dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

-      Nampak luka

pada kaki kiri

(ibu jari)

-      GDS 397 mg/dl

dengan

kriteria:

        Luka

sembuh

dengan baik

        Tidak ada

nanah (pus)

        Luka tidak

melebar

        Luka

nampak

kering.

tanda-tanda

perluasan

radang

/infeksi.

2.      

Lakukan/gant

i verband

dengan

tehnik aseptik

dan antiseptik

3.       Kompres

luka dengan

cairan NaCl

0,9 % tiap

ganti verband

4.       Ukur tanda-

tanda vital

(TD, S, N, P).

intervensi yang tepat

untuk tindakan

perawatan

selanjutnya.

Untuk

mengetahui/mengide

nti-fikasi tanda-tanda

infeksi secara dini

dengan membantu

menentu-kan

intervensi

selanjutnya.

Tekhnik aseptik dan

antiseptik merupakan

salah satu metode

pencegahan

masuknya kuman ke

dalam luka.

Cairan NaCl 0,9 %

dapat

mengisap/menyerap

TANGGAL/

DIAGNOSA KEPERAWAT

AN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUANINTERVEN

SIRASIONAL

5.      

Penatalaksan

aan pem-

berian

antibiotik

Chlin-

damycin,

metronida-

zole 3 x 500

mg/hari

nanah (pus) sehingga

luka cepat kering.

Untuk tanda-tanda

infeksi bisa

dimanifestasikan

dengan pening-katan

tanda – tanda vital.

Antibiotik dapat

menghambat atau

membunuh kuman.

F.  CATATAN PERKEMBANGAN

NO HARI/TGL

NO.DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1. Rabu,

4/09/02

1. 08.00

08.30

09.00

09.50

10.00

Mengkaji tingkat kemampuan

klien Hasil : Klien dapat mampu

melakukan aktifitas.

Menganjurkan klien jalan-jalan

pagi secara bertahap.

Hasil : Klien dapat jalan-jalan

pagi.

Menyuruh klien mandi sendiri

di kamar mandi

Hasil : Klien dapat melakukan

sendiri.

Memberikan penyuluhan pada

keluarga dan klien pentingnya

personal hygiene, personal per-

orangan.

Hasil : Keluarga/klien mengerti

dan mau melaksanakannya.

Memberikan penyuluhan

S :   Klien mengata-kan

sudah bisa berjalan,

makan sendiri tidak

dibantu.

    :    Nampak klien

melakukan ak-

tifitas makan,

mandi, jalan-jalan.

    :    Masalah dapat

teratasi

P :   -

NO HARI/TGL

NO.DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

2. 2. 08.00

08.30

12.00

09.45

tentang pentingnya diet,

perlunya menga-tasi

peningkatan gula dalam darah

Hasil : Klien dapat mengerti dan

mau melaksanakan.

Mengontrol gula darah

Hasil : GDS :

Menganjurkan pada keluarga

untuk memberikan makan

sesuai dengan diet.

Mengkaji pola dan kebiasaan

makan klien

Hasil : Porsi makan yang diberi-

kan dihabiskan.

Memberikan makan pada klien

Hasil : Porsi makan yang diberi-

kan dihabiskan.

Melibatkan keluarga dalam pe-

rencanaan makanan sesuai indi-

kasi.

S :   Klien mengata-kan

nafsu ma-kan baik.

-   Klien tidak me-rasa

lemah lagi

    :    Porsi makan

yang diberikan

dihabiskan.

-   Konjungtiva ti-dak

pucat.

    :    Masalah sudah

teratasi

NO HARI/TGL

NO.DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

3. 3. 08.45

09.15

12.00

10.30

Hasil : Keluarga dapat mengerti

dan mau melaksanakan.

Menganjurkan pada keluarga

untuk memberikan makanan

sesuai dengan diet.

Hasil : Keluarga memberi

makan sesuai instruksi dokter

(Diet TKTP).

Mengobservasi tanda-tanda

hupoglikemia

Hasil : Tidak ada tanda-tanda

hypoglikemia.

Memberi makan klien setelah

pemberian Insulin

Hasil : Porsi makan dihabiskan

Mengukur tanda-tanda vital :

TD        : 120/80 mmHg

N          : 80 x/menit

S           : 36, 6 0 C

P :         20 x/menit

S :   -

    :    Therapi insulin

25 – 10 – 10

-   GDS 397 mg/dl

    :    Masalah belum

teratasi

P :   Lanjutkan inter-

vensi 1,3, dan 4

S :   -

NO HARI/TGL

NO.DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

4. 4. 10.00

10.15

10.15

10.30

12.35

Mengkaji tanda-tanda perluasan radang atau infeksiHasil : nampak warna merah

pada pinggir luka.

Mengganti verband dengan

tehnik aseptik dan antiseptik

Mengompres luka dengan cairan

NaCl 0,9 %.

Mengukur tanda-tanda vital

Hasil :

TD        : 120/80 mmHg

N          : 80 x/menit

S           : 36, 6 0 C

P :         20 x/menit

Memberikan obat antibiotik

Chlindamycin 3 x 500 mg/hari

Metronidazole 3 x 500 mg/hari

    :    Nampak warna

merah pada pinggir 

luka.

-   Luka warna hitam.

    :    Tidak tampak

perluasan luka

P :   Lanjutkan inter-

vensi 2,3, dan 5

NO HARI/TGL

NO.DX

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

BAB  IV

PEMBAHASAN

Kesenjangan dalam suatu asuhan keperawatan atau proses keperawatan adalah adanya

ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan yang ditemukan di lapangan.

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. R dengan gangguan sistem

endokrin akibat Diabetes Mellitus, juga ditemukan beberapa kesenjangan. Untuk

memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, maka penulis membahas sebagai

berikut :

A.    Pengkajian

Pengkajian yang ditemukan pada kasus ini terdapat kesenjangan yaitu pasien tidak mengalami gejala utama pada Diabetes Mellitus, yaitu poliuri, polipagi, tetapi klien hanya mengeluh kelemahan tubuh, kurang nafsu makan dan berat badan menurun.

Tidak ditemukan ketiga gejala utama diatas mungkin disebabkan karena adanya

therapy pemberian insulin yang adekuat.

B.     Perencanaan

Pada kasus ini penulis mengangkat/ temukan empat diagnosa keperawatan, tetapi secara umum yang termuat dalam teori keadaan pasien Diabetes Mellitus ada tujuh diagnosa keperawatan yakni :

1.      Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

2.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin, penurunan masukan oral.

3.      Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

4.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

5.      Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

6.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat

diobati, ketergantungan pada orang lain.

7.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

Pada kasus ini penulis menemukan dua diagnosa keperawatan yang tidak ada pada teori yaitu :

1.      Penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Hal ini diangkat karena klien tidak mampu melakukan aktifitasnya sendiri.

2.      Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pemberian insulinHal ini diangkat karena pemberian terapi insulin yang terus menerus tanpa memantau kadar gula darah akan menyebabkan hyperglikemia.Pada kasus ini penulis tidak mengangkat diagnosa utama yaitu kekurangan volume cairan karena pada pasien tidak ditemukan adanya gejala-gejala deficit volume cairan, seperti : out put urine meningkat, tachicardi dan evaporasi.Diagnosa resiko tinggi tehadap perubahan persepsi sensori, kelelahan dan ketidak berdayaan serta kurang pengetahuan, tidak ditemukan dalam tinjauan kasus, hal ini disebabkan karena klien sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit selama 1 bulan sehingga kondisi penyakit klien sudah mulai membaik.

C.    Pelaksanaan

Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang berdasarkan teoritis ada yang belum terlaksana, semua ini disebabkan karena keadaan/sifat klien yang berbeda dan jenis perawatan yang dilaksanakan di ruang perawatan disesuaikan dengan keadaan dan sarana serta fasilitas yang tersedia.

D.    EvaluasiDalam teori pada evaluasi yang ditentukan adalah keadaan atau kriteria pencapaian tujuan sesuai rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan.

Pada studi yang ditangani melalui pendekatan proses keperawatan sebagai metode

pemecahan masalah, maka dari 4 (empat) diagnosa keperawatan yang muncul/diangkat, 2

(dua) diantaranya teratasi dengan baik yaitu :

1.      Penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Sedangkan dua diagnosa resiko yang diangkat, selama pelaksanaan studi kasus, tidak

terjadi yaitu :

3.      Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pembatasan diet dan terapi insulin.

4.      Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Hal ini dapat dicapai karena klien dan keluarga sangat kooperatif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan lain, dan untuk mempertahankan agar kedua diagnosa resiko tersebut tidak menjadi aktual, penulis telah mendelegasikan ke petugas ruangan untuk melanjutkan penerapan proses keperawatan pada klien tersebut.

BAB  V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Tn. R dengan gangguan sistem

endokrin ; Diabetes Mellitus di ruang Interna Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, dengan bertitik tolak pada pembahasan bab sebelumnya maka penulis dapat

menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

A.    Kesimpulan1.      Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem

dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.

2.      Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul sebagai akibat terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel.

3.      Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut.

B.     Saran-saran1.      Untuk klien dan keluarga

Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi yang ada maka klien

perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol yang efektif mungkin

untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja

sama dalam hal ini.

2.      Untuk petugas di ruangan

Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat, perawat

dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan

komunikasi yang baik, dengan memandang individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan

spiritual.

3.      Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan bahwa dalam

melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi waktu agak

lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan Padjajaran Bandung.

Boedi Sarwono, 1984, Segi Praktis Diagnostik Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Guyton, 1987, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC, Jakarta.

Hotma Purmoharjo, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.

Marylinn E. Doenges, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Media Aeusculapius.

Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson, 1995, Patofisiologi, Edisi IV, EGC. Jakarta.Dicatat oleh rusli taher di 5:19 PG