askep combustio

download askep combustio

of 44

Transcript of askep combustio

ASUHAN KEPERAWATAN PADA pasien DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO) Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka

bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. Definisi Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Etiologi 1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) 1. Gas 2. Cairan 3. Bahan padat (Solid) 1. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 2. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 3. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar 1. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi. 2. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme. 3. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang

muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. Klasifikasi Luka Bakar 1. Dalamnya luka bakar. Kedalaman Ketebalan superfisial (tingkat I) Penyebab Penampilan Warna Perasaan Nyeri

partial Jilatan api, Kering tidak Bertambah sinar ultra ada violet (terbakar oleh matahari). gelembung. Oedem minimal atau tidak ada. Pucat ditekan dengan ujung berisi kembali bila tekanan dilepas. jari, bila merah.

Lebih

dalam

dari Kontak dengan atau bahan padat.

Blister besar Berbintikdan lembab bintik yang kurang jelas, putih, coklat, bial pink, daerah merah ukurannya bertambah besar.

ketebalan partial (tingkat II)

Sangat nyeri

bahan air yang

Superfisial Dalam

Jilatan api Pucat kepada ditekan

pakaian. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet.

dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.

coklat.

Ketebalan sepenuhnya (tingkat III)

Kontak dengan atau padat. Nyala api. Kimia. Kontak dengan arus listrik.

Kering

Putih, hitam, coklat tua.

Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila dicabut.

disertai kulit kering,

bahan cair mengelupas. Pembuluh arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan.

darah seperti Hitam. Merah.

2. Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5) Genetalia/perineum : 1% Total : 100% 3. Berat ringannya luka bakar Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2. Kedalaman luka bakar. 3. Anatomi lokasi luka bakar. 4. Umur klien. 5. Riwayat pengobatan yang lalu. 6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American Burn Association membagi dalam : 1. Yang termasuk luka bakar ringan (minor) : 1. Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak. 2. Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak

disertai komplikasi. 2. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) : 1. Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anakanak. 2. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. 3. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor): 1. Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anakanak.. 2. Tingkat III 10% atau lebih. 3. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.. 4. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan. 5. Luka bakar sengatan listrik (elektrik). 6. Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.. American college of surgeon membagi dalam: 1. Parah critical: 1. Tingkat II : 30% atau lebih. 2. Tingkat III : 10% atau lebih. 3. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

4. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. 2. Sedang moderate: a) Tingkat II : 15 30% b) Tingkat III : 1 10% 3. Ringan minor: a) Tingkat II : kurang 15% b) Tingkat III : kurang 1% Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997) Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan jaringan parut lokal atau luka bakar yang berat yang berupa kematian. Pada luka bakar yang lebih besar terjadi kecacatan. Setelah permulaan luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang dan merusak berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus kejadiannya tak dapat dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan fisiologi yang disertai dengan luka bakar berkisar pada dua kejadian yang mendasari yaitu : 1. Kerusakan langsung pada kulit dan gangguan fungsinya. 2. Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif yang meliputi pengaktifan respon keradangan dan respon stress sistem syaraf simpatis. 1. Kerusakan Kulit Dan Kehilangan Fungsi. Tubuh mempunyai beberapa metode untuk mengkompensasi terhadap luasnya variasi dalam temperatur eksternal. Sirkulasi darah bertindak menghasilkan dan menghantarkan panas, penghantaran pasas yang efisien di bawah normal. Bila panas diberikan pada kulit maka temperatur subdermal segera meningkat dengan cepat. Segera sumber panas dipindah (diangkat), tubuh akan kembali normal dalam beberapa detik. Jika sumber panas tidak segera dihilangkan atau diberikan rata-rata

atau pada tingkat yang melebihi kapasitas kulit untuk menghantarkannya, maka terjadilah kerusakan kulit. Paparan panas yang relatif rendah yang lama atau paparan pendek temperaturnya yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan kulit yang progresif pada tingkat yang lebih dalam. Kebanyakan luka bakar pada ukuran yang berarti menyebabkan kerusakan sel melalui semua lapisan, meskipun tidak sama pada semua area. Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas. Panas yang kurang dalam waktu yang diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan kulit tipis sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal adalah pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial, batang hidung dan wajah. Kulit umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa pertengahan. Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan pengurangan semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma. 2. Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan. Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang normal adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan respun aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan (inflamatory respon) merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila invasi atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat dan menetap, maka akan menyebabkan komplikasi fisiologis yang merugikan yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis. Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada tingkat vasculer. Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan mengurangi kelenjar kimia tubuh (histamin, bradikinin, serotonin dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah (vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila kerusakan jaringan bersifat

luas, substansi ini disekresi dalam jumlah besar, diedarkan secara sistemik dan menyebabkan perubahan vaskuler pada semua jaringan. perubahan vaskuler ini bertanggungjawab terhadapmanifestasi klinik dini pembuluh darah (kardiovasculer) dan komplikasi yang menyertai luka bakar. Substansi ini juga mempengaruhi darah dan pembuluh darah, substansi kimiawi (chemotaksik) yang disertai oleh jaringan makrofage yang mengikal leukosit khusus pada lokasi luka dan merubah sumsum tulang dan kematangan leukosit. Perubahan ini segera menyeluruh dan lebih jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. 1. Aktifitas Respon Kompensasi Sistem Syaraf Simpatis. Respon sistem syaraf simpatis dibangkitkan oleh pemisahan simpatis pada sistem syaraf otonom pada hubungan sistem endokirn sebagai reaksi internal pada kondisi yang mengancam kekacauan homeostasis internal. Reaksi ini kadang-kadang berbentuk gejala adaptasi umum (general adaptif syndrom) atau reaksi bertempur dan lari (fight or flight) karena mereka mempersiapkan tubuh untuk aktifitas yang mengijinkan perubahan pada keadaan semula. Respon terhadap stress segera menimbulkan perubahan fisiologi (adaptasi) yang merangsang atau menambah fungsi untuk keperluan bertempur atau lari (fight or flight) atau menambah fungsi agar tidak segera menyebabkan fight or flight. Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan rata-rata dan kedalaman pernafasan, peningkatan rata-rata denyut jantung, vasokunstriksi selektif, peningkatan aliran darah otak, hati, muskuloskeletal dan miokardium, peningkatan metabolisme dan pembentukan substansi energi tinggi dan penurunan persediaan glikogen dan lemak. Perubahan fisiologis yang terhambat meliputi penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan saluran pencernaan (traktus intestinal) serta penurunan pergerakan sistem pencernaan (Gastrointestinal) dan sekresi. Respon ini berguna bagi tubuh untuk waktu yang pendek dan membantu mempertahankan fungsi organ vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk keadaan. Bagaimanapun bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang lama tanpa

pengaruh dari luar, respon tubuh menjadi lebih tertekan dan menyebabkan kondisi patologis menuju kehabisan sumber yang bersifat adaptasi. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar Tingkatan hipovolemik Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) Mekanisme Pergeseran cairan ekstraseluler. Dampak dari Tingkatan diuretik (12 jam 18/24 jam pertama) Mekanisme Interstitial Dampak dari ke Hemodilusi.

Vaskuler ke Hemokonsentr insterstitial. asi pada lokasi

oedem vaskuler.

luka bakar. Diuresis.

Fungsi renal.

Aliran darah Oliguri. renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.

Peningkatan aliran renal darah karena

desakan darah meningkat.

Kadar sodium/natriu m.

Na+ direabsorbsi oleh tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan ginjal,

Defisit sodium.

Kehilangan Na+ diuresis (normal kembali setelah minggu). 1 melalui

Defisit sodium.

oedem.

Kadar potassium.

K+

dilepas Hiperkalemi

K+

bergerak Hipokalemi. ke

sebagai akibat cidera jarinagn selsel merah, berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang. darah K+

kembali terbuang melalui

dalam sel, K+

diuresis (mulai 4-5 setelah bakar). hari luka

Kadar protein.

Kehilangan protein dalam jaringan akibat kenaikan permeabilita s.

Hipoproteinem

Kehilangan protein terus katabolisme. waktu berlangsung

ke ia.

Hipoproteinemi a.

Keseimbanga n nitrogen.

Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan,

Keseimbangan nitrogen negatif.

Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas.

Keseimbangan nitrogen negatif.

lebih banyak kehilangan dari masukan.

Keseimbnaga n asam basa.

Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabk an retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum. dari

Asidosis metabolik.

Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolis me produk disertai akhir peningkatan metabolisme.

Asidosis metabolik.

Respon stres.

Terjadi karena trauma, peningkatan produksi

Aliran renal

darah Terjadi karena Stres karena luka. sifat cidera berlangsung lama terancam dan

berkurang.

cortison.

psikologi pribadi.

Eritrosit

Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.

Luka termal.

bakar Tidak

terjadi Hemokonsentr asi. pada hari-hari pertama.

Lambung.

Curling ulcer Rangsangan (ulkus pada central gaster), perdarahan lambung, nyeri. hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.

Akut di dan usus.

dilatasi Peningkatan jumlah paralise cortison.

Jantung.

MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang yang dihasilkan oleh yang terbakar. kulit toxic

Disfungsi jantung.

Peningkatan zat (miokard depresant factor) sampai 26 jawab terhadap syok spetic. unit, bertanggung MDF

CO menurun.

Indikasi Rawat Inap Luka Bakar 1. Luka bakar grade II: 1. Dewasa > 20% 2. Anak/orang tua > 15% 2. Luka bakar grade III. 3. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll. Penatalaksanaan 1. Resusitasi A, B, C. 1. Pernafasan: 1. Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi. 2. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas. 2. Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.

2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. 3. Resusitasi cairan Baxter. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: 1 3 tahun : BB x 75 cc 3 5 tahun : BB x 50 cc diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua: Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

4. Monitor urine dan CVP. 5. Topikal dan tutup luka

Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Tulle. Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal.

Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.

6. Obat obatan:o o

Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.

o o

Analgetik : kuat (morfin, petidine) Antasida : kalau perlu

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1. Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. 2. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

3. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. 4. Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. 5. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. 6. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). 7. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. 8. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). 9. Keamanan: Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,

kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). 10. Pemeriksaan diagnostik: 1. LED: mengkaji hemokonsentrasi. 2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. 3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap. 4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal. 5. Urinalisis luas. 6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. 7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menunjukkan mioglobin dan hemokromogen

menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh

menurun pada luka bakar masif. 8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

2. Diagnosa Keperawatan Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area 1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan

permiabilitas kapiler.

2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah. 3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema. 4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni. 5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak. 6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar. 7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit. 8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme. 9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur. 10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :

status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan. 3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi. 5. Nyeri berhubungan edema. dengan Manifulasi Kerusakan jaringan kulit/jaringan; cidera contoh

pembentukan

debridemen luka. 6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein. 8. Kerusakan tahanan. 9. Kerusakan kerusakan integritas permukaan kulit berhubungan kulit karena dengan Trauma : mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan

destruksi

lapisan

kulit

(parsial/luka bakar dalam). 10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.

Rencana Intervensi Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rasional Rencana Keperawatan

Kriteria Hasil Resiko bersihan nafas efektif berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhi al; oedema mukosa; kompressi jalan nafas . Bersihan jalan nafas tidak efektif. Kriteria Hasil : Bunyi vesikuler, dalam normal, is. nafas RR batas

Intervensi

jalan Kaji perhatikan air

refleks Dugaan inhalasi pengaliran liur,

cedera

tetap gangguan/menelan;

ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi. Takipnea, penggunaan otot

bebas Awasi irama, pernafasan perhatikan

frekuensi, bantu, sianosis dan kedalaman perubahan sputum ; menunjukkan adanya terjadi distress dan dan pernafasan/edema merah kebutuhan intervensi medik.

dispnoe/cyanos

pucat/sianosis sputum karbon muda. atau

mengandung paru

Auskultasi perhatikan penurunan mengi/gemericik,

paru, Obstruksi stridor, nafas/distres pernafasan bunyi terjadi

jalan dapat sangat

nafas, batuk rejan.

cepat atau lambat

contoh sampai 48 Perhatikan adanya jam terbakar. setelah

pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera Tinggikan

Dugaan kepala hipoksemia

adanya atau

tempat tidur. Hindari karbon monoksida. penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi Meningkatkan ekspansi optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, Dorong nafas sering. Hisapan pada teknik steril. (bila perlu) dalam dan pernafasan, posisi menyebabkan nekrosis kartilago pada telinga bantal batuk/latihan dapat menghambat paru

perubahan

perawatan

yang terbakar dan meningkatkan konstriktur leher. Meningkatkan ekspansi memobilisasi paru, dan

ekstrem, pertahankan

Tingkatkan suara bicara menelan kemampuan

istirahat

drainase sekret.

tetapi

kaji Membantu untuk mempertahankan

dan/atau jalan nafas bersih, sekret oral tetapi dilakukan harus

secara periodik.

kewaspadaan Selidiki perubahan karena mukosa inflamasi. steril risiko infeksi. Peningkatan Awasi perhatikan variasi/perubahan. 24 jam sekret/penurunan cairan, kemampuan untuk menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan Lakukan program intubasi. Meskipun sering untuk keseimbngan edema dan Teknik

perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental.

menurunkan

kolaborasi meliputi :

Berikan pelembab O2 berhubungan dengan nyeri, melalui cara yang tepat, contoh masker perubahan wajah Awasi/gambaran GDA kesadaran menunjukkan seri terjadinya/membur uknya hipoksia. Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan : Cedera dapat

Kaji ulang seri rontgen

inhalasi meningkatkan kebutuhan sebanyak cairan 35%

Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri intensif.

atau lebih karena edema. O2 s. memperbaiki

hipoksemia/asidosi Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernafasan dan menurunkan

Siapkan/bantu intubasi viskositas sputum. atau trakeostomi sesuai indikasi. Data dasar penting untuk lanjut pernafasan pedoman pengkajian status dan untuk

pengobatan. PaO2 kurang dari 50, PaCO2 lebih besar dari 50 dan pH penurunan menunjukkan inhalasi asap dan terjadinya pneumonia/SDPD. Perubahan menunjukkan atelektasis/edema

paru 3

tak hari

dapat setelah

terjadi selama 2 terbakar Fisioterapi mengalirkan dependen sementara spirometri dilakukan memperbaiki ekspansi sehingga meningkatkan fungsi dan pernafasan menurunkan paru, intensif untuk dada area paru,

atelektasis. Intubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan atau fungsi paru/oksegenasi. Resiko volume dengan Kehilangan tinggi Pasien cairan kan cairan biokimia membaik. dapat Awasi CVP. tanda vital, Memberikan untuk mengkaji luka bila bakar jalan nafas edema mempengaruhi

kekurangan berhubungan

mendemostrasi

Perhatikan pedoman dan respon

status kapiler dan kekuatan penggantian cairan dan nadi perifer.

kardiovaskuler.

cairan rute

melalui Kriteria abnormal. evaluasi: : dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam normal, haluaran di atas ml/jam. urine 30 batas

Awasi tak urine warna hemates indikasi.

pengeluaran dan urine berat dan sesuai Observasi Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang Urine merah dewasa. berwarna pada otot karena dan

Peningkatan kebutuhan status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.

ada manifestasi jenisnya.

Perkirakan luka dan yang tampak

drainase kerusakan kehilangan masif keluarnya mioglobin. Peningkatan adanyadarah

Timbang berat badan permeabilitas setiap hari kapiler, perpindahan protein, Ukur ekstremitas terbakar tiap sesuai indikasi lingkar inflamasi yang kehilangan proses dan cairan

hari melalui evaporasi mempengaruhi volume dan sirkulasi pengeluaran

Selidiki mental

perubahan urine. Penggantian cairan tergantung berat pertama distensi perubahan pada badan dan

Observasi

abdomen,hematomesi s,feces hitam.

selanjutnya Memperkirakan

Hemates drainase NG luasnya dan feces secara oedema/perpindah an program cairan yang mempengaruhi volume dan sirkulasi pengeluaran periodik. Lakukan

kolaborasi meliputi :

Pasang / pertahankan urine. kateter urine Penyimpangan pada Pasang/ pertahankan kesadaran tingkat dapat

ukuran kateter IV. Berikan cairan dihitung,

mengindikasikan ketidak adequatnya

penggantian volume IV yang sirkulasi/penurunan elektrolit, perfusi serebral Stres setengah luka (Curling) dari bakar

plasma, albumin.

ulcus terjadi pada Awasi pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ). hasil semua pasien yang berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama). Berikan idikasi :

obat

sesuai

Diuretika contohnya Manitol

Observasi fungsi ginjal mencegah

ketat dan stasis

(Osmitrol)

atau refleks urine. Memungkinkan infus cairan cepat.

Kalium

Resusitasi kehilangan

cairan

menggantikan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi. Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan dan

Antasida

Pantau:

Tanda-tanda

vital setiap jam SDM selama periode kebutuhan

darurat, setiap penggantian cairan 2 jam selama dan elektrolit. periode dan jam periode rehabilitasi.

akut, 4 pengeluaran urine dan membersihkan tubulus debris dari /mencegah selama Meningkatkan

setiap

Warna urine. Masukan jam setiap

dan nekrosis. Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar

haluaran setiap selama 4 jam periode darurat, selama periode

akut, setiap 8 Menurunkan

jam periode

selama keasaman histamin menurunkan produksi hidroklorida menurunkan badan produksi hidroklorida gaster.

gastrik

sedangkan inhibitor

rehabilitasi.

Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.

asam untuk asam untuk

Berat

setiap hari.

CVP vena

(tekanan sentral)

menurunkan iritasi

setiap jam bial Mengidentifikasi diperlukan.

penyimpangan indikasi atau penyimpangan dari hasil yang darurat diharapkan. Periode (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh kemajuan

Status

umum

setiap 8 jam.

Pada semua

penerimaan pakaian dari dan area

rumah sakit, lepaskan perhiasan luka bakar.

Mulai terapi IV yang hipovolemia yang ditentukan dengan mencetuskan jarum (18G), lubang lebih pada besar individu disukai perfusi ginjal dan tak

melalui kulit yang telah jarinagn terluka bakar. Bila adekuat. pasien menaglami luka bakar luas dan gejalamenunjukkan

gejala hipovolemik, dokter pemasangan vena sentral

syok bantu dengan kateter untuk

pemantauan CVP. Beritahu dokter bila:

haluaran urine

Konsultasi doketr bila Inspeksi manifestasi cairan terjadi.

adekuat

kelebihan dari luka bakar.

Penggantian cairan Tes guaiak muntahan cepat warna kopi atau feses untuk ter hitam. Laporkan gagal bermakna melalui Berikan antasida yag yang diresepkan antagonis histamin simetidin reseptor luas. sentral memberikan tentang volume intravaskular. data status cairan temuan-temuan positif. penting mencegah ginjal. terjadi jarinagn terbakar Pengukuran vena

Kehilangan cairan

atau dengan luka bakar seperti tekanan

Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia perlunya peningkatan cairan. bakar dari intravaskular ruang menimbukan hipovolemi. Pada lka luas, ruang ke interstitial dan

perpindahan cairan

Pasien rentan pada kelebihan volume intravaskular selama pemulihan periode bila beban

perpindahan cairan dari kompartemen interstitial kompartemen intravaskuler. Temuan-temuan guaiak ennandakan positif pada

adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curlings). Mencegah perdarahan Luka bakar mencetuskan pasien pada ulkus stres disebabkan peningkatan sekresi hormon lambung. hormonadrenal yang GI. luas

dan asam HCl oleh

Resiko kerusakan berhubungan inhalasi atau torakal sekunder terhadap bakar sirkumfisial dari luka asap sindrom

Pasien

dapat Pantau laporan GDA Mengidentifikasi dan kadar karbon kemajuan hasil diharapkan. Inhalasi asap dapat RR Beriakan kulit yang GDA Pasang renatng dengan bunyi endotrakeal bersih, temaptkan suplemen ditentukan. atau bantu selang merusak pertukaran pada kapiler alveoli. alveoli, gas mempengaruhi membran dan yang monoksida serum. penyimpangan dari

mendemonstra oksigenasi

pertukaran gas sikan dengan cedera adekuat. Kriteroia evaluasi: 12-24 warna normal, dalam normal, nafas

kompartemen

x/mnt, oksigen pada tingkat

dan Suplemen oksigen pasien meningkatkan

dada leher.

atau tak kesulitan bernafas.

ada pada mekanis pesanan (dibuktikan rales,

ventilator jumlah sesuai yang bila terjadi untuk dnegna diperlukan dan dukungan pasie dilakukan mandiri.

oksigen tersedia jaringan. mekanik untuk sampai dapat secara

insufisiensi pernafasan Ventilasi

hipoksia, hiperkapnia, pernafasan takipnea perubahan sensorium). Anjurkan dalam pernafasan dengan

penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring. Pertahankan semi fowler, posisi bila Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis. Untuk sekitar beritahu dengan pembedahan eskarotomi pesanan. Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi) sesuai luka dokter bakar torakal, bila Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.

hipotensi tak ada.

terjadi dispnea disertai takipnea. Siapkan pasien untuk

memungkinkan ekspansi dada. Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi

tinggi Pasien

bebas Pantau:

dari infeksi. Kriteria evaluasi: ada jaringan granulasi baik. tak demam,

Penampilan luka (area bakar, donor status di tandur tandur dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam. Jumlah dikonsumsi setiap makan. atas

Mengidentifikasi atau yang

bakar indikasi-indikasi luka kemajuan dan hasil balutan diharapkan. sisi bial kulit sisi penyimapngan dari

tidak

pembentukan

Pembersihan nekrotik kali meningkatkan pembentukan luka granulasi.

dan

makanan yang pelepasan jaringan

Bersihkan lepaskan sesuai sesuai perawatan

area

bakar setiap hari dan jarinagn pesanan. pesanan, Antimikroba topikal yang membantu nekrotik (debridemen) Berikan mandi kolam implementasikan

ditentukan untuk sisi mencegah infeksi. donor, yang dapat Mengikuti prinsip ditutup dengan balutan aseptik melindungi vaseline atau op site. Lepaskan krim lama dari luka sebelum sarung steril dan yang bakar dengan pemberian krim baru. Gunakan tangan topikal luka pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi yang baketri. baik media untuk

kultur pertumbuhan

beriakn krim antibiotika diresepkan pada area ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka. Beritahu demam purulen dokter atau Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. membantu mengidentifikasi patogen penyebab bila sehingga bau tepat terapi yang dapat drainase antibiotika Kultur

busuk dari area luka diresepkan. Karena bakar, sisi donor atau balutan siis tandur balutan sisi tandur. hanya 5-10 diganti hari, Dapatkan kultur luka setiap IV sesuai ketentuan.

dan berikan antibiotika sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri. Tempatkan dan kewaspadaan pasien lakukan untuk pada ruangan khusus Kulit adalah lapisan pertama untuk terhadap tubuh infeksi. pertahanan

luka bakar luas yang

mengenai tempat handuk skort tangan bila perawatan pasien. radio untuk

area tidur dan

luas Teknik

steril

dan

tubuh. Gunakan linen tindakan steril, perawatan skort perlindungan sarung pasien terhadap

untuk pasien. Gunakan lainmelindungi steril, dan penutup infeksi. Kurangnya dan

kepala dengan masker berbagai rangsang memberikan ekstrenal pada kebebasan Tempatkan bergerak atau televisis mencetuskan pada

pada ruangan pasien pasien menghilangkan kebosanan. kebosanan. Bila riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus Melindungi manusia

(hyper-tet) terhadap tetanus.

sesuai pesanan. Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Ahli diet adalah spesialis nutrisi Berikan suplemen yang dapat nutrisi seperti ensure mengevaluasi atau sustacal dengan paling baik status nutrisi pasien dan atau antara makan bila merencanakan diet masukan makanan untuk emmenuhi kurang dari 50%. kebuuthan nutrisi Anjurkan NPT atau penderita. Nutrisi adekuat memabntu makanan enteral bial penyembuhan luka pasien tak dapat dan memenuhi

makan per oral. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. Pasien sikan dari ketidaknyaman an. Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks. Pertahankan kamar tingkatkan selimut ekstra dapat Berikan narkotik prn 30 sedikitnya sebelum perawatan Evaluasi keefektifannya. bila luka bakar luas. hilang diresepkan

kebutuhan energi.

anlgesik Analgesik narkotik yang diperlukan dan memblok utnuk jaras Absorpsi

mendemonstra

menit nyeri dengan nyeri luka. obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang oleh

prosedur berat.

Anjurkan analgesik IV disebabkan perpindahan interstitial

berkenaan dnegan pintu peningkatan tertutup, permeabilitas suhu kapiler. untuk Panas hilang jaringan bakar, menyebabkan Berikan ayunan di atas temapt diperlukan. tidur bila hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas. Menururnkan neyri Bantu pengubahan setiap 2 jam diperlukan. dengan posisi bila Dapatkan dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat dan air luka

ruangan dan berikan memberikan kehangatan.

melalui

bantuan sesuai

tambahan tidur terhadap luka kebutuhan, dan menuurnkan ujung

khususnya bila pasien pemajanan membalikkan sendiri. badan udara.

tak dapat membantu saraf pada aliran

Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.

Resiko kerusakan

tinggi Pasien menunjukkan adekuat. Kriteria evaluasi: warna kulit kebas kesemutan, nadi perifer dapat diraba. normal, menyangkal

Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi mengitari pantau neurovaskular ekstermitas jam. Pertahankan dan ekstermitas ditinggikan. bengkak Meningkatkan aliran dan balik vena menurunkan ekstermitas indikasi-indikasi atau yang status penyimpangan dari dari hasil 2 diharapkan. setaip tetap atau luka bakar listrik, kemajuan

perfusi jaringan, sirkulasi perubahan/disf ungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/inter upsi darah arterial/vena, contoh bakar ekstremitas dengan edema. luka seputar aliran

pembengkakan. Beritahu dengan dokter segera

bila Temuan-temuan ini terjadi nadi berkurang, menandakan pengisian kapiler keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat buruk, atau penurunan mengkaji tekanan sensasi. Siapkan untuk jaringan untuk

pembedahan eskarotomi pesanan.

emnentukan kebutuhan sesuai terhadap intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi adekuat. ukuran, Memberikan

Kerusakan integritas b/d

Memumjukkan kulit regenerasi

Kaji/catat warna, luka,

kedalaman informasi

dasar kulit tentang

kerusakan jaringan Kriteria Mencapai penyembuhan tepat bakar. waktu pada area luka hasil:

perhatikan tentang kebutuhan dan kemungkinan

permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.

jaringan nekrotik dan penanaman kondisi sekitar luka. petunjuk Lakukan perawatan graft.

sirkulasi pada aera luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi. Menyiapkan jaringan penanaman Pertahankan indikasi. untuk dan

menurunkan resiko kulit.

penutupan luka sesuai infeksi/kegagalan

Kain nilon/membran silikon Tinggikan bila area graft mengandung porcine yang posisi peptida mungkin/tepat. kolagen

Pertahankan

yang

diinginkan area

dan melekat bila permukaan sampai atau secara

pada luka lepasnya

imobilisasi

diindikasikan.

mengelupas spontan

Pertahankan dan/atau sisi

balutan kulit repitelisasi. donor Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. jaringan graft mengubah yang Gerakan dibawah dapat posisi penyembuhan optimal. Area mungkin

diatas area graft baru sesuai indikasi.

Cuci sabun

sisi ringan,

dengan cuci,

dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai. Lakukan kolaborasi : Siapkan / program

mempengaruhi

ditutupi oleh bahan dengan permukaan pandang

bantu tembus tak reaktif.

prosedur bedah/balutan biologis.

Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.

Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang untuk luka sementara bakar lain pada luas penutupan

sampai kulit orang itu siap ditanam.

Daftar pustaka Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328. Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 779. Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta. Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya. Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia. Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 401. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications. London. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung. Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Senat Mahasiswa FK Unair. (1996). Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1. Surabaya. Sylvia A. Price. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4 Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran Egc, Jakarta