Askep Luka Bakar (Combustio Gr II 45%)

download Askep Luka Bakar (Combustio Gr II 45%)

If you can't read please download the document

description

Askep Luka Bakar (Combustio Gr II 45%)

Transcript of Askep Luka Bakar (Combustio Gr II 45%)

KONSEP DASAR MEDISDefinisi Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka Bakar adalah pada trauma keadaan morbiditas yang sakit yang yang dapat membawa dan pemderitaan merupakan sangat komplekspalingberpotensimenyebabkangangguan berat integritas penampakan dan psikologis apabila berpotensi menyebabkan gangguan berat integritas ( Teddy O.H SMF Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo) Etiologi Luka bakar termal Agen pecendera dapat berupa api, air panas, ataukontak dengan objek panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan kobaran api). Luka bakar listrik. Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar) Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat. Luka bakar kimia. Terjadi dari tife /kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen. Luka bakar radiasi. Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.(Doenges E.M,2000) &(long,1996) Patologi Jejas sel mulai pada suhu 44oC makin tinggi suhu naik diatas angka ini makin cepat kerusakan terjadi, sedangkan kerusakan ini memerlukan beberapa menit bila suhu 44 oC dan akan memerlukan beberapa detik bila 1000oC atau lebih, jejas bahwa derajat dan luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu (penyebab) , besarnya agen pembakar dan lamanya pemaparan serta derah yang terkena : seperti pengaruh telapak tangan yang tebal karena lapisan tanduk pada pekerja tangan dan pakaian yang dipakai, perfusi pada jaringan yang kurang akan mendapat kerusakan yang lebih berat dari pada yang penuh dengan peredaran darah. (Dudley,AF hugh,1992) Fase Luka Bakar Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 4872 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: Proses inflamasi dan infeksi. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. Keadaan hipermetabolisme. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. Klasifikasi Luka Bakar Dalamnya luka bakar. Kedalama n Ketebalan partial sebagian lapisan permukaan kulit (tingkat I) jaring an Epider mis, dermis Penye bab Jilatan air sinar ultra violet (terbak mataha ri). Kering tidak Bertamb ah merah. Penampilan Warna Perasaa n Nyeri, gatal, hiperest etikapi, uap ada gelembung. Oedem minimal tidak ada. Pucat bila atausuperfisial / bagianar oleh ditekan dengan ujung jari, kembali tekanan berisi bilaLebihEpiderKontak dengandilepas. Blister besar Berbintik dan lembab -bintikdalam dari misSangat nyeri, hiperestketebalan partial/seb agian lapisan kulit dalam (tingkat II) Superfisial Dalam lebihdan dermisbahan bahan padat.y ang panas Jilatan api kepada pakaian . Jilatan langsun g kimiawi . Sinar ultra violet.yang bertambah besar. Pucat ditekan jari, tekanan dilepas kembali. berisiyang kurang jelas, putih, bial coklat, pink, bila merah coklat.etikair atau ukurannyadengan ujung daerahKetebalan sepenuhny a/ lapisan kulit Baik dermis bagian dalam (tingkat III)Epider mis, dermis, jaringa n subkut anKontak dengan bahan cair atau padat. Nyala api. Kimia. Kontak dengan arus listrik.Kering disertai Putih, kulit mengelupas. Pembuluh darah kering, hitam, coklatTidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila dicabut.seluruh danseperti tua. kulit Merah.arang terlihat Hitam. dibawah yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan. tipis,Derajat Iv Semua lapisan kulitSemua diatas ditamb ah dengan otot dan tulangListrikhangus, hancur, edema, imobilisasiHitamSedikit nyeriLuas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher 2) Lengan masing-masing 9% 4) Tungkai maisng-masing 18% 5) genetalia/perineum Total : 1% : 100% : 18% : 36% : 36% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 9%9% 9% 9% Depan 18 % ng 18 Punggu % 1% 18 % 18%Gambar.1 aturan sembilan memperkirakan luasnya luka bakar (Dudley A.F.Hugh,1992) Berat ringannya luka bakar American college of surgeon membagi dalam: Parah critical:Vasokntriksi Acidosis Hypo pe pe aliran ginjal Hipoksia pe perfusi jaringan pe depresi miokard Splenic hepar flow Metabolik rate e aldosterone etensi Na+Sel pe darah sekresi Adrenal pe kebutuhan oksigen Anemia Insufisiensi miokard Hilangnya cairan (H2O merah pe filtration glomerulus pen cardiak output pe pengeluaran katekolamin pe Glukoneogenesis dan glikogenesis volemiaa) Tingkat II b) Tingkat III: 30% atau lebih. : 10% atau lebih.c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. Sedang moderate: a) Tingkat II b) Tingkat III Ringan minor: a) Tingkat II b) Tingkat III Patofisiologi Luka Bakar : kurang 15% : kurang 1% : 15 30% : 1 10%Gangguan perfusi jaringan Keluarnya cairan dari sel yang rusak(edema) inflamasi Gagal ginjal pe cairan intravaskuler pe tekanan darah Resiko kekurangan volume cairan Vasokontriksi Pengeluaran Injury thermal me tekanan osmotik plasma hypoproteinnemia hypovolemik Gagal hepar Gangguan darah me ehilangan Aliran K+ Kebocoran protein me Permeabilitas kapiler me Nyeri Shock histamin Ansietas Kerusakan mobilitas fisik( Hudak & Gallo; 1997) & (Long, 1996)Perubahan Fisiologis Pada Luka BakarPerub ahanTingkatan hipovolemik ( s/d 48-72 jam pertama)Tingkatan diuretik (12 jam 18/24 jam pertama)MekanismeDampak dari...MekanismeDampak dari...Perges eran cairan ekstra seluler . Fungsi renal.Vaskuler insterstitial.ke Hemokonse ntrasi oedem pada lokasi luka bakar.Interstitial vaskuler.ke Hemodilusi.Aliran darah renal Oliguri. berkurang karena desakan turun dan darah COPeningkatan aliran renal darah karenaDiuresis.desakan darah meningkat. Kehilangan Na+ diuresis (normal kembali setelah 1 minggu). K+ bergerak Hipokalemi. kembali terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 setelah bakar). Kehilangan protein terus katabolisme. Keseimbang Katabolisme Keseimban berlangsung hari luka Hipoprotein mia. ke dalam sel, K+ Defisit melalui sodium.Kadar sodiu m/ natriu m.berkurang. Na+ direabsorbsi Defisit oleh ginjal, tapi sodium. Na+ eksudat tertahan cairan kehilangan melalui dan dalamKadar potas sium.oedem. K+ dilepas sebagai Hiperkalemi akibat jarinagn berkurang ekskresi fungsi berkurang. karena renal cidera sel-seldarah merah, K+Kadar .Kehilangan protein Hipoprotein akibat kenaikanprotein ke dalam jaringan emia. permeabilitas. Kesei Katabolismewaktu e-mbanga n n. Kesei mbnaga n asam basa.jaringan, dalam jaringan, banyak darian nitrogen jaringan, kehilangan protein, immobilitas.kehilangan protein negatif.gan nitrogen negatif.nitroge lebih kehilanganmasukan. Metabolisme anaerob perfusi berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi berkurang (menyebabkan retensi akhir kehilangan produk tertahan), renal jarinagnAsidosisKehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolis me produk disertai akhir peningkatan metabolisme.karena metabolik.Asidosis metabolik.Respo n stres.bikarbonas serum. Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres trauma, renal sifat cidera karena luka. peningkatan berkurang. berlangsung produksi cortison. lama terancam psikologi pribadi. karena Luka bakar Tidak terjadi Hemokonse pecah termal. pada hari-hari ntrasi. danEritrosi Terjadi tLambu ng.panas,menjadi fragil. pertama. Curling ulcer Rangsangan Akut dilatasi Peningkata (ulkus pada central di dan paralise n jumlah cortison. gaster), hipotalamus usus. perdarahan lambung, nyeri. dan peingkatan jumlahJantun g.cortison. MDF meningkat 2x Disfungsi lipat, merupakan jantung.Peningkatan zatCO MDF menurun.glikoprotein toxic dihasilkan kulit terbakar.yang yang oleh yang(miokard depresant factor) sampai 26 jawab terhadap syok spetic. unit, bertanggungIndikasi Rawat Inap Luka Bakar Luka bakar grade II: Dewasa > 20% Anak/orang tua > 15% Luka bakar grade III. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll. Penatalaksanaan Seperti menangani kasus emergency umum yaitu: Resusitasi A, B, C. Pernafasan: Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas. Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. Resusitasi cairan Baxter. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal:< 1 tahun : BB x 100 cc 1 3 tahun : BB x 75 cc 3 5 tahun : BB x 50 cc diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua: Dewasa 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. : Dextran 500 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hrMonitor urine dan CVP. Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Tulle. Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor. Obat obatan: - Antibiotika sejak kejadian. - Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. - Analgetik : kuat (morfin, petidine) - Antasida : kalau perlu . : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jamKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian ( Doengoes, 2000 ) Identitas pasien Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi. Riwayat kesehatan sekarang Sumber kecelakaan Sumber panas atau penyebaba yang berbahaya Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan Keadaan fisik disekitar luka bakar Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit Beberapa keadaan lain yang memeperbaat luka bakar Riwayat kesehatan dahulu Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan) Pemeriksaan Fisik dan psikososial Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. Sirkulasi: Tanda ( dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). Integritas ego:Gejala: Tanda: Eliminasi:masalah ansietas,tentangkeluarga,pekerjaan,keuangan,kecacatan. menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). Keamanan: Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi listrik). Pemeriksaan diagnostik: otot tetanik sehubungan dengan syok mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkarLED: mengkaji hemokonsentrasi. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. Diagnosa Keperawatan ( Doengoes ; 2000) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif dengan obtruksi trakeabronkial;edema berhubungan mukosa danhilangnya kerja silia ; luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. Resiko infeksi b/d. Pertahanan primer tidak adequat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Nyeri b/d. Kerusakan kulit/jaringan; bentukam edem; manifulasi jaringan cidera. f. Resiko kerusakan perfusi jarinagn b/d luka bakar melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b/d krisis situasi; kecacatan ;nyeri. Kerusakan integritas kulit b/d destruksi lapisan kulitRENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONALRencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Resiko bersihan b/d oedema kompressi nafas . Pantau drainase luka dan kejilangan yang tampak tinggi Bersihan jalan Hasil normal, : nafas Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer. Bunyi bebas jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi. Intervensijalan tetap efektif.nafas tidak efektif Kriteria trakheobronkhial; jalan batasobstruksi nafas vesikuler, RR dalam Awasi pengeluaran urine dan berat mukosa; dispnoe/cyanosis.Timbang berat badan setiap hariUkurlingkarekstremitasyangterbakar tiap hari sesuai indikasiSelidiki perubahan mentalObservasidistensiabdomen,hematomesis,feces hitam. Hemates drainase NG dan fecessecara periodik. Lakukan meliputi : Pasang / pertahankan kateter urine Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, albumin. Awasi natrium ). Berikan obat sesuai idikasi : Diuretiaka Kalium Antasida hasil ( pemeriksaan Hb, elektrolit, laboratorium elektrolit, plasma, program kolaborasiPantau: Resiko kekurangan Pasien luka bakar luas. cairan membaik. Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi resolusi elektrolit batas normal, dehidrasi, oedema, serum dalam haluaran dan dapat biokimia Tanda-tanda vital setiap jam volume cairan b/d mendemostrasikan status selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode rehabilitasi. Warna urine. Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selam aperiode akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi. Hasil-hasil elektrolit. JDL dan laporanurine di atas 30 ml/jam.Berat badan setiap hari. CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial diperlukan. Status umum setiap 8 jam. Pada penerimaan semua rumah pakaian sakit, danlepaskanperhiasan dari area luka bakar. Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien syok menaglami luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala hipovolemik, bantu dokter dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif.Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin.Resiko cederakerusakan Pasien inhalasi oksigenasi adekuat. 24 x/mnt, warna GDA normal, tak bersih,dapat PantaulaopranGDAdankadarpertukaran gas b/d mendemonstrasikan asap atau sindrom Kriteroia evaluasi: RR 12kompartemen torakal terhadap bakar dari leher. dadakarbon monoksida serum.kulit Beriakan suplemen oksigen pada dalam tingkat bunyi atau pada yang bantu ventilator bila ditentukan. dengan mekanis Pasang selang sesuai dnegna rales, perubahansekunder normal, luka renatng sirkumfisial nafasada endotrakeal dan temaptkan pasien pesanan hipoksia, takipnea sensorium). Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring. Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan. terjadi insufisiensiatau kesulitan bernafas.pernafasan(dibuktikan hiperkapnia, danResiko infeksi b/d Pasien bebas dari infeksi. pertahanan primer Kriteria evaluasi: tak adaPantau: Penampilan luka bakar (area lukatidak kerusakanadekuat, demam,pembentukanbakar,sisidonordanstatusjaringan granulasi baik.balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam. Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Bersihakn area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) Berikan pesanan, sisi site. Lepaskan sebelum beriakn krim lama dari krim luka baru. topikal donor, yang mandi sesuai kolam pesanan. sesuaiperlindunga kulit.implementasikan dapat ditutupperawatan yang ditentukan untuk dengan balutan vaseline atau oppemberian krimGunakan sarung tangan steril dan antibiotika yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka. Beritahu dokter bila demamdrainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala pasien. dengan Tempatkan masker radio bila pada atau memberikan perawatantelevisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan. Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan. Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan antara NPT suplemen makan nutrisi bila seperti ensure atau sustacal dengan atau masukan bial makanan kurang dari 50%. Anjurkan atau makanan enteral pasien tak dapat makan per oral. Nyeri kerusakan kulit/jaringan, pembentukan oedema, cedera. b/d Pasien hilang ketidaknyamanan. Kriteria melaporkan dapat Berikan anlgesik narkotik yangmendemonstrasikandiresepkan prn dan sedikitnya 30 dari menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi analgesik keefektifannya. IV bila lukaevaluasi: Anjurkan nyeri, bakar luas. perasaanmanipulasi jaringan menyangkalnyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks. Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan danberikanselimutekstrauntukmemberikan kehangatan. Berikan ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri. Resiko luka melingkari ekstremitas luka bakar dalam. kerusakan Pasien menunjukkan Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik,perfusi jaringan b/d sirkulasi tetap adekuat.bakar Kriteria evaluasi: warna pantau status neurovaskular dari kulit normal, menyangkal ekstermitas setaip 2 jam. atau kebas dan kesemutan, Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan. listrik nadi perifer dapat diraba.Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler sensasi. pembedahan Memumjukkan regenerasi pesanan. jaringan Kerusakan kerusakan permukaan lapisan kulit. Lakukan perawatan luka bakar yang sekunder destruksi Kriteria hasil: waktu kulit bakar. pada Mencapai tepat area luka Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. integritas kulit b/d penyembuhan buruk, atau penurunan untuk sesuai Siapkan eskarotomitepat dan tindakan kontrol infeksi. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.Tinggikanareagraftbilamungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.Pertahankan balutan graft baru dan/atau sesuai indikasi.diatas area sisi donorCuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai. Lakukan program kolaborasi : Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis.DAFTAR PUSTAKA Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta http://search.4shared.com/postDownload/ZY6hQSbB/ASKEP_LUKA_BAKAR__COMBUSTI O_GR.html