Askep Anak Congenital d

download Askep Anak Congenital d

If you can't read please download the document

description

ASKEP SISTEM KARDIOVASKULAR

Transcript of Askep Anak Congenital d

14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008)

Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008).

Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan sosial ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung (Dikutip dari IdeBagus : 2008)

Congenital heart diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan dan kematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan fasilitas medis yang terbatas, problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak dapat hidup. Kebanyakan orangtua bayi CHD adalah pasangan muda yang ekonominya masih rendah. Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia diperkirakan 8/1000 kelahiran hidup. Data mengenai penyakit jantung bawaan sangat bervariasi bergantung pada hasil penelitian terhadap anak atau orang dewasa, serta berdasarkan autopsy dan pemeriksaan kateterisasi. Di Indonesia sekitar 40.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2% penderita yang bisa diselamatkan. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008).

Sebagai kalangan mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui bahaya congenital heart diseases (CHD) bagi kehidupan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka dan bisa berujung pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya mampu mengidentifikasi faktor penyebab serta tanda dan gejala dari Congenital heart diseases (CHD), serta dapat bertindak dalam memberikan pelayanan terbaik pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

Tujuan

Tujuan Umum

Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Congenital Disorder

Tujuan Khusus

Mampu dan mengetahui pengertian pada Anak dengan Congenital DisorderMampu dan mngetahui anatomi fisiologi pada Anak dengan Congenital DisorderMampu dan mengetahui ppenyebab pada Anak dengan Congenital DisorderMampu dan mengetahui tanda dan gejala pada Anak dengan Congenital DisorderMampu dan mengetahui patofisiologi pada Anak dengan Congenital DisorderMampu melakukan tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan pada Anak dengan Congenital Disorder.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Dasar

Pengertian Congenital Disorder

Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI : 1996)

Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997)

Etiologi

5

Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1. Faktor Prenatal :

a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.

b. Ibu alkoholisme.

c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.

d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).

f. Terpajan radiasi (sinar X).

g. Gizi ibu yang buruk.

h. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.

2. Faktor Genetik

a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

Patofisiologi

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir kedalam sirkulasi sistemik.

Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, Perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

Klasifikasi

Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.

Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).

Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.

Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)

Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar (TAB).

CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.

1. Defek Septum Ventrikel (VSD)

DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.

Manifestasi klinik : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.

Penatalaksanaan : Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang

2. Duktus Arteriosus Persisten (PDA)

DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.

Manifestasi klinik : Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akibat aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.

Penatalaksanaan : Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

3. Tetralogi fallot

Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:

a) stenosis pulmonal

b) hipertropi ventrikel kanan

c) kelainan septum ventrikuler

d) kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.

Manifestasi klinik : Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nyata yaitu adanya sianosis, letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan kateterisasi jantung.

Penatalaksanaan : Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara :

a) Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau arterikarotis menuju arteri pulmonalis kanan.

b) Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

Tanda dan Gejala

A. KJK pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut (Mansjoer Arif:1999)

1. Peningkatan kerja jantung dengan gejala :

a. Kadiomegali

b. Hipertropi

c. Techicardi

2. Curah jantung rendah dengan gejala :

a. Gangguan pertumbuhan

b. Intoleransi aktivitas

c. Hipertensi Pulmonal

3. Dengan gejala Dispneu dan Tachipneu : Penurunan saturasi oksigen arteri

4. Dengan gejala Polisitemia, asidosis dan sianosis.

B. Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.C. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantungD. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea,jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume darah, adanya tanda machinery type .murmurE. Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik

Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai komplikasi antara lain:

1. Gagal jantung kongestif / CHF.

2. Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.

3. Aritmia.

4. Endokarditis bakterialistis.

5. Hipertensi.

6. Hipertensi pulmonal.

7. Tromboemboli dan abses otak.

8. Obstruksi pembuluh darah pulmonal.

9. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).

10. Enterokolitis nekrosis.

11. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner).

12. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.

13. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).

14. Gagal tumbuh.

Penatalaksanaan

Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah :

Defek septum ventrikel (DSV)

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatas igagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.

ASD tipe sinus venosus

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

Duktus Arteriosus Persisten

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal :

Stenosis aorta

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.

Stenosis pulmonal

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.

Koarktasio Aorta

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisai paru berkurang :

Tetralogi fallot

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah :

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainan septum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.

2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).

3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.

4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.

5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat

B.Asuhan Keperawatan Teoritis

1.Pengkajian

Pengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan, meliputi identitas klien (nama, alamat, no .MR, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, data penanggung jawab dan lain lain) (Muttaqin, 2011)

Riwayat Kesehatan

1). Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

2). Riwayat Kesehatan Keluarga (RKD)

Biasanya dikaji rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetik yang menunjang.

3). Riwayat Kehamilan

Biasanya Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox

4) Riwayat Pre natal

Biasanya ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

5) Riwayat Persalinan

Proses kelahiran atau secara alami atau adanya factor-faktor yang memperlama proses persalinan, pengunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC

Pemeriksaan FisikKepala : Biasanya Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih,

tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada

chepal hematom.

Mata: Biasanya Simetris, tidak konjungtifitis, tidak ada

perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak

nistagamus/ tidak episnatus

b) Bibir: Biasanya Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia,

tidak macroglosus

Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar

tyroid atau kelenjar getah bening

Dada / ThorakInspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan, nafas cepat, sesak nafas, terlihat benjolan dada kiri.Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kananPerkusi : Biasanya SonorAuskultasi : Biasanya vesicularJantung Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Biasanya ictus Cordis tidak terabaPerkusi : Biasanya PekakAuskultasi : Biasanya terdapat bunyi jatung tambahan (machinery mur-murPerut / AbdomenInspeksi :Biasanya tidak acitesAuskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara

5-35 kali/menit

Palpasi : Biasanya teraba hepar (hepatomegaly)Perkusi : Biasanya TympaniGenitalia

Biasanya tidak mengalami gangguan

3. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang didapatkan dalam pengkajian tersebut dianalisa dan dapat ditegakkan diagnose keperawatannya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi klien, maka, Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada Anak dengan Congenital Disorder yaitu :

a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

3. Intervensi Keperawatan

No.

Diagnosa Keperawatan

NOC

NIC

1.

Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapakan curah jantung normal.

Dengan criteria hasil :

Cardiac Pump Effectiveness:

Tekanan Darah dalam batas yang diharapkan 140/ 90 mmHg.

RR dalam batas yang diharapkan 16-24 x/menit.

Tidak terdapat angina.

Kelemahan ekstermmitas tidak ada

Cardiac Care :

Evaluasi adanya nyeri dada.Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output. Monitor / melihat monitor untuk melihat adanya perubahan tekanan darah.Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.Monitor / melihat toleransi aktifitas pasien.Monitor / melihat adanya dypsnea, patigue, takipnea dan ortopnea.Anjurkan untuk menurunkan stress.

2.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil:

RR dalam batas normalSesak tidak ada Monitoring RR, Irama, Kedalaman, dan kekuatan nafasCatat pergerakan dadaBerikan oksigen yang dibutuhkanBerikan lingkungan yang nyaman

4.Implemetasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tida

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional agar dapat memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD)

Saran

Dengan adanya proposal ini diharapkan bertambahnya wawasan bagi para pembaca, dan asuhan keperawatan pada anak dengan congenital disorder.

21

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot

www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc. (akses tanggal 6 April 2010)

IdeBagus. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan. http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).

Madiyono, Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

NANDA NIC NOC

MAKALAH SISTEM KARDIOVASKULAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CONGENITAL DISORDER

KELOMPOK 1

BOBI YUNOV PUTRA

FADHLI RAHMAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Sistem Pencernaan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Disorder.

Penyusunan proposal ini tidak banyak mendapatkan kesulitan, maka dari itu penulis dapat meyelesaikannya dalam waktu yang tepat.

Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan bayak kekurangannya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat menghasilkan proposal yang lebih baik. Permohonan maaf penulis ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan proposal ini. Semoga proposal ini dapat berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca lainnya.

Padang, Juli 2015

Penulis