D-askep gastroenteritis pada anak.pdf

download D-askep gastroenteritis pada anak.pdf

of 37

Transcript of D-askep gastroenteritis pada anak.pdf

  • STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

    VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

    DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

    DI SUSUN OLEH :

    ESTANTI NURUL ARINI

    NIM.P.09074

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • i

    STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

    VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKU T (GEA)

    DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

    KaryaTulisIlmiah

    UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DI SUSUN OLEH :

    ESTANTI NURUL ARINI

    NIM.P.09074

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA 2012

  • SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : ESTANTI NURUL ARINI

    NIM : P.09074

    Program Studi : DIII KEPERAWATAN

    Judul Karya Tulis Ilmiah :ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

    KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA

    AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

    (GEA) DI RUANG MELATI RSUD

    KARANGANYAR

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

    benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

    atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabiladi kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

    hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

    dengan ketentuan akademik yang berlaku.

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : ESTANTI NURUL ARINI

    NIM : P.09074

    Program Studi : DIII KEPERAWATAN

    Judul :ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

    VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN

    GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI

    RSUD KARANGANYAR

    Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

    DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada

    Hari/ Tanggal : Jumat, 27 April 2012

    Pembimbing: MushlihahMulianaUtami, S.Kep.,Ns( ) NIK.201187086

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : ESTANTI NURUL ARINI

    NIM : P.09074

    Program Studi : DIII KEPERAWATAN

    Judul :ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

    VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

    Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada

    Hari/Tanggal : Jumat 4 Mei 2012

    DEWAN PENGUJI

    Penguji I : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns ( ) NIK.201187086

    Penguji II :Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns ( ) NIK.20017900 Penguji III :Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( ) NIK.201185077

    Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan

    STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK.201084050

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

    berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

    Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

    KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN. FDENGAN

    GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RSUD KARANGANYAR.

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

    bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

    kepada :

    1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang

    telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

    Kusuma Husada Surakarta.

    2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DII

    Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing

    sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,

    memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

    bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

    4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns selaku dosen pengujiyang telah membimbing

    dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan

  • vi

    nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi

    kasus ini.

    5. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns selaku dosen pengujiyang telah

    membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

    perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

    studi kasus ini.

    6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

    wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

    7. Kedua orangtuaku tercinta, yang selalu menjadi inspirasi, memberikan

    dukungan, semangat, dan doa untuk menyelesaikan pendidikan.

    8. Dekki Kustiyanto yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa

    untuk menyelesaikan studi kasus ini.

    9. Teman-teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan STIKes

    Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

    satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

    Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

    keperawatan dan kesehatan. Amin

    Surakarta, April 2012

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................. v

    DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

    B. Tujuan Penulisan ................................................................. 5

    C. Manfaat Penulisan ............................................................... 6

    BAB II : LAPORAN KASUS

    A. Identitas Klien ..................................................................... 8

    B. Pengkajian ........................................................................... 9

    C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 12

    D. Perencanaan Keperawatan ................................................... 12

    E. Implementasi Keperawatan .................................................. 13

    F. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 15

    BAB III : PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan ......................................................................... 17

  • viii

    B. Simpulan ............................................................................. 22

    C. Saran ................................................................................... 23

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan

    Lampiran 2 : Log Book

    Lampiran 3 : Format pendelegasian pasien

    Lampiran 4 : Surat keterangan selesai pengambilan data

    Lampiran 4 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diare masih banyak terjadi di dunia dan menyebabkan 4 %

    kematian anak pada tahun 2009, Di Indonesia angka morbiditas diare pada

    anak mencapai 60 % sampai 80 % dan setiap anak mengalami diare rata-

    rata 1,6 sampai 2 kali setahun dengan kematian rata-rata 3,4 per mil per

    tahun pada balita dan 12,7 per mil per tahun pada bayi. Kasus diare pada

    bayi menduduki tempat kedua atau 11 % setelah infeksi saluran pernafasan

    akut (ISPA) sebagai penyebab kematian (Ishak, 2005 : 156).

    Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan.

    Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia

    karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik merupakan

    salah satu penyakit infeksi dan penyebab utama kesakitan dan kematian

    pada anak balita (Rahmawati, 2008 : 111).

    Hasil penelitian menunjukkan umur anak balita merupakan faktor

    resiko diare. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang

    menyatakan sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.

    Apabila dirinci lebih lanjut angka tertinggi terdapat pada usia 6 sampai 11

    bulan kemudian anak usia 18 sampai 23 bulan (Ghani, 2011 : 4).

    Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 sampai

    2 juta penderita peyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan

  • 2

    pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang

    datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil

    survey rumah tangga diantara 8 penyakit utama, prosentase peyakit diare

    yang berobat sangat tinggi, yaitu 72 % dibandingkan 56 % untuk rata-rata

    penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan

    (Suraatmaja, 2007 : 1).

    Gastroenteritis atau sering dikenal dengan diare merupakan suatu

    keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,

    ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari

    3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa

    lendir darah (Alimul, 2006 : 12).

    Penyebab tersering diare pada anak adalah infeksi saluran cerna

    dan data epidemologi memperlihatkan bahwa rotavirus dan bakteri adalah

    penyebab tersering. Rotavirus ditemukan pada 60 % anak dan bakteri

    (E.coli dan salmonella) pada 20 % anak berumur di bawah 3 tahun dengan

    diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang (Gunardi, 2011 :

    64).

    Gambaran klinis dari diare, mula-mula pasien cengeng, gelisah,

    suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul

    diare.Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna tinja

    makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan

    empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi

    dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam

  • 3

    laktat yag berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama

    diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka

    gejala dehidrasi mulai timbul (Ngastiyah, 2005 : 225).

    Pendekatan awal diare akut adalah menentukan derajat dehidrasi.

    Sedangkan tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi, mengoreksi

    kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi), dan

    mencegah gangguan nutrisi (Gunardi, 2008 : 66).

    Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dehidrasi dapat di

    katagorikan menjadi 3 antara lain tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang,

    dehidrasi berat. Pada diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak

    mata tidak cekung, bibir dan lidah basah, turgor kulit kembali dengan

    cepat, dalam hal ini dapat diberikan larutan oralit sebanyak 5 sampai 10ml

    per kgBB. Pada dehidrasi ringan sedang ditemukan tanda mata cekung,

    anak gelisah atau rewel, haus minum dengan lahap, cubitan kulit perut

    kembali dengan lambat. Pada keadaan ini anak harus mendapatkan larutan

    oralit sebanyak 75 ml per kgBB yang diberikan selama 3 jam dengan

    memantau kemajuan hidrasi. Pada dehidrasi berat, anak terlihat tidak

    sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit

    perut kembalinya sangat lambat. Pada keadaan ini anak harus dirawat di

    rumah sakit dan mendapatkan cairan 100cc/kgBB selama 6 jam pada bayi

    berumur di bawah 12 bulan dan 3 jam pada anak berumur di atas 12 bulan.

    (Suraatmaja, 2007 : 8).

  • 4

    Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya,

    manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi

    yang tepat di berbagai jaringan tubuh.Air menempati proporsi yang besar

    dalam tubuh. Air menyusun 75 % berat badan bayi, 70 % berat badan pria

    dewasa, dan 55 % tubuh pria lanjut usia, 10 % dalam tubuh wanita (Iqbal,

    2008 : 70).

    Pada bayi cairan total tubuh adalah 80% berat badan, pada usia 3

    tahun cairan total tubuh adalah 65 % berat badan, dan pada usia 15 tahun

    cairan total tubuh adalah 60 % berat badan. Cairan total tubuh terdiri atas

    cairan dan elektrolit yang didistribusikan diantara kompartemen cairan

    ekstraseluler dan intraselular. Cairan intraselular (CIS) mencakup seluruh

    cairan didalam dinding sel, kalium merupakan elektrolit utama CIS.

    Cairan ekstraseluler (CES) mencakup semua cairan yang berada di luar

    dinding sel (misal: plasma, limfe, dan cairan serebrospinal) natrium

    merupakan elektrolit utama CES (Mary, E, 2005 : 107).

    Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume

    cairan, dalam hal ini merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan yang

    ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun

    proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal.Kondisi

    ini dikenal dengan hipovolemia.Pada keadaan ini, tekanan osmotic

    mengalami perubahan sehingga cairan interstisial masuk ke ruang

    intravaskuler. Akibatnya ruang interstisial menjadi kosong dan cairan

  • 5

    intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel

    (Iqbal, 2008 : 77).

    Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan

    beberapa perubahan.Diantaranya adalah penurunan volume ekstrasel

    (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya kondisi ini bisa

    disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya asupan cairan, tingginya

    asupan pelarut (protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan

    ekskresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama

    (Iqbal, 2008 : 77).

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis

    tertarik untuk melakukan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan

    volume cairan pada An.F dengan gastroenteritis akut atau diare di bangsal

    Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F

    dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah

    Karanganyar.

    2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan

    volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut di Rumah

    Sakit Umum Daerah Karanganyar.

  • 6

    b. Penulis mampu merumuskan diagosa keperawatan pemenuhan

    kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroeteritis akut di

    Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

    c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan

    pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien dengan

    gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

    d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pemenuhan

    kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut

    di Rumah Sakit Umum Daerah Karanranyar.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan

    kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut

    di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

    f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan

    volume cairan yang terjadi pada pasien dengan gastroenteritis akut

    di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

    C. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Penulis

    Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan stadart asuhan

    keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan dan

    pemecahan masalah khususya dalam bidang/profesi keperawatan.

  • 7

    2. Bagi Institusi

    Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan

    kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan di lapangan dan dalam

    teori.

    3. Bagi Pelayanan Kesehatan

    Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan ke dalam praktik

    pelayanan kesehatan di rumah sakit.

  • 8

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan

    keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012 di ruang Melati RSUD

    Karanganyar. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses

    keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan yang

    menjadi prioritas, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi keperawatan untuk

    masalah yang menjadi prioritas.

    A. Identitas Pasien

    Hasil pengkajian pada tanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, pada

    kasus ini diperoleh dengan caraalloanamneses dan autoanamnese,

    mengadakan pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, catatan

    medis dan catatan perawatan. Hasil pengkajian tersebut didapatkan data

    identitas pasien, bahwa pasien bernama An.F, umur 9 bulan, alamat Badran,

    Asri, Koripan, Matesih, Karanganyar, agama Islam, jenis kelamin laki-laki,

    yang dirawat di Ruang Melati, di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

    Pasien dirawat sejak tanggal 31 maret 2012 dengan diagnosa Gastroenteritis

    Akut. Penanggung jawab pasien adalahNy.F, umur 25 tahun, agama Islam,

    pendidikan SLTA, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, hubungan

    dengan pasien sebagai ibu.

  • 9

    B. Pengkajian

    Pengkajiantanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, keluhan utama yang

    ada pada pasien saat dikaji adalah diare. Riwayat kesehatan saat ini keluarga

    mengatakan pada tanggal 30 Maret 2012 An.F mengalami diare, dengan

    buang air besar cair lebih dari 20 kali, bercampur lendir dan darah. Oleh

    orangtuanya, An.F dibawa ke bidan terdekat, tetapi diare pada An.F belum

    sembuh, kemudian An.F dibawa ke puskesmas dan dari puskesmas An.F

    dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dan mendapatkan terapi

    infus RL 15 tetes yang terpasang pada tangan kiri, cefotaxim 150 mg per 8

    jam, L-bio 2 x 1 mg, zinc 1 x 1 mg kemudian An.F dipindahkan ke bangsal

    melati.

    Riwayat kesehatan masa lalu, An.F lahir tanggal 6 juni 2011, dan

    saat mengandung Ny.F tidak mengkonsumsi obat, An.F merupakan anak

    pertama, Ny.F baru melahirkan anak yang pertama dan tidak pernah aborsi.

    Tipe kelahirannya secara spotan, lama kelahiran kira-kira 2 jam dan

    bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Pada saat lahir,

    ditemukan data dari An.Fbahwa berat badan lahir 2600 gram,panjang baru

    lahir 50 cm dan tidak terdapat kelainan bawaan. Pada An.F belum pernah

    cidera atau melakukan operasi. Pengobatan saat ini yang diberikan adalah

    infus RL 15 tetes, cefotaxim 15 mg per 8jam, L-bio 2 x 1 mg, zinc 1 x 1 mg.

    An.F mempunyai alergi terhadap antibiotik amoxilin pada waktu

    masih bayi yang ditandai dengan mata merah, tetapi pada saat ini An.F sudah

    tidak lagi alergi terhadap amoxilin.Selain itu An.F alergi pada cuaca panas

  • 10

    yang ditandai dengan bentol-bentol. Pada An.F sudah dilakukan imunisasi:

    polio,BCG,DPT,hepatitis,tetapi belum dilakukan imunisasi campak.

    Pertumbuhan dan perkembangan saat ini pada An.F dapat dilihat berdasarkan

    Berat badan lahir 2600 gram, saat usia 6 bulan 7 kg, Berat badan saat ini 7.8

    kg, sudah tumbuh gigi 2 buah dan pasien belum bisa merangkak atau pun

    duduk sendiri. Pasien mempuyai kebiasaan, jika diberi mainan, maka mainan

    itu dimasukkan kedalam mulut.

    Pemeriksaan fisik ditemukan data bahwa tinggi badan 72 cm, berat

    badan 7.8 kg, lingkar kepala 46 cm, lingkar dada 46 cm, dan pada lingkar

    lengan tidak terukur dikarenakan An.F menangis. Pada pemeriksaa tanda-

    tanda vital didapatkan data tanggal 2 April 2012 suhu tubuh 36.6oC,

    pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 104 per menit.Pada tanggal 3 April

    2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 108 kali

    per menit. Pada tanggal 4 april 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 16 kali

    per menit, denyut nadi 98 kali per menit ( Alimul, 2006 : 117)

    Pemeriksaan umum didapatkan data bahwa status kesehatan An.F

    nampak lemas dan sering menangis.Kulit bersih, tidak ada jaundick,turgor

    kulit lambat (kurang dari 2 detik).Kepala mesosephal, tidak ada

    pembesaran.Rambut tipis,pendek dan bersih.Mata normal, penglihatanbaik,

    simetris kanan dan kiri,konjungtiva anemis,sklera putih,pupil isokor.Hidung

    normal,simetris, tidak ada polip,tidak ada epitaksis.Mulut tidak terdapat

    stomatitis,mukosa bibir kering,gigi sudah tumbuh 2 buah.Leher tidak terdapat

    kaku kuduk dan tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.

  • 11

    Pemeriksaan fisik dada (paru-paru) : inspeksi dada simetris kanan

    dan kiri, palpasi vokal premitus kanan dan kiri sama, pengembangan dada

    kanan dan kiri baik, perkusi sonor di paru, Auskultasi vesikuler. Dada

    (jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di

    Inter Costa V, perkusi pekak, Auskultasi bunyi jantung 1 sama dengan bunyi

    jantung 2 (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi simetris, Auskultasi

    bising usus 42 kali per menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi

    hypertimpani. Respirasi 20 kali per menit, pasien belum pernah trasfusi,

    muntah 3 sampai 4 kali per shift, feses cair bercampur lendir dan darah,

    warna kehijauan dengan frekuensi kurang lebih 8 kali per shift, balance

    cairan 38 cc, pasien tampak pucat dan sering menangis, hemoglobin 10,9

    gr/dl, turgor kulit lambat ( kurang dari 2 detik ), conjungtiva anemis, tidak

    mengalami nyeri saat berkemih, tidak mengalami kaku punggung, kram,

    ataupun kesleo, pasien tidak mengalami kejang, pasien mengalami keringat

    berlebih saat perubahan cuaca. Di daerah genetalia tidak ada kelainan dan

    pasien berjenis kelamin laki-laki.Pada bokong terlihat kemerahan.

    Hasil pemeriksaan penunjang dengan hasil laboratorium didapatkan

    hasil hemoglobin 10,9 gr/dl, leukosit 15,6 kali 103/L, hematokrit 33,8 %,

    trombosit 368000 U/L. Pada pengkajian system pencernaan, pada bagian

    nutrisi diperoleh data WAZ -1,4 tergolong gizi normal, HAZ -0,12 tergolong

    normal, WHZ -1,6 tergolong normal, selama sakit pasien diberikan diit

    bubur. Dalam pemberian ASI frekuensinya kurang lebih 4 sampai 7 kali per

    shieft dan lama pemberiannya 10 sampai 15 menit.

  • 12

    Pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan data bahwa An.F

    merupakan anak pertama dari pasangan Bp.K dan Ny.F, Dalam keluarga

    tidak terdapat penyakit keturunan atau pun kongenital.Paman dan kakek dari

    An.F mempunyai kebiasaan merokok.Letak geografis terletak pada daerah

    pemukiman penduduk di dataran tinggi, jauh dari pabrik dan lingkungan

    bersih.

    C. Perumusan Masalah Keperawatan

    Data fokus yang didapat pada An.F tanggal 2 April 2012, adalah

    secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air

    besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna

    kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien

    tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik),

    balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka

    dapat diambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan

    dengan kehilangan cairan aktif (Herdman, 2011 : 97).

    D. Perencanaan Keperawatan

    Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan kekurangan volume cairan

    dapat teratasi dengan kriteria hasil :keseimbangan elektrolit asam-basa dapat

    tercapai, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat, konjungtiva tidak

    anemis.

  • 13

    Intervensi atau rencana tindakan (Wilkinson, 2007 : 177-178) dengan

    rasional (Doengoes, 2000 : 428-476). Intervensi yang akan dilakukan yaitu

    pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, rasional membantu

    membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode. Pantau status

    hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), rasional

    hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor

    kulit dan menambah edema jaringan.Kaji intake pada pasien, rasional

    menghindarkan iritan meningkatkan istirahat usus.Laporkan dan catat

    haluaran kurang dan lebih, rasional menunjukkan status hidrasi keseluruhan.

    Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang

    diinginkan, rasional pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali

    mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang

    berdampak pada keseimbangan elektrolit. Kolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian terapi, rasional cefotaxim untuk antibiotik, L-Bio untuk

    memelihara fungsi pencernaan, zinc untuk mengatasi dehidrasi.

    E. Implementasi Keperawatan

    Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin, 2 April 2012

    pada jam 10.00 WIB memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan

    cairan. Respon subyektif, ibu An. F mengatakan klien buang air besar kurang

    lebih 8 kali per shief dengan jumlah sedikit kurang lebih 10 cc, warna

    kehijauan, bercampur lendir dan darah. Respon obyektifnya pasien nampak

    pucat, sering menangis, hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis, balance

  • 14

    cairan 38 cc, klien muntah. Tindakan yang kedua pada jam 10.30 WIB adalah

    menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektifnya ibu An.F menyetujui.

    Respon obyektifnya An.F menangis, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk

    melalui IV.

    Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012

    pada jam 09.00 WIB adalah memberikan L-Bio. Respon subyektifnya ibu

    An.F menyetujui, Respon obyektif An.F menangis. Tindakan yang kedua pada

    jam 11.15 WIB adalah mengkaji intake pada pasien, tidak ada respon

    subyektif dari pasien, respon obyektif makan hanya 2 sendok (10 cc) minum

    250 cc, infus 200 cc. Tindakan yang ketiga pada jam 11.30 WIB memberikan

    injeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu An.F mengatakan bersedia

    jika anaknya diberi obat, respon obyektif An.F menolak, injeksi cefotaxim 300

    mg sudah masuk melalui IV. Tindakan yang keempat pada jam 13.30 WIB

    memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif

    ibu An.F mengatakan klien buang air besar kurang lebih 12 kali, warna

    kehijauan, encer, berlendir dan ada darah, respon obyektif balance cairan -49

    cc, tidak muntah, An.F menangis.

    Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012

    pada jam 10.00 WIB adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi

    kehilangan cairan. Respon subyektif ibu An.F mengatakan pasien buang air

    besar kurang lebih 5 kali sampai jam 10.00 WIB. dan sampai jam 14.00 WIB

    An.F sudah buang air besar 5 kali jadi total buang air besar pada tanggal 4

    April 2012 sebanyak 10 kali, dengan warna kehijauan, encer, berlendir dan

  • 15

    ada darah, respon obyektif An.F sering menangis, buang air besar masih

    terdapat lendir dan darah, balance cairan -79 cc. Tindakan yang kedua pada

    jam 10.30 wib adalah menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu

    An.F menyetujui pasien untuk diinjeksi, respon obyektif An.F menangis,

    injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV.

    F. Evaluasi Keperawatan

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

    pada tanggal 2 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode

    SOAP, hasil dari subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar

    kurang lebih 8 kali per shift dengan jumlah 10 cc setiap buang air besar, warna

    kehijauan, cair, lendir dan bercampur darah. Objektif (O) klien tampak lemas,

    rewel dan menangis, muntah 3 sampai 4 kali per shift, Hb 10,9 gr/dl, balance

    cairan 38 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planing (P)

    intervensi dilanjutkan: pantau warna, frekuensi, jumlah kehilangan cairan,

    kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

    pada tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode

    SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang

    lebih 12 kali dengan konsistensi masih encer, berlendir bercampur darah dan

    warna kehijauan. Obyektif (O) An.F menangis, sudah tidak muntah, balance

    cairan -49 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planning (P)

  • 16

    intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan,

    pantau status hidrasi, kaji intake pada pasien.

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

    pada tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode

    SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali

    dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna

    kehijauan. Obyektif (O) An.F Nampak rewel dan menangis, balance cairan -

    79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan:

    pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi,

    laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian terapi.

  • 17

    BAB III

    PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan

    Bab ini penulisakan membahas tentang Asuhan Keperawatan

    Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan An.F dengan Gastroenteritis Akut di

    Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Prinsip dari

    pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam

    asuhan keperawatan.

    Gastroenteritis Akut atau sering dikenal dengan diare akut adalah

    buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan

    berlangsung kurang dari 1 minggu (Pusponegoro, 2004 : 49). Diare adalah

    penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari

    biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan konsistensi tinja

    (menjadi cair), dengan / tanpa darah dan / lendir (Suraatmaja, 2007 : 1).

    Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus,

    adenovirus enterik, Norwalk-virus, dan lain-lain), bakteri atau toksinnya

    (Compyclobacter, Salmonella, Shigella, Escericia colli, Yersinia) (Wong,

    2004 : 492). Serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium) Patogen-

    patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel (Cecily L.betz,

    2002 : 155). Selain itu diare dapat juga disebabkan oleh malabsorbsi makanan,

    keracunan makanan (Harianto, 2004 : 28).

  • 18

    Pasien dengan diare akan timbul gejala mula-mula pasien cengeng,

    gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

    timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna

    tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan. Anus dan daerah

    sekitarnya timbul lecet (Ngastiyah, 2005 : 225). Bila pasien telah banyak

    kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai timbul: membran

    mukosa kering, turgor kurang, ubun-ubun besar dan cekung ( Pusponegoro,

    2004 : 50).

    Gejala diare yang timbul pada An.F adalah tinja cair yang disertai

    dengan lendir dan darah, menunjukkan adanya disentri basiller, jadi di dalam

    tinja terdapat infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab

    disentri basiler (Anonim, 2012).Melihat hal tersebut seharusnya dilakukan

    pemeriksaan tinja, tetapi selama penulis melakukan pengkajian 3 hari tidak

    dilakukan pemeriksaan tinja dari pihak rumah sakit. Selain yang disebutkan di

    atas gejala diare yang muncul pada An.F adalah warna tinja kehijauan dengan

    frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, muntah 3 sampai 4 kali

    per shift, membran mukosa kering, An.F terlihat menangis, conjungtiva

    anemis, hemoglobin 10,9 gr/dl.

    Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah

    keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

    aktif. Masalah keperawatan kurang volume cairan tersebut lebih

    diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada

    pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah kurang volume cairan karena

  • 19

    kurang volume cairan yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah

    kebutuhan dasar manusia, dimana kurang volume cairan tersebut lebih

    terdahulu untuk diatasi, jika tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian

    yang dikarenakan tubuh banyak kehilangan air yang disebut dengan dehidrasi.

    Dehidrasi yang sering terjadi pada penderita diare karena usus bekeja tidak

    sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya

    dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan (Harianto,

    2004 : 28). Pada dasarnya kurang volume cairan adalah suatu gejala subyektif

    yang kompleks berupa status dehidrasi yang tidak menyenangkan.

    Menurut (Iqbal, 2008 : 70) air menyusun 75 % dari berat badan bayi

    dan cairan total tubuh pada bayi adalah 80 % (Mary, E, 2005 : 107). Rumus

    kebutuhan cairan pada bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg, cairan

    tubuh yang diperlukan adalah 100 ml per kgbb.Bayi dengan berat badan 10

    sampai 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh adalah 1000 ml per kgbb. Bayi

    dengan berat badan lebih dari 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh 1500 ml per

    kgbb pada 20 kg pertama. Jadi, kebutuhan cairan pada pasien dengan berat

    badan 7.8 kg adalah 780 ml. Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Dari kasus

    diare banyak ditemukan bahwa output lebih besar daripada input sehingga

    hasilnya negatife. Tubuh akan mengalami kekurangan volume cairan dan

    dapat menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu dalam kasus diare memerlukan

    pemantauan atau observasi yag maximal. Melihat hal tersebut maka penulis

    melakukan pemantauan selama 3 kali 24 jam dalam intervensi keperawatan

    untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan volume cairan. Hal ini dilakukan

  • 20

    untuk mengurangi angka kejadian dehidrasi yang akan menyebabkan pada

    kematian.

    Dengan ditegakkannya diagnosa keperawatan kurang volume cairan,

    penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi kurang volume cairan pada

    pasien yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, pantau

    status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), kaji intake

    pada pasien, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, tentukan jumlah

    cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, Kolaborasi

    dengan dokter dalam pemberian terapi obat. Penulis melakukan tindakan

    keperawatan masih belum sesuai dengan rencana yang telah disusun

    sebelumnya untuk menangani masalah kurang volume cairan pada pasien

    sehingga pemenuhan kebutuhan volume cairan pasien belum terpenuhi.

    Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau

    jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien,

    memberikan terapi obat sesuai dengan advis dokter.

    Penulis tidak mencantumkan 3 intervensi yang seharusnya di

    masukkan dalam implementasi yang telah disusun sebelumnya. Intervensi

    tersebut adalah tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung

    asupan yang diinginkan, alasan intervensi ini tidak dimasukkan ke dalam

    implementasi karena penulis dalam melakukan pengkajian hanya dalam waktu

    8 jam ( shift pagi ) sehingga jika dipantau dalam 24 jam tidak sesuai dengan

    waktu pengkajian dan tidak akan mendapatkan data yang valid, oleh karena itu

    harus dibutuhkan observasi untuk pendelegasian kepada pihak rumah sakit.

  • 21

    Intervensi yang kedua adalah laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih,

    alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi karena dalam hal

    ini penulis lebih memfokuskan pada perhitungan balance cairan, sehingga

    penulis mengutamakan implementasi yang berkaitan dengan pemantauan

    jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan.Intervensi ketiga yang tidak

    dilakukan adalah pantau status hidrasi seperti kelembaban, membran mukosa,

    keadekuatan nadi, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi

    adalah keterbatasan penulis dalam melakukan pendokumentasian keperawatan

    sesuai dengan teori yang ada.

    Setelah melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, penulis

    mengevaluasi keadaan pasien setiap hari dan hasilnya kurang volume cairan

    pada pasien belum teratasi, karena dalam waktu pengkajian selama tiga hari

    pasien masih menunjukkan buang air besar kurang lebih 10 kali dan tinja

    masih terdapat darah dan lendir.

    Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi

    kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit

    gastroenteritis akut. Penulis menyadari masih mempunyai banyak kekurangan,

    tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak

    lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna

    serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

  • 22

    B. Simpulan

    Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam laporan kasus

    dan pembahasan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume

    cairan pada An.F dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Umum

    Daerah Karanganyar, maka penulis mengambil kesimpulan :

    Pengkajian yang didapat pada An.F pada tanggal 2 April 2012

    secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air

    besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna

    kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien

    tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik),

    balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka

    penulis mengambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan

    berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .

    Intervensi keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan

    berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah pantau warna, jumlah,

    dan frekuensi kehilangan cairan, kaji intake pada pasien, kolaborasi dengan

    dokter dalam pemberian terapi.Implementasi yang sudah dilakukan oleh

    penulis adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan,

    mengkaji intake pada pasien, mengkolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian obat seperti cefotaxim, L-Bio, dan zinc.

    Evaluasi hari terakhir pada tanggal 4 April 2012 didapatkan data

    Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan

    buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan.

  • 23

    Obyektif (O) An.F menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah

    belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah,

    frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat

    haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

    terapi.

    C. Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran antara

    lain :

    a. Bagi Institusi pelayanan kesehatan

    Diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan,

    khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan.

    b. Bagi Tenaga kesehatan khususnya perawat

    Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya

    dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih

    maximal khususnya pada pasein dengan pemenuhan kebutuhan

    volume cairan agar melakukan observasi maximal pada pemeriksaan

    fisik seperti turgor kulit diperut untuk melihat tanda dan gejala dari

    dehidrasi.

    c. Bagi Institusi pendidikan

    Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan

    volume cairan dapat dijadikan refrensi dan daftar kepustakaan.

  • 24

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2012.Penyakit Disentri. http://obatpropolis.com/penyakit-disentri Di akses tanggal 25 April 2012

    Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

    Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

    Gunardi Hartono, Tehuteru Edi S, Kurniati Nia. dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

    Lannywati, ghani. 2011. Faktor-faktor risiko diare persisten pada anak balita.

    http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/lannywati_ghani.pdf

    Di akses tanggal 9 April 2012

    Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat. Departement Farmasi. FMIPA Universitas Indonesia.Jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v0in0i/Harianto010104.pdf Di akses tanggal 13 April 2012

    Herdman, T Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC

    Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

    Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran Masyarakat.Yogyakarta

    Kasim, Fauzi.2010/2011.ISO INDONESIA Volume 45. Jakarta: PT.ISFI

    Mubarak, Wahid Iqbal. 2008. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan elektrolit. Jakarta: EGC

    Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC

    Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

    Pusponegoro Hardiono D, Hadinegoro Sri Rezeki S, Firmanda Dody. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1.Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

  • Rahmawati Elfi, Padmawati Ratna Siwi, Widyatama Rendra. 2008. Analisis Kebutuhan Program Pencegahan Diare Pada Anak Berusia Di Bawah Dua Tahun Volume 24.Yogyakarta

    Suraatmaja, Sudrajat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

    Wilkonson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7.Jakarta.: EGC

    Wong Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC