ASKEP
-
Upload
rizal-underwar-deadbeforesuicide -
Category
Documents
-
view
121 -
download
0
Transcript of ASKEP
![Page 1: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/1.jpg)
ASKEP STRUMA
Posted on Maret 26, 2008 by harnawatiaj
1.
Pengertian struma nodosa non toksik
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
(Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, hal. 461, FKUI, 1987).
1.
Anatomi kelenjar tyroid
Kelenjar tyroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya vaskularisasi,
lobus terletak di sebelah lateral trakea tepat dibawah laring dan dihubungkan
dengan jembatan jaringan tiroid, yang disebut isthmus, yang terlentang pada
permukaan anterior trakea. Secara mikroskopik, tiroid terutama terdiri atas
folikel steroid, yang masing – masing menyimpan materi koloid dibagian
pusatnya. Folikel memproduksi, menyimpan dan mensekresi kedua hormon
utama T3 (triodotironin) dan T4 (tiroksin). Jika kelenjar secara aktif
mengandung folikel yang besar, yang masing – masing mempunyai jumlah
koloid yang disimpan dalam jumlah besar sel – selnya, sel – sel parafolikular
mensekresi hormon kalsitonin. Hormon ini dan dua hormon lainnya
mempengaruhi metabolisme kalsium. Hormon – hormon ini akan dibicarakan
kemudian.
1.
Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1.
1.
Defisiensi iodium
![Page 2: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/2.jpg)
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya
daerah pegunungan.
1.
1.
Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon
tyroid.
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi
dalam kol, lobak, kacang kedelai).
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
1.
Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin
(T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi
Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa
obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme
tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis.
Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
1.
Gejala-gejala
![Page 3: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/3.jpg)
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma
cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan
pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
1.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dan tidak
toksik, melalui :
1.
1.
Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih,
konsistensinya kenyal.
Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin)
dan T3 (triyodotironin) dalam batas normal.
Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat
atau tidaknya nodul.
Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi yang hanya
dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman.
Pencegahan
2. Penatalaksanaan
Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di
daerah endemik sedang dan berat.
Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
![Page 4: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/4.jpg)
Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah
endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang
dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun
diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
1.
1.
Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi
bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada
organ sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan
dicurigai.
Konsep Asuhan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menggunakan pedoman
asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah pasien secara ilmiah dan
sistematis yang meliputi tahap pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan
secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :
1.
1.
Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat, atrofi otot.
![Page 5: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/5.jpg)
Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces,
diare.
Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional
maupun fisik, emosi labil, depresi.
Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu
makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan,
mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter.
Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.
Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea,
edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang
berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada
pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus,
eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,
pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi
sangat parah.
Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama
sekali, impotensi.
Langkah selanjutnya adalah penentuan diagnosa keperawatan yang
merupakan suatu pernyataan dan masalah pasien secara nyata maupun
potensial berdasarkan data yang terkumpul. Diagnosa keperawatan pada pasien
dengan struma nodosa nontoksis khususnya post operai dapat dirumuskan
sebagai berikut ;
Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
![Page 6: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/6.jpg)
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan
laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan,
rangsangan pada sistem saraf pusat.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah
terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.
1.
Perencanaan keperawatan/intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah pasien sesuai diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan utama memenuhi kebutuhan
pasien. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diuraikan di atas, maka
disusunlah rencana keperawatan/intervensi sebagai berikut :
1.
1.
Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan,
perdarahan dan spasme laryngeal.
Tujuan yang ingin dicpai sesuai kriteria hasil :
Mempertahankan jalan nafas paten dengan mencegah aspirasi.
Rencana tindakan/intervensi
Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.
Rasional :
Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi berkembangnya
distres pada pernafasan merupakan indikasi kompresi trakea karena
edema atau perdarahan.
![Page 7: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/7.jpg)
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi.
Rasional :
Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme laringeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara.
Rasional :
Indika qtor obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi
dan intervensi segera.
Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala
dengan bantal.
Rasional :
Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena
pembedahan.
Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai
indikasi.
Rasional :
Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk
tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu
perlu untuk membersihkan jalan nafas.
Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan trakea sesuai indikasi, catat warna
dan karakteristik sputum.
Rasional :
Edema atau nyeri dapat mengganggu kemampuan pasien untuk
mengeluarkan dan membersihkan jalan nafas sendiri.
![Page 8: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/8.jpg)
Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama pada
bagian posterior
Rasional :
Jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin akan tampak
kering karena darah tertampung/terkumpul pada daerah yang
tergantung.
Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.
Rasional :
Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada jaringan
sekitar daerah operasi.
Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien.
Rasional :
Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang mengancam
kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat.
Pembedahan tulang
Rasional :
Mungkin sangat diperlukan untuk penyambungan/perbaikan pembuluh
darah yang mengalami perdarahan yang terus menerus.
1.
1.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita
suara/kerusakan saraf laring, edema jaringan, nyeri,
ketidaknyamanan.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :
![Page 9: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/9.jpg)
Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami.
Rencana tindakan/intervensi
Kaji fungsi bicara secara periodik.
Rasional :
Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan
karena pembedahan pada saraf laringeal yang berakhir dalam beberapa
hari kerusakan saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan pita suara atau
penekanan pada trakea.
Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya
memerlukan jawaban ya atau tidak.
Rasional :
Menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.
Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis,
kertas tulis/papan gambar.
Rasional :
Memfasilitasi eksprsi yang dibutuhkan.
Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur.
Rasional ;
Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunias.
Beritahu pasien untuk terus menerus membatasi bicara dan jawablah bel
panggilan dengan segera.
Rasional :
![Page 10: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/10.jpg)
Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan
yang diketahui/memerlukan bantuan.
Pertahankan lingkungan yang tenang.
Rasional :
Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan
menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat
didengarkan.
1.
1.
Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses
pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :
Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi terpenuhi/terkontrol.
Rencana tindakan/intervensi
Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi
(140 – 200/menit), disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan
paru).
Rasional :
Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat mengakibatkan
peningkatan pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tyroid.
Evaluasi reflesi secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya
gerakan tersentak, adanya kejang, prestesia.
Rasional :
Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat terjadi 1 – 7
hari pasca operasi dan merupakan indikasi hypoparatiroid yang dapat
![Page 11: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/11.jpg)
terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja pada
pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan.
Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada posisi
yang rendah.
Rasional :
Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang.
Memantau kadar kalsium dalam serum.
Rasional :
Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi
pengganti.
Kolaborasi
Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat).
Rasional ;
Memperbaiki kekurangan kalsium yang biasanya sementara tetapi
mungkin juga menjadi permanen.
1.
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan
bedah terhadap jaringan/otot dan paska operasi.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan kemampuan
mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai
situasi.
Rencana tindakan/intervensi :
![Page 12: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/12.jpg)
Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya.
Rasional :
Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi,
menentukan efektivitas terapi.
Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan
bantal pasir/bantal kecil.
Rasional :
Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas gari jahitan.
Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan
posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk menyokong leher
selama pergerakan dan untuk menghindari hiperekstensi leher.
Rasional :
Mencegah stress pada garis jahitan dan menurunkan tegangan otot.
Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah.
Rasional :
Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi.
Berikan minuman yang sejuk/makanan yang lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
Rasional :
Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika
pasien mengalami kesulitan menelan.
![Page 13: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/13.jpg)
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik
yang lembut, relaksasi progresif.
Rasional :
Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
Kolaborasi
Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai
kebutuhannya.
Berikan es jika ada indikasi
Rasional :
Menurunnya edema jaringan dan menurunkan persepsi terhadap nyeri.
1.
1.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
prognosis dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan tidak
mengungkapkan secara terbuka/mengingat kembali, setelah
menginterpretasikan konsepsi.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :
Adanya saling pengertian tentang prosedur pembedahan dan
penanganannya, berpartisipasi dalam program pengobatan, melakukan
perubahan gaya hidup yang perlu.
Rencana tindakan/intervensi :
Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya.
Rasional ;
![Page 14: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/14.jpg)
Member pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat keputusan
sesuai informasi.
Diskusikan kebutuhan diet yang seimbang, diet bergizi dan bila dapat mencakup
garam beriodium.
Mempercepat penyembuhan dan membantu pasien mencapai berat
badan yang sesuai dengan pemakaian garam beriodium cukup.
Hindari makanan yang bersifat gastrogenik, misalnya makanan laut yang
berlebihan, kacang kedelai, lobak.
Rasional :
Merupakan kontradiksi setelah tiroidiktomi sebab makanan ini menekan
aktivitas tyroid.
Identifikasi makanan tinggi kalsium (misalnya : kuning telur, hati)
Rasional :
Memaksimalkan suplay dan absorbsi jika fungsi kelenjar paratiroid
terganggu.
Dorong program latihan umum progresif
Rasional :
Latihan dapat menstimulasi kelenjar tyroid dan produksi hormon yang
memfasilitasi pemulihan kesejahteraan.
1.
Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien.
Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain
![Page 15: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/15.jpg)
dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan
serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.
1.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada
tahap evaluasi ini akan difokuskan pada :
1. Apakah jalan nafas pasien efektif?
2. Apakah komunikasi verbal dari pasien lancar?
3. Apakah tidak terjadi tanda-tanda infeksi?
4. Apakah gangguan rasa nyaman dari pasien dapat terpenuhi?
5. Apakah pasien telah mengerti tentang proses penyakitnya serta tindakan
perawatan dan pengobatannya?
Sumber:
1. Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2,
penerbit EGC.
2. Guyton, C. Arthur, (1991), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Missisipi;
Departemen of Physiology and Biophysis. EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.
3. Junadi, Purnawan,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, penerbit FKUI,
Jakarta.
4. Long, Barbara C, (1996), Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
5. Price, Sylvia A,(1998). Patofisiologi, jilid 2, penerbit EGC, Jakarta.
![Page 16: ASKEP](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/5571fab6497959916992e966/html5/thumbnails/16.jpg)
6. Tucker, Susan Martin(1998), Standar Perawatan Pasien, Penerbit buku
kedokteran, EGC. Jakarta.
1. Anonim, 1994., Struma Nodusa Non Toksik., Pedoman Diagnosis dan Terapi., Lab/UPF Ilmu Bedah., RSUD Dokter Sutomo., Surabaya
2. Adediji., Oluyinka S.,2004., Goiter, Diffuse Toxic., eMedicine.,
3. Davis, Anu Bhalla., 2005, Goiter, Toxic Nodular., eMedicine.,
4. De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC., Jakarta
5. Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya., Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.,FKUI., Jakarta
6. http://www.emedicine.com/med/topic917.htm
7. http://www.emedicine.com/med/topic920.htm
8. http://www.emedicine.com/med/topic919.htm
9. http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm
10. Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,
11. Mansjoer A et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta
12. Mulinda, James R., 2005., Goiter., eMedicine.,
13. Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and Parathyroid., In : Schwartz. SI., et al., 1999.,Principles of Surgery. Vol 2., 7th Ed., McGraw-Hill., Newyork