Askariasis pbl

33
TINJAUAN PUSTAKA Askariasis pada Anak Gusna Ridha Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana .Arjuna Utara no 6. Jakarta Barat [email protected] Skenario Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan keluhan 1 hari yang lalu saat buang air besar disertai keluar cacing berbentuk bulat dan panjang dengan ukuran 25 cm. nafsu makan anak juga berkurang . pada pemeriksaan anak tampak sakit ringan, berat badan 12 kg. Pendahuluan Pada kondisi yang berat, cacingan bisa menimbulkan berbagai gangguan yang sulit disembuhkan. Namun begitu, perlu waktu untuk melihat gejalanya. Mungkin saja setelah beberapa waktu, gejala klinik penyakit cacingannya baru nampak. Di hari- hari berikutnya, mereka akan berkembang biak dalam tubuh. Sekali 1

description

askariasis pbl blok digestive

Transcript of Askariasis pbl

Page 1: Askariasis pbl

TINJAUAN PUSTAKA

Askariasis pada Anak

Gusna Ridha

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

.Arjuna Utara no 6. Jakarta Barat

[email protected]

Skenario

Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan keluhan 1

hari yang lalu saat buang air besar disertai keluar cacing berbentuk bulat dan panjang dengan

ukuran 25 cm. nafsu makan anak juga berkurang . pada pemeriksaan anak tampak sakit ringan,

berat badan 12 kg.

Pendahuluan

Pada kondisi yang berat, cacingan bisa menimbulkan berbagai gangguan yang sulit

disembuhkan. Namun begitu, perlu waktu untuk melihat gejalanya. Mungkin saja setelah

beberapa waktu, gejala klinik penyakit cacingannya baru nampak. Di hari-hari berikutnya,

mereka akan berkembang biak dalam tubuh. Sekali bertelur bisa mencapai ribuan. Penyakit yang

sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat penting untuk

mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gangguan yang

ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga  sampai yang berat bahkan

sampai mengancam jiwa. 

Secara umum, gangguan nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita, Sekitar 60

persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah pada usia

1

Page 2: Askariasis pbl

5-14 tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik dipedesaan maupun perkotaan. Karena itu,

cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memengetahui seluk beluk mengenai

penyakit cacingan atau kecacingan pada anak. Mencoba memahami tentang penyebab cacingan,

gejala yang ditimbulkan, cara mencegah dan mengatasi penyakit cacingan, dan yang terpenting

adalah mengetahui dan memahami dampak penyakit cacingan pada anak-anak.

Makalah ini juga  sekaligus untuk memenuhi tugas PBL yang diberikan dan membuktikan

mengenai hipotesa yang telah dibuat.

Anamnesis

Anamnesis yaitu suatu proses wawancara dua arah antara dokter dengan pasiennya untuk

menadapatkan informasi mengenai keluhan yang membuatnya datang ke dokter. Karna pasien

masih belum mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya, biasanya kita dapat menggali

informasi secara alloanamnesi, yaitu anamnesis yang kita lakukan dengan pendamping pasien

yang mengerti benar mengenai riwayat perjalanan penyakit pasien. Dalam lingkup untuk

mendiagnosis penyakit kecacingan ini ada beberapa pertanyaan yang diperlukan, diantaranya

mengenai: 1

Tinja

o Diare/konstipasi?

o Melena?

o Bau?

o Terdapat materi atau tidak?

Nafsu makan

o Baik/buruk?

o Perubahan yang baru terjadi

atau sudah lama?

o Ada intoleransi makanan

spesifik?

Disfagia

o Adanya kesulitan menelan?

o Kapan terjadinya

o Karena nyeri atau ada

tahanan?

2

Page 3: Askariasis pbl

o Jenis makanan padat atau

cair?

o Keadaan yang menyebabkan

hambatan?

Berat badan

o Berkurang/bertambah/tetap?

o Berapa banyak dan berapa

lama?

Nyeri abdominal/dispepsia/gangguan

pencernaan

o Keadaan?

o Lokasi?

o Penjalaran?

o Efek masa?

Muntah

o Berapa banyak?

o Berapa sering?

o Isi?

o Rasa?

o Ada materi atau tidak ?

Diet dan obat-obatan

Gejala lain (sesak nafas? Rasa

begah? Gatal pada anus? Dll)

Pemeriksaan Fisik

Pertama tama kita harus melihat keadaan umum anak , bila keadaan umum baik atau

tidak dalam keadaan gawatm kita dapat melanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang lebih

spesifik. Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan berbaring dan

relaks, kedua lengan berada disamping, dan pasien bernapas melalui mulut. Pasien diminta untuk

menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-otot abdomen menjadi relaks. Tangan

pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks tahanan otot oleh pasien.1

Inspeksi

Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya dengan cepat, perhatikan

abdomen untuk memeriksa hal berikut ini:1

Bentuk abdomen?

Bergerak tanpa hambatan ketika pasien bernapas?

Gerakan peristaltik yang terlihat?

3

Page 4: Askariasis pbl

Kelainan-kelainan lain yang dapat terlihat?

Palpasi

Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, awalnya tanpa penekanan yang

berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat area nyeri yang

diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap beberapa organ. 1

Nyeri ?

Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri

abdomen. Selalu tanyakan letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa bagian tersebut

paling akhir.

Teraba masa padat?

Tahanan abdomen?

Tahanan abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdominal yang

terlokalisasi yang tidak dapat dihindari oleh pasien dengan sengaja.

Perkusi

Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya

pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu perkusi

dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan bagian tepi

organ. 1

Auskultasi

Bising usus normal, menurun, meningkat?

Hanya pengalaman klinis yang dapat memberitahu bising usus yang normal. Seorang

pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat mengatakan

dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar. Bising usus yang meningkat dapat ditemukan

pada obstruksi usus, diare, dan jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran

cerna atas (keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltik).

4

Page 5: Askariasis pbl

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium:

1. Pemeriksaan mikroskopik feses dapat digunakan untuk memeriksa sejumlah besar telur

yang diekskresikan melalui anus. Telur yang khas dapat terlihat secara langsung pada

pemeriksaan feses. Namun telur tidak terlihat di feses sebelum 40 hari paska infeksi,

sehingga pemeriksan telur cacing tidak dapat digunakan untuk diagnosis awal askariasis.2

2. Pada pemeriksaan darah kadang ditemukan eosinofilia terutama pada fasemigrasi larva

melalui paru-paru. Kadar eosinofil biasanya berkisar antara 5sampai 12%, tetapi dapat

mencapai 30 sampai 50%. Kadar IgG dan IgE serum sering meningkat pada awal

infeksi.2-3

3. Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru.3

4. Ditemukannya larva atau kristal Charcot-Leyden  pada pemeriksaan sputum bila terjadi

Sindroma Loeffler.2-3

Rontgen abdomen

Pada anak dengan infeksi yang parah, dapat terdeteksi adanya kumpulan cacing

pada foto polos abdomen. Massa cacing terlihat kontras dengan udara dalam usus yang

menimbulkan efek "whirlpool " dan gambaran air fluid level. Cacing dewasa terdeteksi

dengan adanya elongated filling defects pada pemeriksaan Barium enema usus halus.

Obstruksi usus juga terlihat pada gambaran radiologis.3

Narrow-based air fluid levels tanpa pelebaran loop usus dapat didugaa

danya obstruksi parsial. Wide-based air fluid levels dengan pelebaran

loopmenunjukkan adanya obstruksi komplit. 3

5

Page 6: Askariasis pbl

Rontgen menunjukkan multiple air fluid level 

dengan cigar bundle appearance dari askaris

USG abdomen

Digunakan bila pada foto polos abdomen maupun dengan kontras tidak terlihat

adanya pelebaran loop usus dan air fluid level. USG abdomen merupakan pemeriksaan

yang cepat, aman, non invasif, namun relatif  mahal untuk melihat  askariasis bilier.  Pada USG 

akan tampak berbagaimacam gambaran askaris yaitu: 

(a)  Strip echogenik tebal dengan central anechoic tube

(b) strip echogenik multipel panjang, linier, paralel tanpa acoustic shadowing  dan

(c) Overlapping longitudinal interfaces pada duktus biliaris utama akibat gulungan seekor

atau  beberapa cacing dalam duktus biliaris.4

CT scan abdomen

Untuk melihat gambaran lebih jelas. Dapat digunakan kontras  untuk 

penderita  dengan gejala akut abdomen yang diperkirakan adanya obstruksi intestinal. 3

Rontgen thoraks

Digunakan untuk melihat manifestasi askariasis pada paru- paru, sering terlihat adanya

gambaran opak pada lapang pandang paru seperti pada sindroma Loeffler. 2- 3

6

Page 7: Askariasis pbl

Ova Dan Parasit Dalam Tinja

Pemeriksaan specimen tinja dapat mendekati beberapa jenis parasit usus. Beberapa

dalam parasit ini hidup dalam simbiosis non pathogen. Sedangkan, yang lainnya menyebabkan

penyakit usus. Diantaranya yang paling sering adalah Ascaris lumbricoides dan Necator

americanus (cacing tambang); cacing pita Diphyllobothirium latum, taenia saginata, dan Taenia

solium (jarang), amuba Entamoeba histolytica; dan flagelata Giardia lamblia. Siklospora juga

dapat dideteksi dalam pemeriksaan feses untuk ova dan parasit. 1

Tujuan

Untuk memastikan atau menyingkirkan infeksi dan penyakit parasit usus. 1

Persiapan pasien1

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini mendeteksi parasit usus.

Sebagaimana diminta, perintahkan pasien untuk menghindari pengobatan dengan minyak

mineral atau jarak, bismuth, senyawa antidiare atau magnesium, enema barium, dan

antibiotic selama 7 sampai 10 hari sebelum uji.

Beritahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan 3 spesimen tinja, yaitu selang sehari

atau setiap hari ke tiga. Dapat diperlukan sampai enam specimen untuk memastikan adanya

E.histolytica.

Catat riwayat perjalanan dan diet terbaru bila pasien menderita diare. Periksa riwayat pasien

terhadap obat antiparasit, seperti karbason, tetrasiklin, kromomisin, metronidazol. Dan

diiodohidroksikuin, dalam 2 minggu sebelum uji.

Perlengkapan 1

Sarung tangan, wadah kedap air dengan tutup rapat, pispot (bila perlu), spatel lidah.

Prosedur dan Perawatan Pasca Uji1

Pakai sarung tangan dan kumpulkan specimen tinja langsung kedalam wadah.

Kumpulkan specimen kedalam pispot bila pasien terbaring ditempat tidur, kemudian

pindahkan feces kedalam wadah yang telah dilabel dengan menggunakan spatel lidah.

7

Page 8: Askariasis pbl

Catatlah tanggal dan waktu pengumpulan serta konsistensi spesimennya.

Catat juga setiap terapi antimikroba baru baru ini serta setiap riwayat perjalan atau makanaan

yang berhubungan

Saat ini tersedia piranti pengumpulan tinja dan pengawet yang dijual bebas untuk deteksi ova

dan parasit

Beritahukan pasien bahwa ia dapat menjalankan kembali jadwal obat obatan seperti biasa.

Specimen yang telah diobati harus diperiksa 3 sampai 4 minggu setelah pengobatan untuk

memastikan eradikasinya.

Perhatian1

Jangan mencemari specimen tinja dengan urin, yang dapat menghancurkan trofozoit

Jangan mengumpulkan tinja dari jamban, karena air bersifat toksik untuk trofozoit serta dapat

mengandung organisme yang mengganggu hasil uji

Kirimkan segera specimen ke laboratorium setelah pengumpulan, bila specimen cairan atau

tinja lunak tidak dapat diperiksa dalam 30 menit setelah dikeluarkan, letakkan dalam

pengawet. Bila specimen tinja yang terbentuk tidak dapat diperiksa segera, dinginkan atau

letakkan pada pengawet.

Bila keseluruhan tinja tidak dapat dikirim ke laboratorium, masukkan cacing, atau segmen

cacing makroskopik serta bagian specimen yang berdarah dan mukoid.

Gunakan sarung tangan saat melakukan prosedur san menangani specimen. Buang peralatan,

tutup rapat wadah, dan kirimkan. Buang sarung tangan setelah pengumpulan specimen.

Temuan normal1

Tidak terdapat parasit atau ova dalam tinja

Temuan Abnormal

Adanya E. histolytica memastikan amebiasis; g. lamblia, giardiasis. Meskipun demikian,

luasnya infeksi bergantung pada derajat invasi jaringan. Bila menvcurigai amebiasis tetapi

pemeriksaan tinja negative, mungkin diperlukan pengumpulan specimen setelah katartik salin

dengan menggunakan natrium bifosfat buffer atau selama sigmoidoskopi. Bila mencurigai

8

Page 9: Askariasis pbl

giardiasis atau adanya Strongyloides stercoralis tetapi pemeriksaaan tinja negative, mungkin

diperlukan pemeriksaan isi duodenum. 1

Cidera pada penjamu sulit dideteksi, meskipun tampak larva atau ovum cacing, dengan

demikian jumlah cacing biasanya bersesuaian dengan gejala klinis pasien untuk membedakan

antara infestasi cacing san penyakit cacing. Eosinofilia juga dapat menunjukkan infeksi parasit. 1

Cacing dapat berpindah dari saluran cerna, dengan memberikan perubahan patologis pada

bagian lain tubuh . misalnya cacing gelang Ascaris lumbricoides dapat menembus dinding usus

yang menyebabkan peritonitis, atau berpindah ke paru paru, yang menyebabkan pneumonitis.

Cacing tambang dapat menyebabkan anemia mikrositik hipokrom akibat pengisapan darah dan

pendarahan, terutama pada pasien dengan diet kurang besi. Cacing pita D. latum dapat

menyebabkan anemia megaloblastik dengan mengeluarkan vitamin B12. 1

Faktor yang Mempengaruhi

Minyak mineral atau kastroli, bismuth, senyawa antidiare ayau magnesium, dan enema

barium

Tidak berpuasa sebelum uji.

Teknik pengumpulan yang tidak benar, specimen yang dikumpulkan terlalu sedikit, atau

kontaminasi sempel dengan urin (negative palsu)

Tidak mengirimkan specimen ke laboraturium segera atau tidak mendinginkan atau

mengawetkan specimen.

Specimen terkena panas atau dingin berlebihan.

Media kontras radiografi yang diberikan pada pasien dalam 5 sampai 10 hari sebelum

pengumpulan specimen.

Penegakan Diagnosis

Diagnosis askariasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti askariasis ditegakkan apabila

ditemukan telur  ascaris lumbricoides pada pemeriksaan tinja atau ditemukannya cacing dewasa

yang keluar melalui anus. Hidung, atau mulut. Dari anamnesis ditemukan riwayat feses

bercampur cacing yang panjangnya 25 cm, yaitu  Asacaris lumbricoides. Dapat disertai

9

Page 10: Askariasis pbl

juga gangguan yang lainnya misalnya berkurangnya nafsu makan, keluhan nyeri perut terutama

periumbilikus yang timbulnya intermiten, konstipasi atau obstipasi, dan diare. Pada anak-

anak dengan infeksi askariasis kronis dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.3,5

Kecacingan (Askariasis)

Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing.

Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. Infeksi kecacingan adalah infeksi

yang disebabkan oleh cacing kelas nematode usus khususnya yang penularan melalui tanah,

diantaranya Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus) dan Strongyloides stercoralis.3,6

Etiologi

Askariasis adalah infeksi parasit pada saluran cerna yang disebabkan oleh Ascaris

lumbricoides atau lebih dikenal dengan cacing gelang (roundworm) yang penularannya melalui

perantaraan tanah (Soil Transmited Helminths).7-8

Morfologi

  Ascaris lumbricoides adalah nematoda terbesar pada manusia. Cacing betina

lebih besar dari cacing jantan, panjang cacing betina bervariasi dari 25-40 cm dan cacing jantan

rata-rata 15-25 cm dengan diameter antara 3-5 mm. cacing betina dewasa mempunyai bentuk

tubuh posterior yang membulat, berwarna putih kemerah merahan dan mempunyai ekor lurus

tidak melengkung, sementara cacing jantan dewasa mempunyai warna yang sama

dengan cacing betina, tetapi ekornya melengkung ke arah ventral Kepalanya mempunyai tiga

bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada

pinggirnya. Cacing netina dapat menghasilkan telur 200.000 perhari yang di ekskresikan

melalui feses.7

10

Page 11: Askariasis pbl

Siklus Hidup

Manusia adalah satu-satunya host definitif  Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa menetap

pada lumen usus halus, biasanya pada jejunum atau ileum. Cacing ini mempunyai lama hidup

1 tahun sampai 2 tahun dengan terus berdiam diri diusus halus atau berpindah dari

satu organ ke organ lainnya, dan kemudian keluar bersama dengan feses. Askaris

lumbricoides dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 per hari, baik telur fertil maupun

telur infertil. Hanya telur fertil yang dapat menjadi infeksius. Tidak adanya telur fertile dalam

pemeriksaan feses menunjukkan bahwa hanya ada cacing betina di dalam usus. 7

Panjang terlur cacing 60-70 mikro meter dengan lebar 40-50 mikro meter dengan adanya

mamillated outer coat . Telur keluar melaluifeses dan berkembang menjadi telur yang infektif

berisi larva pada tanah dalam waktu 18 hari sampai beberapa minggu (tergantung kondisi

lingkungan). Iklimtropis dengan suhu optimal adalah 23o C sampai 30oC merupakan lingkungan

yang sangat cocok untuk perkembangan telur dan larva cacing. 7

Secara skematis siklus Ascaris lumbricoides dapat dilihat pada sebagai berikut:6,7

1 . Caing dewasa hidup dalam lumen usus halus

2 . Cacing betina dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur perhari yang akan dikeluarkan

melalui feses

3 . telur yang tidak fertile dapat tertelan namun tidak infeksius. Telur yang fertile akan

menjadi infeksius setelah 18 hari sampai beberapa minggu tergantung pada kondisi

lingkungan (optimum: lembab, hangat).

4 . Telur yang infektif tertelan

5 . Larva menempel dan menginvaginasi mukosa usus

6 . Dan terbawa melalui vena porta menuju ke paru – paru

7 . larva matur dalam paru paru (10-14 hari) akan penetrasi ke dinding alveoli, setelah masuk

rongga alveolus, kemudia naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea

larva akan menuju faring. Penderita akan batuk karena rangsangan tersebut dan larva

akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larba berubah

menjadi cacing dewasa (kembali kesiklus 1).

11

Page 12: Askariasis pbl

Diperlukan waktu antara 2-3 bulan dari mulai tertelannya telur infeksius menjadi

cacing dewasa

Siklus hidup Askaris lumbrocoides

Epidemiologi

Askariasis paling sering terjadi di negara-negara tropis dan subtropis dengan iklim

lembab dan hangat, terutama dipengaruhi oleh kemiskinan, kurangnya persediaan air bersih,

serta kebersihan lingkungan yang buruk. Di Indonesia,  prevalensi Askariasis pada anak-anak

sebesar 60-80%. Askariasis dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering terjadi pada anak

usia 2 sampai 10 tahun dan prevalensinya turun setelah usia 15 tahun. 7

Cara penularan

Penularan askariasis terutama terjadi melalui tertelannya telur  Ascaris lumbricoides yang 

terdapat pada  makanan atau minuman yang terkontaminasi. Pada anak anak biasanya terjadi

12

Page 13: Askariasis pbl

akibat tertelannya telur melalui tangan yang kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu di

udara.6

Patogenesis dan Gejala Klinik

Pada umumnya penderita tidak menunjukkan gejala. Gejala klinis akan timbul bila

jumlah cacing cukup banyak, disetkan bahwa usus dapat menampung lebih dari 5000 cacing

tanpa menimbulkan gejala klinis

Patogenesis dan gejala klinis askariasis disebabkan oleh: respon imun host, efek migrasi

larva, efek mekanis cacing dewasa, dan defisiensi nutrisi yang disebabkan cacing dewasa.

Pada anak-anak gejala utamanya adalah nyeri abdomen, hilangnya nafsu makan, diare, dan

gangguan pertumbuhan pada infeksi askaris kronis. Secara umum, gejala klinis dan 

komplikasi askariasis dapat dibagi menjadi: Manifestasi pada paru-paru dan hipersensitivitas,

Manifestasi pada usus, Obstruksi usus, dan Gejala hepatobilier dan pankreatik.8

1. Manifestasi pada paru-paru dan hipersensitivitas

Larva askaris yang mempenetrasi mukosa usus dan secara hematogen di transport

menuju paru-paru dapat menimbulkan manifestasi pada paru-paru.  Manifestasi pada paru-paru

bervariasi, terjadi pada 5-26 hari setelah tertelannya telur askaris. Ascaris pneumonia dapat

terjadi, yang akan menyebabkan reaksi inflamasi lokal alveoli. Askariasis paru merupakan

penyebab tersering Loeffler’s syndrome yang ditandai oleh  demam, batuk, sputum,

asma, eosinofilia, dan terlihat adanya infiltrat pada rontgen thoraks. 6,9

Manifestasi pada paru-paru ini bersifat sementara dan akan mengjilang setelah beberapa

minggu. Kristal Charcot-Leyden, dan larva dapat ditemukan pada pemeriksaan sputum. Beratnya

gejala memiliki korelasi dengan banyaknya larva, tetapi gejala pulmoner lebih jarang pada

negara dengan penularan Ascaris lumbricoides yang terus menerus. 6,9

Askaris menginduksi respon humoral yang kuat, ditandai dengan peningkatan IL – 4

respon humoral yang kuat, ditandai dengan peningkatan IL-4,IL-5, eosinofilia dan Ascaris

- specific IgE, yang merupakan tanda respon imun dari Th2. Manifestasi alergi yang terjadi

diakibatkan oleh  IgE-mediated hypersensitivity,meliputi rinitis alergi (hay fever), eczema, asma

13

Page 14: Askariasis pbl

dan alergi berbagai macam makanan. Manifestasi ini dapat didiagnosis dengan skintest  atau

ditemukannya allergen-specific IgE  dalam serum. Biasanya terjadi pada

akhir periode migrasi melalui paru-paru  dan berlanjut  selama  fase intestinal askariasis. 6,9

2. Manifestasi pada usus

Gejala utama askariasis pada anak-anak adalah nyeri  abdomen,  anoreksia, kegagalan

pertumbuhan dan diare. Nyeri perut yang disebabkan oleh obtruksi intestinal

oleh parasit dirasakan di daerah periumbilikal. Bila cacing masuk kesaluran empedu maka dapat

menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum

atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Gastroentritis eosinofilik merupakan

inflamasi yang ditandai oleh infiltrasi eosinofil pada saluran cerna yang menyebabkan berbagai

gejala abdomen dan biasanya berupa eosinofilia perifer. 6,9

Ascaris lumbricoides akan mendiami usus manusia dan menyerap makanan disana,

disamping tumbuh dan berkembang biak. Inilah yang menyebabkan seseorang menderita kurang

gizi karena makanan yang masuk diserap terus oleh Ascaris lumbricoides. 6,9

Pada anak balita, jumlah cacing yang banyak dapat menyebabkan malnutrisi berat akibat

kegagalan absorpsi protein, laktose dan vitamin A, Serta dapat terjadi steatorrhea. 

Malabsorpsi terjadi  akibat  kerusakan mukosa usus karena infeksi cacing dewasa dan lesi pada

usus setelah cacing keluar. Efek  jangka panjangnya  dapat menyebabkan  hambatan 

pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk perkembangan kognitif saat usia sekolah. 6,9

3. Obstruksi Usus

Obstruksi usus adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada anak usia 1sampai 5

tahun, sekitar 38%-88% dari seluruh komplikasi. Gejala obstruksi usus berupa kolik abdomen,

mual, dan konstipasi. Obstruksi paling sering terjadi diileum terminal walaupun jumlah besar

cacing ditemukan di jejunum. 6,9

Ada 4 faktor utama terjadinya obstruksi  usus pada askariasis;  kumpulan cacing dapat

membentuk bolus besar yang mengakibatkan obstruksi mekanis lumen usus,

inimerupakan penyebab yang tersering. Bolus cacing dapat menjadi sebabterjadinya volvulus

14

Page 15: Askariasis pbl

atau intususepsi usus halus, kontraksi spasmodik usus halus terhadap massa cacing dengan

akibat obstruksi pada katup ileosaekal, dan inflamasi usus yang cukup berat pada tempat dimana

cacing berada. Komplikasi berupa volvulus, intususepsi ileosekal, gangren, dan perforasiusus

dapat merupakan komplikasi dari obstruksi usus6,9

4. Gejala hepatobilier dan pankreatik 

Gejala berhubungan dengan migrasi cacing dewasa ke dalam cabang bilier

yangdapat menyebabkan nyeri abdomen, kolik bilier, kolesistitis akalkulus, kolangitisasendens,

ikterus obstruktif, atau perforasi duktus  biliaris  dengan  peritonitis. Dapat terjadi striktura bilier.

Askariasis hepatoblier dan pankreatik jarang pada anak-anak karena duktus hepatobilier

pada anak-anak lebih kecil sehingga cacing sulit masuk. 6,9

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atau pengobatan askariasis dapat dilakukan secara perorangan atau

secara masal. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya piperasin,

pirantel pamoat 10mg/kgBB, dosis tunggal mebendazol 500mg atau albendazol 400mg.

Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat digunakan untuk infeksi campuran Ascaris

lumbricoides dan Trichuris trichiura. Untuk beberapa pengobatan masal perlu beberapa syarat

yaitu :7-8

- Obat mudah diterima masyarakat

- Aturan pemakaian sederhana

- Mempunyai efek samping yang minim

- Bersifat polivalen, sehingga berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing

- Harganya murah

Pengobatan masal dilakukan oleh pemerintah pada anak sekolah dasar dengan pemberian

albendazol 400 mg 2x setahun

15

Page 16: Askariasis pbl

Penatalaksanaan Medika mentosa

Anthelmintic Drugs

Obat-obatan yang menjadi pilihan utama (Drug of Choice)untuk askariasis adalah

Albendazole, Pirantel Pamoat, dan Mebendazole. Alternatif lainnya adalah Piperazine.10-11

1. Albendazole

Albendazol merupakan anthelmintic oral spektrum yang luas, merupakan DOC untuk

mengatasi askariasis, trichuriasis, strongyloidiasis. 10

Farmako kinetik

Albendazole merupakan benzimidazole carbamater. Obat ini diserap dalam salurang

cerna (penyerapannya akan meningkat dengan makanan yang berlemak) dan dengan ce[at

melewati first-pass metabolisme di hati menjadi bentuk metabolit aktifnya yaitu albendazole

sulfoxide. Obat ini akan mencapai kadar maksimum di plasma setelah 3 jam dengan menelam

400 mg dosis oral, dan bertahan selama 8-12 jam. Sulfoxide kebanyakan berikatan dengan

protein dan tersebar luas di jaringan dan LCS. Metabolit albendazole pada akhirnya akan

diekskresi lewat urinl. 10

Cara kerja

Cara kerjanya akan bekerja dengan melawan nematoda dengan menghambat

pembentukan mikrotubule. Albendazole juga bisa membunuh stadium larva dan telur dari

askariasis sehingga efektif dalam pemakaiannya untuk mengatasi askariasis. 10

Penggunaan klinik

Albendazole diberikan pada perut kosong untuk mengatasi parasit yang berada di

intraluminal, namun dikonsumsi bersama dengan lemak apabila digunakan untuk melawan

parasit yang ada di jaringan. 10

Dosis yang diberikan untuk anak >2 tahun dan orang dewasa adalah dosis tunggal 400

mg secara oral. Untuk askariasis dengan infeksi berat diberikan berulang selama 2-3 hari.

16

Page 17: Askariasis pbl

Pengobatan ini memberikan hasil kesembuhan yang tinggi. 10

Efek Samping, KI, dan Peringatan

Penggunaan untuk 1-3 hari umumnya tidak menunjukkan adanya efek samping. Namin

diare, sakit kepala, mual, dizziness, dan insomnia bisa muncul. Namun obat ini kontraindikasi

pada orang yang diketahui sensitif terhadap pbat benzimidalzole atau yang menderita sirosis.

Keamanan albendazole pada ibu hamil dan anak dibawah 2 tahun belum diketahui. 10

2. Pirantel Pamoat

Anthelmintic dengan spektrum luas dan kefektivitasan yang tinggi salah satunya untuk

penanganan askariasis. 10

Farmakokinetik

Pirantel pamoat merupakan turunan tetrahidropirimidine. Penyerapan pada saluran cerna

sangat rendah dan lebih aktif untuk membunuh parasit pada lumen usus. Kadar di dalam plasma

tertinggi seletah 1-3 jam. Tidak menyebabkan perubahan pada feses. 10

Sangat baik untuk mengatasi cacing dalam bentuk dewasa maupun yang belum

sepenuhnya dewasa yang ada dalam saluran cerna namun tidak bisa melawan parasit yang

bermigrasi ke jaringan atau telur cacing. Obat ini bersifat neuromuskular blocking agent yang

menyebabkan pelepasan asetilkolin dan menghambat kolinesterase sehingga menyebabkan

paralisis yang diikuti dengan kematian cacing. 10

Penggunaan klinik

Dosis yang diberikan adalah 11mg / kgBB (batas maksimum 1 gram), diberikan secara

oral satu kali, dengan atau tanpa makanan. Untuk askariasis, dengan dosis tunggal kemungkinan

kesembuhannya 85-100%. Pengobatan harus diulang apabila telur masih ditemukan 2 minggu

setelah pengobatan. 10

Efek Samping, KI, dan Peringatan

17

Page 18: Askariasis pbl

Efek samping biasanya sedang dan tidak sering. Efek samping yang paling sering adalah

mual, muntah, diare, keram perut, dizziness, ngantuk, sakit kepala, insomnia, demam, dan lemah.

Penggunaannya harus hati-hati pada pasien dengan gangguan liver. Pengunaannya pada ibu

hamil dan anak dibawah 2 tahun masih dibatasi. 10

3. Mebendazole

Mebendsazole merupakan sintetik benzimidazole yang memiliki anthelmintic spektrum

luas dan insiden efek samping yang jarang. 10

Farmakokinetik

Kurang dari 10% yang diminum secara oral akan diserap. Ikatan protein plasmanya

>90% sehingga langsung diikat oleh protein, dengan cepat dikonversi menjadi metabolit yang

inaktifnya (saat di liver) dan bertahan selama 2-6 jam. Sebagian besar diekskresikan lewat urin.

Sebagian lainnya dikskresikan lewat empedu. Absorpsi meningkat bila dicerna bersamaan

dengan lemak. 10

Mebendazole diperkirakan bekerja dengan menghambat sintesis mikrotubul pada cacing.

Keefektivitasannya variatif tergantung pada waktu transitnya di salurang cerna tersebut, besarnya

infeksi, dan mungkin juga strain dari parasit tersebut. Selain membunuh cacing dewasanya, juga

membunuh telurnya. 10

Penggunaan Klinik

Bisa diminum sebelum atau sesudah makan, tabletnya harus dikunyah sebelum dimakan.

Dosis yang diberikan adalah 100 mg 2x sehari selama 3 hari atau 500mg untuk 1x pemakaian

untuk dewasa dan anak yang umurnya lebih dari 2 tahun. Tingkat kesembuhannya 90-100%.10

Efek Samping, KI, dan Peringatan

Untuk pengobatan mebendazole jangka pendek biasanya tidak menimbulkan efek

samping. Mual, muntah, diare, dan nyeri abdomen biasanya yang paling sering dilaporkan. Efek

samping yang jarang ditemukan, biasanya akibat dosis tinggi, adalah alopesia, agranulocytosis,

dan peningkatan enzim liver. Akan meningkat kadarnya di plasma apabila dimakan bersamaan

18

Page 19: Askariasis pbl

dengan cimetidine dan berkurang apabila dimakan bersamaan dengan karbamazepin atau

fenitoin. 10

Mebendazol bersifat teratogenis sehingga kontraindikasi untuk ibu hamil. Pemakaiannya

pada anak dibawah 2 tahun perlu hati-hati karena pada grup umur tersebut jarang diujikan.

Mebendazole harus hati-hati juga apda pasien dengan sirosis. 10

4. Piperazine

Merupakan obat alternatif bagi askariasis, dengan tingkat kesembuhan 90% yang

diberikan selama 2 hari, tapi tidak direkomendasikan untuk penyakit parasit cacing lainnya.

Piperazine bisa diabsorpsi dalam saluran cerna dan kadarnya di plasma maksimum dicapai dalam

2-4 jam. Kebanyakan obat ini disekresikan tidak berubah di dalam urin setelah 2-6 jam, dan

ekskresi seluruhnya dalam 24 jam. 10

Piperazine bekerja dengan membuat cacing askaris paralisis atau lumpuh dengan

menghambat asetilkolin di myoneural junstion (GABA reseptor agonis) sehingga cacing askaris

tidak bisa lagi bertahan di dalam tubuh hospes dan dengan gerakan peristaltik saluran cerna akan

dikeluarkan dengan BAB. 10

Dosis dari piperazine yang diberikan adalah 75mg/kgBB (maksimum 3,5 gram) diberikan

secara oral 1x sehari selama 2 hari. Untuk infeksi yang berat, maka pengobatan dilanjutkan lagi

selama 3-4 hari atau diulang setelah 1 minggu. 10

Efek yang bisa dirasakan adalah mual, muntah, diare, nyeri abdomen, sakit kepada, dan

dizziness. Alergi dan neurotoksis sangat jarang. Kontra indikasi pada ibu hamil dan pasien

dengan gangguan ginjal atau hati, atau pasien dengan riwayat penyakit epilepsi atau chronic

neurologic disease10

Penatalaksanaan Non Medika Mentosa

Pencegahan Untuk Askariasis

Askirasis merupakan penyakit akibat cacing denga prevalensi tertinggi di dunia.

Sekarang sudah menjadi perhatian karena berhubungan dengan kesehatan umum masyarakat dan

19

Page 20: Askariasis pbl

juga kemampuan transmisi menulanya yang sangat mudah. Pencegahan yang bisa dilakukan

adalah dengan melakukan kegiatan dengan skrinning yang bisa dilakukan dengan 3 cara :8,11

1. Menawarkan pengobatan masal kepada individu-individu yang kemungkinan

endemisnya tinggi

2. Menawarkan pengobatan yang difokuskan pada sekelompok dengan kemungkinan

infeksi tinggi, seperti anak yang akan memasuki sekolah

3. Menawarkan pengobatan berdasarkan intensitas dari infeksi sekarang maupun masa lalu.

Menjaga kebersihan dan sarana WC umum, pemberhentian penggunaan feses manusia

sebagai pupuk, dan pendidikan untuk pencegahan yang jangka panjang.8

Pencegahan

Edukasi yang dapat juga kita berikan agar anak anak usia rentan tidak sampai mengalami

cacingan :11

Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain diluar rumah.

Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan

Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya di masa

libur sekolah dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di luar rumah

Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.

hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi cacingkremi).

Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi cacing

kremi)

Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing

sensitif terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi)

Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi

Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan sempurna

20

Page 21: Askariasis pbl

Komplikasi

Komplikasi dari askariasis meliputi pankreatitis, kolesistitis, abses hati, obstruksiusus,

dan perforasi. Obstruksi usus adalah komplikasi askariasis terbanyak, yaitu2 per 1.000 kasus

askariasis.12

Prognosis

Secara keseluruhan, askariasis mempunya prognosis yang baik. Bila tanpa pengobatan,

penyakit dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu 1,5 tahun karena matinya cacing dan

kemudian keluar lewat anus saat BAB (jangka waktu umur cacing hanya berkisar 1-2 tahun

saja). Bila dengan pengobatan, angka kesembuhan 70-99%. 2

Kesimpulan

Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing.

Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. Infeksi kecacingan adalah infeksi

yang disebabkan oleh cacing kelas nematode usus khususnya yang penularan melalui tanah,

diantaranya Ascaris lumbricoides. Untuk memastikan infeksi ini selain melakukan anamnesis

dan pemeriksaan fisik, kita dapat memeriksa feses yang nanti akan ditemukannya telur cacing

ataupun cacing dewasanya sendiri. Infeksi ini paling sering pada anak usia sekolah dimana pada

usia ini anak lebih aktif dan sering terpapar dengan media penularan.

Infeksi ini dapat menyebabkan kurang gizi karena terjadinya proses penyerapan

makanan oleh cacing dlm usus, terbentuknya bolus bolus ascariasis yang membuat obstruksi

usus yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut penderita, sehingga nafsu makanpun ikut

berkurang. Setelah kita mengobati infeksi cacing ini, kita dapat memberikan nutrisi adekuat

secara berangsur angsur pada anak, untuk mendukung pertumbuhannya kembali. Prognosisnya

sendiri cukup baik.

21

Page 22: Askariasis pbl

Daftar Pustaka

1. Kowalak JP, Welsh W, Buku pegangan uji diagnostik. Ed. 3. Jakarta: EGC, 2009. hal.

77, 83-5.

2. Gandahusada.  Parasitologi  kedokteran.  Jakarta : FKUI, 2006. hal. 13

3. Vincent WF, editor Ascaris lumbricoides:  The giant roundworm of man:

Quest diagnostics’ infectious disease Update. 2005. P. 28-30

4. Sharma UK, Rauniyar RK , Bhatta N. Roundworm infestation presenting as

acute abdomen in four cases -  sonographic diagnosis. Kathmandu University Medical

Journal. 2005. P. 87-90

5. Soegijanto S. Ascariasis. In: Soegijanto S (editor). Kumpulan MakalahPenyakit Tropis

dan Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press, 2005. page. 1-6

6. Soedarmo SSP, Garna H,Hadinegoro SRS, Satari HI (editors). Askariasis (Infeksi 

Cacing  Gelang). Dalam : Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.Edisi Kedua.

Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. Hal. 370-75

7. Staf Pengajar Departemen Parsitologi, FKUI. Buku ajar parasitologi kedokteran. Ed 4.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. hal.6-9

8. Rasmaliah. Ascariasis dan upaya Penanggulangannya. USU Digital Library.

2001. [Cited 2009 Dec 7].  Available from:

http ://www.library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah.pdf .

9. Shoff  WH. Ascariasis. 2008. (Cited 2009 Dec 8). Available  from:

http://www.emedicine.medscape.com.

10. Bertam G. Basic and clinical pharmacology. Ed 10. United States: McGram-Hill

Medical; 2007

11. Kleigman R, Behrman R. Nelson textbook of Pediatrics. 18 Ed. Philadelphia: Saunders

Elsevier, 2007

12. Khan EA, Khalid A, Hashmi I, Jan IA. Gastrointestinal Obstruction due toAscariasis-

Management Issues. Infectious Diseases Journal of Pakistan. 2008. p.17, 72-4

22