referat askariasis

45
BAB I PENDAHULUAN Askariasis adalah suatu infeksi pada usus yang disebabkan oleh suatu jenis cacing besar, Ascaris lumbricoides. Seseorang dapat terinfeksi penyakit ini setelah secara tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing.. 1 Anak-anak lebih sering terinfeksi cacing ini daripada orang dewasa, kelompok usia yang paling umum terjadi adalah 3-8 tahun. Infeksi ini cenderung terjadi lebih serius jika anak mengalami gizi buruk. Anak sering terinfeksi akibat tidak mencuci tangan setelah bermain di tanah yang terkontaminasi. Tanda pertama dari keadaan ini mungkin dengan mendapatkan cacing hidup, biasanya di dalam tinja. Pada infeksi yang berat, penyumbatan usus dapat menyebabkan sakit perut, terutama pada anak. Penderita penyakit ini juga mungkin mengalami batuk, mengi dan sesak, atau demam. 1 Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Infeksi cacing usus meningkat pada tempat tinggal yang tidak bersih dan cara hidup tidak bersih yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, di pedesaan dan di daerah kumuh perkotaan di Indonesia. Tinggi rendahnya fekuensi kecacingan berhubungan erat 1

Transcript of referat askariasis

Page 1: referat askariasis

BAB I

PENDAHULUAN

Askariasis adalah suatu infeksi pada usus yang disebabkan oleh suatu jenis

cacing besar, Ascaris lumbricoides. Seseorang dapat terinfeksi penyakit ini setelah

secara tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing..1

Anak-anak lebih sering terinfeksi cacing ini daripada orang dewasa,

kelompok usia yang paling umum terjadi adalah 3-8 tahun. Infeksi ini cenderung

terjadi lebih serius jika anak mengalami gizi buruk. Anak sering terinfeksi akibat

tidak mencuci tangan setelah bermain di tanah yang terkontaminasi. Tanda

pertama dari keadaan ini mungkin dengan mendapatkan cacing hidup, biasanya di

dalam tinja. Pada infeksi yang berat, penyumbatan usus dapat menyebabkan sakit

perut, terutama pada anak. Penderita penyakit ini juga mungkin mengalami batuk,

mengi dan sesak, atau demam.1

Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak

menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Infeksi cacing usus meningkat

pada tempat tinggal yang tidak bersih dan cara hidup tidak bersih yang merupakan

masalah kesehatan masyarakat, di pedesaan dan di daerah kumuh perkotaan di

Indonesia. Tinggi rendahnya fekuensi kecacingan berhubungan erat dengan

kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan menjadi sumber infeksi. Diantara

cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok “soil transmitted

helminth” atau cacing yang ditularkan melalui tanah, seperti Ascaris lumbricoides,

Trichuris trichiura dan Ancylostoma sp (cacing tambang). Di Indonesia prevalensi

kecacingan masih tinggi antara 60% – 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi

lingkungan.2

1

Page 2: referat askariasis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Askariasis adalah suatu infeksi pada usus kecil yang

disebabkan oleh suatu jenis cacing besar, Ascaris lumbricoides.1

Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang

biasanya bersarang dalam usus halus. Adanya cacing didalam usus

penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi yang

normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga

mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.5

Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu

tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah

beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat

infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih

banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 – 10 tahun sebagai

host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih

tinggi. Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus

karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan

dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan

pergerakan peristaltik normal.5

Gambar 2.1 Cacing Ascaris Lumbicoides dewasa.3

2

Page 3: referat askariasis

2.2 Epidemologi

Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia.

Infeksi terjadi dengan frekuensi terbesar di daerah tropis dan

subtropis, dan di setiap daerah dengan sanitasi yang tidak

memadai. Ascariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia

yang paling umum. Sampai dengan 10% dari penduduk negara

berkembang terinfeksi cacing – dengan persentase besar

disebabkan oleh Ascaris. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris

menyebabkan sekitar 60.000 kematian per tahun, terutama pada

anak.1

Prevalensi tertinggi ascariasis adalah pada anak usia 2-10

tahun, dengan intensitas infeksi tertinggi terjadi pada anak usia 5-

15 tahun yang memiliki infeksi simultan dengan cacing lain seperti

Trichuris trichiura dan cacing tambang. Sebuah studi terbaru

menemukan bahwa wanita dewasa Vietnam yang tinggal di daerah

pedesaan, terutama yang terkena tanah pada malam hari dan tinggal

di rumah tangga tanpa jamban, beresiko sangat tinggi untuk

ascariasis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)

memperkirakan bahwa tingkat ascariasis di seluruh dunia pada

2005 adalah sebagai berikut: 86 juta kasus di Cina, 204 juta di

tempat lain di Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di sub-Sahara

Afrika, 140 juta di India, 97 juta di tempat lain di Asia Selatan, 84

juta dalam bahasa Latin Amerika dan Karibia, dan 23 juta di Timur

Tengah dan Afrika Utara.3

2.3 Etiologi dan Patofisiologi

Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara tidak sengaja

atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas menjadi larva di dalam

usus seseorang. Larva menembus dinding usus dan mencapai paru-paru melalui

aliran darah. Larva tersebut akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam

usus, larva berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang dapat

tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang kemudian masuk ke

3

Page 4: referat askariasis

dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran manusia atau hewan yang mengandung

telur, maka siklus tersebut dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi

infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan

atau tahun.1

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides,

jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan

pecah dan melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam

vena porta hati yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung

kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa

migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Dalam paru-paru larva tumbuh dan

berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus

dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke

faring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui

epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus

halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing

dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan.4

Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua

bulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu

mengeluarkan 200.000 – 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang

diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut

penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar

bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I

sampai stadium III yang bersifat infektif.4

Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup

bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak

terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yang

lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar

dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar

dimanamana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila

makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam

tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi

4

Page 5: referat askariasis

cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan

yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.4

Gambar 2.2 Siklus Hidur Askaris5

2.4 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Gejala awal ascariasis, selama migrasi paru awal, termasuk

batuk, dyspnea, mengi, dan nyeri dada. Nyeri perut, distensi, kolik,

mual, anoreksia, dan diare intermiten mungkin manifestasi dari

obstruksi usus parsial atau lengkap oleh cacing dewasa. Penyakit

kuning, mual, muntah, demam, dan nyeri perut berat mungkin

mengarah pada kolangitis, pankreatitis, atau apendisitis.3

5

Page 6: referat askariasis

Mengi dan takipnea dapat terjadi selama migrasi paru.

Urtikaria dan demam mungkin juga terjadi terlambat dalam tahap

migrasi. Distensi abdomen tidak spesifik tetapi adalah umum pada

anak dengan ascariasis. Nyeri perut, terutama di kuadran kanan

atas, hypogastrium, atau kuadran kanan bawah, mungkin

mengindikasikan komplikasi ascariasis. Bukti untuk kekurangan

gizi karena ascariasis paling kuat untuk vitamin A dan C, serta

protein, seperti ditunjukkan oleh penelitian albumin dan

pertumbuhan pada anak yang diamati secara prospektif. Beberapa

penelitian belum mengkonfirmasi keterlambatan perkembangan

gizi atau karena ascariasis.3

Kelainan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi akibat

pengaruh migrasi larva dan adanya cacing dewasa. Pada umumnya orang yang

kena infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi dengan jumlah cacing yang cukup

besar (hyperinfeksi) terutama pada anak-anak akan menimbulkan kekurangan gizi,

selain itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh yang menimbulkan

reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang disertai dengan

tanda alergi seperti urtikaria, odema diwajah, konjungtivitis dan iritasi pernapasan

bagian atas.5,6

Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti

obstruksi usus, perforasi ulkus diusus. Oleh karena adanya migrasi cacing ke

organ-organ misalnya ke lambung, oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat

menyumbat pernapasan penderita. Ada kalanya askariasis menimbulkan

manifestasi berat dan gawat dalam beberapa keadaan sebagai berikut:

1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang

menyumbat rongga usus dan menyebabkan gejala abdomen akut.

2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam

apendiks, saluran empedu (duktus choledocus) dan ductus pankreatikus.5,6

Bila cacing masuk ke dalam saluran empedu, terjadi kolik yang berat

disusul kolangitis supuratif dan abses multiple. Untuk menegakkan diagnosis pasti

6

Page 7: referat askariasis

harus ditemukan cacing dewasa dalam tinja atau muntahan penderita dan telur

cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai dalam tinja atau didalam cairan

empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.5,6

2.5 Penatalaksanaan

Edukasi kesehatan memberikan pesan berikut akan mengurangi jumlah

orang yang terinfeksi penyakit askariasis:1

- menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi

kotoran manusia;

- mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengambil makanan;

- mencuci, mengupas atau memasak semua sayuran mentah dan buah-

buahan;

- melindungi makanan dari tanah dan mencuci atau memanaskan

makanan apapun yang jatuh di lantai.

Ketersediaan air yang digunakan untuk personal hygiene serta tempat

pembuangan kotoran yang sehat juga akan mengurangi jumlah kasus. Dimana

limbah digunakan untuk irigasi kolam stabilisasi sampah dan beberapa teknologi

lainnya yang efektif dalam penurunan transmisi akibat makanan tumbuh di tanah

yang terkontaminasi.1

Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak

chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan

efek samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini

berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan

mudah pemakaiannya. 5,6

Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah:1,3,4.5

1. Mebendazol.

Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang

baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat

7

Page 8: referat askariasis

umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi

migrasi ektopik.

2. Pirantel Pamoat.

Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk

menyembuhkan kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan

dan obat ini biasanya dapat diterima (“welltolerated”). Obat ini mempunyai

keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat

berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai

cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.

3. Levamisol Hidroklorida.

Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang

menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis

tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat

badan <10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan

mebendazol.

4. Garam Piperazin.

Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk

Enterobius vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat

diberikan dalam dosis tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750

mg piperazin). Reaksi sampingan lebih sering daripada pirantel pamoat dan

mebendazol. Ada kalanya dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan

tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo.

5. Albendazole

Albendazole mempunyai aktivitas anthelmintik yang besar. Selain bekerja

terhadap cacing dewasa, Albendazole telah terbukti mempunya aktivitas larvisidal

dan ovisidal obat ini secara selektip bekerja menghambat pengambilan glukosa

oleh usus cacing dan jaringan dimana larva bertempat tinggal. Akibatnya terjadi

pengosongan cadangan glikogen dalam tubuh parasit yang mana menyebabkan

berkurangnya pembentukan adenosine triphosphate (ATP). ATP ini penting untuk

reproduksi dan mempertahankan hidupnya, dan kemudian parasit akan mati.7

8

Page 9: referat askariasis

Spektrum aktivitasnya sangat luas yaitu meliputi Nematoda, Cestoda dan

infeksi Echinococcus pada manusia.Jadi, albendaroze aktif terhadap Ascaris

lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata dan solium

strongloides stercoralis, Hymenolepis nana dan diminuta serta Echinococcus

granulosus .7

Albendazole merupakan obat yang aman, hanya sedikit jarang, ditemukan

efek samping berupa mulut kering, perasaan tak enak di epigastrium, mual, lemah

dan diare. S.C.Jagota (1986) meneliti efikasi Albendazole terhadap soil

transmitted helminthiasis dengan dosis 400 mg dosis tunggal dan tinja diperiksa

ulang pada minggu ketiga setelah pemberian obat pada penelitian ini diperoleh

angka kesembuhan 92.2% untuk Ancylostoma duodenale; 90 5% untuk Trichuris

trichiura dan 95.3% untuk Ascaris lumbricoides.7

2.6 Pencegahan

Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat

mempunyai arti dalam penanggulangan infeksi cacing ini. Suatu pengalaman oleh

E. Kosin pada tahun 1973, yang mana telah dilakukan suatu penelitian kontrol

ascariasis di suatu desa di daerah Belawan, Sumatera Utara,yang mana diketahui

prevalensi cacinggelang pada anak 85%> setelah pengobatan massal, angka

infeksi menurun drastis menjadi 10%. Akan tetapi 3 bulan kemudian, saat anak-

anak tersebut diperiksa kembali, diperoleh hasil yang sangat mengejutkan yaitu

angka infeksi naik menjadi 100%. Setelah dilakukan penelitian, ternyata cacing

yang berhasil dikeluarkan dengan pengobatan tadi tersebar di sembarang tempat

dan terjadi pencemaran tanah dengan telur cacing dam ini merupakan sumber

infeksi.8

2.7 Prognosis

Prognosis sangat baik untuk pengobatan ascariasis tanpa gejala. Dalam

beberapa kasus, pengobatan kedua mungkin perlu untuk sepenuhnya menghapus

cacing. Hal ini telah dibuktikan secara signifikan mengurangi jumlah komplikasi.

Perhatian di negara-negara endemik adalah infeksi ulang yang akan terjadi.4

9

Page 10: referat askariasis

Pada anak-anak di negara-negara endemik, hasil pengobatan dalam

perbaikan ditunjukkan dalam perkembangan kognitif, kinerja sekolah, dan berat

badan.

Prognosis baik untuk pasien dengan obstruksi usus parsial yang tidak memiliki

toksisitas dan yang nonseptic, asalkan pasien diperlakukan secara awal dengan

manajemen konservatif.4

BAB III

PRESENTASI KASUS DAN ANALISA KASUS

I.Identitas Penderita

Nama : An.II

Umur : 2 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Alue Ie Mirah Aceh Timur

Suku : Aceh

Agama : Islam

No. CM : 89-66-63

No. Register : 0082757

Tanggal Masuk : 29 April 2012

Tanggal Pemeriksaan : 4 Mei 2012

II.Identitas Keluarga

a. Ayah

Nama : Yusmiadi

Umur : 27 tahun

b. Ibu

Nama : Yanti

Umur : 39 tahun

III. ANAMNESA

10

Page 11: referat askariasis

a. Keluhan Utama : Benjolan pada perut

b. Keluhan Tambahan : BAB(-), demam

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan benjolan pada perut sejak 7

hari SMRS. Benjolan dirasakan pada perut sebelah kiri dan terasa

padat. Sebelumnya pada 5 hari SMRS, BAB pasien berwarna

kecoklatan dan lembek. ketika BAB pasien merasa kesakitan.

Setelah BAB, nyeri berkurang tetapi masih teraba benjolan pada

perut. Kemudian 4 hari selanjutnya ibu pasien juga mengaku

bahwa pasien sudah tidak BAB yang disertai nyeri sehingga anak

rewel. Benjolan pun masih teraba di perut sebelah kiri. Perut juga

dirasakan membesar sejak 2 minggu SMRS. Awalnya perut sedikit

kembung dan semakin lama dirasakan semakin membesar. Pasien

juga mengeluhkan demam sejak 10 hari SMRS. Demam dirasakan

naik turun dan pernah mencapai normal. Demam berkurang dengan

obat penurun panas. Mual (+), Muntah(-). Pasien kurang mau

minum dan nafsu makan juga berkurang.

d. Riwayat Penyakit Dahulu:

pernah keluar cacing dari mulut pasien sebesar tauge pada umur

anak 4 bulan

2 bulan yang lalu dari BAB pasien juga keluar cacing sebesar

selang infus sebanyak 1 ekor

e. Riwayat Penyakit Keluarga :

Disangkal

f. Riwayat Penggunaan Obat:

Paracetamol syr dan obat syrup berwarna merah

g. Riwayat kehamilan dan persalinan

Ibu pasien dalam keadaan sehat selama hamil. Pasien lahir

spontan dengan kehamilan cukup bulan, dan persalinan ditolong

11

Page 12: referat askariasis

Bidan. Bayi lahir segera menangis, bernafas spontan dengan berat

badan lahir 3100 gr.

h. Riwayat pemberian makanan

Usia Makanan Perkembangan

0-3 bulan ASI Mengangkat kepala

3-6 bulan ASI + bubur susu Menelungkup

6-9 bulan ASI+ nasi tim merangkak

9-12 bulan ASI+ nasi lunak duduk

>12 bulan SF+ nasi biasa Berdiri dengan berpegangan

IV. PEMERIKSAAN FISIK

o Status Present

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Heart rate : 115 x / menit

Respiratory rate : 25 x / menit

Temperatur : 37.7 C

BBS : 8 kg

PB : 76cm

Status gizi

BB/U : 8/12,5 x 100% = 64%

TB/U : 76/86 x 100% = 88%

BB/TB : 8/10,5 x 100% = 76%

Kesan : gizi kurang

12

Page 13: referat askariasis

Kebutuhan nutrisi : 10,5 kg x 100 kkal =1050kkal

Kebutuhan cairan : 8 x 100 cc = 800 cc/hari = 33 gtt/i

mikro

Kebutuhan protein : 10,5 x (2-3 gr) = 21-31,5 gr/hari

o Status General

Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Kembali cepat

Ikterus : (-)

Pucat : (-)

Kepala

Wajah : mongoloid face

Rambut : Pirang

Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat

(+ /+), sklera ikterik (-/-), fisura

palpebra miring, mata sipit, pupil

isokor, RCL (+/+), RCTL (+/+)

Telinga : Serumen (-/-), telinga kecil.

Hidung : Sekret (-/-),NCH (-/-)

Mulut : Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)

Lidah : Beslag (+), lidah lebar dan

cenderung menjulur.

Geligi : Karies (-)

Faring : Hiperemis (-)

Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Pembesaran KGB (-)

13

Page 14: referat askariasis

Thorax

Thorax anterior

Kanan Kiri

Inspeksi Simetris, Retraksi (-), bentuk

dada normal, pernafasan

thorakoabdominal

Simetris, Retraksi (-), bentuk

dada normal, pernafasan

thorakoabdominal

Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler (N),Ronkhi (+),

Wheezing (-)

Vesikuler (N),Ronkhi (-),

Wheezing (-)

Thorax posterior

Kanan Kiri

Inspeksi Simetris, Retraksi (-) Simetris, Retraksi (-)

Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler (N),Ronkhi (-),

Wheezing (-)

Vesikuler (N),Ronkhi (-),

Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICR IV, 1 jari

lateral linea midclavicula sinistra

Perkusi : Batas - batas jantung

14

Page 15: referat askariasis

Atas : ICS III

Kiri : ICR IV 1 jari lateral linea midclavicula

sinistra

Kanan : Linea parasternalis dekstra

Auskultasi : BJ I > BJ II, Regular, Bising (+)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, distensi(+)

Palpasi : Soepel, Nyeri Tekan (-), darm

steifung(+), darm contour(-), teraba

massa Ø 2x3 cm di hipokondrium

kiri

Lien : sulit dinilai

Hepar : sulit dinilai

Perkusi : Tympani usus (+)

Auskultasi : Peristaltik menurun

Genetalia : Perempuan, tidak ada kelainan

Anus : Tidak ada kelainan

Kelenjar Limfe : Pembesaran (-)

Ekstrimitas : jari tangan dan kaki pendek

EkstremitasSuperior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis - - - -

Hematom - - - -

Gerakan Aktif Aktif Aktif aktif

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

Atrofi - - - -

Reflek

fisiologis

N N N N

15

Page 16: referat askariasis

Reflek

Patologis

- - - -

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Darah 29 April 2012 (H-1 rawat)

Hemoglobin : 3, 9 gr/dl

Leukosit : 49.300/uL

Trombosit : 39.000/uL

Hematokrit : 9%

GDS : 88 mg/dl

Creatinin : 1.8 mg/dl

Ureum : 32 mg/dl

Klorida :102 meq/L

Kalium : 4,6 meq/L

Natrium : 130 meq/L

b. Darah 29 April 2012 (H-1 post transfusi) :

Hemoglobin : 6,5 gr/dl

Hematokrit : 18 %

Leukosit : 15.500/uL

Trombosit : 32.000/uL

c. Feses Rutin 30 April 2012 (H-2 rawat)

Warna : coklat

Konsistensi : lunak

Bau : khas

Eritrosit : negatif

16

Page 17: referat askariasis

Leukosit : negatif

Darah : negatif

Lendir : negatif

Telur cacing : Ascariasis Lumbricoides

d. Darah dan Morfologi darah tepi 30 april 2012 (H-2 rawat post transfusi)

Hemoglobin : 7,6 gr/dl

Leukosit : 16.000/uL

LED : 95 mm/jam

Eritrosit : 26.000/uL

Trombosit : 34.000/uL

Hematokrit : 22 %

MCV : 82 ft

MCH : 28 pg

MCHC : 34 gr/dl

SGOT : 4 u/L

SGPT : 7 u/L

Protein total : 5,3 u/L

Albumin : 3,2 gr/dl

Globulin : 2,1 gr/dl

Kreatinin : 0,7mg/dl

Ureum : 40 mg/dl

GDS : 99 mg/dl

Hitung Jenis Leukosit

Eosinofil : 0

Basofil : 2

Netrofil Batang : 2

Netrofil Segmen : 10

17

Page 18: referat askariasis

Limfosit : 84

Monosit : 2

e. Darah 1 Mei 2012 (H-3 rawat post transfusi)

Hematokrit : 29 %

Hemoglobin : 10,2 gr/dl

Leukosit : 11.300/uL

Trombosit : 40.000/uL

f. Urinalisa 1 Mei 2012 (H-3 rawat)

Berat jenis : 1,005

pH : 6

Leukosit : negatif

Nitrit: : negatif

Protein : negatif

Glukosa : negatif

Keton : negatif

Urobilinogen : negatif

Bilirubin : negatif

Blood : negatif

Sedimen urin

Leukosit : 5-7/LPB

Eritrosit : 1-2/LPB

Epitel : 5-6/ LPB

g. Darah 7 Mei 2012 (H-9 rawat)

Hemoglobin : 9,5 gr/dl

Leukosit : 6.600/uL

Trombosit : 29.000/uL

Hematokrit : 28 %

18

Page 19: referat askariasis

SGOT : 19 u/L

SGPT : 11 u/L

Kreatinin : 0,4 mg/dl

Ureum : 26 mg/dl

Total kolesterol : 162 mg/dl

GDS : 112 mg/dl

Hitung Jenis Leukosit

Eosinofil : 2

Basofil : 0

Netrofil Batang : 2

Netrofil Segmen : 12

Limfosit : 82l

Monosit : 2

VI. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto Thorax

19

Page 20: referat askariasis

Tampak infiltrat di daerah pericardial kanan

CTR: 9+2/17 =64%

Kesan: pneumonia dan kardiomegali

b. Foto polos Abdomen

20

Page 21: referat askariasis

- bayangan gas usus tampak normal dan bercampur fecal material

- bayangan hepar dan lien tampak normal

- Ginjal tak tampak jelas

- psoas shadow tak tampak jelas

- tak tampak adanya bayangan step ladder patologis

- tak tampak adanya udara bebas

Kesan: tak tampak adanya gambaran obstruksi

c. Echocardiography

21

Page 22: referat askariasis

Kesan : PDA sedang

VII. RESUME

a. Anamnesa

Pasien dibawa ke RSUZA pada tanggal 21Maret 2011 23.29 WIB

dengan keluhan :

- Pasien datang dengan keluhan benjolan pada perut sejak 7 hari SMRS.

Benjolan dirasakan pada perut sebelah kiri dan terasa padat.

- Sebelumnya pada 5 hari SMRS, BAB pasien berwarna kecoklatan dan

lembek. ketika BAB pasien merasa kesakitan. Setelah BAB, nyeri

berkurang tetapi masih teraba benjolan pada perut.

- Kemudian 4 hari selanjutnya ibu pasien juga mengaku bahwa pasien

sudah tidak BAB yang disertai nyeri sehingga anak rewel. Benjolan

pun masih teraba di perut sebelah kiri.

- Perut juga dirasakan membesar sejak 2 minggu SMRS. Awalnya perut

sedikit kembung dan semakin lama dirasakan semakin membesar.

- Pasien juga mengeluhkan demam sejak 10 hari SMRS. Demam

dirasakan naik turun dan pernah mencapai normal. Demam berkurang

dengan obat penurun panas.

- Mual (+), Muntah(-). Pasien kurang mau minum dan nafsu makan juga

berkurang.

- Ibu pasien mengatakan bahwa pernah keluar cacing dari mulut pasien

sebesar tauge pada umur anak 4 bulan, dan 2 bulan yang lalu dari BAB

pasien juga keluar cacing sebesar selang infus sebanyak 1 ekor.

b. Pemeriksaan Fisik

o Status Present

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Heart rate : 115 x / menit

22

Page 23: referat askariasis

Respiratory rate : 25 x / menit

Temperatur : 37.7 C

o Status General

Kulit : sawo matang, turgor kembali cepat

Kepala : normochepali, rambut pirang

Wajah : mongoloid face

Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+ /+),

sklera ikterik (-/-), fisura palpebra miring,

mata sipit, pupil isokor, RCL (+/+), RCTL

(+/+)

Telinga/ Hidung/ Mulut : lidah beslag (+), lidah besar dan cenderung

menjulur.Telinga kecil (+/+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax : simetris,retraksi (-), ves (+/+),Ronkhi (+/-),

Wheezing (-/-)

Jantung : BJ I > BJ II, Regular, Bising (+)

Abdomen : distensi(+), Soepel, tympani usus (+),

peristaltik menurun, darm steifung (+), darm

contour (-), hepar dan lien sulit dinilai,

teraba massa Ø 2x3 cm di hipokondrium kiri

Genetalia : Perempuan, tidak ada kelainan

Anus : Tidak ada kelainan

Kelenjar Limfe : Pembesaran (-)

Ekstrimitas : Sianosis(-/-), edema (-/-), jari tangan dan

kaki kecil

o Laboratorium

23

Page 24: referat askariasis

Darah 29 April 2012 (H-1 rawat)

Hemoglobin : 3, 9 gr/dl

Leukosit : 49.300/uL

Trombosit : 39.000/uL

Hematokrit : 9%

GDS : 88 mg/dl

Creatinin : 1.8 mg/dl

Ureum : 32 mg/dl

Klorida :102 meq/L

Kalium : 4,6 meq/L

Natrium : 130 meq/L

Darah 29 April 2012 (H-1 post transfusi) :

Hemoglobin : 6,5 gr/dl

Hematokrit : 18 %

Leukosit : 15.500/uL

Trombosit : 32.000/uL

Feses Rutin 30 April 2012 (H-2 rawat)

Warna : coklat

Konsistensi : lunak

Bau : khas

Eritrosit : negatif

Leukosit : negatif

Darah : negatif

Lendir : negatif

Telur cacing : Ascariasis Lumbricoides

Darah dan Morfologi darah tepi 30 april 2012 (H-2 rawat post

transfusi)

24

Page 25: referat askariasis

Hemoglobin : 7,6 gr/dl

Leukosit : 16.000/uL

LED : 95 mm/jam

Eritrosit : 26.000/uL

Trombosit : 34.000/uL

Hematokrit : 22 %

MCV : 82 ft

MCH : 28 pg

MCHC : 34 gr/dl

SGOT : 4 u/L

SGPT : 7 u/L

Protein total : 5,3 u/L

Albumin : 3,2 gr/dl

Globulin : 2,1 gr/dl

Kreatinin : 0,7mg/dl

Ureum : 40 mg/dl

GDS : 99 mg/dl

Hitung Jenis Leukosit

Eosinofil : 0

Basofil : 2

Netrofil Batang : 2

Netrofil Segmen : 10

Limfosit : 84

Monosit : 2

Darah 1 Mei 2012 (H-3 rawat post transfusi)

Hematokrit : 29 %

Hemoglobin : 10,2 gr/dl

Leukosit : 11.300/uL

Trombosit : 40.000/uL

25

Page 26: referat askariasis

Urinalisa 1 Mei 2012 (H-3 rawat)

Berat jenis : 1,005

pH : 6

Leukosit : negatif

Nitrit: : negatif

Protein : negatif

Glukosa : negatif

Keton : negatif

Urobilinogen : negatif

Bilirubin : negatif

Blood : negatif

Sedimen urin

Leukosit : 5-7/LPB

Eritrosit : 1-2/LPB

Epitel : 5-6/ LPB

Darah 7 Mei 2012 (H-9 rawat)

Hemoglobin : 9,5 gr/dl

Leukosit : 6.600/uL

Trombosit : 29.000/uL

Hematokrit : 28 %

SGOT : 19 u/L

SGPT : 11 u/L

Kreatinin : 0,4 mg/dl

Ureum : 26 mg/dl

Total kolesterol : 162 mg/dl

GDS : 112 mg/dl

Hitung Jenis Leukosit

Eosinofil : 2

26

Page 27: referat askariasis

Basofil : 0

Netrofil Batang : 2

Netrofil Segmen : 12

Limfosit : 82l

Monosit : 2

VIII. DIAGNOSA BANDING

1. Bolus Ascariasis + Down Syndrome + Gizi Kurang + PDA

2. Ileus Obstruktif e.c Tumor Intra Abdomen + Down Syndrome + Gizi

Kurang + PDA

IX. DIAGNOSA SEMENTARA

Bolus Ascarias + Down Syndrome + Gizi Kurang + PDA

X. PENATALAKSANAAN

1. Supportif

a. Bedrest

b. Diet ML 1050 kkal + protein 21-31,5 gr

2. Medikamentosa

a. IVFD 4:1 (Dex 5% + NaCl 0,225%) 30 gtt/i (mikro)

b. Inj. Cefotaxime 300 mg/ 8 jam

c. Inj. Novalgin 100 mg/ 8 jam (k/p)

d. Mikrolac supp

e. Inj. Kloramfenikol 150 mg/ 6 jam

f. Albendazole 200 mg single dose

g. Furosemid 2x 4 mg

h. Spironolakton 2x 6,5 mg

27

Page 28: referat askariasis

3. Planning

Planning diagnostik

a. Klisma 1x/hari

b. Kurva suhu per 6 jam

Planning terapi

a. Transfusi PRC s/d Hb 10 gr/dl

4. Edukasi

a. Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien kepada orangtua

pasien

b. Edukasi terhadap pengobatan dan kesembuhan pasien

c. Makan makanan bergizi

d. Edukasi terhadap keluarga pasien agar menjaga kebersihan diri dan

keluarga serta lingkungan.

XI. PROGNOSIS

Qou ad vitam : dubia ad bonam

Qou ad functionam : dubia ad bonam

Qou ad sanactionam : dubia ad bonam

XII. Analisa Kasus

Aspek Teori Fakta

Epidemiologi Prevalensi ascariasis paling tinggi di

anak-anak umur 2-10 tahun, dengan

intensitas tertinggi infeksi ini terdapat

pada umur 5-15 tahun

Di pedesan kasus ini lebih tinggi

prevalensinya, hal ini terjadi karena

buruknya sistem sanitasi lingkungan di

Pasien berumur 2 tahun dan

masih digolongkan anak-

anak

Pasien tinggal di daerah

pedesaan

Pasien berasal dari keluarga

yang tingkat ekonominya

28

Page 29: referat askariasis

pedesaan, tidak adanya jamban

sehingga tinja manusia tidak terisolasi

sehingga larva cacing mudah menyebar

Hal ini juga terjadi pada golongan

masyarakat yang memiliki tingkat

sosial ekonomi yang rendah, sehingga

memiliki kebiasaan membuang hajat

(defekasi) ditanah, yang kemudian

tanah akan terkontaminasi dengan telur

cacing yang infektif dan larva cacing

yang seterusnya akan terjadi reinfeksi

secara terus menerus pada daerah

endemik

rendah

Gejala Klinis pada anak-anak akan menimbulkan

kekurangan gizi

Gangguan yang disebabkan oleh

cacing dewasa seperti mual, nafsu

makan berkurang, diare atau

konstipasi.

Bila sejumlah besar cacing

menggumpal menjadi suatu bolus yang

menyumbat rongga usus dan

menyebabkan gejala abdomen akut.

Pada foto toraks tampak infiltrat.

Keadaan ini disebut sindrom Loeffler

Status gizi pasien ini

BB/TB = 8/10,5 x 100%

= 76%

Kesan : gizi kurang

Pasien datang dengan

keluhan:

benjolan pada perut

Perut juga dirasakan

membesar serta disertai

nyeri.

Ibu pasien juga mengaku

bahwa pasien sudah tidak

BAB sejak 4 SMRS

Pasien juga sering

merasakan Mual (+),

Muntah(-).

Pasien kurang mau minum

dan nafsu makan juga

29

Page 30: referat askariasis

berkurang.

Foto thorax pasien ini:

tampak infiltrat di daerah

paracardial kanan, kesan:

pneumonia

Pemeriksaan

penunjang

Untuk menegakkan diagnosis pasti

harus ditemukan cacing dewasa dalam

tinja atau muntahan penderita dan telur

cacing dengan bentuk yang khas dapat

dijumpai dalam tinja

Ibu pasien mengatakan

pernah keluar cacing dari

mulut pasien sebesar tauge

pada umur anak 4 bulan dan

2 bulan yang lalu dari BAB

pasien juga keluar cacing

sebesar selang infus

sebanyak 1 ekor

Dari pemeriksaan feses juga

ditemukan telur cacing

ascariasis lumbricoides pada

feses pasien

Terapi Adapun obat yang sekarang ini

dipakai dalam pengobatan adalah:

1. Mebendazol

Diberikan satu tablet (100 mg) dua

kali sehari selama tiga hari

2. Pirantel Pamoat

Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat

badan

3. Levamisol Hidroklorida.

Obat ini diberikan dalam dosis tunggal

yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan

50 mg untuk orang dengan berat badan

<10 kg.

4. Garam Piperazin.

Pada pasien ini diberikan

Albendazole 200 mg single

dose

30

Page 31: referat askariasis

diberikan dalam dosis tunggal sebesar

30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan

750 mg piperazin).

5.Albendazole

Pada anak diatas 2 tahun dapat

diberikan 2 tablet albendazole

(400mg) atau suspensi 20 ml, berupa

dosis tunggal<hasil cukup memuaskan

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Water related diseases: Ascariasis.

Communicable Diseases (CDS) and Water, Sanitation and Health unit (WSH)

31

Page 32: referat askariasis

Available at URL: http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/

ascariasis/en/. Accessed on May 2012.

2. Mardiana and Djarismawati. Helminthiosis Prevalence Among Compulsory

Learning of Public School Children In The Slum Areas Of Poverty

Elimination Integrated Program in Jakarta Province. Jurnal Ekologi

Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008 : 769 – 774.

3. Haburchak, David R. Ascariasis. Division of Infectious Disease, Medical

College of Georgia. Available at URL: http://emedicine.medscape.com/

article/212510-overview. Accessed on May 2012.

4. Shoff, William H. Pediatric Ascariasis. Department of Emergency Medicine,

Hospital of the University of Pennsylvania. Available at URL:

http://emedicine.medscape.com/article/996482-overview Accessed on May

2012.

5. Syamsu, Yohandromeda. Ascariasis, Respons IgE dan Upaya

Penanggulangannya. Program Studi Imunologi Program Pasca Sarjana

Universitas Airlangga.

6. Soedarto, 1995. Helmintologi Kedokteran. Edisi ke 2. EGC. Jakarta.

7. Jagota SC, 1986. Albendazole, a Broad Spectrum Anthelmintic, in the

Treatment of Intenstinal Nematode and Cestode Infection: A Multicenter

Study in 460 Patients. Clin.Ther ; 8 : 226-231, 1986.

8. Sudarmo,SS.Garna Herry. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi

dan Penyakit Tropis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

32