Ask Ep Trauma Thorak

32
BAB II PEMBAHASAN I. LANDASAN TEORITIS 1. Definisi Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul (Hudak, 1999). Trauma thorak adalah trauma yang terjadi pada toraks yang menimbulkan kelainan pada organ- organ didalam toraks.

Transcript of Ask Ep Trauma Thorak

Page 1: Ask Ep Trauma Thorak

BAB II

PEMBAHASAN

I. LANDASAN TEORITIS

1. Definisi

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau

kerugian psikologis atau emosional

(Dorland, 2002). Trauma adalah luka

atau cedera fisik lainnya atau cedera

fisiologis akibat gangguan emosional

yang hebat (Brooker, 2001).

Trauma dada adalah trauma tajam atau

tembus thoraks yang dapat

menyebabkan tamponade jantung,

perdarahan, pneumothoraks,

hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma

atau ruda paksa tajam atau tumpul (Hudak, 1999). Trauma thorak adalah trauma yang

terjadi pada toraks yang menimbulkan kelainan pada organ-organ didalam toraks.

Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru terdesak

dan terjadinya perdarahan.

Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru- paru

dapat terjadi kolaps.

Page 2: Ask Ep Trauma Thorak

2. Etiologi

1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke

mediastinum/daerah jantung.

2) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau

spontan.

3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga

dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi

dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).

3. Klasifikasi

1. Trauma Tembus

Pneumothoraks terbuka

Hemothoraks

Trauma tracheobronkial

Contusi Paru

Ruptur diafragma

Trauma Mediastinal

2. Trauma Tumpul

Tension pneumothoraks

Trauma tracheobronkhial

Flail Chest

Ruptur diafragma

Trauma mediastinal

Fraktur kosta

4. Insidensi

Page 3: Ask Ep Trauma Thorak

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44

tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma

tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

5. Prognosis Penyakit

1. Open Pneumothorak

Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga

paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang

menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila luban ini lebih

besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah

melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas

yang hebat.

2. Tension Pneumothorak

Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension

pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka

udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :

• Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat

• Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok

Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan

pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.

3. Hematothorak masif

Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi

terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.

4. Flail Chest

Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu

segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan

menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan

pernafasan paradoksal.

6. Patofisiologi

Page 4: Ask Ep Trauma Thorak

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat

mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan

pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman

kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung

untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan osigen

darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan

dalam dan tusukan terhadap organ.

Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang

dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi

atau non penetrasi ( tumpuln ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka

dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam

permukaan pleura dan mengganggua mekanisme ventilasi normal. Luka dada

penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan struktur thorak lain.

Patofisiologi

Trauma Thorax

Mengenai rongga toraks sampai Terjadi robekan Pemb. Darah intercostal,

rongga pleura, udara bisa pemb.darah jaringan paru-paru.

masuk (pneumothorax)

Terjadi perdarahan :

Karena tekanan negative intrapleura (perdarahan jaringan intersititium, perarahan intraalveolar

Maka udara luar akan terhisap masuk diikuti kolaps kapiler kecil-kecil dan atelektasi)

ke rongga pleura (sucking wound)

tahanan perifer pembuluh paru naik

Page 5: Ask Ep Trauma Thorak

(aliran darah turun)

- Open penumothorax

- Close pneumotoraks = ringan kurang 300 cc di punksi

- Tension pneumotoraks = sedang 300 - 800 cc di pasang drain

= berat lebih 800 cc torakotomi

Tek. Pleura meningkat terus

Tek. Pleura meningkat terus

mendesak paru-paru

(kompresi dan dekompresi)

pertukaran gas berkurang

- sesak napas yang progresif = sesak napas yang progresif

(sukar bernapas/bernapas berat) = nyeri bernapas / pernafsan asimetris/adanya jejas/trauma

- nyeri bernapas = pekak dengan batas jelas/tak jelas.

- bising napas berkurang/hilang = bising napas tak terdengar

- bunyi napas sonor/hipersonor = nadi cepat/lemah

- poto toraks gambaran udara lebih ¼ anemis / pucat

dari rongga torak = poto toraks 15 - 35 % tertutup bayangan

WSD/Bullow Drainage

7. Tanda Dan Gejala

Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

1. Ada jejas pada thorak

2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

Page 6: Ask Ep Trauma Thorak

5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

6. Penurunan tekanan darah

7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher

8. Bunyi muffle pada jantung

9. Perfusi jaringan tidak adekuat

10.Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan

pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

4. Hemoglobin : mungkin menurun.

5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.

6. Pa O2 normal / menurun.

7. Saturasi O2 menurun (biasanya).

8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

9. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik,

observasi.

10. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum

pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues

suction unit.

11. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus

dipertimbangkan thorakotomi

12. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800

cc segera thorakotomi.

9. Komplikasi

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

Page 7: Ask Ep Trauma Thorak

2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep

jantung.

4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5. Esofagus : mediastinitis.

6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,

1990).

10. Penatalaksanaan

1. Bullow Drainage / WSD

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

a. Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat

ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam

shock.

b. Te r a p i :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.

Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing"

dapat kembali seperti yang seharusnya.

c. Preventive :

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga

"mechanis of breathing" tetap baik.

2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :

a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

Page 8: Ask Ep Trauma Thorak

Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari

sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya

slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang.

Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.

c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

• Penetapan slang.

Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak

terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya

slang dapat dikurangi.

• Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil

dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,

merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di

bawah lengan atas yang cedera.

d. Mendorong berkembangnya paru-paru.

• Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.

• Latihan napas dalam.

• Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu

slang diklem.

• Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika

perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.

Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara

bersamaan keadaan pernapasan.

f. Suction harus berjalan efektif :

Page 9: Ask Ep Trauma Thorak

Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan

setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.

• Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,

keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

• Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika

suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2

terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di

cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang

bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan

di dinding paru-paru.

g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.

Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan

yang keluar kalau ada dicatat.

Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya

gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu

meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.

Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol

dan slang harus tetap steril.

Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri- sendiri,

dengan memakai sarung tangan.

Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,

misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

h. Dinyatakan berhasil, bila :

Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.

Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.

Tidak ada pus dari selang WSD.

3. Therapy

Page 10: Ask Ep Trauma Thorak

• Chest tube / drainase udara (pneumothorax).

• WSD (hematotoraks).

• Pungsi.

• Torakotomi.

• Pemberian oksigen.

• Antibiotika.

• Analgetika.

• Expectorant

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian :

Point yang penting dalam riwayat keperawatan :

1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.

2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.

3. Pengobatan terakhir.

4. Pengalaman pembedahan.

5. Riwayat penyakit dahulu.

6. Riwayat penyakit sekarang.

7. Dan Keluhan.

Pemeriksaan Fisik :

1. Sistem Pernapasan :

Sesak napas

Nyeri, batuk-batuk.

Terdapat retraksi klavikula/dada.

Pengambangan paru tidak simetris.

Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,

hematotraks (redup)

Page 11: Ask Ep Trauma Thorak

Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang

berkurang/menghilang.

Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

2. Sistem Kardiovaskuler :

Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.

Takhikardia, lemah

Pucat, Hb turun /normal.

Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan :

Tidak ada kelainan.

4. Sistem Perkemihan.

Tidak ada kelainan.

5. Sistem Pencernaan :

Tidak ada kelainan.

6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

Kemampuan sendi terbatas.

Ada luka bekas tusukan benda tajam.

Terdapat kelemahan.

Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

7. Sistem Endokrine :

Terjadi peningkatan metabolisme.

Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.

Tidak ada hambatan.

9. Spiritual :

Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

B. Diagnosa Keperawatan :

Page 12: Ask Ep Trauma Thorak

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang

tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi

sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

dan reflek spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan

ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang

bullow drainage.

7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma.

C. Intevensi Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang

tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektive.

Kriteria hasil :

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi :

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat

tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak

mungkin.

Page 13: Ask Ep Trauma Thorak

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan

ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau

perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai

akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock

sehubungan dengan hipoksia.

c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin

keamanan.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan

mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau

kolaps paru-paru.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan

klien terhadap rencana teraupetik.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan

menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat

dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :

1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang

diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas

yang ditentukan.

Page 14: Ask Ep Trauma Thorak

R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah

udara atmosfir masuk ke area pleural.

3) Observasi gelembung udara botol penempung.

R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari

penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun

seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak

adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal

atau slang buntu.

4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang

tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat

drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.

R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada

selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya

perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.

g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian antibiotika.

Pemberian analgetika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret

dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan : Jalan napas lancar/normal

Page 15: Ask Ep Trauma Thorak

Kriteria hasil :

Menunjukkan batuk yang efektif.

Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

Klien nyaman.

Intervensi :

a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat

penumpukan sekret di sal. pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,

menyebabkan frustasi.

1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

2) Lakukan pernapasan diafragma.

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan

ventilasi alveolar.

3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,

keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan

melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah

pengeluaran sekresi sekret.

c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

Page 16: Ask Ep Trauma Thorak

d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :

mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan

1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan

mukus, yang mengarah pada atelektasis.

e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan

mencegah bau mulut.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi

perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan

reflek spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.

Pasien tidak gelisah.

Page 17: Ask Ep Trauma Thorak

Intervensi :

a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi

dan non invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi

lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot

rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan

relaksasi masase.

R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh

jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi

yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan

meningkatkan kenyamanan.

c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan

menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya.

Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

teraupetik.

d. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.

R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah

pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2

Page 18: Ask Ep Trauma Thorak

jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.

R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif

untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang

tepat.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang

bullow drainage.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :

a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam

melakukan tindakan yang tepat.

b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah

intervensi.

c. Pantau peningkatan suhu tubuh.

R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya

proses peradangan.

d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa

kering dan steril, gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan

mencegah terjadinya infeksi.

e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya

debridement.

R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas

Page 19: Ask Ep Trauma Thorak

pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi

parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

R/ antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada

daerah yang berisiko terjadi infeksi.

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan

ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

• penampilan yang seimbang..

• melakukan pergerakkan dan perpindahan.

• mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan

karakteristik :

0 = Mandiri penuh

1 = Memerlukan alat Bantu.

2 = Memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan

pengajaran.

3 = Membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = Ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi :

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena

ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

Page 20: Ask Ep Trauma Thorak

R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma.

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :

• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital.

R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh

meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,

drainase luka, dll.

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti

Hb dan leukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi

akibat terjadinya proses infeksi.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

Page 21: Ask Ep Trauma Thorak

D. Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf

keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk

memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine.

2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma thorax/dada adalah :

1) Pola pernapasan efektive.

2) Jalan napas lancar/normal

3) Nyeri berkurang/hilang.

4) Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

5) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal

6) Infeksi tidak terjadi / terkontrol

Page 22: Ask Ep Trauma Thorak

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Asuhan Keperawatan Trauma Toraks. Tersedia dalam:

http://indonesiannursing.com/2008/05/asuhan-keperawatan-trauma-toraks/.

Diakses tanggal : 1 Maret 2011

Anonim, 2010. Asuhan Keperawatan Trauma Torax. (penumothorax/hematotorax).

Teresedia dalam:http://downloads.ziddu.com/downloadfile/10760732/Askep

trauma thorax.doc.html

Augusfarly, 2010. Asuhan keperawatan trauma thorax / dada. Tersedia dalam:

http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/30/asuhan-keperawatan-

trauma-thorax-dada/. Diakses tanggal : 1 Maret 2011

Patriani. 2008. Trauma Thorax / Dada. Tersedia dalam: http://asuhan-

keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-trauma-dada.html.

Diakses tanggal : 1 Maret 2011

Satrianto A, 2009. Laporan pendahuluan trauma thorax. tersedia dalam:

http://www.scribd.com/doc/14760743/Laporan-Pendahuluan-Trauma-Thorax-

Di-Ruang-13-Akut-RSU-Dr-Saiful-Anwar-Malang. diakses tanggal : 1 Maret

2011