Seledri Ep

28
TUGAS UAS PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN Nama: Dwi Nirma Rizkiyanti Nim: 1204015133 Kelas: 6C Judul Penelitian: PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

description

da

Transcript of Seledri Ep

Page 1: Seledri Ep

TUGAS UAS PROPOSAL

METODOLOGI PENELITIAN

Nama: Dwi Nirma Rizkiyanti

Nim: 1204015133

Kelas: 6C

Judul Penelitian:

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Page 2: Seledri Ep

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah salah satu penyebab kematian nomor satu di

dunia. Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark miokard,

stroke, dan gagal ginjal. Penderita hipertensi mempunyai factor risiko 3-5 kali lipat untuk terkena

serangan jantung dibandingkan dengan bukan penderita hipertensi.

Disamping tersedianya obat-obatan sintetik dalam rangka peningkatan kesehatan

masyarakat untuk pengobatan hipertensi, perlu dilakukan pemanfaatan tanaman obat yang

banyak tumbuh disekitar kita berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara turun - temurun

sebagai obat tradisional. Hal ini paling tidak untuk pengobatan awal, sesuai dengan anjuran

World Health Organization (WHO), agar dapat ditingkatkan pemakaian rasional dari obat-obat

tradisional, dalam pelayanan kesehatan primer.

Meskipun dalam kemajuannya penemuan-penemuan obat-obat anti hipertensi sangat

membantu, namun pengobatan dengan obat tradisional masih terus dicari lebih luas lagi karena

pada obat medis bila digunakan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping sehingga

pasien tidak tergantung selamanya pada obat medis yang dapat membahayakan bila digunakan

terus menerus beda halnya dengan obat tradisional yang memiliki efek samping yang relative

kecil. Tanaman obat yang secara empiris telah dibuktikan dapat menurunkan tekanan darah

tinggi salah satunya adalah seledri.

Salah satu alternatif untuk pengobatan hipertensi adalah dengan menggunakan seledri

yang merupakan salah satu tanaman obat berkhasiat. Senyawa yang diketahui mengandung

senyawa aktif yang terkandung pada seledri sekaligus dapat menurunkan tekanan darah tinggi

yaitu ''apiin'' (yang berfungsi sebagai calcium antagonist) dan manitol yang berfungsi seperti

diuretik. Daun seledri banyak mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk

menambah jumlah air kencing.

Page 3: Seledri Ep

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Djojosugito, air daun seledri dapat

menurunkan tekanan darah dan bersifat hipotensif pada hewan percobaan kucing. Daun seledri

banyak mengandung apiin, suatu senyawa yang bersifat diuretik dan diduga mampu melebarkan

pembuluh darah pada kucing percobaan.

Selain itu hasil ini bersesuaian dengan penelitian Somali, (2009), bahwa konsumsi 2

batang seledri (40 gram) / hari selama satu minggu dapat menurunkan tekanan darah dari 158 /

96 mmHg menjadi 118 / mmHg . Hal ini dapat terjadi karena daun seledri banyak mengandung

Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk menambah jumlah air kencing, penenang

(senyawa sedtif / Pthalides), karminatif dan mencegah penyempitan pembuluh darah

(Widyawaruyanti, 2009).

Disamping kandungan Pthalides dan magnesium, zat lain yang mampu menurunkan

tekanan darah adalah Apigenin yang bersifat kalsium antagonis yang sangat bermanfaat untuk

mencegah penyempitan pembulu darah Serta perbandingan kalium dan natrium yang mendekati

rasio ideal (2,75 : 1) untuk mencegah hipertensi ( Khomsan, 2009 dan Hartati, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dibuat permasalahan apakah ada pengaruh pemberian

air rebusan seledri pada pasien hipertensi dan membuktikanya terhadap tekanan darah pasien ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penggunaan daun

seledri (Apium graveolens L.) dan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang

manfaatnya terhadap pengobatan antihipertensi serta agar penderita hipertensi dapat mengatasi

penyakitnya tanpa menggunakan obat.

Page 4: Seledri Ep

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Tanaman Seledri

a. Klasifikasi

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Anak Kelas : Rosidae

Bangsa : Apiales

Suku : Apiaceae

Marga : Apium

Jenis : Apium graveolens L. (Cronquist, 1981)

b. Deskripsi

Seledri (Apium graveolens L.) tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 50 cm dengan

bau aromatik yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang

banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7

helai.

Daunnya berwarna hijau, hijau kecoklatan sampai hijai kekuningan. Bau aromatik

yang khas, rasa agak asin, agak pedas dan menimbulkan rasa tebal di lidah. Seledri

memerlukan cuaca yang lembab namun juga dapat ditanam di dataran rendah. Seledri

terdiri dari tiga jenis, yaitu seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi. Seledri

yang banyak ditanam di Indonesia adalah seledri daun.

Seledri (Apium graveolens L.) mengandung minyak atsiri, flavonoid, limonen, ɑ-

terpineol, isokuersetin, kumarin, asparagine,bargapten, isopimpinelin, apiumetin,

santotoksin, saponin, tannin, manitol, kalsium, fosfor, besi, protein, glisidol, vitamin (A,

B, C dan K) serta senyawa utama yaitu apigenin (termasuk golongan flavonoid) dan apiin

(termasuk golongan glikosida) sebagai senyawa utama yang berkhasiat sebagai hipertensi

serta manitol yang digunakan untuk diuretic.

Page 5: Seledri Ep

Cara – cara mendapatkan sampel / sediaan uji :

Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dengan cara menyari simplisia

nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.

Ekstraksi atau penyarian adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia

dengan cara dan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari

bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat dua model ekstraksi, yaitu cara

dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi, dan perkolasi. Sedangkan cara

panas meliputi reflux, soxhlet, digesti, infusa, dan dekokta.

a. Cara Dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan maserasi dengan penambahan pelarut setelah dilakukan maserat

pertama dan seterusnya.

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru , yang umumnya dilakukan

pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan

maserasi antara dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), terus

menerus sampai perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

b. Cara Panas

1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

proses ekstraksi sempurna.

2) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelaut yang selalu baru yang umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelaut

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Page 6: Seledri Ep

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih

tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

4) Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada

suhu 90°C selama 15 menit.

5) Dekok

Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (≥ 30 menit).

Namun, cara yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode infuse, yakni :

1) Daun seledri segar sebanyak 40 gr

2) Direbus dengan 2 gelas (400 cc) hingga didapatkan segelas air (200cc) selama 15 menit.

3) Setelah dingin, di saring lalu hasil saringan diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pagi

hari dan 100 cc pada sore hari.

Hipertensi

a. Definisi

Menurut medis, pengertian hipertensi adalah suatu kondisi manakala tekanan darah

seseorang meningkat sampai diatas normal yang ditunjukkan oleh alat ukur tekanan darah. 

Misalnya  untuk orang dewasa dengan tinggi badan, berat badan, dan kegiatan yang wajar serta

sehat, maka angka tekanan darah yang normal adalah pada kisaran 120 / 80 mmHG. Biasanya,

angka tekanan darah akan menurun saat istirahat atau tidur, dan naik kembali sesudah

berolahraga atau beraktifitas. Alat ukur tekanan darah yang digunakan bisa berupa cuff air

raksa(sphygmomanometer) ataupun alat ukur tekanan darah digital.

Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena tidak memiliki gejala awal tetapi dapat

menyebabkan penyakit jangka panjang dan komplikasi yang berakibat fatal. Pengertian

hipertensi sendiri menurut kesepakatan WHO adalah keadaan seseorang apabila mempunyai

tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama

dengan atau lebih tinggi dari 80 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu.

Page 7: Seledri Ep

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg

dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi adalah suatu penyakit tanpa

gejala sehingga sering disadari penderita setelah timbul akibat lanjut (komplikasi) (Permadi

2008). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkan (Sustrani, 2005).

b. Faktor-faktor penyebab hipertensi

Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi menurut Permadi,2000 antara

lain :

1. Usia Hampir tiap survei yang dilakukan para ahli menemukan terjadinya kenaikan

tekanan darah dengan naiknya umur diatas 45 tahun

2. Jenis kelamin Penelitian di jawa tengah dan daerah lain di Indonesia menunjukkan

kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria karena pada wanita

mengalami menopause sehingga terjadi penurunan jaringan perifer dan hormon.

3. Obesitas Penelitian membuktikan bahwa curah jantung (kemampuan memompa darah

oleh jantung) dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi

dibandingkan penderita hipertensi dengan berat badan normal.

4. Keturunan Suatu pendapat memperkirakan 3% dari anak yang lahir dari ayah-ibu

normotensif (tekanan darah normal) mungkin akan menderita hipertensi, sedangkan

kemungkinan ini naik menjadi 45% jika kedua orang tuanya menderita hipertensi.

5. Lingkungan dan faktor geografi Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi

kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.

6. Macam pekerjaan Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan stress.

Stress melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah.

7. Konsumsi garam Mengkonsumsi garam kurang dari 3 gram perhari kemungkinan akan

terjadi hipertensi beberapa persen saja, namun jika konsumsi garam antara 5-15 gram

perhari maka kemungkinan hipertensi menjadi 15-20%.

Page 8: Seledri Ep

8. Gaya hidup Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi lemak, tidak

senang makan buah dan sayur, peminum alkohol, dan tidak suka berolah raga disinyalir

akan memicu terjadinya hipertensi.

Penyebab Hipertensi Pada Lansia

  Penyakit hipertensi pada lansia yang beresiko tinggi terkena stroke bahkan bisa

meningkatkan resiko kematian yang tinggi, meskipun begitu penyebab penyakit hipertensi belum

diketahui pasti penyebabnya.

Penyakit hipertensi pada lansia banyak sekali terjadi hampir sekitar 60% orang yang

sudah lansia mengalami penyakit hipertensi dan rata-rata berusia diatas 70 tahun keatas,

Terutama bagi lansia yang mengalami penyakit diabetes harus melakukan kontrol yang ketat

pada tekanan darah untuk melakukan pencegahan penyakit hipertensi yang tidak terkendali.

Kebanyakan dari lansia mengalami penyakit hipertensi sistolik, penyakit hipertensi pada lansia

bisa dicirikan dengan meningkatnya tekanan darah diastolik dan sistolik yang menetap. Seiring

bertambahnya usia tubuh akan mengalami penurunan elastisitas pada pembuluh darah sehingga

tekanan darah secara otomatis akan naik.

Resiko berkaitan dengan hipertensi

Menurut studi penelitian dan kenyataan berdasarkan epidemiologi, risiko kematian

serangan jantung (penyakit jantung) secara langsung berhubungan dengan tekanan darah tinggi,

hipertensi terutama sistolik. Semakin tinggi tekanan darah Anda, semakin tinggi risikonya .

Kontrol seumur hidup untuk mempertahankan hipertensi menurunkan risiko komplikasi seperti

serangan jantung dan stroke.

c. Klasifikasi hipertensi menurut WHO Menurut Bangun (2003)

klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah

1) Tekanan darah normal Tekanan darah dimana sistolik kurang atau sama dengan 140

mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

2) Tekanan darah perbatasan Tekanan darah dimana sistolik 141-149 mmHg dan

diastolik 91-94 mmHg.

Page 9: Seledri Ep

3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi Tekanan darah dimana sisitolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg

d. Gejala Hipertensi

Gejala hipertensi tidak terlihat atau nampak kecuali penyakitnya sudah menjalar

pada bagian tubuh lain bisa dikatakan komplikasi. Misalnya mata, jantung, otak dan

ginjal. Gejala hipertensi yang tidak terdeteksi sejak awal itu jika mengarah ke jantung

bisa menyebabkan gagal jantung, pada mata menyebabkan gangguan penglihatan, pada

otot bisa menyebabkan stroke yang membuat anggota badan lumpuh dan lain-lain. Cara

mengetahui atau mendeteksi ada tidaknya tanda atau gejala hipertensi ini, adalah dengan

rajin mengukur tekanan darah dibantu tenaga medis di puskesmas atau rumah sakit.

e. Pencegahan Hipertensi

Terdapat ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :

1. Pencegahan dengan pola hidup sehat

2. Pencegahan dengan medical check up

3. Pencegahan dengan cara tradisional

f. Jenis hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi menurut Sustrani (2005)

dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial adalah hipertensi

yang tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi

hipertensi esensial menurut pakar adalah stress, hubungan antara riwayat keluarga

penderita hipertensi (genetik), lingkungan, kelainan metabolism intra selular dan

faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok,

dan kalainan darah (polisitemia).

2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Hipertensi renal adalah hipertensi yang

penyebab secara spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit

Page 10: Seledri Ep

jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan dengan

kehamilan.

g. Gejala atau manifestasi klinis

Gejala hipertensi biasanya tidak ada sampai timbul komplikasi, gejala-gejala yang sering

timbul menurut Utomo (2005) adalah:

a. Sering merasa pusing atau sakit kepala.

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.

c. Tiba-tiba ada perasaan berputar dan ingin jatuh.

d. Dada sering berdebar-debar.

e. Telinga kadang berdenging.

h. Penyembuhan hipertensi

Faktor-faktor yang membantu kesembuhan menurut Susanti (2007) adalah

a. Kontrol berat badan Perilaku : patuhnya penderita diharapkan dapat melakukan diit dan

melakukan olaraga secara teratur.

b. Garam : Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat mengurangi makan makanan

yang diawetkan.

c. Alkohol : Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat menhindari minuman yang

beralkohol karena dapat mengurangi daya guna obat tekanan darah.

d. Kegiatan fisik : Perilaku patuhnya penderita harapkan melakukan kegiatan rutin misal

dengan jalan, berenang, bersepeda.

e. Obat-obatan : Perilaku patuhnya penderita diharapkan rutin dalam minum obat,

walaupun obat tidak bisa menyembuhkan hipertensi, tetapi hanya bisa mencegah terjadi

komplikasi, dalam melakukan pengobatan dimulai dengan dosis yang rendah dan jika

dianggap perlu ditambah dosis secara bertahap sehingga tekanan darah dapat dikontrol

dan dipantau hasilnya.

i. Diet Hipertensi

Page 11: Seledri Ep

Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek

samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami (Sustrani dkk, 2005).

Diet hipetensi ada beberapa macam, yaitu:

1. Mengurangi asupan garam Garam dalam diit rendah garam adalah garam natrium

seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking

powder, natrium benzoate, dan vetsin (mono natrium glutamate). Dalam keadaan

normal jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah

yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan (Almatsier, 2004). Mengurangi

garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalium, magnesium dan

kalsium (bila diperlukan untuk kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu

dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Kita dalam mengkonsumsi garam

umumnya lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tubuh, idealnya kita cukup

menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram perhari. Masakan untuk

penderita hipertensi yang kurang garam agak hambar bagi orang biasa, tetapi dengan

menyadari bahwa penderita hipertensi sedang mengadakan perubahan pola makan,

masakan khusus tersebut dapat menjadi hidangan yang nikmat (Sustrani dkk, 2005).

Tujuan dari diit rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau

air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah (Almatsier, 2004).

Almatsier (2004) membagi diit rendah garam menjadi:

1) Diet rendah garam I (200-400 mg Na) Diit rendah garam I diberikan kepada pasien

dengan hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam

dapur.

2) Diet rendah garam II (600-800 mg Na) Diit rendah garam II diberikan kepada

pasien hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diit

rendah garam I. Pada pengolahan makanannya menggunakan ½ sendok teh garam

dapur atau 2 gram.

3) Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na) Diit rendah garam III diberikan pada

penderita hipertensi ringan. Pada pengolahan makanannya mengunakan 1 sendok teh

atau 4 gram garam dapur.

2. Memperbanyak serat

Page 12: Seledri Ep

Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan yang mengandung banyak serat

akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Penderita

hipertensi sebaiknya menghindari makanan siap saji yang dikhawatirkan mengandung

banyak pengawet dan kurang serat. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa dengan

mengkonsumsi 7 gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah

sistolik sebanyak 5 poin. Bahan makanan yang mengandung serat antara lain sayuran,

kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit, cabai merah yang disantap mentah dan

buah-buahan yang mengandung vitamin C, antara lain jambu biji, mangga, jeruk,

papaya, rambutan dan mangga.

3. Menghentikan kebiasaan buruk Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat

mengurangi beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat

meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung

bekerja lebih keras. Alkohol dapat memacu tekanan darah sedangkan kopi dapat

memacu detak jantung.

4. Perbanyak asupan kalium Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi

3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga

dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal.

Kalium bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah

dikeluarkan. Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari,

misalnya kentang dan bayem, pisang, sari jeruk, jagung, kobis dan brokoli.

5. Penuhi kebutuhan magnesium Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi

yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350

miligram, tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan

untuk mengatasi hipertensi. Kekurangan magnesium terjadi dengan semakin

banyaknya makan olahan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung magnesium

antara lain kacang tanah, bayam, kacang hijau, kacang merah, kedelai, tahu, tempe,

makanan laut (ikan, kerang, cumi-cumi, dan lain-lain).

Page 13: Seledri Ep

6. Lengkapi kebutuhan kalsium Mengkonsumsi kalsium 800 miligram perhari (setara

dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber makanan yang kaya kalium

antara lain keju rendah lemak, ikan seperti salmon, daging sapi, ayam rendah lemak,

kedelai, tahu, tempe, bayam, kacang panjang.

7. Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat

untuk pengontrolan tekanan darah, adalah tomat, wortel, seledri (sedikit empat batang

perhari dalam sup atau masakan lain), bawang putih (sedikitnya satu suing perhari,

bisa juga digunakan bawang merah dan bawang bombai), kunyit, bumbu lain (lada

hitam, adas, kemangi dan bumbu lain) (Almatsier, 2004).

j. Mekanisme Kerja Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah :

- melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I olehangiotensin I converting

enzyme (ACE).

  (Angiotensin adalah sebuah dipsogen dan hormon oligopeptida di dalam serum darah

yang menyebabkan    pembuluh darah mengkerut hingga menyebabkan kenaikan

tekanan darah.

- Angiotensin merupakan stimulan/perangsang bagi sekresi/keluarnya aldosteron dari

adrenal korteks, dan merupakan bagian dari sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron).

- Prekursor angiotensin adalah angiotensinogen yang disekresi oleh hati, yang akan

berubah menjadi angiotensin I dan oleh enzim "Angiotensin Convertizing Enzim" akan

diubah menjadi Angiotensi II)

Enzim "Angiotensin Convertizing Enzim" (ACE)  memegang peran fisiologis penting

dalam mengatur tekanan darah.

 - Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.

- Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi

angiotensin I.

 Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensinII.

 - Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah

melalui dua aksi utama.

Page 14: Seledri Ep

Aksi pertama adalah  :

- meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.

- ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk

mengatur osmolalitas atau kepekatan  dan volume urin/air seni.

- Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.

- Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler.

- Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhimya akan meningkatkan tekanan

darah.

Aksi kedua adalah : 

- menstimulasi/merangsang  sekresi/keluarnya hormon aldosteron (hormon yang

dikeluarkan oleh korteks adrenal/ginjal  yang mempengaruhi    tekanan darah dan

keseimbangan garam) dari korteks adrenal ( lapisan luar dari kelenjar adrenal/ginjal yang

menghasilkan hormon steroid, di antaranya kortisol glukokortikoid dan hormon-hormon

seks).

-  Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

- Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler ( cairan diluar sel), aldosteron akan

mengurangi ekskresi/keluarnya NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya (proses

penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan)  dari tubulus ginjal.

- Naiknya konsentrasi NaCl (garam) akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan

volume cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah.

k. Obat Antihipertensi

Obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan untuk

mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang. Obat-obatan yang umum dan sering

diberikan pada penderita hipertensi adalah jenis-jenis obat seperti berikut:

a. Diuretika Diuretika merupakan jenis obat yang cara kerjanya membuang kelebihan

cairan (air dan natrium) dari system peredaran darah melalui buang air kecil yang sering

yang sering, agar beban jantung dapat dikurangi. Obat golongan diuretic adalah obat yang

Page 15: Seledri Ep

paling sering diberikan sebagai pilihan pertama untuk mengobati hipertensi. Jenis diuretic

yang sering digunakan adalah furosemida.

b. Beta blocker Beta blocker fungsinya mengurangi denyut jantung dan keluaran total

darah dari jantung. Beta blocker bekerja menurunkan impuls saraf di jantung dan aliran

darah, sehingga kerja jantung menjadi lebih lambat dan sedikit tenaga yang

dibutuhkannya. Kelompok yang termasuk dalam beta blocker ini adalah propanolol, HCl,

nadolol, metoprolol asetat. Efek samping dari beta blocker berupa debar jantung

melambat, pening kepala terasa ringan, kelelahan, sulit tidur (insomnia), gangguan

pencernaan, mual, muntah, dan badan merasa kedinginan.

c. Vasodilator Vasodilator akan melebarkan pembuluh agar darah dapat mengalir dengan

lebih lancar, dan cara kerjanya menghambat kerja enzim Angiotensin yang sering dikenal

dengan ACE-inhibitor. ACE-Inhibitor menghambat konversi Angiotensin I manjadi

Angiotensin II. Senyawa ini menghambat inaktivasi bradikinin. Hambatan terhadap ACE

tidak hanya terjadi dalam plasma tetapi juga di dalam endotelium vascular, menghasilkan

vasodilatasi, penurunan retensi perifer, dan penurunan tekanan darah. Inhibitor ACE juga

mengurangi produksi aldosteron dan retensi natrium juga berperan dalam efek

hipertensinya.

d. Inhibitor saraf simpatik Mencegah pengerutan atau penyempitan pembuluh darah

dengan menghambat kalsium memasuki sel otot pembuluh darah . Aliran darah menjadi

terbuka dan darah dapat mengalir lebih lancer untuk menurunkan tekanan darah kembali

ke kondisi normal. Kelompok yang termasuk dalam Inhibitor saraf simpatik adalah

diltiazem, nifedipine, verapamil HCl. Efek samping dari inhibitor saraf simpatik serupa

dengan beta blocker.

e. Alpha Bloker Menghambat produksi adrenalin (penyebab naiknya tekanan darah)

sehingga dapat menurunkan kembali tekanan darah. Alpha blocker merupakan

pengobatan awal hipertensi yang kurang tepat digunakan. Kelompok yang termasuk

dalam Alpha blocker adalah doksazosin, prazosin HCl. Efek sampingnya berupa pening,

pingsan, mual, sakit kepala, dan jantung berdebar-debar.

B. Kerangka Berfikir

Page 16: Seledri Ep

Rancangan penelitian yang akan digunakan yaitu rancangan pretest - perlakuan -

postes dengan menggunakan kelompok pembanding / kontrol, skema sebagai berikut:

Kelompok Perlakuan :

O1 x O2

Pre test Perlakuan Post test

Kelompok Pembanding/ Kontrol :

O3 O4

Pre test Post test

Keterangan:

a. Pre test adalah tekanan darah sampel yang diukur sebelum diberikan air rebusan seledri

(tekanan darah awal) dengan menggunakan alat sphygmomanometer dengan satuan

mmHg.

b. Perlakuan adalah pemberian air rebusan seledri sebanyak 200 cc yang diberikan 2 kali

sehari yaitu pada pagi hari pukul 10.00 wib sebanyak 100cc dan sore pada pukul

16.0 ib sebanyak 100cc selama 3 hari bertut-turut.

c. Post test adalah tekanan darah sample yang diukur setelah diberikanair rebusan seledri

(tekanan darahawal) dengan menggunakan alat sphygmomanometer dengan satuan

mmHg.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitati dengan rancangan penelitian kuasi

eksperimen.

C. Hipotesis

Pemberian air rebusan seledri dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.

BAB III

Page 17: Seledri Ep

METODEOLOGI PENELITIAN

A. Tempat daan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Fitokimia, Patologi Klinis FFS UHAMKA

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2016 dengan

jadwal sebagai berikut.

B. Prosedur Pembuatan air rebusan seledri:

Bahan yang digunakan adalah seledri (Apium graveolens) segar, sebanyak 40 gr dan air

2 gelas.

Prosedur pembuatan air rebusan seledri :

1) Daun seledri segar sebanyak 40 gr,

2) Direbus dengan 2 gelas (400 cc) hingga didapatkan segelas air (200cc) selama15

menit.

3) Setelah dingin, di saring lalu hasil saringan diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc

pagi hari dan 100 cc sore hari.

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit hipertensi yang berada di

Wilayah Kerja Puskesmas Kenten Laut. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian dari

penderita hipertensi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kenten Laut yang mempunyai

kesempatan yang sama untuk terpilih dan bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara purposive.

Perlakuan Kepada Sampel

Setelah sampel didapat kemudian akan diberikan perlakuan yaitu pemberian air rebusan

seledri sebanyak 200 cc yang diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 10.00 wib

sebanyak 100 cc dan sore pada pukul 16.00 wib sebanyak 100 cc selama 3 hari berturutturut.

Page 18: Seledri Ep

Cara Pengumpulan data melalui : mewawancara langsung terhadap masing- masing sampel yang

dilakukan oleh peneliti.

Data Tekanan Darah: Diukur dengan menggunakan Sphygmomanometer yang dilakukan oleh 2

orang tenaga perawat yang telah terlatih.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 16,0, data dianalisis

secara univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah uji t pasangan untuk

mengetahui adanya perbedaan tekanan darah pada sampel yang diberi perlakuan air rebusan

seledri dan yang tidak diberikan (10).

Rumus Uji t Pasangan:

t : d Sd / √ n

Keterangan:

d : Perbedaanperlakuan pertama dan kedua

n : Jumlah sampel

Sd : Standar deviasi dari selisih pengamatan sebelum dan sesudah perlakuan

Metode pengambilan dan syarat-syarat sampel

Besar sampel diambil berdasarkan banyaknya sampel yang memenuhi kriteria sampel.

pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara purposive sampling.

Adapun kriteria inklusi sampel sebagai berikut:

1). Penderita hipertensi yang diberi perlakuan,

2). Berusia > 20 tahun,

3). Penderita yang tidak disertai penyakit komplikasi,

4). Penderita yang tidak mengkonsumsi rokok,

5). Penderita yang tidak menjalani terapi diet,

6). Penderita yang tidak menjalani latihan fisik,

7). Penderita yang tidak melakukan terapi akupuntur,

8). Penderita yang tidak menjalani relaksasi progresif,

9). Penderita yang tidak menjalani meditasi,

Page 19: Seledri Ep

10) Penderita yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi sampel sebagai berikut :

1). Berusia < 20 tahun,

2). Penderita yang mengkonsumsi rokok,

3). Penderita yang menolak menjadi responden