Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum-2
-
Upload
nova-wijaya -
Category
Documents
-
view
34 -
download
0
description
Transcript of Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum-2
ASAS PERSIDANGAN TERBUKA UNTUK UMUM
Pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem peradilan
berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.1 Sedangkan Peradilan adalah segala
sesuatu atau sebuah proses yang dijalankan di Pengadilan yang berhubungan dengan tugas
memeriksa, memutus dan mengadili perkara dengan menerapkan hukum dan/atau
menemukan hukum “in concreto” (hakim menerapkan peraturan hukum kepada hal-hal yang
nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus) untuk mempertahankan dan
menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan
oleh hukum formal.
Dari kedua uraian diatas dapat dikatakan bahwa, pengadilan adalah lembaga tempat
subjek hukum mencari keadilan, sedangkan peradilan adalah sebuah proses dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan atau suatu proses mencari keadilan itu sendiri.
Asas sidang terbuka untuk umum. Asas ini membawa konsekuensi bahwa semua
putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila di ucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum (pasal 17 dan pasal 18 UU 14/1970 jo pasal 70 UU PTUN).2
Asas diatas berpengaruh terhadap persamaan dan perbedaan antara Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara dengan Hukum Acara Peradata.3
Ketentuan ini diatur dalam pasal 70 ayat 1 UU PTUN, sedangkan hukum acara
perdata diatur dalam pasal 179 ayat 1 HIR. Setiap orang dapat untuk hadir dan mendengarkan
jalannya pemeriksaan perkara tersebut. Apabila hakim menyatakan sidang yang tidak
dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan itu tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum serta mengakibatkan batalnya putusan itu menurut hukum, kecuali hakim memandang
bahwa perkara tersebut manyangkut ketertiban umum, keselamatan Negara, atau alasan-
alasan lainnya yang di muat dalam berita acara negara.4
1 pn-bojonegoro.go.id
2 https://rudini76ban.wordpress.com
3 Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Cet. VIII, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002)
4 http://aniezhatoriqi.blogspot.com
Prinsip sidang terbuka untuk umum dapat dijumpai dalam beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a. Pasal 141 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer (“UU
Peradilan Militer”);
b. Pasal 59 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (“UU
Peradilan Agama”) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 50 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;
c. Pasal 70 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(“UU PTUN”)sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
d. Pasal 64 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”);
e. Pasal 95 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
f. Pasal 121 ayat (3) UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten;
g. Pasal 40 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Pengecualian sidang terbuka untuk umum sehingga sidang dinyatakan tertutup untuk
umum pada umumnya adalah untuk kasus-kasus dalam ranah hukum keluarga, pidana anak,
kasus kesusilaan dan beberapa kasus tertentu sebagaimana diatur dalam beberapa ketentuan
berikut:
a. Pasal 70 ayat (2) UU PTUN: Apabila Majelis Hakim memandang bahwa
sengketa yang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau keselamatan negara,
persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum;
b. Pasal 80 ayat (2) UU Peradilan Agama, sidang pemeriksaan gugatan
perceraian dilakukan secara tertutup;
c. Pasal 141 ayat (2) dan ayat (3) UU Peradilan Militer, perkara yang
menyangkut kesusilaan, rahasia militer dan/atau rahasia negara disidangkan secara tertutup;
d. Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
pada dasarnya sidang pengadilan anak dilakukan secara tertutup, tetapi untuk perkara tertentu
hakim dapat menyatakan sidang terbuka untuk umum (dalam Penjelasan Pasal 8 ayat (2),
contoh perkara tertentu adalah pelanggaran lalu lintas). Hal ini ditegaskan kembali dalam
Pasal 51 UU Sistem Peradilan Pidana Anak yang telah disahkan DPR bahwaHakim
memeriksa perkara Anak dalam sidang yang dinyatakan tertutup untuk umum.
Pada kesimpulannya, masyarakat umum boleh hadir dalam persidangan di pengadilan
yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim. Akan tetapi, untuk persidangan yang
dinyatakan tertutup untuk umum, masyarakat tidak dapat hadir jika bukan merupakan pihak
yang berperkara atau dalam kapasitas sebagai kuasa hukum. Meski demikian, untuk semua
proses persidangan baik yang terbuka maupun tertutup untuk umum berlaku ketentuan Pasal
195 KUHAP yang menyatakan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum.5
Menurut Paul Scholten sebagaimana yang dikutip oleh Bruggink memberi definisi
asas hukum. Adapun menurutnya, asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di
dalam dan di belakang sistem hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan
perundang-undangan dan putusan hakim, yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan
dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.6
5 www.hukumonline.com
6 Zairin Harahap, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara, Revisi. VI, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)