ASAL Usul Sragen.doc

6
ASAL-USUL DESA SRAGEN Kerajaan Mataram di Kartasura terjadi kekacauan. Suasana pada saat itu sangat ri Mas Garendi, putra Pangeran Tepasana menentang kebijaksanaan para narapraja Mata terutama kepada Patih Pringgalaya yang lengket sekali dengan Kompeni Belanda. Ra Garendi ingin membalas dendam karena ayahnya Pangeran Tepasana dihukum mati tanp jelas kesalahannya. Suatu hari Kanjeng Susuhunan Paku Buana !! berbin dengan Tumenggung #lap"alap di $alem #geng. %&ai, Tumenggung #lap"alap '(, sabda Kanjeng Sunan mengaali pembicaraan. %$aulat Gusti(, jaab Tumenggung #lap"alap sambil menyembah. %)oba, katakanlah yang sebenarnya, apa yang telah terjadi pada para narapraja di Kartasura *( %#mpun Gusti, hamba mendengar kabar, baha ananda Raden Mas Garendi me pemberontakan menentang kompeni.( %Bila demikian keadaannya, yang repot kan saya. &ai #lap"alap, menghadapi keadaa jadi bingung. Mana yang harus saya dukung *( %#mpun Gusti,ananda Garendi menentang kompeni, itu merupakan usaha untuk mengembalikan kemuliaan nama dan keibaaan Paduka Kanjeng Sinuhun(, sembah Tumenggung #lap"alap. %+ho, kalau begitu, kamu menyetujuitindakansi Garendi.Benarkah itu *( %#mpun, beribu ampun Gusti, Begitulah nyatanya.( % ooo-..#lap"alap, sadarlah keadaanmu,keadaan kitasekarang ini. Mampukah kita melaan kekuatan kompeni * Kompeni memiliki senapan dan meriam, sedangkan kita-. rang jaa, hanya memiliki senjata tombak. Saya tidak berani menentang kompeni. para prajurit yang menjadi korban sia"sia.( Mendengar sabda Kanjeng Sunan, Tumenggung #lap"alap hanya terpaku diam. $ari kat kata Kanjeng Sunan tersebut, menunjukkan sikap Kanjeng Sunan tidak teguh dan san lemah. Sikap demikian itu justru dapat membahayakan kedudukan Tumenggung #lap"al sebagai narapraja Mataram. Maka dari itu, untuk menghindari segala kemungkinan y dapat merugikan dirinya, diputuskanlah dia beserta keluarganya harus pergi dari Kemudian pergilah Tumenggung #lap"alap beserta seluruh keluarga dan kaum kerabat dari Surakarta menuju ke arah timur, ke daerah Sukaati. $ia pergi den perasaan benci, kecea, baik terhadap Sunan maupun terhadap Patih Prin

description

ASAL Usul Sragen Bahasa Jawa

Transcript of ASAL Usul Sragen.doc

ASAL-USUL DESA SRAGEN

Kerajaan Mataram di Kartasura terjadi kekacauan. Suasana pada saat itu sangat ricuh. Raden Mas Garendi, putra Pangeran Tepasana menentang kebijaksanaan para narapraja Mataram, terutama kepada Patih Pringgalaya yang lengket sekali dengan Kompeni Belanda. Raden Mas Garendi ingin membalas dendam karena ayahnya Pangeran Tepasana dihukum mati tanpa jelas kesalahannya. Suatu hari Kanjeng Susuhunan Paku Buwana II berbincang-bincang dengan Tumenggung Alap-alap di Dalem Ageng.

Hai, Tumenggung Alap-alap !, sabda Kanjeng Sunan mengawali pembicaraan.Daulat Gusti, jawab Tumenggung Alap-alap sambil menyembah.Coba, katakanlah yang sebenarnya, apa yang telah terjadi pada para narapraja di Kartasura ?Ampun Gusti, hamba mendengar kabar, bahwa ananda Raden Mas Garendi melakukan pemberontakan menentang kompeni.Bila demikian keadaannya, yang repot kan saya. Hai Alap-alap, menghadapi keadaan ini aku jadi bingung. Mana yang harus saya dukung ?Ampun Gusti, ananda Garendi menentang kompeni, itu merupakan usaha untuk mengembalikan kemuliaan nama dan kewibawaan Paduka Kanjeng Sinuhun, sembah Tumenggung Alap-alap.

Lho, kalau begitu, kamu menyetujui tindakan si Garendi. Benarkah itu ?Ampun, beribu ampun Gusti, Begitulah nyatanya.Oooo..Alap-alap, sadarlah keadaanmu, keadaan kita sekarang ini. Mampukah kita melawan kekuatan kompeni ? Kompeni memiliki senapan dan meriam, sedangkan kita. Orang jawa, hanya memiliki senjata tombak. Saya tidak berani menentang kompeni. Kasihan para prajurit yang menjadi korban sia-sia.

Mendengar sabda Kanjeng Sunan, Tumenggung Alap-alap hanya terpaku diam. Dari kata-kata Kanjeng Sunan tersebut, menunjukkan sikap Kanjeng Sunan tidak teguh dan sangat lemah. Sikap demikian itu justru dapat membahayakan kedudukan Tumenggung Alap-alap sebagai narapraja Mataram. Maka dari itu, untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat merugikan dirinya, diputuskanlah dia beserta keluarganya harus pergi dari Kartasura. Kemudian pergilah Tumenggung Alap-alap beserta seluruh keluarga dan kaum kerabatnya dari Surakarta menuju ke arah timur, ke daerah Sukawati. Dia pergi dengan membawa perasaan benci, kecewa, baik terhadap Sunan maupun terhadap Patih Pringgalaya. Daam perjalanannya itu sampailah mereka di desa Kranggan, daerah Sukawati. Di situ Alap-alap menyamar sebagai pendeta dengan nama Kyai Srenggi.

Sementara itu pasukan pemberontak di bawah pimpinan Raden Mas Garendi dalam hati megharapkan datangnya bantuan dari Kanjeng Sunan, sesuai dengan janji Sunan sendiri. Namun bantuan itu tak kunjung datang. Bahkan akhirnya diketahui, bahwa Kanjeng Sunan membantu kompeni. Menyaksikan sikap Sunan tersebut, Raden Mas Garendi sangat marah. Dia bertekad untuk mengusir kompeni dari bumi Jawa dan menghancurkan Kraton Kartasura yang dijadikan sarang Kompeni Belanda. Maka pecahlah pertempuran yang hebat antara pasukan pemberontak melawan pasukan Sunan yang dibantu oleh Kompeni Belanda.

Dalam suasana yang sangat kacau itu, Sunan lolos meninggalkan kraton. Rombonga mereka itu pergi ke arah timur. Sesampainya di desa Lawean berhenti sejenak untuk melepaskan lelah. Namun di situ dirasa tidak aman, maka perjalanan diteruskan ke Ponorogo. Akhirnya pada tahun 1742, Kraton Kartasura jebol dan diduduki oleh pasukan pemberontak. Kemudian diangkatlah Raden Mas Garendi menjadi Sunan di Kartasura oleh para pendukungnya dengan gelar Sunan Kuning.

Pada suatu hari Patih Pringgalaya bercakap-cakap dengan Kapten Wilhem, pimpinan Kompeni di benteng Kartasura. Dari hasil pembicaraan yang singkat tersebut, kemudian Kapten Wilhem minta bantuan ke Batawi. Tidak lama kemudian bantuan itu pun datang. Terjadilah pertempuran yang lebih hebat dari sebelumnya. Akhirnya karena perlengkapan dan jumlah serdadu Sunan dan Kompeni lebih lengkap dan lebih banyak, pasukan Sunan Kuning kalah dan diusir dari Kartasura. Setelah Sunan Kuning disingkirkan, Sunan Paku Buwana II yang masih berada di Ponorogo diberi tahu dan dimohon kembali ke Kartasura untuk menduduki tahtanya kembali.

Kembalilah Kanjeng Sunan Paku Buwana II bersama rombongannya ke Kartasura. Namun Kanjeng Sunan tidak kerasan karena keadaan Kartasura yang porak poranda tidak mungkin dapat diperbaiki lagi. Maka Kanjeng Sunan memutuskan pindah dari Kartasura untuk membangun kraton baru. Kemudian dipilihlah desa Sala, sebagai calon kraton yang baru. Desa Sala dibangun dan diganti namanya menjadi Surakarta Hadiningrat. Pada waktu itu keadaan masih sangat kacau, masih banyak pemberontakan menentang Kompeni Belanda. Para pemberontak tersebut sebagian besar masih termasuk anggota keluarga rajasendiri, dan yang paling ditakuti adalah Pangeran Mangkubumi di Sukawati.

Pada waktu Pangeran Mangkubumi lolos dari Kuthagara Surakarta, dia bersama keluarga dan beberapa prajurit pergi ke arah timur laut kota Surakarta. Sampailah mereka di desa Kranggan. Sesampainya di desa Kranggan dia menerima kabar bila di desa tersebut ada seorang Brahmana sakti mandraguna bernama Kyai Srenggi. Pangeran Mangkubumi singgah di desa Kranggan untuk berkenalan dengan Kyai Srenggi serta mohon petunjuk.Eee, marimari silakan masuk Pangeran. Hamba tidak mengira akan kedatangan tamu agung. Mari silakan masuk!, kata Kyai Srenggi ketika kedatangan Pangeran Mangkubumi.

Ketahuilah Bapa, hamba sekarang bukan lagi seorang priyagung. Sebab selama pengembaraan ini hamba tanpa pangkat dan derajat. Hamba adalah seorang buruan yang menentang raja dan.Kompeni Belanda.. Jawab Pangeran Mangkubumi dengan hormat.Kyai Srenggi tersenyum dan berkata , Apakah Pangeran lupa kepada hamba ? Hamba ini tidak lain adalah Tumenggung Alap-alap, seorang hamba kerajaan yang tidak kerasan tinggal di Kartasura dan menyepi di Kranggan ini.

Bagaikan disambar petir di siang hari, Pangeran Mangkubumi mendengar pengakuan Kyai Srenggi tersebut. Pageran Mangkubumi sangat terkejut dan kemudian memeluk Tumenggung Alap-alap. Begitu awal pertemuan itu kemudian dilanjutkan dengan percakapan yang panjang. Dan akhirnya Alap-alap atau Kyai Srenggi diangkat menjadi senapati perang memimpin para prajurit untuk memusnahkah tindak angkara murka. Sejak saat itu Tumenggung Alap-alap brganti nama menjadi Kyai Sragen, sedang desa Kranggan diganti namanya menjadi desa SRAGEN.

Translate Jawa SemrawutAsal saka KAMPUNG SRAGEN09:15 Folklore Sragen 3 komentar

Miturut Ari Nur Cahyani (SMP N 1 Sambungmacan, Sragen)

Kratoning Kartasura Mataram turmoil. Pemandangan kalintang semrawut. Raden Mas Garendi, bin Pangeran Tepasana marang kawicaksanan saka narapraja Mataram, utaman kanggo Patih Pringgalaya caket sapisan Company Walanda. Raden Mas Garendi wanted mbales amargi bapakipun Pangeran Tepasana dipatni tanpa kesalahane ketok. Siji dina Kanjeng Susuhunan Pakubuwana II petung karo Tumenggung Kestrel ing Dalem Ageng.

"Hi, Tumenggung Kestrel!", Ing tembung Kanjeng Sunan mulai pacelathon."Daulat Gusti", wangsulane Tumenggung Kestrel nalika nyembah."Mangga, ayo kang ngomong bebener, apa wis kedaden menyang narapraja ing Kartasura?"

"Mangga Gusti, abdi krungu, sing ananda Raden Mas Garendi pambrontakan nglawan Company.""Yen iki cilik, sing keganggu kula tengen. Woy Kestrel, madhep kahanan iki Aku dadi bingung. Kang siji ngirim aku ndhukung? ""Mangga Gusti, emo Garendi marang Company, iku upaya kanggo mulihake kamulyaning jeneng lan pangwasan dheweke Susuhunan Kanjeng Sinuhun", nyembah Tumenggung Kestrel.

"Inggih, banjur, sampeyan sarujuk saka Garendi. Iku sing bener? ""Mangga, mugi kersa ngapunten ewu Gusti, Sing kasunyatan.""Oooo ... ..Alap-Alap, ling kahanan, kahanan kita iki. Bisa kita nolak daya saka perusahaan? Company wis bedhil lan mriem, nalika kita .... Bongoso Djowo, nduweni gun tumbak. Aku ora wani nglawan perusahaan. Nuwun kanggo prajurit sing padha korban muspra. "

Krungu tembung Kanjeng Sunan, Tumenggung Kestrel mung froze. Saka tembung saka Sunan Kanjeng, nuduhake sikap Kanjeng Sunan boten stabil lan banget banget. Kuwi sikap bener bisa cilaka posisi Tumenggung Kestrel minangka narapraja Mataram. Mulane, kanggo munggel kamungkinan sing bisa cilaka wong, iku iki mutusak piyambakipun lan kulawarga kedah pindhah saka Kartasura. Banjur pindhah Tumenggung Kestrel lan kabeh kulawarga lan sederek Surakarta menyang sisih wtan, menyang area Sukawati. Kang kiwa karo roso gething, kuciwo, loro lan marang Patih Pringgalaya Sunan. Daam lelampahan padha teka ing desa wilayah Kranggan, Sukawati. Ana Kestrel disguised minangka Imam kanthi jeneng Kyai Srenggi.

Nalika pasukan Rebel ing printah saka Raden Mas Garendi inwardly megharapkan rawuh sepindah saka Kanjeng Sunan, sesuai karo janji Sunan piyambak. Nanging relief durung teka. Ing kasunyatan iku ketemu, sing Kanjeng Sunan ngewangi Company. Ndelok sikap Sunan, Raden Mas Garendi banget duka. Kang ditemtokake kanggo nundhung Company saka Jawa bumi lan numpes nests Kraton Kartasura Walanda Company. Banjur perang gedhe pecah antawisipun pasukan Rebel marang pasukan Sunan dibantu dening Company Walanda.

Ing atmosfer banget semrawut, Sunan oncat ninggalake kraton. Rombonga padha arep mangtan. Dumugi desa Lawean ngaso kanggo nerbitak kesel. Nanging ana iku wis ora aman, banjur lelampahan terus dhateng ing Ponorogo. Akhire ing 1742, Kraton Kartasura bejat lan dikuwasani dening pasukan Rebel. Lajeng dipunangkat Raden Mas Garendi dadi Sunan ing Kartasura dening panyengkuyung kanthi gelar Sunan Kuning.

Ing dina Patih Pringgalaya imbal karo Kapten Wilhem, kepala Company ing Bntng Kartasura. Saka asil obrolan cendhak, banjur Kapten Wilhem bantuan kanggo Batawi. Ora suw sakwis pitulungan sing teka. Perang gedhe njupuk Panggonan luwih saka tau sadurunge. Akhire, amarga peralatan lan nomer prajurit lan Fuller Company Sunan lan liyane, pasukan Sunan Kuning kalah lan diusir saka Kartasura. Sawise Sunan Kuning dibusak, Sunan Paku Buwana II sing isih ing Ponorogo kabar lan dijaluk bali menyang Kartasura Occupy dhampar bali.

Wangsul Kanjeng Sunan Pakubuwana II karo rombongan kang kanggo Kartasura. Nanging Kanjeng Sunan iku banget angel amarga negara ravaged Kartasura mungkin ora bisa didandani maneh. Sunan Kanjeng banjur mutusak kanggo pindhah saka Kartasura mbangun istana anyar. Banjur milih desa Sala, minangka calon istana anyar. Desa Sala dibangun lan dipunsukani nama "Surakarta Kasultanan". Ing wektu sing kahanan isih banget semrawut, ana isih akh pambrontakan nglawan Company Walanda. Ing pemberontak sing umum isih klebu anggota kulawarga kratondhewe, lan paling wedi iku Mangkubumi ing Sukawati.

Ing wektu Mangkubumi oncat saka Kuthagara Surakarta, piyambakipun karo kulawarga lan sawetara prajurit tindak menyang lor kutha Surakarta. Padha teka ing desa Kranggan. Tekan ing desa Kranggan nalika piyambakipun pikantuk warta saka desa ana Brahmana mandraguna tenung dijenengi "Kyai Srenggi". Mangkubumi mandeg ing desa Kranggan kanggo njaluk kenalan karo Kyai Srenggi lan nyuwun pituduh."Eee, ayo kang ... ayo kang please ketik Pangeran. Abdi ora dikarepake rawuh tamu penting. Ayo kang please njaluk in! ", Says Kyai Srenggi nalika rawuh Mangkubumi.

"Ngerti Rama, abdi saiki ora maneh priyagung a. Amarga sak Odyssey abdi iki tanpa peringkat lan jurusan. Abdi punika game marang Sang Prabu lan ... .Kompeni Netherlands .. "Jawaban Mangkubumi karo bab.Kyai Srenggi mesem lan ngandika, "Apa Pangeran lali abdi? Abdi iki ora ana liyane saka Tumenggung Kestrel, abdi kraton sing ora aran ing ngarep urip ing Kartasura lan seclusion ing Kranggan iki. "

Kaya disabetake dening bledhek ing afternoon, Pangeran Mangkubumi krungu pangenalan Srenggi Kyai. Pageran Mangkubumi banget kaget lan banjur hugged pahlawan Anggota Kestrel. Sawise patemon dhisikan iki ngiring dening kandahan. Lan pungkasanipun Kestrel utawa Kyai Srenggi diwarah perang Senapati mimpin prajurit tindakake nesu memusnahkah. Awit wektu sing Tumenggung Kestrel jeneng Kyai Sragen, desa Kranggan iki jeneng desa "SRAGEN".