Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang Tuhan merupakan pembicaraan yang menyedot pemikiran manusia sejak jaman dahulu kala. Manusia senantiasa bertanya tentang siapa di balik adanya alam semesta ini. Tuhan merupakan sesuatu yang dipentingkan oleh manusia, sehingga manusia merelakan diri dikuasai oleh-Nya. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemashlahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Bertitik-tolak dari keinginan manusia untuk mengetahui keberadaan alam semesta ini, maka manusia mencoba mengkajinya sesuai dengan kemampuan akal yang dimilikinya. Hasil dari kajian- kajian yang dilakukan, manusia sejak jaman primitif sudah mempercayai adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang disebut dengan Tuhan. Namun, kepercayaan kepada adanya Tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat kemampuan akal manusia. Menurut Ibnu Thufail yang menulis novel Hayy bin Yaqdzan mengatakan bahwa manusia dengan akalnya mampu mempercayai adanya Tuhan. Demikian juga para pemikir 1

Transcript of Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

Page 1: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

 Pembicaraan tentang Tuhan merupakan pembicaraan yang menyedot

pemikiran manusia sejak jaman dahulu kala. Manusia senantiasa bertanya tentang

siapa di balik adanya alam semesta ini. Tuhan merupakan sesuatu yang

dipentingkan oleh manusia, sehingga manusia merelakan diri dikuasai oleh-Nya.

Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat

memberikan kemashlahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang

ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Bertitik-tolak dari keinginan

manusia untuk mengetahui keberadaan alam semesta ini, maka manusia mencoba

mengkajinya sesuai dengan kemampuan akal yang dimilikinya. Hasil dari kajian-

kajian yang dilakukan, manusia sejak jaman primitif sudah mempercayai adanya

kekuatan lain di luar diri manusia yang disebut dengan Tuhan. Namun,

kepercayaan kepada adanya Tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena

perbedaan tingkat kemampuan akal manusia.

Menurut Ibnu Thufail yang menulis novel Hayy bin Yaqdzan mengatakan

bahwa manusia dengan akalnya mampu mempercayai adanya Tuhan. Demikian

juga para pemikir dari semua aliran teologi dalam Islam seperti Mu’tazilah,

Asy’ariyah, Maturidiyah Bukhara dan Samarkand berpendapat bahwa mengetahui

Tuhan dapat diketahui melalui akal. Mengingat kepercayaan terhadap Tuhan

berbeda-beda, lantas apakah semua Tuhan yang dipercayai oleh manusia

merupakan Tuhan yang Haq (benar)? Bagaimana cara mengetahui Tuhan yang

Haq (benar) tersebut? Tulisan ini akan menjelaskan tentang Tuhan yang Haq

(benar) dalam perspektif Islam dan menguji Tuhan-Tuhan yang ada dalam

kepercayaan manusia di luar Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teologi ketuhanan?

1

Page 2: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?

3. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?

4. Apa manfaat mempelajari konsep ketuhanan dalam Islam?

5. Apa saja problem ketuhanan dalam Islam di zaman modern?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian teologi ketuhanan.

2. Mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.

3. Mengetahui konsep ketuhanan dalam Islam.

4. Mengetahui manfaat mempelajari konsep ketuhanan dalam Islam.

5. Mengetahui problem ketuhanan dalam Islam di zaman modern.

2

Page 3: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teologi Ketuhanan

Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia.

Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa dan logos yang artinya

ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan. Gove mengatakan bahwa

teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman

agama secara rasional. Menurut William L. Resse, teologi berasal dari bahasa

Inggris yaitu theology yang artinya discourse or reason concerning god (dikursus

atau pemikiran tentang Tuhan). Reese lebih jauh mengatakan, “Teologi

merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta

independensi filsafat dan ilmu pengetahuan.” Sedangkan menurut Fergilius Ferm,

teologi adalah the discipline which consern God (or yhe divine Reality)and God

relation to the word (pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam

semesta). Dalam ensiklopedia Everyman’s disebutkan tentang teologi sebagai

science of religion, dealing therefore with god, and man his relation to god

(pengetahuan tentang agama, yang karenanya membicarakan tentang tuhan dan

manusia dalam pertaliannya dengan tuhan). Disebutkan dalam New English

Dictionary, susunan Collins, teologi merupakan the science treats of the facts and

phenomena  of religion and the relation between God and men (ilmu yang

membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara

Tuhan dan manusia.

Tradisi perbincangan tentang Tuhan ini dalam studi keilmuan biasanya

dibahas dalam teologi. Di dalam kajian teologi ini, banyak tokoh intelektual

mencoba untuk memperbincangkan persoalan-persoalan yang terkait dengan

Tuhan dengan berbagai perspektif, namun sebanyak tokoh itu pula ditemukan

beragam pendapat tentang Tuhan. Dengan berbagai sudut pandang, mungkinkah

manusia memperbincangan tentang Tuhan bisa sampai dan menjangkau pada

eksistensi Tuhan yang sebenarnya?

Tuhan yang bersifat mutlak untuk dijadikan sebagai obyek kajian akan

selalu menghadirkan beragam pendapat. Pencarian pemikiran tentang Tuhan ini

3

Page 4: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

akan terus berlangsung sepanjang zaman, mulai dari pencarian melalui

pengalaman empiris, intuitif, filosofis sampai pada sudut keilmuan, namun

hasilnya tetap masih dapat diperdebatkan. Bahkan bisa jadi, Tuhan yang

diperbincangan itu bukan Tuhan yang sebenarnya.

2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori

yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama-

kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan

oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh E.B. Taylor, Robertson Smith,

Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut

teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

         Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui

adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu

yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai

pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang

berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama

yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu),

dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau

diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang

misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan.

         Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam

hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik mempunyai roh. Oleh

masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun

bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang

selalu hidup, mempunyai rasa senang dan tidak senang apabila kebutuhannya

dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif

dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Sejian yang

4

Page 5: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi

kebutuhan roh.

         Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan

kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh

yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas

dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang

bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada

yang membidangi angin dan lain sebagainya.

         Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum

cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui, diadakan seleksi,

karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan

kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu

bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun

manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan

untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat nasional).

         Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi

monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh

bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat

Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

a) Deisme yaitu suatu paham yang berpendapat bahwa Tuhan sebagai

pencipta alam berada di luar alam. Tuhan menciptakan alam dengan

sempurna dan karena telah sempurna, maka alam bergerak menurut

hukum alam. Antara alam dengan Tuhan sebagai penciptanya tidak lagi

mempunyai kontak. Ajaran Tuhan yang dikenal dengan wahyu tidak lagi

diperlukan manusia. Dengan akal, manusia mampu menanggulangi

kesulitan hidupnya.

b) Panteisme berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama

alam. Di mana ada alam, di situ ada Tuhan. Alam sebagai ciptaan Tuhan

5

Page 6: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

merupakan bagian daripada-Nya. Tuhan ada di mana-mana, bahkan

setiap bagian dari alam adalah Tuhan.

c) Teisme (eklektisme) berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai

pencipta alam berada di luar alam. Tuhan tidak bersama alam dan Tuhan

tidak ada di alam. Namun Tuhan selalu dekat dengan alam. Tuhan

mempunyai peranan terhadap alam sebagai ciptaan-Nya. Tuhan adalah

pengatur alam. Tak sedikit pun peredaran alam terlepas dari control-Nya.

Alam tidak bergerak menurut hukum alam, tetapi gerak alam diatur oleh

Tuhan.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana

dinyatakan oleh Max Muller dan E.B. Taylor (1877), ditentang oleh

Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam

masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang

berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang

Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan

sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan

kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur

golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana

agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan

memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka

menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi

dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan

pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh

kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-

bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah

monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan.

2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam

Jika kita berbicara tentang konsep ketuhanan dalam Islam, pembicaraan itu

pastilah berhubungan dengan teologi Islam. Teologi islam adalah ilmu yang

membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya secara

6

Page 7: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

rasional. Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid di kalangan

umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar,

ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara

keduanya. Pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam

Islam. Muhammad Abduh:

ان يجوز وما صفاته من له يثبت ان يجب وما الله وجود عن يبحث علم التوحيدومما عليهم يكونوا ان رسالتهم الثبات الرسل وعن عنه ينفى ان يجب وما به يوصف

بهم يلحق ان يمتنع وما اليهم ينسب ان .يجوز

“Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat

yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, sifat-

sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang

rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada pada

diri mereka, apa yang boleh dihubungkan kepada diri mereka dan apa yang

terlarang menghubungkanya kepada diri mereka.”

Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas

pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar.

Sebab, Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan

yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan

maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.

Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera

dalam:

QS. Al-Anbiya 21:92, “Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah

adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut

satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada

Allah dan Allah akan menghakimi mereka.

Ayat di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak

ada perbedaan konsep tentang  ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga

sekarang. Melalui Rasul-Nya, Allah memperkenalkan diri-Nya melalui ajaran-

Nya yang dibawa para Rasul, Adam sebagai Rasul pertama sampai dengan

Muhammad sebagai Rasul terakhir.

Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara

agama-agama adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama dengan

7

Page 8: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

konsep ajaran aslinya merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang

teramat besar.

QS. Al-Maidah 5:72, “Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah

Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan

(sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya syurga dan tempat

mereka adalah neraka.”

QS. Al-Ikhlas 112: 1-4, “Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak

dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata

Allah adalah nama isim jumid atau personal name, merupakan suatu pendapat

yang keliru. Jika nama Allah diterjemahkan dengan kata “Tuhan”, karena

dianggap sebagai isim musytaq.

Tuhan yang haq dalam konsep Al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan

antara lain dalam Surat Ali Imran ayat 62, Surat Shad 35 dan 65, Surat

Muhammad ayat 19. Dalam Al-Quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang

Tuhan yang diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga.

Perhatikan antara lain Surat Hud ayat 84 dan Surat Al-Maidah ayat 72. Tuhan

Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al-Ankabut ayat 46, Surat

Thaha ayat 98, dan Surat Shad ayat 4.

Dengan mengemukakan alasan-alasan di atas, maka menurut informasi Al-

Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan

“Allah”, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui

wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak

datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa menurut Al-Quran adalah esa yang

sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagian-bagian dan tidak pula dapat

dibagi menjadi bagian-bagian.

Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan

dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La

ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap

tindakan dan ucapannya. Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber

dari Al-quran memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan

8

Page 9: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

untuk mencari Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam

sikap dan praktik menjalani kehidupan.

2.4 Manfaat Mempelajari Monsep Ketuhanan dalam Islam

Teologi Islam merupakan salah satu dari tiga pondasi Islam dan

pemahamanya harus ada dalam diri seorang  manusia yang beriman. Sedangkan

iman itu dinyatakan  pertama, nutqun bil lisan (menyatakan keislam secara lisan)

harus berlandaskan ilmu yang kuat yang di antaranya adalah Ilmu Kalam ini.

Kedua, a’malu bil arkan (melaksanakan keislaman secara fisik) dengan

berlandaskan ilmu yang hak di antaranya Ilmu Fiqh. Ketiga, tashdiqu bil qolbi

(membenarkan islam dengan hatinya), harus berpangkal dengan ilmu batin yang

benar dan yang membenarkan adalah Ilmu Tasawuf. Dari itu, mempelajari ilmu

teologi sangat penting karena dapat memberikan landasan kuat bagi kebenaran,

kayakinan, keberislaman atau keberagamaan seseorang. Hal ini menjadi kekuatan

keimanan seseorang muslim.

Aspek lain, ketuhanan merambah dan mengisi pada berbagai organisasi

tertentu, sehingga menyebabkan timbulnya konflik. Dengan ilmu teologi ini

mengkaji kebenaran tentang ketuhanan, sehingga konflik tersebut dapat diatasi

dan tidak mendiskriminasikan antara satu aliran dengan aliran yang lain.

Akhir-akhir ini, teologi islam sebagai sebuah aksiologi, telah banyak

ditulis. Tulisan itu dimaksudkan mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial, baik

aspek sosial keperempuan, seperti teologi gender, dan lain-lain. Dengan teologi

ini, diharapkan ketimpangan sosial yang terjadi dapat tereleminasi atau teratasi

secara baik dan benar.

2.5 Problem Ketuhanan dalam Islam di Zaman Modern

Masalah yang sedang dihadapi umat Islam pada zaman sekarang

merupakan masalah yang sangat serius. Di samping masalah pemikiran, masalah

tentang ketuhanan pun menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh umat Islam.

Masalah tersebut tidak lepas dari peranan bangsa Barat yang sangat gencar

mempengaruhi pemikiran umat Islam. Berbagai bidang ilmu pengetahuan barat

9

Page 10: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

banyak dimasukan, bahkan diaplikasikan ke dalam keilmuan Islam, di antaranya

tentang teologi.

Konsep ketuhanan yang begitu komplek yang ada dalam Islam dengan

berbagai pendapat yang ada di dalamnya, serta pengertian–pengertian dalam

konsep ketuhanan yang telah berkembang dari satu fase ke fase yang lainnya dan

keraguan serta penolakan terhadap Tuhan. Semuanya menjadi sebuah

keberagaman dalam memandang wujud Tuhan. Islam dengan aliran–aliran Kalam

dan perbedaan pendapat di dalamnya, mampu mempersatukan umat di bawah

naungan keesaan Allah SWT. Teisme, Deisme dan Panteisme mampu

memberikan contoh dari pengertian dalam konsep ketuhanan kepada umat Islam

agar bisa membedakan satu dengan yang lainnya.

Berbagai disiplin ilmu serta paham ideologi yang berkembang  di Barat

banyak ditawarkan kepada umat Islam, menjadi sebuah tantangan dalam

memahami arti dari eksistensi Tuhan. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa

wujud Tuhan tidak benar dan tidak dapat dibuktikan keberadaanya, karena suatu

kebenaran diukur dari fakta yang ada. Pencampakan Tuhan serta berkeyakinan

kepada-Nya adalah sikap yang memalukan, merupakan suatu masalah yang

sedang dan akan dihadapi oleh umat Islam di zaman modern ini. Untuk

membentengi diri dari itu semua, umat Islam sadar bahwa paham ideologi tersebut

berasal dari Barat dan bertolak belakang dengan ajaran Islam yang berlandaskan

Al-Qur’an dan Sunnah. “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian” (QS. An-Nisa

4:59).

10

Page 11: Arvina Beanitari Makalah Teologi Ketuhanan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tradisi perbincangan tentang Tuhan dalam studi keilmuan biasanya

dibahas dalam teologi. Di dalam kajian teologi ini, banyak tokoh intelektual

mencoba untuk memperbincangkan persoalan-persoalan yang terkait dengan

Tuhan dengan berbagai perspektif, namun sebanyak tokoh itu pula ditemukan

beragam pendapat tentang Tuhan.

Mula-mula, dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme,

yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat

sederhana, lama-kelamaan meningkat menjadi sempurna.

Tuhan yang haq dalam konsep Al-Quran adalah Allah. Jika terjadi

perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara agama-agama adalah

karena perbuatan manusia.

Mempelajari teologi Islam sangat penting karena dapat memberikan

landasan kuat bagi kebenaran, kayakinan, keberislaman atau keberagamaan

seseorang.

Untuk membentengi diri dari pengaruh bangsa Barat, umat Islam sadar

bahwa paham ideologi yang berasal dari Barat, bertolak belakang dengan ajaran

Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.

3.2 Saran

Semoga untuk dikesempatan yang akan datang, kita dapat memperkokoh

keimanan kita agar tidak terpengaruh dengan teologi ketuhanan yang menyimpang

dari ajaran agama Islam.

11