Artikel Yudii

14
HUBUNGAN UMUR, JENIS KELAMIN, DAN PEKERJAAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA PASIEN YANG TELAH MENDAPAT PENGOBATAN DI KECAMATAN SAKTI, PIDIE Yudhi Aulia 1) , Mulyadi 2) , Kartini Hasballah 3) , Husnah 4) , Maimunah 5) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 1), Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 2), Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 3) , Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 4) , Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 5) ABSTRACT Tuberculosis (TB) is a chronic disease caused by Mycobacterium tuberculosis as a disease that includes chronic infections. Mycobacterium tuberculosis is spread through droplet nuclei produced by coughs, sneezes, speaks, or sings a person with pulmonary TB. Pulmonary TB treatment takes 6-8 months so that the necessary compliance of patients in treatment. The purpose of this study was to determine the correlation between age, sex, and occupation with tuberculosis seccessfull treatment. This study is a cross sectional analytic design that is variables were valued through medical record. The samples in this study were pulmonary TB patients who had seek treatment as many as 62 people at Sakti health center. Results of the Chi Square test shows that there is correlation between age (p value 0,035) and occupation (p value 0,007) with tuberculosis successfull treatment, and no correlation between sex (p value 0.0756) with tuberculosis successfull treatment. The conclusion of this study is that there is a correlation between age and occupation with tuberculosis successfull treatment and no correlation between sex with tuberculosis successfull treatment. keyword: TB, age, sex, occupation, successfull treatment

description

hi

Transcript of Artikel Yudii

HUBUNGAN UMUR, JENIS KELAMIN, DAN PEKERJAAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA PASIEN YANG TELAH MENDAPAT PENGOBATAN DI KECAMATAN SAKTI, PIDIE

Yudhi Aulia 1), Mulyadi 2), Kartini Hasballah 3), Husnah 4), Maimunah 5)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 1), Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 2), Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 3), Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 4), Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 5)ABSTRACTTuberculosis (TB) is a chronic disease caused by Mycobacterium tuberculosis as a disease that includes chronic infections.Mycobacterium tuberculosis is spread through droplet nuclei produced by coughs, sneezes, speaks, or sings a person with pulmonary TB.Pulmonary TB treatment takes 6-8 months so that the necessary compliance of patients in treatment.The purpose of this study was to determine the correlation between age, sex, and occupation with tuberculosis seccessfull treatment.This study is a cross sectional analytic design that is variables were valued through medical record.The samples in this study were pulmonary TB patients who had seek treatment as many as 62 people at Sakti health center.Results of the Chi Square test shows that there is correlation between age (p value 0,035) and occupation (p value 0,007) with tuberculosis successfull treatment, and no correlation between sex (p value 0.0756) with tuberculosis successfull treatment. The conclusion of this study is that there is a correlation between age and occupation with tuberculosis successfull treatment and no correlation between sex with tuberculosis successfull treatment.keyword: TB, age, sex, occupation, successfull treatmentABSTRAKTuberkulosis (TB) adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang termasuk sebagai penyakit infeksi kronis. Mycobacterium tuberculosis ini disebarkan melalui droplet nuklei yang dihasilkan oleh batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi oleh seseorang dengan TB paru. Pengobatan TB paru memerlukan waktu selama 6-8 bulan sehingga diperlukan kepatuhan dari pasien dalam menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin dan pekerjaan dengan tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis pada pasien yang telah mendapat pengobatan di Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Variabel yang diteliti didapatkan dari rekam medik. Sampel penelitian adalah pasien TB paru yang telah berobat di Puskesmas Sakti yaitu sebanyak 62 orang. Hasil dari uji Chi Square menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p value 0,035) dan pekerjaan (p value 0,007) dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB dan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p value 0,756). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur dan pekerjaan dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB dan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB paru.Kata kunci: TB, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Keberhasilan Pengobatan

PENDAHULUANData World Health Organization (WHO) menunjukkan secara global pada tahun 2007 diperkirakan 9,27 juta kasus insiden TB. Peningkatan dari 9.24 juta kasus tahun 2006, sebanyak 8,3 juta kasus pada tahun 2000 dan 6,6 juta kasus pada tahun 1990 dengan sebagian besar kejadiannya berada di Asia (55%) dan Afrika (31%), dengan proporsi yang kecil kasus di wilayah Mediterania Timur (6%), wilayah Eropa (5%) dan Amerika (3%). (1)Tahun 2008, kasus TB paru di Indonesia sebesar 298.329 kasus, dengan jumlah penderita TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif sebesar 166.376 kasus. Di Provinsi Sumatera Utara, kasus TB paru

meningkat dari 15.517 kasus pada tahun 2005 menjadi 17.133 kasus pada tahun 2008, dengan jumlah penderita TB paru BTA positif sebesar 14.158 kasus. (2)Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, prevalensi penderita TB paru dengan BTA positif pada periode Januari sampai Desember 2008 berjumlah 2.793 kasus dengan Case Detection Rate (CDR) 40%, meningkat bila dibandingkan pencapaian tahun 2007 dimana CDR yang dicapai adalah 38%. Pencapaian ini masih jauh dari target nasional sekurang-kurangnya 70%. Bila dilihat gambaran dari kabupaten/kota, terdapat 3 dari 23 kabupaten/kota yang CDR nya diatas 70% yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya dengan CDR 98.1% dan Kabupaten Pidie Jaya dengan CDR 101,5% serta Kota Subulussalam dengan CDR 112%. (3)Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2012 (Januari-Desember) angka kejadian TB paru positif mencapai 420 kasus. Dengan kasus paling banyak tercatat di Puskesmas Kota Sigli dan Sakti, mencapai puluhan kasus pertahun. (4) Penyebab utama meningkatnya masalah TB adalah kegagalan program pengobatan TB, seperti pada negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, tidak terjaminnya penyediaan obat, tidak dilakukannya pemantauan, pencatatan dan pelaporan sesuai prosedur), tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosa dan panduan obat yang tidak standar, gagalnya penyembuhan kasus dan salahnya persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG). (5) Penderita TB terbanyak ada pada usia produktif (15-50 tahun). Selain itu, pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini juga lebih tinggi karena pola hidup laki-laki yang cenderung lebih sering merokok dan minum alkohol yang juga akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Begitu juga pekerjaan, pada umumnya masyarakat yang terserang TB adalah masyarakat yang bekerja pada lingkungan berdebu dan sering terpapar polusi udara. (5)METODE PENELITIANJenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Sakti, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Pengambilan data dilakukan pada bulan November sampai Desember 2013. Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh pasien TB di Puskesmas Sakti, kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara nonprobability sampling dengan teknik total sampling dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang telah menjalani pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh oleh tenaga medis pada tahun 2013, berjenis kelamin pria atau wanita dengan umur 15-50 tahun. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien TB dengan infeksi oportunistik berat lainnya dan pasien yang masih dalam pengobatan.Alat ukur yang digunakan pada semua variable adalah rekam medik pasien. Kelompok usia pasien dibedakan menjadi usia produktif dan tidak produktif. Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Pekerjaan dibedakan menjadi pekerjaan yang beresiko dan tidak beresiko. Tingkat keberhasilan dibedakan menjadi berhasil dan tidak berhasil.Analisis data dilakukan dengan cara univariat, untuk mengetahui distribusi dari masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dan analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua variabel dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf signifikansi 0,05.HASIL PENELITIANSelama periode penelitian dari tanggal 5 november 2013 sampai 26 desember 2013 di Puskesmas Sakti, Kabupaten Pidie didapatkan 62 pasien. Data pada penelitian ini didapatkan dari rekam medik pasien TB di Puskesmas Sakti, Kabupaten Pidie.Distribusi frekuensi karakteristik umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat keberhasilan pengobatan TB pada pasien yang telah mendapat pengobatan dapat dilihat pada tabel berikut.TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK PASIENVariabelFrekuensi (n)Persentase (%)

Umur15-50 >50402264.535.5

Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan362658.141.9

PekerjaanTidak beresikoBeresiko233937.162.9

Tingkat KeberhasilanBerhasilTidak berhasil441871.029.0

Total62100

Data karakteristik responden menunjukkan berdasarkan umur mayoritas responden berumur produktif 15-50 tahun sebanyak 40 orang (64,5%), berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (58.1%) , berdasarkan pekerjaan mayoritas responden berisiko dalam pekerjaannya sebanyak 39 orang (62.9%) ,dan berdasarkan tingkat keberhasilan mayoritas responden berhasil dalam pengobatan sebanyak 44 orang (71%).TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI PEKERJAAN RESPONDEN BERDASARKAN RESIKO TERKENA TB PARUPekerjaanFrekuensi (n)Persentase (%)

BerisikoPetaniBuruh11664.735.3

Tidak BerisikoPNSIRTPelajar2781060.017.822.2

Total62100

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan pekerjaan yang berisiko mayoritas responden bekerja sebagai petani dengan jumlah 11 orang (64,7%). Berdasarkan pekerjaan yang tidak berisiko mayoritas responden bekerja sebagai PNS dengan jumlah 27 orang (60,0%).

TABEL HUBUNGAN ANTARA UMUR DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENGOBATAN TB UmurTingkat KeberhasilanTOTALP-Value

Berhasil Tidak Berhasil

n%n%n%0.035

15-503251.6%812.9%4064.5%

>501219.4%1016.1%2235.5%

Total4471.0%1829.0%62100%

Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p value 0,035 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB.TABEL HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENGOBATAN TBJenis kelaminTingkat KeberhasilanTOTALP-Value

BerhasilTidak Berhasil

n%n%N%0.756

Laki laki2540.3%1117.7%3658.1%

Perempuan1930.6%711.3%2641.9%

Total4471.0%1829.0%62100%

Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p value 0,756 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB.TABEL HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENGOBATAN TBPekerjaanTingkat KeberhasilanTOTALP-Value

BerhasilTidak Berhasil

N%n%N%0.012

Berisiko1219.4%1117.7%2337.1%

Tidak berisiko3251.6%711.3%3962.9%

Total4471.0%1829.0%62100%

Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p value 0,012 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB.

PEMBAHASAN1. Hubungan Umur dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan TB pada Pasien yang Telah Mendapat PengobatanHasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB pada pasien yang telah mendapat pengobatan di Puskesmas Sakti, Kabupaten Pidie.Analisis statistik dengan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB paru (p value 0,035). Hasil ini sejalan dengan penelitian Erawatyningsih dkk (2009) di Nusa Tenggara Barat dimana didapatkan mayoritas responden berusia produktif lebih berhasil dalam menjalani pengobatan TB. (6) Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tirtana (2011) di Jawa Tengah dimana didapatkan mayoritas responden berusia produktif sebanyak 44 orang (88,9%) dari 45 orang. (7)2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan TB.Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin

dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB pada pasien yang telah mendapat pengobatan TB.Analisis statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB (p value 0,75). Hasil ini sejalan dengan penelitian Erawatyningsih dkk (2009) di Nusa Tenggara Barat dimana didapatkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB dan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (76,2%) dari 21 responden. penelitian ini juga sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa pada jenis kelamin laki-laki ketidakberhasilan pengobatan lebih tinggi karena faktor predisposisi seperti merokok tembakau dan minum alkohol yang dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh. (5,6) Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tirtana (2011) di Jawa Tengah, dimana 23 pasien (51,1%) berjenis kelamin laki-laki dari 45 orang pasien TB, gagal menjalani pengobatan akibat resistensi terhadap obat TB. Reviono (2007) di Surakarta, juga sependapat dimana persentase karakteristik jenis kelamin laki-laki yang tidak berhasil dalam pengobatan lebih banyak yaitu 53,73%. Tingginya proporsi laki-laki ini dihubungkan oleh riwayat putus pengobatan dimana laki-laki memiliki ketidakteraturan berobat yang lebih rendah dibandingkan perempuan. Ketidakteraturan berobat pada laki-laki, bisa disebabkan pada aktivitas laki-laki yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan terlebih pada laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga. (7,8)3. Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan TB.Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB pada pasien yang telah mendapat pengobatan di Puskesmas Sakti, Kabupaten Pidie (p value 0,012). Tingkat keberhasilan pengobatan TB lebih tinggi pada pasien yang pekerjaannya berisiko, dibandingkan pada pasien yang pekerjaannya tidak beresiko. Analisis statistik menemukan hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB (p value 0,012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tirtana (2011) di Jawa Tengah, menunjukkan terdapat hubungan antara pekerjaan pasien dengan tingkat keberhasilan pengobatannya, (7) dan didapatkan mayoritas pekerjaan yang berisiko yaitu petani sebanyak 11 orang (64,7%) dimana penelitian ini sesuai dengan teori Dimitrova di Rusia (2005) yang menjelaskan bahwa salah satu pekerjaan yang paling berisiko yaitu petani. (9)KESIMPULANBerdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang sudah dilakukan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis di Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie.2. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis di Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie.3. Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis di Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie.SARAN1. Bagi peneliti lainnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keberhasilan pengobatan TB dengan desain penelitian case control ataupun cohort serta penambahan jumlah sampel.2. Bagi praktisi kesehatan yang bertugas diharapkan tetap memberikan edukasi pada pasien tentang pentingnya pengobatan TB paru3. Bagi masyarakat diperlukan skrining dan pemantauan lebih lanjut mengenai perkembangan pengobatan dengan mengikuti setiap penyuluhan, sehingga dapat diketahui permasalahan yang berkaitan agar dapat segera mendapatkan intervensi yang sesuai dan tepat.DAFTAR PUSTAKAx1.World Health Organization. Global Tuberculosis Control. In ; 2010. p. http://www.who.int/tb/data.

2.Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2008 Jakarta; 2009.

3.Mulyadi , Suangkupon R, Darmawan. Profil Penderita Tuberkulosis paru di Pesisir Pantai Aceh Barat Daya. J Respir Indo. 2011 April; 31.

4.Dinas Kesehatan Kabupaten pidie. Laporan Tahunan Program TB. Pidie. 2012.

5.Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 2nd ed. Jakarta; 2007.

6.Erawatyningsih E, Purwanta. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru. Berita Kedokteran Masyarakat. 2009 September; 25(3).

7.Tirtana BT. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Resistensi Obat Tuberkulosis Di Wilayah Jawa Tengah. 2011.

8.Reviono. Pola Resistensi Obat Anti Tuberkulosis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. 2007; 4(2).

9.Dimitrova. Increased Risk Of Tuberkulosis Among Health Care Workers In Samara Oblast, Rusia. Internasional Journal of Tuberculosis. 2005; I(9).

x