Artikel Supply Chain Manajement
-
Upload
faisal-wibisono -
Category
Documents
-
view
71 -
download
0
Transcript of Artikel Supply Chain Manajement
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Supply Chain Manajement
LATAR BELAKANG
Munculnya SCM dilatar belakangi oleh dua hal pokok, yaitu:
1. Praktek manajemen logistik tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini
sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif.
2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin
ketat.
Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang
ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang
dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang
semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan
untuk diterapkan dalam iklim persaingan. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya
diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen. Industri manufaktur tidak
akan dapat bersaing apabila produk yang ditawarkan murni hanya barang, dan industri
jasa juga tidak memiliki daya tarik apabila yang ditawarkan kepada konsumen murni
berupa layanan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan produk terbaik kepada
konsumen meliputi kombinasi di antara keduanya, yaitu barang dan jasa dalam porsi
masing-masing yang ideal menurut perusahaan.
Menyajikan produk dalam arti luas tersebut merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi sistem produksi operasi yang harus dijalankan perusahaan. Untuk dapat
menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap
perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi
kualitas produk maupun standar yang sudah ditetapkan.
Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi
distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan
distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai
melalui penerapan konsep Supply Chain Management (SCM). SCM sesungguhnya
bukan merupakan suatu konsep yang baru. Menurut Jebarus (2001) SCM merupakan
pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi
permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut
proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari
sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa
sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen
tersebut berlangsung secara transparan. SCM merupakan suatu konsep menyangkut
pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk
Faisal Wibisono/ 125020207111035
secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadual produksi, dan
logistic.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Supply Chain Manajemen
Supply Chain diartikan Rantai Persediaan, yang mempunyai definisi sebagai berikut:
Alir material, informasi, uang, dan jasa dari para penyalur bahan baku
melalui/sampai pabrik-pabrik dan gudang kepada pelanggan akhir.
Suatu rantai persediaan yang diatur secara elektronis, pada umumnya dengan
Teknologi Web.
Suply chain Manajemen atau Manajemen rantai suplai (SCM) adalah
pengelolaan suatu jaringan interkoneksi dari bisnis yang paling terlibat dalam
penyediaan produk dan layanan paket-paket yang dibutuhkan oleh pelanggan akhir.
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui
rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan.
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material
mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
Definisi Amerika asosiasi profesional disampaikan adalah Supply Chain
Management yang meliputi perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang
terlibat dalam sumber, pengadaan, konversi, dan logistik manajemen kegiatan. Supply
Chain Management semua gerakan dan penyimpanan bahan baku, bekerja dalam
proses inventarisasi, dan barang jadi dari point-of-asal ke point-of-konsumsi (rantai).
Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses dan kegiatan yang terlibat didalam
penyampaian produk tersebut sampai ketangan pemakai (konsumen). Semua itu
termasuk proses produksi pada manufaktur , sistem transportasi yang menggerakkan
produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer , gudang tempat penyimpanan produk
tersebut , pusat distribusi tempat dimana pengiriman dalam party besar dibagi
kedalam party kecil untuk dikirim kembali ke toko-toko dan akhirnya sampai ke retailer
yang menjual produk-produk tersebut.
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai
suplai, yaitu:
Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler,
atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para
penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa
strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan
tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah
pengadaan.
Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke
dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam
organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah
manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segment
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-
service.
2. Tujuan Supply Chain Management
Untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat.
Untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan
atau kekurangan
Untuk menjamin kesatuan gerak dari jumlah dan kwalitas yang memadai pada
persediaan yang meliputi banyak hal seperti perencanaan dan komunikasi.
Untuk memastikan seluruh item barang berada pada tempat dan waktu yang tepat
agar dapat memberikan keuntungan yang terbaik dan service kepada customer.
Untuk mengurangi biaya
Untuk meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu
perusahaan)
Untuk mengurangi waktu
Untuk memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi
Sukses dari suatu e-supply rantai tergantung pada:
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Kemampuan dari semua mitra rantai persediaan untuk memandang kerja
sama/kolaborasi mitra sebagai asset strategis.
Suatu strategi rantai persediaan dirumuskan dengan baik.
Jarak penglihatan Informasi sepanjang keseluruhan rantai persediaan.
Kecepatan, Biaya, Mutu, dan layanan pelanggan.
Integrasikan rantai persediaan itu dengan ketat.
Menyediakan manajemen rantai ( SCM).
Sebuah operasi yang effisien dari supply chain tergantung pada lengkap dan
akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk yang diminta dari retailer
kepada buyer, system transportasi dan kembali ke manufaktur. Dalam rangka
memenuhi stok barang yang tersedia untuk retailer , manufaktur harus menentukan
jumlah produk yang diproduksi pada waktu tertentu. Dengan demikian berarti
manufaktur harus meramalkan/ membuat perkiraan jumlah penjualan. Dalam hal ini
yang terbaik dilakukan adalah bersama-sama dengan retailer menggunakan suatu
tolak ukur seperti misalnya CPFR ( Collaborative Planning Forecasting and
Replenishment ).
Ramalan ini digunakan untuk memperkirakan jumlah dan jenis bahan mentah yang
harus dibeli, pengapalan dan waktu pengiriman untuk bahan mentah tersebut dan
waktu yang dibutuhkan untuk proses di manufaktur. Kemudian barang yang sudah
jadi disimpan didalam gudang sampai diorder oleh distributor. Distributor membeli
produk dari manufaktur dalam jumlah yang besar dan mungkin barang tersebut
dimuat dalam truck,pallet atau kemasan lain dari produk tersebut. Pada saat
distributor menerima pengiriman , kemudian dipecah menjadi pengiriman yang lebih
kecil untuk dikirim ke retailer.
Prinsip dasar yang menjadi bagian penting pada Manajemen Supply Chain adalah:
1. Planning / perencanaan
2. Sourcing / sumber barang
3. Manufacturing
4. Pengiriman
5. Pengembalian
Infrastruktur untuk e-SCM :
Pertukaran Data Elektronik ( EDI)
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Extranets
Intranets
Pintu gerbang [Perseroan/Perusahaan]
Workflow Sistem Dan Perkakas
Groupware dan lain perkakas kolaboratif
Keuntungan dari manajemen supply chain yang efektif adalah untuk
mendapatkan kecepatan yang maksimal pada saat barang dan jasa bergerak
melalui jalur supply sementara itu terjadi penurunan biaya dan peningkatan nilai
tambah untuk service ke customer.
Faktor-faktor yang mendorong manajemen supply chain:
Manufacturer :memastikan biaya produksi yang lebih rendah.
Customer :pengiriman produk yang lebih cepat memenuhi permintaan yang
berubah-ubah.
Pada saat ini supply chain didorong oleh operasi pada manufaktur untuk
memastikan biaya produksi yang lebih rendah. Dorongan customer terhadap
lingkungan keduanya baik itu manufaktur dan supply chain dimana pengiriman
produk harus lebih cepat untuk menjamin retailer dapat memenuhi permintaan
pasar yang selalu berubah dengan cepat dan tepat Untuk beberapa tahun yang
lalu, kwalitas yang tinggi dari produk manufaktur selalu merupakan keharusan
dalam persaingan. Bagaimanapun, selagi kwalitas produk ditingkatkan, memenuhi
permintaan khusus konsumen untuk pengiriman produk telah menjadi hal yang
sangat penting untuk persaingan yang akan datang. Ukuran sebuah perusahaan
yang sukses dilihat dari sebaik apa mereka mengetahui lebih dahulu kebutuhan
pasar. Ekonomi global saat ini, manufaktur, supplier, distributor, supplier logistik,
operator pergudangan dan retailer harus melihat pangsa pasar mereka dari sudut
pandang yang besar dan bukan sesederhana dalam sudut pandang mereka sendiri.
Manajemen makro memberikan gambaran untuk hubungan bisnis internal dan
eksternal. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dari sebuah organisasi
bersama dengan seluruh faktor yang dapat diandalkan untuk membawa sebuah
produk mulai dari bahan mentah sampai ke titik akhir penjualan.
Sejak tidak adanya pengawasan sungguh-sungguh terhadap seluruh aspek
dari supply chain itu sendiri, sangat penting sekali bahwa seluruh mitra didalam
supply chain mengkoordinasi usaha mereka untuk merendahkan biaya dengan
memaksimalkan pelaksanaan tugas mereka masing-masing. Semua ini
Faisal Wibisono/ 125020207111035
membutuhkan usaha kerjasama dari seluruh mitra yang berhubungan untuk
berbagi data dan pengawasan pada biaya.
Dalam menerapkan manajemen makro pada supply chain , sekumpulan tolak
ukur harus dibangun untuk mengukur efisiensi dari masing-masing operasi didalam
supply chain. Sebagai contoh , mitra harus membuat ukuran untuk menunjukan
jumlah dan angka dari kedatangan tepat waktu terhadap jadwal kedatangan dari
barang dan jasa. Pada saat diidentifikasi, tolak ukur ini menjadi standar yang
ditentukan oleh seluruh mitra didalam supply chain. Informasi yang berkaitan
dengan tolak ukur tersebut harus:
Terbuka
Dimengerti
Bertindak untuk supply chain
3. Manfaat Dari Supply Chain Management
1. Kepuasan pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses
produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna
yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka
waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu
konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan
turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang
dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya
Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula
mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi
pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu
memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam
pelaksanaan SCM.
5. Peningkatan laba
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi
pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya
lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
4. Tahapan dalam SCM (Supply Chain Management)
Tahap 1 : Baseline (dasar)
Masing-masing fungsi bisnis seperti produksi dan pembelian melakukan aktivitas
mereka secara sendiri2 dan terpisah dari fungsi bisnis yang lain.
Tahap 2 : Integrasi Fungsional
Sekurang-kurangnya ada penggabungan antara fungsi-fungsi yang melakukan
aktivitas hampir sama.
Tahap 3 : Integrasi Secara Eksternal
Integrasi supply chain yg sebenarnya,diperluas dengan supplier &pelanggan.
5. Strategi Utama dan Kebijakan SCM (Supply Chain Management)
STRATEGI UTAMA SUMBER KEUNGGULAN
DASAR BERSAING PERAN UTAMA SCM
Inovasi Merek dan keunikan teknologi
Inovasi produk Kecepatan waktu dan volume ke pasar
Biaya Efisiensi Operasi Harga murah Infrastruktur yang efisien dan murah
Pelayanan Pelayanan terbaik Sesuai kebutuhan khusus konsumen
Efisiensi produk awal, dan
fleksibilitas produk akhir.Sistem komunikasi.
Mutu Keandalan dan keamanan produk
Produk yang terkenal
keandalannya
Pengendalian mutu dan keamanan di sepanjang SCM
6. Komponen SCM dan Teknologi
Sistem SCM memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Aliran informasi bergerak sangat cepat dan akurat antara elemen jaringan supply
chain seperti: Pabrik, Suppliers, Pusat distribusi, Konsumen, dan sebagainya).
b. Informasi bergerak sangat cepat untuk menanggapi perpindahan produk
c. Setiap elemen dapat mengatur dirinya
d. Terjadi integrasi dalam proses permintaan dan penyelesaian produk
e. Kemampuan internet.
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Peralatan fungsional yang dimiliki sistem SCM adalah:
a. Demand management/forecasting
Perangkat peralatan dengan menggunakan teknik-teknik peramalan secara
statistik. Perangkat ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil peramalan yang
lebih akurat.
b. Advanced planning and scheduling
Suatu peralatan dalam rangka menciptakan taktik perencanaan, jangka
menengah dan panjang berikut keputusan-keputusan menyangkut sumber yang
harus diambil dalam rangka melengkapi jaringan supply.
c. Transportation management
Suatu fungsi yang berkaitan dengan proses pendisitribusian produk dalam
supply chain.
d. Distribution and deployment
Suatu alat perencanaan yang menyeimbangkan dan mengoptimalkan jaringan
distribusi pada waktu yang diperlukan. Dalam hal ini, Vendor Managed Invetory
dijadikan pertimbangan dalam rangka optimalisasi.
e. Production planning
Perencanaan produksi dan jadwal penjualan menggunakan taraf yang dinamis
dan teknik yang optimal.
f. Available to-promise
Tanggapan yang cepat dengan mempertimbangkan alokasi, produksi dan
kapasitas transportasi serta biaya dalam keseluruhan rantai supply.
g. Supply chain modeler
Perangkat dalam bentuk model yang dapat digunakan secara mudah guna
mengarahkan serta mengontrol rantai supply. Melalui model ini, mekanisme
kerja dari konsep supply chain dapat diamati.
h. Optimizer
The optimizer ibarat jantung dari sistem supply chain management. Dalamnya
terkandung: linear & integer programming, non-linear programming, heuristics
and genetic algorithm. Genetic algorithm adalah suatu computing technology
yang mampu mencari serta menghasilkan solusi terbaik atas jutaan
kemungkinan kombinasi atas setiap parameter yang digunakan
Upaya mengintegrasikan kemampuan supply chain management dan e-Commerce
a. Information flow, klien memiliki akses terbatas menyangkut perkembangan
produk atau pesanan pelanggan dalam supply chain. Pelanggan SerCom
Faisal Wibisono/ 125020207111035
tergantung pada laporan yang dibuat secara manual setiap bulan dikirim melalui
faks dan e-mail. Aliran informasi menjadi sesuatu yang sangat penting di masa
datang, terutama jika dikaitkan dengan program fulfillment yang kompleks.
b. Fulfillment, ketika pesanan terus meningkat, baik jumlah maupun
kompleksitasnya, sistem yang ada sekarang ini tak lagi mampu mengatasi
berbagai kebutuhan tersebut. Pesanan dalam jumlah besar cenderung menurun,
sedang permintaannya mengikuti perkembangan kebutuhan. Saat ini, tak ada
fasilitas yang mampu memantau dan mengelola status pesanan dalam supply
chain.
c. Web based ordering, semua pesanan ditangani melalui EDI (Electronic Data
Interchange), faks atau telepon. SerCom perlu menyediakan layanan
pemesanan yang canggih untuk para pelanggan dan menyediakan fasilitas ESD.
d. Perpaduan antara pelanggan dan pemasok perlu terus ditingkatkan untuk
memperbaiki efisiensi dan komunikasi.
7. Permasalahan Manajemen Suplai Rantai
Manajemen suplai rantai harus memasukan problem dibawah:
Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat
distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh
silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi
informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan
transportasi dsb.
Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang
mentah, proses kerja, dan barang jadi.
Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana
melewati entitas di dalam rantai suplai.
Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi
dan dana di antara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.
8. Aktivitas/Fungsi
Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk
mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan
dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi
lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi
kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini
Faisal Wibisono/ 125020207111035
meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam
memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari
logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke
pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah
meningkatkan ke[percayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan
meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan
perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai.
beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk
mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah
model manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai
Suplai. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF).
Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.
Strategis
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang,
pusat distribusi dan fasilitas
Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan,
membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan
operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang
ketiga
Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa
diintregasikan secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan
Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi
pasokan/suplai
Taktis
Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas
dari inventori
Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan
definisi proses perencanaan.
Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan
kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
Gaji berdasarkan pencapaian
Operasional
Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke
menit)
Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan
dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi
permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok
Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang
diterima
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished
goods)
Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke
pelanggan
Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan
rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi,
dan pelanggan lain
9. Beberapa Efek SCM (Supply Chain Management)
Inventory berkurang 50%
Mengurangi inventory carrying costantara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan
On-time deliveries naik 40%
Revenues naik 17%
Out-of-stock incidents berkurang 9 kali
Jebakan dalam SCM (Supply Chain Management):
o Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik
o Customer service tidak didefinisikan dengan jelas
o Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat
o Sistem informasi tidak efisien
o Dampak ketidakpastian diabaikan
o Kebijakan inventori terlalu sederhana
Faisal Wibisono/ 125020207111035
o Diskriminasi terhadap internal customer
o Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi, & pengiriman tdk bagus
o Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap
o Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat
o Ada kendala komunikasi antar organisasi
o Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah
o Supply chain tidak lengkap
o Perancangan produk &proses tdk memperhitungkan supply chain
CONTOH KASUS
Mengatasi Persoalan Daging Sapi dengan Membangun Rantai Pasok Nasional
Diposting Tanggal: 15 August 2013
Oleh: Setijadi – Chairman | Supply Chain Indonesia
Menjelang Idul Fitri 1434 H terjadi kenaikan dan lonjakan harga beberapa
komoditas, terutama daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan cabai. Harga daging
sapi, misalnya, mengalami kenaikan yang signifikan menjadi sekitar
Rp95.000-140.000/kg.
Untuk meredam kenaikan harga daging sapi, Pemerintah telah melakukan berbagai
langkah sejak April 2013, antara lain: melonggarkan impor daging, mempercepat realisasi
impor, menyederhanakan mekanisme impor daging, stabilisasi daging sapi oleh Bulog,
menambah pasokan daging sapi dengan impor, dan bekerja sama dengan swasta
menjual daging sapi murah ke pasar tradisional. Namun, persoalan tidak dapat
terselesaikan dan harga daging sapi di tingkat konsumen tetap tinggi.
Fenomena kenaikan dan lonjakan harga komoditas, termasuk yang disertai dengan
kelangkaan, berulang kali terjadi. Kedua fenomena ini semakin kuat ketika terjadi
lonjakan permintaan, misalnya, berkaitan hari-hari besar keagamaan.
Fenomena yang berulang kali terjadi tersebut semestinya menjadi pelajaran
berharga bagi pemerintah untuk merancang suatu program yang bersifat strategis dan
sistematis untuk mengantisipasi kelangkaan dan fluktuasi harga berbagai komoditas
penting. Langkah-langkah yang bersifat taktis dan operasional, seperti impor, terbukti
tidak bisa mengatasi persoalan tersebut.
Salah satu upaya pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah dengan
pendekatan manajemen rantai pasok (supply chain management/SCM). Pemerintah
perlu merencanakan, membangun, dan mengintegrasikan aspek-aspek “produksi-
distribusi-konsumsi”, antara lain dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Faisal Wibisono/ 125020207111035
Pemetaan rantai pasok.
Pemetaan dilakukan secara nasional dengan mengidentifikasi para pelaku
(pemasok/produsen, pelaku distribusi, pengecer/pedagang, dan konsumen), termasuk
wilayah dan aliran distribusinya.
Pembuatan basis data.
Basis data mencakup: pemasok/produsen (jumlah pemasok, jumlah sapi), pelaku
distribusi (jenis dan jumlah pelaku), pengecer/pedagang (jumlah), dan konsumen (jumlah,
segmen, tingkat konsumsi, wilayah).
Perencanaan rantai pasok.
Dilakukan terutama untuk mengintegrasikan aspek produksi-distribusi-konsumsi yang
selama ini saling terpisah. Para peternak pada tingkat produksi, misalnya, “terpisah”
dengan pelaku distribusi yang dilakukan oleh pihak lain. Pelaku distribusi dan pedagang
pun saling “terpisah”. Hubungan antar pihak terjadi secara transaksional, tanpa ada kerja
sama jangka panjang yang memberikan manfaat bagi para pihak. Selain mengakibatkan
rantai pasok tidak efisien, kondisi ini membuka peluang pihak tertentu dalam rantai pasok
itu untuk mengambil keuntungan secara tidak proporsional.
Perencanaan rantai pasok mencakup pula perencanaan produksi sesuai
permintaan/kebutuhan konsumen, termasuk mempertimbangkan peningkatan permintaan
berkaitan dengan hari besar keagamaan dan sebagainya.
Menata dan membangun produksi.
Penataan perlu dilakukan terutama agar produksi dilakukan pada skala ekonomis,
mengingat pada saat ini para peternak kebanyakan melakukan penggemukan sapi pada
jumlah kecil. Skala ekonomis dapat dicapai dengan mengembangkan peternakan
sebagai industri besar atau mengintegrasikan para peternak kecil.
Membangun sistem distribusi. Pelaku distribusi sapi potong terdiri dari banyak pihak yang
bisa berbeda-beda sesuai daerahnya. Para pelaku distribusi ini antara lain: blantik, jagal,
pedagang pengumpul, pedagang besar, rumah potong hewan, dan lain-lain. Sistem
distribusi perlu ditata agar efisien dan para pelaku berperan dan mendapatkan
keuntungan secara proporsional.
Edukasi di tingkat konsumsi.
Edukasi diperlukan antara lain agar konsumen melakukan pola pembelian daging secara
tepat. Sebagai contoh, pada saat ini masyarakat lebih menyukai membeli daging segar
Faisal Wibisono/ 125020207111035
daripada daging beku. Padahal proses pendistribusian sapi potong lebih mahal yang
berdampak ke harga daging.
Pengembangan infrastruktur dan sarana pengangkutan.
Ketersediaan infrastruktur (pelabuhan khusus ternak, terminal ternak berikut fasilitas
bongkar muat, cold storage system untuk cold chain) dan sarana pengangkutan (kapal
ternak, kereta api khusus ternak) sangat diperlukan untuk efisiensi proses pengiriman
ternak. Untuk pengangkutan sapi dari Jawa Timur ke Jakarta, misalnya, penggunaan
kapal ternak berkapasitas 400 ekor jauh lebih efisien daripada menggunakan truk.
Pengawasan/pemantauan.
Dilakukan untuk mengantisipasi pihak-pihak tertentu mengambil keuntungan dengan cara
yang tidak dapat dibenarkan. Pengawasan/pemantauan terutama diperlukan pada proses
distribusi yang dapat dilakukan dengan melakukan pencatatan arus pengiriman sapi
potong antar wilayah, misalnya dengan memanfaatkan jembatan timbang. Di jembatan
timbang tidak hanya dilakukan pencatatan berat truk dan muatannya (untuk menghindari
beban lebih), namun dilakukan juga pencatatan jumlah sapi potong yang diangkut.
Koordinasi antar Instansi.
Pembangunan rantai pasok ini memerlukan koordinasi antar
instansi/lembaga/kementerian, misalnya: Kementerian Peternakan, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perhubungan, dan lain-lain. Koordinasi juga diperlukan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Sumber Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai
http://henykurniawati.blogspot.com/2008/05/pengertian-scm-supply-chain-
management.html
http://www.scribd.com/doc/57720599/Artikel-Supply-Chain-Manajement
http://dhikaqu.blogspot.com/
Faisal Wibisono/ 125020207111035
http://www.supplychainindonesia.com/mengatasi-persoalan-daging-sapi-dengan-
membangun-rantai-pasok-nasional/