supply chain network

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak perusahaan yang sedang berlomba-lomba untuk dapat meningkatkan efisiensinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Tak dapat dipungkiri, perusahaan-perusahaan tersebut memerlukan pihak lain untuk melakukan aktivitasnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut, baik di level upstream ataupun downstream. Keterkaitan antar stage tersebut kemudian membentuk suatu hubungan terintegrasi yang disebut dengan rantai pasok. Dalam rantai pasok, terdapat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pengeluaran ini memiliki enam triggers utama, yaitu inventory, transportation, facility, information, sourcing, dan pricing. Suatu sistem manajemen diperlukan untuk dapat mengendalikan cost melalui manajemen trigger tersebut. Manajemen rantai pasok merupakan suatu pendekatan yang mengintegrasikan supplier, manufacturers, warehouses, dan stores agar suatu produk dapat secara efisien diproduksi dan didistribusikan dengan jumlah dan waktu yang tepat. Hal ini dilakukan agar ongkos yang dikeluarkan perusahaan dapat diminimasi namun tetap dapat memuaskan konsumen dengan service level yang telah ditetapkan. Melalui konsep supply chain management, dapat diketahui bahwa setiap fasilitas dalam rantai pasok memiliki dampak terhadap cost serta memiliki peran dalam proses memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengubahan konfigurasi di salah satu stage rantai pasok dapat mengubah keoptimalan di keseluruhan rantai pasok. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode untuk dapat merancang rantai pasok sehingga diperolah suatu jaringan yang optimal. Dalam melakukan perancangan jaringan rantai pasok, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti kapasitas transportasi, jumlah jenis produk, dan shrinkage factor/perishability. Tak hanya itu, terdapat hal-hal lain pula yang dapat mempengaruhi jaringan rantai pasok, seperti teknologi informasi, government support, relationship, fasilitas, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan

Transcript of supply chain network

Page 1: supply chain network

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, banyak perusahaan yang sedang berlomba-lomba untuk dapat

meningkatkan efisiensinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Tak dapat

dipungkiri, perusahaan-perusahaan tersebut memerlukan pihak lain untuk

melakukan aktivitasnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut, baik di level

upstream ataupun downstream. Keterkaitan antar stage tersebut kemudian

membentuk suatu hubungan terintegrasi yang disebut dengan rantai pasok. Dalam

rantai pasok, terdapat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pengeluaran

ini memiliki enam triggers utama, yaitu inventory, transportation, facility,

information, sourcing, dan pricing. Suatu sistem manajemen diperlukan untuk

dapat mengendalikan cost melalui manajemen trigger tersebut.

Manajemen rantai pasok merupakan suatu pendekatan yang mengintegrasikan

supplier, manufacturers, warehouses, dan stores agar suatu produk dapat secara

efisien diproduksi dan didistribusikan dengan jumlah dan waktu yang tepat. Hal ini

dilakukan agar ongkos yang dikeluarkan perusahaan dapat diminimasi namun tetap

dapat memuaskan konsumen dengan service level yang telah ditetapkan.

Melalui konsep supply chain management, dapat diketahui bahwa setiap

fasilitas dalam rantai pasok memiliki dampak terhadap cost serta memiliki peran

dalam proses memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengubahan konfigurasi di salah

satu stage rantai pasok dapat mengubah keoptimalan di keseluruhan rantai pasok.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode untuk dapat merancang rantai pasok

sehingga diperolah suatu jaringan yang optimal.

Dalam melakukan perancangan jaringan rantai pasok, terdapat beberapa hal

yang harus dipertimbangkan, seperti kapasitas transportasi, jumlah jenis produk,

dan shrinkage factor/perishability. Tak hanya itu, terdapat hal-hal lain pula yang

dapat mempengaruhi jaringan rantai pasok, seperti teknologi informasi, government

support, relationship, fasilitas, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan

Page 2: supply chain network

2

mempengaruhi kompleksitas dari jaringan rantai pasok yang akan dibuat serta

mempengaruhi biaya total dari sistem tersebut. Pada laporan ini, akan disajikan

analisis mengenai pengaruh dari beberapa faktor tersebut terhadap jaringan rantai

pasok yang akan dibuat serta perancangan tentang jaringan rantai pasok yang

optimal.

1.2 Asumsi dab Batasan Masalah

1. Terdapat tiga stages rantai pasok yang melakukan aktivitas pemindahan

persediaan produk, yaitu supplier, warehouse, dan retailer.

2. Proses transportasi menggunakan konsep forward, yaitu destinasi

persediaan dilakukan ke arah downstream atau ke fasilitas di stage yang

sama.

1.3 Rumusan Masalah

1 Bagaimana pengaruh faktor kapasitas transportasi, jumlah jenis produk, dan

shrinkage factor/perishability goods terhadap jaringan rantai pasok?

2 Apa saja faktor-faktor lain yang mempengaruhi jaringan rantai pasok selain

kapasitas transportasi, jumlah jenis produk, dan shrinkage

factor/perishability?

3 Bagaimana cara merancang jaringan rantai pasok yang optimal?

1.4 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh faktor kapasitas transportasi, jumlah jenis produk,

dan shrinkage faktor/perishability goods terhadap jaringan rantai pasok.

2. Mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi jaringan rantai pasok

selain shrinkage factor/perishability.

3. Mengetahui cara melakukan perancangan jaringan rantai pasok agar

diperoleh hasil yang optimal menggunakan software Microsoft Excel.

Page 3: supply chain network

3

1.5 Manfaat

1. Praktikan memahami pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi supply

chain network.

2. Praktikan mampu membuat rancangan jaringan rantai pasok yang optimal

sehingga cost dapat ditekan seminimal mungkin.

Page 4: supply chain network

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Supply Chain Management

Supply chain management adalah seperangkat pendekatan yang digunakan

untuk mengefisiensikan integrasi antara supplier, produsen, warehouse, dan

retailer, sehingga barang diproduksi dalam jumlah yang tepat dan didistribusikan

ke lokasi yang tepat, pada waktu yang tepat, guna meminimalkan biaya dalam

memenuhi kepuasan pelanggan (Simchi-Levi et al. 1999). Supply chain

management merupakan rangkaian proses yang sangat kompleks karena ada banyak

pihak yang terlibat di dalamnya, mulai dari level upstream sampai level

downstream. Namun dibalik kompleksnya rangkaian yang ada, tujuan dari supply

chain management adalah menghasilkan produk dan mendistribusikan dengan tepat

dan waktu yang tepat untuk meminimalisir biaya dan meningkatkan

responsiveness.

2.2 Supply Chain Network

Supply chain network merupakan bentuk jaringan dari supply chain yang

menggambarkan konfigurasi antar stage. Keputusan menentukan desain jaringan

memiliki pengaruh yang besar dalam performansi supply chain, karena menentukan

konfigurasi dan membatasi driver supply chain untuk menghasilakan biaya yang

minimum dan responsiveness yang tinggi. Dalam melakukan desain supply chain

network, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Facility role, yaitu keputusan mengenai peran masing-masing fasilitas penting

karena menentukan jumlah fleksibilitas supply chain dalam mengubah cara

dalam memenuhi permintaan yang ada.

b. Facility location, yaitu keputusan yang memiliki efek jangka panjang dalam

performansi supply chain. Karena ketika salah dalam membangun fasilitas,

Page 5: supply chain network

5

biaya yang harus dikeluarkan untuk menutup fasilitas atau memindahkannya

akan lebih besar.

c. Capacity allocation, yaitu keputusan yang harus dipertimbangkan dalam

menentukan kapasitas alokasi. Karena apabila alokasi kapasitasnya terlalu besar

maka utilitas dari barang tersebut akan rendah dan biaya yang dikeluarkan juga

akan cenderung tinggi. Sedangkan apabila alokasi kapasitasnya rendah maka

responsiveness rendah dan biaya akan meningkat jika ingin memenuhi kepuasan

konsumen.

d. Market and supply allocation, yaitu alokasi sumber daya dan pasar pada fasilitas

memiliki pengaruh yang besar dalam performansi jaringan karena

mempengaruhi total produksi, inventory, dan biaya transportasi untuk memenuhi

kepuasan pelanggan.

Keputusan mengenai rancang bangun rantai pasokan, perencanaan dan

pelaksanaannya memainkan peran yang penting dalam kesuksesan atau kegagalan

sebuah usaha. Rancang bangun atau strategi rantai pasok merupakan fase atau

kategori pertama dalam pembuatan keputusan mengenai rantai pasok. Dua fase

lainnya adalah perencanaan rantai pasok dan pelaksanaannya. Rancang bangun

rantai pasokan yang cocok tergantung pada kebutuhan konsumen dan peranan yang

berlaku pada setiap tahap yang terlibat dalam sebuah rantai pasokan (Chopra &

Meindl, 2007).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Supply Network

Dengan penerapan keputusan desain supply network yang tepat dapat diketahui

beberapa faktor yang mempengaruhi supply network. Faktor-faktor tersebut adalah

kapasitas transportasi, jumlah jenis produk, dan perishability (degradasi nilai

barang). Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa faktor lagi yang mempengaruhi

supply network, yaitu:

a. Jumlah yang tepat dari fasilitas yang akan dibangun.

b. Menentukan lokasi yang tepat untuk membangun fasilitas, di mana hal ini

berhubungan dengan efisiensi biaya transportasi.

Page 6: supply chain network

6

c. Menentukan ukuran dari masing-masing fasilitas yang akan dibangun, di mana

hal ini berhubungan dengan besarnya kapasitas dari fasilitas yang ada dalam

memenuhi demand yang datang.

d. Menentukan ruang untuk produk dalam setiap fasilitas.

e. Menentukan kebutuhan sumber daya yang ada.

f. Penentuan startegi distribusi.

Perencanaan dalam supply network ini perlu dirancang sebaik mungkin agar

dapat ditemukan keseimbang yang tepat antara biaya inventory, transportasi, dan

manufaktur. Selain itu juga untuk mengetahui adanya kecocokan antara supply dan

demand yang tidak pasti dengan mengelola persediaan secara efektif. Untuk

mengetahui besarnya pengaruh penentuan kapasitas produksi pada supply chain

dapat disimulasikan dengan model matematis seperti berikut.

Page 7: supply chain network

7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pada praktikum Manajemen Rantai Pasok dan Logistik mengenai supply chain

network, praktikan menggunakan objek penelitian berupa tiga buah persoalan rantai

pasok dengan constraint yang berbeda-beda, yaitu kapasitas transportasi, jumlah

jenis produk, dan shringkage factor/perishability goods.

3.2 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Oktober 2015 pukul 07.00-09.30

di Laboratorium Supply Chain Manajemen, Jurusan Teknik Mesin dan Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

3.3 Alat dan Bahan

Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini.

1. Modul praktikum

2. Alat tulis

3. Software Microsoft Excel

3.4 Prosedur Praktikum

Untuk menganalisis permasalahan supply chain network menggunakan

software Ms. Excel, dapat dilakukan berdasarkan tahapan berikut.

1. Membuka software Ms. Excel.

2. Memahami kapasitas pada masing-masing plant, yaitu

3. Menentukan biaya transportasi dari suatu tempat asal ke suatu destinasi melalui

tabel transportation cost matrix seperti pada Tabel 3.1.

Page 8: supply chain network

8

Tabel 3.1. Transportation Cost Matrix

4. Melakukan network detailed calculation dengan format Tabel 3.2. untuk kasus

A dan kasus C. Sedangkan untuk kasus B, digunakan format seperti pada tabel

Tabel 3.3.

Tabel 3.2. Network Detailed Calculation 1

Tabel 3.3. Network Detailed Calculation 2

5. Menentukan batasan-batasan pada masing-masing unit, yaitu plant,

warehouse, dan retailer. Setelah itu, dilakukan kalkulasi outflow pada plant

dan warehouse menggunakan data flow pada network detailed calculation

dengan format seperti pada Tabel 3.4. untuk kasus A dan C (pada kasus C,

shrinkage factor mempengaruhi warehouse outflow). Sedangkan untuk kasus

B, digunakan format seperti pada tabel Tabel 3.5.

Node index Plant 1 Plant 2 Plant 3 Warehouse 1 Warehouse 2 Retailer 1 Retailer 2

1 Plant 1 5 3 5 5 20 20

2 Plant 2 9 9 1 1 8 15

3 Plant 3 0,4 8 1 0,5 10 12

4 Warehouse 1 1,2 2 12

5 Warehouse 2 0,8 2 12

6 Retailer 1 1

7 Retailer 2 7

From

To

Origin Destination Unit Cost FlowTransportation

Capacity

Plant 1 Plant 2 5 0 <= 150

Plant 1 Plant 3 3 0 <= 150

Plant 1 Warehouse 1 5 0 <= 150

Plant 1 Warehouse 2 5 0 <= 150

Plant 1 Retailer 1 20 0 <= 150

Network

Origin Destination Unit Cost Flow A Flow B Total Flow Transportation Capacity

Plant 1 Plant 2 5 0 0 0 <= 300

Plant 1 Plant 3 3 0 0 0 <= 300

Plant 1 Warehouse 1 5 0 0 0 <= 300

Plant 1 Warehouse 2 5 0 0 0 <= 300

Network

Page 9: supply chain network

9

Tabel 3.4. Node Balance 1

Tabel 3.5. Node Balance 2

6. Menentukan kapasitas total rute serta total rute dengan kapasitas maksimum.

7. Meminimasi biaya total menggunakan solver dengan mengubah variabel dari

flow pada network detailed calculation dan mempertimbangkan constraint

kapasitas masing-masing trigger pada setiap kasus.

8. Merancang supply chain network yang optimal berdasarkan perhitungan

menggunakan Ms. Excel.

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 0 <= 200

Plant 2 0 <= 300

Plant 3 0 <= 100

WareOutflow Required

Warehouse 1 0 = 0

Warehouse 2 0 = 0

RetInflow Demand

Retailer 1 0 >= 400

Retailer 2 0 >= 180

Plant Constraint

Warehouse Constraint

Retailer Constraint

PlantOutflow2A PlantOutflow2B PlantCap2A PlantCap2B

Plant 1 0 0 <= 200 200

Plant 2 0 0 <= 300 100

Plant 3 0 0 <= 100 100

WareOutflow2A WareOutflow2B Required Required

Warehouse 1 0 20 = 0 0

Warehouse 2 0 0 = 0 0

RetInflow2A RetInflow2B Demand2A Demand2B

Retailer 1 0 0 >= 400 200

Retailer 2 0 0 >= 180 140

Plant Constraint

Warehouse Constraint

Retailer Constraint

Node Balance

Page 10: supply chain network

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pengaruh Kapasitas Transportasi dalam Jaringan Rantai Pasok

(Kasus A)

Pada kasus ini, praktikan diharapkan dapat mengetahui pengaruh kapasitas

transportasi terhadap jumlah biaya transportasi dalam jaringan rantai pasok.

Terdapat empat pilihan kapasitas transportasi, yaitu kapasitas 150, 200, 250, dan

300. Berikut ini merupakan hasil analisis biaya transportasi pada keempat kapasitas

transportasi berikut dengan menggunakan solver pada software Microsoft Excel.

1. Kapasitas transportasi 150

Analisis pada solver dalam kasus A memiliki beberapa constraint, yaitu

kapasitas transportasi, kapasitas masing-masing plant, tidak adanya inventory pada

gudang, dan jumlah demand di setiap retailer atau pasar. Kapasitas transportasi

pada perhitungan kali ini adalah 150. Solver menunjukkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Kasus A (Kapasitas Transportasi 150)

Result

Transportation Capacity 150

Total cost 4120

Number of total routes 10

Number of routes at full capacity 6

Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya transportasi yang dikeluarkan

untuk kapasitas transportasi 150 sebesar 4120 dengan jumlah rute yang dilalui

adalah 10 rute, dimana enam rute diantaranya membawa kapasitas maksimum, yaitu

150.

Selain total biaya, didapatkan pula kapasitas yang dikeluarkan oleh

masingmasing Plant untuk memenuhi permintaan yang ada. Masing-masing Plant

Page 11: supply chain network

11

mengeluarkan barang sejumlah yang diminta pasar dan kapasitas maksimal yang

dimiliki oleh plant tersebut. Berikut ini merupakan kapasitas yang dikeluarkan oleh

masing-masing Plant/Plant Outflow.

Tabel 4.2. Kapasitas yang Dikeluarkan Tiap Plant (Kapasitas Transportasi 150)

Plant Constraint

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 180 <= 200

Plant 2 300 <= 300

Plant 3 100 <= 100

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwasannya dua diantara tiga plant

mengeluarkan kapasitas maksimalnya. Plant 1 tidak mengeluarkan kapasitas

maksimal, yaitu 180 dari kapasitas maksimalnya, yaitu 200.

Sedangkan itu, untuk memenuhi demand dari pasar, aliran barang yang masuk

ke retailer harus lebih besar atau sesuai dengan jumlah demand yang ada. Dengan

jumlah demand yang ada tersebut, maka menghasilkan aliran barang menuju

retailer yang setara dengan demand. Berikut ini merupakan aliran barang yang

masuk pada masing-masing retailer.

Tabel 4.3. Aliran Barang Menuju Retailer (Kapasitas Transportasi 150)

Retailer Constraint

RetInflow Demand

Retailer 1 400 >= 400

Retailer 2 180 >= 180

Aliran barang tidak terjadi di semua hubungan antar stage, namun hanya terjadi

di beberapa rute saja yang dilewati untuk mendapatkan biaya pengiriman yang

seminimal mungkin dengan jumlah barang yang dikirimkan sesuai dengan demand

yang ada di pasar. Berikut ini merupakan tabel yang memuat aliran barang yang

terjadi antar stage pada kondisi kapasitas transportasi 150.

Page 12: supply chain network

12

Tabel 4.4. Aliran Barang Antar Stage (Kapasitas Transportasi 150)

Network

Origin Destination Unit Cost Flow Transportation

Capacity

Plant 1 Plant 3 3 150 <= 150

Plant 1 Warehouse 2 5 30 <= 150

Plant 2 Warehouse 1 1 150 <= 150

Plant 2 Retailer 1 8 150 <= 150

Plant 3 Warehouse 2 0,5 120 <= 150

Plant 3 Retailer 1 10 100 <= 150

Plant 3 Retailer 2 12 30 <= 150

Warehouse 1 Retailer 1 2 150 <= 150

Warehouse 2 Retailer 1 2 150 <= 150

Retailer 1 Retailer 2 1 150 <= 150

Berikut ini merupakan gambar jaringan rantai pasok ketika memiliki kapasitas

transportasi 150.

Gambar 4.1 Jaringan Rantai Pasok Kapasitas Transportasi

150

Page 13: supply chain network

13

2. Kapasitas transportasi 200

Sama dengan kasus kapasitas transportasi 150, konstrain yang diberikan untuk

kapasitas transportasi 200 adalah kapasitas transportasi, kapasitas masing-masing

plant, tidak adanya inventory pada gudang, dan jumlah demand di setiap retailer

atau pasar. Kapasitas transportasi pada perhitungan kali ini adalah 200. Solver

menunjukkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Kasus A (Kapasitas Transportasi 200)

Result

Transportation Capacity 200

Total cost 3260

Number of total routes 8

Number of routes at full capacity 3

Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya transportasi yang dikeluarkan

untuk kapasitas transportasi 200 sebesar 3260 dengan jumlah rute yang dilalui

adalah 8 rute, dimana enam rute diantaranya membawa kapasitas maksimum, yaitu

200.

Selain total biaya, didapatkan pula kapasitas yang dikeluarkan oleh

masingmasing Plant untuk memenuhi permintaan yang ada. Masing-masing Plant

mengeluarkan barang sejumlah yang diminta pasar dan kapasitas maksimal yang

dimiliki oleh plant tersebut. Berikut ini merupakan kapasitas yang dikeluarkan oleh

masing-masing Plant/Plant Outflow.

Tabel 4.6. Kapasitas yang Dikeluarkan Tiap Plant (Kapasitas Transportasi 200)

Plant Constraint

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 180 <= 200

Plant 2 300 <= 300

Plant 3 100 <= 100

Page 14: supply chain network

14

Dua diantara tiga plant mengeluarkan kapasitas maksimalnya. Plant 1 tidak

mengeluarkan kapasitas maksimal, yaitu 180 dari kapasitas maksimalnya, yaitu

200.

Untuk memenuhi demand dari pasar, aliran barang yang masuk ke retailer

harus lebih besar atau sama dengan jumlah demand yang ada. Dengan jumlah

demand, maka menghasilkan aliran barang menuju retailer yang setara dengan

demand. Berikut ini merupakan aliran barang yang masuk pada masing-masing

retailer.

Tabel 4.7. Aliran Barang Menuju Retailer (Kapasitas Transportasi 200)

Retailer Constraint

RetInflow Demand

Retailer 1 400 >= 400

Retailer 2 180 >= 180

Aliran barang tidak terjadi di semua hubungan antar stage. Namun hanya

terjadi di beberapa rute saja yang dilewati untuk mendapatkan biaya pengiriman

yang seminimal mungkin dengan jumlah barang yang dikirimkan sesuai dengan

demand yang ada di pasar. Berikut ini merupakan tabel yang memuat aliran barang

yang terjadi antar stage pada kondisi kapasitas transportasi 200.

Tabel 4.8. Aliran Barang Antar Stage (Kapasitas Transportasi 200)

Network

Origin Destination Unit Cost Flow Transportation

Capacity

Plant 1 Plant 3 3 180 <= 200

Plant 2 Warehouse 1 1 120 <= 200

Plant 2 Retailer 1 8 180 <= 200

Plant 3 Warehouse 1 1 80 <= 200

Plant 3 Warehouse 2 0.5 200 <= 200

Warehouse 1 Retailer 1 2 200 <= 200

Warehouse 2 Retailer 1 2 200 <= 200

Retailer 1 Retailer 2 1 180 <= 200

Page 15: supply chain network

15

Berikut ini merupakan gambar jaringan rantai pasok ketika memiliki kapasitas

transportasi 200.

Gambar 4.2. Jaringan Rantai Pasok Kapasitas Transportasi 200

3. Kapasitas transportasi 250

Berikut ini merupakan hasil solver pada saat kapasitas transportasi sebesar 250.

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Kasus A (Kapasitas Transportasi 250)

Result

Transportation Capacity 250

Total cost 2735

Number of total routes 8

Number of routes at full capacity 3

Hasil solver menunjukkan bahwa total biaya transportasi yang dibutuhkan

ketika kapasitas transportasi 250 adalah sebesar 2735. Jumlah rute yang dilalui

adalah delapan rute, dimana tiga rute diantaranya membawa kapasitas maksimum,

yaitu 250.

Page 16: supply chain network

16

Selain total biaya, didapatkan pula kapasitas yang dikeluarkan oleh

masingmasing Plant untuk memenuhi permintaan yang ada. Masing-masing Plant

mengeluarkan barang sejumlah yang diminta pasar Berikut ini merupakan

kapasitas yang dikeluarkan oleh masing-masing Plant/Plant Outflow.

Tabel 4.10. Kapasitas yang Dikeluarkan Tiap Plant (Kapasitas Transportasi 250)

Plant Constraint

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 180 <= 200

Plant 2 300 <= 300

Plant 3 100 <= 100

Seluruh plant mengeluarkan kapasitasnya untuk memenuhi demand yang ada.

Dua diantara tiga plant mengeluarkan kapasitas maksimalnya. Plant 1 tidak

mengeluarkan kapasitas maksimal, yaitu 180 dari kapasitas maksimalnya, yaitu

200.

Untuk memenuhi demand dari pasar, aliran barang yang masuk ke retailer

lebih besar atau sesuai dengan demand yang ada. Dengan jumlah demand yang ada

tersebut, maka menghasilkan aliran barang menuju retailer yang setara dengan

demand. Berikut ini merupakan aliran barang yang masuk pada masing-masing

retailer.

Tabel 4.11. Aliran Barang Menuju Retailer (Kapasitas Transportasi 250)

Retailer Constraint

RetInflow Demand

Retailer 1 400 >= 400

Retailer 2 180 >= 180

Aliran barang tidak terjadi di semua hubungan antar stage, namun hanya

beberapa rute saja yang dilewati agar biaya pengiriman yang didapatkan seminimal

mungkin, namun barang yang dikirimkan sesuai dengan demand yang ada di pasar.

Page 17: supply chain network

17

Berikut ini merupakan tabel yang memuat aliran barang yang terjadi antar stage

pada kondisi kapasitas transportasi 250.

Tabel 4.12. Aliran Barang Antar Stage (Kapasitas Transportasi 250)

Network

Origin Destination Unit Cost Flow Transportation

Capacity

Plant 1 Plant 3 3 180 <= 250

Plant 2 Warehouse 1 1 220 <= 250

Plant 2 Retailer 1 8 80 <= 250

Plant 3 Warehouse 1 1 30 <= 250

Plant 3 Warehouse 2 0,5 250 <= 250

Warehouse 1 Retailer 1 2 250 <= 250

Warehouse 2 Retailer 1 2 250 <= 250

Retailer 1 Retailer 2 1 180 <= 250

Berikut ini merupakan gambar jaringan rantai pasok ketika memiliki kapasitas

transportasi 250.

Gambar 4.3. Jaringan Rantai Pasok Kapasitas Transportasi 250

Page 18: supply chain network

18

4. Kapasitas transportasi 300

Berikut ini merupakan hasil solver pada saat kapasitas transportasi sebesar 300.

Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Kasus A (Kapasitas Transportasi 300)

Result

Transportation Capacity 300

Total cost 2320

Number of total routes 6

Number of routes at full capacity 2

Hasil solver menunjukkan bahwa total biaya transportasi yang dibutuhkan

ketika kapasitas transportasi 300 adalah sebesar 2320. Jumlah rute yang dilalui

adalah enam rute, dimana dua rute diantaranya membawa kapasitas maksimum,

yaitu 300.

Selain total biaya, didapatkan pula kapasitas yang dikeluarkan oleh

masingmasing Plant untuk memenuhi permintaan yang ada. Masing-masing Plant

mengeluarkan barang sejumlah yang diminta pasar Berikut ini merupakan

kapasitas yang dikeluarkan oleh masing-masing Plant/Plant Outflow.

Tabel 4.14. Kapasitas yang Dikeluarkan Tiap Plant (Kapasitas Transportasi 300)

Plant Constraint

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 180 <= 200

Plant 2 300 <= 300

Plant 3 100 <= 100

Seluruh plant mengeluarkan kapasitasnya untuk memenuhi demand yang ada.

Dua diantara tiga plant mengeluarkan kapasitas maksimalnya. Plant 1 tidak

mengeluarkan kapasitas maksimal, yaitu 180 dari kapasitas maksimalnya, yaitu

200.

Untuk memenuhi demand dari pasar, aliran barang yang masuk ke retailer lebih

besar atau sesuai dengan demand yang ada. Dengan jumlah demand yang ada

Page 19: supply chain network

19

tersebut, maka menghasilkan aliran barang menuju retailer yang setara dengan

demand. Berikut ini merupakan aliran barang yang masuk pada masing-masing

retailer.

Tabel 4.15. Aliran Barang Menuju Retailer (Kapasitas Transportasi 300)

Retailer Constraint

RetInflow Demand

Retailer 1 400 >= 400

Retailer 2 180 >= 180

Aliran barang tidak terjadi di semua hubungan antar stage, namun hanya

beberapa rute saja yang dilewati agar biaya pengiriman yang didapatkan seminimal

mungkin, namun barang yang dikirimkan sesuai dengan demand yang ada di pasar.

Berikut ini merupakan tabel yang memuat aliran barang yang terjadi antar stage

pada kondisi kapasitas transportasi 300.

Tabel 4.16. Aliran Barang Antar Stage (Kapasitas Transportasi 300)

Network

Origin Destination Unit Cost Flow Transportation

Capacity

Plant 1 Plant 3 3 180 <= 300

Plant 2 Warehouse 1 1 300 <= 300

Plant 3 Warehouse 2 0,5 280 <= 300

Warehouse 1 Retailer 1 2 300 <= 300

Warehouse 2 Retailer 1 2 280 <= 300

Retailer 1 Retailer 2 1 180 <= 300

Berikut ini merupakan gambar jaringan rantai pasok ketika memiliki kapasitas

transportasi 300.

Page 20: supply chain network

20

Gambar 4.4. Jaringan Rantai Pasok Kapasitas Transportasi 300

5. Perbandingan Kapasitas Transportasi 150, 200, 250, dan 300

Kasus A ingin menunjukkan pengaruh pada kapasitas transportasi terhadap

total biaya transportasi yang dibutuhkan. Berikut ini merupakan perbandingan total

biaya dan jumlah rute yang dibutuhkan di setiap kapasitas transportasi.

Tabel 4.17. Perbandingan Kapasitas Transportasi 150, 200, 250, dan 300

Transportation Capacity

150 200 250 300

Total cost 4120 3260 2735 2320

Number of total routes 10 8 8 6

Number of routes at full capacity 6 3 3 2

Perbandingan di atas menunjukkan bahwa total biaya pada kapasitas

transportasi 150 > 200 > 250 > 300. Semakin sedikit kapasitas transportasi, semakin

besar total biaya transportasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh adanya total

rute yang dibutuhkan pada setiap kapasitas transportasi, semakin sedikit kapasitas

transportasi, semakin banyak pula jumlah rute yang dibutuhkan.

Page 21: supply chain network

21

4.2 Analisis Pengaruh Jumlah Jenis Produk dalam Jaringan Rantai Pasok

(Kasus B)

Pada kasus B diketahui bahwa kapasitas transportasi yaitu 300 unit. Produk

yang diproduksi tidak lagi satu jenis, melainkan ditambah menjadi dua jenis.

Berikut merupakan data biaya transportasi tiap unit.

Tabel 4.18 Unit Shipping Cost Kasus B

Network

Origin Destination Unit

Cost

Flow

A

Flow

B

Total

Flow

Transportation

Capacity

Plant 1 Plant 2 5 0 0 0 <= 300

Plant 1 Plant 3 3 180 120 300 <= 300

Plant 1 Warehouse 1 5 0 20 20 <= 300

Plant 1 Warehouse 2 5 0 0 0 <= 300

Plant 1 Retailer 1 20 0 0 0 <= 300

Plant 1 Retailer 2 20 0 0 0 <= 300

Plant 2 Plant 1 9 0 0 0 <= 300

Plant 2 Plant 3 9 0 0 0 <= 300

Plant 2 Warehouse 1 1 80 0 80 <= 300

Plant 2 Warehouse 2 1 0 0 0 <= 300

Plant 2 Retailer 1 8 220 80 300 <= 300

Plant 2 Retailer 2 12 0 20 20 <= 300

Plant 3 Plant 1 0.4 0 0 0 <= 300

Plant 3 Plant 2 8 0 0 0 <= 300

Plant 3 Warehouse 1 1 0 200 200 <= 300

Plant 3 Warehouse 2 0.5 280 20 300 <= 300

Plant 3 Retailer 1 10 0 0 0 <= 300

Plant 3 Retailer 2 12 0 0 0 <= 300

Warehouse 1 Warehouse 2 1.2 0 0 0 <= 300

Warehouse 1 Retailer 1 2 80 220 300 <= 300

Warehouse 1 Retailer 2 12 0 0 0 <= 300

Warehouse 2 Warehouse 1 0.8 0 0 0 <= 300

Warehouse 2 Retailer 1 2 280 20 300 <= 300

Warehouse 2 Retailer 2 12 0 0 0 <= 300

Retailer 1 Retailer 2 1 180 120 300 <= 300

Retailer 2 Retailer 1 7 0 0 0 <= 300

Page 22: supply chain network

22

Dari data di atas, dilakukan perhitungan total cost. Aplikasi solver pada Ms.

Excel dapat digunakan untuk mendapatkan minimum total cost. Berikut merupakan

rincian perhitungan total cost.

Tabel 4.19 Node Balance Kasus B

Node Balance

Plant Constraint

PlantOutflow2A PlantOutflow2B PlantCap2A PlantCap2B

Plant 1 180 140 <= 200 200

Plant 2 300 100 <= 300 100

Plant 3 100 100 <= 100 100

Warehouse Constraint

WareOutflow2A WareOutflow2B Required Required

Warehouse 1 0 0 = 0 0

Warehouse 2 0 0 = 0 0

Retailer Constraint

RetInflow2A RetInflow2B Demand2A Demand2B

Retailer 1 400 200 >= 400 200

Retailer 2 180 140 >= 180 140

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kasus B

Result

Transportation

Capacity 300

Total cost 5570

Number of total routes 10

Number of routes at

full capacity 6

Page 23: supply chain network

23

Gambar 4.5 Network Design dengan 2 Jenis Produk

Berdasarkan hasil di atas, didapatkan total biaya yang dihasilkan sebesar 5570,

total rute adalah 10 rute dengan 6 rute yang mencapai kapasitas transportasi

maksimal. Bila dibandingkan dengan kasus A kapasitas 300, dengan kapasitas

transportasi yang yang sama, total rute dan total biaya yang dihasilkan berbeda. Hal

ini dikarenakan semakin banyak jenis produk, maka rute akan semakin rumit dan

biaya akan semakin besar.

4.3 Analisis Pengaruh Shrinkage Factor dalam Jaringan Rantai Pasok (Kasus

C)

Pada kasus C diketahui bahwa kapasitas transportasi tetap yaitu 200 unit.

Produk yang diproduksi hanya satu jenis. Berikut merupakan data biaya transportasi

tiap unit.

Page 24: supply chain network

24

Tabel 4.21. Unit Shipping Cost Kasus C

Dari data di atas, dilakukan perhitungan total cost. Aplikasi solver pada Ms.

Excel dapat digunakan untuk mendapatkan minimum total cost. Berikut merupakan

rincian perhitungan total cost.

Tabel 4.22 Network Shrinkage Factor 90%

Network

Origin Destination Unit

Cost Flow

Transportation

Capacity

Flow

(round)

Plant 1 Plant 2 5 0 <= 200 0

Plant 1 Plant 3 3 200 <= 200 200

Plant 1 Warehouse 1 5 0 <= 200 0

Plant 1 Warehouse 2 5 0 <= 200 0

Plant 1 Retailer 1 20 0 <= 200 0

Plant 1 Retailer 2 20 0 <= 200 0

Plant 2 Plant 1 9 0 <= 200 0

Plant 2 Plant 3 9 0 <= 200 0

Plant 2 Warehouse 1 1 100 <= 200 100

Plant 2 Warehouse 2 1 0 <= 200 0

Plant 2 Retailer 1 8 200 <= 200 200

Plant 2 Retailer 2 15 0 <= 200 0

Plant 3 Plant 1 0,4 0 <= 200 0

Plant 3 Plant 2 8 0 <= 200 0

Plant 3 Warehouse 1 1 0 <= 200 0

Plant 3 Warehouse 2 0,5 100 <= 200 100

Plant 3 Retailer 1 10 200 <= 200 200

Plant 3 Retailer 2 12 0 <= 200 0

Warehouse 1 Warehouse 2 1,2 0 <= 200 0

Warehouse 1 Retailer 1 2 90 <= 200 90

Node index Plant 1 Plant 2 Plant 3 Warehouse 1 Warehouse 2 Retailer 1 Retailer 2

1 Plant 1 5 3 5 5 20 20

2 Plant 2 9 9 1 1 8 15

3 Plant 3 0,4 8 1 0,5 10 12

4 Warehouse 1 1,2 2 12

5 Warehouse 2 0,8 2 12

6 Retailer 1 1

7 Retailer 2 7

Unit shipping cost

To

From

Page 25: supply chain network

25

Tabel 4.22 Network Shrinkage Factor 90% (lanjutan)

Warehouse 1 Retailer 2 12 0 <= 200 0

Warehouse 2 Warehouse 1 0,8 0 <= 200 0

Warehouse 2 Retailer 1 2 90 <= 200 90

Warehouse 2 Retailer 2 12 0 <= 200 0

Retailer 1 Retailer 2 1 180 <= 200 180

Retailer 2 Retailer 1 7 0 <= 200 0

Tabel 4.23 Node Balance Shrinkage Factor 90%

Node Balance

Plant Constraint

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 200 <= 200

Plant 2 300 <= 300

Plant 3 100 <= 100

Warehouse Constraint

WareOutflow Required

Warehouse 1 0 = 0

Warehouse 2 0 = 0

Retailer Constraint

RetInflow Demand

Retailer 1 400 >= 400

Retailer 2 180 >= 180

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan dengan Shrinkage Factor 90%

Result

Shrinkage Factor 0,9

Transportation

Capacity 200

Total cost 4890

Number of total routes 8

Number of routes at

full capacity 3

Page 26: supply chain network

26

Gambar 4.6. Network Design dengan Shrinkage Factor 90%

Tabel 4.25. Network Shrinkage Factor 0%

Network

Origin Destination Unit

Cost Flow

Transportation

Capacity

Flow

(round)

Plant 1 Plant 2 5 0 <= 200 0

Plant 1 Plant 3 3 180 <= 200 180

Plant 1 Warehouse 1 5 0 <= 200 0

Plant 1 Warehouse 2 5 0 <= 200 0

Plant 1 Retailer 1 20 0 <= 200 0

Plant 1 Retailer 2 20 0 <= 200 0

Plant 2 Plant 1 9 0 <= 200 0

Plant 2 Plant 3 9 0 <= 200 0

Plant 2 Warehouse 1 1 0 <= 200 0

Plant 2 Warehouse 2 1 0 <= 200 0

Plant 2 Retailer 1 8 200 <= 200 200

Plant 2 Retailer 2 15 100 <= 200 100

Plant 3 Plant 1 0,4 0 <= 200 0

Plant 3 Plant 2 8 0 <= 200 0

Plant 3 Warehouse 1 1 0 <= 200 0

Plant 3 Warehouse 2 0,5 0 <= 200 0

Plant 3 Retailer 1 10 200 <= 200 200

Page 27: supply chain network

27

Tabel 4.25. Network Shrinkage Factor 0% (lanjutan)

Plant 3 Retailer 2 12 80 <= 200 80

Warehouse 1 Warehouse 2 1,2 0 <= 200 0

Warehouse 1 Retailer 1 2 0 <= 200 0

Warehouse 1 Retailer 2 12 0 <= 200 0

Warehouse 2 Warehouse 1 0,8 0 <= 200 0

Warehouse 2 Retailer 1 2 0 <= 200 0

Warehouse 2 Retailer 2 12 0 <= 200 0

Retailer 1 Retailer 2 1 0 <= 200 0

Retailer 2 Retailer 1 7 0 <= 200 0

Tabel 4.26. Node Balance Shrinkage Factor 0%

Node Balance

Plant Constraint

PlantOutflow PlantCap

Plant 1 180 <= 200

Plant 2 300 <= 300

Plant 3 100 <= 100

Warehouse Constraint

WareOutflow Required

Warehouse 1 0 = 0

Warehouse 2 0 = 0

Retailer Constraint

RetInflow Demand

Retailer 1 400 >= 400

Retailer 2 180 >= 180

Page 28: supply chain network

28

Tabel 4.27. Hasil Perhitungan dengan Shrinkage Factor 0%

Result

Shrinkage Factor 0

Transportation

Capacity 200

Total cost 6600

Number of total

routes 5

Number of routes

at full capacity 2

Gambar 4.7 Network Design dengan Shrinkage Factor 0%

Dari hasil perhitungan menggunakan aplikasi solver dengan menggunakan dua

shrinkage factor yang berbeda yaitu 90% dan 0%, didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Shrinkage factor mempengaruhi total cost, number of total routes, dan number

of total routes at full capacity. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang didapatkan

saat menggunakan shrinkage factor 90% berbeda dengan saat menggunakan

shrinkage factor 0%;

2. Semakin besar persentase shrinkage factor, maka total cost yang dihasilkan

semakin rendah. Hal ini disebabkan karena jika persentase barang yang tidak

Page 29: supply chain network

29

rusak semakin kecil atau mendekati 0%, maka barang tersebut tidak akan dikirim

dan menjadi inventory. Oleh karena itu, barang yang dikirim menjadi sedikit dan

biaya pengiriman yang dibebankan kepada tiap produk menjadi semakin besar;

3. Semakin besar shrinkage factor, maka jumlah rute yang memiliki kapasitas

penuh juga semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi persentase

barang yang tidak rusak, maka barang yang dikirim juga akan semakin banyak

dan dapat memenuhi kapasitas dari transportasi.

4.4 Faktor-faktor lain yang Mempengaruhi Supply Chain Network

Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan pada penjelasan

sebelumnya, dalam Supply Chain Network juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

lain, yaitu :

4.4.1 Fasilitas

Salah satu faktor yang mempengaruhi jaringan rantai pasok adalah jumlah,

lokasi, dan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing fasilitas. Jaringan rantai

pasok berguna untuk meminimalkan cost atau meningkatkan responsiveness. Jika

perusahaan memiliki target customer yang tidak terlalu mementingkan response

time, jumlah fasilitas yang dibangun sedikit dan lokasinya bisa jauh dari customer,

sehingga kapasitas tiap fasilitas dapat ditingkatkan. Jika target customer yang

menuntut response time yang pendek, maka jumlah fasilitas yang dibangun lebih

banyak dengan kapasitas sedikit dan lokasinya lebih dekat dengan customer.

Pengurangan waktu respon keinginan pelanggan, meningkatkan jumlah fasilitas

yang diperlukan dalam jaringan (Chopra, 2001). Menurut Babazadeh dkk. (2012),

hubungan antara berbagai tingkatan dalam supply chain seperti suppliers, plants,

distribution centre, dan customer zones dapat menentukan jumlah, lokasi, kapasitas

dari fasilitas untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara efektif .

4.4.2 Relationship

Supply chain relationship memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai

tujuan dari perusahaan. Hubungan strategis dengan supplier dan customer

merupakan komponen utama dalam manajemen rantai pasok (Li et al., 2005), hal

Page 30: supply chain network

30

ini kemudian diikuti dengan information sharing, yaitu merupakan satu dari lima

pilar dalam mencapai jaringan rantai pasok yang solid (Lalonde, 1998). Tanpa

fondasi hubungan rantai pasok yang kuat, segala usaha untuk mengelola aliran

informasi ataupun material melalui supply chain akan mengalami kesulitan dalam

memperoleh keberhasilan.

Relationship ini sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu hubungan ke level

upstream dan hubungan ke level downstream. Hubungan ke level upstream

merupakan partnership sourcing untuk memenuhi kebutuhan dari perusahaan

dalam melakukan aktivitasnya. Di sisi lain, hubungan ke level downstream dapat

disebut juga dengan logistic partnership. Keseluruhan hubungan ini akan

mempengaruhi value dari supply network partnership yang dilandasi oleh trust,

power, commitment, dan opportunism.

4.4.3 Government Support

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan

bisnis suatu perusahaan. Tingkat dukungan yang perusahaan dapatkan dari

pemerintah adalah saat melakukan impor produk atau bahan mentah yang berasal

dari dalam atau luar negeri. Hal ini meliputi menggunaan norma, regulasi, serta

policies. Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat mempengaruhi

peningkatan tingkat kompetisi sektor manufaktur termasuk di pasar internasional

melalui kompetensi logistik. Peningkatan international trade akan mengakibatkan

tantangan jaringan rantai pasok menjadi lebih sulit karena adanya perbedaan

peraturan pemerintah, seperti moda dan biaya transportasi, pajak, visa, serta

praktik-praktik administrasi lainnya.

4.4.4 Teknologi Informasi

Penggunaan teknologi informasi memungkinkan suppliers, manufacturers,

distributors, retailers dan customers untuk mengurangi lead time, paperwork dan

aktivitas lain yang tidak diperlukan. Menurut Handfield dan Nichols (dalam

Quesada, Gazo, & Sanchez, 2012) Dengan mengoptimalkan teknologi informasi,

manager akan mendapatkan kemudahan seperti aliran informasi yang terkoordinasi,

kemudahan mengakses informasi dan pertukaran data, kemudahan berkomunikasi

Page 31: supply chain network

31

dengan pelanggan dan pemasok, dan kemudahan mengatur persediaan Secara garis

besar teknologi informasi meliputi communication tools dan planning tools.

Communication tools digunakan untuk memfasilitasi perpindahan data dan

komunikasi antar anggota supply chain. Communication tools yang sering

digunakan antara lain Electronic Data Interchange (EDI), Electronic Fund

Transfer (EFT), intranet, internet dan extranet (Li, 2002). Planning tools digunakan

untuk mengintegrasikan resource planning pada perusahaan. Planning tools yang

paling umum digunakan adalah Material Requirement Planning (MRP),

Manufacturing Resource Planning (MRP II) dan Enterprise Resource Planning

(ERP).

4.4.5 Makroekonomi

Makroekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Supply Chain

Network. Faktor-faktor ini meliputi pajak, bea cukai, tingkat kurs, dan faktor

ekonomi lainnya yang tidak ada di dalam diri perusahaan tersebut. Namun begitu,

faktor ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesuksesan atau kegagalan

dari jaringan rantai pasokan.

Jaringan rantai pasok dapat dimodelkan dan dianalisis menggunakan short-term

cost-based pricing model atau penetapan harga bedasarkan biaya. Model ini akan

menurunkan biaya per unit produk dan dengan kenaikan output dari produksi yang

dilakukan. Permasalahan aktual yang sering muncul adalah adanya pungutan pajak

tiap unit produk, dan permodelan yang dirancang akan semakin kompleks. Apabila

model ekonomi matematis tersebut dapat diselesaikan, maka terdapat banyak

keuntungan ekonomis yang akan didapatkan.

Page 32: supply chain network

32

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum Supply Chain Network yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

beberapa hal, antara lain :

1. Kapasitas transportasi, jumlah jenis produk, dan shrinkage faktor/perishability

goods memiliki pengaruh penting dalam jaringan rantai pasok.

2. Semakin sedikit kapasitas transportasi berdampak pada semakin besarnya total

biaya transportasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh semakin

banyaknya total rute yang dibutuhkan ketika kapasitas transportasi semakin

sedikit. Banyaknya total rute tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya

biaya transportasi.

3. Semakin banyak jenis produk, maka rute yang terjadi akan semakin rumit dan

biaya akan semakin besar.

4. Semakin kecil persentase shrinkage factor, maka total cost yang dihasilkan

semakin tinggi, karena barang yang dapat dikirim menjadi sedikit dan biaya

pengiriman yang dibebankan kepada tiap produk menjadi semakin besar.

5. Selain ketiga faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

Supply Chain Network, diantaranya adalah Fasilitas, relationship, government

support, teknologi informasi, dan makroekonomi

5.2 Saran

Dalam Supply Chain Management, tujuan yang akan dicapai ialah

meminimalkan biaya dan memenuhi kebutuhan konsumen sehingga tercapai

costumer satisfaction. Untuk dapat mencapai kedua tujuan tersebut, maka perlu

memilih supply network yang tepat yang menggambarkan konfigurasi antar stage

dalam suply chain. Selain itu faktor-faktor penting lain yang mempengaruhi supply

chain network juga perlu diperhatikan untuk meningkatkan performa dalam supply

chain.

Page 33: supply chain network

33

DAFTAR PUSTAKA

Babazadeh, R., Razmi, J., Ghodsi, R., 2012, Supply Chain Network Design

Problem for a New Market Opportunity in an Agile Manufacturing System,

Journal of Industrial Engineering International, p.2.

Chopra, Sunil, 2001, Designing the Distribution Network in a Supply Chain,

Northwestern University.

Chopra, Sunil & Peter Meindl. 2007. Supply chain Management: Strategy,

Planning & Operations, 3rd Edition. Pearson Prentice Hall.

Croom, S., Pietro, R., Giannakis, M., 2000, Supply Chain Management: An

Analytical Framework for Critical Literature Review, European Journal of

Purchasing & Supply Management, 6, 67-83.

Lalonde BJ, 1998, Building a Supply Chain Relationship, Supply Chain

Management Review 2:7-8.

Li S., Rao SS., Ragu-Nathan TS., Ragu-Nathan B., 2005, Development and

Validation of a Measurement Instrument for Studying Supply Chain

Management Practices, Journal of Operations Management, 23:618.

Quesada, H., Gazo, R., and Sanchez, S., 2012, Critical Factors Affecting Supply

Chain Management: A Case Study in the US Pallet Industry, Pathways to

Supply Chain Excellence, 33-56.

Simchi-Levi, D., dan Kaminskhi, P., 2003., Designing and managing the supply

chain, United states; Mc Graw-Hill International

Zhang, Y., Huang, J.H., 2014, Cost-based Pricing model with Value-added Tax and

Corporate Income Tax for a Supply Chain Network, Applied Mathematical

Modelling, Vol. 38(1), pp. 168-180.