Artikel eman p ps prodi pend. biologi

28
Penerapan Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Praktikum Genetika II Eman Rahim Program Studi Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh anggapan mahasiswa dalam mempelajari ilmu genetika itu sangat melelahkan dan membosankan. Kesulitan dalam menghubungkan konsep genetika yang satu dengan konsep genetika yang lain. Selain itu, kurangnya kesadaran dan pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam kegiatan praktikum Genetika II. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi metakognitif untuk meningkatkan kesadaran metakognitif mahasiswa, selain itu juga menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek untuk menjadikan mahasiswa yang aktif, kritis dan mandiri, karena dalam penelitian ini mahasiswa diberikan kesempatan dalam mengkaji sendiri topik yang diberikan dan membuat hasil kegiatannya dalam bentuk makalah, poster dan dipresentasikan. Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif, yang dilaksanakan pada mahasiswa yang memprogramkan Mata Kuliah Genetika II semester genap 2012/2013 Jurusan Biologi, FMIPA UNG. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen MAI untuk meningkatkan kemampuan metakognitif, instrumen monitoring diri (self assesment) untuk meningkatkan kesadaran metakognitif dan rubrik berpikir kritis untuk melihat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan kemampuan dalam berpikir kritis dalam pengkajian suatu masalah dan menjadikan pembelajaran dalam praktikum Genetika II lebih bermakna bagi mahasiswa. Kata Kunci: Strategi Metakognitif, Pembelajaran Berbasis Proyek, berpikir kritis. 1

Transcript of Artikel eman p ps prodi pend. biologi

Page 1: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

Penerapan Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

pada Praktikum Genetika II

Eman RahimProgram Studi Pendidikan Biologi

Program Pascasarjana Universitas Negeri [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh anggapan mahasiswa dalam mempelajari ilmu genetika itu sangat melelahkan dan membosankan. Kesulitan dalam menghubungkan konsep genetika yang satu dengan konsep genetika yang lain. Selain itu, kurangnya kesadaran dan pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam kegiatan praktikum Genetika II.

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi metakognitif untuk meningkatkan kesadaran metakognitif mahasiswa, selain itu juga menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek untuk menjadikan mahasiswa yang aktif, kritis dan mandiri, karena dalam penelitian ini mahasiswa diberikan kesempatan dalam mengkaji sendiri topik yang diberikan dan membuat hasil kegiatannya dalam bentuk makalah, poster dan dipresentasikan.

Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif, yang dilaksanakan pada mahasiswa yang memprogramkan Mata Kuliah Genetika II semester genap 2012/2013 Jurusan Biologi, FMIPA UNG. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen MAI untuk meningkatkan kemampuan metakognitif, instrumen monitoring diri (self assesment) untuk meningkatkan kesadaran metakognitif dan rubrik berpikir kritis untuk melihat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan kemampuan dalam berpikir kritis dalam pengkajian suatu masalah dan menjadikan pembelajaran dalam praktikum Genetika II lebih bermakna bagi mahasiswa. Kata Kunci: Strategi Metakognitif, Pembelajaran Berbasis Proyek, berpikir kritis.

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan tentang konsep-konsep genetika akan membantu pemahaman

tentang cabang-cabang ilmu biologi lainnya. Hal ini dikarenakan ilmu genetika

merupakan dasar dan penunjang bagi ilmu biologi yang melingkupi ilmu-ilmu

hayati.Sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk

membelajarkan konsep-konsep genetika.

1

Page 2: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

Genetika dalam pemikiran mahasiswa merupakan ilmu yang abstrak

karena mempelajari sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka sulit dalam merekontruksi genetika secara utuh serta tidak mampu dalam

menghubungkan konsep genetika yang satu dengan konsep genetika yang lain dan

menganggap bahwa mempelajari ilmu genetika memelahkan dan membosankan.

Pelaksanaan kegiatan praktikum genetika II di Jurusan Biologi FMIPA

UNG biasanya peserta didik dibagikan modul dan melaksanakannya sesuai

dengan penuntunnya baik untuk topik mekanisme genetika populasi, pewarisan di

luar inti, dan rekayasa genetika. Sistem seperti ini kurang memanfaatkan

kemampuan berpikir melainkan lebih pada keterampilan. Perlu diketahui bahwa

yang menjadi penilaian dalam kegiatan praktikum yaitu kognitif (kemampuan),

afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Oleh karenanya perlu adanya

perubahan metode praktikum yang konvensional menjadi lebih bermakna dengan

cara menerapkan pembelajaran berbasis proyek dan membangkitkan kemampuan

metakognitifnya.

Peningkatan kemampuan metakognitif mahasiswa merupakan salah satu

efek yang perlu dihasilkan dari pembelajaran. Livingstone dalam Tameala (2010)

menyatakan bahwa “Metakognitif merupakan berpikir bagaimana berpikir,

kecakapan mahasiswa secara sadar dalam memonitor proses pembelajaran”.

Sumber lainnya juga menyatakan bahwa metakognitif merupakan strategi

bagaimana seseorang belajar (learn how to learn) dan bagaimana seseorang

berpikir (thingking about thinking), metakognitif berperan dalam komunukasi,

pengontrolan diri, ingatan, pemecahan masalah dan pengembangan kepribadian.

Kemampuan metakognitif diketahui mendukung kemampuan berpikir

tinggi maupun berpikir kritis. Apalagi sudah terungkap pula bahwa mahasiswa

yang memiliki keterampilan metakognitif, memiliki peluang besar menjadi

mahasiswa mandiri (Peters dalam Nusantari, 2012). Slavin dalam Nusantari

(2012) menyatakan bahwa karena keterampilan berpikir dan keterampilan belajar

adalah contoh-contoh keterampilan metakognisi, maka mahasiswa dapat belajar

berpikir tentang proses berpikirnya sendiri, serta menerapkan strategi-strategi

belajar khusus untuk berpikir sendiri melalui tugas yang sulit. Masih banyak

2

Page 3: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

informasi lain yang menunjukkan betapa pentingnya kemampuan metakognitif

dalam proses belajar.

Kemandirian belajar mutlak harus dimiliki oleh setiap mahasiswa agar

tercipta manusia yang unggul. Karena dunia mahasiswa adalah dunia menuju

kedewasaan maka dalam setiap pembelajaran harus ada yang mendewasakan.

Salah satunya adalah penerapan metode pembelajaran yang menjadikan

mahasiswa sebagai pengendali pembelajaran, bukan dominasi dosen. Metode

seperti ini diperlukan untuk teori-teori yang mengharuskan kerja praktik sehingga

diharapkan mahasiswa akan menemukan masalah yang ada secara mandiri dan

mampu mencari cara pemecahannya. Untuk mewujudkan pembelajaran yang ideal

seperti ini, metode yang dapat diterapkan sutau metode yang tepat berupa

pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dirancang agar

mahasiswa dapat melakukan penyelidikan secara mandiri dalam pola proyek.

Pada pembelajaran semacam ini mahasiswa memiliki keleluasaan merancang dan

melaksanakan rencana pembelajarannya. Misalnya salah satu materi genetika

populasi dan mutasi genetik, mahasiswa diberikan tema. Berdasarkan tema

tersebut mahasiswa di minta untuk membuat topik dan langkah kerja sendiri yang

dimuat dalam suatu laporan dan dipresentasikan di akhir kegiatan. Dengan

demikian mahasiswa terus menerus dituntut untuk berpikir tingkat tinggi termasuk

berpikir kreatif dan proses belajar akan lebih bermakna dimana mahasiswa

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Penjelasan diatas memberikan gambaran bahwa pelaksanaan perkuliahan

teori dan praktikum merupakan dua kegiatan yang terpisah tetapi memiliki fungsi

komplementasi. Konsep yang di dapat pebelajar akan sangat membantu

pemahamannya tentang genetika yang dapat digunakan dalam perkuliahan

genetika itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan dilakukan penelitian yaitu apakah strategi metakognitif

dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan

kemampuan metakognitif dan berpikir tingkat tinggi pada praktikum genetika II.

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yaitu

3

Page 4: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran

berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada praktikum

genetika II.

II. KAJIAN TEORI

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang

mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan tertentu atau ranah berpikir.

Suatu penalaran untuk mencapai tujuan, dalam sudut pandang penggunaan idea

atau konsep, yang bergantung pada pertanyaan masalah, informasi, kesimpulan

yang dilandasi oleh asumsi yang semuanya memiliki amplikasi (Kuswana, 2012).

Kunci berpikir kritis adalah mengembangkan pendekatan impersonal yang

memperhatikan argumentasi dan fakta sejalan dengan pandangan, pendapat dan

perasaan personal. Peserta didik yang berpikir kritis adalah yang memiliki

kecenderungan untuk mempercayai dan bertindak sesuai dengan penalarannya.

Peserta didik tersebut mempunyai kemampuan untuk menggunakan penalarannya

dalam suatu konteks, penalaran tersebut digunakan sebagai dasar pemikirannya.

dalam hal berpikir kritis, peserta didik dituntut menggunakan strategi metakognitif

untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan

atau kekurangan. Orang-orang yang berpikir kritis tidak puas dengan hanya satu

pendapat atau jawaban tunggal, tetapi akan selalu mencari hal-hal apa yang

dihadapinya, sehingga menimbulkan motivasi yang kuat untuk belajar (Trianto,

2007). Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

berpikir kritis merupakan suatu bentuk penalaran peserta didik yang sejalan

dengan tujuan yang diharapkan.

Manfaat berpikir kritis, yaitu peserta didik mampu (1) menyatakan serta

menjelaskan tujuan dan maksudnya, (2) menjelaskan pertanyaan yang dibutuhkan

untuk menjawab dan masalah yang dibutuhkan untuk dipecahkan, (3)

mendapatkan serta mengorganisasi informasi dan data, (4) menilai pengertian dan

informasi penting yang diberikan kepadanya, (5) mendemonstrasikan pemahaman

konsep, (6) mengidentifikasi asumsi, mempertimbangkan implikasi dan

4

Page 5: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

konsekuensi, menguji sesuatu menggunakan beragam sudut pandang, menyatakan

pernyataannya dengan jelas, menguji dan mengecek ketepatan, serta (7)

mengaitkan kekompleksan masalah dan isu-isu, menyatakan pikirannya secara

logis, berpikir dengan beragam sudut pandang, membedakan masalah-masalah

yang penting dan masalah yang tidak penting.

2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Istilah Pembelajaran berbasis proyek (PBL) dalam beberapa literatur

merujuk pada penggunaan konsep Project-based learning atau Pembelajaran

Berbasis Proyek. Istilah lain yang bisa dirujuk adalah Problem-Based Learning

atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Dalam kajian ini, PBL merefleksikan pada

konsep yang pertama. Hal ini tidak berarti konsep yang pertama adalah yang

paling benar, akan tetapi untuk lebih fokus kepada pembahasan konsep itu sendiri.

Jadi, PBL adalah project based learning atau Pembelajaran berbasis proyek.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu pendekatan dalam

meneginvestigasi permasalahan yang kompleks dan memahami masalah tersebut

sehingga menjadikan peserta didik yang mampu berpikir tingkat tinggi baik secara

kritis, kreatif dan mampu memecahkan masalah.

Sebagaimana terungkap dalam beberapa definisi, PBL dapat diidentifikasi

melalui ciri-cirinya, PBL pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan melalui pembuatan produk. Produk yang dibuat dengan serangkai

kegiatan perencanaan, pencarian, kolaborasi. Dalam kajiannya Krajcik et al.,

dalam Abdurrahim (2011:48) menyarankan lima ciri-ciri dari PBL, yakni: driving

question, investigation, artifacts, collaboration dan technological tools.

Sebuah kajian tentang research on Project-based learning, Thomas

(dalam Abdurrahim, 2011:48) menguraikan lima kriteria pokok dari suatu

pembelajaran berproyek termasuk Pembelajaran Berbasis Proyek. Kriteria ini

bukan merupakan definisi dari Project-based learning, tetapi didesain untuk

menjawab pertanyaan “apa yang harus dimiliki proyek agar dapat digolongkan

sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek”. Lima kriteria itu adalah keterpusatan

(centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question), investigasi

5

Page 6: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi peserta didik

(autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini dapat dijadikan sebagai

prinsip-prinsip Project based learning.

Langkah-langkah yang akan dijadikan rujukan dalam pengembangan

proyek dalam penelitian ini seperti yang dikembangkan oleh The George Lucas

Educational Foundation dalam Abdurrahim (2010). Hal ini disadari bahwa

proyek yang akan dibuat sebagai fokus kegiatan pembelajaran dengan keterlibatan

peserta didik dari awal. Dengan keterlibatan peserta didik dari awal, maka

pembelajaran semestinya akan bermakna dan sesuai dengan keinginan peserta

didik. Di samping itu adanya evaluasi dan refleksi yang memungkinkan peserta

didik untuk menilai sendiri terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Adapun langkah-langkah sebagai berikut :

1) Start with The Essential Question

2) Design a Plan for the Project

3) Create a Schedule

4) Monitor the Students and the Progress of the Project

5) Assess the Outcome

6) Evaluate the Experience

Adapun kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek ini

(Partha, 2012) adalah :

Kelebihan :

1) Relevan dengan prinsip CBSA

2) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru

maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun d luar sekolah.

3) Mengembangkan sifat kemandirian pada diri peserta didik.

4) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih

memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang

dipelajari.

5) Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri

informasi dan komunikasi

6

Page 7: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

6) Pengetahuan yang peserta didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan

dapat diingat lebih lama

7) Merangsang kegairahan belajar peserta didik karena dapat dilakukan

dengan bevariasi

8) Membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik

9) Mengembangkan kreatifitas peserta didik

Kelemahan :

1) Memerlukan pengawasan yang ketat baik oleh guru maupun orang tua.

2) Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh peserta didik sendiri atau

atas bantuan orang lain

3) Banyak kecendrungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.

4) Agak sulit diselesaikan oleh peserta didik yang tinggal bersama keluarga

yang kurang teratur

5) Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.

6) Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan peserta

didik

3. Hakikat Strategi Metakognitif

Strategi metakognitif adalah mengontrol seluruh aktivitas belajarnya, bila

perlu memodifikasi strategi yang biasa digunakan untuk mencapai tujuan. Bila

diterapkan dalam belajar, anak bertanya pada dirinya sendiri untuk menguji

pemahamannya tentang materi yang dipelajari. Strategi metakognitif

dikategorikan berdasarkan fungsi-fungsi khusus yang dimiliki selama pemrosesan

informasi. Strategi kognitif merupakan keterampilan intelektual khusus yang

sangat penting di dalam belajar dan berpikir. Mendapatkan kesuksesan belajar

yang luar biasa, peserta didik harus dilatihkan untuk merancang apa yang hendak

dipelajari. Dapat disimpulkan bahwa strategi metakognitif merupakan teknik yang

dilakukan oleh peserta didik dalam mengontrol seluruh kegiatan belajar agar

mencapai tujuan.

Terdapat tiga strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk

meraih kesuksesan belajar peserta didik (Ahmadi dan Sofan, 2010:149)

diantaranya:

7

Page 8: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

1. Tahap proses sadar belajar

Pada tahap proses belajar di antaranya meliputi proses untuk menetapkan

tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dapat diakses,

menentukan bagaimana kinerja terbaik peserta didik akan dievaluasi,

mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar

peserta didik.

2. Tahap merencanakan belajar

Meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk belajar,

mengorganisasikan materi, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar

dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed

reading, dan strategi belajar lainnya).

3. Tahap monitoring dan refleksi belajar

Pada tahap ini meliputi proses mereflesikan proses belajar, memantau

proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self testing, seperti mengajukan

pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya? Bagaimana

pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai? Mengapa saya mudah/sukar

menguasai materi ini?) menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.

Seorang pendidik dalam mengajar direkomendasikan untuk memberikan

kesempatan luas kepada peserta didik untuk saling berdiskusi dan bertukar ide

pengalaman dalam belajar. Harapannya, setiap individu peserta didik dapat

menilai kemampuan diri mereka masing-masing dalam belajar, setiap peserta

didik dapat menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar

mereka sendiri, dan yang paling penting, setiap peserta didik dapat belajar efektif

dengan memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak

terbandingkan.

III. METODE PENELITIAN

1. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas

Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo pada mahasiwa semester

empat Tahun Akademik 2012-2013, dengan waktu penelitian dari bulan April

8

Page 9: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

sampai Mei 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan

Pendidikan Biologi yang memprogramkan Mata Kuliah Genetika II yang

berjumlah 60 orang

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahap pelaksanakan pengumpulan data dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Pengukuran kemampuan metakognitif menggunakan MAI (metacognitive

awareness inventory)

b. Pelaksanaan praktikum genetika II dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran berbasis proyek.

1) Kegiatan perencanaan praktikum

a) Membagi peserta didik dalam bentuk kelompok sehingga terbentuk 3

kelompok

b) Menyampaikan tema kegiatan praktikum genetika II

c) Menyampikan topik kegiatan praktikum untuk setiap kelompok

d) Merumuskan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan dan

dikumpulkan saat itu juga

e) Membuat prediksi berdasarkan asumsi dan teori yang diperoleh dalam

perkuliahan

f) Mendesain eksperimen (menentukan prosedur dan langkah kegiatan)

2) Pelaksanaan kegiatan praktikum

a) Memberikan waktu selama 1 minggu untuk mengkaji topik yang

diberikan dari berbagai literatur dan terjun langsung ke lapangan untuk

mengambil dan melihat langsung yang menjadi objek penelitian

b) Merancang alat eksperimen

c) Memahami alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data

d) Mengetahui kondisi pengukuran atau pengambilan data

e) Mencari referensi dari berbagai literatur, wawancara dan melihat

langsung objek eksperimen

f) Bekerja sama membuat hasil penelitian dalam bentuk makalah dan

poster

9

Page 10: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

3) Pertanggungjawaban hasil praktikum

a) Mempresentasikan hasil kegiatan eksperimen

b) Mendiskusikan hasil kegiatan bersama kelompok yang lain

c) Membuat kesimpulan hasil diskusi kegiatan

d) Membuat revisi makalah berdasarkan hasil diskusi baik mencari data

kembali, menambah referensi dan memperbaiki sistematika penulisan

dan teknik penulisan

e) Mempresentasikan kembali kajian topik hasil revisi (2 minggu setelah

kegiatan praktikum selesai)

f) Membagikan instrument monitoring diri (instrument monitoring

kepada seluruh peserta didik

Adapun tema yang diangkat dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu

“Penggalian plasma nutfah (keanekaragaman genetik) yang ada di

Gorontalo”, yang terdiri dari beberapa materi sebagai berikut: ikan Payangga,

tanaman Canna sp., Cuping telinga, Ikan Mangga Ba’I, Ikan Nike, Padi

sawah-padi ladang-ilalang, Rumput Teki, Arah pusaran kepala, Pisang,

Puring, Isolasi lalat buat dari ketinggian yang berbeda, Variabilitas karakter

masyarakat Gorontalo (Albino), Varietas kelapa, Arah putaran cangkang,

jagung

c. Pengukuran keterampilan berpikir kritis: pengukuran dilakukan dengan

menggunakan indikator penilaian berpikir kritis yang diadopsi dari Anonim

(2012). Selain itu, penilaiannya juga melalui hasil laporan kerja ilmiah.

d. Pengukuran pelaksanaan kemampuan metakognitif melalui instrumen

monitoring diri untuk kemampuan berpikir kritis yang diadopsi dari Bahriah

(2012) yang dilaksanakan secara self assessment.

3. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat kuantitatif yang dianalisis secara deskriptif, dimana

akan dijelaskan penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran berbasis

proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada praktikum

Genetika II.

10

Page 11: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Penerapan Strategi Metakognitif

Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa penerapan strategi

metakognitif yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu tentang kesedaran

metakognitif khususnya dalam berpikir kritis. Dalam menyadarkan kesadaran

metakognitif peserta didik, maka perlu dilakukan monitoring, dalam hal ini

dilakukan setiap kali pertemuan dengan menggunakan instrument monitoring

yang di adopsi dari berbagai penelitian sebelumnya. Kegiatan monitoring

kesadaran metakognitif ini selain menuntut peningkatan kesadaran metakognitif

itu sendiri dan juga lebih kepada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pernyataan

dalam monitoring ini yaitu sebanyak 11 pernyataan dengan nilai tertinggi 22.

Berikut ini tabel 2 menyajikan peningkatan kemampuan metakognitif berpikir

tingkat tinggi.

Tabel 2 Kesadaran Metakognitif Berpikir Kritis

No Kelas Jumlah Peserta Didik

Kesadaran Metakognitif Berpikir Kritis Total Nilai

Total %Perte-

muan I%

Perte-muan

II%

Perte-muan

III%

1 A 13 236 83 238 83 243 85 239 83.67

2 B 24 421 80 454 86 483 91 453 85.67

3 C 19 353 84 360 86 367 88 360 86

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat peningkatan kemampuan metakognitif berpikir

tingkat tinggi kelas A, kelas B, kelas C dari pertemuan I, pertemuan II dan

pertemuan III, sekaligus persentase peningkatannya. Berikut ini diagram 3

merupakan gambaran peningkatan kemampuan metakognitif berpikir tingkat

tinggi dari masing-masing kelas dalam setiap pertemuan.

11

Page 12: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

Kelas A KelasB Kelas C74767880828486889092

83

80

8483

86 8685

91

88

Pertemuan IPertemuan IIPertemuan III

Diagram 2. Peningkatan kesadaran metakognitif berpikir kritis

Selanjutnya diagram persentasi kesadaran metakognitif berpikir kritis

kelas A, kelas B, dan kelas C. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat perbedaan

persentasi kesadaran metakognitif dari masing-masing kelas, dimana peningkatan

yang sangat tinggi terjadi di kelas B baik dari pertemuan I ke pertemuan ke II

sampai pada pertemuan ke III dengan perolehan persentase tertinggi yatu 91%.

Selanjutnya persentase yang peningkatannya cukup baik yaitu kelas C, tetapi

peningkatannya hanya sedikit demi sedikit dibandingkan kelas B. Kelas A

merupakan kelas dengan persentase terendah dan peningkatannya pun sangat

kecil.

2. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik dari monitoring dan

penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi (kemampuan berpikir kritis,

kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah) terjadi

peningkatan dari pertemuan awal ke pertemuan berikutnya. Oleh karena itu dapat

disimpulkan untuk pelaksanaan kegiatan proyek dinyatakan berhasil untuk

dijadikan sebagai pendekatan yang baik untuk dilakukan dalam kegiatan

praktikum genetika II.

Penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan praktikum Genetika II dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, dimana kegiatan proyek

ini memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance),

yang secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar

12

Page 13: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian. Memecahkan masalah,

dan mensintesis informasi. Kegiatan proyek yang dilakukan dalam penelitian ini

bersifat interdisipliner, yaitu peserta didik merancang draft unutk membangun

rancangan kegiatan atau penelitian yang akan dilakukan yang melibatkan

investigasi pengaruh lingkungan.

Pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan dalam penelitian ini

memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih

menarik dan bermakna untuk peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis proyek,

peserta didik menjadi terdorong lebih aktif dalam belajarnya, asisten praktikum

berposisi di belakang dan peserta didik yang lebih berinisiatif, asisten

memberikan kemudahan mengevaluasi.

Pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan memungkinkan peserta

didik untuk memperluas wawasan pengetahuan dari mata kuliah yang

diperolehnya di dalam kelas. Pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih berarti

dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, karena pengetahuan itu

bermanfaat baginya untuk lebih mengapresiasi lingkungannya, lebih memahami

dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah

pembelajaran yang relevan dengan melibatkan aspek lingkungan tempat peserta

didik berada dan belajar dengan melibatkan kreativitas yang ada dalam diri

peserta didik.

Kegiatan proyek yang dilakukan menjadikan peserta didik selain

menambah pengetahuan dapat juga menjadikan peserta didik lebih mandiri,

karena dalam pembelajaran yang dilakukan mereka hanya diberikan topik dan

selanjutnya mereka sendiri yang akan mengkaji.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis diukur dengan menggunakan indikator yang

diadopsi dari Anonim (2010) yang berisi 10 poin penilaian dengan 4 kriteria.

Hasil penilaiannya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

13

Page 14: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

Tabel 3 Hasil penilaian kemampuan berpikir kritis

No Kelas Jumlah Peserta Didik

Kemampuan Berpikir Kritis Total Nilai

Total %Perte-

muan I%

Perte-muan

II%

Perte-muan III

%

1 A 13 217 42 366 70 367 71 317 61.00

2 B 24 554 58 622 65 700 73 625 65.33

3 C 19 380 50 518 68 616 81 505 66.33

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa ketiga kelas mengalami

peningkatan kemampuan berpikir kritis dari pertemuan pertama, pertemuan kedua

dan pertemuan ketiga. Dalam tabel itu juga dapat dilihat nilai peresentasi

peningkatan kemampuannya. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan digambarkan

dalam bentuk diagram baik perbandingan peningkatan setiap pertemuan dan

perbandingan setiap kelasnya.

Kelas A Kelas B Kelas C0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

42

58

50

7065 6871 73

81

Pertemuan IPerttemuan IIPertemuan III

Diagram 3. Persentase kemampuan berpikir kritis pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III untuk kelas A, kelas B, dan kelas C

Diagram 3 menggambarkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dari

kelas A, kelas B, dan kelas C. ketiga kelas tersebut sama-sama mengalami

peningkatan walaupun dengan jumlah yang berbeda. Selanjutnya dapat dilihat

perbandingan persentase kemampuan berpikir kirtis antara kelas A, kelas B dan

kelas C.

14

Page 15: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi

permasalahan dalam realita kehidupan yang tak bisa dihindari. Dengan berpikir

kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau memperbaiki

pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat.

Ironisnya, kemampuan berpikir kritis peserta didik di satu sisi memang

sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan, akan tetapi di sisi lain ternyata

kemampuan berpikir kritis peserta didik tersebut masih kurang. Hal ini dapat

dilihat dari tabel 4.2, tetapi dengan adanya pengontrolan metakognitif melalui

MAI yang dilakukan setiap kali pertemuan, maka terjadi secara bertahap.

Woolfolk (1995) menjelaskan bahwa setidaknya terdapat dua komponen

terpisah yang terkandung dalam metakognisi, yaitu pengetahuan deklaratif dan

prosedural tentang keterampilan, strategi, dan sumber yang diperlukan untuk

melakukan suatu tugas. Mengetahui apa yang dilakukan, bagaimana

melakukannya, mengetahui prasyarat untuk meyakinkan kelengkapan tugas

tersebut, dan mengetahui kapan melakukannya.

Berpikir kritis tidak hanya kumpulan keterampilan tetapi juga karakteristik

tertentu untuk menggunakan keterampilan kognitif. Karakteristik tidak dapat

diajarkan seperti keterampilan, tetapi karakteristik hanya dapat digali melalui

sejumlah aktivitas. Sejumlah pendukung berpikir kritis mengelompokkan

kemampuan dan karakteristik yang diperlukan dalam berpikir kritis.

Karakteristik berpikir kritis Ennis (2005) dalam Bahriah (2012) antara lain

mencari penjelasan pertanyaan, mencari penalaran, mencoba menjadi sumber

informasi yang baik, menggunakan dan menyebutkan sumber informasi yang

kredibel, mencari alternatif, berpikir terbuka, sensitif terhadap perasaan dan

pengetahuan. Selain itu, karakteristik berpikir kritis antara lain memiliki rasa

ingin tahu, bijaksana, mencari kebenaran, percaya diri dalam bernalar, berpikir

terbuka, analitis, dan sistematis.

Karakteristik tersebut telah dilaksanakan oleh peserta didik dalam

pengkajiannya terhadap topik yang diberikan yang dimulai sejak merumuskan

permasalahan dan merancang pelaksanaan kegiatan. Dalam pengkajiannya peserta

15

Page 16: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

didik berdiskusi dengan anggota kelompoknya sehingga diperoleh hasil dalam

bentuk makalah dan dipresentasikan di depan kelas.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil

kemampuan berpikir kritis yang terus mengalami peningkatan dari tiap

pertemuan. Peningkatan ini tentunya merupakan wujud kerja keras peserta didik

dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya untuk dapat

menghasilkan sesuatu pengetahuan dan memperjelas suatu konsep khsusnya

konsep genetika II yang diperolehnya dalam perkuliahan sehingga tidak bersifat

abstrak dalam konsep mereka.

V. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 60 peserta didik

yang tersebar di tiga kelas bahwa kesadaran metakognitif telah mengalami

peningkatan selain itu juga kemampuan berpikir berpikir kritis mengalami

peningkatan. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek sangat baik dilakukan

pada kegiatan praktikum genetika II dengan, karena dapat membawa peserta didik

untuk mengkaji suatu kopiK secara mandiri, kontekstual sehingga dapat

menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan peserta didik itu

sendiri. Pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih berarti dan kegiatan

pembelajaran menjadi lebih menarik, karena pengetahuan itu bermanfaat baginya

untuk lebih mengapresiasi lingkungannya, lebih memahami, kritis dan mampu

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari dengan baik.

2. Saran

a. Penerapan strategi metakognitif perlu ditingkatkan dalam diri peserta didik

melalui kegiatan pembelajaran mata kuliah yang lain

b. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai penerapan strategi metakognitif

dalam pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan

metakognitif pada praktikum Genetika II secara khusus dan kegiatan

praktikum lainnya pada umumnya dengan menggunakan tes kemampuan

metakognitif.

16

Page 17: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis. Online: http://gurupembaharu.com/home/download/Instrumen-Keterampilan-Berpikir-Kritis.xls (diakses, 22 Januari 2013)

Abdurrahim. 2011. Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kompetensi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): Skripsi Bab II. (diakses, 25 Januari 2013)

Ahmadi, Iif K. dan Sofan Amri. 2010. Proses Pembelajarn Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.

Bahriah, Evi Sapinatul. 2012. Indikator berpikir kritis dan kreatif. evisapinatulbahriah.wordpress.com

Lidinillah, Dindin A. M. 2007. Perkembangan Metakognitif dan Pengaruhnya pada Kemampuan Belajarnya Anak. (diakses, 30 Januari 2013)

Nur, M. 2004. Teori-teori Pembelajaran Kognitif. Edisi 2. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah Unesa

Nusantari, Elya. 2012. Kajian Miskonsepsi Genetika dan Perbaikannya Melalui Perubahan Struktur Didaktif Bahan Ajar Genetika Berpendekatan Konsep: Disertasi.

Schraw, G & Dennison R. S. 1994. Assessing Metacognitive Awareness. Contemporary Educational Psychology. Online literacy.kent.edu/ohioeff/resources/06newsMetacognition.doc (diakses, 27 Januari 2013)

Susantini, Endang. 2002. Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Genetika di SMA. http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/viewArticle/82 (diakses 2 Januari 2013)

Tamaela, Elsina Sarah. 2010. Tesis: Pengaruh Evaluasi Diri Tentang Kemampuan Metakognitif dan Keterampilan Metakognitif terhadap Berpikir Kritis dan Kemampuan Memecahkan Masalah. Prodi SAINS Unesa.

Woolfolk, A. dkk. 2009. Psychology in Education. Edisi Kesepuluh. Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto. Pustaka Pelajar

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

17

Page 18: Artikel eman  p ps prodi pend. biologi

ARTIKEL

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPADA PRAKTIKUM GENETIKA II

Oleh

EMAN RAHIM

NIM. 705601001

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGIPROGRAM PASCA SARJANA (PPs)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO2013

18