Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

16

Click here to load reader

Transcript of Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

Page 1: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

3

I. PENDAHULUAN

Kawasan pantai Palabuhanratu

merupakan kawasan yang telah

ditetapkan sebagai kawasan ekowisata

melalui RIPPDA Propinsi Jawa Barat.

Kawasan wisata Palabuhanratu sebagai

kawasan wisata unggulan ekowisata

merupakan teluk yang memiliki pantai

berlatar belakang pegunungan.

Kecamatan Palabuhanratu merupakan

kota yang lebih mengarah kepada

pengembangan pusat perdagangan dan

pertumbuhan kota dibanding dengan

kecamatan-kecamatan lainnya.

Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang

berkembang saat ini lebih mengarah

pada kegiatan rekreasi belanja dan

wisata yang bersifat masal.

Meskipun kebijakan telah dibuat,

namun dalam pelaksanaannya masih

banyak kelemahan karena masyarakat

sebagai pengguna dan yang terkena

dampak tidak banyak dilibatkan dalam

proses penyusunan program

pengelolaan tersebut.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi

dan (Organisasi Perangkat Daerah)

OPD serta masyarakat telah memiliki

kepedulian dalam mengembangkan

kawasan Pantai Palabuhanratu namun

program-program tersebut belum

banyak menyentuh terhadap upaya

pemanfaatan bagi pengembangan

kepariwisataan. Untuk itu perlu adanya

upaya kajian dan analisis tentang

pemanfaatan pariwisata sebagai sarana

usaha, yang didasarkan untuk dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat

di sekitar lokasi wisata.

II. MATERI DAN METODE

Kajian dalam penelitian ini adalah

daya dukung kawasan wisata dalam

menunjang pemanfaatan kegiatan

pariwisata, perbedaan karakteristik

rumah tangga/keluarga yang

memanfaatkan dengan yang tidak

memanfaatkan kegiatan pariwisata

serta pendapatan masyarakat di Desa

Citepus Kecamatan Palabuhanratu

Kabupaten Sukabumi.

Pengambilan sampel dilakukan

dengan metode purposive sampling.

Sampel diambil dari keluarga/rumah

tangga yang memanfaatkan dan yang

tidak memanfaatkan kegiatan usaha

barang dan jasa pariwisata, masyarakat

umum sekitar serta wisatawan yang

berkunjung ke Kawasan Wisata

Palabuhanratu. Dari kriteria yang

ditetapkan maka diperoleh jumlah

responden rumah tangga/keluarga yang

memanfaatkan kegiatan usaha barang

dan jasa pariwisata adalah sebanyak 40

orang responden dan yang tidak

memanfaatkan adalah sebanyak 40

orang responden. Sedangkan jumlah

sampel responden masyarakat untuk

menganalis pendapatan diperoleh

Page 2: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

4

sebanyak 569 orang responden.

Pengambilan jumlah sampel wisatawan

adalah sebanyak 50 orang responden.

2.1 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data

digunakan beberapa teknik termasuk

penyusunan instrumen/kuisioner yang

tepat sehingga data yang dihasilkan

benar-benar valid dan reliabel.

Instrumen/kuisioner dilakukan uji

validitas dan reliabilitas pada saat

mengawali pelaksanaan penelitian.

Dalam penelitian ini uji validitas dan

reliabilitas dengan menggunakan

software program SPSS. Ada empat

konstruk yang diujikan yakni : evaluasi

responden wisatawan terhadap kondisi

fisik kawasan; persepsi responden

masyarakat terhadap wisatawan dan

kawasan wisata serta pengetahuan dan

persepsi responden masyarakat

terhadap wisata pantai/bahari.

Pengukuran validitas dilakukan dengan

cara mengkorelasikan antar skor butir

pertanyaan dengan total skor konstruk

atau variabel. Pengukuran reliabilitas

dilakukan dengan cara One Shot atau

pengukuran sekali saja. Disini

pengukurannya hanya sekali dan

kemudian hasilnya dibandingkan

dengan pertanyaan lain atau mengukur

korelasi antar jawaban pertanyaan.

Suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha >0.60. Nunnaly

(1976) dalam Ghozali (2006).

2.1.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan

menggunakan metode penyebaran

kuisioner yaitu memberikan lembar

pertanyaan yang harus diisi dan

wawancara terhadap masyarakat yang

aktif melakukan (memanfaatkan) dan

tidak aktif (tidak memanfaatkan)

kegiatan usaha barang dan jasa

pariwisata pantai, masyarakat umum

sekitar serta wisatawan yang

berkunjung ke Kawasan Wisata

Palabuhanratu. Wawancara dilakukan

juga terhadap masyarakat yang

mengikatkan diri pada suatu organisasi

kemasyarakatan yaitu TIC (Tourist

Information Center), yang mempunyai

perhatian dan kepedulian terhadap

kegiatan pariwisata di kawasan Wisata

Palabuhanratu.

2.1.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari

berbagai dinas/instansi berkaitan yang

ada di wilayah administrasi Kabupaten

Sukabumi yaitu BAPPEDA, BPS,

Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga, Dinas

Kelautan dan Perikanan, Badan

Lingkungan Hidup, Kantor Kecamatan

Palabuhanratu, Kantor Desa Citepus,

serta beberapa pustaka yang

menunjang penelitian.

Page 3: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

5

2.2 Analisis Data

Analisis untuk mengetahui daya

dukung Kawasan Wisata

Palabuhanratu menggunakan pedoman

dari Keputusan Dirjen KP3K Nomor :

SK.35/KP3K.VI/2007 Tentang

Petunjuk Teknis Perencanaan Tata

Ruang Pulau-pulau Kecil sebagai

turunan dari Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan

No.KEP.34/KEPMEN/2002 Tentang

Pedoman Umum Penataan Ruang

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Analisis

daya dukung meliputi daya dukung

fisik dan ekologis serta daya dukung

sosial budaya. Cifuentes (1992) yang

dikutip Wiratno (2000) dalam Fandeli

(2002) mengatakan bahwa rumus daya

dukung fisik adalah :

1

PCC = A X X Rf

B

Dimana :

PCC = Phisycal Carrying Capacity

(daya dukung fisik)

A = Luas area yang digunakan

untuk wisata

B = Luas area yang dibutuhkan

oleh seorang wisatawan

untuk berwisata dengan tetap

memperoleh kepuasan

Rf = Faktor rotasi

Untuk menghitung daya dukung

ekologis (Douglas (1995) dalam

Sumaryono (2009)) :

D X a

AR =

Cd X TF X 43,560

Dimana :

AR =Areal yang dibutuhkan untuk

kegiatan wisata

D =Permintaan wisatawan untuk

suatu aktifitas

A =Kebutuhan area setiap

wisatawan dalam feet

Cd = Jumlah hari dalam satu tahun

yang dapat dipergunakan

untuk suatu kegiatan

tertentu

TF =Turnover Factor (Factor

Pemulihan)

43,560 = Konstanta (diperoleh dari

konversi acre ke feet2)

Luasan yang diperoleh dari

perhitungan AR ini merupakan daya

dukung ekologis.

Analisis untuk mengetahui

kenyataan ada tidaknya perbedaan

antara rumah tangga masyarakat yang

aktif (memanfaatkan) dan tidak aktif

(tidak memanfaatkan) potensi

pariwisata (umur, pendidikan, jumlah

anggota keluarga, pendapatan per

bulan dan total pendapatan per bulan)

dilakukan analisis dengan

menggunakan uji t, dimana seluruh

variabel data dimasukkan dan

dianalisis dengan software Program

SPSS. Uji beda t-test secara rumus

dapat ditulis sebagai berikut :

(Rata-rata sampel pertama)-(rata-

rata sampel kedua)

t =

Standar error perbedaan rata-rata

kedua sampel

Untuk melihat perbedaan dua

kelompok rumah tangga/masyarakat

Page 4: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

6

pemanfaat dan non pemanfaat kegiatan

pariwisata berdasarkan pada kombinasi

kelima variabel bebas (independen)

umur, pendidikan, jumlah anggota

keluarga, pendapatan per bulan dan

total pendapatan per bulan secara

bersama-sama menggunakan analisis

diskriminan. Kombinasi linier atau

fungsi diskriminan (score

discriminant) sebagai berikut : Z =

w1Umur+w2Pddkn+w3JAK+w4PPB+w5

TP. Analisis diskriminan ini

menggunakan software Program SPSS.

Analisis untuk mengetahui

pendapatan masyarakat yaitu dengan

melihat profil rumah tangga responden

yang didekati dengan variabel Umur,

Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga

(JAK) serta dengan melihat

pendapatan masyarakat yang didekati

dengan variabel Jumlah Sumber

Pendapatan (JSP), Pendapatan Per

Bulan (PPB) dan Total Pendapatan

(TP) Per Bulan. Untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan masyarakat digunakan

analisis regresi dengan persamaan

regresi : Y(TP) = b0+b1(UMUR)+

b2(PENDIDIKAN)+b3(JAK)+b4(JSP)+

b5(PPB)+e. Analisis regresi ini

menggunakan software Program SPSS.

Untuk mengetahui tingkat pendapatan

masyarakat diukur dari : jumlah (total)

pendapatan dari pekerjaan atau usaha

responden dibagi dengan jumlah (total)

responden, kemudian hasilnya (rata-

rata pendapatan responden)

dibandingkan dengan Upah Minimum

Regional (UMR) Kabupaten

Sukabumi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil Kawasan Wisata

Palabuhanratu

3.1.1 Letak Geografis dan Luas

Secara astronomis Kota

Palabuhanratu berada pada

106031’BT-106

037’BT dan antara

6057’LS-7

004’LS, sedangkan secara

administratif Kota Palabuhanratu

masuk dalam 2 wilayah kecamatan

yaitu sebagian termasuk wilayah

Kecamatan Palabuhanratu dan

sebagian lagi masuk wilayah

Kecamatan Simpenan. Dalam unit

kelurahan/desa, cakupan wilayah Kota

Palabuhanratu meliputi 1 kelurahan

dan 4 desa, yaitu Kelurahan

Palabuhanratu, Desa Citepus, Desa

Citarik (Kecamatan Palabuhanratu),

Desa Cidadap dan Desa Loji

(Kecamatan Simpenan). Sesuai luasan

administratif kelima kelurahan/desa

tersebut, luas Kota Palabuhanratu

adalah sebesar 8.124,2 ha dengan

proporsi wilayah terluas adalah Desa

Loji (sekitar 40% dari luasan kota).

Page 5: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

7

3.1.2 Topografi dan Bentang Alam

Ketinggian permukaan tanah

wilayah Kota Palabuharatu berkisar

antara 0-500 m dpl dengan kemiringan

lahan antara 0-70%. Topografi

bervariasi mulai dari dataran datar

sampai berbukit. Dataran datar terletak

di sepanjang garis pantai dan

sepanjang aliran sungai hingga ke

daerah perkotaan, sedangkan dataran

berbukit terletak di daerah pinggiran

kota dan menyebar ke arah timur kota.

Topografi sepanjang pantai dapat

dikatakan relatif datar, akan tetapi di

belakang kota topografinya berbukit-

bukit. Daerah Palabuhanratu

dikelilingi oleh bukit-bukit terjal

dengan kemiringan berkisar antara

10% - 50%, terletak pada daerah

pantai yang cukup curam. Kedalaman

pantai antara 0 – 1,5 m LWS.

3.1.3 Iklim

Temperature udara rata-rata

bulanan berkisar antara 23-250C.

Temperatur udara rata-rata bulanan

tertinggi terjadi pada bulan Mei dan

terendah pada bulan Juli. Suhu udara

minimum rata-rata bulanan adalah

23,420C, terjadi pada bulan Juli dan

tertinggi 250C pada bulan Mei. Curah

hujan yang terjadi cenderung besar dan

hampir setiap bulan turun hujan. Angin

yang bertiup dipengaruhi selain

dipengaruhi oleh kondisi muson barat

juga dipengaruhi oleh muson timur.

Musim hujan (curah hujan rata-rata

bulanan lebih besar dari 200 mm)

terjadi pada bulan Nopember sampai

April. Musim kemarau terjadi pada

bulan Mei sampai Oktober. Besar

curah hujan rata-rata bulanan berkisar

antara 9,2 sampai 365 mm dengan

curah hujan terendah terjadi pada bulan

Agustus dan tertinggi pada bulan

Desember. Kelembaban udara yang

relatif tinggi yaitu berkisar antara 81,6

sampai 93,75%. Kelembaban tertinggi

terjadi pada bulan Desember kemudian

menurun sampai terendah pada bulan

Agustus dan naik lagi sampai pada

bulan Desember. Penyinaran matahari

rata-rata bulanan berkisar antara

38,75–71,4%. Penyinaran matahari

cenderung berfluktuasi dan tidak

menentu pada setiap bulannya.

Penyinaran matahari mencapai

maksimum pada bulan September,

kemudian menurun sampai bulan

April. Pola sebaran angin dipengaruhi

oleh kondisi muson, baik muson barat

maupun muson timur. Pada muson

barat, seperti pada bulan April di

perairan selatan Jawa kecepatan angin

berkisar antara 1,0 m/dt sampai 2,2

m/dt. Angin di bagian barat perairan

selatan Jawa semakin ke arah timur

kecepatan angin meningkat hingga

mencapai 4,98 m/dt. Pada musim timur

Page 6: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

8

seperti pada bulan Agustus, di perairan

selatan Pulau Jawa kecepatan angin

berkisar antara 1,4 sampai 5,5 m/dt.

Angin di bagian timur perairan selatan

Jawa, semakin ke arah timur kecepatan

angin meningkat hingga mencapai 6,9

m/dt. Pada bulan Mei, musim peralihan

I, angin cenderung bertiup ke arah

barat daya dengan kecepatan berkisar

antara 1 – 3,7 m/dt. Pada bulan

November yang termasuk musim

peralihan II, angin cenderung bertiup

ke arah selatan dengan kecepatan rata-

rata berkisar antara 1,0 – 5,6 m/dt.

3.1.4 Geomorfologi, Geologi

Lingkungan Pantai dan

Sumberdaya Geologi

Berdasarkan klasifikasi fisiografi

menurut Van Bemmelen (1949), Teluk

Palabuhanratu termasuk ke dalam zona

Bandung dan zona pegunungan

Selatan. Zona Bandung meliputi

wilayah pantai bagian barat

Pandeglang ke arah Selatan hingga

pantai Palabuhanratu bagian Barat

(wilayah pegunungan Bayah),

sedangkan zona pegunungan selatan

meliputi semua pantai selatan Jawa

Barat, termasuk Teluk Palabuhanratu.

Kawasan ini dekat dengan pertemuan

lempeng samudera Hindia-Australia

dengan lempeng Eurasia sehingga

rawan gempa tektonik yang dapat

memicu tsunami. Terjadinya erosi di

lahan atas menyebabkan terjadinya

proses sedimentasi di sekitar muara

sungai besar seperti Sungai Cimandiri,

Sungai Citarik, Sungai Cimaja dan

Sungai Citepus. Sumberdaya geologi

pantai umumnya sama dengan

sumberdaya geologi pantai Barat dan

Selatan Jawa Barat, berupa bahan

galian golongan C, seperti batu pecah,

bentonit, kerakal, kerikil, pasir, lignit

dan pasir besi. Endapan pasir terutama

dijumpai dari bekas alur sungai purba

yang dapat dipakai sebagai bahan

bangunan.

3.1.5 Hidrooceanografi

Kecepatan angin berkisar antara 1–

5 knot selama musim barat (November

– Maret), angin bertiup dari barat daya

dan memantulkan gelombang laut yang

sangat besar menuju pantai.

Gelombang yang datang dari arah barat

dan barat daya menyebabkan adanya

arus menyusuri pantai (long shore

current) arah arus berubah sesuai

perubahan gelombang datang. Tinggi

gelombang memiliki kisaran tinggi

gelombang antara 140 hingga 200 cm,

rata-rata tinggi gelombang laut sebesar

175,67 cm. Arus pantai di selatan Jawa

(Teluk Palabuhanratu) sering

berlawanan arah dengan arus di laut

dalam (Samudera Hindia). Pada bulan

Februari sampai Juni arus permukaan

di pantai bergerak ke arah timur

Page 7: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

9

sepanjang pantai Jawa, arah arus

Samudera Hindia menuju ke arah

barat. Kecepatan arus pantai mencapai

75 cm/detik dalam bulan Februari

semakin lemah dan mencapai

kecepatan 50 cm/detik dalam bulan

April sampai Juni. Pada bulan Agustus

arus pantai bergantian arah ke barat

juga dengan kecepatan sekitar 75

cm/detik. Arah dan kecepatan arus di

lautan hindia sama dengan arus pantai.

Sampai bulan Oktober, arus pantai

tetap ke barat tetapi dengan kecepatan

50 cm/detik. Arus di Lautan Hindia

tetap arah dan kecepatannya. Bulan

Desember terjadi perubahan arah lagi

arus pantai menuju ke timur,

sedangkan di Samudera Hindia arah

arus ke Barat Laut. Pasang surut di

pantai selatan Jawa bersifat campuran

dengan dominasi ganda. Tipe pasang

surut adalah dua kali pasang dan dua

kali surut dengan tinggi muka air

pasang tertinggi terjadi pada malam

hari. Batrimetri wilayah dalam di

bagian tengah dan dangkal di pesisir

pantai. Sebaran suhu secara melintang

berkisar antara 28,50C sampai 30,5

0C

pada kedalaman 5 meter sampai 20 m

dengan rata-rata suhu berada pada

kisaran 29,50C. Perbedaan

pengelompokkan suhu tersebut dapat

diakibatkan oleh pergerakan massa air

yang terjadi sehingga mengakibatkan

terbentuknya cembung ke atas, hal ini

mengartikan bahwa massa air bergerak

dari bawah ke atas. Sedimen pantai

terdiri dari sebaran butiran pasir kasar

hingga halus (50 µm s/d 2 mm). Pasir

halus atau debu merupakan lumpur

alluvial atau berasal dari tanah

pertanian di sekitarnya. Sedimen laut

mempunyai lebih banyak variasi

dibandingkan sedimen pantai. Sedimen

laut memiliki kategori ukuran butiran

yang halus (lumpur).

3.1.6 Ekosisitem dan Biota Pesisir

Laut

Keberadaan ekosistem terumbu

karang belum banyak didapatkan

informasinya. Namun demikian,

diduga beberapa jenis karang terdapat

di dalamnya. Di beberapa lokasi

terdapat sekelompok ekosistem padang

lamun, dengan jenis spesies E.

Spinosum dan Gracilaria sp. Vegetasi

pantai diantaranya adalah Pandanus

sp., Bambusa sp., Stercoelia foetida,

dan Terminalia catappa. Vegetasi ini

menyebar mulai dari Pangumbahan

sampai muara Sungai Cibareno.

Tempat bertelur penyu jenis Cheionia

mydas (Green turtle) ditemukan di

pantai Ujung Genteng. Di Pantai

Ujung Genteng ditemukan juga tempat

perburuan penyu jenis Chelonia mydas

dan tempat bertelur dan pengumpulan

telur penyu jenis Eretmochelys

Page 8: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

10

imbricata (Hawksbill Turtle). Selain

itu tempat penyu bertelur juga

ditemukan di muara Cikaso Kecamatan

Tegalbuleud dan di Pangumbahan,

Kecamatan Ciracap, tapi karena

sifatnya yang bergerak dan tidak

mengenal batas wilayah, maka tidaklah

mengherankan jika kadang kala penyu

hijau dapat tertangkap di sekitar

perairan Teluk Palabuhanratu, hal

tersebut menandakan seluruh Teluk

Palabuhanratu adalah habitat untuk

penyu Chelonia mydas. Tempat

bertelur dan sarang burung jenis

S.Sumatrana (Black-naped tern) dan

Streing anaetheta (Bridled tern)

ditemukan di perairan Pantai Ujung

Genteng, Sukabumi. Disamping itu

juga terdapat sarang burung Walet di

banyak tempat, sehingga

dibudidayakan oleh masyarakat.

3.1.7 Kondisi Demografi

Kependudukan

Berdasarkan data di empat

kecamatan, terhitung jumlah penduduk

yang terdapat di wilayah ini sebanyak

216.604 jiwa, terdiri atas 110.133

orang laki-laki dan 106.471

perempuan, dengan jumlah kepala

keluarga mencapai 55.168 KK.

Dengan demikian, dapat dihitung

bahwa besaran keluarga adalah 3-4

orang per KK. Dengan luas wilayah

mencapai 55.362,05 hektar, maka

terhitung kepadatan penduduk

mencapai sekitar 391 orang per hektar.

3.1.8 Sumberdaya Air

Untuk kebutuhan air minum dan

air bersih, mendapatkan suplay air

bersih dari PDAM Kabupaten

Sukabumi dan air yang berasal dari

sumur dangkal/sumur dalam, dengan

kedalaman rata-rata 15 meter.

Kebutuhan air bersih masyarakat

selama ini lebih banyak disediakan

secara alami, karena sarana air bersih

(PDAB) baru dapat melayani sembilan

kecamatan dan hanya Kecamatan

Palabuhanratu yang dapat terlayani

oleh PDAB. Sumber air yang dapat

dimanfaatkan adalah sungai-sungai

yang berada di wilayah Teluk

Palabuhanratu seperti Sungai

Cimandiri, Sungai Cimaja, dan Sungai

Citepus.

3.2 Analisis Daya Dukung Fisik dan

Lingkungan

3.2.1 Daya Dukung Fisik

Luas area merupakan angka luas

area sesuai dengan (besaran angka)

luas yang tidak merusak lingkungan

untuk berenang dan berpiknik

(rekreasi) masing-masing yaitu 27 dan

65 m2/orang. Luas kawasan Wisata

Palabuhanratu (Pantai Citepus) adalah

1700 Hektar atau 17.000.000 m2. Bila

berenang dan berekreasi masing-

masing membutuhkan 27 dan 65

Page 9: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

11

m2/orang, maka dengan TF keduanya

adalah 1,5 daya dukung fisik kawasan

mampu menampung wisataan untuk

kegiatan :

Berenang, yaitu 17.000.000 m2 x

1/27 x 1,5 = 944.444,4444 orang

atau dibulatkan 944.444 orang

berenang per hari;

Berpiknik (rekreasi), yaitu

17.000.000 m2 x 1/65 x 1,5 =

392.307,6923 orang atau dibulatkan

392.308 orang berpiknik (rekreasi)

per hari.

3.2.2 Daya Dukung Lingkungan

(Ekologis)

Apabila rata-rata jumlah wisatawan

pengunjung sebanyak 1.469.160

orang/tahun yang ingin berpiknik

(rekreasi) dan berenang dengan

kebutuhan untuk 1 orang berpiknik

(rekreasi) dan berenang masing-masing

adalah 726 feet2 dan 302 feet

2.

Diasumsikan bahwa hari kapasitas

untuk piknik (rekreasi) dan berenang

adalah selama 7 hari dalam satu tahun.

Dengan TF untuk kedua kegiatan

(berpiknik dan berenang) = 1,5, maka

area berpiknik (rekreasi) yang

dibutuhkan =

1.469.160 x 726

= 931,549 Ha.

7 x 1,5 x 43,560

Maka daya dukung ekologis kawasan

untuk piknik (rekreasi) =

1.469.160

= 1577 orang/Ha.

931,549

Sedangkan untuk kegiatan

berenang, maka area yang dibutuhkan=

1.469.160 x 302

= 387,503 Ha.

7 x 1,5 x 43,560

Maka daya dukung ekologis kawasan

untuk berenang :

1.469.160 = 3791 orang/Ha

387,503.

3.2.3 Sarana Prasarana

Perekonomian

Beberapa sarana dan prasarana

dasar wisata banyak terdapat di

Kecamatan Palabuhanratu yaitu di

Kawasan Pantai Citepus dan

sekitarnya. Fasilitas hotel dan

penginapan (home stay) telah banyak

berdiri, baik yang dimiliki oleh

pemerintah seperti Hotel/Penginapan

Pondok Wisata Citepus milik

Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukabumi (Dinas Kepariwisataan,

Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah

Raga).

3.2.4 Ketersediaan Air Bersih dan

Listrik

Secara keseluruhan sumber air

tersedia 275.875.200 liter/hari.

Kebutuhan yang diperlukan untuk

kawasan Wisata Palabuhanratu hanya

1.495.785 liter/hari dan untuk

penduduk Desa Citepus hanya 161.355

Page 10: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

12

liter/hari, sehingga untuk mencukupi

kebutuhan akan air bersih dengan

empat sumber mata air (Sungai

Cimandiri, Cicareuh, Citatih dan

PDAM) telah tercukupi. Untuk

kebutuhan penerangan diperlukan

energi listrik yang saat ini disuplay

dari PLN. Distribusi penggunaan daya

listrik sebesar 10 MW digunakan untuk

seluruh aktifitas : pelabuhan,

perkantoran, industri, bengkel,

perumahan, pusat perdagangan dan

lain-lain. Dengan adanya

pembangunan proyek PLTU yang

terletak di Kampung Cipatuguran Desa

Citarik Kecamatan Palabuhanratu,

kebutuhan suplay listrik selain dari

PLN dapat disuplay dari PLTU sebagai

alternatif.

3.2.5 Daya Dukung Sosial Budaya

3.2.5.1 Tekanan Penduduk

Dengan melihat jumlah penduduk

pada Bulan Juni – Desember tahun

2010 adalah sebanyak 10.756 jiwa dan

luasan lahan subur 853,059 Ha serta

berpedoman pada Keputusan Dirjen

KP3K Nomor : SK.35/KP3K.VI/2007

Tentang Petunjuk Teknis Perencanaan

Tata Ruang Pulau-pulau Kecil sebagai

turunan dari Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan

No.KEP.34/KEPMEN/2002 Tentang

Pedoman Umum Penataan Ruang

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, maka

tekanan penduduk di kawasan tersebut

adalah sebesar = 10.756 jiwa : 853,059

Ha = 12,60874 jiwa/Ha dibulatkan

menjadi 13 jiwa/Ha atau 1.261

jiwa/km2.

3.2.5.2 Kepadatan Penduduk

Wilayah Desa Citepus Kecamatan

Palabuhanratu dengan luas 13,515 km2

dan jumlah penduduk sebanyak 10.756

jiwa sehingga termasuk ke dalam

kategori (klasifikasi) kepadatan sedang

yang memiliki populasi berkisar antara

101–1.000 jiwa/km2 dengan kepadatan

penduduk 796 jiwa/km2.

3.2.5.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada umumnya

sudah cukup baik, tidak jauh berbeda

dengan beberapa wilayah non-pesisir.

Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan masyarakat

tentang wisata pantai/bahari mencapai

skor 412 dari jumlah skor kriterium

(tertinggi) yaitu 750. Sehingga

pengetahuan masyarakat terhadap

wisata pantai/bahari diperoleh

perbandingan skor yaitu 412 : 750 =

0,549 dibulatkan menjadi 0,55 atau

sekitar 55% dari kriteria yang

ditetapkan (skor 750). Dari responden

yang diambil, 97% menjawab

mengetahui terhadap pemanfaatan

obyek wisata pantai/bahari yang

sedang dikembangkan, 100%

menjawab mengetahui terhadap

Page 11: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

13

pengertian wisata pantai/bahari, 87%

menjawab mengetahui aturan-aturan

dalam pemanfaatan sumber daya dan

83% menjawab mengetahui sanki yang

diberikan kepada masyarakat jika ada

yang melanggar aturan.

3.2.5.4 Budaya/Adat Istiadat

Masyarakat nelayan dan pesisir

pada setiap tahun tepatnya pada

tanggal 06 April senantiasa

melaksanakan kegiatan syukuran

sebagai ungkapan rasa syukur kepada

Allah SWT atas rahmat dan rejeki

yang telah dilimpahkan-Nya yang telah

menjadi tradisi dan budaya masyarakat

nelayan dan pesisir pantai

Palabuhanratu dan sekitarnya. Upacara

masyarakat pantai merupakan salah

satu pesta masyarakat dalam bentuk

syukuran atas nikmat dan keselamatan

yang diberikan Sang Maha Pencipta

dalam mencari kehidupan di daerah

pesisir. Tujuan dari kegiatan

masyarakat pantai dalam bentuk

mengekspresikan rasa syukur kehadirat

Allah SWT atas nikmat, keberkahan,

rejeki dalam menjalankan aktifitas

kehidupan di alam pesisir. Pesta ini

biasanya dilakukan dalam rangka

menyambut hari nelayan.

3.3 Analisis Perbedaan

Karakteristik Rumah

Tangga/Keluarga yang

Memanfaatkan dengan yang

Tidak Memanfaatkan Kegiatan

Pariwisata

3.3.1 Uji Beda t-test

Nilai t variabel karakteristik umur

pada equal variance assumed adalah

2,162 dengan probabilitas signifikansi

0,034 (two tailed). Karena probabilitas

< 0,05 maka rata-rata umur dalam

tahun berbeda secara signifikan antara

kelompok rumah tangga/keluarga

pemanfaat dengan non pemanfaat

kegiatan pariwisata. Nilai t Variabel

karakteristik pendidikan pada equal

variance assumed adalah 3,620 dengan

probabilitas signifikansi 0,001 (two

tailed). Karena probabilitas < 0,05

maka rata-rata pendidikan dalam

jenjang pendidikan SD s/d Diploma

dengan skor antara 2 s/d 5 berbeda

secara signifikan antara kelompok

rumah tangga/keluarga pemanfaat

dengan non pemanfaat kegiatan

pariwisata. Nilai t variabel

karakteristik jumlah angggota keluarga

pada equal variance assumed adalah

1,591 dengan probabilitas signifikansi

0,116 (two tailed). Karena probabilitas

> 0,05 maka rata-rata jumlah anggota

keluarga dalam orang memiliki

variance yang sama antara kelompok

Page 12: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

14

rumah tangga/keluarga pemanfaat

dengan non pemanfaat kegiatan

pariwisata.

F hitung levene test sebesar 64,682

dengan probabilitas 0,000, karena

probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

atau memiliki variance yang berbeda.

Demikian pula dengan menggunakan

asumsi equal variance assumed, nilai t

pada equal variance assumed adalah

5,403 dengan probabilitas signifikansi

0,000 (two tailed). Karena probabilitas

< 0,05 maka rata-rata jumlah

pendapatan per bulan dalam rupiah

berbeda secara signifikan antara

kelompok rumah tangga/keluarga

pemanfaat dengan non pemanfaat

kegiatan pariwisata.

F hitung levene test sebesar 43,709

dengan probabilitas 0,000, karena

probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

atau memiliki variance yang berbeda.

Dengan menggunakan asumsi equal

variance assumed, nilai t pada equal

variance assumed adalah 5,701 dengan

probabilitas signifikansi 0,000 (two

tailed). Karena probabilitas < 0,05

maka rata-rata total pendapatan per

bulan dalam rupiah berbeda secara

signifikan antara kelompok rumah

tangga/keluarga pemanfaat dengan non

pemanfaat kegiatan pariwisata.

3.3.2 Analisis Diskriminan

Nilai t hitung untuk Umur;

Pendidikan; Pendapatan Per Bulan dan

Total Pendapatan Per Bulan masing-

masing sebesar 2,162; 3,620; 5,403

dan 5,701. Oleh karena nilai t hitung

lebih besar dari t tabel pada tingkat

signifikansi 5%, maka keempat

variabel ini mampu membedakan

kedua kelompok rumah

tangga/keluarga dan akan digunakan

untuk membentuk fungsi diskriminan.

Dilihat dari test statistik Wilks’

Lambda jelas ada perbedaan secara

signifikan untuk variabel TP; Umur;

Pddkn dan PPB dengan nilai Wilks’

Lambda berturut-turut sebesar 0,706;

0,943; 0,856 dan 0,728, dengan

signifikansi berturut-turut pada 0,000;

0,034; 0,001 dan 0,000. Hanya variabel

JAK yang probabilitasnya > 0,05

dengan signifikansi pada 0,116 dan

nilai Wilks’ Lambda sebesar 0,969. Uji

Wilks’ Lambda dapat diaproksimasi

dengan statistik Chi-Square. Besarnya

Wilks’ Lambda sebesar 0,646 atau

sama dengan Chi-Square 33,675 dan

ternyata nilai ini signifikan pada 0,000,

maka fungsi diskriminan signifikan

secara statistik yang berarti nilai means

(rata-rata) score diskriminan untuk

kedua kelompok rumah

tangga/keluarga berbeda secara

signifikan. Eigenvalues menunjukkan

Page 13: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

15

bahwa besarnya Canonical Correlation

adalah sebesar 0,595 atau besarnya

Square Canonical Correlation (CR2) =

(0,595)2 atau sama dengan 0,354.

Artinya bahwa 35,4% variasi antara

kelompok rumah tangga/keluarga

pemanfaat dan non pemanfaat kegiatan

pariwisata yang dapat dijelaskan oleh

variabel diskriminan Umur.

3.4 Analisis Pendapatan

Masyarakat

Rata-rata jumlah sumber

pendapatan (JSP) responden adalah

1,4780 (lebih cenderung hanya satu

sumber pendapatan) dengan standar

deviasi sebesar 0,49996. Nilai range

atau selisih jumlah sumber pendapatan

(JSP) rumah tangga/keluarga minimum

dan maksimum responden yaitu 1

sumber pendapatan. Pendapatan per

bulan (PPB) rumah tangga/keluarga

responden minimum adalah

Rp.250.000,- dan maksimum adalah

Rp.5.000.000,-. Rata-rata pendapatan

per bulan (PPB) rumah

tangga/keluarga responden adalah

Rp.944.482,- dengan standar deviasi

sebesar Rp.714.981,-. Nilai range atau

selisih pendapatan per bulan (PPB)

rumah tangga/keluarga minimum dan

maksimum responden yaitu

Rp.4.750.000,-.

Rata-rata jumlah total pendapatan

(TP) per bulan rumah tangga/keluarga

responden adalah Rp.1.197.627,42,-

dengan standar deviasi sebesar

Rp.840.111,-. Nilai range atau selisih

jumlah total pendapatan (TP) per bulan

rumah tangga/keluarga minimum dan

maksimum responden yaitu

Rp.5.300.000,-. Jumlah (total)

pendapatan dari pekerjaan atau usaha

responden sebesar Rp.681.450.000,-

/Bulan dengan rata-rata pendapatan

responden yaitu sebesar

Rp.1.197.627,42,-/KK/bulan atau

setara dengan 166,37 kg beras dengan

rata-rata harga beras di Kabupaten

Sukabumi sebesar Rp.7.200,-/kg. Bila

rata-rata pendapatan ini dibandingkan

dengan Upah Minimum Regional

(UMR) Kabupaten Sukabumi tahun

2010 sebesar Rp.671.500,-/bulan maka

pendapatan masyarakat berada di atas

UMR dengan tingkat pendapatan

termasuk kategori sedang dengan

pendapatan 1 – 2 kali UMR.

Untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan

masyarakat, digunakan analisis regresi

dengan persamaan : Y(TP) = -

374831,515 + 1509,704 UMUR +

13879,468 PENDIDIKAN - 2831,784

JAK + 368004,857 JSP + 0,994 PPB.

Berdasarkan hasil analisis dapat

diketahui ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi peningkatan

pendapatan masyarakat (TP) yaitu

Page 14: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

16

dengan bertambahnya Umur,

peningkatan Pendidikan, bertambahnya

jumlah sumber pendapatan (JSP) dan

bertambahnya pendapatan per bulan

(PPB) responden dengan asumsi input

lainnya tetap. Sementara dengan

semakin bertambahnya jumlah anggota

keluarga (JAK) akan mengurangi

tingkat pendapatan masyarakat dengan

asumsi input lainnya tetap.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan tentang daya dukung fisik,

ekologis, sosial budaya kawasan

wisata; perbedaan karakteristik

masyarakat pemafaat dan non

pemanfaat pariwisata serta pendapatan

masyarakat maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Daya dukung fisik kegiatan wisata

adalah sebesar 1.336.752 orang/hari,

sedangkan daya dukung

ekologisnya sebesar 1.319 Ha serta

ketersediaan air bersih yang dapat

mencukupi kebutuhan. Didukung

pula oleh penduduk dengan kategori

(klasifikasi) kepadatan sedang serta

tingkat pendidikan yang sudah

cukup baik.

2. Rata-rata umur, pendidikan,

pendapatan per bulan dan total

pendapatan per bulan berbeda

secara signifikan antara kelompok

rumah tangga/keluarga pemanfaat

dengan non pemanfaat kegiatan

pariwisata. Sedangkan rata-rata

jumlah anggota keluarga memiliki

variance yang sama. Nilai rata-rata

score diskriminan untuk kedua

kelompok rumah tangga/keluarga

pemanfaat dengan non pemanfaat

kegiatan pariwisata berbeda secara

signifikan.

3. Pendapatan rata-rata masyarakat

adalah sebesar Rp.1.197.627,42,-

/KK/bulan. Pendapatan masyarakat

berada di atas UMR dengan

kategori tingkat pendapatan sedang.

Secara simultan variabel-variabel

umur, pendidikan, jumlah anggota

keluarga, jumlah sumber

pendapatan dan pendapatan per

bulan memberikan pengaruh nyata

terhadap total pendapatan.

4.2 SARAN

1. Perlu optimalisasi daya dukung

kegiatan pariwisata dengan

meningkatkan jumlah kunjungan

wisatawan, pengelolaan area

kawasan untuk kegiatan wisata

pantai serta memperkuat sistem

jaringan dan kelembagaan

kepariwisataan.

2. Perlu peningkatan keamanan

kegiatan pariwisata pantai dengan

memperkuat oganisasi Badan

Penyelamat Wisata Tirta

Page 15: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

17

(BALAWISTA) dan Tim SAR

Terbatas (SARTAS), melalui

pelaksanaan berbagai pendidikan

dan pelatihan khusus pengamanan

pariwisata bagi anggotanya serta

melengkapi sarana dan prasarana

operasional organisasi dan

keamanan pantai. Sehingga

diharapkan akan tercipta dan

terjaminnya keamanan serta rasa

nyaman wisatawan dalam

melaksanakan kegiatan wisatanya.

3. Perlu pengelolaan kebersihan yang

baik dengan melengkapi sarana

prasarana yang tepat, penempatan

dan penyebaran tenaga kebersihan

yang sesuai dengan kebutuhan

kawasan wisata, penekanan

sosialisasi peraturan daerah terkait

pembangunan kawasan ekowisata,

memberikan pengawasan dan

penyadaran kepada masyarakat dan

wisatawan akan pentingnya

lingkungan kawasan wisata alam

dan pantai yang bersih.

4. Perlu mendapatkan perhatian dan

peranan dari semua pihak baik

pemerintah, swasta maupun

masyarakat terhadap kelangsungan,

kelanjutan, dan kelancaran kegiatan

usaha di bidang kepariwisataan

untuk terus didukung dan

dikembangkan sebagai pekerjaan

yang menjadi sumber mata

pencaharian masyarakat, maka

diperlukan peningkatan ketersediaan

sarana prasarana fasilitas kegiatan

usaha, pembinaan wirausaha dan

diversifikasi usaha pariwisata bagi

masyarakat, sehingga akan

memberikan dampak terhadap

bertambahnya pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.

5. Perlu antisipasi dengan

meningkatkan produktifitas seluruh

anggota keluarga pada usia

produktif serta diikuti dengan

peningkatan pendidikan formal

maupun non formal dengan

membuka lapangan pekerjaan yang

luas serta pembinaan, pendidikan

dan pelatihan kewirausahaan kepada

masyarakat sesuai dengan potensi

daerah yang dimiliki oleh Kawasan

Teluk Palabuhanratu, sehingga

dengan demikian diharapkan dapat

memberikan nilai tambah dan akan

memberikan sumbangan pada

kenaikan pendapatan masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah ikut membantu

dalam penyelesaian artikel ini, terlebih

kepada para tim perevisi : Ir. Ismail,

M.SiE dan Ir. B. Argo Wibowo, M.Si.

Page 16: Artikel b.indonesia muldan martin k4_a009018_msdp_2009

18

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Sukabumi

Regency in Figures Kabupaten

Sukabumi dalam Angka 2010.

Katalog BPS : 1403.3202.

Badan Pusat Statistik

Kabupaten Sukabumi.

Balai Lingkungan Hidup. 2004.

Rencana Strategis Pengelolaan

Pesisir Terpadu Teluk

Palabuhanratu Kabupaten

Sukabumi. Program

Management Office Sukabumi

Integrated Coastal

Management Program. BLH

Kabupaten Sukabumi.

Bappeda. 2007. Laporan Akhir-

Rencana Induk Pengembangan

Pariwisata Daerah (RIPPDA)

Kabupaten Sukabumi Tahun

2007. Pemda Kab. Sukabumi.

Bappeda. 2008. Laporan Akhir-Action

Plan Kawasan Wisata Pantai

Palabuhanratu Cikakak dan

Cipanas Cisolok Kabupaten

Sukabumi Tahun 2008. Pemda

Kab. Sukabumi.

Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

Kabupaten Sukabumi. 2009.

Data Kepariwisataan dan

Kebudayaan Kabupaten

Sukabumi Tahun 2009. Pemda

Kab. Sukabumi.

Douglas, R. W., 1995. Forest

Recreation. Second Edition.

Pergamon Press. Inc. New

York.

Fandeli, C. 2002. Perencanaan

Kepariwisataan Alam. Penerbit

Fakultas Kehutanan Universitas

Gajah Mada Bulaksumur,

Yogyakarta.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program

SPSS. ISBN : 979.704.300.2

Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. Semarang.

Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor

Kep.34/KEPMEN/2002 tentang

Pedoman Umum Penataan

Ruang Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R &

B. Alfabeta.CV. ISBN : 979-

8433-64-0. Bandung.

Sumaryono, Y. 2009. Analisis

Transportasi Wisata Bahari

Berbasis Masyarakat Dalam

Pengembangan Wisata Bahari

di Kepulauan Karimunjawa

Jawa Tengah. Disertasi

Manajemen Sumberdaya

Pantai. Program Pascasarjana.

Undip. Semarang.