Artikel Ber PTK Dengan Jurnal Refleksi
-
Upload
agus-sunaryo -
Category
Documents
-
view
101 -
download
1
Transcript of Artikel Ber PTK Dengan Jurnal Refleksi
Ber – PTK dengan Jurnal Refleksi
Oleh: Agus Sunaryo(guru di SMPN 5 Tulungagung)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kegiatan tulis menulis bukan sesuatu yang asing bagi setiap manusia. Ketika
baru belajar setiap anak selalu diperkenalkan dengan simbol-simbol dan tulisan-
tulisan. Sehingga tidak ada orang yang tidak mengenal tulisan. Lebih jauh
pemahaman tentang tulisan sudah merambah pada kegiatan menulis, yaitu
membuat tulisan-tulisan.
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Ada empat macam
kemampuan dalam berbahasa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Kemampuan menulis memiliki peranan yang penting dalam proses
pembelajaran bahasa. Dengan hasil tulisan maka setiap orang akan dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa secara optimal.
Kegiatan menulis memerlukan konsentrasi secara penuh agar mendapat
menghasilkan tulisan yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15)
menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan
ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau
pikiran dan perasaan.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan sebuah tulisan. Mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, perasaan
dalam bentuk tulisan merupakan pekerjaan yang sulit. Ditegaskan oleh Heaton
dalam St. Y. Slamet (2008: 141) yaitu menulis merupakan keterampilan yang sukar
dan kompleks. Namun jika kegiatan menulis menjadi suatu kebiasaan, maka yang
sulit akan menjadi mudah.
Fenomena bahwa menulis adalah pekerjaan yang sulit juga sangat dirasakan
oleh guru. Meskipun guru pada dasarkan sudah sangat sering dan banyak
menghasilkan tulisan-tulisan. Terlebih jika tulisan itu menyangkut masalah laporan
hasil penelitian yang sangat terkenal dengan sebutan ‘PTK”.
Pengamatan penulis tentang kegiatan guru, khususnya untuk menulis hasil
laporan PTK masih jauh dari harapan. Pemerintah telah mewajibkan kepada guru
bahwa untuk dapat naik pangkat, salah satu syarat adalah membuat tulisan yang
diantaranya adalah dalam bentuk laporan PTK. Kenyataan menunjukkan bahwa
banyak karya-karya yang masih diragukan orisinalitasnya. Kondisi ini yang
sebenarnya sangat memprihatinkan, utamanya tentang kemauan dan kemampuan
guru dalam menulis.
Namun penulis punya keyakinan bahwa semua guru memiliki kemampuan
untuk menulis. Aturan-aturan tentang menulis menjadi salah satu beban yang
dianggap berat oleh sebagian besar guru. Prosedur dengan segala ketentuan yang
lain tentang penelitian juga menjadi faktor yang dapat mematikan kemauan guru
untuk menulis. Sehingga kemauan untuk menulis menjadi berkurang bahkan
hilang.
Dalam kesempatan ini penulis ingin memotivasi kepada guru-guru yang
masih belum memiliki kemauan untuk menulis, khususnya tulisan yang berupa
laporan PTK, dengan membuat jurnal refleksi. Dengan jurnal refleksi yang ditulis
dan disusun secara lengkap dan berurutan, akan memudahkan bagi guru untuk
menulis laporannya. Bahkan dalam waktu singkat, dengan memiliki jurnal refleksi,
guru akan mampu membuat artikel tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
2. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam tulisan ini adalah apakah
dengan jurnal refleksi guru dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan guru
dalam menulis khususnya membuat laporan hasil PTK ?
3. Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
kemauan guru dalam menulis laporan PTK dengan membuat jurnal refleksi.
4. Manfaat
Bagi guru, tulisan ini diharapkan dapat menumbuhkan kemauan untuk
melaksanakan PTK dan menulis laporannya. Selain itu juga membantu guru dalam
memberikan pemahaman yang benar tentang PTK.
B. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Hakekat Penelitian
Beberapa makna penelitian dari berbagai sumber:
a. Proses pembentukan dari sebuah teori yang diajukan
b. Proses pencarian dan penemuan jawaban secara ilmiah
c. Proses mencari jawaban atau hal – hal yang ingin diketahui jawabannya.
d. Kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan
e. Kegiatan ilmiah guna menemukan ilmu baru
Jadi dari uraian diatas bahwa penelitian merupakan proses yang berjalan
secara terus menerus dan tidak akan pernah merupakan hasil akhir karena sering
kali penelitian seseorang ditundukkan oleh penelitian orang lain yang mampu
membantah kebenaran hasil penelitian sebelumnya.
2. Makna PTK
Menurut Wina Sanjaya, penelitian tindakan kelas sebagai proses pengkajian
masalah pembelajaran di kelas melalui refleksi diri untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi
nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Suharsimi Arikunto, PTK (classroom action research) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis
pembelajaran.
Karakteristik PTK
Inisiatif muncul secara spontan sebagai wujud kepedulian guru terhadap
ketidakoptimalan proses dan hasil pembelajaran.
Berpijak pada permasalahan praktis yang dialami guru.
Dilakukan melalui suatu siklus reflektif, dan bentuk partisipasi atau keter- libatan
orang lain.
Bersifat kasuistik, mengkaji masalah spesifik dalam pembelajaran yang
sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru.
Menggunakan konteks alamiah kelas.
Dilakukan secara “kolaboratif-konsisten” sebagai kerjasama kolegial untuk
seluruh tahapan penelitian.
Bersifat longitudinal, PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu
(misalnya 2-3 bulan) secara kontinu.
Bersifat partikular-spesifik, PTK tidak bermaksud melakukan generalisasi untuk
mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi.
Bersifat partisipatoris, artinya guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan
dan sasaran yang perlu diubah.
Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut
sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti.
Mengutamakan kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penelitian, bukan keterwakilan jumlah sampel secara kuantitatif.
Bermaksud mengubah kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik
dan memenuhi harapan.
Manfaat
Memperbaiki pembelajaran
Pengembangan kemampuan profesional
Menumbuhkan rasa percaya diri
Meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum/program
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas.
3. Disorientasi PTK
Pemahaman setiap guru tentang PTK masih sangat beragam. Konsep dasar
PTK masih belum sepenuhnya dikaji lebih mendalam. Berbagai kegiatan termasuk
diklat tentang PTK masih banyak yang diorientasikan pada konsep dasar yang ada
dipermukaan saja. Sangat wajar jika pemahaman terhadap konsep PTK juga
menjadi bervariasi.
Terlepas dari masalah perbedaan pemahaman tentang konsep dasar PTK,
pada dasarnya setiap guru sudah melaksanakan PTK. Bukti nyata bahwa guru
telah melaksanakan PTK misalnya:
a. Setiap guru selalu berusaha untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Guru juga selalu mendorong siswa dengan berbagai cara atau metode agar
selalu aktif dalam pembelajaran.
c. Guru juga menggunakan berbagai cara melakukan evaluasi agar tepat
sasaran.
d. Guru akan selalu berusaha untuk dapat mengelola kelas yang dapat menjamin
anak dapat belajar secara baik.
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan bentuk
tindakan ketika ada permasalahan yang terjadi pada suatu kelas. Tindakan-
tindakan yang mengarah pada perbaikan setiap proses dalam pembelajaran
dengan tujuan tertentu maka dapat dikatakan bahwa guru telah melaksanakan
‘Penelitian Tindakan Kelas’.
Namun pemahaman sebagian besar guru tentang PTK bahwa untuk dapat
melakukan PTK harus menyusun proposal yang didalamnya ada judul,
permasalahan, tujuan, kajian teori, instrumen, dan analisis. Untuk menyusun
perangkat tersebut sudah cukup banyak menguras tenaga dan pikiran. Kenyataan
ini menjadikan guru semakin merasa kesulitan untuk dapat menyiapkan berbagai
peangkat tersebut. Sehingga hampir semua guru menganggap bahwa PTK itu sulit
dan sulit. Kondisi tersebut yang pada akhirnya dapat memupus kemauan guru
untuk ber-PTK.
Menumbuhkan kemauan guru untuk ber PTK akan menjadi kunci
keberhasilan bagi siapapun agar guru memiliki kemauan yang besar untuk
menulis. Kondisi inilah yang ingin penulis luruskan sehingga muncul anggapan
bahwa PTK itu mudah dan mudah.
C. Jurnal Refleksi
1. Pengertian Jurnal Refleksi
Berdasarkan Permendiknas No 16 tahun 2007 tentang kompentensi guru
disebutkan bahwa guru senantiasa harus melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran (kompetensi pedagogik). Guru dituntut
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas, dan
memanfaatkan hasil refleksi tersebut untuk perbaikan dan pengembangan
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
Jurnal refleksi adalah catatan tentang peristiwa-peristiwa yang dilakukan
oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas. Catatan tersebut dapat
berupa kegiatan guru maupun kegiatan siswa. Tidak hanya catatan yang baik-baik
saja, tetapi juga termasuk catatan yang kurang baik.
Jurnal refleksi (learning journal) adalah sebuah dokumen yang secara terus-
menerus bertambah dan berkembang, biasanya ditulis oleh seorang pembelajar
untuk mencatat setiap kemajuan belajarnya. Jurnal refleksi sangat bermanfaat bagi
pembelajar itu sendiri.
Catatan yang berupa jurnal refleksi dilakukan oleh guru pada saat
melaksanakan pembelajaran di kelas. Bagian yang dapat dicatat dalam jurnal
antara lain aktivitas setiap anak dalam mengikuti pembelajaran, kegiatan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, dan berbagai permasalahan yang muncul pada
saat pembelajaran.
Catatan berupa jurnal refleksi guru yang dipaparkan secara detil menjadi
bahan bagi guru dalam menganalisis setiap persoalan yang muncul. Sehingga guru
memiliki cara yang lebih tepat dalam mengatasi setiap permaalahan dalam
pembelajaran. Kemampuan guru menemukan cara yang tepat dalam mengatasi
permasalahan pembelajaran akan berdampak pada kegiatan pembelajaran yang
akan berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
2. Mengapa Dengan Jurnal Refleksi
Dalam Program BERMUTU (Better Education through Reformed
Management and Universal Teacher Upgrading) yang saat ini sedang digulirkan
oleh Kemendikbud, Jurnal refleksi atau Learning journal merupakan salah satu
mata kajian dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang dilakukan oleh guru,
kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Apabila jurnal refleksi dapat dibudayakan di kalangan para guru, maka
secara otomatis guru telah melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas. Yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kegiatan pembeljaran yang dilaksanakan oleh
guru.
3. Manfaat Jurnal Refleksi
Guru secara konsisten harus melakukan penulisan jurnal guru. Dengan jurnal
yang ditulis secara baik, maka ada beberapa manfaat positif yang diperoleh, yaitu:
a. Jurnal bisa menjadi sumber inspirasi untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
b. Jurnal dapat menjadi alat kontrol pelaksanaan kinerja guru, yang digunakan
sebagai salah satu bahan penilaian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas.
c. Jurnal untuk penilaian diri sendiri (Self Assesment), hal ini untuk menilai
apakah kita sebagai guru akan memperoleh nilai yang sangat baik sekali,
baik sekali, baik, kurang baik atau tidak baik dalam proses pembelajaran.
4. Isi Jurnal Refleksi
Guru dalam membuat jurnal refleksi sebaiknya secara berkelanjutan.
Semakin banyak yang dibuat, akan semakin baik. Jurnal refleksi menyajikan fakta-
fakta dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Fakta-fakta yang ada
selanjutnya dapat dianalisis untuk menemukan permasalahan sekaligus
menemukan cara untuk mengatasinya. Cara mengatasi permasalahan yang
ditemukan hendaknya dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Proses kegiatan
pada pertemuan tersebut juga dicatat lagi dalam bentuk jurnal refleksi secara
lengkap. Sehingga fakta-fakta pembelajaran dalam jurnal refleksi akan dapat
menjadi data ketika guru menulis laporan PTK.
Adapun isi yang sebaiknya ditulis dalam jurnal refleksi adalah:
a. Proses kegiatan, dapat berupa deskripsi atau poin-poin. Berisi tentang apa yang
terjadi/apa yang dilihat/ apa yang dilakukan. Termasuk menyebut nama anak
jika diperlukan. Semakin lengkap semakin baik.
b. Rasa dan Pikiran, yaitu tentang yang dirasakan/pikirkan sehubungan dengan
yang dialami. Misalnya: saya merasa belum puas dengan hasil yang saya capai
hari ini.
c. Evaluasi, yaitu tentang yang baik/tidak baik, bermanfaat/tidak bermanfaat dari
peristiwa/pengalaman tersebut.
d.Analisis, yaitu tentang yang kita pahami dari peristiwa/pengalaman itu. Misalnya:
mengapa hanya beberapa anak yang aktif bekerja dalam kerja kelompok?
e.Kesimpulan, berisi tentang yang seharusnya dilakukan/sebaiknya dilakukan.
f. Rencana ke depan, yaitu tentang apa yang akan dilakukan pada kegiatan
berikutnya.
D. Kesimpulan
Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan dari pengalaman yang
dialami oleh guru pada saat melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dicatat secara lengkap dalam bentuk jurnal refleksi. Catatan-catatan tersebut
merupakan fakta-fakta yang dialami dan dilihat pada saat pembelajaran. Ketika
muncul permasalahan, maka guru langsung dapat mencari dan menentukan cara
mengatasinya. Berbagai cara mengatasi masalah selanjutnya dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya. Pada saat guru melaksanakan pada pertemuan berikutnya,
juga dilakukan pencatatan-pencatatan dalam bentuk jurnal refleksi. Sehingga
dengan jurnal refleksi yang telah dimiliki oleh guru akan dapat dijadikan sebagai
data untuk menulis laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Agar fakat-fakta yang dicatat dapat digunakan sebagai data penelitian secara
valid, sebaiknya guru menerapkan cara mengatasi masalah tersebut beberapa kali
pertemuan secara terus menerus. Sehingga muncul beberapa jurnal refleksi.
Disarankan agar guru minimal memiliki tiga jurnal refleksi. Jurnal yang pertama
merupakan studi pendahuluan sebagai bahan menyusun bab I dalam PTK,
sekaligus menyusun kajian teori dan metode penelitian.
Jurnal refleksi kedua dapat merupakan rangkuman dari 2 atau 3 kali
pertemuan, sehingga dapat digunakan sebagai data pada siklus I. Sedangkan jurnal
refleksi ketiga juga merupakan rangkuman dari beberapa pertemuan, yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai data pada siklus II.
Jika guru masih kesulitan untuk membuat laporan PTK, dapat menulis dalam
bentuk artikel atau makalah. Sehingga tidak butuh waktu panjang dan halaman
yang banyak, cukup antara 5 – 10 halaman. Jika dalam bentuk makalah, seanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan seminar pada MGMP.
Selamat mencoba, semoga sukses !!!!!
Contoh Jurnal Refleksi
Pertemuan 1 (sebagai pra-tindakan)
A. Kegiatan Awal1. Guru memberikan salam dan menanyakan kondisi siswa2. Sebagian siswa yang dalam menjawab salam kurang serius3. Guru mereview materi minggu yang lalu dengan memberikan dua pertanyaan4. Sebagian besar siswa belum memberikan respon
B. Kegiatan Inti5. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang ... 6. Guru bertanya tentang ...7. Siswa tidak ada yang menjawab8. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara sukarela 9. Guru menjawab sendiri pertanyaannya 10. Ada 2 siswa asik berbicara sendiri, nama ..... dan .....11. Sebagian besar siswa kurang memperhatikan penjelasan guru12. Guru melanjutkan menjelaskan materi pelajaran tentang ...13. Guru menyuruh siswa membuka LKS halaman ....14. Guru memberikan penjelasan cara mengerjakan LKS15. Guru menyuruh siswa mengerjakan LKS16. Ada 4 siswa yang serius mengerjakan, sebagian besar yang lain bicara sendiri dengan
temannya17. Guru mengingatkan agar LKS segera dikerjakan18. Guru mengontrol pekerjaan siswa19. Guru membantu salah satu siswa nama ..... dalam mengerjakan LKS20. Guru menunjuk nama ..... untuk menjawab pertanyaan dalam LKS21. ...... menjawab 22. Guru menunjuk siswa lain nama .... untuk menilai jawaban temannya tadi23. .... memberikan jawaban24. Guru memberikan penghargaan terhadap jawaban siswa yang benar25. Guru memberikan pertanyaan terbuka untuk semua siswa 26. Guru menunjuk .... untuk menjawab27. ...... tidak menjawab pertanyaan28. Guru menunjuk siswa lain nama ....29. ..... menjawab30. Guru memberi kesempatan kepada siswa yang lain untuk memberikan tanggapan31. Guru memberi penjelasan/melengkapi jawaban siswa32. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapatnya33. Beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru
C. Kegiatan Penutup34. Guru merumuskan kesimpulan35. Guru melakukan evaluasi secara lesan36. Guru menunjuk beberapa siswa untuk satu pertanyaan37. Ada 4 siswa yang dapat menjawab dengan benar, sedangkan 5 siswa belum dapat
menjawab pertanyaan38. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah39. Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam
Catatan guru:1. Merasa kurang puas dengan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan2. Yang kurang antara lain:
Belum memberikan apersepsi dan motivasi pada kegiatan awal Metode yang digunakan merasa belum cocok Penjelasan guru belum dapat diserap siswa
3. Yang akan dilakukan:
Akan melakukan kegiatan awal sesuai dengan rencana Menggunakan metode diskusi pada pertemuan berikutnya Melakukan evaluasi dengan tes tulis dan lesan
4. Rencana metode diskusi Membentuk kelompok dengan anggota 5 siswa, ada 6 kelompok, 2 kelompok
beranggotakan 6 siswa Kelompok dibentuk secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa Guru membagi permasalahan kepada masing-masing kelompok Satu kelompok satu permaslahan Siswa berdiskusi Guru membimbing diskusi Guru dan kolaborator mengamati kegiatan diskusi masing-masing kelompok Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi Kelompok lain memberikan tanggapan Guru menyempurnakan jawaban siswa Bersama siswa merumuskan kesimpulan Melakukan evaluasi
Pertemuan 2 dan 3 (sebagai Siklus I)
A. Kegiatan Awal1. Guru memberikan salam dan menanyakan kondisi siswa2. Ada sebagian kecil siswa yang dalam menjawab salam kurang serius3. Guru mereview materi minggu yang lalu dengan memberikan dua pertanyaan4. Sebagian besar siswa memberikan respon yang baik dengan memberikan jawaban secara
bersama5. Guru menunjuk salah satu anak untuk menjawab6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran7. Semua siswa memperhatikan penjelasan8. Guru bertanya tentang materi yang berkaitan dengan pengalaman siswa9. Salah satu anak nama ............... menjawab10. Guru mempertegas tentang materi yang akan dibahas
B. Kegiatan Inti11. Guru memberikan petunjuk model pembelajaran diskusi12. Guru membentuk kelompok, ada 6 kelompok dengan anggota 5 siswa, dan yang 2
kelompok beranggotakan 6 siswa13. Guru membagi permasalahan kepada masing-masing kelompok14. Siswa melakukan diskusi15. Guru berjalan berkeliling setiap kelompok16. Sambil berkeliling guru memberikan bimbingan pada kelompok 3 dan 617. Kelompok 1 nama ...& .... kurang aktif, ..... sangat aktif18. Kelompok 2 : ...... kurang aktif19. Kelompok 3 : ..... , ......, dan ..... kurang aktif20. Kelompok 4: ......., ......... kurang aktif21. Kelompok 5 : ........, ........ aktif, lainnya kurang22. Kelompok 6 : ......, ........, .......... kurang aktif, ........, ........ sangat aktif23. Guru mengingatkan agar setiap anggota ikut aktif dalam diskusi kelompok24. Guru menepuk punggung salah satu siswa dari beberapa kelompok25. Anak nama ....... dari kelompok 4 bertanya26. Guru mendengarkan pertanyaan siswa dan menghargai pertanyaannya dan
menggunakan pertanyaan itu untuk memberi informasi kepada seluruh kelas27. Kelompok 6 presentasi hasil kerja kelompok28. ................... dari kelompok 1 bertanya29. ................... dari kelompok 6 menjawab, ..................... menambahkan30. .................... dari kelompok 3 memberikan tanggapan31. Yang presentasi bergantian, semua kelompok mendapat giliran
C. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa merumuskan kesimpulan2. Guru melakukan evaluasi secara lesan3. Guru menunjuk beberapa siswa untuk satu pertanyaan4. Ada 6 siswa yang dapat menjawab dengan benar, sedangkan 4 siswa belum dapat
menjawab pertanyaan5. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah6. Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam
Catatan guru:1. Merasa puas dengan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan2. Yang kurang antara lain:
Keterlibatan siswa dalam diskusi belum optimal Masih ada kelompok yang kurang aktif Peringatan guru belum dapat dipatuhi siswa dalam diskusi Tes tulis belum dapat dilaksanakan
3. Yang akan dilakukan: Guru membentuk kelompok baru dengan memperhatikan aktifitas siswa Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam diskusi Akan memberikan tugas tambahan kepada siswa yang tidak aktif Melakukan evaluasi dengan tes tulis dan lesan
4. Rencana metode diskusi Membentuk kelompok baru dengan anggota 5 siswa, ada 6 kelompok, 2
kelompok beranggotakan 6 siswa, dengan membagi secara merata siswa aktif. Kelompok dibentuk secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa Guru mengingatkan agar siswa aktif, bagi yang tidak aktif akan diberi tugas
tambahan Guru membagi permasalahan kepada masing-masing kelompok Satu kelompok satu permasalahan Siswa berdiskusi Guru membimbing diskusi Guru dan kolaborator mengamati kegiatan diskusi masing-masing kelompok Guru memberikan tugas khusus kepada siswa yang tidak aktif dalam diskusi
kelompok Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi Kelompok lain memberikan tanggapan Guru menyempurnakan jawaban siswa Bersama siswa merumuskan kesimpulan Melakukan evaluasi dengan tes tulis
Pertemuan 4 dan 5 (sebagai siklus II) Dst.