Appendicitis

25
Pendahuluan Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangusng kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera. Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan. Penyebab tersering akut abdomen antara lain appendisitis, kolik, bilier, kolisistis, divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis, diabetikum, inflamasi aneurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan herpes zooster. 1 Anamnesis Wawancara riwayat kesehatan adalah percakapan dengan pasien yang memiliki suatu tujuan. Tidak seperti percakapan sosial yang mengekspresikan kebutuhan dan minat anda sendiri disertai tanggung jawab hanya pada diri sendiri, tujuan utama wawancara praktisi pasien adalah meningkatkan kesejahteraan pasien. Tujuan percakapan dengan pasien terbagi tiga: membina hubungan 1

description

makalah penyait usus buntu

Transcript of Appendicitis

Page 1: Appendicitis

Pendahuluan

Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat terjadi

karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen datang

dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangusng kurang dari 24 jam.

Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera

maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera.

Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau

non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.

Penyebab tersering akut abdomen antara lain appendisitis, kolik, bilier, kolisistis,

divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis

mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain

nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis, diabetikum,

inflamasi aneurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan herpes zooster.1

Anamnesis

Wawancara riwayat kesehatan adalah percakapan dengan pasien yang memiliki suatu

tujuan. Tidak seperti percakapan sosial yang mengekspresikan kebutuhan dan minat anda

sendiri disertai tanggung jawab hanya pada diri sendiri, tujuan utama wawancara praktisi

pasien adalah meningkatkan kesejahteraan pasien. Tujuan percakapan dengan pasien terbagi

tiga: membina hubungan saling percaya dan mendukung, mengumpulkan informasi, dan

membagi informasi.2

Format riwayat kesehatan adalah kerangka terstruktur untuk menyusun informasi pasien

dengan format tertulis atau verbal. Beberapa komponen riwayat kesehatan:

Identifikasi data

Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan. Sumber

riwayat biasanya pasien, tetapi dapat juga dari anggota keluarga, teman, surat rujukan

atau rekam medis.

Keluhan utama

Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari

perawatan

1

Page 2: Appendicitis

Riwayat penyakit sekarang

Menjelaskan keluhan utama, gambarkan bagaimana perkembangan setiap gejala, tunjukan

tujuh gambaran dari setiap gejala yaitu lokasi (di mana, apakah menyebar), kualitas

(seperti apa rasanya), kuantitas atau keparahan (seberapa parah), waktu terjadinya gejala

(kapan mulai dirasakan, sudah berapa lama, seberapa sering gejala muncul), kondisi saat

gejala terjadi (meliputi faktor lingkungan, aktivitas individu, reaksi emosi, atau keadaan

lain yang berperan terhadap timbulnya penyakit), faktor yang meredakan atau

memperburuk penyakit, manifesatasi terkait (apakah anda mengenali hal-hal lain yang

menyertai gejala tersebut). Kemudian juga termasuk pikiran dan perasaan klien mengenai

penyakitnya. Poin pengkajian dapat mencakup medikasi, alergi, kebiasaan merokok,

alkohol, karena kerap kali terkait dengan penyakit yang sedang diderita.

Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, penyakit yang dialami saat dewasa

lengkap dengan waktunya yang sedikitnya mencakup empat kategori berikut: medis,

pembedahan; obstetrik/ginekologik dan psikiatrik, termasuk praktik mempertahankan

kesehatan seperti imunisasi, uji skrining, masalah gaya hidup, dan keamanan rumah.

Riwayat keluarga

Gambaran atau diagram usia dan keadaan kesehatan atau usia dan penyebab kematian,

apakah bersumber dari saudara kandung, orangtua, dan kakek nenek. Dokumen yang

menunjukan ada atau tidak adanya penyakit khusus dalam keluarga, seperti hipertensi,

penyakit arteri koroner, dan sebagainya.

Riwayat pribadi dan sosial

Jelaskan tentang tingkat pendidikan, suku bangsa keluarga, keadaan rumah tangga saat

ini, minat individu, dan gaya hidup.2

Pemeriksaan Fisik2,3,4

Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga

pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan

kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan

nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila

2

Page 3: Appendicitis

tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan

bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).

Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk

menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan

pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang

terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis

pelvika.

Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk

mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan

otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul

kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m.

psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji

obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi

terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang

merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.

Mengkaji kemungkinan apendisitis:

Tanyakan di mana nyeri mulai terasa, sekarang terasa di bagian mana, minta pasien untuk

batuk, di mana terasa sakit. Kemungkinan temuan pada apendisitis klasik, nyeri mulai terasa

dekat umbilikus terasa di kuandran kanan bawah. Palpasi untuk melokalisasi nyeri tekan.

Kemungkinan temuan nyeri tekan kuadran kanan bawah. Palpasi untuk kekakuan muskular.

Kemungkinan temuan kekakuan kuadran kanan bawah.2

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. Bila suhu tinggi, mungkin

sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 10C. Pasien

apendisitis akut biasanya ditemukan terbaring di ranjang dan memberikan penampilan umum

perasaan tidak sehat. Kemudahan atau kesulitan pada gerakan mencapai posisi terlentang bisa

menawarkan tanda pertama tentang ada atau tidak adanya iritasi peritoneum. Sikapnya di

ranjang cenderung tak bergerak, sering dengan tungkai kanan fleksi. 4-5

Inspeksi langsung abdomen biasanya tak jelas serta auskultasi atau perkusi tidak sangat

bermanfaat dalam pasien apendisitis.6 kembung sering terlihat pada penderita dengan

3

Page 4: Appendicitis

komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses

periapendikuler.

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri

lepas. Defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan

perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan

dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda rovsing.4 Palpasi ringan abdomen

dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa menilai rigiditas atau defans muskular

ringan. Tujuan primer palpasi abdomen adalah untuk menentukan apakah pasien menderita

iritasi perineum atau tidak. Tanda iritasi peritoneum adalah nyeri tekan lokalisata, khas dalam

kuadran kanan bawah, rigiditas atau defans muskular derajat ataupun nyeri lepas.5 Palpasi

abdomen yang lembut kritis dalam membuat keputusan, apakah operasi diindikasikan pada

pasien yang dicurigai apendisitis, palpasi seharusnya dimulai dalam kuadran kiri bawah, yang

dilanjutkan ke kuadran kuadran kiri atasm kuadran kanan atas dan diakhiri dengan

pemeriksaan kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada apendisitis yang lanjut, dapat

dideteksi suatu massa. Adanya nyeri tekan kuadran kanan bawah dengan spasme otot kuadran

kanan bawah merupakan indikasi untuk operasi, kecuali ada sejumah petunjuk lain bahwa

apendisitis mungkin bukan diagnosis primer.

Pemeriksaan rectum dan pelvis harus dilakukan dalam semua pasien apendisitis. Pada

apendisitis atipik, nyeri mungkin tidak terlokalisasi dari daerah periumbilicus, tetapi nyeri

tekan rectum kuadran kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan rectum kuadran

kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan atau sekret cervix pada wanita muda

dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa ke arah diagnosis penyakit peradangan pelvis.6

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml

(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum

yang meningkat.1,6

Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan

ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada

apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang

4

Page 5: Appendicitis

dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya

pelebaran sekum.7

Diagnosis Kerja

Apendisitis Akut

Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan

merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut

juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena

usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang

dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor

apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.7 Diagnosis

apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat: riwayat nyeri perut

kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan

mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopik

apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau

total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel

inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.4

Diagnosis Banding

Gastroenteritis

Merupakan keadaan yang paling lazim dikelirukan dengan apendisitis adalah

gastroenteritis pada anak dan dewasa muda. Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare

yang berlebihan merupakan gambaran yang menonjol dan khas mendahului mulainya

nyeri yang berbatas kurang tegas atau lebih bersifat kram dibandingkan nyeri yang

terlihat pada apendisitis.5 Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai

dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah.

Hiperperistaltik merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut,

suatu observasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.7

Kolik Ureter

Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme

otot polos organ berongga yang berbentuk tabung. Nyeri pinggang hebat yang datangnya

mendadak, hilang timbul (intermiten), karena spasme otot polos untuk melawan suatu

5

Page 6: Appendicitis

hambatan /sumbatan batu bekuan darah, debris yang berasal dari ginjal turun ke ureter.

Gejalanya yaitu nyeri yang bermula di daerah pinggang dan dapat menjalar ke seluruh

perut, inguinal, testis, dan selalu ingin berganti posisi untuk memperoleh posisi yang

tidak nyeri

Pankreatitis Akut

Pankreatitis akut adalah suatu proses peradangan akut yang mengenai pankreas dan

ditandai oleh berbagai derajat edema, perdarahan dan nekrosis pada sel-sel asinus dan

pembuluh darah. Pankreatitis biasa disebabkan oleh batu bilier,Infeksi (DBD, askaris,

apendisitis akut), idiopatik, trauma, obstruksi saluran pankreas oleh fibrosis atau

konkrema, penyakit metabolik (hipertrigliseridemia, hiperlipoproteinemia, hiperkalsemia,

diabetes, gagal ginjal, hemokromatosis, pankreatitis herediter). Gejala pankreatitis akut

dapat ringan sehingga ditemukan konsentrasi enzim pankreas dalam serum atau dapat

menjadi berat dan fatal. Rasa nyeri timbul tiba-tiba di epigastrium (tersering), kadang

agak ke kiri atau  kanan; rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, perut dan abdomen

bawah; terus-menerus, makin bertambah dan berhari-hari; bisa disertai mual-muntah serta

demam; kadang terdapat tanda kolaps kardiovaskular, renjatan dan gangguan

pernapasan.8

Ileus Obstruktif

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus

akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus atau disebut juga

ileus obstruksi (obstruksi mekanik) misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau adanya

sumbatan dalam lumen usus. Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di usus

halus maupun dikolon. Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:8

1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar

50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi

intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal,

2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)

merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan

penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.

6

Page 7: Appendicitis

3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,

sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi

melalui kompresi eksternal.

4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus

yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus

mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.

Gejala Klinis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,

perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Obstruksi pada usus halus

menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian epigastrium.8

Etiologi

Apendisitis disebabkan oleh obstruksi pada luman apendiks oleh hyperplasia limfoid,

infeksi, stasis feses (fekalith), parasit ataupun kadang oleh neoplasma ataupun benda asing.

Hiperplasia limfoid berhubungan dengan penyakit crohn, mononukleosis infeksiosa,

measless, dan infeksi pada traktus digestivus dan respiratorius. Adanya obstruksi ini akan

meningkatkan tekanan dalam lumen dan terus meningkat karena adanya produksi mukus

mukosa. kemudian akan terjadi multiplikasi bakteri yang akan menyebabkan terjadinya

lekositosis dan pembentukan pus.4

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai factor

pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang di ajukan sebagai factor

pencetus di samping hyperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang di duga dapat menimbulkan apendisitis

ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica .

Penetilitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat

dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasektel yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan

kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.4

Epidemiologi

7

Page 8: Appendicitis

Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di negara berkembang.

Namum dalam tiga empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini

di duga di sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat dalam menu sehari hari

Apendisitis dapat di temukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun

jarang di laporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun .

insidens pada laki- laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun

insiden lelaki lebih tinggi.4

Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia

folikel, limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.

Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.

Makin lama, mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang

meningkat tersebut menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, dipedesis bakteri,

dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri

epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang timbul meluas mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri

di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti

dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah

rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat

apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding

apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang

memudahkan terjadi perforasi. Sedangkan pada orangtua perforasi mudah terjadi karena telah

ada gangguan pembuluh darah.7

8

Page 9: Appendicitis

Gambar 1. patogenesis apendisitis 9

Gejala Klinis

Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus

yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan

bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan

anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi

kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.7

Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis meskipun jarang dikeluhkan oleh anak-

anak. Kebanyakan penderita mengeluh adanya riwayat obstipasi sebelum timbulnya nyeri dan

defekasi dapat mengurangi rasa nyeri abdomen. Kadang-kadang dapat terjadi diare pada

9

Page 10: Appendicitis

anak-anak. Lokalisasi rasa sakit tergantung pada posisi apendiks, hilangnya nafsu makan dan

muntah-muntah adalah ciri khas. Secara tipikal dimulai dalam waktu singkat segera setelah

timbul rasa sakit. Jika penderita mengeluh riwayat muntah sebelum adanya rasa sakit maka

keadaan itu bukan apendisitis.

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun

dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah semakin progresif dan dengan pemeriksaan

seksama akan dapat ditunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada

kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan loksasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme

biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif semakin meyakinkan

diagnosis klinis apendisitis.7

Komplikasi

Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak

dapat diramalkan dan mempunyai kecenderugan menjadi progresif dan mengalami perforasi.

Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan masa

tersebut.

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme dinding perut kuadran kanan

bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise,

dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan

abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk

menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang: tirah baring dalam posisi

fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit,

pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfusi untuk mengatasi anemia, dan

penanganan syok septik secara intensif bila ada.

Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung

menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik

(ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses segera

menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap

progresif harus segera dilakukan drainase. Tromboflebitis supurativ dari sistem portal jarang

terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan

10

Page 11: Appendicitis

demam sepsis, mengigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada

keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.

Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis

intrabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.7

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Ada 3 prinsip utama pola pemberian antibiotik pada penderita yang di diagnosis

dengan apendisitis akut, yaitu :

1. Antibiotik diberikan preoperatif bila diduga telah terjadi perforasi.

2. Antibiotik diberikan preoperatif, dan terus dilanjutkan bila dijumpai apendiks

perforasi atau gangren.

3. Antibiotik diberikan preoperatif pada semua penderita dengan apendisitis akut dan

dilanjutkan hingga 3-5 hari.8

Hasil penelitian menunjukkan obat yang digunakan pada kasus apendisitis akut adalah

antibiotika, analgetika, terapi cairan, antiulser dan antiemetika. Jenis antibiotika yang

digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III (sefotaksim dan

seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol, aminoglikosida

(gentamisin), penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat KRS

antibiotika yang paling banyak digunakan adalah siprofloksasin. Jenis analgetika yang

digunakan adalah ketorolak trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl. Dosis obat

yang digunakan semuanya sesuai dengan pustaka dengan rute pemberian iv dan per oral

pada saat KRS. Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan

penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi

(ILO). Problem obat pada kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu

reaksi alergi (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.10

Metronidazol dan tinidazol

Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Pada biakan E.histolytica

dengan kadar metronidazol 1-2ug/ml, semua parasit musnah dalam 24 jam. Sampai saat

ini belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. Tinidazol

memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama dengan metronidazol. Perbedaannya

11

Page 12: Appendicitis

dengan metronidazol ialah masa paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan

sebagai dosis tunggal perhari, dan efek sampingnnya lebih ringan daripada metronidazol.

Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam

setelah pemberian dosis tungal 500 mg per oral diperoleh kadar plama kira-kira 10 ug/ml.

Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang sensitif, rata-rata diperlukan

kadar tidak lebih dari 8 ug/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Pada beberapa

kasus terjadi kegagalan karena rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin disebabkan oleh

absorpsi yang buruk atau metabolisme yang terlalu cepat. Obat ini diekskresi melalui urin

dalam bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Urin mungkin

berwarna cokelat kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang berasal dari

obat. Metronidazol juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan

seminal dalam kadar yang rendah. Masa paruh tinidazol 12-24 jam. Kadar plasma setelah

24 jam, 10 ug/ml.

Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala, mual, mulut kering,

dan rasa kecap logam. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami. Lidah berselaput,

glositis dan stomatitis dapat terjadi selama pengobatan dan ini mungkinberkaitan dengan

moniliasis. Efek samping lain dapat berupa pusing, vertigo, ataksia, parastesia pada

ekstremiatas, urtikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga

kering pada mulut, vagina dan vulva.

Pada pasien dengan riwayat penyakit darah atau dengan gangguan SSP, pemberian

obat tidak dianjurkan. Bila ditemukan ataksia, kejang, atau gejala susunan saraf pusat

yang lain, maka pemberian obat harus segera dihentikan. Metronidazol telah diberikan

pada berbagai tingkat kehamilan tanpa peningkatan kejadian teratogenik, prematuritas

dan kelainan pada bayi yang dilahirkan. Namun penggunaan pada trimester pertama

kehamilan tidak dianjurkan.

Dosis metronidazol perlu disesuaikan pada pengguanaan bersama obat fenobarbital,

prednison, rifampin karena meningkatkan metabolisme oksidatif metronidazol.

Sedangkan simetidin dapat menghambat metabolisme metronidazol di hati.

Metronidazol dan tinidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan

infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun

ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian metronidazol

12

Page 13: Appendicitis

mengalami penyerapan di usus halus. Pada abses hati, dosis yang digunakan sema besar

dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba bahkan dengan dosis yang lebih kecil

telah dapat diperoleh respons yang baik. Juga indikasikan untuk drankuliasis sebagai

alternatif niridazol untuk giardiasis. Digunakan untuk profilaksis pasca bedah daerah

abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B.fragilis.

juga dapat digunakan untukkolitis pseudomembranosa yang disebabkan oleh Clostridium

difficile tetapi vankomisin meruapakan obat terpilih. Penelitian memperlihatkan

metronidazol bermanfaat bagi beberapa pasien ulkus peptikum yang terinfeksi

Helicobacter pylori.

Tramadol

Adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor u yang lemah,

sebagian dari analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin. Tramadol

sama efektif dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi

untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Tramadol mengalami metabolisme di hati dan

ekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol dan 7, 5 jam

untuk metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1 jam setelah pengguanaan secara oral

dan mencapai puncaknya dalam 2-3 jam. Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis maksimum

per hari yang dianjurkan 400 mg.

Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit

kepala. Karena efek inhibisinya sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang

menggunakan penghambat monoamin-oksidase (MAO).10

Non Medikamentosa

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam

waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,

diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi

perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.

a.Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres

untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan.

b. Tindakan operatif ; appendiktomi.

13

Page 14: Appendicitis

c.Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di

tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di

luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.7

Tidak ada cara yang dapat mencegah perkembangan lanjut terjadinya apendisitis akut.

Operasi apendektomi emergensi merupakan satu-satunya tindakan yang harus dilakukan

untuk dapat mengurangi morbiditas dan mencegah mortalitas penderita. Dalam 24 jam

pertama timbulnya gejala, dapat terjadi perforasi sebanyak kurang dari 20%, tapi

meningkat cepat menjadi lebih 70% setelah 48 jam.

Pada penderita yang tidak dapat segera dilakukan tindakan operasi, penanganannya

dilakukan dengan perawatan konservatif, penderita diobservasi ketat, istirahat total di

tempat tidur, diet makanan yang tidak merangsang peristaltik dan pemberian antibiotik

broad spektrum. Pasang drain bila terjadi abses.5

Pencegahan

Sampai saat ini, tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui bagaimana mencegah

usus buntu. Namun, Anda dapat mengurangi risiko kematian dari usus buntu dengan

memahami gejala-gejala umum dari kondisi tersebut, untuk mendapatkan pengobatan yang

tepat sebelum berkembang menjadi serangan yang lebih parah. Ada beberapa tindakan

pencegahan yang disarankan tetapi tidak ada cara standar untuk mencegah usus buntu dari

terjadi.

1. Makanlah makanan kaya serat. Ada korelasi yang tinggi antara usus buntu dan diet serat

rendah. Diet serat tinggi dapat lembut dengan sistem pencernaan. Diet serat larut terdiri

dari buah-buahan dan sayuran biji-bijian, roti gandum, wortel, timun, zucchini, dan

seledri merupakan diet serat non-larut. Mempertahankan diet yang baik dan seimbang

juga dapat membantu mencegah usus buntu. Asupan Cairan juga penting untuk menjaga

tubuh cukup terhidrasi.

2. Ukuran efektif yang paling baik untuk mencegah usus buntu dari berkembang menjadi

lebih parah bentuknya akan pengakuan dari tanda-tanda awal umum radang usus buntu.

Ini mungkin termasuk sakit perut terutama pada kuadran kanan bawah perut, terasa dari

pusar ke bawah ke sisi kanan bawah perut, dan / atau muntah, kehilangan nafsu makan,

perut bengkak, demam, sembelit dan mual. Setelah diobati, infeksi dapat berlanjut

menyebabkan pecahnya usus buntu yang akan memerlukan operasi pengangkatan segera.

14

Page 15: Appendicitis

Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala ini sebagai cara untuk mencegah usus

buntu bagi kemajuan di lebih kondisi serius dengan mendapatkan diagnosis yang tepat

dan pengobatan.

3. Ambil suplemen yang akan menjaga daya tahan tubuh yang kuat terhadap infeksi. Beta

Carotene vitamin C dan seng dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat koenzim A bantu

proses tubuh untuk detoksifikasi.

Prognosis

Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas

penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan

mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di

angkat. Terminology apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.7

Kesimpulan

Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks. Apendisitis

akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia

jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan

penyumbatan.

Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus

yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan

bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan

anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi

kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam

waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan

antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi

diberikan drain diperut kanan bawah.

Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas

penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan

mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di

angkat.

15

Page 16: Appendicitis

Daftar Pustaka

1. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti. Buku

ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: EGC; 2007.h. 303

2. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.

Jakarta: EGC; 2008.h. 2,15.

3. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan

Diabetes Indonesia; 2004.h.73-6

4. Sjamsuhidayat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005.h.

639-45

5. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (essentials of surgery) bagian 2. Jakarta: EGC;

2004.h. 3-11

6. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (sabiston’s essential surgery)) bagian 1. Jakarta:

EGC; 2004.h. 498

7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rkhmi, Wardhani Ika Wahyu, Seiowulan

Wiiwiek. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI;

2007.h.307-13.

8. Hartanto H, Nirmala WK, Fatimatuzzuhroh, editor. Tutorial diagnosis banding. Jakarta:

EGC; 2011.h.87-9

9. Askep apendisitis. Diunduh dari http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/2010/21/06,

21 Mei 2010.

10. Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Arif Azalia, Bahry

Bahroelim, dkk. Frmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008

16