Appendicitis
-
Upload
sagase-apthayasa -
Category
Documents
-
view
43 -
download
6
description
Transcript of Appendicitis
Pendahuluan
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat terjadi
karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen datang
dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangusng kurang dari 24 jam.
Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera
maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera.
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau
non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.
Penyebab tersering akut abdomen antara lain appendisitis, kolik, bilier, kolisistis,
divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis
mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain
nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis, diabetikum,
inflamasi aneurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan herpes zooster.1
Anamnesis
Wawancara riwayat kesehatan adalah percakapan dengan pasien yang memiliki suatu
tujuan. Tidak seperti percakapan sosial yang mengekspresikan kebutuhan dan minat anda
sendiri disertai tanggung jawab hanya pada diri sendiri, tujuan utama wawancara praktisi
pasien adalah meningkatkan kesejahteraan pasien. Tujuan percakapan dengan pasien terbagi
tiga: membina hubungan saling percaya dan mendukung, mengumpulkan informasi, dan
membagi informasi.2
Format riwayat kesehatan adalah kerangka terstruktur untuk menyusun informasi pasien
dengan format tertulis atau verbal. Beberapa komponen riwayat kesehatan:
Identifikasi data
Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan. Sumber
riwayat biasanya pasien, tetapi dapat juga dari anggota keluarga, teman, surat rujukan
atau rekam medis.
Keluhan utama
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari
perawatan
1
Riwayat penyakit sekarang
Menjelaskan keluhan utama, gambarkan bagaimana perkembangan setiap gejala, tunjukan
tujuh gambaran dari setiap gejala yaitu lokasi (di mana, apakah menyebar), kualitas
(seperti apa rasanya), kuantitas atau keparahan (seberapa parah), waktu terjadinya gejala
(kapan mulai dirasakan, sudah berapa lama, seberapa sering gejala muncul), kondisi saat
gejala terjadi (meliputi faktor lingkungan, aktivitas individu, reaksi emosi, atau keadaan
lain yang berperan terhadap timbulnya penyakit), faktor yang meredakan atau
memperburuk penyakit, manifesatasi terkait (apakah anda mengenali hal-hal lain yang
menyertai gejala tersebut). Kemudian juga termasuk pikiran dan perasaan klien mengenai
penyakitnya. Poin pengkajian dapat mencakup medikasi, alergi, kebiasaan merokok,
alkohol, karena kerap kali terkait dengan penyakit yang sedang diderita.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, penyakit yang dialami saat dewasa
lengkap dengan waktunya yang sedikitnya mencakup empat kategori berikut: medis,
pembedahan; obstetrik/ginekologik dan psikiatrik, termasuk praktik mempertahankan
kesehatan seperti imunisasi, uji skrining, masalah gaya hidup, dan keamanan rumah.
Riwayat keluarga
Gambaran atau diagram usia dan keadaan kesehatan atau usia dan penyebab kematian,
apakah bersumber dari saudara kandung, orangtua, dan kakek nenek. Dokumen yang
menunjukan ada atau tidak adanya penyakit khusus dalam keluarga, seperti hipertensi,
penyakit arteri koroner, dan sebagainya.
Riwayat pribadi dan sosial
Jelaskan tentang tingkat pendidikan, suku bangsa keluarga, keadaan rumah tangga saat
ini, minat individu, dan gaya hidup.2
Pemeriksaan Fisik2,3,4
Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga
pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan
kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan
nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila
2
tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan
bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk
menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang
terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis
pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan
otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul
kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m.
psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji
obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
Mengkaji kemungkinan apendisitis:
Tanyakan di mana nyeri mulai terasa, sekarang terasa di bagian mana, minta pasien untuk
batuk, di mana terasa sakit. Kemungkinan temuan pada apendisitis klasik, nyeri mulai terasa
dekat umbilikus terasa di kuandran kanan bawah. Palpasi untuk melokalisasi nyeri tekan.
Kemungkinan temuan nyeri tekan kuadran kanan bawah. Palpasi untuk kekakuan muskular.
Kemungkinan temuan kekakuan kuadran kanan bawah.2
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. Bila suhu tinggi, mungkin
sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 10C. Pasien
apendisitis akut biasanya ditemukan terbaring di ranjang dan memberikan penampilan umum
perasaan tidak sehat. Kemudahan atau kesulitan pada gerakan mencapai posisi terlentang bisa
menawarkan tanda pertama tentang ada atau tidak adanya iritasi peritoneum. Sikapnya di
ranjang cenderung tak bergerak, sering dengan tungkai kanan fleksi. 4-5
Inspeksi langsung abdomen biasanya tak jelas serta auskultasi atau perkusi tidak sangat
bermanfaat dalam pasien apendisitis.6 kembung sering terlihat pada penderita dengan
3
komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses
periapendikuler.
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri
lepas. Defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan
perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan
dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda rovsing.4 Palpasi ringan abdomen
dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa menilai rigiditas atau defans muskular
ringan. Tujuan primer palpasi abdomen adalah untuk menentukan apakah pasien menderita
iritasi perineum atau tidak. Tanda iritasi peritoneum adalah nyeri tekan lokalisata, khas dalam
kuadran kanan bawah, rigiditas atau defans muskular derajat ataupun nyeri lepas.5 Palpasi
abdomen yang lembut kritis dalam membuat keputusan, apakah operasi diindikasikan pada
pasien yang dicurigai apendisitis, palpasi seharusnya dimulai dalam kuadran kiri bawah, yang
dilanjutkan ke kuadran kuadran kiri atasm kuadran kanan atas dan diakhiri dengan
pemeriksaan kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada apendisitis yang lanjut, dapat
dideteksi suatu massa. Adanya nyeri tekan kuadran kanan bawah dengan spasme otot kuadran
kanan bawah merupakan indikasi untuk operasi, kecuali ada sejumah petunjuk lain bahwa
apendisitis mungkin bukan diagnosis primer.
Pemeriksaan rectum dan pelvis harus dilakukan dalam semua pasien apendisitis. Pada
apendisitis atipik, nyeri mungkin tidak terlokalisasi dari daerah periumbilicus, tetapi nyeri
tekan rectum kuadran kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan rectum kuadran
kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan atau sekret cervix pada wanita muda
dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa ke arah diagnosis penyakit peradangan pelvis.6
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat.1,6
Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada
apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
4
dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum.7
Diagnosis Kerja
Apendisitis Akut
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut
juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena
usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang
dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor
apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.7 Diagnosis
apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat: riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopik
apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau
total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.4
Diagnosis Banding
Gastroenteritis
Merupakan keadaan yang paling lazim dikelirukan dengan apendisitis adalah
gastroenteritis pada anak dan dewasa muda. Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare
yang berlebihan merupakan gambaran yang menonjol dan khas mendahului mulainya
nyeri yang berbatas kurang tegas atau lebih bersifat kram dibandingkan nyeri yang
terlihat pada apendisitis.5 Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai
dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah.
Hiperperistaltik merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut,
suatu observasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.7
Kolik Ureter
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme
otot polos organ berongga yang berbentuk tabung. Nyeri pinggang hebat yang datangnya
mendadak, hilang timbul (intermiten), karena spasme otot polos untuk melawan suatu
5
hambatan /sumbatan batu bekuan darah, debris yang berasal dari ginjal turun ke ureter.
Gejalanya yaitu nyeri yang bermula di daerah pinggang dan dapat menjalar ke seluruh
perut, inguinal, testis, dan selalu ingin berganti posisi untuk memperoleh posisi yang
tidak nyeri
Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut adalah suatu proses peradangan akut yang mengenai pankreas dan
ditandai oleh berbagai derajat edema, perdarahan dan nekrosis pada sel-sel asinus dan
pembuluh darah. Pankreatitis biasa disebabkan oleh batu bilier,Infeksi (DBD, askaris,
apendisitis akut), idiopatik, trauma, obstruksi saluran pankreas oleh fibrosis atau
konkrema, penyakit metabolik (hipertrigliseridemia, hiperlipoproteinemia, hiperkalsemia,
diabetes, gagal ginjal, hemokromatosis, pankreatitis herediter). Gejala pankreatitis akut
dapat ringan sehingga ditemukan konsentrasi enzim pankreas dalam serum atau dapat
menjadi berat dan fatal. Rasa nyeri timbul tiba-tiba di epigastrium (tersering), kadang
agak ke kiri atau kanan; rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, perut dan abdomen
bawah; terus-menerus, makin bertambah dan berhari-hari; bisa disertai mual-muntah serta
demam; kadang terdapat tanda kolaps kardiovaskular, renjatan dan gangguan
pernapasan.8
Ileus Obstruktif
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus atau disebut juga
ileus obstruksi (obstruksi mekanik) misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau adanya
sumbatan dalam lumen usus. Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di usus
halus maupun dikolon. Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:8
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal,
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.
6
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
Gejala Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Obstruksi pada usus halus
menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian epigastrium.8
Etiologi
Apendisitis disebabkan oleh obstruksi pada luman apendiks oleh hyperplasia limfoid,
infeksi, stasis feses (fekalith), parasit ataupun kadang oleh neoplasma ataupun benda asing.
Hiperplasia limfoid berhubungan dengan penyakit crohn, mononukleosis infeksiosa,
measless, dan infeksi pada traktus digestivus dan respiratorius. Adanya obstruksi ini akan
meningkatkan tekanan dalam lumen dan terus meningkat karena adanya produksi mukus
mukosa. kemudian akan terjadi multiplikasi bakteri yang akan menyebabkan terjadinya
lekositosis dan pembentukan pus.4
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai factor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang di ajukan sebagai factor
pencetus di samping hyperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang di duga dapat menimbulkan apendisitis
ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica .
Penetilitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasektel yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.4
Epidemiologi
7
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di negara berkembang.
Namum dalam tiga empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
di duga di sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat dalam menu sehari hari
Apendisitis dapat di temukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang di laporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun .
insidens pada laki- laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun
insiden lelaki lebih tinggi.4
Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel, limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama, mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, dipedesis bakteri,
dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadi perforasi. Sedangkan pada orangtua perforasi mudah terjadi karena telah
ada gangguan pembuluh darah.7
8
Gambar 1. patogenesis apendisitis 9
Gejala Klinis
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi
kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.7
Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis meskipun jarang dikeluhkan oleh anak-
anak. Kebanyakan penderita mengeluh adanya riwayat obstipasi sebelum timbulnya nyeri dan
defekasi dapat mengurangi rasa nyeri abdomen. Kadang-kadang dapat terjadi diare pada
9
anak-anak. Lokalisasi rasa sakit tergantung pada posisi apendiks, hilangnya nafsu makan dan
muntah-muntah adalah ciri khas. Secara tipikal dimulai dalam waktu singkat segera setelah
timbul rasa sakit. Jika penderita mengeluh riwayat muntah sebelum adanya rasa sakit maka
keadaan itu bukan apendisitis.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun
dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah semakin progresif dan dengan pemeriksaan
seksama akan dapat ditunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada
kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan loksasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme
biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif semakin meyakinkan
diagnosis klinis apendisitis.7
Komplikasi
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak
dapat diramalkan dan mempunyai kecenderugan menjadi progresif dan mengalami perforasi.
Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan masa
tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme dinding perut kuadran kanan
bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise,
dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan
abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang: tirah baring dalam posisi
fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit,
pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfusi untuk mengatasi anemia, dan
penanganan syok septik secara intensif bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung
menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik
(ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses segera
menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap
progresif harus segera dilakukan drainase. Tromboflebitis supurativ dari sistem portal jarang
terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan
10
demam sepsis, mengigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada
keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.
Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis
intrabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.7
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Ada 3 prinsip utama pola pemberian antibiotik pada penderita yang di diagnosis
dengan apendisitis akut, yaitu :
1. Antibiotik diberikan preoperatif bila diduga telah terjadi perforasi.
2. Antibiotik diberikan preoperatif, dan terus dilanjutkan bila dijumpai apendiks
perforasi atau gangren.
3. Antibiotik diberikan preoperatif pada semua penderita dengan apendisitis akut dan
dilanjutkan hingga 3-5 hari.8
Hasil penelitian menunjukkan obat yang digunakan pada kasus apendisitis akut adalah
antibiotika, analgetika, terapi cairan, antiulser dan antiemetika. Jenis antibiotika yang
digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III (sefotaksim dan
seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol, aminoglikosida
(gentamisin), penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat KRS
antibiotika yang paling banyak digunakan adalah siprofloksasin. Jenis analgetika yang
digunakan adalah ketorolak trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl. Dosis obat
yang digunakan semuanya sesuai dengan pustaka dengan rute pemberian iv dan per oral
pada saat KRS. Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan
penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi
(ILO). Problem obat pada kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu
reaksi alergi (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.10
Metronidazol dan tinidazol
Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Pada biakan E.histolytica
dengan kadar metronidazol 1-2ug/ml, semua parasit musnah dalam 24 jam. Sampai saat
ini belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. Tinidazol
memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama dengan metronidazol. Perbedaannya
11
dengan metronidazol ialah masa paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan
sebagai dosis tunggal perhari, dan efek sampingnnya lebih ringan daripada metronidazol.
Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam
setelah pemberian dosis tungal 500 mg per oral diperoleh kadar plama kira-kira 10 ug/ml.
Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang sensitif, rata-rata diperlukan
kadar tidak lebih dari 8 ug/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Pada beberapa
kasus terjadi kegagalan karena rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin disebabkan oleh
absorpsi yang buruk atau metabolisme yang terlalu cepat. Obat ini diekskresi melalui urin
dalam bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Urin mungkin
berwarna cokelat kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang berasal dari
obat. Metronidazol juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan
seminal dalam kadar yang rendah. Masa paruh tinidazol 12-24 jam. Kadar plasma setelah
24 jam, 10 ug/ml.
Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala, mual, mulut kering,
dan rasa kecap logam. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami. Lidah berselaput,
glositis dan stomatitis dapat terjadi selama pengobatan dan ini mungkinberkaitan dengan
moniliasis. Efek samping lain dapat berupa pusing, vertigo, ataksia, parastesia pada
ekstremiatas, urtikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga
kering pada mulut, vagina dan vulva.
Pada pasien dengan riwayat penyakit darah atau dengan gangguan SSP, pemberian
obat tidak dianjurkan. Bila ditemukan ataksia, kejang, atau gejala susunan saraf pusat
yang lain, maka pemberian obat harus segera dihentikan. Metronidazol telah diberikan
pada berbagai tingkat kehamilan tanpa peningkatan kejadian teratogenik, prematuritas
dan kelainan pada bayi yang dilahirkan. Namun penggunaan pada trimester pertama
kehamilan tidak dianjurkan.
Dosis metronidazol perlu disesuaikan pada pengguanaan bersama obat fenobarbital,
prednison, rifampin karena meningkatkan metabolisme oksidatif metronidazol.
Sedangkan simetidin dapat menghambat metabolisme metronidazol di hati.
Metronidazol dan tinidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan
infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun
ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian metronidazol
12
mengalami penyerapan di usus halus. Pada abses hati, dosis yang digunakan sema besar
dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba bahkan dengan dosis yang lebih kecil
telah dapat diperoleh respons yang baik. Juga indikasikan untuk drankuliasis sebagai
alternatif niridazol untuk giardiasis. Digunakan untuk profilaksis pasca bedah daerah
abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B.fragilis.
juga dapat digunakan untukkolitis pseudomembranosa yang disebabkan oleh Clostridium
difficile tetapi vankomisin meruapakan obat terpilih. Penelitian memperlihatkan
metronidazol bermanfaat bagi beberapa pasien ulkus peptikum yang terinfeksi
Helicobacter pylori.
Tramadol
Adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor u yang lemah,
sebagian dari analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin. Tramadol
sama efektif dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi
untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Tramadol mengalami metabolisme di hati dan
ekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol dan 7, 5 jam
untuk metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1 jam setelah pengguanaan secara oral
dan mencapai puncaknya dalam 2-3 jam. Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis maksimum
per hari yang dianjurkan 400 mg.
Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit
kepala. Karena efek inhibisinya sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang
menggunakan penghambat monoamin-oksidase (MAO).10
Non Medikamentosa
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi
perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a.Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan.
b. Tindakan operatif ; appendiktomi.
13
c.Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di
luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.7
Tidak ada cara yang dapat mencegah perkembangan lanjut terjadinya apendisitis akut.
Operasi apendektomi emergensi merupakan satu-satunya tindakan yang harus dilakukan
untuk dapat mengurangi morbiditas dan mencegah mortalitas penderita. Dalam 24 jam
pertama timbulnya gejala, dapat terjadi perforasi sebanyak kurang dari 20%, tapi
meningkat cepat menjadi lebih 70% setelah 48 jam.
Pada penderita yang tidak dapat segera dilakukan tindakan operasi, penanganannya
dilakukan dengan perawatan konservatif, penderita diobservasi ketat, istirahat total di
tempat tidur, diet makanan yang tidak merangsang peristaltik dan pemberian antibiotik
broad spektrum. Pasang drain bila terjadi abses.5
Pencegahan
Sampai saat ini, tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui bagaimana mencegah
usus buntu. Namun, Anda dapat mengurangi risiko kematian dari usus buntu dengan
memahami gejala-gejala umum dari kondisi tersebut, untuk mendapatkan pengobatan yang
tepat sebelum berkembang menjadi serangan yang lebih parah. Ada beberapa tindakan
pencegahan yang disarankan tetapi tidak ada cara standar untuk mencegah usus buntu dari
terjadi.
1. Makanlah makanan kaya serat. Ada korelasi yang tinggi antara usus buntu dan diet serat
rendah. Diet serat tinggi dapat lembut dengan sistem pencernaan. Diet serat larut terdiri
dari buah-buahan dan sayuran biji-bijian, roti gandum, wortel, timun, zucchini, dan
seledri merupakan diet serat non-larut. Mempertahankan diet yang baik dan seimbang
juga dapat membantu mencegah usus buntu. Asupan Cairan juga penting untuk menjaga
tubuh cukup terhidrasi.
2. Ukuran efektif yang paling baik untuk mencegah usus buntu dari berkembang menjadi
lebih parah bentuknya akan pengakuan dari tanda-tanda awal umum radang usus buntu.
Ini mungkin termasuk sakit perut terutama pada kuadran kanan bawah perut, terasa dari
pusar ke bawah ke sisi kanan bawah perut, dan / atau muntah, kehilangan nafsu makan,
perut bengkak, demam, sembelit dan mual. Setelah diobati, infeksi dapat berlanjut
menyebabkan pecahnya usus buntu yang akan memerlukan operasi pengangkatan segera.
14
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala ini sebagai cara untuk mencegah usus
buntu bagi kemajuan di lebih kondisi serius dengan mendapatkan diagnosis yang tepat
dan pengobatan.
3. Ambil suplemen yang akan menjaga daya tahan tubuh yang kuat terhadap infeksi. Beta
Carotene vitamin C dan seng dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat koenzim A bantu
proses tubuh untuk detoksifikasi.
Prognosis
Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di
angkat. Terminology apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.7
Kesimpulan
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks. Apendisitis
akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan
penyumbatan.
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi
kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.
Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di
angkat.
15
Daftar Pustaka
1. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: EGC; 2007.h. 303
2. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.
Jakarta: EGC; 2008.h. 2,15.
3. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan
Diabetes Indonesia; 2004.h.73-6
4. Sjamsuhidayat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005.h.
639-45
5. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (essentials of surgery) bagian 2. Jakarta: EGC;
2004.h. 3-11
6. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (sabiston’s essential surgery)) bagian 1. Jakarta:
EGC; 2004.h. 498
7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rkhmi, Wardhani Ika Wahyu, Seiowulan
Wiiwiek. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI;
2007.h.307-13.
8. Hartanto H, Nirmala WK, Fatimatuzzuhroh, editor. Tutorial diagnosis banding. Jakarta:
EGC; 2011.h.87-9
9. Askep apendisitis. Diunduh dari http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/2010/21/06,
21 Mei 2010.
10. Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Arif Azalia, Bahry
Bahroelim, dkk. Frmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008
16