39107183 appendicitis

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992). Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 ) Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993). Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, 1

Transcript of 39107183 appendicitis

Page 1: 39107183 appendicitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen

appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung

banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di

belakang caecum ( Henderson ; 1992).

Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat

parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan

pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang

lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi

morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ;

1989 )

Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara

operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara

appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang

appendiks ( Puruhito ; 1993).

Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan

pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi

(Ingnatavicus; 1991).

Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi

hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang

mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan

tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta

lingkungannya.

1

Page 2: 39107183 appendicitis

Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik

untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi

lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau

penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai pentingnya

mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein

guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta perawatan dirumah

setelah penderita pulang.

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah

Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan

keperawatan pada suatu klien dengan kasus apendiks akut khususnya post

operasi appendiktomy di ruang bedah G RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Dari permasalahan yang ada penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien appendiks akut

khususnya post operasi appendiktomy.

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien

post appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses

keperawatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post

appendiktomy.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada

klien post appendiktomy.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.

2

Page 3: 39107183 appendicitis

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post

appendiktomy.

e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post

appendiktomy.

1.4 Manfaat

1. Asuhan keperawatan akan memberikan

wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien post

appendiktomy.

2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan

kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang

masalah klien post appendiktomy

1.5 Sistematika

Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka

penulis menyusun proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut

yaitu :

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi,

dampak masalah dan asuhan keperawatan.

Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan

keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya

disusun sesuai bab II

Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk

mencari jawaban atas tujuan penulisan

3

Page 4: 39107183 appendicitis

Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan,

jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian

saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan

saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka

4

Page 5: 39107183 appendicitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain :

Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan

penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah

peradangan dari suatu appendiks.

Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang

mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

2.2. Anatomi Fisiologi

Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung

inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang

menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang

appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm

inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal

atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para

simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika

superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari

nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar

umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang

merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis

pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.

5

Page 6: 39107183 appendicitis

Gambar 1. Anatomi Appendiks

Sumber : R. Samsu, 1997

Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa

mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan

ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir

di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated

Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks,

ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap

infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin

tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah

disaluran cerna dan seluruh tubuh.

( R.Syamsu ; 1997)

2.3. Patofisiologi

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab

terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti

cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain

misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan

6

Page 7: 39107183 appendicitis

dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium

viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X

maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,

sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan

appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut

dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu

pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan

dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu

masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak

karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang ,

dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang,

demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka

perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan

kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis

kronis (Junaidi ; 1982).

2.4. Dampak Masalah

2.4.1. Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi kesehatan

antara lain

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat

pembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai peristaltik usus

kembali normal.

7

Page 8: 39107183 appendicitis

b. Pola aktifitas dan latihan

Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa nyeri pada

luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.

c. Pola tidur dan istirahat.

Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur karena rasa

sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.

d. Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung

kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan

mempengaruhi pola eliminasi urine . Pola eliminasi alvi akan mengalami

gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga

terjadi penurunan fungsi.

e. Pola Persepsi dan konsep diri

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala

kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan

dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

f. Pola Reproduksi seksual

Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama

beberapa waktu.

g. Pola terhadap keluarga

Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus ditanggung

oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga terhadap keadaan klien.

2.5 Asuhan Keperawatan

Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan

pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :

2.5.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data

8

Page 9: 39107183 appendicitis

1. Anamnesa

a. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam

masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua,

alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama

dan suku bangsa.

b. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri

yang disebabkan insisi abdomen.

c. Riwayat penyakit dahulu

Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti

hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk

rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah

mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.

d. Riwayat penyakit keluarga

Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,

hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya

yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .

e. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol

dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana

status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam

mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

2. Pola Tidur dan Istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat

sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

3. Pola aktifitas

9

Page 10: 39107183 appendicitis

Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena

rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus

bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

4. Pola hubungan dan peran

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa

melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam

masyarakat.

penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

5. Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan

serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,

orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

6. Pola penanggulangan stress

Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.

7. Pola tata nilai dan kepercayaan

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana

cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

2.5.2 Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

1. Status Kesehatan umum

Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit

tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.

2. Integumen

Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan

pada abdomen sebelah kanan bawah .

3. Kepala dan Leher

10

Page 11: 39107183 appendicitis

Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna

pucat.

4. Torax dan Paru

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,

gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi

pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada

ronchi, whezing, stridor.

5. Abdomen

Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada

usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual,

apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis,

periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih,

keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir

lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.

6. Ekstremitas

Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang

hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.

b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .

2. Pemeriksaan Radiologi.

BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

c. Analisa data.

Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut

dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa

11

Page 12: 39107183 appendicitis

sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk

selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).

d. Diagnosa Keperawatan.

Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari

pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

penderita post appendiktomy :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi

pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).

2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka

operasi ( Doenges; 1989 ).

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari

team kesehatan akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).

2.5.3 Perencanaan

Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana

perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.

Tujuan :

Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien

dapat istirahat dengan cukup.

Skala nyeri sedang

Rencana Tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

12

Page 13: 39107183 appendicitis

d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

Rasional :

a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak

bekerja sama.

b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar

dapat mengurangi rasa nyeri.

c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan

sehingga mengurangi rasa nyeri.

d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil

mungkin invasi kuman pada luka operasi.

e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.

Tujuan :

Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.

Rencana tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan

tanda - tanda atau gejala infeksi.

b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.

c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.

d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

e. Observasi tanda – tanda vital.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

Rasional :

a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera

melapor bila ada tanda – tanda infeksi.

13

Page 14: 39107183 appendicitis

b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil

mungkin invasi kuman pada luka operasi.

c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan kuman.

d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka

operasi.

e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya

mengatasi .

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik

menghambat proses infeksi dalam tubuh.

Tujuan :

Rasa cemas berkurang.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat

tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.

Rencana Tindakan :

a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya

b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya

(Penyembuhan penyakit).

c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

Rasional :

a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga

klien menerima dan beradaptasi dengan baik.

b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien

berfikir secara konstruktif.

c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau

kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)

14

Page 15: 39107183 appendicitis

2.5.4 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah

diberikan pada klien.

2.5.5 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan

tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah

tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari

prilaku penderita.

Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana

keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang

lebih relevan.

15

Page 16: 39107183 appendicitis

DAFTAR PUSTAKA

Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990

Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.

Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.

Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia; 1989.

M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media, 1989.

Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.

Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi “OPTEK” UNAIR Press; 1993.

Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI; 1990.

Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

16