APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek...

45
APLIKASI METODE BIOPSI CORE-NEEDLE PADA TESTES MUNCAK (Muntiacus muntjak muntjak) RISSAR SIRINGO RINGO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek...

Page 1: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

APLIKASI METODE BIOPSI CORE-NEEDLE PADA TESTES MUNCAK (Muntiacus muntjak muntjak)

RISSAR SIRINGO RINGO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Aplikasi Metode

Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak (Muntiacus muntjak) adalah karya saya

dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari

skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Rissar Siringo Ringo NIM B04070037

Page 3: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

ABSTRACT

RISSAR SIRINGO RINGO. Application of Core-Needle Biopsy Method in the Testes of Muntjak (Muntiacus muntjak muntjak). Under direction of SRIHADI AGUNGPRIYONO and SRI WAHYUNI.

This study was aimed to observe objectively core-needle biopsy (CNB) method in the testicular biopsy of muntjak. Biopsy was done on one muntjak at hard antler stage. The muntjak was immobilized with combination of xylazine (1 mg/kg body weight) and ketamine (1 mg/kg body weight) which was injected intramuscularly. The testicular tissues were obtained by using the CNB with 14G needle size. The fragment of testes was fixed and processed to histological preparation and stained with hematoxylin-eosin. After biopsy procedures, muntjak was injected intravenously with yohimbine as the antagonist of the anaesthetic agent. The using of xylazine and ketamine as general anasthesia followed by injecting yohimbine provided good immobilization and recovery in this study. The testicular tissues were observed with light microscope using 10X and 40X objective lenses. The biopsied samples showed good histological features of the testes tissues with germinal cells (spermatogenia, spermatocytes, round and elongated spermatid), somatic cells (Sertoli cells), interstitial cells (Leydig cells) and clear signs of spermatogenesis. It is concluded that the CNB method is suitable for testes biopsy in the muntjak, and the procedures are recommended to be processed for a patent. Keywords: core-needle biopsy, testes, muntjak, spermatogenesis

Page 4: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

RINGKASAN

RISSAR SIRINGO RINGO. Aplikasi Metode Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak (Muntiacus muntjak muntjak). Dibimbing oleh SRIHADI AGUNGPRIYONO dan SRI WAHYUNI.

Muntiacus muntjak muntjak atau yang dikenal juga sebagai muncak Jawa merupakan muncak yang tersebar di Jawa dan Sumatera Selatan. Saat ini muncak termasuk hewan yang populasinya di alam sudah mengalami penurunan karena sering diburu manusia dan kerusakan hutan. Perlindungan terhadap muncak sebagai salah satu mammalia yang dilindungi tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tanggal 27 Januari 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan biologi reproduksi untuk menyelamatkan muncak dari kepunahan. Studi ini bertujuan untuk mempelajari secara objektif metode core-needle biopsy (CNB) pada biopsi testes muncak.

Penggunaan muncak sebagai hewan penelitian adalah dengan seijin Menteri Kehutanan Republik Indonesia sesuai Surat Keputusan Nomor SK 23/Menhut-11/2011. Sebelum dilakukan biopsi, muncak terlebih dahulu diadaptasikan selama 3 bulan agar dapat menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan kandang. Selama diadaptasikan, muncak diberi antelmentik untuk menghindari kecacingan. Pakan diberikan dua kali setiap hari (pagi dan sore) berupa wortel, rumput, dan pelet.

Biopsi dilakukan pada seekor muncak yang berada pada periode ranggah keras. Muncak diimobilisasi dengan injeksi kombinasi xylazin (1 mg/kg berat badan) dan ketamin (1 mg/kg berat badan) secara intramuskular. Jaringan testes diperoleh dengan menggunakan CNB dengan jarum berukuran 14G. Fragmen testes yang diambil direndam dalam larutan Bouin dan diproses menjadi preparat histologis, serta diwarnai dengan pewarna hematoksilin-eosin. Setelah prosedur biopsi, muncak diinjeksi dengan yohimbin sebagai antidota dari obat bius. Pada penelitian ini kombinasi xylazin dan ketamin sebagai anastetik umum dengan diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan recovery yang baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya pada perbesaran lensa objektif 10 kali dan 40 kali.

Sampel biopsi menunjukkan gambaran histologi yang baik dari jaringan testes, dengan sel-sel germinal seperti spermatogonia, spermatosit, spermatid bulat (round spermatid), spermatid panjang (elongated spermatid), sel-sel somatik (sel-sel Sertoli) dan sel-sel interstitial (sel-sel Leydig). Spermatogenesis terlihat dengan jelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CNB cocok diaplikasikan sebagai prosedur pada muncak. Kata kunci: biopsi core-needle, testes, muncak, spermatogenesis

Page 5: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjaun suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin dari IPB.

Page 6: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

APLIKASI METODE BIOPSI CORE-NEEDLE PADA TESTES MUNCAK (Muntiacus muntjak muntjak)

RISSAR SIRINGO RINGO

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 7: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

Judul Skripsi : Aplikasi Metode Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak (Muntiacus muntjak)

Nama : Rissar Siringo Ringo

NIM : B04070037

Disetujui

drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet(K)

Ketua drh. Sri Wahyuni, M.Si

Anggota

Diketahui

drh. Agus Setiyono M.S, Ph.D, APVet Wakil Dekan

Disetujui tanggal:

Page 8: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan penyertaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini adalah Aplikasi Metode Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak (Muntiacus muntjak). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Anatomi, FKH IPB pada bulan Juli 2010 sampai Maret 2011.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua (M. Siringo Ringo dan Ilear, S.Pd) dan kedua kakak saya (Bona

Toba Siringo Ringo dan Dorbasa Hasiana Siringo Ringo) yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan nasihat.

2. Bapak drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet(K) sebagai dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing akademik atas waktu, arahan, nasihat, serta bantuan selama penelitian, penulisan skripsi, dan masa perkuliahan.

3. Ibu drh. Sri Wahyuni, M.Si. atas waktu, arahan, saran, serta bantuan yang diberikan selaku dosen pembimbing pendamping selama penelitian dan penulisan skripsi.

4. Bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si atas arahan dan dukungan selama masa penulisan skripsi.

5. drh. Amrozi, Ph.D sebagai dosen penguji luar atas masukan yang telah diberikan.

6. Staf Laboratorium Riset Anatomi, Mas Rudi dan Mas Bayu yang membantu serta mempersiapkan fasilitas selama penelitian.

7. Teman-teman sepenelitian (Lidya Elizabeth M. Manik, Juliper Silalahi) dan sahabat-sahabat saya (Danang Dwi Cahyadi, Cut Dara Permata Sari, Sheila, dan Elsye Minar Sinambela).

8. Teman–teman FKH Angkatan 44 yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama penelitian dan penulisan skripsi. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengucapkan terimakasih banyak atas kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2012 Rissar Siringo Ringo

Page 9: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palangkaraya pada tanggal 4 Agustus 1989 dari ayah

M. Siringo Ringo dan ibu Ilear, S.Pd. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga

bersaudara.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Putra Palangkaraya pada

tahun 1995, lalu melanjutkan ke SDN Pahandut 8 Palangkaraya. Pada tahun

2003, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Palangkaraya dan

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Pahandut Palangkaraya. Pada tahun

2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI) dan diterima pada program studi Kedokteran Hewan.

Penulis aktif menjadi asisten di beberapa mata kuliah, antara lain Anatomi

Veteriner I, Anatomi Veteriner II, dan Penghayatan Profesi Kedokteran Hewan.

Penulis aktif di HIMPRO dan pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Kerbau pada

tahun 2009 - 2010. Penulis juga aktif di BEM dan pernah menjabat sebagai

pengurus di bagian Departemen Kebijakan Publik pada tahun 2009 – 2010. Saat

ini penulis menjabat sebagai Ketua Komisariat Tingkat dari mahasiswa FKH

angkatan 2007 pada semester 7 sampai sekarang.

Page 10: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiv

PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

Latar Belakang ………………………………………………………. 1 Tujuan Penelitian .......……………………………………………...... 3 Manfaat Penelitian …………………………………………………... 3

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………... 4

Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) ……………………………… 4 Testes ………………………………………………………………... 6 Biopsi Testis ………………………………………………………… 6 Fine-Needle Aspiration (FNA) ……………………………………… 9 Large-Needle Aspiration (LNA) ……………………………………. 11 Core-Needle Biopsy (CNB) …………………………………………. 11

BAHAN DAN METODE …………………………………………………. 13

Waktu dan Tempat ………………………………………………….. 13 Hewan Penelitian ……………………………………………………. 13 Bahan dan Alat ……………………………………………………… 13 Metode ………………………………………………………………. 14 Prosedur Pembiusan ………………………………………………… 14 Prosedur Biopsi ……………………………………………………... 14 Perawatan Muncak Pascabiopsi …………………………………….. 15 Prosedur Pembuatan Preparat Histologis Jaringan Testes …………... 15 Pengambilan Data …………………………………………………… 16 Analisis Data ………………………………………………………... 16

 

 

 

 

Page 11: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

xi

 

HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………. 17

Hasil …………………………………………………………………. 17 Prosedur Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak ………………… 17 Hasil Pemeriksaan Histologis Sampel Jaringan Testes ……………... 19 Pembahasan …………………………………………………………. 20 Prosedur Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak ………………… 20 Hasil Pemeriksaan Histologis Sampel Jaringan Testes …………….. 24

SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….. 25

Simpulan …………………………………………………………….. 25 Saran ………………………………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 26

LAMPIRAN .................................................................................................. 30

Page 12: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Indikasi dan risiko biopsi testes ……………………………………… 7

2 Keunggulan dan kekurangan metode fine-needle aspiration (FNA), core-needle biopsy (CNB), dan large-needle aspiration (LNA) …….. 8

3 Spesifikasi jarum untuk biopsi ………………………………………. 9

Page 13: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada periode ranggah keras .…. 5

2 Jarum FNA pada berbagai ukuran jarum yang berbeda …...………….. 10

3 Prinsip kerja CNB untuk mengambil jaringan lesio atau jaringan tubuh lainnya ……………….………………………………………………... 12

4 Alat biopsi CNB (Dr.Japan®, Toray) dengan jarum berukuran 14 G …. 14

5 Alat biopsi CNB berikut bagian-bagiannya …………………………... 15

6 Penusukan jarum biopsi ke dalam skrotum muncak …………………. 17

7 Luka pascabiopsi yang telah diolesi dengan iodin …………………..... 18

8 Injeksi yohimbin secara intravena pada kaki depan muncak …………. 18

9 Ukuran fragmen jaringan testes yang diperoleh melalui prosedur biopsi 18

10 Kondisi testis dan skrotum muncak 14 hari pascabiopsi ..…………….. 19

11 Struktur histologi jaringan testes hasil biopsi ………………………… 19

12 Struktur histologi jaringan testes hasil biopsi yang memperlihatkan tubuli seminiferi dengan komposisi sel-sel spermatogenik tubuli seminiferi yang berbeda-beda menandakan spermatogenesis ………... 20

13 Gambaran histologi tubuli seminiferi dan jaringan interstitial dari sampel jaringan testes yang diperoleh dengan menggunakan teknik FNA …………………………………………………………………… 24

Page 14: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir pewarnaan hematoksilin eosin (HE) pada sediaan histologi testis muncak …..................................................................... 31

Page 15: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Muncak atau kijang (Muntiacus muntjak) adalah salah satu potensi keaneka-

ragaman jenis fauna yang ada di Asia, yang dapat ditemukan di India, Sri Lanka,

Cina, Taiwan, Jepang, dan Indonesia. Habitat muncak adalah hutan hujan tropis,

suatu area yang vegetasinya padat, berbukit, dan dekat dengan sumber air

(Jackson 2002). Tubuh bagian atas berwarna coklat kemerahan dengan warna

lebih gelap di sepanjang garis punggungnya. Muncak bertubuh kecil dan ramping

dengan berat badan pada umumnya 20 kg dan dapat mencapai umur 16 tahun.

Muncak dan rusa termasuk ke dalam Famili Cervidae. Berbeda dengan

Famili Bovidae dan Capridae yang memiliki tanduk, Famili Cervidae memiliki

ranggah pada hewan jantannya. Struktur ranggah berbeda dengan struktur tanduk.

Ranggah terdiri atas kulit, syaraf, buluh darah, jaringan fibrosa, tulang rawan

(kartilago), dan tulang keras. Sedangkan tanduk merupakan jaringan yang

mengalami keratinisasi dan tumbuh di bawah kontrol sel-sel mesenkim pada

lapisan basal tanduk. Berbeda dengan tanduk, ranggah dapat lepas dan tumbuh

kembali. Muncak memiliki tiga periode pertumbuhan ranggah yang dimulai dari

periode ranggah velvet, ranggah keras, dan casting (ranggah lepas).

Akhir-akhir ini penelitian tentang muncak mulai sering dilakukan, mulai

dari penelitian tentang habitatnya, kebiasaannya, dan yang paling banyak

menyedot perhatian adalah penelitian pada jumlah kromosomnya

(Doris dan Kurt 1970). Saat ini muncak termasuk hewan yang populasinya di

alam sudah mengalami penurunan karena sering diburu manusia dan kerusakan

hutan. Perlindungan terhadap muncak sebagai salah satu mamalia yang dilindungi

tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tanggal 27

Januari 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi

(PHKA 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berhubungan

dengan biologi reproduksi untuk menyelamatkan hewan ini dari kepunahan.

Pemeriksaan fisik, ultrasonografi, evaluasi semen, dan pengujian hormon

sudah sejak lama digunakan untuk mengevaluasi performa reproduksi hewan

jantan dari berbagai spesies. Salah satu teknik terbaru yang belakangan ini mulai

Page 16: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

2

sering digunakan untuk mengevaluasi performa reproduksi hewan jantan adalah

teknik biopsi testes. Teknik biopsi secara umum terdiri atas dua jenis, yaitu biopsi

terbuka (open biopsy) dan biopsi tertutup (close biopsy). Biopsi terbuka

merupakan teknik biopsi yang menggunakan teknik pembedahan untuk

mengambil sampel jaringan tubuh, sehingga membutuhkan waktu persembuhan

luka biopsi yang lama, berisiko menyebabkan kematian akibat pendarahan

maupun infeksi pada luka biopsi (Gouletsou et al. 2010), serta dapat

menimbulkan stres yang tinggi pada satwa liar seperti muncak. Biopsi tertutup

adalah biopsi yang tidak menggunakan teknik pembedahan, melainkan

menggunakan jarum dan dikenal dengan nama biopsi jarum (needle biopsy).

Biopsi jarum dianggap cocok digunakan pada satwa liar karena prosedurnya

relatif sederhana dan waktu persembuhan luka bekas biopsi yang singkat sehingga

risiko terjadinya infeksi pada luka biopsi lebih kecil (Santos et al. 2010) bila

dibandingkan dengan teknik biopsi terbuka.

Pada penelitian ini digunakan teknik core-needle biopsy (CNB) karena

sampel yang akan diambil berbentuk padat, berada di lapisan profundal dan akan

diperiksa secara histologis. Selain itu, teknik CNB dipilih karena memiliki

berbagai keuntungan, yaitu teknik pengambilan sampel yang mudah, dapat

ditoleransi dengan baik oleh tubuh muncak sehingga tidak menyebabkan

gangguan fisiologis, tidak menimbulkan stres berlebihan pada muncak yang

memiliki tingkat stres yang paling tinggi jika dibandingkan dengan hewan lain

dari Famili Cervidae, serta waktu penyembuhan luka yang lebih cepat.

Lingkup pengamatan pada penelitian ini adalah (1) prosedur metode CNB

pada testes muncak, mulai dari persiapan sampai proses persembuhan luka biopsi

pasca biopsi, (2) struktur histologis jaringan testes hasil biopsi dengan metode

CNB, serta (3) perbandingan antara metode CNB metode LNA dan FNA yang

informasinya diperoleh dari pustaka.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode

core-needle biopsy (CNB) untuk biopsi testes pada muncak, yakni sejauh mana

Page 17: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

3

metode ini dapat digunakan pada muncak dan sejauh mana metode ini dapat

memberikan hasil yang memadai untuk keperluan pemeriksaan jaringan testes

pada muncak.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang prosedur

core-needle biopsy (CNB) pada testes muncak dan kualitas hasil biopsinya untuk

dijadikan data dasar bagi penelitian lebih lanjut, terutama terkait dengan aspek-

aspek reproduksi.

Page 18: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

TINJAUAN PUSTAKA

Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) Muncak India (Muntiacus muntjak spp) sama seperti spesies muncak yang lain,

yaitu berukuran kecil dengan kaki yang ramping. Tubuh bagian atas muncak

berwarna coklat kemerahan dengan warna lebih gelap di sepanjang garis

punggungnya, sedangkan tubuh bagian bawah berwarna putih dan sering bercorak

abu-abu. Panjang muncak jantan dari moncong sampai ekor mencapai 98-111 cm

(dewasa), sedangkan tinggi bahu lebih dari 50 cm, panjang pedikel 69-149 mm, dan

berat badan umumnya 20 kg. Klasifikasi muncak menurut Dansie (1970) adalah:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Subordo : Ruminantia

Family : Cervidae

Subfamily : Muntiacinae

Genus : Muntiacus

Spesies : Muntiacus muntjak

Subspesies : Muntiacus muntjak muntjak

Muncak India tersebar secara luas di benua Asia dan ditemui pula pada bagian

selatan Cina, India, Sri Lanka, Nepal, Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan

Indonesia (Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan). Muncak menyukai daerah yang

sepi dan lebat dengan tumbuhan sehingga dapat berlindung dari manusia dan

predator (Grubb 1993). Muncak dapat hidup hingga 10 tahun apabila berada dalam

area konservasi dan diawasi, namun usia hidup (lifespan) menjadi lebih rendah bila

di alam liar.

Muncak India adalah mamalia dengan jumlah kromosom paling rendah.

Muncak India jantan memiliki 7 kromosom diploid dan muncak betina hanya

6 kromosom diploid. Jumlah kromosom tersebut sangat kecil bila dibandingkan

dengan jumlah kromosom pada reeves muntjak (Muntiacus reevesi) yang mencapai

Page 19: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

46 kromosom diploid. Keunikan ini menjadi ketertarikan tersendiri bagi banyak

peneliti untuk mengetahui lebih banyak tentang spesies ini (Doris dan Kurt 1970).

Muncak, seperti yang terdapat pada Gambar 1 termasuk dalam famili Cervidae,

yaitu ruminansia yang memiliki ranggah dan selalu berganti setiap tahun. Ranggah

tumbuh dari suatu titik permulaan pada kepalanya yang disebut pedikel. Pedikel

memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan ranggah yang akan

tumbuh pada pedikel tersebut nantinya. Dalam masa pertumbuhannya, ranggah

diselubungi velvet untuk memberikan suplai oksigen dan nutrisi untuk perkembangan

ranggah. Pada tahap akhir, ranggah mencapai ukuran maksimal, vaskularisasi serta

suplai nutrisi berhenti dan ranggah menjadi keras (Duarte dan Abdo 2008).

Gambar 1 Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada periode ranggah keras (Wahyuni, koleksi pribadi).

Muncak diduga memiliki kemiripan dengan rusa dalam pertumbuhan dan

tanggalnya ranggah. Tumbuh dan berkembangnya ranggah pada rusa dipengaruhi

sekresi testosteron dari testes. Pada ruminansia lamanya siklus spermatogenesis

adalah 30 sampai 75 hari (Russel et al. 1990; Franca et al. 1999). Lepas dan

tumbuhnya ranggah berkaitan erat dengan ukuran testes. Testes akan memiliki

ukuran yang minimum 1-2 bulan setelah tumbuhnya ranggah dan akan memiliki

ukuran yang maksimum pada saat ranggahnya keras (Loudon dan Curlewis 1988).

Page 20: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

Testes

Testes merupakan gonad pada hewan jantan. Testes berfungsi dalam

spermatogenesis dan menghasilkan hormon. Spermatogenesis merupakan proses

pembentukan spermatozoa yang berlangsung di dalam tubulus seminiferi testes.

Diantara tubulus seminiferi terdapat sel yang disebut sel-sel interstisial atau dikenal

dengan sel-sel Leydig yang berfungsi untuk menghasilkan hormon androgen

(Colville dan Bassert 2002; Frandson et al. 2009).

Testes terletak di daerah prepubis, terbungkus dalam kantong skrotum dan

digantung oleh funiculus spermaticus. Umumnya testes berbentuk oval dengan

ukuran yang bervariasi bergantung spesies (Colville dan Bassert 2002). Berat testis

muncak adalah 18.82 g (Manik 2011), lebih berat bila dibandingkan dengan berat

testes Muntiacus reevesi (8.87-9.51 g) (Chapman dan Harris 1991), yang diukur pada

tahap ranggah keras. Diameter testes muncak 2.45 cm (Manik 2011) lebih kecil bila

dibandingkan dengan diameter testes rusa timor 3.24-4.07 cm (Nalley 2006), tetapi

lebih besar bila dibandingkan dengan testes kancil 0.63-1.01 cm (Najamudin 2010).

Biopsi Testes

Biopsi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bio yang artinya kehidupan dan opsia

yang artinya melihat. Jadi secara harfiah, biopsi dapat diartikan melihat kehidupan,

sedangkan secara umum biopsi dapat diartikan sebagai prosedur diagnostik yang

dilakukan dengan mengambil sejumlah kecil jaringan tubuh untuk selanjutnya

diperiksa secara mikroskopis. Biopsi testes pertama kali dilakukan oleh Hotchkiss

dan Engle di The New York Hospital-Cornell Medical pada akhir tahun 1930 pada

testes seorang pria yang mengalami gangguan fertilitas (Jha dan Sayami 2009).

Biopsi testes merupakan teknik yang digunakan untuk membantu mendiagnosis

lesio yang terjadi pada testes, misalnya neoplasma. Biopsi pada lesio ini penting

dilakukan untuk membantu diagnosa terhadap lesio tersebut, sehingga dapat

diketahui langkah pengobatan selanjutnya. Banyak teknik untuk melakukan biopsi

testes telah berkembang dalam 60 tahun terakhir (Threlfall dan Lopate 1992;

Blanchard dan Varner 1996). Teknik tersebut antara lain, open atau incisional

biopsy, punch biopsy, split dan Tru-Cut puncture needle, serta fine needle aspiration.

Dokter hewan masih terlihat enggan melakukan salah satu dari teknik biopsi testes

Page 21: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

tersebut pada hewan domestik. Hal ini mungkin terjadi karena biopsi testes berisiko

menyebabkan hemorraghi, peradangan, infeksi, reaksi autoimun atau degenerasi dari

germinal epithelium, dan tubuli seminiferi (Lopate et al. 1989; Threlfall dan Lopate

1992) jika dilakukan dengan prosedur yang tidak tepat.

Saat ini biopsi testes sering juga digunakan sebagai salah satu teknik evaluasi,

dan perkiraan dari fungsi reproduksi hewan jantan (Sartori et al. 2002), seperti,

hipospermatogenesis, inflamasi (Lopate et al. 1989) dan infertilitas akibat immune-

mediated (Olson et al. 1992). Hal tersebut juga didukung oleh studi yang dilakukan

oleh Santos et al. (2010) pada anjing jantan. Secara umum beberapa indikasi biopsi

testes dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Indikasi dan risiko biopsi testes (Bergmann dan Kliesch 2010)

Indikasi Temuan-temuan klinis Hubungan klinis

Infertilitas Hypergonadotropic azoospermia

Penentuan dalam prosedur testicular sperm extraction (TESE) dan intracytoplasmic sperm injection (ICSI)

Non-reconstructable obstructive azoospermia

Penentuan dalam prosedur testicular sperm extraction (TESE) dan intracytoplasmic sperm injection (ICSI)

Obstructive azoospermia Pengeluaran patalogi testes

Sonographic microlithiasis

Evaluasi histologis untuk melihat adanya` testicular intraephitelial neoplasia (TIN)

Pencegahan dini dari perkembangan tumor testes

Cryptorchidism saat dewasa

Evaluasi histologis dari spermatogenesis dan melihat adanya testicular intraephitelial neoplasia (TIN)

Penentuan dalam prosedur testicular sperm extraction (TESE) dan intracytoplasmic sperm injection (ICSI) serta pencegahan dini dari perkembangan tumor testes

Kehadiran sel tumor testes

Evaluasi histologi untuk melihat adanya testicular intraephitelial neoplasia (TIN) di testes satunya

Pencegahan dini dari perkembangan tumor testes pada testes satunya

Salah satu teknik biopsi pada testes adalah metode biopsi jarum. Metode

biopsi jarum pada testes ada berbagai macam, yang dibedakan berdasarkan tujuan

penggunaannya, ukuran jarum, dan jenis jarum yang digunakan. Pada Tabel 2 dapat

Page 22: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

dilihat perbedaan dari fine-needle aspiration (FNA), core-needle biopsy (CNB),

large-needle aspiration (LNA) berdasarkan tujuan penggunaan, ukuran jarum yang

digunakan, keunggulan, dan kekurangannya. Ukuran jarum untuk biopsi dapat

dilihat pada Tabel 3, yang meliputi diameter bagian luar jarum, diameter bagian

dalam jarum dan tebal dinding jarum.

Tabel 2 Keunggulan dan kekurangan metode fine-needle aspiration (FNA), core-needle biopsy (CNB), dan large-needle aspiration (LNA) (Anonim 2008)

Metode biopsi

Tujuan penggunaan

Ukuran jarum yang digunakan

Jenis dan ukuran sampel yang

diperoleh

Keunggulan Kekurangan

Fine-Needle Aspiration (FNA) 

Kista, sel dari jaringan lunak atau cairan

27 G- 23 G  Sangat kecil, sampel dapat berupa cair maupun padat 

Cepat, mudah dilakukan, hasil dapat diperoleh dalam waktu singkat (10-30 menit)

Bila sampel yang diperiksa berbentuk padat, maka jumlah sampel yang sedikit dapat mengakibatkan salah diagnosa,

Core-Needle Biopsy (CNB) 

Sampel jaringan dari massa padat 

20-14 G  Sampel berbentuk padat 

Ukuran sampel yang lebih besar mempermudah menentukan diagnosa

Lebih invasif daripada teknik FNA

Large-Needle Aspiration (LNA) 

Sampel jaringan dari massa cair dan padat 

19 G – 14 G 

Ukuran sampel lebih besar dari FNA 

Penentuan diagnosa lebih mudah, dapat digunakan mengoleksi sampel jaringan berupa cairan

Berisiko menimbulkan komplikasi minor seperti pendarahan dan infeksi serta lebih susah untuk dilakukan

Page 23: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

Tabel 3 Spesifikasi jarum untuk biopsi (Anonim 2010b)

Jarum Diameter bagian luar jarum Diameter bagian dalam jarum

Gauge inci mm Inci mm

14 0.083 2.108 0.063 1.600

16 0.065 1.651 0.047 1.194

17 0.058 1.473 0.042 1.067

18 0.050 1.270 0.033 0.838

19 0.042 1.067 0.027 0.686

20 0.03575 0.9081 0.02375 0.603

23 0.02525 0.6414 0.01325 0.337

24 0.02225 0.5652 0.01225 0.311

25 0.02025 0.5144 0.01025 0.260

26 0.01825 0.4636 - -

26s 0.01865 0.4737 0.005 0.127

27 0.01625 0.4128 0.00825 0.210

Fine-Needle Aspiration (FNA)

Fine-needle aspiration (FNA) adalah teknik biopsi yang menggunakan jarum

berukuran 23 gauge (G) dan 27G (Gherardi 2009), seperti terlihat pada Gambar 2

serta syringe. Jarum kemudian dihubungkan dengan syringe. Syringe digunakan

untuk memperoleh tekanan negatif dari dalam syringe yang berfungsi untuk menarik

sampel ke dalam jarum maupun syringe. Tekanan negatif (vakum) di dalam syringe

yang dibutuhkan biasanya berkisar antara 2-5 ml (Gherardi 2009).

Metode FNA biasanya digunakan untuk pemeriksaan sitologis karena sampel

yang diperoleh ukurannya sangat kecil dan sedikit. Pada awalnya FNA kurang

popular akibat beberapa alasan, antara lain: (1) keterbatasan pengetahuan dan

Page 24: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

k

s

y

m

N

j

t

h

F

t

(

b

k

m

o

b

d

(

b

J

kurangnya p

seminiferi, (

yang ditimb

memberikan

Namun dem

jaringan test

tidak menim

hewan, mur

FNA pada t

teknik intra

(Bergmann d

Gambar 2

Menur

bawah pemb

kulit skrotu

mempercepa

obat bius. S

bahwa suda

deferen ke

(Jha dan Say

berbeda, y

Jha dan Say

pengalaman

(2) kekhawa

bulkan pros

n informasi

mikian banya

tes untuk ev

mbulkan luka

ah, serta han

testes juga

acytoplasmic

dan Kliesch

Jarum FNA

rut Jha dan

biusan lokal

um kemudi

at distribusi

Setelah bebe

ah tidak tera

arah poste

yami 2009; G

yaitu bagia

yami 2009).

patolog dal

atiran terjadi

edur biopsi

mengenai m

ak penelitian

valuasi sper

a trauma yan

ndal (Ghera

dapat digun

c sperm in

2010).

A pada berbag

Sayami (20

l. Hal perta

ian dilakuk

obat bius, m

erapa menit,

asa sakit. T

erior, sehin

Gouletsou et

an atas, t

Setelah se

lam analisis

inya trauma

, dan (3) p

membran ba

n yang menu

rmatogenesis

ng besar, dap

ardi 2009).

nakan ntuk m

njection (IC

gai ukuran ja

09) metode

ama yang ha

kan pembiu

maka sperma

testes dipal

Testes diposi

ngga terhind

t al. 2010).

tengah, da

elesai diaspi

sitologis da

pada testes

pemeriksaaan

asal tubular

unjukkan bah

s dengan m

pat ditoleran

Tidak hany

membantu t

CSI) untuk

arum yang b

FNA pada

arus dilakuk

usan di sp

atic cord seg

lpasi dengan

isikan denga

dar dari lu

Testes dias

an bawah

irasi, maka

ari variasi s

dengan akib

n sitologis

dan jaringa

hwa pengam

menggunakan

si dengan ba

a untuk diag

teknik repro

k penderita

berbeda (Ghe

testes dapat

kan adalah m

permatic co

gera dipijat s

n keras untuk

an epididim

uka akibat

spirasi pada t

(Craft et

hasil biopsi

1

sel-sel tubulu

bat hematom

kurang dap

an interstitia

mbilan samp

n teknik FN

aik oleh tubu

gnosis, tekn

oduksi, seper

azoosperm

erardi 2009)

t dilakukan

membersihka

ord. Untu

setelah injek

k memastika

is dan duktu

jarum biop

tiga titik yan

t al. 199

i yang berup

10 

us

ma

pat

al.

pel

NA

uh

nik

rti

mia

.

di

an

uk

ksi

an

us

psi

ng

7;

pa

Page 25: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

11 

cairan dapat langsung dikeluarkan dari jarum dan syringe ke atas gelas objek lalu

diulas dengan gelas objek lainya (Leme dan Papa 2010). Sedangkan untuk sampel

jaringan yang berbentuk padat dapat langsung dikeluarkan dari jarum dan syringe

kemudian difiksasi dengan menggunakan larutan Bouin ataupun paraformaldehid 4%

untuk selanjutnya diproses menjadi cell-block preparation (Craft et al. 1997).

Large-Needle Aspiration (LNA)

Large-needle aspiration (LNA) merupakan teknik biopsi yang hampir mirip

dengan teknik fine-needle aspiration (FNA), yang membedakannya adalah ukuran

jarum yang digunakan. Teknik LNA menggunakan jarum berukuran lebih besar,

yaitu 19 G-14 G. Teknik LNA juga memerlukan tekanan negatif yang berasal dari

syringe sebagai daya untuk mengambil sampel jaringan. Teknik LNA memiliki

keunggulan dibandingkan dengan teknik FNA karena sampel spesimen yang

diperoleh dengan teknik LNA lebih besar daripada teknik FNA, sehingga

mempermudah ahli patologi dalam menganalisis hasil biopsi. Menurut

Gouletsou et al. (2010) teknik LNA dan FNA tidak akan menimbulkan efek serius

pada fungsi testes.

Core-Needle Biopsy (CNB)

Metode core-needle biopsy (CNB) merupakan teknik biopsi yang

menggunakan jarum berinti (core-needle) berukuran 14 G sampai 20 G dan gun

biopsi otomatis. Jarum yang digunakan terdiri atas inner cannula yang memiliki

sebuah tempat untuk menampung sampel hasil biopsi (biopsy reservoir), dan cutting

cannula yang dapat meluncur di sepanjang inner cannula (Gherardi 2009). Cutting

cannula memiliki pisau pemotong (cutter) di bagian proksimalnya. Sebuah

mekanisme penggerak tersedia untuk menggerakkan cutting cannula dari posisi

distal ke posisi proksimal dan sebaliknya. Pergerakan cutting cannula dari posisi

proksimal ke posisi distal menyebabkan pisau pemotong (cutter) memotong jaringan

dari jaringan sekitarnya dan juga menangkap sampel jaringan tersebut masuk ke

dalam biopsy reservoir (Gherardi 2009). Prinsip kerja jarum biopsi saat ditusukkan

ke lesio atau suatu jaringan tubuh dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 26: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

12 

Gambar 3 Prinsip kerja CNB untuk mengambil jaringan lesio atau jaringan tubuh

lainnya (Edwards 2008).

Metode CNB biasanya digunakan untuk mengambil sampel dari jaringan padat

dan lunak, seperti jaringan payudara pada manusia, jaringan limfonodus, dan

jaringan testes. Metode CNB mudah digunakan, murah, dan tidak berbahaya karena

trauma yang diakibatkan oleh jarum masih dapat ditoleransi oleh tubuh hewan

(Gherardi 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fischerleitner dan

Sinowatz (1983) pada sapi perah dengan melakukan biopsi testes secara berulang,

teknik CNB tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada produksi

testosteron. Keunggulan lain dari metode CNB adalah ukuran sampel yang diperoleh

lebih besar bila dibandingkan dengan metode FNA dan LNA (Helbich et al. 1998;

Craft et al. 1997). Ukuran sampel yang lebih besar akan mempermudah dalam

pemeriksaan histologi untuk mengetahui proses spermatogenesis yang terjadi pada

testes.

Jarum dengan ruang untuk spesimen (biopsy reservoir)

Inner cannula didorong ke dalam jaringan

Cutting cannula meluncur di sepanjang inner cannula, sehingga jaringan terpotong dan masuk ke dalam biopsy reservoir

Jarum biopsi ditarik keluar dari jaringan bersamaan dengan sampel jaringan

JaringanJaringan

Jaringan   Jaringan

Page 27: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan sejak Juli 2010 sampai Januari 2011 untuk

memfasilitasi pengamatan siklus ranggah di kandang penelitian Unit Rehabilitasi

Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan

Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi,

Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor.

Hewan Penelitian

Hewan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seekor muncak

jantan dewasa berumur 3-4 tahun dan berada pada periode ranggah keras.

Muncak dipelihara di kandang individual berukuran 1 × 2 m² dan kandang terbuka

berukuran 10 x 7 m2 Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penggunaan muncak sebagai hewan penelitian

adalah dengan seijin Menteri Kehutanan Republik Indonesia sesuai Surat

Keputusan Nomor SK 23 /Menhut 11/2011.

Sebelum dilakukan biopsi, muncak terlebih dahulu diadaptasikan selama

2-3 bulan agar dapat menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan kandang.

Selama diadaptasikan, muncak diberi antelmentik untuk menghindari kecacingan.

Pakan yang diberikan berupa wortel, rumput, dan pelet setiap dua kali sehari pada

pagi dan sore.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah xylazin hidroklorida (xylazin HCl) 2%

(Seton®), ketamin hidroklorida (ketamin HCl) 10% (Ketamil®), aquades, larutan

Bouin, iodin, yohimbin (Reverzine®), antibiotik tetrasiklin long acting, salep

Agatis, kapas, kain kasa, tisu, alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, absolut, silol,

parafin, aquades, pewarna hematoksilin dan eosin (HE), dan Entelan®.

Alat yang digunakan adalah CNB (Dr.Japan®, Toray) dengan jarum

berukuran 14 G (Gambar 4), syringe ukuran 5 ml, skalpel, pinset, tissue basket,

Page 28: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

14

botol-botol dehidrasi, cetakan parafin, blok kayu, hot plate, water bath,

termometer, mikrotom, tisu, gelas objek, gelas penutup, kuas, inkubator,

mikroskop cahaya, dan kamera.

Gambar 4 Alat biopsi CNB (Dr.Japan®, Toray) dengan jarum berukuran 14 G. Bar. 1 cm.

Metode

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan biopsi adalah mempersiapkan

alat-alat yang akan digunakan, yaitu alat biopsi CNB dalam kondisi steril dan siap

digunakan, serta disiapkan syringe 5 ml. Selain itu, dipersiapkan bahan-bahan

yang akan digunakan, yaitu kapas, kain kasa, NaCl fisiologis, alkohol 70%, iodin,

ketamin HCl, xylazin HCl, yohimbin, dan antibiotika long acting.

Prosedur Pembiusan

Pembiusan yang dilakukan adalah pembiusan umum. Sebelum dibius,

muncak dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam. Prosedur pembiusan diawali

dengan menyiapkan obat bius, yaitu xylazin HCl dan ketamin HCl menggunakan

syringe 5 ml dengan dosis masing-masing 1 mg/kg berat badan (BB). Setelah

xylazin dan ketamin siap, muncak ditangkap di dalam kandang dengan teknik

manual handling, yaitu dengan memegang bagian pedikel muncak agar muncak

dapat di-restrain dan selanjutnya dilakukan injeksi xylazin HCl-ketamin HCl

secara intramuskular pada musculus semitendinosus dan ditunggu beberapa menit

sampai muncak tertidur.

Prosedur Biopsi

Prosedur biopsi diawali dengan pembersihan kulit skrotum menggunakan

kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%. Biopsi dilakukan pada bagian

Page 29: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

15

skrotum yang tidak berambut. Biopsi dilakukan dengan menusukkan jarum biopsi

ke dalam skrotum sampai jarum biopsi menembus masuk ke dalam testes dan

diperkirakan sudah mencapai bagian dimana sampel jaringan yang ingin

dikoleksi. Biopsi dilakukan dengan menusukkan jarum biopsi ke dalam skrotum

sampai jarum biopsi menembus masuk sekitar 2 cm ke dalam testes. Saat jarum

biopsi sudah berada di dalam testes, maka plunger dari alat biopsi ditekan dengan

menggunakan ibu jari tangan. Sesaat setelah plunger ditekan, maka dengan

segera jarum biopsi akan memotong jaringan testes, sehingga jaringan akan

terdorong masuk ke dalam biopsy reservoir (Gambar 5). Jarum biopsi ditarik

keluar dari testes melewati kulit skrotum, kemudian fragmen testes yang terdapat

di bagian biopsy reservoir dikeluarkan dengan cara mendorong plunger

menggunakan ibu jari tangan. Sampel jaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam

larutan Bouin selama 24 jam. Sampel selanjutnya diproses hingga menjadi

preparat histologi.

Gambar 5 Alat biopsi CNB berikut bagian-bagiannya: plunger (1), cutting cannula (2), throw length (10 mm atau 20 mm) (3), biopsy reservoir (4), inner cannula (5) (Anonim 2010a).

Perawatan Muncak Pascabiopsi

Luka trauma akibat penusukan jarum biopsi diolesi dengan iodin dan salep

luka yang mengandung antibiotik. Muncak yang telah dibiopsi diberikan

yohimbin dengan dosis 0.25 mg/10 kg BB secara intravena dengan menggunakan

syringe 5 ml. Selanjutnya muncak diinjeksi dengan antibiotik long acting

sebanyak 3 ml. Kondisi muncak pasca-biopsi dipantau sehari dua kali, yaitu pada

pagi dan sore hari sampai luka biopsi sembuh.

Page 30: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

16

Prosedur Pembuatan Preparat Histologis Jaringan Testes

Fragmen yang diperoleh dari prosedur biopsi kemudian direndam dalam

larutan Bouin untuk fiksasi jaringan selama 24 jam. Selanjutnya spesimen

dimasukkan ke dalam alkohol 70% sebagai stopping point. Prosedur dilanjutkan

dengan proses dehidrasi jaringan dalam alkohol konsentrasi bertingkat (80%,

85%, 90%, 95%, dan absolut) dan perendaman dalam larutan silol. Tahap

berikutnya adalah infiltrasi dalam parafin cair dan dilanjutkan dengan embedding,

blocking serta pemotongan jaringan dengan ketebalan 3-4 µm menggunakan

mikrotom putar. Sayatan jaringan selanjutnya diwarnai dengan pewarna

hematoksilin–eosin (HE). Setelah selesai diwarnai preparat diamati dengan

mikroskop cahaya dengan perbesaran lensa objektif 10 kali dan 40 kali.

Pengambilan Data

Data yang diambil meliputi prosedur biopsi termasuk proses perawatan

pasca-biopsi dan gambaran struktur histologis jaringan testes hasil biopsi yang

difoto dengan mikroskop yang dilengkapi dengan kamera.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan mencatat hasil

pengamatan dan membandingkannya dengan pustaka.

Page 31: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Prosedur Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak

Prosedur biopsi yang dilakukan pada testes muncak menimbulkan luka pada

skrotum dan testes muncak. Luka tersebut diakibatkan oleh penetrasi jarum

(Gambar 6) biopsi ke dalam testes muncak. Pemberian iodin dan salep luka pada

luka biopsi (Gambar 7) berfungsi untuk mencegah infeksi dan mempercepat

persembuhan luka biopsi. Gambar 8 menunjukkan prosedur injeksi yohimbin

secara intravena untuk menghilangkan efek obat bius, sehingga muncak dapat

segera sadar. Injeksi dengan antibiotik long acting bertujuan untuk mencegah

infeksi pada luka biopsi pada testes dan skrotum. Jenis antibiotik long acting

dipilih agar pemberian antibiotik hanya dilakukan sekali, sehingga muncak tidak

stres. Bekas luka pada skrotum sudah tidak terlihat pada hari ke-14 pascabiopsi

(Gambar 10), sedangkan luka pada testes tidak diketahui kapan waktu sembuhnya

karena tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap testes tersebut. Ukuran

fragmen jaringan testes yang diperoleh melalui prosedur biopsi pada penelitian ini

berukuran sekitar 4 mm (Gambar 9).

Gambar 6 Penusukan jarum biopsi ke dalam skrotum muncak (tanda panah).

Page 32: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

G

Gambar

Gamba

Gambar 9 Up

7 Luka pasc

ar 8 Injeksi

Ukuran fragprosedur bio

cabiopsi yan

yohimbin se

gmen jaringaopsi. Bar. 3 m

ng telah diole

ecara intrave

an testes (tanmm

esi dengan io

ena pada kak

nda panah).y

odin (tanda p

ki depan mun

yang diperol

18

panah).

ncak.

leh melalui

Page 33: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

H

d

d

s

S

s

s

s

t

G

Gamb

Hasil Pemer

Melalu

ditemukan s

dengan mik

secara utuh,

Struktur yan

seperti sel

seminiferi, j

sel-sel myoi

tubuli semin

Gambar 11 Smtd(5

bar 10 Kon

riksaan His

ui perhitung

sekitar 27 t

kroskop caha

, tetapi pada

ng dapat dia

Sertoli, sper

aringan inter

id peritubul

niferi yang m

Struktur histmemperlihattubuli semindarah (BD). (Sg), dan m5µm (B).

ndisi testis da

stologis Sam

gan secara m

tubuli semin

aya menunju

a beberapa t

mati antara

rmatogonia,

rstitial testes

ar. Selain

menandakan

tologi jaringtkan keutuhniferi (TS), l

(B) Gambarmembran bas

an skrotum m

mpel Jaringa

manual, pad

niferi. Has

ukkan struk

tubuli semin

lain: tubuli

spermatosi

s juga dapat

itu, ditemu

adanya pros

gan testes hhan jaringan lumen (L), jran detil tubsal (MB). P

muncak 14 h

an Testes

da preparat h

sil pengama

ktur histolog

niferi tidak t

seminiferi b

it serta sper

diamati, sep

ukan perbed

ses spermato

hasil biopsi. testis yang

aringan intebuli seminifePewarnaan H

hari pascabio

histologi yan

atan prepara

gis dari jarin

terlihat adan

berserta kom

rmatid. Se

perti sel-sel L

aan kompos

genesis.

(A) Gambag terdiri ataserstisial (JI),eri dengan seHE. Bar. 1

19

opsi.

ng diamati

at hitologis

ngan testes

nya lumen.

mponennya,

elain tubuli

Leydig dan

sisi seluler

aran umum s beberapa dan buluh el germinal 0 µm (A);

Page 34: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

20

Gambar 12 Struktur histologi jaringan testes hasil biopsi yang memperlihatkan

tubuli seminiferi dengan komposisi sel-sel spermatogenik tubuli seminiferi yang berbeda-beda menandakan spermatogenesis: spermatogonia (Sg); spermatosit primer (Sp); sel Leydig (SL); sel Sertoli (S); membran basal (MB); sel myoid peritubular (M); lumen (L); elongated spermatid (E). Pewarnaan HE. Bar. 5µm.

Pembahasan

Prosedur Biopsi Core-Needle pada Testes Muncak

Prosedur biopsi testes sebenarnya hanya membutuhkan pembiusan secara

lokal di daerah testes jika hewan mudah untuk ditangani seperti yang dilakukan

pada testes kuda (Papa dan Leme 2010). Menurut Caulkett et al. (2000),

imobilisasi rusa liar dan yang dikandangkan biasanya menggunakan bahan kimia

atau obat-obatan. Pada awalnya penggunaan bahan kimia untuk imobilisasi rusa

menggunakan obat-obatan yang memiliki efek memblok neuromuskular

(neuromuscular blocking agent), seperti d-tubocurarine, gallamine, dan

succinylcholine, atau stimulator ganglionik seperti nikotin (Jones 1973 yang

dikutip oleh Miller et al. 2009). Namun penggunaannya menjadi terbatas karena

efek samping yang ditimbulkan dan tingginya mortalitas. Sejak tahun 1960,

praktisi mulai menggunakan kombinasi obat yang dapat menekan sistem saraf

pusat, yang dianggap aman dan lebih sesuai dengan prinsip animal welfare.

Beberapa obat-obatan, seperti ketamin HCl, xylazin HCl, tiletamine,

zolazepam, dan medetomidine, telah digunakan secara rutin untuk imobilisasi

sejumlah satwa liar (Sontakke et al. 2007). Obat-obatan pilihan yang digunakan

untuk imobilisasi rusa adalah xylazin HCl atau kombinasi xylazin HCl-ketamin

HCl, atau fentazine (campuran fentanyl, azaparone dan xylazin HCl)

Page 35: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

21

(Caulkett et al. 2000). Ketamin HCl dan xylazin HCl adalah obat yang paling

sering digunakan dalam imobilisasi rusa (Van der Eems dan Brown 1986;

Sontakke et al. 2007).

Lebih dari 30 tahun xylazin HCl yang merupakan α2-adrenergic agonist,

telah digunakan untuk imobilisasi rusa. Ketamin HCl merupakan short-acting

dissociative anesthetic yang menyebabkan sedasi yang baik dan analgesik

menengah. Namun, jika ketamin HCl diberikan sebagai anastesi tunggal akan

menyebabkan relaksasi otot yang kurang baik dan pemulihan dari anastesi yang

violent (Miller et al. 2009).

Studi yang dilaksanakan oleh Sontakke et al. (2007) untuk menganastesi

rusa totol (Axis axis) menunjukkan bahwa kombinasi 0.5 mg/kg BB xylazin HCl

dengan 2.5 mg/kg BB ketamin HCl memberikan induksi anastesi yang paling

cepat dan efektif pada rusa jantan, sedangkan kombinasi yang baik pada rusa

betina adalah 1.5 mg/kg BB xylazin HCl dan 1.0 mg/kg BB ketamin HCl.

Berdasarkan prosedur yang dilakukan oleh Sontakke et al. (2007) tersebut, maka

pada penelitian ini digunakan pembiusan dengan menggunakan kombinasi yang

sama, yaitu xylazin HCl dan ketamin HCl. Dosis yang digunakan pada muncak

adalah 1 mg/kg BB untuk ketamin HCl dan 1 mg/kg BB untuk xylazin HCl.

Dosis ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan terkait ukuran tubuh dan

tingkat stres pada muncak.

Selain memiliki keunggulan seperti yang telah disebutkan, prosedur

pembiusan menggunakan kombinasi xylazin HCl dan ketamin HCl juga

menimbulkan efek yang kurang baik. Xylazin HCl dan kombinasi xylazin HCl

dengan obat lain dapat menyebabkan acidemia, kembung dan regurgitasi,

bradycardia, masalah pengaturan suhu, hipoksemia, glikosuria, dan anoreksia

(Sontakke et al. 2007). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, muncak perlu segera

disadarkan setelah prosedur biopsi dengan memberikan α2-adrenergic antagonist

seperti yohimbin (Van der Eems dan Brown 1986; Deresienski dan

Rupprecht 1989).

Menurut Deresienski dan Rupprecht (1989), yohimbin memulihkan secara

efektif sedasi yang diinduksi oleh sejumlah agonist seperti xylazin HCl.

Yohimbin dikenal memiliki kerja α2-adrenergic antagonist dan mengembalikan

Page 36: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

22

secara langsung efek α2-adrenergic agonist dari xylazin HCl. Menurut

Sontakke et al. (2007), pemberian yohimbin dengan dosis 0.2-0.3 mg/kg BB

secara intravena terhadap rusa membantu menyadarkan atau memulihkan kondisi

rusa, baik bagi rusa jantan maupun betina. Pada penelitian ini pemberian

yohimbin dengan dosis 0.25 ml/10 kg BB secara intravena, terbukti efektif untuk

menghilangkan efek anastetikum dan muncak sadar dalam waktu singkat.

Biopsi testes berisiko menyebabkan hemoragi, peradangan, dan infeksi pada

testes (Lopate et al. 1989; Threlfall dan Lopate 1992) jika dilakukan dengan

prosedur yang tidak tepat. Selama proses biopsi berlangsung tidak terjadi

hemoragi seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Biopsi testes yang dilakukan

juga tidak menyebabkan infeksi pada testes karena prosedur biopsi dilakukan

prosedur yang tepat dan secara lege-artis. Selain itu, muncak juga diinjeksi

dengan antibiotik sehingga dapat semakin meminimalisasi terjadinya infeksi pada

luka biopsi. Hal ini terlihat dari tidak terjadinya infeksi pada luka biopsi sampai

luka tersebut sembuh.

Berdasarkan keadaan luka yang terjadi, jenis penyembuhan dibagi menjadi

dua macam. Luka paling sederhana adalah luka yang dapat ditangani sendiri oleh

tubuh seperti pada insisi pembedahan, yang tepi lukanya dapat saling didekatkan

untuk dimulainya proses persembuhan. Persembuhan semacam itu disebut

persembuhan primer (Price dan Wilson 1995). Pola kedua adalah penyembuhan

luka terjadi jika kulit yang mengalami luka sedemikian rupa sehingga tepinya

tidak dapat saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut

sebagai atau terkadang disebut penyembuhan dengan granulasi. Luka seperti ini

biasanya menimbulkan jaringan parut dan memerlukan waktu yang lama dalam

proses persembuhannya (Price dan Wilson 1995).

Persembuhan luka sendiri adalah kembali menjadi normalnya integritas

kulit dan jaringan yang berada di bawahnya (Halper et al. 2003) dan terdiri atas

tiga fase, yaitu proses peradangan, fase proliferasi, serta remodeling atau fase

maturasi (Singer dan Clark 1999). Menurut Tawi (2008) luka dikatakan sembuh

jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu

melakukan aktivitas yang normal. Berdasarkan keadaan luka, maka luka biopsi

pada testes muncak merupakan jenis luka yang paling sederhana karena luka

Page 37: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

23

tersebut sangat kecil dan dapat ditangani sendiri oleh tubuh muncak. Luka biopsi

sembuh pada hari ke-14 pascabiopsi, hal ini terlihat dari sudah terjadinya

kontinuitas lapisan kulit dan jaringan kulit pada luka biopsi sudah berganti dengan

jaringan kulit yang baru.

Prosedur biopsi menghasilkan fragmen testes yang terkumpul pada biopsy

reservoir. Fragmen tersebut langsung dimasukkan ke dalam larutan fiksasi

(larutan Bouin). Hal ini bertujuan agar jaringan tidak mengalami autolisis dan

dapat merusak struktur histologi jaringan. Proses fiksasi sendiri bertujuan untuk

mengawetkan jaringan, sehingga dapat mempertahankan susunan jaringan agar

mendekati kondisi awal jaringan saat masih belum dibiopsi. Selain itu, fiksasi

juga bertujuan untuk mengeraskan jaringan testes sehingga memudahkan dalam

proses pembuatan preparat histologis. Larutan fiksasi yang digunakan adalah

larutan Bouin yang terdiri atas larutan asam pikrat jenuh 75%, formaldehid 25%,

dan asam asetat glasial 5% (Kiernan 1990). Larutan Bouin memiliki daya

penetrasi yang cepat dan merata, sehingga seluruh bagian sampel jaringan testes

dapat terfiksasi dengan cepat dan merata. Selain itu, larutan Bouin juga sangat

baik dalam memvisualisasikan kromosom dan nukleus (Zulham 2009).

Setelah difiksasi, sampel jaringan testes selanjutnya dibuat menjadi preparat

histologi dan diwarnai dengan pewarnaan HE. Pewarnaan HE telah digunakan

selama kurang lebih satu abad dan sampai saat ini masih umum digunakan untuk

mengenali berbagai jenis sel (Fischer et al. 2006). Pewarnaan HE digunakan

untuk mewarnai preparat histologi dari sampel jaringan testes hasil biopsi karena

pewarnaan HE merupakan salah satu metode pilihan untuk mendeteksi

spermatozoa dan pewarnaan yang sudah sering digunakan untuk preparat hitologis

(Allery et al. 2001). Pada sediaan yang diwarnai dengan hematoksilin-eosin,

gambaran sel germinal terlihat jelas sehingga diferensisasi dari tiap sel dapat

diamati (Almeida et al. 2006). Unsur basa dalam sel akan menyerap warna eosin,

sedangkan unsur asam akan menyerap warna hematoksilin. Inti sel yang bersifat

asam akan berwarna ungu, sedangkan sitoplasma dari sel akan berwarna merah

(Kiernan 1990).

Page 38: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

24

Hasil Pemeriksaan Histologis Sampel Jaringan Testes

Dari hasil pengamatan preparat histologi dengan mikroskop menunjukkan

hasil yang baik karena dapat menunjukkan struktur histologi dari jaringan testes

secara utuh. Namun pada beberapa tubuli seminiferi tidak ditemukan lumen. Hal

ini terjadi karena jarum biopsi kurang dalam masuk ke dalam testes atau masih

terlalu superficial saat dilakukan biopsi. Tidak ditemukannya lumen pada

beberapa tubuli seminiferi menyebabkan kesulitan dalam mengamati proses

spermatogenesis yang berlangsung. Tetapi pada beberapa tubuli seminiferi lumen

masih terlihat jelas, sehingga proses spermatogenesis masih dapat diamati.

Dari hasil pengamatan histologis juga dapat dilihat beberapa keunggulan

teknik CNB jika dibandingkan dengan teknik LNA dan FNA. Keunggulannya

adalah ukuran sampel jaringan testes yang diperoleh lebih besar (Helbich et al.

1998; Carpi et al. 1999), sehingga gambaran sel-sel tubulus jelas dan jumlah

tubuli seminiferi yang diperoleh lebih banyak sehingga memungkinkan

pengamatan terhadap tahapan-tahapan spermatogenesis. Jaringan interstitial

testes muncak juga dapat diamati, sehingga keberadaan sel Leydig dapat diamati

dengan jelas. Kondisi tersebut tidak ditemukan pada hasil biopsi dengan teknik

FNA, dimana struktur histologi jaringan interstisial tidak utuh, sehingga sulit

diamati (Gambar 13).

Gambar 13 Gambaran histologis tubuli seminiferi dan jaringan interstitial dari sampel jaringan testes yang diperoleh dengan menggunakan teknik FNA (Craft et al. 1997).

Page 39: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Prosedur core-needle biopsy (CNB) baik dan cocok diaplikasikan pada

testes muncak karena prosedur ini mudah dilakukan dan luka biopsi cepat

sembuh. Besaran fragmen testes yang diperoleh sangat memadai dan

menunjukkan struktur histologis jaringan testes secara utuh.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek core-needle

biopsy (CNB) pada testes muncak terhadap fungsi testes.

Page 40: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

DAFTAR PUSTAKA

Allery JP, Telmon N, Mieusset R, Blanc A, Rougé D. 2001. Cytological detection of spermatozoa: comparison of three staining methods. J Forensic Sci 46:349-351.

Almeida FFL, Leal MC, França LR. 2006. Testis morphometry, duration of spermatogenesis, and spermatogenic efficiency in the wild boar (Sus scrofa scrofa). Biol Reprod 75:792-799.

[Anonim]. 2004. Hypodermic needle gauge chart. http://www.medtube.com/ hypo_chrt.htm [25 April 2011].

[Anonim]. 2008. Methods of breast biopsy. [terhubung berkala]. http://www. imaginis.com/breast-health-biopsy/methods-of-breast-biopsy [25 Mei 2011].

[Anonim]. 2010a. Quick Core® biopsy needles. http//www.cookmedical.com /ir/search.do. [25 April 2011].

[Anonim]. 2010b. Syringe needle gauge chart. http//www.sigmaaldrich.com /chemistry/stockroom-reagents/learning-center /technical-library/needle-gauge-chart.html. [25 Mei 2011].

Blanchard TL, Varner DD. 1996. Evaluating breeding soundness in stallions 4: hormonal assay and testicular biopsy. Vet Med 91:358–365.

Bergmann M, Kliesch S. 2010. Testicular Biopsy and Histology Di dalam Nieschlag E, Behre HM, Nieschlag S, editor. Andrology – Male Reproductive Health and Dysfunction. Berlin: Springer.

Carpi A, Nicolini A, Sagripanti A, Righi C, Menchini FF, Coscio DG. 2000. Large-Needle Aspiration Biopsy for the Preoperative Selection of Palpable Thyroid Nodules Diagnosed by Fine-Needle Aspiration as a Microfollicular Nodule or Suspected Cancer. Am J Clin Pathol 113:872-877.

Caulkett NA, Cribb PH, Haigh JC. 2000. Comparative cardiopulmonary effects of carfentanil-xylazine and medetomidinemketamine used for immobilization of mule deer and mule deer/white-tailed deer hybrids. Can J Vet Res 64:64-68.

Chapman NG, Harris S. 1991. Evidence that the seasonal antler cycle of adult Reeves’ muntjac (Muntiacus reevesi) is not associated with reproductive quiescence. J Reprod Fert 92:361-369.

Craft I, Tsirigoti M, Courtauld E, Farrer-Brown F. 1997. Testicular needle aspiration as an alternative to biopsy for the assessment of spermatogenesis. Human Reprod 12:1483-1487.

Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. USA: Mosby.

Page 41: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

27 

Dansie O. 1970. Muntjac (Muntiacus sp.). British Deer Society Pub 2:3-20.

Deresienski DT, Rupprecht CE. 1989. Yohimbine reversal of ketamine-xylazine immobilization of raccoons (procyon lotor). J Wildlife Dis 25:169-174.

Doris HW, Kurt B. 1970. Indian Muntjac, Muntiacus muntjak: a deer with a low diploid chromosome number. Sci 168:1364-1366.

Duarte A, Abdo J. 2008. Velvet deer antler the 2000-year-old medicine. [terhubung berkala]. http://lifeextension.com [27 Februari 2010].

Edwards M. 2008. Trucut needle biopsy. [terhubung berkala] http://www.wikisurgery.com/index.php?title=Trucut-needle-biopsy-operationscript [24 Februari 2011].

Fischer AH, Jacobson KA, Rose J, Zeller R. 2006. Hematoxylin and eosin staining of tissue and cell sections. Cold Spring Harb Protocol. [terhubung berkala]  http://cshprotocols.cshlp.org/content/2008/5/pdb.prot4986.abstract. [24 Februari 2011]. doi:10.1101/pdb.prot4986.

Fischerleitner F, Sinowatz F. 1983. Morphologische untersuchungen an rinderhoden nach wiederholter biopsie (Morphological studies of cattle testicles following repeated biopsy). Zuchthyg 18:103–104.

Frandson RD, Wilke WL, Fails AD. 2009. Anatomy and Physiology of Farm Animals. Ed ke-7. Singapore: John Wiley.

Franca LR, Becker-Silva SC, Chiarini-Garcia H. 1999. The length of the cycle of seminiferous epithelium in goats (Capra hircus). Tissue Cell 31:274-280.

Gherardi G. 2009. Fine-Needle Biopsy of Superficial and Deep Masses. Milan: Springer.

Gouletsou PG, Galatos AD, Leontides LS, Sideri AIO. 2010. Impact of fine- or large-needle aspiration on canine testes: clinical, in vivo ultrasonographic and seminological assessment. Theriogenol 74:1604–1614.

Grubb P. 1993. Order Artiodactyla. Di dalam: Wilson DE, Reeder DM, editor. Mammal Species of the World. A Taxonomic and Geographic Reference. Baltimore, Maryland: John Hopkins Univ Pr.

Halper J, Leshin S, Lewis SJ, Li WL. 2003. Wound healing and angiogenic properties of supernatant from Lactobacillus cultures. Exp Biol Med 228: 1329-1337

Helbich HT, Rudas M, Andrea A, Kohlberger DP, Thurnher M, Gnant M, Wunderbaldinger P, Wolf G, Mostbeck GH. 1998. Evaluation of needle size for breast biopsy: comparison of I4-, I6-, and I8-Gauge biopsy needles. Am J Roentgenol 171:59-63.

Page 42: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

28 

Jackson A. 2002. Muntiacus muntjak. Animal Diversity Web. [terhubung berkala]. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/ information/ Muntiacus_muntjak.html. [24 Februari 2011].

Jha R, Sayami G. 2009. Testicular fine needle aspiration in evaluation of male infertility. J Nepal Med Assoc 48:78-84.

[PHKA]. 2004. Peraturan Perundang-undangan. Bidang Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Jakarta : Sekretariat Dirjen PHKA Departemen Kehutanan.

Kiernan JA. 1990. Histological and Histochemical Methods: Theory and Practice. New York: Pergamon Pr.

Leme DP, Papa FO. 2010. How to perform and interpret testicular fine needle aspiration in stallions. J Equine Vet Sci 30(10):590-596.

Lopate C, Threlfall WR, Rosol TI. 1989. Histopathologic and gross effects of testicular biopsy in the dog. Theriogenol 32, 585–602.

Loudon ASI, Curlewis JD. 1988. Cycles of antler and testicular growth in an seasonal tropical deer (Axis axis). J Reprod Fert 83:729-738.

Miller BF, Osborn DA, Lance WR, Howze MB, Warren RJ, Miller KV. 2009. Butorphanol-azaperone-medetomidine for Immobilization of captive white-tailed deer. J Wildlife Dis 45:457–467.

Manik LE. 2011. Anatomi organ reproduksi muncak (Muntiacus muntjak muntjak) jantan pada tahap ranggah keras [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Najamudin. 2010. Kajian pola reproduksi pada kancil (Tragulus javanicus) dalam mendukung pelestariannya [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nalley WMM. 2006. Kajian biologi reproduksi dan penerapan teknologi inseminasi buatan pada rusa timor (Cervus timorensis) [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Olson PN, Schultheiss P, Seim III HB. 1992. Clinical and laboratory findings associated with actual or suspected azoospermia in dogs: 18 cases (1979–1990). J Am Vet Med Assoc 201:478–482.

Price AS, Wilson LM. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Anugerah P, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Pathophysiology: Clinical Concept of Disease Processes.

Russel LD, Ettlin RA, Sinba Hikim AP, Clegg ED. 1990. Histological and Histopathological Evaluation of Testis. Clearwater FL: Cache River Pr.

Page 43: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

29 

Santos M, Marcos R, Caniatti M. 2010. Cytologic study of normal canine testis. Theriogenol 73:208–214.

Sartori R, Prestes CN, Canavessi OMA. Curi RP, Bergfelt RD. 2002. Testicular biopsy with Tru-Cut needle in conjunction with fibrin adhesive or nylon suture: assessment of post-biopsy testicular function in rams. Small Ruminant Res 45:25–31.

Singer AJ, Clark RAF. 1999. Cutaneus wond healing. N England J Med. 341:738-154.

Sontakke SD, Reddy AP, Umapathy G, Shivaji S. 2007. Anesthesia induced by administration of xylazine hydrochloride alone or in combination with ketamine hydrochloride and reversal by administration of yohimbine hydrochloride in captive Axis deer (Axis axis). Am J Vet Res 68 :1-8.

Tawi. 2008. Proses Penyembuhan Luka. http://syehaceh.wordpress.com [2 Februari 2012].

Threlfall WR, Lopate C. 1992. Testicular biopsy. Di dalam McKinnon AO, Voss JL, editor. Equine Reproduction. Philadelphia: Lea and Febiger.

Van der Eems K, Brown RD. 1986. Effect of caffeine sodium benzoate, ketamine hydrochloride, and yohimbine hydrochloride on xylazine hydrochloride-induced anorexia in white-tailed deer. J Wildlife Dis 22: 403-406.

Zulham 2009. Penuntun Praktikum Histoteknik. Medan: Departemen Histologi FK USU.

Page 44: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

LAMPIRAN

Page 45: APLIKASI METODE BIOPSI CORE NEEDLE PADA TESTES … · diikuti oleh injeksi yohimbin memberikan efek imobilisasi dan yang recovery baik. Jaringan testes diamati dengan mikroskop cahaya

31 

Lampiran 1 Diagram alir pewarnaan hematoksilin eosin (HE) pada sediaan histologi testis muncak

Silol I, 5 menit

Silol II, 3 menit

Silol III, 3 menit

Alkohol absolut, @3 menit

Alkohol bertingkat (95%, 90%, 80%, 70%) @3 menit

Direndam di dalam air keran dilanjutkan dengan akuades @10 menit

Mayer’s Hematoksilin (kontrol mikroskop) (detik-menit)

Direndam di dalam air keran (detik-menit)

Eosin (5-10 detik)

Akuades

Alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%, absolut) (7-10 celupan)

Silol III, II, I (clearing) @5 menit

Mounting dengan Entellan®

 

Deparafinisasi

 

Pewarnaan