Disko Os Kelp.1 Biopsi

download Disko Os Kelp.1 Biopsi

of 28

description

JKHSNknsdmsjkasd

Transcript of Disko Os Kelp.1 Biopsi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas masalah gigi geligi saja, tetapi sudah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras maupun jaringan lunak. Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama sekali pada negara-negara yang berkembang.

Keabnormalan dan kematian akibat kanker rongga mulut masih sangat tinggi dan telah menjadi perhatian dunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus limfe servikal.

Umumnya untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan klinis dan diperkuat oleh pemeriksaan tambahan secara laboratorium. Selanjutnya akan disampaikan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh dokter gigi untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut. Dengan demikian diharapkan dokter gigi dapat menemukan lesi-lesi yang dicurigai sebagai proses keganasan lebih awal sehingga prognosis kanker rongga mulut lebih baik.

Dokter gigi, dimana dalam perawatan rongga mulut dan gigi selalu melihat bibir dan mukosa mulut mempunyai kesempatan yang luas untuk menemukan kanker rongga mulut sedini mungkin. Penemuan dini kanker rongga mulut merupakan faktor penting, bertujuan untuk terapi kuratif, prognosa yang makin baik, kepentingan kosmetik dan mengurangi kecacatan serta kelangsungan hidup yang lebih lama.

Tetapi sayangnya hampir semua penderita kanker rongga mulut ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama berbulan-bulan atau bahkan lebih lama. Akibatnya prognosadari kanker rongga mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan dimana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan keterlambatan ini antara lain perkembangan kanker pada tahap awal seringkali tidak menimbulkan keluhan, kenyataan bahwa mereka yang sudah tua serta lemah tidak mau repot-repot datang ke dokter, pendidikan masyarakat pada umumnya masih rendah, lokasi lesi yang tidak langsung terlihat dan lesi dirawat sebagai lesi jinak. Faktor lain adalah dokter gigi kurang teliti pada pemeriksaan rutin rongga mulut atau tidak mngetahui tanda-tanda awal keganasan dalam mulut atau ragu-ragu karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenal gambaran klinis keganasan kanker rongga mulut sehingga terlambat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk itu seorang dokter gigi seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenal sifat dan riwayat kanker mulut yang meliputi tanda dan gejala awal, gambaran klinis, lokasi yang sering terlibat, faktor-faktor etiologi dan cara diagnosis untuk mendeteksi penyakit ini.

Terdapat beberapa prosedur klinis yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mendeteksi dini kanker rongga mulut. Umumnya prosedur-prosedur tersebut mengikuti prosedur standar diagnosa penyakit mulut. Untuk deteksi dini dan diagnosis kanker rongga mulut dikelompokkan atas diagnosis klinis yang meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis, gambaran klinis dan predileksi, serta diagnosis histopatologis yang terdiri dari sitologi rongga mulut dan biopsi.

Diagnosa akurat untuk lesi oral ganas dan pra ganas tergantung pada kualitas biopsi, informasi klinis yang cukup dan intepretasi yang benar dari hasil biopsi. Manajemen yang tepat pada pasien dengan lesi oral ganas dan pra ganas dimulai dengan diagnosa yang akurat. Standar utama yang ada akhir-akhir ini untuk diagnosa adalah penilaian histopatologi biopsi jaringan lesi yang mencurigakan. Diagnosa histopatologi yang akurat tergantung pada klinisi dalam melakukan biopsi yang tepat dan menyediakan informasi klinis yang cukup dan para ahli patologi dengan tepat mengintepretasikan hasil biopsy.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiKata biopsi berasal dari Yunani yang terdiri dari kata bios (kehidupan) dan opsis (pandangan hidup). Biopsi adalah pengambilan jaringan dari organisme yang hidup dengan tujuan untuk memeriksa jaringan tersebut dibawah mikroskop agar dapat dilakukan diagnosa dari sampel jaringan tersebut.Teknik tersebut digunakan untuk menetapkan karakteristik histologis pada lesi yang dicurigai, diferensiasi lesi, perluasan atau penyebaran lesi dan untuk mendapatkan strategi perawatan yang cukup. Biopsi berarti kontrol evolusi proses penyakit dan dapat untuk mencatat adanya penyembuhan atau relaps. Penemuan hasil pada biopsi mempunyai nilai medis yang tidak terbantahkan.

Biopsi adalah prosedur dimana pengambilan jaringan dan/atau sel untuk diperiksa dibawah mikroskop atau oleh ahli patologis. Biopsi dilakukan untuk menetapkan adanya sel kanker, menetapkan derajat tumor dan menyediakan informasi yang lebih pada perawatan. Biopsi sebagian besar seharusnya tidak dilakukan oleh pasien dengan masalah pembekuan darah. Jika pasien mempunyai jumlah platelet yang rendah, tranfusi platelet dapat diberikan dan biopsi dapat dilakukan. Dokter seharusnya diberitahu jika ada masalah pendarahan maupun alergi, medikasi yang sedang dijalani atau kehamilan.Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.

2.2 Tujuan Biopsi1. Mengetahu morfologi tumor, yaitu:a. Tipe histologic tumor

b. Subtipe tumorc. Grading sel

2. Radikalitas operasi3. Staging tumora. Besar specimen dan tumor dalam centimeterb. Luas ekstensi tumorc. Bentuk tumord. Nodus regional, yaitu:

Banyak kelenjar limfe yang ditemukan.

Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis.

Adanya invasi kapsuler. Metastase ekstranodal.2.3 Jenis Biopsia. Biopsi KapsulBiopsi kapsul merupakan alternatif dari biopsi endoskopik. Biopsi ini dilakukan bila diperlukan sampel dari lapisan intestinal. Selama pelaksanaan biopsi kapsul, pasien akan diberikan sebuah kapsul kecil untuk ditelan dimana kapsul tersebut dilekati oleh tabung tipis. Gambaran x-ray akan digunakan untuk mengetahui kapan kapsul tersebut telah mencapai titik yang tepat di dalam usus. Saat kapsul tersebut telah mencapai titik yang tepat, tercipta tekanan dalam tabung, sehingga bagian kecil dari lapisan intestinal tersedot ke dalam kapsul.b. Biopsi EndoskopikBiopsi Endoscopik adalah suatu tindakan pengambilan contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi danmicrobiologi dengan meggunakan alat biopsi panendoscopik dikerjakan bersamaan dengan pemeriksaan Edoscopi.

Indikasi :

1. Perubahan gambaran mucosa saluran cerna disertai keluhan-keluhan yang berlangsung lama dan menahun seperti dyspepsia, diare, konstipasi.2. Ulkus pada saluran cerna bagian atas dan bawah terutama pada usia tua.

3. Polip/tumor saluran cerna bagian atas atau bawah.

4. Penyakit celiac, colits ulseratif, corhn atau infektif.Kontra Indikasi :1. Esofagus pasca dilatasi 1 minggu.

2. Ulkus bulbus duodeni, kecuali dicurigai masaa tumor/limforma.Persiapan Alat dan Teknik

Forsepbiopsidimasukkanmelaluisaluraninstrument endoscop menuju organ target/sampel. Usahakan posisi sampel pada jam 6 dan dengan teknik aiming forsep dibuka-jepit dan ditarik (oleh asisten). Jaringan yang didapat dimasukkan kedalam formalin 10%. Pada keadaan tertentu biopsi dilakukan dengan brush cytologi atau hot biopsi pada lesi polipoid.

Perawatan pascabiopsiPerawatan pasca biopsi sesuai dengan perawatan pasca biopsi, dapat dilakukan penyemprotan air es atau adrenalin 1:10.000 dalam NaCl 0,9% melalui Endoscop.

c. Biopsi Biopsi jarum merupakan cara paling sederhana untuk mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan histologik. Cara ini hanya sedikit mengganggu jaringan sekitarnya. Risiko menyebabkan implantasi sel tumor melalui jarum saat diaspirasi sangat kecil. Namun demikian, interpretasi dari specimen biopsy jarum memerlukan orang yang cukup berpengalaman.

Biopsi ini merupakan pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsy. (anonim,2011)

Biopsi jarum transtorakis perkutaneus (PTNB = percutaneous transthoracic needle biopsy) lebih popular karena ketrampilan ahli radiologi dan patologi meningkat. Hal ini dilakukandibawah anestesilokaldan disertaibeberapakomplikasilanjutyang membutuhkan terapi lebih lanjut. Biopsy ini dapat mengidentifikasi keganasan, infeksi, sarkoidosis dan penyakit pulmonar lainnya. Kontraindikasi termasuk koagulopati, hipertensi pulmonary, penyakit baru bulosa dan ventilasi tekanan positif.

Biopsy tusuk jarum atau yang lebih dikenal dengan Fine Needle Aspiration Biopsy , biasa disingkat FNAB. FNAB adalah suatu tindakan biopsi tumor atau benjolan yang dilakukan dengan jarum halus 25G berdiameter 0,5 mm atau lebih kecil, untuk mengambil contoh jaringan lalu memeriksanya dibawah mikroskop secara sitologi. Dengan FNAB diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan, sehingga keraguan seorang penderita apakah dirinya menderita kanker atau tidak segera terjawab dengan cepat dan akurat.

Tindakan FNAB ini mudah dikerjakan, waktunya cepat hanya memerlukan beberapa detik, tidak nyeri, relatif tanpa komplikasi, biaya murah dan akurasinya cukup memuaskan. Dapat dikerjakan pada siapa saja, laki-laki atau perempuan, orang tua , anak-anak, bahkan pada bayi. FNAB dapat dilakukan pada tumor yang terletak di permukaan tubuh yang dapat dilihat atau diraba seperti tumor kulit, payudara, kelenjar gondok, kelenjar getah bening. Untuk tumor-tumor organ tubuh yang lebih dalam, juga dapat dilakukan FNAB, namun biasanya dibutuhkan bantuan dokter ahli radiologi untuk membimbingnya dengan USG , misalnya pada tumor paru, tumor hati, tumor ginjal, tumor pancreas dsb.FNAB juga sangat dianjurkan pada penderita tumor atau kanker dengan keadaan umum lemah, sehingga dapat ditegakkan diagnosisnya segera dengan resiko yang rendah, dimana pemeriksaan ini biasanya tidak memberatkan kondisi pasien. Pada kanker yang sudah tersebar di kelenjar getah bening, seperti kanker nasofaring atau kanker lainnya, untuk memastikan benar tidaknya pesebaran tersebut, dianjurkan dilakukan FNAB pada benjolan di kelenjar getah bening. Hal ini sangat bermanfaat untuk memastikan stadium penyakit dan tindakan selanjutnya.Pengamatan klinisi yang cermat tentang sasaran biopsi aspirasi baik pada tumor yang letaknya superfisial (palpable rumor) maupun tumor di dalam rongga tubuh (nonpalpable) diperlukan untuk memperoleh hasil optimal. Tumor yang letaknya superfisial dapat dilakukan langsung biopsi aspirasi tanpa kombinasi pemeriksaan lain. Pada tumor difus dan letaknya dalam sering diperlukan pemeriksaan radiologi.

Keterbatasan Biopsi Aspirasi Jarum Halus (FNAB)

Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas:1) Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan.2) Subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi.3) Dapat terjadi negatif palsu.4) Harus ada kerjasama klinis dan patologis.Indikasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus (FNAB)

Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :

1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable. Tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya. Sebagai contoh tumor payudara dan kelenjar tiroid.

2) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.4) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.Teknik Biopsi Aspirasi (FNAB)

a) Persiapan alatAlat yang dipergunakan terdiri dari tabung suntik plastik ukuran 10 ml, jarum halus, gagang pemegang tabung suntik, kaca objek dan desinfektan alkohol atau betadin.

b) Pendekatan pasienDengan ramah pasien dianamnesis singkat. Wawancara singkat ini dibuat sedemikian rupa, sehingga pasien tidak takut atau stres dan bersedia menjalani biopsi aspirasi. Biopsi dilakukan dengan kelembutan hati dan rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia.

c) Pengambilan aspirat tumor :1) Tumor dipegang lembut2) Jarum diinsersi segera ke dalam tumor.3) Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal.Tekanan di dalam tabung menjadi negatif; jarum manuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik.

4) Piston dalam tabung dikembalikan pads posisi semula dengan cara melepaskan pegangan.

5) Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan ke laboratorium pusat pemeriksaan kanker.

Diagnosis Sitologik Biopsi Aspirasi Dan Nilai Klinik1. Posisif maligna disebut PosistifSitologi positif merupakan "mandat" untuk melakukan tindakan lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.

2. Kelainan jinak disebut NegatifSitologi negatif atau kelainan jinak, belum dapat menyingkirkan adanya kanker; perlu dipikirkan kern ungkinan negatif palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pads sediaan. Bila terdapat diskrepansi sitologi dan data klinik, alternatif tindakan terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pads kasus sitologi negatif dengan spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat ditentukan.

3. Mencurigakan maligna disebut SuspekSitologi suspek, mungkin memerlukan pemeriksaan lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan beku ataupun sitologi imprint atau kerokan durante operasionam.

4. Tidak dapat diinterpretasi disebut Inkonklusif

Inkonklusif dapat terjadi karena kesalahan teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan negatif palsu.

d. Biopsi EksisionalBiopsi eksisional merupakan insisi lesi secara in toto adalah pendekatan yang umum untuk lesi yang kecil. Eksisi ini didesain dengan melibatkan jaringan normal dan memungkinkan dilakukan penutupan kembali. Lesi mulut yang paling sering dilakukan biopsi eksisional adalah fibroma, serta lesi yang ukuran dan lokasinya memungkinkan untuk diambil secara total/dieksisi. Papiloma, granuloma periferal, dan banyak lesi berpigmen biasanya juga diambil secara eksisi total.

Sebagian besar biopsi eksisional maupun insisional dilakukan dengan teknik elips. Bentuk elips didesain sedemikian rupa sehingga dapat dibuat biopsi yang menyertakan lesi dan jaringan normal di sekitarnya setebal 2-3 mm. Supaya penutupannya lebih efektif dan meniadakan kerusakan marginal submukosa (untuk menghindari ketegangan pada penutupan kembali), panjangnya sebaiknya 2,5 sampai 3 kali dari diameter terbesar. Jika elips tersebut karena pertimbangan anatomi atau alasan lain harus dibuat pendek, penutupan dapat dilakukan denganpenggangsiran (undermining). Apabila biopsi atau eksisi lesi yang di bawahnya (misalnya mucocele) diindikasikan, teknik elips juga dapat memberikan jalan masuk ke struktur yang lebih dalam, yang bisa dilakukan dengan menggunakan guntinga tajam/tumpul.Biopsi eksisional digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi yang jinak, secara keseluruhan (diameter kurang dari 1 cm), baik lesi superfisial atau profundus, lunak atau keras. Pendekatan yang dilakukan bisa dengan insisi berbentuk elips (untuk lesi permukaan) atau modifikasinya, apabila lesi terletak di jaringan lunak. Lesi keras yang kecil baik superfisial atau profunda biasanya juga diambil in toto.

e. Oral Punch BiopsyPunch biopsy adalah pengangkatan sample jaringan dan/atau sel dengan cara membuat lubang pada area yang patologis. Punch biopsy merupakan teknik alternative dari biopsy insisional tradisional. Pada dasarnya, punch ini merupakan pisau berbentuk sirkular/bulat yang menenpel pada handle plastic, seperti yang terlihat pada gambar 1 dan 2.

Diameter dari pisau punch bervariasi antara 2 sampai 10 mm.

Gambar 1. Punch diameter 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mmDokter gigi sering dihadapkan dengan neoplasma dan penyakit rongga mulut. Namun dikarenakan kebanyakan pasien enggan untuk dilakukan prosedur bedah mulut, sehingga biopsi diperlukan untuk menentukan diagnosis definitif.

Biopsi ini memiliki kegunaan yang terbatas dalam mulut. Biopsi lebih aplikatif dalam pengangkatan spesimen kecil jaringan dalam daerah yang tidak dapat diakses, seperti sinus maksilaris dan lateral atau dinding posterior faring. Biopsy ini membantu dalam pengendalian pendarahan. Jika biopsi dilakukan di rumah sakit, dapat diperoleh potongan beku yang memungkinkan operator untuk melanjutkan tindakan dengan pengangkatan lengkap lesi pada saat bersamaan operasi jika diperlukan.

Teknik punch biopsy:a. Menentukan daerah biopsi di rongga mulut. b. Memberikan anestesi lokal.

Biopsi biasanya dilakukan menggunakan anestesi local. Pada saat preparasi, lebih baik tidak menggunakan antiseptic yang kuat karena cenderung dapat merubah jaringan dan mempengaruhi perubahan kualitaswarna. Anestesi seharusnya tidak disuntikan pada tumor, karena infiltrasidengan anestesi cenderung menggembungkan jaringan dan megubah bentuknya, dan jika lesi ganas dapat menyebabkan penyebaran.

Untuk daerah dengan vaskularisasi tinggi (seperti lidah atau bibir) atau lesi, anastesi yang mengandung vasokonstriktor seharusnya dipilih untuk meminimalkan pendarahan (missal: lidocaine yang mengandung epinephrine 1:50000 atau 1:100000). Anestesi diberikan pada daerah yang berdekatan dengan tempat biopsi karena jika anestesi diinjeksi langsung pada tempat biopsi dapat menyebabkan artifak distorsi pada spesimen.

c. Menetapkan ukuran biopsi.

Biopsi mukosa seharusnya kurang lebih berdiameter 3 mm. Akan tetapi, lesi oral yang belum ganas dan SCC seringkali membutuhkan biopsi yang lebih dalam karena mempunyai ciri lapisan epitel yang lebih tebal dan hiperkeratosis. Untuk lesi ini, kedalaman yang direkomensasikan adalah 4 mm atau 5 mm. Bevel pada sisi potong biasanya 1,5 mm dapat digunakan sebagai penuntun kedalaman.

d. Memperoleh sampel biopsi dengan punch biopsy.

Selama punch biopsy, punch dimasukkan ke dalam mukosa dengan gerakan rotasi untuk menyertai pemotongan jaringan dengan kedalaman yang tepat. Forcep jaringan dan scalpel digunakan untuk mengeluarkan sampel biopsi. Jaringan biopsi kemudian diletakkan di sepotong kertas yang bersih dengan permukaan jaringan lunak (lapisan paling bawah) menghadap ke bawah selama 1 menit untuk menjamin bahwa sampel tetap flat selama fiksasi dan untuk menjamin sampel tetap dalam keadaan baik selama pemeriksaan histologi (hal ini adalah tahap kritis).

Gambar 3. Ilustrasi punch biopsy yang dilakukan pada area mukosa bukal

Sampel kemudian diletakkan di 10% fiksatif formalin buffer netral. Volume fiksatif seharusnya kurang lebih 20 kali volume sampel untuk menghindari fiksasi yang tidak baik atau autolisis. Tidak ada fiksatif lain yang dapat menggantikan fiksatif formalin. Alkohol, desinfectan untuk permukaan, solusi anastesi lokal atau obat kumur tidak dapat memfiksasi jaringan dengan benar untuk evaluasi histologis yang cukup.

e. Memastikan Hemostatis.

Jika memungkinkan, tempat biopsi seharusnya dijahit untuk menutup luka dan menjamin hemostatis yang baik.2.4 Kategori BiopsiSecara umum terdapat 4 kategori biopsi, yaitu fine needle aspiration biopsy, core needle biopsy, excisional biopsy dan incisional biopsy.1. Fine Needle Aspiration BiopsyFine Needle Aspiration Biopsy dikenal juga sebagai biopsy suction atau biopsy aspirasi jarum meliputi aplikasi tekanan negatif dengan menggunakan suntikan dan jarum hypodermic berlubang. Tipe biopsy ini sering digunakan sebagai prosedur diagnosa pada leher dan jaringan thyroid. Biopsi ini menghasilkan pengambilan jaringan yang dibagi lagi menjadi sel dan satu sampel dari jaringan yang tidak rusak. Biopsi fine needle aspiration adalah prosedur yang sering dilakukan karena mempunyai ketidaknyamanan yang minimal dan dengan harga yang lebih murah daripada tipe biopsi yang lainnya.2.Core Needle Biopsy

Core needle biopsy yang dikenal juga sebagai wide core needle biopsy atau cutting core biopsy, meliputi penggunaan jarum bor yang besar dan metode yang paling sederhana pada diagnosa patologi kanker. Hasilnya adalah kerusakan minimal dari jaringan sekitar dan sampel yang solid masih menempel. Tumor yang terletak di liver dan payudara sering menggunakan biopsi jenis ini.

3.Incisional Biopsy

Biopsi ini melakukan pengeluaran bagian tumor dari tumor yang besar. Biopsi incisional dilakukan pada tumor yang terletak didalam tubuh dan setelah biopsi needle awal gagal untuk menyediakan jaringan yang cukup untuk diagnosa. Biopsi tipe ini adalah teknik yang dianjurkan untuk mendiagnosa kanker jaringan lunak dan osteosarcoma.

4.Excisional Biopsy

Dikenal juga sebagai surgical biopsy, biopsi excisional meliputi pengeluaran secara bedah dari seluruh massa tumor dan teknik diagnosa yang secara simultan sebagai perawatan. Sebagai contoh, lumpectomy, mengeluarkan seluruh massa tumor utama yang berhubungan dengan kanker payudara. Biopsi excisional juga berguna dalam mendiagnosa dan mengeluarkan permukaan tumor kulit, seperti yang berhubungan dengan carcinoma sel skuamosa, carcinoma sel basal an melanoma ganas.Tabel 1. Perbandingan tipe (kategori) biopsyPerbandinganFine Needle

Aspiration BiopsiCore Needle BiopsyIncisional BiopsyExcisional Biopsy

Indikasi penggunaanUntuk menetapkan adanya cairan di dalam lesi

Untuk menetapkan jenis cairan di dalam lesi

Digunakan ketika menemukan lesi intraosseusHampir sama dengan Fine Needle Aspiration Biopsy. Yang membedakan hanya ukuran jarum yang digunakanKeterbatasan ukuran

Lokasi yang berbahaya dari lesi

Adanya kecurigaan yang besar terhadap adanya keganasanSeharusnya dilkukan pada lesi yang kecil, kurang dari 1 mm

Lesi pada pemeriksaan klinis masih jinak

Eksisi lengkap dengan margin pada jarinngan yang normal tanpa mutilasi

Persiapan BiopsiBeberapa perhitungan jumlah darah secara rutin (jumlah sel darah, profil pembekuan) seharusnya lengkap 2 minggu sebelum biopsi

Pasien mungkin diminta untuk tidak makan untuk waktu tertentu sebelum prosedurMereka yang menggunakan penipis darah atau aspirin seharusnya bertanya pada dokter mereka tentang apakah mereka seharusnya berhenti meminum obat tersebut sebelum biopsiPasien seharusnya mengikuti instruksi yang disediakan oleh dokter dan memberikan catatan tentang adanya alergi.

Mereka yang menjalani anastesi umum seharusnya tidak makan atau minum kurang lebih 8 jam sebelum biopsi

Tidak makan atau minum 8 jam sebelum biopsi

Pasien yang meinum insulin, aspirin, obat non-steroid antiinflamatory atau obat lain yang mempengaruhi pembekuan darah seharusnya memberi tahu dokter sebelum biopsy

Setelah biopsiPasien seharusnya dapat pulang, kembali bekerja atau melakukan aktivitas rutin lainnya. Biopsi ini tidak mempengaruhi jadwal medikasiSebagian besar pasien dapat kembali ke aktivitas normal segera setelah biopsi

Jika terdapat kemerahan, sakit atau drainase yang berlebihan dari tempat suntikan, pasien harus segera menelpon dokterSetelah sadar dari anastesi, pasien akan diobservasi selama beberapa jam sebelum kembali kerumah

Tempat insisi seharusnya tetap bersih, kering dan bebas dari lotion, medikasi atau oinments

Jika menderita demam, pendarahan, drainage, sakit yang kuat, atau kemerahan pada tempat biopsi seharusnya segera memberitahu dokterPasien dapat kembali melakukan aktivtas rutin setelah biopsi

ResikoTidak menunjukkan resiko yang signifikan. Beberapa pendarahan kecil mungkin terjadi.

Adanya rasa sakit ringan, tumpul dan berdenyut di daerah biopsi yang biasanya menghilang dalam waktu 30 sampai 60 menit

Terdapat resiko infeksi pada waktu kulit dipenetrasi, tetapi sangat jarang terjadiScar yang timbul disebut keloid mungkin terjadi pada daerha tusukan, infeksi dan pendarahan mungkin juga terjadi pada atau dibawah tempat biopsyKeloid mungkin terbentuk pada daerah insisi

Infeksi dan pendarahan mungkin terjadiBeberapa pasien mungkin mengalami infeksi, pendarahan atau bercak disekitar tempat biopsy

Indikasi dan Kontraindikasi Biopsi Secara Umum

IndikasiKontraindikasi

Aplikasi pada lesi bibir atau mukosa rongga mulut dengan adanya iritasi lokal (traumatik atau sumber inflamasi) ketika lesi yang terlibat dipertanyakan apakah sudah terjadi lebih dari 2 minggu, dan mungkin dipertanyakan mengalami keganasan. Umumnya, lesi yang muncul pada mukosa rongga mulut seharusnya diperiksa dan dievaluasi apakah ada faktor iritasi lokal. Jika faktor itu ditemukan, faktor tersebut haris dihilangkan, setelah periode observasi tersebut yaitu 15 sampai 20 hari yang biasa dilakukan. Setelah periode waktu penghilangan faktor iritasi lokal ini, jika lesi masih ada, studi histopatologis dibutuhkan untuk menghilangkn adanya keganasan. Studi tersebut juga diindikasikan pada kasus lesi tulang radiotransparan yang mempunyai gambaran radiologi adanya keganasan, meskipun gambaran tersebut biasanya ditemukan pada studi radiologi rutin. Semua kista maksila dan khususnya keratocyte juga memerlukan adanya studi histologis.

Kasus lesi tulang yang disertai dengan rasa sakit, perubahan sensitivitas atau gejala lainnya, dan pada aplikasinya terhadap lesi tulang yang menunjukkan perubahan penting atau perluasan lesi yang cepat yang dievaluasi dengan radiologi.

Biopsi juga dibutuhkan pada permukaan mukosa rongga mulut yang menunjukkan perubahan warna yang penting dan persisten (menjadi sangat putih, merah atau berpigmentasi) atau perubahan pada bentuknya (pecah-pecah, proliferasi atau ulserasi), dengan suatu tonjolan yang keras didalam yang terdeteksi dengan palpasi.

Deteksi penyakit sistemik tertentu yang membutuhkan pemeriksaan histologis yang bertujuan untuk menetapkan diagnosa yang pasti seperti lupus, amyloidosis, scleroderma atau sindrom Sjorgen yang dipastikan lewat biopsi pada jaringan rongga mulut. Sebagai contoh, konfirmasi sindrom Sjorgen membutuhkan sampel pada kelenjar saliva minor di bibir.

Pelengkap diagnosa kelainan tertentu atau sumber infeksi, seperti lesi yang mneyatakan adanya sifilis atau uberkolosis, berdasarkan pada sampel dari rongga mulut-melalui konfirmasi pada hasil tes yang positif pada proses penyakit tersebut sangat dibutuhkan.

Konfirmasi pada diagnosa lesi yang melepuh, pada penyakit mukokutaneous yang mempengaruhi mukosa rongga mulut, seperti vulgar pemphigus atau cicatrial pemphigoid.Pasien dengan penyakit yang sangat serius, pada subjek dengan beberapa kelainan sistemik yang memburuk, atau dimana terdapat komplikasi sekunder.

Kasus lesi yang terletak pada daerah yang sangat dalam atau pada daerah dengan akses yang sangat sulit dimana teknik bedah terbukti sulit atau berbahaya, dimana terdapat resiko kerusakan pada struktur disekitarnya.

Lesi yang bersumber dari pembuluh darah seperti hemangioma, karena resiko pendarahan yang persisten dan besar.

Kasus neurofibroma multipel, karena resiko terbentuknya neurosarcoma atau pada tumor di kelenjar saliva yang lebih besar.

BAB IIIKESIMPULANMasalah kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas masalah gigi geligi saja, tetapi sudah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras maupun jaringan lunak. Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama sekali pada negara-negara yang berkembang.Terdapat beberapa prosedur klinis yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mendeteksi dini kanker rongga mulut. Umumnya prosedur-prosedur tersebut mengikuti prosedur standar diagnosa penyakit mulut. Untuk deteksi dini dan diagnosis kanker rongga mulut dikelompokkan atas diagnosis klinis yang meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis, gambaran klinis dan predileksi, serta diagnosis histopatologis yang terdiri dari sitologi rongga mulut dan biopsi.

Diagnosa akurat untuk lesi oral ganas dan pra ganas tergantung pada kualitas biopsi, informasi klinis yang cukup dan intepretasi yang benar dari hasil biopsi. Manajemen yang tepat pada pasien dengan lesi oral ganas dan pra ganas dimulai dengan diagnosa yang akurat. Standar utama yang ada akhir-akhir ini untuk diagnosa adalah penilaian histopatologi biopsi jaringan lesi yang mencurigakan. Diagnosa histopatologi yang akurat tergantung pada klinisi dalam melakukan biopsi yang tepat dan menyediakan informasi klinis yang cukup dan para ahli patologi dengan tepat mengintepretasikan hasil biopsy.

27