BIOPSI PENCERNAAN KEL 4

download BIOPSI PENCERNAAN KEL 4

of 23

Transcript of BIOPSI PENCERNAAN KEL 4

BIOPSI SISTIM PENCERNAANDosen Pembimbing : Bpk. Kasron. S. Kep., Ns

KELOMPOK 4 ANGGOTA : 1. IBRAHIM OKTI H 2. TRI SUDRAJAT 3. SOLIAH 4. MUHAMMAD ASYROFI 5. NUR ARIFIN 6. SAHID DWI

S1 KEPERAWATAN 2B STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Biopsi Sistem Pencernaan . Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan, penyajian makalah ini diharapkan dapat memudahkan proses pembelajaran bagi mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan makalah ini dikemudian hari.

Cilacap, Maret 2012

Penyusun

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................ DAFTAR ISI ...................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA BIOPSI SISTEM PENCERNAAN A. Pemgertian Biopsi ................................................................... B. Tujuan Biopsi.......................................................................... C. Syarat Biopsi ........................................................................... D. Kontraindikasi Biopsi Secara Umum ..................................... E. Pemeriksaan Penunjang Biopsi............................................... F. Komplikasi Biopsi Secara Umum .......................................... G. Jenis Biopsi ............................................................................. H. Persiapan Biopsi ..................................................................... I. Teknik Biopsis Secara Umum ................................................ J. Setelah Pemeriksaan ............................................................... K. Tindakan Biopsi Pada Sistem Pencernaan .............................. BAB III PENUTUP ............................................................................ DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

1 2 3 4 5 5 5 6 6 6 6 6 11 11 11 12 22 23

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di dalam system pencernaan banyak sekali terdapat jenis penyakit, salah satunya adalah tumor/kanker. Karena letak kanker tersebut dapat berada di dalam system pencernaan maka untuk dapat memeriksanya harus dilakukan tindakan biopsy.

B. Tujuan Penulisan 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan. 2. Menjelaskan tentang pengertian biopsy. 3. Menjelaskan tentang tujuan biopsy.

4. Menjelaskan tentang syarat biopsy. 5. Menjelaskan tentang kontraindikasi biopsy secara umum. 6. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang biopsy. 7. Menjelaskan tentang komplikasi biopsy secara umum. 8. Menjelaskan tentang jenis biopsy. 9. Menjelaskan tentang persiapan sebelum biopsy. 10. Menjelaskan tentang teknik biopsy secara umum. 11. Menjelaskan tentang tindakan biopsy pada system pencernaan.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BIOPSI

A. Pengertian Biopsy Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses pembedahan.

B. Tujuan Biopsy 1. Mengetahu morfologi tumor a. Tipe histologic tumor b. Subtipe tumor c. Grading sel 2. Radikalitas operasi 3. Staging tumor a) Besar specimen dan tumor dalam centimeter b) Luas ekstensi tumor c) Bentuk tumor d) Nodus regional 1) Banyak kelenjar limfe yang ditemukan 2) Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis 3) Adanya invasi kapsuler 4) Metastase ekstranodal

5

C. Syarat Biopsi 1. Tidak boleh membuat flap karena berpotensi menyebabkan penyebaran jaringan ganas. 2. Dilakukan secara tajam. 3. Tidak boleh memasang drain. 4. Letaknya dibagian tumor yang dicurigai. 5. Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif).

D. Kontra Indikasi Biopsi Secara Umum 1. Biopsi insisional pada tumor kecil yang dapat diangkat secara keseluruhan. 2. Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif). 3. Gangguan faal hemostasis berat (relatif). 4. Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi.

E. Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, faal hemostasis.

F. Komplikasi Biopsi Secara Umum 1. Perdarahan Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik perdarahan. 2. Infeksi Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi

G. Jenis Biopsi Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian potongan tumor yang viable seperti pads kulit atau permukaan lain yang mudah dijangkau dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini umumnya6

tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya dilakukan tanpa pemberian Novocain selama kanker tidak disuplai oleh saraf. Namun, kadang diperlukan biopsi yang melibatkan jaringan sehat serta yang dicurigai sakit untuk mendapatkan sel yang hidup. Dalam hal ini, tentu diperlukan anastesi lokal.

Ada beberapa jenis biopsi yaitu: 1. Biposi Insisional Biposi insisional adalah pengambilan sebagian jaringan yang sakit untuk diperiksa. Biopsi ini dilakukan bila jaringan yang sakit terlalu besar (ukuran lebih dari 2 cm), sehingga tidak dapat dilakukan pengangkatan seluruh jaringan yang sakit tanpa tindakan rekonstruksi untuk menutup defeknya. Biopsi ini murni untuk menentukan diagnosa hingga harus diikuti dengan tindakan lanjutan apakah operasi dan atau radiasi serta kemoterapi. Pada tindakan biopsy ini, klien akan dibius total atau lokal tergantung lokasi massa.

2. Biopsi Eksisional Biopsi eksisional adalah pengangkatan seluruh jaringan yang sakit sampai tepi yang sehat. Massa yang dicurigai untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi ini biasa dilakukan bila jaringan yang sakit kecil (kurang dari 2 cm), sehingga defek masih bisa ditutup primer. Metode ini

7

dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan jika massa tumor belum metastase atau penyebaran tumor.

3. Biopsi Jarum Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi.

8

4. Biopsy Jarum dengan Bantuan Endoskopi Biopsy jarum dengan bantuan endoskopi. Prinsipnya sama yaitu

pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pernapasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.

5. Punch Biopsy Biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Anda akan dibius lokal saja dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.9

Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor). Satu jenis biopsi khusus yang dapat mengetahui sitologi dari lesi adalah FNAB (fine needle aspiration biopsy). Untuk beberapa jenis keganasan, sensitifitas dan spesifisitas FNAB sama atau lebih baik dari biopsi konvensional

10

H. Persiapan Biopsi Selama 1 minggu sebelumnya klien harus menghentikan segala macam konsumsi obat yang membuat pembekuan darah terganggu seperti aspirin, Coumadin dan nonsteroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs).

I. Tehnik Biopsi Secara Umum 1. Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor. 2. Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%. 3. Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang. 4. Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips. 5. Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips dengan margin 1-2 cm diluar tumor. 6. Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di dalam. 7. Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu. 8. Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10% dengan perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian spesimen harus terendam dalam larutan formalin.

J. Setelah Pemeriksaan 1. Kemungkinan akan ada memar, rasa tidak nyaman ataupun bengkak di tempat biopsi dilakukan. 2. Jika perlu, pakailah obat penghilang rasa sakit yang tidak mengandung aspirin. 3. Letakkan es batu secukupnya di atas luka untuk mengurangi memar dan bengkak. 4. Hindari aktivitas berat ataupun mengangkat beban lebih dari 2,5 kg selama 24 jam. Perlahan-lahan Anda dapat melakukan aktivitas normal kecuali ada pemberitahuan sebelumnya dari dokter.

11

K. Tindakan Biopsi pada Sistem Pencernaan 1. Biopsi pada Mulut Indikasi : a. Pada pasien yang mengalami kanker mulut. b. Pada pasien yang mempunyai lesi dalam mulut. c. Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai tumor. d. Setiap jaringan yang diambil secara bedah. e. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya.

2. Biopsi pada Esophagus Pemeriksaan mikroskopik dari sampel biopsi yang diambil dari

kerongkongan, bisa secara akurat mengidentifikasi refluks asam, bahkan jika peradangan tidak tampak pada pemeriksaan esofagoskopi. Pemeriksaan rontgen dilakukan setelah penderita minum larutan barium dan berbaring dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki dapat menunjukan refluks barium dari lambung ke kerongkongan. Dokter dapat menekan perut untuk meningkatkan refleks. Pemeriksaan rontgen setelah menelan barium juga dapat menunjukkan tukak kerongkongan atau penyempitan kerongkongan. Pengukuran tekanan pada katup kerongkongan bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang normal dari katup yang berfungsi buruk. a. Indikasi : 1) Pada pasien yang mempunyai tumor di kerongkongan.12

2) Benjolan pada kerongkongan yang dicurigai mengalami keganasan. 3) Benjolan yang tidak kunjung sembuh setelah dilakukan perawatan local.

b. Kontraindikasi : 1) Esophagus pasca dilatasi (tindakan untuk pelebaran esophagus)

3. Biopsi pada Lambung Indikasi : a. Pada pasien yang mengalami kanker lambung /ulkus lambung.

13

4. Biopsi pada Hati a. Indikasi hati : 1) Penilaian penyakit hati dan penentuan stadium limfoma. 2) Pemeriksaan pireksia yang sumbernya tak diketahui. 3) Pemeriksaan hepatomegali. 4) Evaluasi hasil uji laboratorium abnormal hati. 5) Dicurigai neoplasma hati. 6) Diagnosis penyakit hati kolestasis. 7) Diagnosis penyakit hati metabolik.

b. Kontraindikasi : 1) Diskrasia perdarahan yang parah. 2) Penyakit sumbatan saluran pernapasan yang parah. 3) Kecurigaan sepsis bilier, obstruksi ductus hepaticus, abses hati, tumor angiomatosa atau penyakit hidatidosa. 4) Asites hebat karena ia dapat menggeser hati ke medial dan menghalangi penetrasi hati oleh jarum biopsy.

c. Peringatan 1) Sebelum biobsi, periksa hemoglobin, hitung trombosit, waktu protombin 1 tahap, serta golongan darah pasien serta dapatkan darah untuk pencocokan silang ( cross match ) gawat darurat. 2) Biopsy dikontraindikasikan jika hitung trombosit kurang dari 40 x 109 / l atau rasio waktu protombin kurang dari 1,5. 3) Control asites sejauh mungkin sebelum biopsy hati.14

4) Bila di curigai cairan empedu, sering kolangiografi transhepatik perkutis di bawah perlindungan antiobiotika merupakan pemeriksaan yang lebih tepat. Tetapi jika diperlukan biopsy hati, berikan anti biotika profilaksis sebelum dan selama 5 hari setelah tindakan ini. 5) Teknik menghini, lebih disukai karena lebih cepat, lebih mudah dan lebih aman, daripada metode trucut tetapi pada sirosis lanjut, kesulitan menembus hati dan fragmentasi bahan contoh mungkin memerlukan pembukaan jarum trucut. d. Tehnik 1) Tempatkan pasien terlentang dan lengan kanan abduksi. 2) Tekankan kebutuhan menahan napas pada akhir ekpirasi selama beberapa detik. 3) Tindakan ini dilakukan jika pasien telah menuruti seluruh petunjuk (tarik napas, keluarkan napas serta tahan napas, terus tahan napas, tahan lagi, keluarkan napas ). 4) Dengan perkusi tentukan tepi atas hati pada akhir ekpirasi. 5) Tandai tempat biopsy pada dinding dada 2 sela iga di bawahnya di antara linea aksilaris anteripor dan media. 6) Gunakan tehnik asepsis ketat ( masker, sarung tangan, pakain pelindung dan duk ). 7) Bersihkan dada kanan bawah dengan larutan antiseptic. 8) Infiltrasi kulit di atas tempat ini pada tepi atas iga dengan 10 ml lignocaine 1% murni dan kemudian dengan napas di tahan dalam ekpirasi, anestasi pleura parietalis, diafragma dan capsula hepatis. 9) Buat insisi luka kulit yang kecil dengan skapel.

e. Tehnik jarum menghini/jamshidi Jarum menghini digunakan pada orang dewasa harus sepanjang 10 cm dengan diameter 1,6 - 1,9ml. Bagian proksimal jarum ini mengandung obturator kecil untuk mencegah trauma pada bahan contoh selama aspirasi. 1) Lekatkan jarum ke spuit 20 ml yang mengandung saline steril normal dan keluarkan semuanya kecuali 2 ml saline.15

2) Majukan rakitan ini melalui insisi kulit ke dalam menuju ligamentum interkostalis. 3) Bersihkan debris apapun dalam ujung jarum dengan mengeluiarkan saline tersisa. 4) Dengan pasien menahan napas setelah espirasi penuh, majukan jarum ini ke kedalaman 8 cm dari permukaan kulit, sementara secara serentak memberikan pengisapan pada spuit. 5) Segera tarik rakitan ini, keseluruhan proses ini hanya membutuhkan waktu sedetik untuk menyelesaikanya. 6) Dengan lembut keluarkan bahan contoh ke kertas saring dan tempatkan pada formalin dibufer. 7) Jika diperlukan jaringan hati untuk tujuan khusus lain, dapatkan biopsy selanjutnya dan olah bahan contoh: a) Mikroskopi electron - tempatkan pada glutaraldehit. b) Imunofluoresen - tempatkan pada saline normal. c) Histokimia - bekukan segera menggunakan isopentan dalam nitrogen cair. d) Bakteriologi - kultur untuk TBC dan organisme lain harus dalam wadah steril.

f. Tehnik jarum pemotong trucut Jarum pemotong trucut terdiri dari jarum runcing 10 cm dengan takikan 2 cm dekat ujungnya yang ditutupi oleh sleeve pemotong berdiameter 2 mm. 1) Dengan memajukan sleeve dan klien menahan napas pada akhir ekspirasi, tarik jarum dalam 1 gerakan melalui insisi kulit, pleura dan diagfragma ke dalam hati. 2) Retraksi sleeve dan kemudian majukan sleeve di atas takikan untuk mengguilotin dan mengamankan bahan contoh yang telah prolapsus ke dalam takikan. 3) Cepat tarik jarum dan tempatkan bahan contoh pada kertas saring dalam formalin dibufer.

16

g. Perawatan dan komplikasi 1) Balut dengan kasa steril. 2) Ingatkan pasien bahwa bisa timbul nyeri pleura yang memerlukan analgesic parienteral dan untuk melaporkan tiap nyeri/gejala yang tak di harapkan. 3) Ketidaknyamanan pegal tumpul pada flank kanan dan memerlukan analgesic sederhana selama 24-36 jam. 4) Jaga pasien terlentang sampai hari berikutnya. 5) Catat nadi dan tekanan darah, dan percepatan pernapasan tiap semperempat jam selama 2 jam, tiap setengah jam selama 2 jam, tiap jam selama 4 jam, yang kemudian tiap 2 jam selama 16 jam. 6) Periksa abdomen dan dada pada interval teratur jika timbul nyeri 7) Periksa hitung darah lengkap pada hari setelah biopsy. 8) Pneumotoraks, perdarahan intraperitoneum, peritonitis bilier dan septikemi.

5. Biopsi pada Usus Halus a. Indikasi pada intestinum minor (usus halus) : 1) Diagnosis enteropati gluten dan keadaan malabsorpsi usus halus lainya. 2) Ulkus bulbus duodeni, kecuali dicurigai massa tumor/limforma. 3) Adanya tumor pada usus.17

b. Indikasi pada intestinum mayor(usus besar ): 1) Pada pasien yang mengalami kanker kollon.

c. Peringatan Dikrasia pendarahan, selalu periksa bahwa waktu protrombin dan hitung trombosit normal sebelum melakukanya. d. Kapsul crosby (modifikasi watson) Kapsul ini terdiri dari mangkok logam kecil dan penutupnya yang dipisahkan oleh diafragma karet dan dilekatkan kateter plastic lunak panjang. Mangkok ini mempunyai jendela dan 2 paku, 1 di dinding samping dan lainya didasarnya untuk mengamankan cakram pemotong yang diberikan pegas. Kapsul di tempatkan dan memberikan pengisapan melalui kateter yang dilekatkan, ia menyebabkan diagfragma karet mencekarm cakram memotong menjahui tambatnya ke paku dinding samping. Cakram ini kemudian akan berputar tajam untuk mengaputasi jaringan apapun yang menonjol melalui jendela samping.

Pemuatan kapsul 1) Pegang cakram pemotong dengan prong logam serta luncurkan kedasar mangkok yang tepi pemotongnya berlawana dengan paku dinding samping sehingga pegas di kencangkan keatas paku dasar. 2) Rotasikan cakram melawan jarum jam dan tarik sedikit sehingga menambatkan cakram keatas npaku dinding samping 3) Tutup mangkok dengan diagfragma karet kecil dan dengan lembut pasang penutup logam, kencangkan penyatuan ini dengan kunci alen kecil.

e. Tehnik tindakan 1) Muati kapsul, tandai kateter 100 cm dari kapsul dan beri lemak dengan jeli pelumas. 2) Lepaskan penyambung logam pada ujung proksimal dan masukan nasoduodenum 16-18 FG di atas kateter menuju kebawah kapsul. 3) Anestesi faring dengan semprotan lignocaine 50%.18

4) Masukan kapsul dan pipa yang sudah dilumasi melalui mulut dengan meminta pasien menelan sampai ia terletak dalam lambung. 5) Berikan 20 ml sirup mentoklopramid per oral, setelah 20 menit, tentukan posisi kapsul dengan foto rontgen penyaring. 6) Dorong pipa ke dalam dengan lembut dengan pengawasan rontgen, pylorus dapat di lewati jika kapsul belum lewat ke dalam duodenum. 7) Setelah kapsul di tempatkan dengan tepat melewati ligamentum Treitz jejunum proksimalis, pasang spuit 20 ml ke kateter dan aspirasi perlahan-lahan getah usus halus. 8) Lakukan pengisapan kuat berulang untuk menembakan kapsul ini ( ia dapat d konfirmasi oleh tahanan yang ditemui sewaktu udara di suntikan menuruni kateter ). 9) lepaskan dengan memberikan traksi lembut konstan ke katateter. Tidak boleh menarik dengan udara besar karena jika kapsul tampak melekat, sentakan dapat membangkitkan respon ingin muntah. Ia akan memudahkan lewatnya kapsul melalui pyrolus atau sfinter esophagei bawah. 10) Bongkar kapsul ini serta dengan jarum dan lensa tangan, lepaskan jaringan dengan cakram pemotong. Tempatkan dalam formalin berbuffer untuk pemeriksaan histology atau saline normal jika akan memeriksa aktifitas disakaridase. 11) Kirim aspirat usus halus untuk kultur mikrobiologi rutin dan untuk microskopi segera jika di cirigai giardiasis. 12) Bilas secara menyeluruh kapsul dan kateter sebelum menyimpan dalam paraffin cair untuk menghentikan pembentukan karat.

f. Perawatan dan komplikasi 1) Perdarahan dari tempat biopsi dan perforasi usus halus. 2) Kadang - kadang penutupnya lepas dari kapsul. Perjalananya menuruni usus dapat dipantau secara radiologi untuk memudahkan pencarianya.

19

6. Biopsi pada Rectum

a. Peringatan 1) Peritonium terlipat lalu balik meninggalkan rectum 12 cm dari anus, karena resiko perforasi intra-pertonium, jangan melakukan biopsi lebih dari 12 cm dari tepi anus. 2) Hanya melakukan forsep biopsy, jangan forsep pencekap untuk mendapatkan biopsy rectum. 3) Lakukan biopsi rectum dengan penerangan yang adekuat.

b. Tehnik 1) Jepit mukosa dengan forsep dan tarik kedalam lumen rectum, dan periksa bahwa hanya mukosa dan bukan dinding rectum yang bergerak. 2) Jepit kuat, puntir dan retraksi forceps ini untuk melepaskan bahan contoh biopsy. 3) Inpeksi kerusakan mukosa sebelum menarik peralatan.

20

4) Tempatkan jaringan biopsy dalam formalin dibufer untuk histology rutin.

c. Perawatan dan komplikasi Jika terjadi pendarahan, gunakan swab yang di celupkan dalam larutan adrenalin 1:100.000 dan bila ini gagal segera mencari nasehat dan diatermi atau dokter bedah.

21

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan Biopsy adalah suatu pembedahan yang bertujuan untuk mendiagnosa suatu penyakit jika pembedahan hanya dilakukan sebagian ataupun bias juga sebagai pengobatan jika dilakukan pembedahan secara menyeluruh, seperti pada penyakit kanker/tumor.

B. Saran Jagalah kesehatan pencernaan dengan cara mengurangi konsumsi makanan yang mengandung bahan kimia untuk mencegah penyakit kanker/tumor.

22

DAFTAR PUSTAKA

Michael, J Ford, dkk. 1988. Penuntun Tindakan Medis. Jakarta: EGC David C, Sabiston.1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC Gordon W, Peserson. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. Jakarta: EGC ONLINE: http://id.wikipedia.org/wiki/Biopsi

23