APLIKASI CAIRAN RUMEN DAN PROBIOTIK TERHADAP …penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis ingin...
Transcript of APLIKASI CAIRAN RUMEN DAN PROBIOTIK TERHADAP …penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis ingin...
APLIKASI CAIRAN RUMEN DAN PROBIOTIK TERHADAP
AKTIVITAS ENZIM, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI
LEMAK JUVENIL UDANG VANAME (Litopenaeus Vannamei)
PADA BAK TERKONTROL
NURUL SABNIA .P
10594091315
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
APLIKASI CAIRAN RUMEN DAN PROBIOTIK TERHADAP
AKTIVITAS ENZIM, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI
LEMAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA
BAK TERKONTROL
NURUL SABNIA P
10594091315
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Cairan
Rumen Terhadap Aktivitas Enzim, Retensi Protein, Retensi Lemak Udang
Vanname (litopenaeus vannammei) Pada Bak Terkontrol. adalah benar
merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Makassar, Agustus 2019
Nurul sabnia p
10594091315
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini
tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingsn yang wajar
Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian
atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun
tanpa izin Unismuh Makassar.
ABSTRAK
Nurul Sabnia. P 10594091315 Aplikasi Cairan Rumen Dan Probiotik
Terhadap Aktivitas Enzim, Retensi Protein Dan Retensi Lemak Juvenil
Udang Vanname Pada Bak Terkontrol. Dibimbing oleh Ibu Murni dan Bapak
Syawaludin Soadiq.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan cairan rumen
dan probiotik dalam pakan buatan terhadap kinerja enzim,retensi protein dan
lemak serta pertumbuhan juvenil udang vannamei pada wadah terkontrol. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak untuk
menjaga agar tidak ada organisme yang terlalu kecil atau besar yang terambil pada
saat sampling atau dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode deskripsi
yakni membandingkan antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan cairan rumen sapi
pada pakan menyebabkan, Laju pertumbuhan harian, dan Pertumbuhan mutlak
meningkat pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei) meningkat yang sejalan
dengan tingginya kinerja enzim, retensi protein dan lemak pada perlakuan yang
diberi rumen sapi. Hal ini disebabkan oleh cairan rumen sapi yang didalamnya
terdapat bakteri proteolotik yang dapat menghasilkan enzim protease yang
merombak protein pakan menjadi asam amino sehingga mudah dicerna oleh
udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yang memacu pertumbuhan dan bakteri
amilotik menghasilkan enzim amilase dimana enzim ini dapat merombak
karbohidrat menjadi glukosa sehingga mudah dicerna dengan baik oleh udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) yang memacu pertambahan berat rata-rata
udang vannamei tiap 10 harinya atau sampling. .
Kata kunci : Rumen,Kinerja enzim, Retensi protein dan lemak Udang
Vannamei, Laju Pertumbuhan mutlak dan harian serta enzim
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala berkah dan petunjuknya, sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan program strata satu pada Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Makassar dengan Judul Skripsi adalah
Aplikasi Cairan Rumen dan Probiotik Pada Bak Terkontrol Terhadap Aktivitas
Enzim, Retensi Protein dan Retensi Lemak Juvenil Udang Vannamei
Di Instalasi Tambak Percobaan Punaga (BRPBAP3).Dengan selesainya
penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada kedua orang tua saya,Ayahanda Dg.Jarung, S.Sos dan Ibunda Siti Johriah
atas pengorbanannya menyekolahkan penulis mulai sekolah dasar hingga program
strata satu, semoga mereka senantiasa diberikan kekuatan lahir dan bathin.
Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih khusus yang mendalam kepada
Ibu Dr. Murni, S.Pi., M.Si. dan Bapak Syawaluddin Soadiq, S.Pi., M.Si masing
masing selaku pembimbing 1 dan 2, Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. sebagai
Dekan, dan Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd sebagai ketua Program Studi
Budidaya Perairan. Penulis juga sampaikan terima kasih secara institusi kepada
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, segenap staf pengajar dan
administrasi atas segala bantuan dan pelayanannya mulaisebagai mahasiswa baru
sampai penyelesaian studi.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas
menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan Fakultas Peartanian Universitas Muhammadiyah Makassar
angkatan 2015-2016, atas kerjasama yang junjung tinggi selama ini sehingga
dapat membuahkan hasil pada hari ini, dan jika selama ini penulis pernah berbuat
kesalahan atau kehilapan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja maupun
tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin, bukan
laut kalau tidak pernah surut, bukan manusia kalau tidak pernah salah.
Makassar, 30 Juli 2019
Nurul Sabnia. P
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
1. PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 2
2. TINJAUN PUSTAKA 3
2.1.Taksonomi dan Morfologi Udang Vannamei 5
2.2.Habitat dan Penyebaran 6
2.3.Siklus Hidup 7
2.4. Kebutuhan Nutrisi Udang Vannamei 8
2.4.1. Protein 10
2.4.2. Lemak 11
2.4.3. Karbohidrat 11
2.5. Kinerja Enzim 12
2.6. Cairan Rumen 14
2.7. Probiotik 14
2.8. Retensi Protein 15
2.9. Retensi Lemak 15
3. METODE PENELITIAN. 16
3.1.Waktu dan Lokasi 16
3.2.Wadah Penelitian 16
3.3.Hewan Uji 16
3.4.Rancangan Percobaan 17
3.5.Peubah yang Diamati 17
3.5.1. Kinerja Enzim 17
3.5.2. Retensi Protein 17
3.5.3.Retensi Lemak 17
3.5.4. Pertumbuhan 17
3.6. Analisis Data 18
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Morfologi Udang Vannamei 1
2. Siklus Hidup Udang Vannamei 7
3. Kinerja Enzim 20
4. Laju Pertumbuhan Rata-rata (ABW) 25
5. Retensi Protein Udang Vannamei 26
6. Retensi Lemak Udang Vename 28
7. Pertumbuhan Mutlak 29
8. Laju Pertumbuhan Harian 30
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udang vannamei atau biasa juga di sebut udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) merupakan udang introduksi. Habitat asli udang vannamei adalah
pesisir pantai pasifik Barat Amerika Latin. Udang vannamei sedang berkembang
pesat dibudidayakan di indonesia akhir-akhir ini..
Pakan salah satu diantara yang perlu diperhatikan dalam sistem budidaya
udang vannamei secara intensif. Pada budidaya udang vannamei membutuhkan
pakan yang banyak dan yang sesuai dengan nutrisinya. Kandungan yang terdapat
pada pakan merupakan sumber protein, lemak bagi udang vennamei yang
dibudidayakan, untuk memacu pertumbuhannya. Namun dalam dunia budidaya
udang vennamei sering mengalami overfeeding, sering terjadi penimbunan
amoniak dari sisa pakan dan merusak kualitas air .
Melihat permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pemberian cairan
rumen dan probiotik untuk menjaga keseimbangan mikrobiota diusus udang,
mencegah penyakit saluran pencernaaan, meningkatkan daya cerna pakan, yang
mengarah ke peningkatan penggunaan nutrisi dan menyebabkan udang menjadi
lebih sehat dan juga mampu memperbaiki kualitas airnya sehingga
pertumbuhannya bagus dimana daya cerna akan protein dan lemak bisa berjalan
dengan baik. tidak lepas dari kinerja enzim dalam merombak protein menjadi
protenase,lemak menjadi lipase sehingga mudah untuk dicerna udang dengan
baik.
Informasi tentang aplikasi cairan rumen dan probiotik pada wadah
terkontrol terhadap aktivitas enzim,retensi protein dan kadar glikogen juvenil
udang vanname masih sangat kurang. maka masih perlu dilakukan uji dan
penelitian terhadap aplikasi cairan rumen dan probiotik pada wadah terkontrol.
1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas cairan rumen dan
probiotik dalam pakan buatan terhadap aktivitas enzim,retensi protein, retensi
lemak, dan laju pertumbuhan mutlak,harian juvenil udang vaname (Litopeneaus
vannamei) pada wadah terkontrol.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang
penggunaan cairan rumen dan probiotik dalam pakan buatan terhadap aktivitas
enzim,retensi protein, retensi lemak, dan laju pertumbuhan mutlak, harian juvenil
udang vaname (Litopeneaus vannamei) pada di wadah terkontrol.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi Udang Vannamei
Menurut Wyban dan Sweeney (1991) dalam Farchan (2006) udang
vannamei diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Seri : Eumalocastraca
Supra Ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Dendrobranchiata
Infra Ordo : Penaeidea
Supra Famili : Penacoidae
Famili : Penaedea
Genus : Penaeus
Sub Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Menurut Farchan (2006) tubuh udang vannamei keseluruhan memiliki
warna putih agak mengkilap dengan titik-titik warna hitam yang menyebar
disepanjang tubuh udang. Bagian tubuh udang vannamei dibagi dua bagian terdiri
dari kepala dan dada (cephalothorax) dan bagian perut (abdomen). Suharyadi
(2011) mengatakan udang penaeid mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, dan
3 bercapit dan kulit chitin. Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan
binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang
kaki. Udang vannamei termasuk salah satu famili penaide dan dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu: cephalothorax (bagian kepala dan badan yang
dilindungi carapace) dan abdomen (bagian perut terdiri dari segmen atau ruas-
ruas).
Gambar 1. Morfologi Udang Vannamei (Wyban dan Sweeney
(1991)dalamFarchan (2006).
Udang putih memiliki tubuh berbuku-buku dan berkerangka luar
(eksloskeleton) serta aktivitas berganti kulit secara periodik (moulting) yang
dipengaruhi lingkungan. Bagian tubuh udang putih sudah mengalami modifikasi
sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan,bergerak, dan membenamkan
diri kedalam lumpur (burrowing ) dan memiliki organ sensor, seperti pada
antenna dan antenula.
Bentuk rostrum udang putih memanjang, langsing, dan pangkalnya hampir
berbentuk segitiga. Uropoda berwarna merah kecoklatan dengan ujungnya kuning
kemerah merahan atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan. Warna tubuhnya
putih kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor (Wayban dan
Sweeney, 1991). Udang betina dewasa tekstur punggungnya keras, ekor (telson)
dan ekor kipas (uropoda) berwarna kebiru-biruan, sedangkan pada udang jantan
dewasa memiliki ptasma yang simetris. Spesies ini dapat tumbuh mencapai
panjang tubuh 23 cm ( Wyban dan Sweeney, 1991).
2.2. Habitat dan Penyebaran
Udang vaname berasal dari perairan di Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan. Secara umum udang dapat hidup disemua jenis habitat perairan, mulai
dari perairan laut, payau, hingga perairan tawar. Sekitar 89% udang hidup di
perairan laut, 10% hidup di perairan tawar, dan 1% hidup di perairan terestial.
Habitat asli udang vaname berada pada lingkungan laut dengan salinitas yang
tinggi, berkisar 30 ppt. Namun, pada saat ini udang vannamei dapat hidup di
lingkungan perairan dengan salinitas rendah dengan teknik domestifikasi
(Erlangga, 2012).
Habitat udang berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari
tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang bersifat bentis
dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang
adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa induk udang putih ditemukan diperairan lepas
pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter (235 kaki). Menyukai
daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang putih adalah
catadromous atau dua lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut
terbuka. Hal ini sama seperti pola hidup udang penaeid lainnya, dimana mangrove
merupakan tempat berlindung dan mencari makanan setelah dewasa akan kembali
ke laut (Elovaara, 2001).
Setelah menetas, larva dan yuwana udang putih akan bermigrasi ke daerah
pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri
ground nya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan
kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Wyban
dan Sweeney, 1991).
Penyebaran udang vannamei meliputi pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah,
dan Amerika bagian selatan. L. vannamei hidup pada suhu di atas 22oC dan udang
ini mudah untuk dibudidayakan sehingga menjadi komoditas andalan (Suharyadi,
2011).
2.3. Siklus Hidup
Pada umumnya udang dewasa akan melakukan perkawinan didaerah lepas
Pantai yang dangkal hingga sampai ke laut lepas dengan kedalaman mencapai 70
meter. Udang vaname dewasa memiliki berat 30 – 45 gram dapat menghasilkan
100.000 – 250.000 butir telur dengan diameter 0,22 mm (Haliman dan Adiwijaya,
2005).
Siklus hidup udang vaname (Litopenaeus vannamei) dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vannamei (Wyban dan Sweeney, 1991)
Berdasarkan siklus hidupnya udang vannamei dibedakan beberapa fase
pertumbuhan diantaranya :
1). Stadia Naupli
Pada fase ini pencernaannya belum sempurna dan untuk kebutuhan unsur
dalam tubuhnya berasal dari cadangan makanan berupa kuning telur (yolksac)
sehingga benih udang vannamei belum membutuhkan makanan dari luar, larva
berukuran 0,32 – 0,58 mm.
2). Stadia Zoea
Sekitar 2 – 3 hari setelah menetas masuk pada fase zoea pada stadia ini larva
sudah berukuran 1,06 – 3,30 mm, dan benih udang sudah mengalami moulting
sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, dan zoea 3. Waktu untuk memasuki
stadia berikutnya yaitu mysis sekitar 4 – 5 hari
3). Stadia Mysis
Secara morfologi larva udang sudah menyerupai bentuk udang. Pada stadia
ini sudah mulai diberikan pakan alami yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Ukuran larva 3,50 – 4,80 mm. Perubahan morfologi pada stadia ini terdiri
dari tiga tahap yaitu mysis 1, mysis 2, dan mysis 3, waktu pada fase ini adalah 3 –
4 hari.
4). Stadia Post Larva (PL)
Organ tubuh udang sudah lengkap dan organ tubuhnya sudah berfungsi
dengan baik. Pada saat menjadi post larva hitungan umur dalam post larva (PL),
misalnya setelah satu hari menjadi PL, maka disebut PL 1, dua hari disebut PL 2
dan seterusnya, udang vaname dapat mulai ditebar ditambak setelah mencapai PL
9
2.4.Kebutuhan Nutrisi Udang vannamei
Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vannamei
untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan
buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus
mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhanudang. Karena
nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang
diberikan pada udang mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja
memberikan kehidupan pada udang tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan.
Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam
jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri
terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.
2.4.1. Protein
Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan
organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk
Pemeliharaan jaringan,Pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak,
pertumbuhan. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien
yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan
udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva
kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan
pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa.
Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal
ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka
cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang vannamei adalah
yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan
dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar. (Tacon, A. 1987).
Sintesis protein meningkat secara intensif selama proses pematangan gonad
dan tentu saja hal ini membutuhkan protein dalam jumlah dan kualitas yang
cukup. Meskipun studi tentang kebutuhan protein untuk induk udang masih
kurang, disarankan bahwa profil asam amino pakan hidup dapat menyediakan
profil asam amino yang mendekati kebutuhan induk itu sendiri. Beberapa studi
menunjukkan bahwa ada peningkatan kandungan protein ovarium yang dikaitkan
dengan perkembangan telur dan pemijahan. Kandungan protein pakan untuk
induk berkisar dari 50% hingga beberapa % lebih rendah dari pakan.
2.4.2. Lemak
Kebutuhan 2% fosfolipid dalam pakan disarankan baik untuk proses
pematangan induk udang dan diyakini bahwa komposisi 50% dari total lemak
telur adalah fosfolipid. Sumber lemak dalam bentuk trigliserida selama proses
pematangan gonad juga meningkat dalam telur, dan diyakini nutrisi ini berperan
sebagai sumber energi utama dalam reproduksi dan penentu kualitas telur dan
naupli. Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi
sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak
dalam tubuh udang antara lain :
Sumber energi
Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan
Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak
terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak
disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping asam lemak essensial udang juga
membutuhkan klesterol dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa
nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting.
Penambahan kolesterol didalam tubuh udang melalui makanan akan sangat
berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak
0,5%.
2.4.3. Karbohidrat
Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak
digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat
relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung
dari jenis karbohidrat. Secara umum peranan karbohidrat didalam tubuh udang
adalah Didalam siklus krebs, penyimpanan glikogen, pembentukan zat kitin,
pembentukan steroid dan asam lemak, kadar karbohidrat didalam tubuh udang
akan mempengaruhi kandungan lemak dan protein tetapi tidak mempengaruhi
kandungan kolesterol didalam tubuh. Kandungan karbohibrat untuk makanan
larva udang diperkirakan lebih rendah 20%.
2.5.Cairan rumen
Cairan rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang
belum dimanfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga
menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah ini sebenarnya sangat potensial
bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena isi rumen disamping
merupakan bahan pakan yang belum tercerna juga terdapat organisme rumen yang
merupakan sumber vitamin B.
Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi meliputi: air
(8,8%), protein kasar (9,63%), lemak (1,81%), serat kasar (24,60%), BETN
(38,40%), Abu (16,76%), kalsium (1,22%) dan posfor (0,29%) dan pada domba
meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%), lemak (3,59%), serat kasar
(24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%) (Suhermiyati,
1984). Widodo (2002) menyatakan zat makanan yang terkandung dalam rumen
meliputi protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, fosfor 0,55%,
abu 18,54% dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat yang terkandung
didalamnya maka isi rumen dalam batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat
yang merugikan bila dijadikan bahan pencampur ransum berbagai ternak baik
ternak ikan maupun udang.
Didalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)
terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen
mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap
cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 - 10 pangkat 6
setiap cc isi rumen (Tillman, 1991). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat
dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba lipolitik, (b) bakteri/mikroba
pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba selulolitik,
(e) bakteri/mikroba proteolitik (Sutrisno dkk, 1994).
Jumlah mikroba di dalam isi rumen sapi bervariasi meliputi: mikroba
proteolitik 2,5 x 10 pangkat 9 sel/gram isi rumen, mikroba selulolitik 8,1 x 10
pangkat 4 sel/gram isi rumen, amilolitik 4,9 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba
pembentuk asam 5,6 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba lipolitik 2,1 x 10
pangkat 10 sel/gram isi dan fungi lipolitik 1,7 x 10 pangkat 3 sel/gram isi
(Sutrisno dkk, 1994). Mikroorganisme tersebut mencerna pati, gula, lemak,
protein dan nitrogen bukan proein untuk membentuk mikrobial dan vitamin B.
2.6.Probiotik EM4 (Effective Microorganism 4)
Probiotik merupakan faktor pendukung tumbuh kembang organisme yang
dibudidayakan di lingkungan aquatik,dalam hal ini memperbaiki kualitas air dan
nafsu makan organisme.Probiotik EM4 (Effective Microorganism 4) sangat cocok
digunakan pada tambak/kolam/wadah terkontrol merupakan kultur jaringan
mikroorganisme yang sangat menguntungkan bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas air tambak/kolam/wadah terkontrol serta meningkatkan produksi
perikanan agar tumbuh kembang biak dengan sehat,berdaging tebal serta panen
berlimpah.Kandungan dari probiotik EM4 (Effective Microorganism 4) adalah
Lactobacillus casei minimun 2.0 * 10 (6) sel/ml dan Saccharomyces cerevisiae
minimun 3.5 * 10 (5) sel/ml.
Kegunaan probiotik EM4 (Effective Microorganism 4) adalah sebagai
berikut Mengolah kembali atau menguraikan sisa-sisa pakan,kotoran ikan atau
udang:
1) Memperbaiki kualitas air tambak/kolam/wadah budidaya
2) agar menjadi makanan kembali yang bermanfaat (organik) dalam hal ini
tingkat pemberian pakan bisa ditekan.
3) Mengurangi mikroorganisme patogen
4) Membantu untuk meningkatkan produksi ikan atau udang baik dari segi
kualitas dan kuantitas
5) Mengurangiterjadinya penyakit dan hama yang ada dalam
kolam/tambak/wadah budidaya.
Pemakaian probiotik pada pakan meliputi dosis EM4 dicampur dengan
pakan dengan perbandingan 80 ml probiotik per 1 kg pakan.Cara penggunannya
siapkan probiotik 80 ml EM4 kemudian masukkan pakan 1 kg, pakan yang sudah
tercampur dengan cairan probiotik EM4, dibiarkan atau diangin-anginkan kurang
lebih 1 jam sebelum pemberian pakan dilakukan setelah itu lakukan aplikasi pada
bak terkontrol.
2.7. Kinerja Enzim
Kinerja enzim adalah kemampuan enzim dalam merombak atau
menguraikan bahan yang tidak mudah dicerna oleh udang menjadi bisa
dicerna.Misalnya melalui protein yang terdapat pada pakan buatan dan cairan
rumen tidak akan dapat dicerna oleh udang baik ketika tidak di rombak oleh
enzim yang disebut enzim proteinase begitu pula pada zat tepung atau amilum
dirombak oleh enzim amilse sehingga udang akan mudah dalam mencernanya.
Sumber enzim yang murah dan dapat dimanfaatkan dengan mudah adalah
enzim dari cairan rumen sapi asal rumah potong hewan (RPH). Berdasarkan
laporan Lee et al. (2002) diketahui bahwa cairan rumen mengandung enzim
selulase, amilase, protease, xilanase, mannanase, dan fitase. Enzim-enzim ini
dalam rumen sapi menyebabkan efektivitas pencernaan dan efisiensi penggunaan
pakan pada udang vannamei.
2.8. Retensi protein
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang
diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun
memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh udang
bagi metabolisme sehari-hari (Afrianto dkk, 2005).
2.9. Retensi lemak
Retensi lemak merupakan gambaran dari banyaknya lemak yang
termanfaatka oleh udang untuk memperbaiki sel-sel yang rusak serta
dimanfaatkan bagi metabolisme sehari-hari.
Retensi lemak ini erat kaitannya dengan pemanfaatannya sebagai sumber
energi sehingga protein yang dikonsumsi oleh udang dapat termanfaatkan dengan
baik atau dalam hal ini lemak sebagai baffer atau penyangga dalam proses
penyerapan nutrisi untuk pertumbuhan udang vannamei.
3. METODE PENELITIAN.
3.1.Waktu dan Lokasi
Penelitian ini telah selesai dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2019, di
Instalasi Tambak Percobaan Punaga, BRPBAP3 Maros di Desa Punaga
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.
3.2.Wadah Penelitian
Wadah yang dipakai penelitian di Instalasi Tambak Percobaan Punaga,
(BRPBAP3) Maros adalah bak fiber ukuran 20 ton dengan ketinggian air
maksimal 80-100 cm. Bak fiber ini terbuat dari serat fiber yang dibuat atau
dirangkai dengan menggunakan lem fiber dibentuk membentuk bundaran ukuran
20 ton dengan diameter 2,5 m.
3.3.Hewan Uji
Hewan uji yang di jadikan bahan penelitian di Instalasi Tambak Percobaan
Punaga, (BRPBAP3) Maros adalah larva udang vanname (Litopeneaus vannamei)
dengan ukuran PL 12 (Phost larva) atau berat 0,00001 gr/e yang dipelihara di
pentokolan selama 20 hari sampai berukuran PL 32 atau juvenil. setelah itu udang
selesai di tokolkan,udang akan dipindahkan ke bak pembesaran untuk dipelihara
selanjutnya dimana kepadatan tiap bak fiber adalah 170 ekor/m3. Benur ini berasal
dari hatchery yang mempunyai sertifikat bebas penyakit, salah satunya bebas
penyakit dari WSSV (White Spot Syndrome Virus) Dari PT.Esa Putli Prakarsa
Utama (Benur Kita).
3.4.Rancangan Percobaan
Penelitian ini rencananya didesain dengan menggunakan rancangan
deskriptif. Masing - masing perlakuan sebagai berikut:
Perlakuan A : Pakan komersilKontrol
Perlakuan B : Pakan komersil hasil inkubasi probiotik
Perlakuan C : Pakan komersil hasil inkubasi ekstrak enzim cairan
3.5.Peubah yang Diamati
3.5.1.Kinerja Enzim
Kinerja enzim merupakan kemampuan enzim dalam merombak kandungan
pakan sehingga mudah untuk dicerna oleh udang dalam hal ini adalah merombak
protein menjadi lebih sederhana oleh enzim protease. Begitu pula pada lemak oleh
enzim lipase sehingga udang mudah dalam mencerna makanannya.
Sampel yang di ambil berupa udang yang diperiksa di lab untuk mengetahui
kinerja enzim pada saat akhir pemeliharaan.
3.5.2.Retensi protein
Retensi protein ini merupakan daya cerna udang terhadap protein yang ada
pada pakan yang di pakai dalam bertumbuh atau pemanfaatan protein terhadap
pertumbuhan udang. Retensi protein dapat dihitung menurut Wahju (2004)
dengan rumus sebagai berikut:
Retensi protein = -
x 100%
Pengambilan sampel retensi protein ini dilakukan diakhir penelitian yakni
setelah udang selesai dipelihara.
3.5.3. Retensi lemak
Kadar glikogen atau retensi lemak dapat dihitung menurut Wahju (2004)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Retensi lemak = -
x 100%
Pengambilan sampel retensi protein dan lemak ini dilakukan diakhir
penelitian yakni setelah udang selesai dipelihara.
3.5.4. Pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan mutlak individu dihitung dengan rumus (Royce, 1972) :
G = Wt – Wo
Dimana, G : Pertumbuhan mutlak
Wt : Berat akhir hewan uji (gram)
Wo : Berat awal hewan uji (gram)
3.5.5. Laju pertumbuhan harian (SGR)
Laju pertumbuhan harian individu dihitung berdasarkan petunjuk Zonneveld
dkk (1991).
SGR = -
x 100%
Dimana, SGR : Laju pertumbuhan individu (%/hari)
Wt : Berat akhir hewan uji (gram)
Wo : Berat awal hewan uji (gram)
t : waktu pengamatan (hari)
3.6.Analisis Data
Untuk aktivitas enzim, retensi protein, retensi lemak, pertumbuhan mutlak
dan laju pertumbuhan harian pada udang vannamei diuji secara deskripsi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kinerja Enzim
Aktivitas enzim merupakan aktivitas enzim dalam merombak bahan
makanan menjadi lebih sederhana melalui bakteri yang menghasilkan enzim
perombak. Hasil uji aktivitas enzim udang vannamei yang diberi pakan dengan
perlakuan kontrol, probiotik dan cairan rumen sapi disajikan pada Gambar 1.
Gambar 3. Aktivitas enzim udang vannamei
Berdasarkan Gambar 3 aktivitas enzim yang diperoleh selama penelitian
pada enzim protease terendah probiotik (0,167) dan tertinggi pada pemberian
rumen (0,180). Selanjutnya pada enzim amilase, terendah probiotik (0,550) dan
tertinggi pada pemberian rumen (0,638) dan enzim lipase terendah rumen (0,153)
dan tertinggi pada pemberian probiotik (0,167). Hal ini sama yang diungkapkan
oleh Dewi putri lestari (2018) menyatakan bahwa kinerja enzim protease pada
petakan udang vannamei (1.70 unit/ml) dan amilase pada petakan udang
vannamei (3.95 unit/ml) dengan laju peningkatan aktivitas enzim yang diberi
0
0.5
1
KontrolProbiotik
Rumen
0.164 0.167
Protease ; 0,18
0.512 0.55 Amilase, 0.638
0.132 0.167 Lipase ; 0,153
Ak
tivit
as
En
zim
Ud
an
g V
an
nam
ei
Perlakuan
tepung Skeletonema costatum dalam pakan akan meningkatkan aktivitas enzimnya
mulai dari 1.58 unit/ml menjadi 1.70 unit/ml dan aktivitas enzim amilase dari 2.97
unit/ml menjadi 3.95 unit/ml. Selanjutnya menurut Wastu (2010) enzim protease
(0,0067 unit/ml), amilase (0,0436 unit/ml) dan enzim lipase (1,6295 unit/ml)
dimana enzim ini memberikan sintasan pada ikan nila yakni 70.83 ±7.2a sampai
100 ±0.0c yang artinya pengaruh dari aktivitas enzim yang tinggi memberikan
tingkat kelangsungan hidup yang tinggi bagi organisme budidaya. Menurut
Zuraida (2012), aktivitas enzim protease (0,510 unit/ml), amilase (0,0436 unit/ml)
dan enzim lipase (0,0036 unit/ml) dari tingkat aktivitas enzim ini dapat
meningkatkan kecernaan pada bungkil kelapa yang diberikan pada ikan nila yakni
45,71 % menjadi 60,64 %.
Pemanfaatan materi dan energi pakan untuk pertumbuhan terlebih dahulu
melalui suatu proses pencernaan dan metabolisme. Dalam proses pencernaan,
makanan yang tadinya merupakan senyawa kompleks akan dipecah menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap malalui dinding usus dan
disebarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Protein terhidrolisis
manjadi asam amino bebas dan peptida-peptida pendek, karbohidrat dipecah
menjadi gula-gula sederhana dan lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.
Proses-proses di atas dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan (Tillmanet al.
1991).
Enzim adalah katalisator biologis dalam reaksi kimia yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan. Enzim adalah protein, yang disintesis di dalam sel
dan dikeluarkan dari sel yang membentuknya melalui proses eksositosis.
Enzimyang disekresikan ke luar sel digunakan untuk pencernaan diluar sel (di
dalam rongga pencernaan) atau disebut extra celluler digestion, sedangkan enzim
yang dipertahankan di dalam sel digunakan untuk pencernaan didalam sel itu
sendiri atau disebut intra celluler digestion (Affandi et al, 1992).
Enzim pencernaan yang disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari
sel-sel mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas, dan mukosa usus. Oleh karena
itu, perkembangan sistem pencernaan erat kaitannya dengan perkembangan
aktivitas enzim di dalam rongga saluran penceranan (Watfordet al, 1993).
Enzim-enzim tersebut berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis protein,
lemak dan karbohidrat menjadi bahan-bahan yang sederhana.Sel-sel mukosa
lambung menghasilkan enzim protease dengan suatu aktivitas proteolitik optimal
pada pH rendah. Pilorik kaeka yang merupakan perpanjangan usus terutama
mensekresikan enzim yang sama seperti yang dihasilkan pada bagian usus yaitu
enzim pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat yang aktif pada pH netral dan
sedikit basa. Cairan pankreatik kaya akan tripsin, yaitu suatuprotease yang
aktivitasnya optimal sedikit di bawah pH basa. Selain itu, cairan inijuga
mengandung amilase, maltase, dan lipase. Ikan yang tidak memiliki lambung dan
pilorik kaeka, aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan pankreatik.
Kemampuan ikan dalam mencerna makanan sangat bergantung pada
kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan.
Perkembangan saluran pencernaan tersebut berlangsung secara bertahap
dansetelah mencapai ukuran/umur tertentu saluran pencernaan mencapai
kesempurnaannya. Perkembangan struktur alat pencernaan ini diikuti oleh
perkembangan enzim pencernaan dan perubahan kebiasaan makan (food habit).
Enzim protease menguraikan rantai-rantai peptida dari protein.Bergantung
pada letak ikatan peptida pada tengah atau akhir molekul, peptidase
diklasifikasikan menjadi endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase
menghidrolisis protein dan peptida-peptida rantai panjang menjadi peptidapeptida
pendek. Endopeptidase antara lain pepsin yang dihasilkan dari zimogen
pepsinogen, tripsin dan tripsinogen, dan kimotripsin dari kimotrip sinogen.
Eksopeptidase menghidrolisis peptida menjadi asama amino. Karboksi
peptidase,aminopeptidase, dan dipeptidase termasuk dalam kelompok
eksopeptidase. Alfaamilase adalah enzim yang bertanggung jawab menghidrolisis
pati menjad iglukosa. Enzim ini memutuskan ikatan 1,4-glukosidik dan mengubah
pati menjadi glukosa dan maltosa.
Sedangkan lipase adalah enzim penting dalam pencernaan lemak. Lipase
memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak(Steffens, 1989; Hepher, 1990).
Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi sehingga kecepatan reaksi yang
diperlihatkan dapat dijadikan ukuran kreativitas enzim. Satu unit aktivitas enzim
didefinisikan sebagai jumlah enzim adalah jumlah yang menyebabkan
pengubahan 1 mikromol substrat permenit pada suhu 25oC pada keadaan
pengukuran optimal (Lehninger, 1982). Aktivitas enzim bergantung pada
konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH, dan inhibitor (Poedjiadi, 1994).
Jika diterapkan dibudidaya udang vannamei maupun organisme lainnya
maka laju pertumbuhannya akan bagus karena aktivitas enzinnya meningkat
sehingga pemanfaatan protein pakan dan zat karbohidrat dapat terserap dengan
oleh organisme budidaya, seperti pada enzim telah berkembang pesat dan
menempati posisi penting dalam bidang industri (Kamelia dkk., 2005) dimana,
enzim pemecah protein atau protease sangat penting dalam proses pencernaan
untuk memecah ikatan peptida dari protein yang dikonsumsi menjadi asam-asam
amino yang mudah diabsorbsi dan enzim amilase digunakan untuk menghidrolisis
pati menjadi molekul karbohidrat yang lebih sederhana, yaitu maltosa dan glukosa
(Reddy et al., 2013).
Tingginya aktivitas enzim protease dan amilase pada udang vannamei yang
di beri rumen sapi yang didalamnya terdapat bakteri proteolotik yang
menghasilkan enzim protease dimana enzim protease ini mampu merombak
protein pakan menjadi lebih sederhana (asam amino), begitu juga pada bakteri
amilolitik menghasilkan enzim amilase yang merombak amilum atau karbohidrat
pakan menjadi glukosa. Perombakan bahan makanan ini menjadi lebih sederhana
menyebabkan pertumbuhan berat rata-rata (ABW) udang vannamei yang diberi
rumen sapi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang diberi
probiotik. Seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 2. Laju pertumbuhan berat rata-rata (ABW) udang vannamei
Waktu Pengukuran
4.2. Retensi protein
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang
diberikan, yang dapat diserap, dan dimanfaatkan untuk membangun atau
memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh udang
bagi metabolisme sehari-hari (Buwono, 2000). Nilai retensi protein diperoleh dari
perbandingan antara banyaknya protein yang tersimpan dalam bentuk jaringan di
tubuh udang dan banyak-nya protein pakan yang dikonsumsi. Hasil pengukuran
retensi protein (%) pada wadah udang vannamei disajikan pada Gambar 3.
0.82 1.3
2.7
4.08
6.98
10.28
0.82 1.46
2.63
4.54
7.12
10.44
0.82 1.32
2.58
4.62
7.34
10.5
0
2
4
6
8
10
12
0 10 20 30 40 50
Laju
Per
tum
bu
han
(gra
m)
kontrol
probitotik
rumen sapi
Gambar 3. Retensi protein udang vannamei
Retensi protein yang diperoleh pada penelitian ini adalah tertinggi pada
rumen sapi (0,09 %) dan disusul probiotik (0,08 %). Hal ini sama seperti yang
diungkapkan oleh Lukman Arif Kurniawan, dkk (2016) dimana retensi protein
(%) pada udang vannamei yang diberi probiotik adalah P0 (0,0120), P1 (0,0355),
P2 (0,0455) dan P3 (0,0369). Menurut T.M. Haja Almuqaramah, dkk (2018)
retensi protein petak K (0,0567) dan C (0,1203) pada pendederan udang vannamei
dengan teknologi bioflok. Sedangkan menurut Afrita Y.S (2014) nilai retensi
protein yang diperoleh pada penelitian aplikasi prebiotik pada pakan komersil
adalah perlakuan 0 (0,0674 %), 1 (0,1109 %) dan 2 (0,1261 %). Perbedaan jumlah
bakteri yang terkandung dalam probiotik dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi
udang vannamei karena semakin banyak populasi bakteri Bacillus dan
Lactobacillus yang ada dalam saluran pencernaan akan meningkatkan
ketersediaan nutrien yang siap diserap dalam saluran pencernaan melalui
hidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam amino,
sehingga metabolisme menjadi lebih mudah karena penyerapan protein terbantu
oleh adanya enzim protease.
0
0.05
0.1
KontrolProbiotik
Rumen
0.05 0.08 Protease ; 0,09
Ret
ensi
Pro
tein
Ud
an
g
Van
nam
ei
Perlakuan
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Setiawati dkk., 2013) bahwa enzim yang
disekresikan jumlahnya meningkat sesuai dengan jumlah probiotik yang ada
dalam saluran pencernaan, yang akan meningkatkan jumlah pakan yang dicerna.
Peningkatan daya cerna ini berarti semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk
diserap oleh tubuh.
Banyaknya protein yang dapat diserap oleh tubuh udang vanname
memungkin tingginya laju pertumbuhan udang yang diberi rumen sapi yang
didalamnya terdapat bakteri Bacillus dan Lactobacillus karena bakteri ini dapat
merombak protein pakan yang susah untuk dicerna menjadi lebih sederhana
sehingga dapat dicerna dengan baik oleh udang vannamei karena sudah ke dalam
bentuk yang lebih sederhana dalam hal ini menjadi asam amino.
4.3. Retensi Lemak
Retensi lemak menggambarkan kemampuan udang dalam menyimpan dan
me-manfaatkan lemak pakan. Nilai retensi lemak diperoleh dari perbandingan
antara banyaknya lemak yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan dan
banyaknya lemak pakan yang dikonsumsi. Kecernaan lemak bervariasi tergantung
jumlah dalam pakan, tipe dari lemak, suhu air, derajat kejenuhan lemak dan
panjang rantai karbonnya (Fahy et al., 2005). Hasil pengukuran retensi protein
(%) pada wadah udang vannamei disajikan pada Gambar 5.
Gambar 4. Retensi lemak udang vannamei
Retensi lemak yang diperoleh pada penelitian ini adalah tertinggi pada
probiotik (0,158 %), dan rumen (0,141 %). Hal ini sama seperti yang diungkapkan
oleh Lukman Arif Kurniawan, dkk (2016) dimana retensi lemak (%) pada udang
vannamei yang diberi probiotik adalah P0 (0,0483), P1 (0,053), P2 (0,0542) dan
P3 (0,0293). Menurut T.M. Haja Almuqaramah, dkk (2018) retensi lemak petak K
(0,048) dan C (0,1048) pada pendederan udang vannamei dengan teknologi
bioflok. Sedangkan menurut Afrita Y.S (2014) nilai retensi lemak yang diperoleh
pada penelitian aplikasi prebiotik pada pakan komersil adalah perlakuan 0
(0,1458 %), 1 (0,2031 %) dan 2 (0,1782 %).Pada hasil perlakuan, pemberian
probiotik dapat menguraikan lemak menjadi asam lemak. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Fardiaz (1992) bahwa Bacillus dan Lactobacillus (Adriani dkk., 2008)
dapat mensekresikan enzim lipase. Enzim lipase menghidrolisis lemak menjadi
asam lemak sehingga mempermudah penyerapan lemak oleh tubuh udang. Lemak
dari pakan digunakan untuk energi dan memaksimalkan protein untuk proses
partumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Komariyah, 2009) bahwa
0
0.05
0.1
0.15
0.2
KontrolProbiotik
Rumen
0.1 0.158 Lemak ; 0,141
Ret
ensi
Lem
ak
Ud
an
g
Van
nam
ei
Perlakuan
s “protein sparring effect”
fungsi untuk menggantikan protein sebagai sumber energi, sehingga penggunaan
protein dapat dioptimalkan untuk pertumbuhan.
4.4. Pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan mutlak udang vannamei yang diberi rumen sapi dan probiotik
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 6. Pertumbuhan mutlak udang vannamei
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi
diperoleh pada pemberian pakan dengan penambahan cairan rumen sebesar 9.68
gr/e, dan disusul penambahan probiotik sebesar 9.62gr/e.
Pertumbuhan mutlak pada perlakuan rumen sapi tertinggi diduga kuat
disebabkan oleh adanya bakteri bacillus sp pada rumen sapi yang mampu
merombak protein pakan menjadi lebih sederhana sehingga pakan dapat tercerna
dengan baik. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Markus Mangampa dkk
(2010) yang memperoleh pertumbuhan mutlak petak A (10,085 gr) dan B (11,114
gr). Tingginya tingkat kecernaan pakan pada rumen sapi sehingga menyebabkan
9.35
9.4
9.45
9.5
9.55
9.6
9.65
9.7
Kontrol Proboitik EM4 Rumen Sapi
9.46
9.62
9.68
Per
tum
bu
uh
an
Mu
tlak
Perlakuan
tingginya pertumbuhan mutlaknya dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya
seperti pada gambar 3 diatas.
4.5. Laju pertumbuhan harian
Laju pertumbuhan juvenil udang vannamei yang diberi pakan dengan
penambahan probiotik, cairan rumen sapi dan kontrol pada ADG disajikan pada
Gambar 6.
Gambar 7. ADG udang vannamei
Dari pemanfaatan pakan yang dapat diserap dengan baik oleh udang
vaname menghasilkan laju pertumbuhan harian pada perlakuan rumen lebih
unggul dibandingkan dengan perlakuan probiotik.
0.048
0.14 0.138
0.29
0.33
0.064
0.117
0.191
0.26
0.332
0.05
0.126
0.204
0.272
0.316
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
1 2 3 4 5
Laju
Per
tum
bu
han
Har
ian
(%
)
kontrol
probitotik
rumen sapi
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian selama 50 hari yang diberikan pelakuan
dengan penambahan rumen dan probiotik pada pakan menunjukkan nilai retensi
protein,retensi lemak dan pertumbuhan lebih tinggi di tunjukkan pada perlakuan
rumen. Dimana pada perlakuan rumen terdapat kinerja enzim yang mampu
merombak protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi glukosa dan lemak
menjadi asam lemak sehingga udang mampu mencerna makannya dengan baik.
5.2. Saran
Keberhasilan suatu penelitian adalah buah dari keseriusan dalam bekerja,
jadi kesuksesan dalam penelitian adalah mengikuti semua rangkaian kegiatan
mulai dari awal persiapan sampai selesainya penelitian dengan mengikuti standar
operasional.
Untuk memacu pertumbuhan udang vannamei dalam budidaya sebaiknya
menggunakan enzim protease pada rumen sapi karena enzim protease pada rumen
sapi mempunyai tingkat kecernaan yang tinggi dibandingkan dengan probiotik
sehingga dapat memacu pertumbuhan hewan yang dibudidayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, L., N. Indrayati, U. H. Tanuwiria dan N. Maysari. 2008. Aktivitas
Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium Terhadap Kualitas Yoghurt
dan Penghambatannya pada Helicobacter pylori. Jurnal Bionatura X (2):
129-140.
Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan
(Pencernaan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat.
Afrianto, E dan Liviawati E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Afrita Jayati Sudiarto, Mustahal, Achmad Noerkhaerin Putra. 2014. Aplikasi
Prebiotik Pada Pakan Komersial Untuk Meningkatkan Kinerja
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam Jurnal Perikanan dan
Kelautan Vol. 4 No. 4 : 229-234.
Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensialdalam Ransum Pakan Ikan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal 31-36.
Dewi Putri Lestari. 2018. Aktivitas Enzim Pencernaan Udang Vaname (Penaeus
vannamei) Yang Diberikan Pakan Berbahan Baku Tepung Skeletonema
costatum dalam Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 1.: 71-75
Elovaara, A.K. 2001. Shrimp Farming Manual :Practical Technology for
Intensive Shrimp Production. Arnold K. Eloovara & Caribbean Press. 200 p.
Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif. Pusa Agro Mandiri.
Jakarta.
Fahy, E., S. Subramaniam, H. A. Brown., C. K. Glass, A. H. Merill and R. C.
Murphy. 2005. A Comprehensive Classication for Lipids. Eur J Lipid Sci
Technol 2005: 337-364.
Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. BAPPL SekolahTinggi
Perikanan, Serang
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal
168.
Hakim, L. 2018. Performa Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
Semi Intensif Di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur dalam e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.
Volume VI No 2 Februari 2018
Haliman, R.W. & Adijaya, S.D. 2005. Udang vannamei, Pembudidayaan dan
Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya,
Jakarta, 75 hlm.
Kamelia R, M Sindumarta dan D Natalia. 2005. Isolasi dan karakterisasi protease
intraselular termostabil dari bakteri Bacillus stearothermophillus RP1.
ProsidingSeminar Nasional MIPA. Universitas Indonesia Depok,24-26
November
Komariyah dan A. I. Setiawan. 2009. Pengaruh Penambahan Berbagai Dosis
Minyak Ikan yang Berbeda pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan
Patin (Pangasius sp)
Lee S.S, C.H. Kim, J.K. Ha, Y.H. Moon, N.J. Choi, and K.J. Cheng. 2002.
Distribution and activities of hydrolytic enzymes in the rumen
compartements of hereford bulls fed alfalfa based diet. Asian-Aust. J. Anim.
Sci. 15(12): 1725 – 1731.
Lehninger AL. 1982. Dasar Dasar Biokimia Jilid 1. Maggy Thenawijaya,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles ofBiochemistry
Lukman Arif Kurniawan, Muhammad Arief , Abdul Manan,
dan Daruti Dinda
Nindarwi. 2016. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan
Terhadap Retensi Protein Dan Retensi Lemak Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dalam Journal of Aquaculture and Fish Health Vol 6 No.1
Mangampa, M dan H.S. Suwono. 2010. Budidaya Udang Vannamei Intensif
Menggunakan Benih Tokolan.Jurnal Riset Aquakultur.Vol 3(53) : 351-361
Poedjiadi A. 1994. Dasar - Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.
R R.L., R V.S. G G.A. 2013 “S f s cs As G &
S s A v T P s cs” International Journal of Engeenering
Technology and Advanced Enginering. 3 (5) : hal. 82-89.
Setiawati, J. E., Tarsim, Y. T. Adiputra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh
Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan
Patin (Pangasius hypophthal-mus). Jurnal Rekayasa dan Tek-nologi
Budidaya Perairan. Vol 1 (2) : 151-162.
Subyakto,S., Dede Sutende, Moh. Afandi dan Sofiati, 2008. Budidaya Udang
Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Semiintensif Dengan Metode Sirkulasi
Tertutup Untuk Menghindari Serangan Virus dalam Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR. Berkala Ilmiah
Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
Steffens W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Halsted Press: a Division of John
Wiley & Sons. New York. 384 pp.
Suharyadi.2011.Budidaya Udang Vanname (Litopeneaus vanname).Kementerian
Kelautan Perikanan.Jakarta.hal.3-6,32
S , S. 1984. “Pengujian Cobaan Bahan Limbah RPH dan Ragi
Makanan Ternak serta Kombinasinya dalam Ransum Ayam Pedaging”.
Thesis FakultaPeternakan IPB, Bogor.
Sutrisno,C.L et al. 1994. Proceeding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Peternakan Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Ternak.
Ciawi.
Tacon, A.G. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-A
Traning Mannual. FAO of The United Nations, Brazil, pp. 106-109.
Tahe, S., M. Mangampa, dan Makmur. 2014. Kinerja budidaya udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) pola super intensif dan analsis biaya. Dalam:
Sugama et al. (eds). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014,
Hlm.: 23-30.
Tillman,Allen D dkk. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta, Gajah
Mada University Press.
T.M. Haja Almuqaramah,2018. Retensi Protein Pada Pendederan Udang
Vannamei Dengan Teknologi Bioflok.
Wastu A. D. 2010. Efek Suplementasi Crude Enzim Cairan Rumen Pada Pakan
Ikan Nila Oreochromis niloticus Berbasis Sumber Protein Nabati.Program
Studi Teknologi Dan Manajemen Perikanan BudidayaDepartemen Budidaya
PerairanFakultas Perikanan Dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor.
Wahju. 2004. Rumus Retensi Protein dan Retensi Lemak
Watford JT. and Lam TJ. 1993. Development of Digestive Tract and
ProteoliticEnzyme ACTIVITY in seabass (Lates calcarifer) Larvae and
Juveniles.Aquaculture 109 : 187-205.
Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan-
Perikanan Universitas Muhammadiyah, Malang.
Wyban, J.A. & Sweeny, J.N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The
Oceanic Institute Makapuu Point. Honolulu, Hawai USA, 158 pp.
Zuraida. 2012. Efektifitas Penggunaan Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap
Penurunan Serat Kasar Dan Peningkatan Kecernaan Bungkil Kelapa
Sebagai Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp). Tesis.Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian
Lampiran 2. Aktivitas enzim udang vannamei
NO FIBER Protease Amilase Lipase
1. KONTROL (F4) 0,164 0,512 0,132
2. PROBIOTIK (F5) 0,167 0,550 0,167
3. RUMEN SAPI (F6) 0,180 0,638 0,153
Lampiran 3. Data retensi protein
NO FIBER Retensi protein
1. KONTROL (F4) 0,05
2. PROBIOTIK (F5) 0,08
3. RUMEN SAPI (F6) 0,09
Lampiran 4. Data retensi lemak
NO FIBER Retensi lemak
1. KONTROL (F4) 0,100
2. PROBIOTIK (F5) 0,158
3. RUMEN SAPI (F6) 0,141
Lampiran 5. Pertumbuhan mutlak
NO FIBER Wt-W0 PERTUMBUHAN MUTLAK
1. 1. KONTROL 10,28-0,82 9,46
2. PROBIOTIK 10,44-0,82 9,62
3. RUMEN SAPI 10,50-0,82 9,68
Lampiran 6. Laju pertumbuhan harian
NO ADG (KONTROL) (PROBIOTIK EM4) (RUMEN SAPI)
(gram/ekor) (gram/ekor) (gram/ekor)
1. 28/12/18-6/1/19 0,048 0,064 0,050
2. 6/1/19-16/1/19 0,140 0,117 0,126
3. 16/1/19-26/1/19 0,138 0,191 0,204
4. 26/1/19-5/2/19 0,290 0,260 0,272
5. 5/2/19-15/2/19 0,330 0,332 0,316
Rata2 0,189 0,193 0,195
Lampiran 7. Laju pertumbuhan berat rata-rata (ABW) udang vannamei
NO SAMPLING KONTROL PROBIOTIK EM4 RUMEN SAPI
(DOC) (gram/ekor) (gram/ekor) (gram/ekor)
1. 28/12/18 ( 0 ) 0,82 0,82 0,82
2. 6/1/19 ( 10 ) 1,30 1,46 1,32
3. 16/1/19 (20) 2,70 2,63 2,58
4. 26/1/19 (30) 4,08 4,54 4,62
5. 5/2/19 (40) 6,98 7,12 7,34
6. 15/2/19 (50) 10,28 10,44 10,50
\
Lampiran 8. Dokumentasi kegiatan
(Menakar cairan rumen ke gelas ukur) (Mencampur pakan dengan cairan rumen)
(Menakar probiotik kedalam gelas ukur) (Mencampur pakan dengan probiotik)
(Sampling pertumbuhan udang vannamei) (Hasil panen udang vannamei)
(Pemberian es batu pada hasil panen) (Pengambilan sampel untuk aktivitas enzim)
RIWAYAT HIDUP
Nurul Sabnia p, Lahir pada tanggal 8 januari 1996di
KabupatenTakalar, Provinsi
sulwesi selatan, penulis anak ke 6 dari 6 bersaudara,dari
pasangan pagasa.pagasa
dan St. johriah.
penulis pertama kali masuk pendidikan di SD impress takalar pada tahun 2003
dan tamat pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan SMP 2
Negeri takalar dan tamat pada tahun 201. Setelah tamat SMP, Penulis melanjutkan
ke SMA Negeri 3 Takalar dan tamat pada tahun 2015, Dan penulis pada tahun
yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Makassar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian melalui seleksi
Penerimaan Makassar Baru (SPMB).