Antropometri

20
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 1990). 2. Penilaian Status Gizi Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian status gizi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung, dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan untuk penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat dibagi menjadi tiga yaitu survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa dkk, 2001). 3. Metode Antropometri Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos yang berarti manusia (human being). Sehingga antropometri dapat diartikan sebagai pengukuran pada tubuh manusia (Soekirman, 2000). Metode

Transcript of Antropometri

Page 1: Antropometri

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan

tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi

badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai

(Gibson, 1990).

2. Penilaian Status Gizi

Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian status

gizi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi

secara langsung, dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu penilaian

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan untuk penilaian

status gizi secara tidak langsung, dapat dibagi menjadi tiga yaitu survey

konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa dkk,

2001).

3. Metode Antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos yang berarti

manusia (human being). Sehingga antropometri dapat diartikan sebagai

pengukuran pada tubuh manusia (Soekirman, 2000). Metode

Page 2: Antropometri

9

antropometri mencakup pengukuran dari dimensi fisik dan komposisi

nyata dari tubuh (WHO cit Gibson, 2005). Pengukuran antropometri,

khususnya bermanfaat bila ada ketidakseimbangan antara protein dan

energi. Dalam beberapa kasus, pengukuran antropometri dapat

mendeteksi malnutrisi tingkat sedang maupun parah, namun metode ini

tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi status kekurangan

(defisiensi) gizi tertentu (Gibson, 2005)

Pengukuran antropometri memiliki beberapa keuntungan dan

kelebihan, yaitu mampu menyediakan informasi mengenai riwayat gizi

masa lalu, yang tidak dapat diperoleh dengan bukti yang sama melalui

metode pengukuran lainnya. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan

relatif cepat, mudah, dan reliable menggunakan peralatan-peralatan yang

portable, tersedianya metode-metode yang terstandardisasi, dan

digunakannya peralatan yang terkaliberasi. Untuk membantu dalam

menginterpretasi data antropometrik, pengukuran umumnya dinyatakan

sebagai suatu indeks, seperti tinggi badan menurut umur (Gibson, 2005).

4. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari

tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal

lemak di bawah kulit (Supariasa dkk, 2001).

Page 3: Antropometri

10

a. Umur.

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,

kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi

yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan

yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah

adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1

tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak

perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah

12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah

dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak

diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan

sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena

penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat

badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat

perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang

dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat

badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

Page 4: Antropometri

11

pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi

kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi

gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c. Indeks BB/U

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan

antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan

akan bertambah mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam

keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan

berat badan, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat

dari keadaan normal. Mengingat karakteristik berat badan yang

labil, maka penggunaan indeks BB/U lebih menggambarkan status

seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa dkk, 2001).

Kelebihan dalam penggunaan indeks BB/U sebagai parameter

antropometri yaitu: 1) Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti

oleh masyarakat umum; 2) Sensitif untuk melihat perubahan status

gizi dalam jangka waktu pendek; 3) Dapat mendeteksi kegemukan

(Soekirman, 2000).

Page 5: Antropometri

12

Tabel 2.1 . Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB

Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Selain memiliki kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa

kelemahan, yaitu: 1) Dapat terjadi interprestasi yang salah apabila

terdapat pembengkakan, oedem, atau asites; 2) Sulitnya diperoleh

data umur yang akurat, terutama di negara-negara berkembang; 3)

Dapat terjadi kesalahan pengukuran akibat pengaruh dari pakaian

atau gerakan anak saat penimbangan; 4) Faktor sosial budaya

setempat dapat mempengaruhi orangtua untuk tidak menimbang

anaknya (Soekirman, 2000).

Page 6: Antropometri

13

d. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang

dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan

sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang

berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi

pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks

TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (

Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena

perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan

setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan

gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan

akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting

untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang

berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U

dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya

gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi,

1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan

sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila

dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam

BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -

Page 7: Antropometri

14

2SD diatas 10% menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai

masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan

angka kesakitan.

5. Z skore

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan

mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku

Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan

Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan

rumus:

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan

Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan

pada tabel 3 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga

indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.2.

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 8: Antropometri

15

Tabel 2.2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri

(BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan No BB/U TB/U BB/TB

Interpretasi

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++

Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

6. Kategori Status Gizi

Berdasarkan SK Menkes RI No; 920/Menkes/SK/VIII/2002, status

gizi dikategorikan menjadi:

a. Gizi Lebih : Apabila nilai Z score yang diperoleh > 2 SD

b. Gizi baik : Apabila nilai Z score yang diperoleh -2 SD s.d

+2 SD

Page 9: Antropometri

16

c. Gizi Kurang : Apabila nilai Z score yang diperoleh < -2 SD s.d

-3 SD

d. Gizi buruk : Apabila nilai Z score yang diperoleh <-3 SD

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi statu kecukupan gizi pada bayi

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi

dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin

(Almatsir, 2001).

Selain konsumsi makanan, tingkat pengetahuan ibu juga

mempengaruhi status gizi bayi, kebiasaan yang salah atau kurang tepat

dalam pemberian makanan pada bayi akan mempengaruhi status gizi

bayi. Kesalahan pemberian makan pada bayi dapat diartikan sebagai

kekeliruan dalam menyajikan makanan, baik dari segi jenis jumlah dan

waktu pemberian. Dalam keadaan demikian diperlukan pengetahuan

yang cukup agar anak dapat terjamin kebutuhan gizi akibat pengetahuan

tentang makanan bergizi bagi anak yang dimiliki ibunya (Burhanudin,

2006).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar

ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi

Page 10: Antropometri

17

lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan

makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sekitar

enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam

bulan tersebut dengan menyusui secara eksklusif.

Pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat

populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang

paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. Setelah 6 bulan,

biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada

yang tersedia didalam ASI – pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa

diperoleh dari sedikit porsi makanan padat.

Menurut WHO, terjadinya kekurangan gizi dalam hal ini gizi

kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni,

penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh

terhadap kejadian kekurangan gizi, pola asuh serta pengetahuan ibu juga

merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat

berpengaruh terhadap kekurangan gizi. (Herwin. B. 2004).

Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan

UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi

beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik

penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.

Page 11: Antropometri

18

Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional

(Depkes, 2000), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit

infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya

disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang

mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau

demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang

makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan

mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit

secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di

keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan

lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah

yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan

keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap

anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,

mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah

tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh seluruh keluarga.

Page 12: Antropometri

19

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,

pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat

ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan

keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan

pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,

dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

B. Lama Waktu Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

1. Makanan Pendamping ASI

a. Pengertian

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia enam bulan

keatas atau berdasarkan indikasi medic, sampai anak berusia dua puluh

empat bulan untuk mencapai kecukupan gizi (Depkes, 2000).

MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata

berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga

dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral

berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang

berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian

depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000).

Page 13: Antropometri

20

b. Jenis MP-ASI

Beberapa jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah :

1). Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis

lain yang sering diberikan pada bayi adalah : papaya, jeruk, dan

tomat sebagai sumber vitamin A dan C.

2). Makanan bayi tradisional :

a). Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua sendok makan

tepung beras sebagai sumber kalori dan satu gelas susu sapi

sebagai sumber protein.

b). Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa

bahan makanan, satu sampai dua sendok beras, sepotong

daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu dan sayuran

seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.

3). Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam

kaleng, karton, karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis

makanan seperti ini perlu dibaca dengan teliti komposisinya yang

tertera dalam labelnya.

c. Jadwal Pemberian Makanan Bayi

Bayi dapat diberikan makanan dengan jadwal sebagai berikut :

Page 14: Antropometri

21

Tabel 2.3. Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi

Umur (bulan) Makanan Jumlah Sehari Jam

0 – 6 ASI saja Sesuka bayi ---

6 – 9 ASI

Buah

Bubur susu

Nasi tim saring

Sesuka bayi

2 kali

1 kali

2 kali

---

10.00

16.00

08.00

13.00

18.00

9 – 12 ASI

Buah

Nasi tim

Sesuka bayi

2 kali

3 kali

---

10.00

16.00

08.00

13.00

18.00

Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik

adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :

a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan

pada bayi ketika kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi

dari apa yang didapatkannya memalui ASI

b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan member

energy, protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi anak.

c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi

mikroorganisme baik pada saat disiapkan, disimpan maupun saat

diberikan pada anak.

Page 15: Antropometri

22

d). Dikonsumsi dengan selayaknya, yaitu makanan yang diberikan

harus sesuai dengan tanda-tanda nafsu makan dan kekenyangan

anak (WHO, 1998)

Tabel 2.4. Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi

a. Mulai menyusui Dalam waktu 30-60 menit setelah

melahirkan

b. Menyusui eksklusif Umur 0-6 bulan pertama

c. Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI)

Mulai diberikan pada umur setelah enam

bulan (Umur yang tepat bervariasi, atau bila

bayi menunjukkan kesiapan neurologist dan

neuromuskuler)

d. Teruskan Pemberian ASI Sampai anak berumur dua tahun atau lebih

Sumber:WHO (1998)

2. Lama Waktu Pemberian MP-ASI dini

Masa bayi dan balita merupakan masa kritis dalam rangka

mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 2

tahun pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan

otak yang optimal (Aswar, 2004). Bahkan bila dinyatakan dengan satuan berat

badan, kebutuhan bayi akan zat-zat gizi, adalah yang paling tinggi karena bayi

sedang ada dalam periode pertumbuhan yang sangat pesat (Sediaoetama,

2004).

Page 16: Antropometri

23

Agar dapat tercapai status gizi yang baik pada bayi, maka diperlukan

pemberian makanan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan. Pada prinsipnya,

ada dua tujuan pengaturan makanan pada bayi dan anak. Pertama adalah

memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk

pemeliharaan dan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan

dan perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktifitas fisik.

Sedangkan yang kedua adalah untuk mendidik kebiasaan makan yang baik

(RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2003)

Disamping ASI eksklusif yang diberikan kepada bayi hingga umur 6

bulan, pemberian ASI kepada bayi di Indonesia dianjurkan sampai sekitar

umur 2 tahun. Selanjutnya, diberikan makanan tambahan yang diberikan

secara bertahap agar alat pencernaan bayi dapat beradaptasi (Sediaoetama,

2004). Jumlah kalori dan ASI yang diberikan kepada bayi sampai umur 2

tahun, dengan mengurangi ASI secara bertahap sedangkan makanan

tambahan secara bertingkat diberikan, diperlihatkan pada Gambar II.1

Page 17: Antropometri

24

Umur

(Bulan)

0-3 300 kal

3-6 500 kal

6-9 ASI Sangat

lembek 800 kal

9-12 Lembek 900 kal

12-18 Lunak 1100 kal

18-24 Semi padat 1300 kal

>2 th Padat-Tipe makanan dewasa di keluarga

Gambar II.1. Peralihan ASI ke Makanan Dewasa (menyapih)

Menurut Depkes (2000), makanan pendamping (MP) ASI sebaiknya

diberikan saat bayi sudah berusia di atas 6 bulan. Hal ini didasarkan pada

indikasi medis hingga anak mencapai usia 24 bulan untuk mencapai

kecukupan gizi. MP ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata

berbasis susu menuju makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga

dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang

dari refleks menhisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan

cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian

belakang.

Menurut WHO pemberian MP ASI harus disesuai dengan waktu

pemberian yang tepat, memadai, aman dan dikonsumsi dengan selayaknya .

Page 18: Antropometri

25

Bayi yang diberikan MP-ASI dalam waktu yang semakin awal memiliki

kecenderungan mempunyai status gizi yang kurang dibandingkan dengan bayi

yang diberikan MP-ASI tepat pada waktunya yaitu mulai usia 6

bulan(Depkes,2000).

Page 19: Antropometri

26

E.` Kerangka Teori

Gambar II.2 : Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi status Gozi

Sumber: Almatsir, 2001, Herwin. B. 2004,Soekirman (2000), Unicef (1998)

Asupan Makanan Bayi Pemberian MP-ASI dini

Tentang lama waktu pemberian MP-ASI

Status Gizi Bayi

Pola pengasuhan anak

Ketahanan pangan di keluarga

Pelayanan kesehatan dan kesehatan

Pengetahuan

Tentang Pemberian MP-

Penyakit Infeksi

Page 20: Antropometri

27

E. Kerangka Konsep

Gambar II.3 : Kerangka Konsep

F. Hipotesa

Ada hubungan lama waktu pemberian MP-ASI dini dengan status gizi

bayi (6-12) bulan

Lama Waktu Pemberian MP-ASI dini Status Gizi

Pemberian MP-ASI Dini