Antibiotika Profilaksis Pada Fraktur Tulang Wajah
-
Upload
curlyonjune -
Category
Documents
-
view
38 -
download
5
description
Transcript of Antibiotika Profilaksis Pada Fraktur Tulang Wajah
ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA FRAKTUR TULANG WAJAH
Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis(2)
1. Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifikasi bersih
kontaminasi. Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria bersih yang
memasang bahan prostesis. Juga diberikan pada operasi bersih yang jika sampai terjadi
infeksi akan menimbulkan dampak yang serius seperti operasi bedah syaraf, bedah
jantung, dan mata.(2)
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi kontaminasi atau kotor karena
telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah besar atau sudah ada infeksi yang secara
klinis belum manifest.(2)
2. Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk tujuan profilaksis berbeda dengan obat yang
digunakan untuk tujuan terapi. Pada umumnya dipilih antibiotik dengan spektrum
sempit, generasi yang lebih tua dibandingkan antibiotik untuk tujuan terapi.(2)
Dengan memperhatikan spektrum, antibiotik ditujukan pada kuman yang potensial
menimbulkan ILO, dan antibiotik tersebut dapat melakukan penetrasi ke jaringan yang
dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang cukup. Walaupun disatu bidang
pembedahan kadang didapatkan banyak macam kuman normoflora, namun tidak
semuanya potensial menimbulkan infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak.(2)
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi, efektivitas, toksisitas, serta
kemudahan cara pemberiannya. Pada umumnya untuk berbagai macam pembedahan
masih digunakan sefalosporin generasi I yaitu sefazolin, sedangkan sefalosporin generasi
III tidak dianjurkan untuk antibiotik profilaksis.(2)
3. Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam sirkulasi dan
didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory concentration)
antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi. Untuk itu kadang
diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal.(2)
Dosis yang kurang adekwat, tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman
tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman.(2)
4. Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka pemberiannya dilakukan
secara intravena.(2)
5. Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena) atau 1 jam
(intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat insisi maka kadar
antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya. Pemberian antibiotik profilaksis
lebih baik dilakukan di dalam kamar operasi, pada waktu anestesi melakukan induksi,
untuk itu dapat minta tolong anaestesis untuk memberikannya. Antibiotik tersebut harus
mencapai kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman kedalam
jaringan di lapangan operasi. Antibiotik tidak bermanfaat untuk mencegah terjadinya
ILO jika diberikan.(2)
6. Tepat lama pemberian
Pada operasi fraktur tulang wajah yang lama > 3 jam atau perdarahan selama operasi >
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan, oleh karena itu pada
kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan. Jika operasi sangat memanjang maka
pemberian dosis tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk sefoksitin (2) (Level
Evidence : 4 Expert opinion)
Di bidang Bedah Plastik, penyembuhan luka merupakan hal penting yang
diusahakan pada setiap luka. Keberadaan bakteri dan kolonisasi menghambat
penyembuhan luka, sehingga pada luka akut, apalagi luka akut terkontaminasi misalnya
seperti gigitan binatang, diperlukan antibiotika untuk mengatasinya. Pada luka kronis
dengan tanda-tanda nyeri, selulitis, dan penyembuhan luka terhambat juga mutlak
diberikan antibiotika, dalam hal ini antibiotikanya bukan sebagai profilaksis, sehingga
tidak kita bicarakan di sini. (3)
Walaupun demikian, penekanan utama adalah pada perawatan luka dan irigasi yang
bertujuan untuk mengurangi jumlah koloni bakteri dan membersihkan debris yang
menghambat penyembuhan luka. (3)
Zallen dan Curry (1975) menemukan bahwa pada 64 pasien fraktur mandibula pada
kelompok yang tidak mendapat antibiotika profilaksis terdapat resiko infeksi hingga
delapan kali lipat dibanding kelompok yang mendapat antibiotika profilaksis. (4) (Level
Evidence : 2++, high quality case control studies)
Abubaker (2009) menegaskan bahwa antibiotika profilaksis untuk mencegah infeksi
pada luka, hanya direkomendasikan pada situasi tertentu dan dalam periode terbatas pula.
Situasi tertentu tersebut misalnya pada : pasien dengan keadaan imunokompromis, luka
terkontaminasi (secara gross), penyembuhan luka terhambat, pasien dengan resiko
endokarditis, fraktur terbuka dan luka sendi, dan luka tembak. Tidak ada keuntungan
yang didapat pada pemberian antibiotika profilaksis pada pasien dengan laserasi
sederhana pada kulit, intraoral dan lidah misalnya, bila tidak didapatkan fraktur tulang
wajah. (5) (Level Evidence : 1+ Systematic review)
Cummings dan Del Beccaro (1995) juga menemukan bahwa berdasarkan evidence yang
ada, maka hanya sedikit sekali yang menguatkan alasan pemberian antibiotika untuk
mencegah infeksi pada pasien dengan luka sederhana, pada kasus ini antibiotika itu tidak
mendatangkan keuntungan. Demikian pula, apakah antibiotika profilaksis dapat
mencegah infeksi pada pasien dengan faktor resiko seperti diabetes, masih berupa
pertanyaan dan tantangan bagi penelitian berikutnya. (6) (Level Evidence : 1++ High
quality Meta analysis)
Tabel 1. Mikroflora yang terdapat di daerah sekitar wajah (Dikutip dari Hupp, Ellis and Tucker, “Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 4 th edition”, 2008, Mosby)7
Menurut guidelines dari SIGN (Scottish intercollegiate Guidelines Network)
operasi wajah seperti Open reduction and internal fixation of compound mandibular
fractures dan Intraoral bone grafting Procedures sangat dianjurkan untuk menggunakan
antibiotik profilaksis namun durasinya tidak boleh melebihi 24 jam (1) (Level Evidence :
1++ High quality Meta analysis), sedangkan untuk Facial Surgery yang bersih tidak
dianjurkan untuk memberikan antibiotik profilaksis (1) (Level Evidence : 1+ Well
conducted meta-analyses, systematic reviews, or RCTs with a low risk of bias). Namun
pada facial surgery yang menggunakan implan pemberian antibiotik profilaksis dapat
dipertimbangakan (1) (Level Evidence : 4 Expert opinion)
Tabel 2. Antibiotika profilaksis yang dipakai pada operasi fraktur tulang wajah menurut guidelines dari American Academy of Family Physician (AAFP), adalah: (Dikutip dari Ronald K. Woods, and E. Patchen Dellinger, University of Washington Medical Center, Seattle, Washington,. Current Guidelines for Antibiotic Prophylaxis of Surgical Wounds, 1998 diunduh dari http://www.aafp.org/afp/1998/0601/p2731.html)8
Procedure Likely organismsRecommended antibiotic* Adult dose†
Cutaneous Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
No uniform recommendation
Head and neck
S. aureus, streptococci Cefazolin (Ancef, Kefzol)
1 to 2 g intravenously
*—For patients allergic to penicillins or cephalosporins, vancomycin (Vancocin), 1 g intravenously, may be used instead to provide activity against gram-positive cocci. If enteric gram-negative bacilli are among the likely organisms, aztreonam (Azactam), 1 to 2 g, or an aminoglycoside, 3 mg per kg, must be given in addition to vancomycin. If anaerobic flora are expected, aztreonam and clindamycin (Cleocin), 900 mg, are the recommended combination in patients who are allergic to penicillin or cephalosporins.
†—Antibiotic should be given approximately 30 minutes before skin incision and repeated at 1 to 2 half-lives (e.g., for cefazolin, every 3 to 4 hours). Common pediatric doses—cefazolin: 30 mg per kg; cefoxitin: 25 mg per kg; cefotetan: pediatric doses have not been established by the
manufacturer; vancomycin: 15 mg per kg. (8) (Level Evidence : 1+ Well conducted meta-analyses, systematic reviews, or RCTs with a low risk of bias)
7. Efek samping penggunaan antibiotik profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya
resistensi kuman. Hal ini karena pemilihan penderita yang tidak tepat, pemberiannya
terlalu lama, atau digunakannya obat generasi terbaru.(2)
Komplikasi yang jarang tetapi serius ialah terjadinya enterokolitis
pseudomembran akibat pemberian klindamisin, sefalosporin, dan ampisilin. Diare dan
panas badan dapat terjadi setelah pemberian satu dosis antibiotik profilaksis .(2) (Level
Evidence : 4 Expert opinion)