Antibiotika Dan Analgetika

75
ANTIBIOTIKA ANTIBIOTIKA DI DI BEDAH BEDAH TGL 30 APRIL 2009 DR I GEDE ARDITA SpB FINaCS

description

Antibiotika Dan Analgetika

Transcript of Antibiotika Dan Analgetika

  • ANTIBIOTIKADI BEDAHTGL 30 APRIL 2009DR I GEDE ARDITA SpB FINaCS

  • PENGERTIAN

  • 1. OBAT DEFFINISI :

    semua zat, kimiawi, hewani, nabati, dalam dosis layak dapatmenyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya.

  • DIBEDAKAN :

    a. OBAT NABATI.

    b. OBAT KIMIAWI / SINTETTIS

  • OBAT NABATIdigunakan dimasa laludengan coba-coba ( empiris ) pengalaman disimpan, dikembangkan turun-temurun.( jamu )sebagai alat ilmu sihir, kosmetika atau racun.Misal :Strychnin dan curare mulanya sebagai racun panah di Afrika dan Amerika Selatan.Efedrin - dari tanaman Ma Huang ( Ephedra Vulgaris )Kinin- dari kulit pohon kinaAtropin - dari atropa belladonnaMorfin- dari candu ( Papaver somniferum ) dll.

  • OBAT KIMIAWISejak 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat penelitian obat-obat baru.Awal abad 20, mengalami kemajuan dengan ditemukannya obat baru:Dimulai dengan aspirin1935 - sulfonamid1940 penicillin dr Alexander Fleming

  • 2. DEFINISI1. FARMAKOGNOSI2. BIOFARMASI3. FARMAKOKINETIKA.4. FARMAKODINAMIKA5. TOKSIKOLOGI6. FARMAKOTERAPI

  • FARMAKOKINETIKAsegala sesuatu yang dilakukan tubuh terhadap obat.Mempelajari perjalanan obat mulai saat pemberian,absorpsinya dari usus, transportnya didalam darah, distribusinya ketempat kerjanya dan jaringan lain.bagaimana biotransformasi ( perombakannya ),ekskresinya oleh ginjal.

  • FARMAKODINAMIKAsegala sesuatu yang dilakukan obat terhadap tubuh.Mempelajari :mekanisme kerjanya,reaksi fisiologi, serta efek terapeutis yang ditimbulkannya.

  • TOKSIKOLOGIMempelajari efek racun dari obat terhadap tubuh.Termasuk : farmakodinamika, karena efek terapeutik obat berhubungan dengan efek toksisnya.Pada dasarnya setiap obat dgn dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme. ( sola dosis facit venenum )- Paracelsus

  • OBAT-OBAT UNTUK TERAPI DAPAT DIBAGI DALAM 3 GOLONGAN :OBAT FARMAKODINAMIS.bekerja terhadap tuan rumah dengan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh; misalnya : hormon, diuretika, hipnotika.OBAT KEMOTERAPEUTIS.- dapat membunuh parasit dan kuman dalam tubuh tuan rumah- obat dalam kelompok ini harus mempunyai kegiatan farmakodinamis sekecil-kecilnya terhadap tuan rumah dan berkhasiat membunuh sebesar-besarnya parasit ( cacing,prtozoa ),mikroorganisme ( bakteri dan virus ).- termasuk obat-obat sitostatika,

  • OBAT DIAGNOSTIK.merupakan obat untuk membantu diagnosis, misalnya : - bariumsulfat - untuk saluran usus.- saluran empedu Na-iopanoat dan asam iod organik dll.

  • 3. BIOAVAILABILITY ( BA )Adalah persentase obat yang diresorpsi tubuh dari dosis yang diberikan, untuk melakukan efek terapeutisnya.Biasanya efek obat, baru mulai nampak sesudah obat melalui sistem pembuluh porta dan hati, kemudian tiba di sirkulasi darah besar yang mendistribusikannya keseluruh jaringan.

  • 4. CARA PEMBERIAN OBATTergantung pada :1. Efek yang diinginkan, a. Efek sistemik ( keseluruh tubuh ).b. Efek lokal ( setempat )2. Keadaan pasien.3. Sifat-sifat fisiko-kimia obat.

  • a. Efek sistemisOral.Sublingual.Injeksi.a. Subcutan ( hipodermal )b. Intrakutan ( didalam kulit )c. Intramuskuler ( i.m )d. Intravena ( i.v )e. Intra arteri.f. Intralumbal ( inter vertebra lumbal )g. Intraperitoneal.h. Intracardial.i. Intraarticular ( celah sendi ).Rektal.Implantasi subkutan.

  • b. Efek lokalIntra nasal.Intra okuler.Intra aurikuler.Intra pulmonal ( inhalasi ).Intravaginal.Topikal ( kulit ).

  • 5. PRINSIP-PRINSIP FARMAKOKINETIKAPerjalanan obat didalam tubuh dengan proses-proses farmakokinetika yang dialaminya

  • KEMOTERAPEUTIKAANTIBIOTIKA

  • KEMOTERAPEUTIKA / ANTIBIOTIKALatin; anti = lawan , bios = hidup

    Didefinisikan sebagai: zat-zat kimiawi yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,memberantas penyakit infeksi akibat mikroorganisme : bakteri, fungi, virus dan protozoa ( plamodium, amuba, trichomonas dll ),cacing; sedang toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.Obat-obat ini berkhasiat memusnahkan parasit tanpa merusak jaringan tuan rumah.Sitostatika juga termasuk golongan ini.

  • SEJARAHKegiatan antibiotis pertama kali ditemukan secara kebetulan oleh dr Alexander Fleming ( Inggris, 1928 , penicillin ).Penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada PD-II ( 1941 ) untuk menanggulangi luka-luka yang infeksi akibat perang.Kemudian disusul penemuan-penemuan lain :1944-streptomycin1947-chloramphenicol1948-tetracyclin1952-erythromycin1960-rifampycn1965-bleomycin1969-doksorubicin1972-minosiklin1974-tobramicin

  • PEMBUATANAB semisintetis.bila pada kultur dibubuhi zat-zat pelopor tertentu,dan zat ini diinkorporasi kedalam AB dasarnya.Misal : penisilin-VAB sintetis.tidak dibuat dengan jalan biosintetis seperti diatas,melainkan dengan sintesa kimiawi.Misal : chloramphenicol.

  • PENGGOLONGAN OBAT ANTIBAKTERIDigolongkan atas dasar mekanisme kerjanya:

    a. BAKTERISID

    b. BAKTERIOSTATIS

  • BAKTERISID( Latin, caedere = mematikan )Pada dosis biasa mematikan kuman. Dibagi lagi :a. yang bekerja pada fase tumbuh sel. misalnya : penisillin,cephalosporin, polipeptid ( polimiksin, basitrasin dll ), rifampisin, asam nalidiksat, kuinolon. Kurang efektif pada kuman dalam fase istirahat. b. yang bekerja pada fase istirahat.misalnya : aminoglikosida, nitrofurantoin, INH,kotrimoksazol, polipeptida.

  • SIKLUS PERTUMBUHAN SELSIKLUS PERTUMBUHAN MORFOLOGIS.1. Amitosis : sel membelah langsung.2. Mitosisa. Fase mitosis ( 2 - 3 jam ).1. profase - 1 jam dinding inti sel hilang, chromosome menggrombol2. metafase - < 1 jamchromosome berkumpul di daerah equator,dan membagi diri dengan jumlah sama banyak.3. anafase - jamchromosome bergerak kr masing-masing kutub4. telefase bbrp menitsitoplasma pisah menjadi 2 bagian, terbentuk dinding inti sel, sel terbelah menjadi 2 sel yang sama.b. Interfase : sel tidak membiak, sel muda tumbuh dewasa, lamanya variabel.3. Meiosis : pembelahan yang hanya terjadi pada sel-sel kelamin.

  • SIKLUS PERTUMBUHAN BIOKIMIA.Fase G-1 ( Growth phase -1 ).-lamanya 1 2 jam- sel yang baru terbentuk tumbuh menjadi dewasa,membentuk protein,enzim dll.chromosome hanya mengandung rantai tunggal DNA ( haploid ).- sel dewasa masuk zona perbatasan ( restriction zone ), selanjutnya apakah sel :a. Berhenti tumbuh- bila berhenti tumbuh masuk fase G-0- sel yg masuk G-0 ada 2 :1. Stem sel, sel yang tumbuh lagi bila ada rangsangan ( mengganti sel yang mati ), kembali masuk ke fase-S.2. Sel yang tetap tidak tumbuh smp mati.(sel saraf ).b. Tumbuh terus masuk ke fase-S.

  • Fase-S ( Synthetic phase ).-lamanya 6-8 jam-disini dibentuk rantai DNA baru,protein,enzim dll.-replikasi DNA dgn bantuan enzym DNA-polimerase.- persiapan masuk fase-M.

    Fase G-2 ( Growth phase-2 ).- lamanya 1-2 jam- dibentuk RNA,protein,enzim, dll untuk fase M berikutnya.

    Fase Mitosis ( Mitotic phase ).- hampir tidak ada aktifitas kimiawi.- terjadi pembelahan sel.

  • BAKTERIOSTATIS( Latin, stasis = menghentikan )Yang pada dosis biasa berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman.Pemusnahan kuman dilakukan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri dengan fagositosis.

  • PENGGOLONGAN LAIN Berdasarkan atas luas aktivitasnya, artinya aktif terhadap banyak atau sedikit jenis kuman :a. Antibiotika narrow-spectrum ( aktivitas sempit ).b. Antibiotika broad-spectrum ( aktivitas lebar ).

  • NARROW SPECTRUMObat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya : - penisilin-G,penisilin-V,eritomisin, klindamisin,kanamisin,asam fusidat bekerja hanya melawan kuman Gram-positif. - streptomisin, gentamisin, polimiksin-B,asam nalidiksat aktif terhadap kuman Gram-negatif.

  • BROAD-SPECTRUMBekerja terhadap lebih banyak kuman, baikGram-positif maupun Gram-negatif.Misalnya : sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, klorampenikol, tetrasiklin, rifampisin.

  • Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan dari plasma pecah.contohnya : penicillin, sefalosporin.Membran sel : molekul lipoprotein dari membran plasma ( di dalam dinding sel ) sintesa terganggu, hingga jadi lebih permeabel. Hasilnya zat-zat penting dalam sel merembes keluar.contoh : polipeptida dan polyen ( nistatin, amfoterisin ) dan imidazole ( mikonazole, ketokonazol dll )

  • Protein sel : sintesanya terganggu,contoh : kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida.Asam-asam inti ( DNA,RNA ): rifampisin (RNA),asam nalidiksat dan kinolon, asiklovir (DNA).Antagonisme saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting untuk metabolisme kuman sehingga pertukaran zatnya terhenti.contoh : sulfonamid, trimetoprim, PAS dan INH.

  • PEMILIHAN OBATSetiap infeksi berat selalu dilakukan kultur cairan tubuh ( darah,kemih,dahak,pus )Dalam praktek,pemilihan obat berdasarkan jenis dan beratnya infeksi serta pengalamanDalam memilih AB, hendaknya mempertimbangkan beberapa hal :

  • a. Obat bakterisid,diutamakan,dp bakteriostatis,bila daya tahan tubuh berkurang.b. Obat dengan daya penetrasi yang baik kedalam jaringan atau CSF, agar lebih mudah meresap ketempat infeksi. Hal ini penting bila tempat infeksi terletak pada jaringan dengan sirkulasi buruk.( rongga dahi, prostat ).daya penetrasi baik kedalam jaringan : amoksisilin,linkosin,rifampisin,sulfonamid,kuinolon,klorampenikol dll.penetrasi baik kedalam CSF : sulfonamid,klorampenikol,rifampisin,minosiklin.peresapannya tergantung pada lipofilitas obat,semakin lipofil sebakin baik penetrasinya.

  • Obat dengan dosis 1-2 x sehari lebih disukai daripada 3-4 x shr.Karena kesetiaan minum obat ( drug compliance ) lebih baik, sehingga hasil pengobatan lebih baik.Obat dengan pengikatan protein (PP) rendah diutamakan.Karena hanya obat bebas yang dapat berdifusi ketempat infeksi.

  • PENGGUNAAN KOMBINASI

  • umumnya, penggunan kombinasi dari dua atau lebih AB ( multiple drug therapy, MDT ) tidak dianjurkan, apalagi kombinasi dengan dosis tetap ( fixed dose ). Tapi beberapa kombinasi dapat bermanfaat :Pada infeksi campuran, misal : kombinasi AB dan antifungi.Atau, 2 AB dengan spektrum sempit untuk memperluas aktivitas terapi. Mis; basitrasin + polimiksin dalam sediaan topikal.Untuk memperoleh potensiasi, misalnya: sulfametoksazole + trimetoprime ( = kotrimoksazole ). Multi drugs terapi ( AZT+3TC=ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.

  • Untuk mengatasi resistensi,Misal : amoksisilin+ asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase.Untuk menghamabat resistensi, khususnya pada infeksi menahun spt : TBC ( rifampisin + INH + Pirazinamid ) dan Kusta ( dapson + klofazimin dan /atau rifampisin. Berperan pula pada MDT terhadap AIDS.Untuk mengurangi toksisitas, misal : trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.

  • ANTAGONISME-SINERGISMEPADA KOMBINASI

  • Kombinasi AB dapat menghasilkanAdisi atau Potensiasi dari khasiat masing-masing obat.Antagonisme dengan penurunan atau peniadaan efek terapi.Contoh : penisilin/sepalosporin dengan tetrasiklin/klorampenikol.Sehingga tidak dianjurkan kombinasi : zat-zat bakterisida yang bekerja terhadap fase tumbuh dengan zat-zat bakteriostatis.Misal : ampisilin + klorampenikol aminoglikosid+linkosin/klindamisin

  • ANTIBIOTIKA DAN ANALGETIKADI BEDAH

  • PENDAHULUAN

  • Penggunaan AB pada pengobatan infeksi bedah secara prinsip sama dengan penggunaan AB pada bidang kedokteran umumnya.Tetapi satu perbedaan, bahwa terapi AB hanya merupakan TAMBAHAN pada pengobatan infeksi bedah Pengobatan operatif ( drainase ) adalah lebih penting. goal dari terapi AB : mencegah / mengobati infeksi dengan mengurangi / menghilangkan organisme-2 sampai daya tahan dari host dapat membersihkan pathogen terakhir.

  • Pertimbangan dasar dlm pengobatan AB adalah : a. efficacy/efikasi ( kemanjuran ), b. toksisitas, dan c. biaya. efikasi, hal utama yangdipertimbangkan dalam pemilihan AB. AB efektif, bila aktif melawan pathogenpenyebab infeksi dan mampu mencapaitempat infeksi dalam konsentrasi yangadekuat.

  • AB punya potensi untuk terjadi toksisitas. Efek toksis,seperti: a. alergi atau b. jarang: aplasia sumsum tulang (bone marrow)yang disebabkan oleh chloramphenicol. Obat ini juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ,seperti toksisitas pada ginjal atau ototoksik.

  • AB dapat gangguan pada ekologi mikrobiologi di RS resisten terhadap mikroba, suatu problema penting di RS, terurtama di ICU.

    Biaya adalah pertimbangan terakhir dalam pemilihan AB. Menentukan biaya pengobatan dengan AB bukan hanya biaya obat,tapi juga biaya waktu perawatan, pemberian infus, juga harus dipertimbangkan. waktu rawat di RS akan bertambah, terjadi bila obat yang dipakai tidak mahal, tapi kurang efektif atau menyebabkan lebih toksis, yang akhirnya membuat obat tersebut menjadi AB yang mahal.

  • DISTRIBUSI AB.

  • Keberhasilan pengobatan dengan AB sistemik :konsentrasi obat yang adekuat,yang dibebaskan ketempat infeksi. konsentrasi AB di jaringan harus melewati konsentrasi minimum yang dapat menghambat ( minimum inhibitory concentration - MIC ). tgt dari protein yang mengikat AB ( protein binding antibiotica ). AB yg tidak terikat , dapat menembus dinding kapiler menghambat pertumbuhan bakteri.

  • Hasil pengobatan, disisi lain, tdk berhubungan dgn affinitas ( affinity = daya tarik menarik ) protein,karena ikatan dengan protein bersifat reversible. Kemampuan larut AB didalam lemak factor penting dlm penetrasi ke dalam jaringan.Ini menentukan kemampuan AB untuk melewati membrane dengan diffusi non-ionik kedalam luka, tulang, cerebrospinal fluid (CSF), mata, endolymph pada telinga, abses.

  • a. darahKecepatan ekskresi dan protein binding, menentukan konsentrasi AB dalam darah. Protein binding mempengaruhi ekskresi. AB yang berikatan kuat dengan protein tidak diekskresi secepat AB yang berikatan lemah dengan protein dan mempunyai half-life yang lebih panjang. Oleh krena itu, AB dengan ikatan protein yang kuat umumnya tidak diberikan sesering AB yang mempunyai ikatan lemah dengan protein.

  • Sebaliknya,AB seperti nitrofurantoin dan norfloxacin diekskresi begitu cepat didalam urin sehingga tidak pernah mencapai kadar yang cukup didalam darah atau jaringan untuk mencapai konsentrasi antimicrobial yang efektif.Akan tetapi obat-2 ini juga mencapai konsentrasi tinggi dalam urin,sehinga efektif mengobati infeksi didalam traktus urinarius.

  • b. urineAB yang sering dipergunakan adalah sulfonamide,penicillin, cephalosporin,aminoglycoside, tetracycline, quinolon,azoles, diekskresi didalam urin dan mencapai konsentrasi didalam urin sampai 50 200 kali konsentrasinya dalam serum.Kecuali, erythromycin dan chloramphenicol. Karena kemampuan konsentrasinya yang besar, sangat menganggu pada pasien dengan penyakit ginjal. Ph urin dapat dirubah untuk memfasilitasi aktifitas AB. Sebagai contoh : aminoglycoside lebih aktif pada media yang alkalis, sedangkan AB lain yang untuk traktus urinarius ( tetracycline,nitrofurantoin,methenamine mandelate ) lebih aktif dalam lingkungan asam.

  • c. empedusecara regular punya konsentrasi AB lebih tinggi dari kadar dalam serum.Contoh : Penicillin ( nafcillin,piperacillin,mezlocillin,dan azlocillin ), cephalosporin ( terutama cefazolin, cefamandole, ceforanide, cefoxitin, cefoperazone, dan cefadroxil ),tetracyclines, dan clindamycin Nafcillin dan Rifampicin mencapai konsentrasi 20 100 kali dari konsentrasinya didalam serum. Aminoglycoside kurang baik masuk kedalam empedu, terutama bila ada sakit liver, dan konsentrasinya dalam empedu lebih rendah dari kadar dalam serum.

  • d. cairan interstitial dan jaringanKonsentrasi yang tinggi dlm darah, ikatatan dengan protein lemah, AB mudah berdifusi dari serum jaringan extravasculer. Kadar absolute didalam jaringan tidak secara akurat menunjukkan potensi terapeutik dari AB, karena AB berikatan kuat dengan jaringan sehingga tidak mampu berikatan dengan bakteri.

  • e. absesPengertian bahwa tidak ada AB yang menembus abses, adalah tidak benar.Penicillin, cephalosporin, dan beberapa AB lain tidak dapat menembus abses yang sudah matang, metronidazole, chloramphenicol, dan clindamycin dapat mencapai konsentrasi hambatan ( inhibitory concentration ) dalam abses.

  • PROBLEMA

  • pH yg asam, jumlah mikroba dan produk jaringan mengikat AB dlm abses, efikasi antimikroba menurun.multiple bakteri yg ada dlm abses, membuat satu tipe bakteri akan menginaktifkan AB dalam melawan jenis bakteri yang lain. Kurangnya efikasi penicillin dan cephalosporin dalam mengobati abses mgkn akibat tingginya beta-lactamase dlm abses.

  • Metronidazole dan clindamycin dpt masuk kedalam abses dan mempertahankan aktifitas antibakterinya,tapi tdk efektif thdp bacteri gram-negatif aerobe yang biasanya terdapat bersama-sama dengan bacteri anaerobe, yang efektif untuknya,,sehingga abses persisten.AB yg dpt mengobati abses, adalah AB yang sgt efektif melawan bakteri yang dlm metabolisme aktif, cepat membelah. Kondisi didlm abses tidak baik untuk pertumbuhan bakteri ,sehingga AB tdk mampu masuk dan menjadi aktif melawan bakteri.

  • Atas semua alasan tsb diatas, AB seharusnya tidak digunakan untuk mengobati semua abses. Walaupun kadang-kadang ada laporan yang sukses mengobati abses dengan AB, drainase tetap merupakan cara utama dalam mengobati abses.

  • PENGGUNAAN AB DALAM BEDAH

    1. PROPILAKSIS TERAPEUTIKa. Empirikb. Definitif

  • 1. propilaksisPemberian AB dapat mengurangi insiden infeksi LO pada pasien yang menjalani operasi. Terapi AB propilaksis harus diarahkan utk melawan bakteri yang mungkin akan mengkontaminasi luka.Utk operasi bersih propilaksis AB adalah tepat. Staph.aureus, Staph.epidermidis, bacteri enteric gram negative, paling sering ILO. Bact. enteric Gram-neg. plng sering menyebabkan ILO pd gastroduodenal, traktus biliaris, kolorektal, apppendiktomi, dan ginekologis.

  • a. PRINSIP-PRINSIP PROPILAKSISPilih AB yang efektif melawan pathogen yang mungkin ditemukan .Pilih AB dengan toksisitas paling rendah.Berikan single dose terapeutik 30 60 menit preoperative.Berikan dosis kedua dari AB bila operasi berlangsung lebih dari 4 jam atau 2 x dari half-life dari AB.Berikan 2 3 dosis pasca operasi. Tidak perlu diberikan lebih dari 24 jam.

  • b. INDIKASI PROPILAKSISAB propilaksis diindikasikan apabila kemungkinan terjadi kontaminasi bakteripada :pasien-pasien yang menjalani operasi bersih. luka-luka traumatic, traktus intestinalis yang sudah diluar (prolap) akibat trauma kemudian dimasukkan, operasi elektif pada intestinum atau kolon, gastroduodenal,traktus biliaris, umur diatas 70 tahun dan operasi ginekologis.

  • 2. terapeutikInfeksi bedah yang berat harus diobati dengan AB iv Terapi AB awalnya adalah emphirik, karena hal ini tidak dapat ditunda sampai ada hasil pemeriksaan mikroba ( kultur dan sensitivity test ).Karena bahan kultur biasanya diambil waktu operasi maka, AB yg diberikan sebelumnya tidak akan mempengaruhi hasil kultur.

  • a. Terapi empirikTerapi empirik secara rasional perlu data ttg mikroba yang paling sering menyebabkan infeksi dan gambaran kerentanan AB di RS atau unit di RS ( mis : ICU ).Pemberian AB diberikan sebelum ada hasil kultur.Contoh :Infeksi bedah intra abdomen hampir selalu disebabkan oleh campuran bakteri gram-negatif dan gram posistif aerobic dan anaerobic. Terapi awal AB harus mempunyai aktivitas broad-spectrum melawan bakteri ini.Kebanyakan infeksi pada jaringan nekrosis, terutama yang berasal dari operasi intraabdominal atau daerah pelvis, juga disebabkan oleh campuran flora bakteri terapi empiric dengan broad-spectrum.Infeksi pada pemasangan protesa biasanya terjadi lambat dibanding infeksi intra abdominal. Cocci gr. positif, terutama Staph.aureus dan Staph..epidermidis, berperanan pada infeksi ini. Sejumlah AB tunggal atau kombinasi tersedia untuk terapi awal atau terapi empiric.

  • b. Terapi definitifTerapi AB dapat dirubah/diganti bila hasil pemeriksaan kultur dan sensitivity test telah ada. Data-data sensitivitas dapat menentukan AB yang digunakan melawan bakteri yang diisolasi. Penggantian AB, dipilih yang kurang toksis, biaya lebih rendah.Infeksi yg asalnya dari ICU sering disebabkan oleh bakteri yg resisiten terhadap AB. Terutama jenis hospital-acquired Staph.aureus, yang sering resisten terhadap methicillin ( MRSA = methicillin resistant staphylococcus aureus ). Untuk infeksi hospital-acquired staphylococcus, dapat diberikan vancomycin, sampai data sensitivity test ada.Bila Staph.aureus sensitive terhadap penicillin G atau methicillin, obat ini harus digunakan karena lebih efektif dan biaya lebih rendah dari vancomycin.

  • PEMBERIAN OBAT

    a.Rute-Untuk pasien bedah yang serius pemberian AB diberikan secara iv untuk memastikan kadarnya didalam serum.-Absorpsi melalui rute lain tidak konsisten pada pasien yang sakit berat, dimana GIT tidak berfungsi baik.-Rekomendasi oleh pabrik obat harus digunakan sebagai guide-lines untuk mencapai dosis AB yang lebih tepat.

  • Umumnya ada batas/margin keamanan yg lebar ( wide margin ) antara konsentrasi terapeutik dan toksis, dari obat-obat seperti : penicillin dan cephalosporin. -Obat lain, aminoglycoside, batas/margin sangat sempit. -Penghitungan dosis pada dewasa didasarkan pada body weight ( BB ). Untuk anak-anak, dosis AB berdasarkan atas luas permukaan badan.

  • b. durasi-Umumnya infeksi bedah dapat diterapi dengan AB secara efektif selama 5 7 hari. sepanjang pasien menunjukkan perbaikan secara klinis ( tempratur badan normal, kadar Lekosit dan fungsi GIT telah kembali normal pada pasien dengan peritonitis ).-Apabila perbaikan secara klinis tidak terjadi dalam 4 5 hari setelah operasi (panas, leukositosis setelah 5 hari), kenapa pengobatan ini gagal, harus dicari.

  • KEGAGALAN PENGOBATANKegagalan pengobatan dengan AB, bisa ok : Terdapat kesalahan dalam memilih AB, Dosis AB tidak adekuat,Rute pemberian tidak tepat,Bacteri resisten,Terjadi superinfeksi oleh bacteri yg resisten thdp AB yg diberikan. ada factor lain yang bertangung jawab : terjadi peritonitis rekuren ( tertiary ) atau suatu abses intraabdomen yang memerlukan tindakan drainase. Penyebab lain dari panas : infeksi traktus urinarius, infeksi pada tempat infus, drug-fever, dan thromboplebitis.

  • TOKSISITAS OBATDalam keadan normal AB diekskresi oleh ginjal (terutama) dan gangguan fungsi ginjal akumulasi didalam serum.

    Oleh karenanya, pada beberapa AB perlu dilakukan pengurangan dosis atau menambah interval pemberian pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal ( renal failure ).

  • Obat-obat toksis seperti aminoglycoside seharusnya tidak digunakan pada pasien dengan renal failure, atau, bila digunakan, kadar dalam serum/plasma harus sering diperiksa untuk memverifikasi kadar toksis belum/tidak tercapai.Pendekatan umum terhadap penggunaan AB pada pasien dengan renal failure adalah dosis pertamanya 80 100 % dari jumlah biasanya, kemudian jumlah dari dosis kedua disesuaikan dengan half-life AB yang dipakai.

  • RefferenceSchwartz, Seymour I,MD; PRINCIPLES OF SURGERY; seventh edition; International Edition, Volume 1; McGraw-Hill; 1999; 133,142 151. Tjay,Tan Hoan; Rahardja,Kirana Drs; Obat-obat Penting,Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya; Edisi Kelima,Cetakan Pertama; PT Elex Media Komputindo;2002;4,5,16-19,20,54-63.