Anti Hipertensi
-
Upload
hana-chovicha-simanjuntak -
Category
Documents
-
view
33 -
download
11
description
Transcript of Anti Hipertensi
Anti Hipertensi
Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angiotensin Receptor Blocker)
Mekanisme Obat
Reseptor angII terdiri dari dua kelompok besar yaitu reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terutama di otot polos pembuluh darah dan di otot jantung. Selain itu terdapat juga di ginjal, otak, dan kelenjar adrenal. Sedangkan AT2 di medula adrenal dan mungkin di SSP. ARB bekerja selektif pada reseptor AT1.
Mekanisme Obat
Pemberian obat ini akan menghambat semua efek AngII, seperti vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, efek sentral AngII, stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard. Dapat dikatakan ARB memiliki efek yang mirip dengan ACE-Inhibitor. Tetapi tidak mempengaruhi metabolisme brdikinin, maka obat ini dilaporkan tidak memiliki efek samping seperti batuk kering dan angioedema seperti yang sering terjadi pada penggunaan ACE-Inhibitor.
Indikasi
Golongan sartan atau ARB digunakan untuk menangani pasien dengan hipertensi, terutama terhadap pasien yang intoleransi dengan terapi ACE inhibitor.
Hipertensi dengan DM tipe II
Kontraindikasi
Kehamilan trimester 2 dan 3, dan harus segera dihentikan bila ternyata pemakainya hamil. Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita menyusui, karena ekskresinya kedalam air ssusu ibu belum diketahui. Selain itu, terhadap stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis pada satu-satunya ginjal yang masih berfungsi.
Efek Samping
Hipotensi dapat terjadi pada pasien dengan kadar renin tinggi seperti hipovolemia, gagal jantung hipertensi renovaskular dan sirosis hati. Hiperkalemia biasanya terjadi dalam keadaan tertentu seperti insufisiensi ginjal, atau bila dikombinasikan dengan obat-obat yang cenderung meretensi kalium seperti diuretik hemat kalium dan AINS dan juga bila asupan kalium berlebihan.
Contoh Sediaan
• Valsartan 80 mg• Telmisartan 80 mg• Losartan 100 mg• Irbesartan 150 mg• Irbesartan 300 mg• Olmesartan 20 mg• Olmesartan 40 mg
Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin) / ACE Inhibitor
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron.
Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan bersama-sama dengan air.
Captopril, enalapril, dan lisinopril adalah contoh antagonis angiotensin.
indikasi
Cepat bekerja dalam tubuh sehingga sering diberikan untuk hipertensi gawat-darurat. Selain untuk hipertensi, juga berkhasiat untuk penyakit berikut:
Gagal jantung kronik;
Kelainan jantung kiri pasca serangan jantung;
Penyakit ginjal terkait penyakit gula (diabetes).
Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada kondisi berikut:
Alergi (hipersensitif) terhadap obat golongan ACE Inhibitor
Pasien tidak dapat berkemih (anuria);
Penyempitan pembuluh darah ginjal (stenosis bilateral arteri renal);
Kehamilan trimester 2 dan 3 karena berisiko menyebabkan kecacatan atau kematian janin.
Beberapa efek samping dan persentase kemunculan efek samping :
Hiperkalemia (1-11%);
Reaksi alergi (4-7%);
Kemerahan pada kulit (4-7%);
Tekanan darah rendah (hipotensi) (1-2,5%);
Gatal (2%);
Batuk kering (0,5-2%);
Detak jantung cepat (takikardi) (1%);
Nyeri dada (1%).
Bila muncul efek samping, biasanya akan diganti dengan obat hipertensi dari golongan lain.
A-Blocker
α-Blocker
α blocker selektif memblok adrenoseptor α1, yang berguna untuk
pengobatan hipertensi.
α blocker nonselektif juga menghambat adrenoseptor α2 di ujung
saraf adrenergik yang melepas NE, namun NE di jantung tidak
dihambat.
Hal ini menyebabkan α blocker nonselektif tidak efektif sebagai obat
antihipertensi.
Mekanisme antihipertensiα-blocker
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor α1 di pembuluh darah
terhadap vasokonstriksi NE dan E sehingga arteriol dan vena
berdilatasi.
Denyut jantung sebagai respons homeostasis akan menurun setelah
pemberian kronik.
Efek samping α-Blocker
Efek samping utama dari alfa blocker adalah hipotensi ortostatik.
Fenomena ini terjadi apabila dosis awal yang diberikan terlalu besar,
terutama pada penderita usia lanjut, dan pada orang yang sedang
mengonsumsi AH lain.
Efek samping lain yang jarang adalah sakit kepala, palpitasi, rasa
lelah, nausea.
Interaksi obat
α blocker berinteraksi dengan antihipertensi lain terutama dengan
golongan diuretik.
Penggunaan bersama kedua golongan ini akan meningkatkan resiko
terjadinya hipotensi postural.
Penghambat saraf adrenergik
Reserpin biasanya diberikan sebagai obat kedua. Obat ini efektif bila
dikombinasikan dengan diuretik tiazid, untuk pengobatan hipertensi
ringan sampai sedang.
Retensi cairan akibat hilangnya efek antihipertensi dapat terjadi
apabila tidak diberikan bersama dengan diuretik.
Mekanisme antihipertensipenghambat saraf adrenergik
Reserpin bekerja dengan mengosongkan katekolamin dan 5-HT di
berbagai organ termasuk medula adrenal dan otak.
Reserpin terikat kuat dengan membran vesikel dalam ujung saraf
adrenergik perifer dan sentral.
Ikatan ini menyebabkan hambatan transport aktif NE.
Efek sampingpenghambat saraf adrenergik
Pada dosis terapi yang dianjurkan (sampai 0,25mg sehari) yang
paling sering dijumpai adalah letargi dan kongesti nasal.
Efek samping lainnya adalah bradikardia, mulut kering, nausea dna
letargi.
Pada dosis (0,5-1mg) paling sering dijumpai depresi mental.
Reserpin dapat meningkatkan sekresi asam lambung oleh karena itu
harus dihindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat tukak
lambung.
Interaksi obatpenghambat saraf adrenergik
Penggunaan bersamaan dengan amfetamin, kokain, klorpromazin,
menurukan efek anti hipertensi melalui hambatan ambilan AH ke
dalam ujung saraf adrenergik.
Agonis α-2 sentral
Klonidin, guanfasin, metildopa, dan guanabenz adalah obat AH yang
bekerja dengan menghambat perangsangan neuron adrenergik di
SSP.
Mekanisme antihipertensiAgonis α-2 sentral
Klonidin adalah obat AH yang merupakan golongan Agonis α-2
sentral, bekerja dengan merangsang adrenoseptor α-2 di SSP
maupun di perifer.
Efek antihipertensi didapat dengan perangsangan adrenoseptor α-2
di batang otak bagian bawah, di nukleus traktur solitarius.
Mekanisme antihipertensiAgonis α-2 sentral
Metildopa, efek AH metildopa didapat dengan perangsangan
adrenoseptor α-2 di SSP. Obat ini mengalami dekoarboksilasi di SSP
menjadi α-metildopamin dan mengalami hidroksilasi menjadi α-
metilnorepinefrin dalam neuron adrenergik sentral.
α-metil NE bekerja dengan menghambat aktifitas adrenergik di SSP
dengan cara yang sama seperti klonidin.
Calcium Channel Blocker
Farmakodinamik
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan, sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel.
Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah.
Golongan calcium channel blocker
1. Difenilalkilamin : verapamil.,n mempunyai selektivitas paling minimal dari CCB golongan lainnya. Mempunyai efek paling penting untuk otot polos jantung dan vascular.. digunakan untuk angina, takiaritmia dan sakit kepala migren.
2. Benzotiazepin : diltiazem, berpengaruh pada otot polos jantung dan vascular, efek inotropic negative pada jantung kurang disbanding dengan verapamil.
3. Dihidropiridin: nifedipin, amlodipine, felodipin, israpidin, nikardipin, nisoldipin. Mempunyai afinitas lebih besar disbanding CCb yang lain maka dari itu lebih baik dalam pengobatan hipertensi.
Cara Kerja
Konsentrasi kalsium intraseluler mempunyai peranan penting dlam
mempertahankan tonus otot polos dan kontraksi miokard. Kalsium
masuk ke sel-sel otot melalui kanal kalsium yang sensitive voltase.
Ini merangsang pelepasan kalsium dari retikulumsarkoplasma dan
mitokondria yang selanjutnya meningkatkan kadar kalsium sitosol.
Obat ini bekerja menghambat pemasukan kalsium dengan cara
terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung, otot polos coroner, dan
vascular perifer. Hal ini menyebabkan otot polos beristirahata,
mendilkatasi terutama arteriol.
Farmakokinetik
Waktu paruhnya pendek(3-8jam) setelah dosis oral. Pengobatan memerlukan 3x sehari untuk mengontrol hipertensi yang bagus.
Indikasi
Angina varian
Angina stabil kronik
Angina tidak stabil
Aritmia
Hipertensi
Kardiomiopati hipertrofik
Efek samping obat
Konstipasi
Hiperplasia gingiva
Rash
Kenaikkan enzim hati
Somnolen
INTERAKSI MAKANAN
Jus anggur akan meningkatkan konsentrasi serum verapamil,hindari penggunaan bersamaan.Hindari efedra, yohimbe, ginseng (dapat memperparah aritmia atau hipertensi). Hindari bawang putih (dapat meningkatkan efek antihipertensi)
• INTERAKSI OBAT
– Peningkatan toksisitas: verapamil dengan amiodaron dapat meningkatkan
kardiotoksisitas
– Dengan aspirin dapat meningkatkan waktu pendarahan
– Dengan simetidin dapat meningkatkan bioavaibilitas verapamil
– Dengan beta bloker dapat menyebabkan;peningkatan efek depresi pada konduksi
AV di jantung,
– Dengan karbamazepin dapat meningkatkan level karbamazepin
– Dengan siklosporin dapat meningkatkan level siklosporin
– Dengan digoksin dapat meningkatkan level digoksin
– Dengan doksorubisin dapat meningkatkan level doksorubisin
– Dengan teofilin dapat menyebabkan peningkatan aksi farmakologi teofilin
sampai penurunan klirens teofilin
– Dengan vekuronium dapat meningkatkan level vekuronium
– Dengan dantrolen dapat menghasilkan hiperkalemia dan depresi miokardial
Beta Blocker
FARMAKOLOGI
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi reseptor alfa
Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut jantung menurun
Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi subendokard meningkat
Farmakodinamik
Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen maupun obat adrenergik eksogen
Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) → efek anastesik lokal
Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
Menurunkan tekanan darah
Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
Menghambat glikogenolisis di hati
Menghambat aktivasi enzim lipase
Menghambat sekresi renin → antihipertensi
Farmakokinetik
Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
Sediaan
Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol, alprenolol
Contoh Obat Beta Blocker:
Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg Alprenolol: tab 50 mg Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg Bisoprolol: tab 5 mg Asebutolol: kaps 200 mg dan tab 400 mg Pindolol: tab 5 dan 10 mg Nadolol: tab 40 dan 80 mg Atenolol: tab 50 dan 100 mg
Indikasi Dan Kontraindikasi
Indikasi : angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas
Kontra indikasi : Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung,gagal jantung
Efek Samping
Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung, bronkospasme
Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
Alergi; rash, demam dan purpura
Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi
TERIMAKASIH