Anti Hipertensi

44

description

obat hipertensi dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan cara kerjanya. setiap obat memiliki untung ruginya.

Transcript of Anti Hipertensi

Page 1: Anti Hipertensi
Page 2: Anti Hipertensi

Anti Hipertensi

Page 3: Anti Hipertensi

Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angiotensin Receptor Blocker)

Page 4: Anti Hipertensi

Mekanisme Obat

Reseptor angII terdiri dari dua kelompok besar yaitu reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terutama di otot polos pembuluh darah dan di otot jantung. Selain itu terdapat juga di ginjal, otak, dan kelenjar adrenal. Sedangkan AT2 di medula adrenal dan mungkin di SSP. ARB bekerja selektif pada reseptor AT1.

Page 5: Anti Hipertensi

Mekanisme Obat

Pemberian obat ini akan menghambat semua efek AngII, seperti vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, efek sentral AngII, stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard. Dapat dikatakan ARB memiliki efek yang mirip dengan ACE-Inhibitor. Tetapi tidak mempengaruhi metabolisme brdikinin, maka obat ini dilaporkan tidak memiliki efek samping seperti batuk kering dan angioedema seperti yang sering terjadi pada penggunaan ACE-Inhibitor.

Page 6: Anti Hipertensi

Indikasi

Golongan sartan atau ARB digunakan untuk menangani pasien dengan hipertensi, terutama terhadap pasien yang intoleransi dengan terapi ACE inhibitor.

Hipertensi dengan DM tipe II

Page 7: Anti Hipertensi

Kontraindikasi

Kehamilan trimester 2 dan 3, dan harus segera dihentikan bila ternyata pemakainya hamil. Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita menyusui, karena ekskresinya kedalam air ssusu ibu belum diketahui. Selain itu, terhadap stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis pada satu-satunya ginjal yang masih berfungsi.

Page 8: Anti Hipertensi

Efek Samping

Hipotensi dapat terjadi pada pasien dengan kadar renin tinggi seperti hipovolemia, gagal jantung hipertensi renovaskular dan sirosis hati. Hiperkalemia biasanya terjadi dalam keadaan tertentu seperti insufisiensi ginjal, atau bila dikombinasikan dengan obat-obat yang cenderung meretensi kalium seperti diuretik hemat kalium dan AINS dan juga bila asupan kalium berlebihan.

Page 9: Anti Hipertensi

Contoh Sediaan

• Valsartan 80 mg• Telmisartan 80 mg• Losartan 100 mg• Irbesartan 150 mg• Irbesartan 300 mg• Olmesartan 20 mg• Olmesartan 40 mg

Page 10: Anti Hipertensi

Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin) / ACE Inhibitor

Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron.

Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan bersama-sama dengan air.

Captopril, enalapril, dan lisinopril adalah contoh antagonis angiotensin.

Page 11: Anti Hipertensi

indikasi

Cepat bekerja dalam tubuh sehingga sering diberikan untuk hipertensi gawat-darurat. Selain untuk hipertensi, juga berkhasiat untuk penyakit berikut:

Gagal jantung kronik;

Kelainan jantung kiri pasca serangan jantung;

Penyakit ginjal terkait penyakit gula (diabetes).

Page 12: Anti Hipertensi

Kontra indikasi

Tidak boleh diberikan pada kondisi berikut:

Alergi (hipersensitif) terhadap obat golongan ACE Inhibitor

Pasien tidak dapat berkemih (anuria);

Penyempitan pembuluh darah ginjal (stenosis bilateral arteri renal);

Kehamilan trimester 2 dan 3 karena berisiko menyebabkan kecacatan atau kematian janin.

Page 13: Anti Hipertensi

Beberapa efek samping dan persentase kemunculan efek samping :

Hiperkalemia (1-11%);

Reaksi alergi (4-7%);

Kemerahan pada kulit (4-7%);

Tekanan darah rendah (hipotensi) (1-2,5%);

Gatal (2%);

Batuk kering (0,5-2%);

Detak jantung cepat (takikardi) (1%);

Nyeri dada (1%).

Bila muncul efek samping, biasanya akan diganti dengan obat hipertensi dari golongan lain.

Page 14: Anti Hipertensi

A-Blocker

Page 15: Anti Hipertensi

α-Blocker

α blocker selektif memblok adrenoseptor α1, yang berguna untuk

pengobatan hipertensi.

α blocker nonselektif juga menghambat adrenoseptor α2 di ujung

saraf adrenergik yang melepas NE, namun NE di jantung tidak

dihambat.

Hal ini menyebabkan α blocker nonselektif tidak efektif sebagai obat

antihipertensi.

Page 16: Anti Hipertensi

Mekanisme antihipertensiα-blocker

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor α1 di pembuluh darah

terhadap vasokonstriksi NE dan E sehingga arteriol dan vena

berdilatasi.

Denyut jantung sebagai respons homeostasis akan menurun setelah

pemberian kronik.

Page 17: Anti Hipertensi

Efek samping α-Blocker

Efek samping utama dari alfa blocker adalah hipotensi ortostatik.

Fenomena ini terjadi apabila dosis awal yang diberikan terlalu besar,

terutama pada penderita usia lanjut, dan pada orang yang sedang

mengonsumsi AH lain.

Efek samping lain yang jarang adalah sakit kepala, palpitasi, rasa

lelah, nausea.

Page 18: Anti Hipertensi

Interaksi obat

α blocker berinteraksi dengan antihipertensi lain terutama dengan

golongan diuretik.

Penggunaan bersama kedua golongan ini akan meningkatkan resiko

terjadinya hipotensi postural.

Page 19: Anti Hipertensi

Penghambat saraf adrenergik

Reserpin biasanya diberikan sebagai obat kedua. Obat ini efektif bila

dikombinasikan dengan diuretik tiazid, untuk pengobatan hipertensi

ringan sampai sedang.

Retensi cairan akibat hilangnya efek antihipertensi dapat terjadi

apabila tidak diberikan bersama dengan diuretik.

Page 20: Anti Hipertensi

Mekanisme antihipertensipenghambat saraf adrenergik

Reserpin bekerja dengan mengosongkan katekolamin dan 5-HT di

berbagai organ termasuk medula adrenal dan otak.

Reserpin terikat kuat dengan membran vesikel dalam ujung saraf

adrenergik perifer dan sentral.

Ikatan ini menyebabkan hambatan transport aktif NE.

Page 21: Anti Hipertensi

Efek sampingpenghambat saraf adrenergik

Pada dosis terapi yang dianjurkan (sampai 0,25mg sehari) yang

paling sering dijumpai adalah letargi dan kongesti nasal.

Efek samping lainnya adalah bradikardia, mulut kering, nausea dna

letargi.

Pada dosis (0,5-1mg) paling sering dijumpai depresi mental.

Reserpin dapat meningkatkan sekresi asam lambung oleh karena itu

harus dihindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat tukak

lambung.

Page 22: Anti Hipertensi

Interaksi obatpenghambat saraf adrenergik

Penggunaan bersamaan dengan amfetamin, kokain, klorpromazin,

menurukan efek anti hipertensi melalui hambatan ambilan AH ke

dalam ujung saraf adrenergik.

Page 23: Anti Hipertensi

Agonis α-2 sentral

Klonidin, guanfasin, metildopa, dan guanabenz adalah obat AH yang

bekerja dengan menghambat perangsangan neuron adrenergik di

SSP.

Page 24: Anti Hipertensi

Mekanisme antihipertensiAgonis α-2 sentral

Klonidin adalah obat AH yang merupakan golongan Agonis α-2

sentral, bekerja dengan merangsang adrenoseptor α-2 di SSP

maupun di perifer.

Efek antihipertensi didapat dengan perangsangan adrenoseptor α-2

di batang otak bagian bawah, di nukleus traktur solitarius.

Page 25: Anti Hipertensi

Mekanisme antihipertensiAgonis α-2 sentral

Metildopa, efek AH metildopa didapat dengan perangsangan

adrenoseptor α-2 di SSP. Obat ini mengalami dekoarboksilasi di SSP

menjadi α-metildopamin dan mengalami hidroksilasi menjadi α-

metilnorepinefrin dalam neuron adrenergik sentral.

α-metil NE bekerja dengan menghambat aktifitas adrenergik di SSP

dengan cara yang sama seperti klonidin.

Page 26: Anti Hipertensi

Calcium Channel Blocker

 

Page 27: Anti Hipertensi

Farmakodinamik

CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan, sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel.

Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah.

Page 28: Anti Hipertensi

Golongan calcium channel blocker

1. Difenilalkilamin : verapamil.,n mempunyai selektivitas paling minimal dari CCB golongan lainnya. Mempunyai efek paling penting untuk otot polos jantung dan vascular.. digunakan untuk angina, takiaritmia dan sakit kepala migren.

Page 29: Anti Hipertensi

2. Benzotiazepin : diltiazem, berpengaruh pada otot polos jantung dan vascular, efek inotropic negative pada jantung kurang disbanding dengan verapamil.

3. Dihidropiridin: nifedipin, amlodipine, felodipin, israpidin, nikardipin, nisoldipin. Mempunyai afinitas lebih besar disbanding CCb yang lain maka dari itu lebih baik dalam pengobatan hipertensi.

Page 30: Anti Hipertensi

Cara Kerja

Konsentrasi kalsium intraseluler mempunyai peranan penting dlam

mempertahankan tonus otot polos dan kontraksi miokard. Kalsium

masuk ke sel-sel otot melalui kanal kalsium yang sensitive voltase.

Ini merangsang pelepasan kalsium dari retikulumsarkoplasma dan

mitokondria yang selanjutnya meningkatkan kadar kalsium sitosol.

Obat ini bekerja menghambat pemasukan kalsium dengan cara

terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung, otot polos coroner, dan

vascular perifer. Hal ini menyebabkan otot polos beristirahata,

mendilkatasi terutama arteriol.

Page 31: Anti Hipertensi

Farmakokinetik

Waktu paruhnya pendek(3-8jam) setelah dosis oral. Pengobatan memerlukan 3x sehari untuk mengontrol hipertensi yang bagus.

Page 32: Anti Hipertensi

Indikasi

Angina varian

Angina stabil kronik

Angina tidak stabil

Aritmia

Hipertensi

Kardiomiopati hipertrofik

Page 33: Anti Hipertensi

Efek samping obat

Konstipasi

Hiperplasia gingiva

Rash

Kenaikkan enzim hati

Somnolen

Page 34: Anti Hipertensi

INTERAKSI MAKANAN

Jus anggur akan meningkatkan konsentrasi serum verapamil,hindari penggunaan bersamaan.Hindari efedra, yohimbe, ginseng (dapat memperparah aritmia atau hipertensi). Hindari bawang putih (dapat meningkatkan efek antihipertensi)

Page 35: Anti Hipertensi

• INTERAKSI OBAT

– Peningkatan toksisitas: verapamil dengan amiodaron dapat meningkatkan

kardiotoksisitas

– Dengan aspirin dapat meningkatkan waktu pendarahan

– Dengan simetidin dapat meningkatkan bioavaibilitas verapamil

– Dengan beta bloker dapat menyebabkan;peningkatan efek depresi pada konduksi

AV di jantung,

– Dengan karbamazepin dapat meningkatkan level karbamazepin

– Dengan siklosporin dapat meningkatkan level siklosporin

Page 36: Anti Hipertensi

– Dengan digoksin dapat meningkatkan level digoksin

– Dengan doksorubisin dapat meningkatkan level doksorubisin

– Dengan teofilin dapat menyebabkan peningkatan aksi farmakologi teofilin

sampai penurunan klirens teofilin

– Dengan vekuronium dapat meningkatkan level vekuronium

– Dengan dantrolen dapat menghasilkan hiperkalemia dan depresi miokardial

Page 37: Anti Hipertensi

Beta Blocker

Page 38: Anti Hipertensi

FARMAKOLOGI

Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi reseptor alfa

Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut jantung menurun

Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi subendokard meningkat

Page 39: Anti Hipertensi

Farmakodinamik

Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen maupun obat adrenergik eksogen

Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2

Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) → efek anastesik lokal

Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard

Menurunkan tekanan darah

Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik

Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)

Efek bronkospasme (hati2 pada asma)

Menghambat glikogenolisis di hati

Menghambat aktivasi enzim lipase

Menghambat sekresi renin → antihipertensi

Page 40: Anti Hipertensi

Farmakokinetik

Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan metoprolol) diabsorbsi baik (90%)

Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya

Sediaan

Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol

Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol, alprenolol

Page 41: Anti Hipertensi

Contoh Obat Beta Blocker:

Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg Alprenolol: tab 50 mg Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg Bisoprolol: tab 5 mg Asebutolol: kaps 200 mg dan tab 400 mg Pindolol: tab 5 dan 10 mg Nadolol: tab 40 dan 80 mg Atenolol: tab 50 dan 100 mg

Page 42: Anti Hipertensi

Indikasi Dan Kontraindikasi

Indikasi : angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas

Kontra indikasi : Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung,gagal jantung

Page 43: Anti Hipertensi

Efek Samping

Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung, bronkospasme

Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi

Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi

Alergi; rash, demam dan purpura

Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi

Page 44: Anti Hipertensi

TERIMAKASIH