Antara Singapura Dan Indonesia Mana Yang Lebih Sejahtera

download Antara Singapura Dan Indonesia Mana Yang Lebih Sejahtera

of 2

description

Pengujian pernyataan bahwa masyarakat Singapura lebih sejahtera dibandingkan dengan masyarakat di Indonesia melalui beberapa data yang terdapat pada Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator kesejahteraan masyarakat.

Transcript of Antara Singapura Dan Indonesia Mana Yang Lebih Sejahtera

  • Pertanyaan : Secara umum kehidupan masyarakat di Singapura lebih sejahtera dibandingkan

    dengan di Indonesia, benarkah? Mengapa?

    Jawaban :

    Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, untuk membuktikan

    pernyataan yang ditanyakan perlu dianalisa terlebih dahulu tingkat

    kesejahteraan masyarakat kedua negara tersebut;

    Definisi kesejahteraan

    Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu Sejahtera

    dapat diartikan suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. 1

    Berdasarkan definisi tersebut, maka untuk mengetahui tingkat kesejahteraan negara mana yang lebih

    baik digunakan metode membandingkan secara langsung berdasarkan indikator kesejahteraan yang

    dalam hal ini menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

    Berikut ini adalah sebagian data dari perbandingan kondisi Indonesia dan Singapura berdasarkan IPM2:

    IPM yang dikeluarkan oleh UNDP tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2013 Singapura berada di

    peringkat 9 sebagai negara dengan indeks pembangunan manusia pada level tertinggi, sedangkan

    Indonesia berada di peringkat 108 dan termasuk ke dalam klasifikasi negara dengan indeks

    pembangunan manusia level menengah.

    No. Data Perbandingan Tahun Indonesia Singapura

    1 Indeks Pembangunan Manusia 2013 0,68 0,90

    2 Angka harapan hidup 2013 70,83 82,32

    3 Rata-rata masa pendidikan 2012 7,51 10,20

    4 Angka harapan bersekolah 2012 12,7 15,4

    5 Pendapatan Nasional Bruto Perkapita 2013 8970,34 72371,22

    6 Anak usia dibawah 5 tahun kekurangan gizi 2008-2012 35,6 4,4

    7 Prosentase pengeluaran dana pendidikan di PDB 2005-2012 2,76 3,30

    8 Rasio populasi pekerja 2012 70,7 72,5

    9 Angka pembunuhan (per 100.000) 2008-2011 0,6 0,3

    10 Pengguna internet (% dari jumlah penduduk) 2012 15,4 74,2

    11 Rasio Elektrifikasi (% dari jumlah penduduk) 2010 73,0 100

    12 Indeks kepuasan hidup secara keseluruhan 2007-2012 5,4 6,5

    1. http://www.menkokesra.go.id/

    2. http://hdr.undp.org/

  • Dengan berdasar kepada data-data tersebut, masyarakat Singapura dapat dikatakan memiliki

    kehidupan yang lebih baik daripada masyarakat di Indonesia. Hal ini dikuatkan terutama mengacu

    pada data yang menampilkan indeks kebutuhan dasar seperti pada tingkat kesehatan yang biasanya

    berkorelasi dengan kualitas hidup manusia, yang tergambar pada kondisi rendahnya gizi buruk balita

    di Singapura, angka harapan hidup yang lebih baik, tingkat kriminalitas (pembunuhan) yang lebih

    rendah memberikan dukungan nilai Indeks kepuasan hidup secara keseluruhan angkanya lebih besar.

    Dan selain pada tingkat kesehatan, pada bidang pendidikan Singapura juga memiliki anggaran yang

    jauh lebih besar dalam total anggaran jika dihitung dari prosentase pengeluaran dana pendidikan di

    PDB, hal ini mungkin yang menjadi salah satu faktor mengapa rata-rata masa pendidikan dan angka

    harapan bersekolah di Singapura lebih baik dari Indonesia sehingga mendorong peningkatan sumber

    daya manusia berkualitas dan lebih unggul.

    Pada sektor ketenagakerjaan, rasio populasi pekerja dan angka pengangguran di Singapura juga

    berada diatas Indonesia, sama halnya dalam pemenuhan kebutuhan elektrifikasi masyarakat yang

    telah terpenuhi seluruhnya sehingga secara tidak langsung turut menunjang aktifitas disegala bidang

    khususnya pada sektor perekonomian. Namun demikian, meski dalam angka perekonomian dapat

    dikatakan seluruhnya unggul, pada data IPM diatas ada yang tidak dapat saya tampilkan karena

    beberapa tidak memiliki angka pembanding seperti misalnya tingkat bunuh diri secara individu di

    Singapura pada tahun 2003-2009 terdapat angka rata-rata 20,6 dari 100.000 sedangkan di Indonesia

    nihil. Entah apakah sebenarnya memang tidak ada kejadian tersebut atau karena tidak tercatat jadi

    oleh karenanya tidak dimasukkan dalam tabel sebagai pembanding. Sekiranya data semacam itu

    tertera, maka ia dapat menjadi satu masukan data, entah sebagai pelengkap jika ternyata angka bunuh

    diri warga Singapura lebih rendah dari Indonesia atau justru ketika data yang muncul adalah

    kebalikannya, maka yang terjadi kemudian dapat dikaji kembali adakah ketidakseimbangan antara

    kesejahteraan secara fisik dalam perekonomian dengan kesejahteraan dalam jiwa (kebahagiaan)

    masyarakat sesungguhnya.

    Dengan demikian, berdasarkan data IPM tersebut dapat dibuat satu kesimpulan secara umum bahwa

    berdasarkan perbandingan indikator kesejahteraan antara Indonesia dan Singapura diatas, maka

    benar bahwa masyarakat di Singapura lebih sejahtera bila dibandingkan dengan masyarakat di

    Indonesia.