anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi
-
Upload
jenussarabahari -
Category
Documents
-
view
40 -
download
10
description
Transcript of anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
PERCOBAAN X
PEMBUATAN SABUN DENGAN METODE SAPONIFIKASI
O L E H
NAMA : ALVIN
STAMBUK : F1C1 13 005
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : HERDINANTO
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sabun merupakan suatu komoditas yang banyak digunakan oleh
masyarakat dari semua kalangan untuk mencuci badan (mandi). Sabun merupakan
garam logam alkali yang biasanya garam natrium dari asam-asam lemak. Dalam
sabun senyawa utama yang terkandung terutama garam C16 dan C18, akan tetapi
dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah
dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama
pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun
secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di
negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu
mencuci.
Dalam pembuatan sabun dengan metode saponifikasi diperlukan langkah
yang tepat, baik dalam mereaksikan, penambahan campuran, dan pemanasan
sehingga dapat diperoleh sabun dengan hasil dan kualitas yang baik. Oleh karena
itu dilakukan percobaan pembuatan sabun dengan metode saponifikasi untuk
mengetahui cara pembuatan sabun dengan metode saponifikasi
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah pada percobaan ini adalah :
1. Bagaimana cara membuat sabun dengan metode saponifikasi ?
2. Bagaimana menjelaskan sifat-sifat sabun ?
A. TUJUAN
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah seagai berikut.
1. Mengetahui proses pembuatan sabun dengan metode saponifikasi.
2. Mengetahui sifat-sifat sabun
II. TINJAUAN PUSTAKA
Detergen merupakan penyempurnaan dari sabun dan kelebihannya adalah
bisa mengatasi air sadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah. Detergen
sering disebut dengan istilah detergen sintesis yaitu detergen yang dibuat berasal
dari bahan-bahan sintesis, ketidak untungan sabun muncul bila digunakan dalam
air sadah, yang mengandung kation-kation logam tertentu, seperti Ca, Mg, Fe,
kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam
karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut
(Sastrohamidjojo, 2005)
Sabun adalah garam Natrium atau garam Kalium dari asam stearat atau
asam lemak lainnya. Mereka dibuat dengan proses saponifikasi, yaitu mereaksikan
minyak atau lemak yang mengandung trigliserida dengan soda kaustik (NaOH)
untuk memberikan sabun dan gliserol, dengan mengunakan jumlah soda kaustik
yang digunakan serta minyak yang digunakan. Sabun disiapkan kemudian
dianalisis dan dibandingkan sifatnya dengan beberapa sabunn komersial yang
dipilih ( Petrucci, 2011 ).
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan
alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun
merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.
Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin/ trigliserida selain
dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid
(FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya gliserin (Glycerol), karena
saat proses pembuatanFatty Acid, glycerolsudah dipisahkan tersendiri (Bairley,
1950).
Minyak sawit terdiri dari persenyawaan trigliserida dan nontrigliserida.
Komponen utama trigliserida terdiri dari gliserol yang berikatan dengan asam
lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh dengan C lebih kecil dari C pada
asam laurat C11H23COOH bersifat mudah larut dalam air meskipun pada suhu 115
˚C. Asam lemak dengan C4, C6, C8 dan C10 mudah menguap dengan adanya uap
air sedangkan laurat (C12) dan miristat (C14) sedikit mudah menguap. Asam
berbobot molekul rendah (asam lemak tak jenuh) lebih mudah terlarut dalam etil
alkohol dibandingkan asam lemak berbobot molekul tinggi (asam lemak jenuh).
Berikut ini adalah tabel karakteristik dan komposisi minyak sawit (Kusno, 2007).
Minyak goreng merupakan salah satu bahan penting yang dibutuhkan
masyarakat sehari-hari. Meskipun bahan dasar minyak goreng beragam, secara
kimia tidak jauh berbeda, yaitu terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Sterol terdapat dalam jumlah kecil, asam lemak bebas, pigmen larut
lemak dan hidrokarbon. Hal yang membedakan minyak goreng satu dengan yang
lainnya adalah komposisi zat gizinya (Hardian, 2014)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan Sabun Dengan Metode Saponifikasi dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 13 November 2014 pukul 07:00 – 10:00 WITA di
Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia, batang
pengaduk, spatula, penganas listrik cawan petri, dan gelas ukur.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak kelapa,
akuades, NaOH 10 N, es batu, Na2CO3 dan CH3COOH.
C. Prosedur Kerja
1. NaOH 10 N diambil sebanyak 7,5 mL (larutan A).
2. 20 mL minyak dimasukan dalam gelas kimia 1000 mL kemudian
dipanaskan dengan menggunakan Hot Plate (larutan B)
3. Larutan A dimasukan dalam larutan B sedikit demi sedikit menggunakan
pipet tetes sambil diaduk dalam gelas kimia 100 mL selama 2 jam
4. Lapisan sabun dipisahkan kemudian ditambahkan dengan 10 mL larutan
pelembut (campuran 10 gram soda kue dengan 5 mL asam cuka).
5. Sabun siap dicetak.
NaOH 10 N
- dipipet 7,5 mL
- dimasukan dalam gelas
kimia berisi minyak
goreng secara
perlahan-lahan sambil
diaduk
Minyak Kelapa
- dipipet 20 mL
- dipanaskan dalam
gelas kimia 1000
mL
20 mL minyak panas
- diaduk selama 3 jam
- didinginkan
- disaring
Filtrat (gliserol)
Residu (sabun)
- diaduk
- disiapkan cetakan sabun
- disimpan selama 24 jam
Sabun
5mL asam cuka
- ditambah 10 gram soda kue
- dipipet 10 ml
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
1. Table data pengamatanPerlakuan Hasil Pengamatan
20 mL minyak kelapa + 7,5 mL NaOH 10 N yang dipanaskan pada suhu 115˚C
larutan berwarna kunuing, berbusa/berbuih dan terbentuk endapan
campuran didinginkan menggunakan es batu
terpisah antara sabun dan gliserol
10 gram Na2CO3 +5 mL CH3COOH, campuran diaduk
Campuran semakin halus dan mengental
2. Reaksi
C17H33COO + 3NaOH C17H33ONa + C3H8O
minyak + natrium hidroksida sabun + gliserol
B. Pembahasan
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang mereaksikan antara
asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan
hasil samping berupa gliserol. Sabun yang selama ini kita gunakan untuk
membersikan badan dari kotoran dibuat melalui reaksi saonifikasi yaitu dengan
mereaksikan asam lemak (minyak) dengan basa alkali. Sabun adalah garam logam
alkali dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud
adalah kalium (K) dan natrium (Na). Reaksi pembentukan sabun ini disebut
sebagai reaksi saponifikasi atau reaksi penyabunan
Percobaan ini, dilakukan proses pembuatan sabun dengan mereaksikan
minyak dengan alkali dalam hal ini digunakan NaOH. Penggunaan NaOH
bertujuan untuk menghasilkan sabun yang berbentuk padat. Perlakuan yang
diberikan yaitu dengan pemanasan NaOH 7,5 mL pada suhu 115˚C untuk
mengurangi kadar air, dan untuk melarutkan NaOH tersebut. NaOH
dimasukkan ke dalam air untuk dilarutkan, pada awalnya air akan menjadi keruh.
Namun, setelah diaduk berkali-kali hingga larut, air yang semula keruh menjadi
bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH telah larut dalam air. Pada
saat mencampurkan larutan NaOH dengan minyak 20 mL, NaOH harus sudah
mendidih karena proses saponifikasi pada sabun untuk menghasilkan gliserol dan
sabun. campuran minyak dan NaOH harus tetap dilakukan pengadukan yang
bertujuan untuk mempercepat pelarutan dan membuat bahan menjadi kental atau
padat Setelah endapan dingin, endapan ditambahkan Na2CO3 10 gram dan 5 mL
asam cuka . Peran asam cuka dan soda kue pada pembuatan sabun adalah untuk
melembutkan sabun. Pada percobaan ini kami menambahkan sedikit pewarna
pada campuran asam cuka dan soda kue untuk mendapatkan sabun dengan warna
yang unik. Setelah semuanya tercampur, sabun tersebut dimasukkan ke dalam
cetakan dan disimpan selama 24 jam agar sabunnya bisa terbentuk dan padat.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada percobaan ini, maka
dapat disimpulkan bahwa Proses pembuatan sabun dengan cara saponifikasi yaitu
mereaksikan basa alkali dalam hal ini NaOH dengan asam lemak (minyak
goreng). Hasil mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena
campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah
menjadi asam karboksilat. Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam
lemak. Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan
pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan
air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak
sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi
pada butiran kotoran.
DAFTAR PUSTAKA
Budhikarso, K., 2007. “Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan Dengan Oksidasi”. Jurnal Sains. Vol. !, No. 2
Hardian K., Ali, A., dan Yusmarini, 2014, Evaluasi Mutu Sabun Padat Transparan Minyak Goreng Bekas Dengan Penambahan SLS Dan Sukrosa”. Jurnal Sains. Vol. 1, No.2.
Ningrum, N., P., dan Kusuma M., A., I., 2013. “Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah Kapuk Randu Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan”. Jurnal Teknologi dan Industr. Vol. 2, No. 2
Petrucci, 1987. Kimia Dasar Modern. Erlangga:Jakarta
Sastromihordjojo, 2005. Kimia Dasar Prinsip Terapan Jilid II. Erlangga:Jakarta