anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

16
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN X PEMBUATAN SABUN DENGAN METODE SAPONIFIKASI OLEH NAMA : ALVIN STAMBUK : F1C1 13 005 KELOMPOK : VI (ENAM) ASISTEN : HERDINANTO JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO

description

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada percobaan ini adalah : 1. Bagaimana cara membuat sabun dengan metode saponifikasi ?2. Bagaimana menjelaskan sifat-sifat sabun ?Minyak sawit terdiri dari persenyawaan trigliserida dan nontrigliserida. Komponen utama trigliserida terdiri dari gliserol yang berikatan dengan asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh dengan C lebih kecil dari C pada asam laurat C11H23COOH bersifat mudah larut dalam air meskipun pada suhu 115 ˚C. Asam lemak dengan C4, C6, C8 dan C10 mudah menguap dengan adanya uap air sedangkan laurat (C12) dan miristat (C14) sedikit mudah menguap. Asam berbobot molekul rendah (asam lemak tak jenuh) lebih mudah terlarut dalam etil alkohol dibandingkan asam lemak berbobot molekul tinggi (asam lemak jenuh). Berikut ini adalah tabel karakteristik dan komposisi minyak sawit (Kusno, 2007).

Transcript of anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

Page 1: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN X

PEMBUATAN SABUN DENGAN METODE SAPONIFIKASI

O L E H

NAMA : ALVIN

STAMBUK : F1C1 13 005

KELOMPOK : VI (ENAM)

ASISTEN : HERDINANTO

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 2: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sabun merupakan suatu komoditas yang banyak digunakan oleh

masyarakat dari semua kalangan untuk mencuci badan (mandi). Sabun merupakan

garam logam alkali yang biasanya garam natrium dari asam-asam lemak. Dalam

sabun senyawa utama yang terkandung terutama garam C16 dan C18, akan tetapi

dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.

Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah

dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama

pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun

secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di

negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu

mencuci.

Dalam pembuatan sabun dengan metode saponifikasi diperlukan langkah

yang tepat, baik dalam mereaksikan, penambahan campuran, dan pemanasan

sehingga dapat diperoleh sabun dengan hasil dan kualitas yang baik. Oleh karena

itu dilakukan percobaan pembuatan sabun dengan metode saponifikasi untuk

mengetahui cara pembuatan sabun dengan metode saponifikasi

Page 3: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah pada percobaan ini adalah :

1. Bagaimana cara membuat sabun dengan metode saponifikasi ?

2. Bagaimana menjelaskan sifat-sifat sabun ?

A. TUJUAN

Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah seagai berikut.

1. Mengetahui proses pembuatan sabun dengan metode saponifikasi.

2. Mengetahui sifat-sifat sabun

Page 4: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Detergen merupakan penyempurnaan dari sabun dan kelebihannya adalah

bisa mengatasi air sadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah. Detergen

sering disebut dengan istilah detergen sintesis yaitu detergen yang dibuat berasal

dari bahan-bahan sintesis, ketidak untungan sabun muncul bila digunakan dalam

air sadah, yang mengandung kation-kation logam tertentu, seperti Ca, Mg, Fe,

kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam

karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut

(Sastrohamidjojo, 2005)

Sabun adalah garam Natrium atau garam Kalium dari asam stearat atau

asam lemak lainnya. Mereka dibuat dengan proses saponifikasi, yaitu mereaksikan

minyak atau lemak yang mengandung trigliserida dengan soda kaustik (NaOH)

untuk memberikan sabun dan gliserol, dengan mengunakan jumlah soda kaustik

yang digunakan serta minyak yang digunakan. Sabun disiapkan kemudian

dianalisis dan dibandingkan sifatnya dengan beberapa sabunn komersial yang

dipilih ( Petrucci, 2011 ).

Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang

berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan

alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun

merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.

Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin/ trigliserida selain

dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid

(FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya gliserin (Glycerol), karena

Page 5: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

saat proses pembuatanFatty Acid, glycerolsudah dipisahkan tersendiri (Bairley,

1950).

Minyak sawit terdiri dari persenyawaan trigliserida dan nontrigliserida.

Komponen utama trigliserida terdiri dari gliserol yang berikatan dengan asam

lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh dengan C lebih kecil dari C pada

asam laurat C11H23COOH bersifat mudah larut dalam air meskipun pada suhu 115

˚C. Asam lemak dengan C4, C6, C8 dan C10 mudah menguap dengan adanya uap

air sedangkan laurat (C12) dan miristat (C14) sedikit mudah menguap. Asam

berbobot molekul rendah (asam lemak tak jenuh) lebih mudah terlarut dalam etil

alkohol dibandingkan asam lemak berbobot molekul tinggi (asam lemak jenuh).

Berikut ini adalah tabel karakteristik dan komposisi minyak sawit (Kusno, 2007).

Minyak goreng merupakan salah satu bahan penting yang dibutuhkan

masyarakat sehari-hari. Meskipun bahan dasar minyak goreng beragam, secara

kimia tidak jauh berbeda, yaitu terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak

tidak jenuh. Sterol terdapat dalam jumlah kecil, asam lemak bebas, pigmen larut

lemak dan hidrokarbon. Hal yang membedakan minyak goreng satu dengan yang

lainnya adalah komposisi zat gizinya (Hardian, 2014)

Page 6: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pembuatan Sabun Dengan Metode Saponifikasi dilaksanakan

pada hari Kamis tanggal 13 November 2014 pukul 07:00 – 10:00 WITA di

Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia, batang

pengaduk, spatula, penganas listrik cawan petri, dan gelas ukur.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak kelapa,

akuades, NaOH 10 N, es batu, Na2CO3 dan CH3COOH.

C. Prosedur Kerja

1. NaOH 10 N diambil sebanyak 7,5 mL (larutan A).

2. 20 mL minyak dimasukan dalam gelas kimia 1000 mL kemudian

dipanaskan dengan menggunakan Hot Plate (larutan B)

3. Larutan A dimasukan dalam larutan B sedikit demi sedikit menggunakan

pipet tetes sambil diaduk dalam gelas kimia 100 mL selama 2 jam

4. Lapisan sabun dipisahkan kemudian ditambahkan dengan 10 mL larutan

pelembut (campuran 10 gram soda kue dengan 5 mL asam cuka).

Page 7: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

5. Sabun siap dicetak.

NaOH 10 N

- dipipet 7,5 mL

- dimasukan dalam gelas

kimia berisi minyak

goreng secara

perlahan-lahan sambil

diaduk

Minyak Kelapa

- dipipet 20 mL

- dipanaskan dalam

gelas kimia 1000

mL

20 mL minyak panas

- diaduk selama 3 jam

- didinginkan

- disaring

Filtrat (gliserol)

Residu (sabun)

- diaduk

- disiapkan cetakan sabun

- disimpan selama 24 jam

Sabun

5mL asam cuka

- ditambah 10 gram soda kue

- dipipet 10 ml

Page 8: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

1. Table data pengamatanPerlakuan Hasil Pengamatan

20 mL minyak kelapa + 7,5 mL NaOH 10 N yang dipanaskan pada suhu 115˚C

larutan berwarna kunuing, berbusa/berbuih dan terbentuk endapan

campuran didinginkan menggunakan es batu

terpisah antara sabun dan gliserol

10 gram Na2CO3 +5 mL CH3COOH, campuran diaduk

Campuran semakin halus dan mengental

2. Reaksi

C17H33COO + 3NaOH C17H33ONa + C3H8O

minyak + natrium hidroksida sabun + gliserol

Page 9: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

B. Pembahasan

Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang mereaksikan antara

asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan

hasil samping berupa gliserol. Sabun yang selama ini kita gunakan untuk

membersikan badan dari kotoran dibuat melalui reaksi saonifikasi yaitu dengan

mereaksikan asam lemak (minyak) dengan basa alkali. Sabun adalah garam logam

alkali dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud

adalah kalium (K) dan natrium (Na). Reaksi pembentukan sabun ini disebut

sebagai reaksi saponifikasi atau reaksi penyabunan

Percobaan ini, dilakukan proses pembuatan sabun dengan mereaksikan

minyak dengan alkali dalam hal ini digunakan NaOH. Penggunaan NaOH

bertujuan untuk menghasilkan sabun yang berbentuk padat. Perlakuan yang

diberikan yaitu dengan pemanasan NaOH 7,5 mL pada suhu 115˚C untuk

mengurangi kadar air, dan untuk melarutkan NaOH tersebut. NaOH

dimasukkan  ke dalam air untuk dilarutkan, pada awalnya air akan menjadi keruh.

Namun, setelah diaduk berkali-kali hingga larut, air yang semula keruh menjadi

bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH telah larut dalam air. Pada

saat mencampurkan larutan NaOH dengan minyak 20 mL, NaOH  harus sudah

mendidih karena proses saponifikasi pada sabun untuk menghasilkan gliserol dan

sabun. campuran minyak dan NaOH harus tetap dilakukan pengadukan yang

bertujuan untuk mempercepat pelarutan dan membuat bahan menjadi kental atau

padat Setelah endapan dingin, endapan ditambahkan Na2CO3 10 gram dan 5 mL

asam cuka . Peran asam cuka dan soda kue pada pembuatan sabun adalah untuk

Page 10: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

melembutkan sabun. Pada percobaan ini kami menambahkan sedikit pewarna

pada campuran asam cuka dan soda kue untuk mendapatkan sabun dengan warna

yang unik. Setelah semuanya tercampur, sabun tersebut dimasukkan ke dalam

cetakan dan disimpan selama 24 jam agar sabunnya bisa terbentuk dan padat.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada percobaan ini, maka

dapat disimpulkan bahwa Proses pembuatan sabun dengan cara saponifikasi yaitu

mereaksikan basa alkali dalam hal ini NaOH dengan asam lemak (minyak

goreng). Hasil mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena

campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah

menjadi asam karboksilat. Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam

lemak. Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan

pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan

Page 11: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak

sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi

pada butiran kotoran.

Page 12: anorganik. pembuatan sabun dengan cara saponifikasi

DAFTAR PUSTAKA

Budhikarso, K., 2007. “Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan Dengan Oksidasi”. Jurnal Sains. Vol. !, No. 2

Hardian K., Ali, A., dan Yusmarini, 2014, Evaluasi Mutu Sabun Padat Transparan Minyak Goreng Bekas Dengan Penambahan SLS Dan Sukrosa”. Jurnal Sains. Vol. 1, No.2.

Ningrum, N., P., dan Kusuma M., A., I., 2013. “Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah Kapuk Randu Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan”. Jurnal Teknologi dan Industr. Vol. 2, No. 2

Petrucci, 1987. Kimia Dasar Modern. Erlangga:Jakarta

Sastromihordjojo, 2005. Kimia Dasar Prinsip Terapan Jilid II. Erlangga:Jakarta