Laporan Saponifikasi
-
Upload
irham-derza -
Category
Documents
-
view
218 -
download
4
description
Transcript of Laporan Saponifikasi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sabun seperti yang kita ketahui berasal dari reaksi saponifikasi yatu reaksi
hidrolisis asam lemak dengan salah satu basa kuat misalnya NaOH. Saponifikasi
antara salah satu asam lemak misalnya trigliserida dengan basa kuat NaOH akan
menghasilkan sabun dengan gliserol. Didalam proses saponifikasi terdapat juga
Saponification Value atau SAP yang merupakan suatu nilai yang biasanya
menunjukkan berapa banyak basa kuat yang dibutuhkan untuk bisa mereaksikan
lemak atau minyak secara sempurna.
Sabun dapat berasal dari lemak atau minyak. Lemak mempunyai arti suatu
zat yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang.
Sedangkan minyak dapat mempunyai 2 pengertian. Bila digunakan bersama-sama
dengan kata lemak maka dapat diartikan bahwa zat tersebut adalah lemak, kecuali
bila ia merupakan bentuk cairan yang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut
minyak. Minyak sendiri dapat dibedakan secara fundamental dari berbagai cairan
lain seperti minyak tambang dan minyak atsiri. Minyak sering juga disebut asam
lemak.
Pada percobaan saponifikasi ester ini, kita akan melakukan 2 bentuk
percobaan yaitu, pertama dengan percobaan membuat sabun (melakukan reaksi
saponifikasi) dan yang kedua adalah melakukan tes uji terhadap sabun yang
ditandai dengan adanya buih-buih pada sabun tersebut. Pada percobaan pertama
kita akan menggunakan berbagai sampel yaitu minyak VCO, minyak jelantah,
minyak CPO, minyak kedelai, dan minyak zaitun dimana dalam minyak-minyak
1
2
tersebut terdapat berbagai bentuk asam lemak yang berbeda-beda. Dengan
macam-macam asam lemak tersebut, diharapkan kita mampu membedakan
manakah yang termasuk asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Sedangkan
pada percobaan kedua kita akan menggunakan sampel lain yaitu deterjen B29
Disini kita hanya melihat buih-buih yang dihasilkan sebagai tingkat kemampuan
sabun tersebut mengikat kotoran atau minyak.
Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui cara pembuatan sabun (Minyak Zaitun dan Deterjen
B29).
- Untuk mengetahui daya kerja sabun (Minyak Zaitun dan Deterjen B29).
- Untuk mengetahui reaksi-reaksi pada proses saponifikasi ester (Minyak
Zaitun dan Deterjen B29).
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium
Biokimia Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Tanggal Percobaan Dimulai
27 Maret 2014
Tanggal Percobaan Selesai
27 Maret 2014
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan
bahan awal lemak dan basa. Nama lain dari reaksi saponifikasi adalah reaksi
penyabunan. Secara teknis, reaksi saponifikasi menghidrolisis trigliserida dengan
melibatkan basa (soda kausik NaOH). Trigliserida dapat berupa ester asam lemak
membentuk garam karboksilat. Dalam reaksi saponifikasi, minyak sayuran dan
lemak hewani merupakan bahan utamanya. Dengan menggunakan satu atau dua
tahap trigliserida dapat diubah menjadi sabun. Pada proses satu tahap, trigliserida
diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan
garam asam lemak dan gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan
cara pengendapan. Peristiwa ini disebut salting out oleh NaCl jenuh
(Ilmukimia, 2013).
Ester adalah turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya
diganti dengan gugus –OR dari alkohol. Ester mengandung gugus karbonil dan
satu ikatan eter dengan karbon karbonil. Ester karboksilat sederhana adalah
senyawa netral. Molekulnya polar tetapi tak dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan sesamanya. Senyawa ini kurang larut dalam air dan bertitik didih lebih
rendah dibanding asam karboksilat asalnya. Ester dapat berikatan hidrogen
dengan air. Ester dari asam dan alkohol yang berbobot molekul rendah, berbau
enak. Senyawa ini mudah menguap dari buah-buahan dan bebungaan, yang
mencirikan rasa atau buahnya. Banyak dari ester ini dapat disintesisi dan
digunakan untuk membuat cita rasa buatan pada makanan dan minuman
(Wilbraham, 1992).
3
4
Saponifikasi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida yang
menghasilkan pembebasan asam lemak dalam bentuk garam dan gliserol. Garam
dari asam lemak berantai panjang adalah sabun. Asam lemak berantai panjang
mempunyai gugus hidrofobik dibagian ekor dan gugus berkepala polar yang
hidrofilik. Pada konsentrasi tertentu dalam pelarut air, asam lemak ini membentuk
misel. Misel merupakan struktur bulat yang terdiri dari ratusan molekul garam
asam lemak. Misel dapat larut dalam air karena permulaan misel mengandung
gugus karboksilat oleh air sambil membawa kotoran dan lemak (Bresnick, 1987).
Hidrolisis ester dapat dilakukan dalam keadaan asam atau basa.
Perbedaannya hanya pada keadaan asam reaksinya timbal balik sedangkan pada
keadaan lebih cepat dibandingkan dengan air. Reaksi ini disebut Base-promoted.
Basanya bukanlah katalis karena pada reaksi basa habis bereaksi dalam prosesnya.
Hidrolisis ester dalam keadaan basa sering disebut dengan saponifikasi
(Wingrove, 1981).
Ester bereaksi dengan air dengan adanya asam mineral yang mmperbarui
alkohol dan asam karboksilat. Reaksi ini dinamakan hidrolisis ester. Mekanisme
hidrolisis ester adalah kebalikan dari langkah-langkah ketika ester dibentuk
dengan asam dan alkohol garam dari rantai panjang asam alifatik disebut sabun.
Reaksi basa ester sering disebut saponifikasi (Miller, 1980).
Semakin meningkatnya perkembangan teknologi, maka dewasa ini banyak
terdapat produk-produk dari suatu pabrik yang bermacam-macam bentuknya di
pasaran guna memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai contoh adalah banyaknya
produk-produk sabun yang muncul. Oleh karena itu sebagai alternatif baru limbah
padat industri kulit untuk bahan dasar pembuatan sabun bisa digunakan. Pada
4
5
prinsipnya sabun dihasilkan dari proses saponifikasi antara minyak atau lemak
dengan basa (biasanya KOH atau NaOH). Reaksi esterifikasi asam lemak bebas
minyak jarak pagar dengan katalis dan penambahan adsorben dimana semakin
tinggi persen volume asam oleat maka samakin kecil persen FFA pada akhir
reaksi. Pembuatan sabun cuci dari limbah padat industri kulit yang berupa
koyoran (kadar lemak 26,86%) dipengaruhi oleh adsorben bleaching clay
(Perwitasari, 2011).
Sabun merupakan campuran dari senyawa yang mengandung natrium atau
kalium dari berbagai jenis lemak alami. Minyak yang sering digunakan dalam
pembuatan sabun adalah minyak dari babi dan lemak hewani lainnya, dan juga
lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan sabun terdiri dari
pembersihan lemak dari segala kotoran yang ada didalamnya. Proses ini
dinamakan rendering. Untuk membersihkan lemak, seluruh jaringan daging harus
dibuang, lemak selanjutnya diletakkan ke dalam panci yang berisi 500cm3 air
suling. Lalu direbus sampai lemaknya meleleh. Selanjutnya didinginkan dan
dibiarkan selama satu malam. Keesokan harinya lemak telah memadat dan
membentuk 2 lapisan dimana lapisan atas adalah lemak bersih dan lapisan bawah
adalah lemak yang masih terkandung kotoran didalamnya (Warra, et. al., 2010).
Misel sabun, gugus dari molekul sabun yang rantainya saling tarik menarik
satu sama lain oleh gaya Van der Waals (gaya dispersi, gaya london, dan gaya
antar molekul yang lemah), mengelilingi partikel kotoran yang non polar, dengan
bagian kepala anion tertarik ke air disekelilingnya (Ausetute, 2011).
Ester membuat sebuah kelas senyawa organik yang merupakan produk
hasil reaksi alkohol dengan asam. Ada beberapa reaksi yang menghasilkan ester,
5
6
tetapi reaksi langsung dari alkohol dengan asam adalah yang paling umum dari
lainnya. Laju reaksi meningkat dengan adanya asam mineral. Reaksi sebaliknya
adalah hidrolisis. Hidrolisis ester dapat dilakukan sampai selesai dengan
penambahan basa untuk menetralkan asam dan mencegah reaksi esterifikasi.
Reaksi ini pada dasarnya digunakan untuk menguraikan ester menjadi alkohol dan
garam yang disebut saponifikasi (Brinkley, 1954).
Garam yang berasal dari asam-asam karboksilat rantai panjang disebut
sabun, dan cara ini merupakan proses pembuatan sabun. Penambahan NaCl pada
campuran akan menyebabkan sabun mengendap. Setelah sabun dipisahkan,
gliserol dapat diisolasi dengan cara distilasi. Sabun yang masih kotor biasanya
dimurnikan dengan beberapa cara. Sabun yang dihasilkan dapat ditambah dengan
pewangi/parfum (Sastroharmidjojo, 2009).
6
7
BAHAN DAN METODA
Bahan
- Minyak Zaitun
- Sabun B29
Reagensia
- Aquadest
- MgSO4 1 M (Magnesium sulfat)
- CaCl2 1 M (Kalsium klorida)
- Pb(NO3)2 1 M (Timbal (II) nitrat)
- NaOH 3 M (Natrium hidroksida)
- NaCl jenuh (Natrium klorida)
Alat
- Beaker glass - Kapas
- Gelas ukur - Pipet tetes panjang
- Tabung reaksi - Batang pengaduk
- Rak tabung reaksi - Penjepit tabung
- Botol aquadest - Tisu
- Bunsen - Masker
- Kaki tiga - Sarung tangan
- Kawat kasa - Korek api
- Spatula - Flanel
- Serbet - Pipet tetes pendek
7
8
Prosedur
1. Saponifikasi
- Dimasukkan 5 ml minyak kedalam beaker glass
- Dipanaskan 20 ml etanol absolute dan 15 ml NaOH 3 M
- Dipanaskan diatas bunsen hingga terbentuk endapan
- Didinginkan
- Ditambah 25 ml larutan NaCl jenuh
- Dipisahkan sabun dengan gliserol
2. Tes Uji
- Dimasukkan padatan kedalam empat tabung reaksi
- Ditambakan 3 ml aquades ke dalam masing-masing tabung reaksi
- Tabung I : ditambahkan Pb(NO3)2 1 M sebanyak 1 ml
- Tabung II : ditambakan MgSO4 1 M sebanyak 1 ml
- Tabung III : ditambahkan CaCl2 1 M sebanyak 1 ml
- Tabung IV : -
- Dikocok dan diamati buih yang terbentuk
- Dicatat hasilnya
8
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pas Bahan/Perlakuan Pengamatan
1 - Saponifikasi
- Minyak Jelantah Ada endapan, banyak endapan,
warna putih kekuningan
- Tes Uji
- Sabun Harmoni
- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih
- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih
- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih
2 - Saponifikasi
- Virgin Coconut Oil (VCO)
- Tes Uji
- Sabun Detol
- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih
- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih
- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih
3 - Saponifikasi
- Crude Palm Oil (CPO) Ada endapan, banyak endapan,
warna oranye
9
10
- Tes Uji
- Sabun Nuvo
- Tabung II Ada gas, banyak buih
- Tabung III Sedikit buih
- Tabung IV Ada gas, banyak buih
4 - Saponifikasi
- Minyak Kedelai Ada endapan, banyak endapan,
warna putih kekuningan
- Tes Uji
- Sabun Harmoni
- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih
- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih
- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih
5 - Saponifikasi
- Minyak Zaitun Ada endapan, banyak endapan,
warna putih kekuningan
- Tes Uji
- Sabun Harmoni
- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih
- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih
- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih
10
11
Reaksi
1. Reaksi Pembentukan
O
H2C – OH H2C – O – C – C17H33
HC – OH + C17H33 → HC – O – C – C17H33
H2C – OH O
H2C – O – C – C17H33
O
2. Saponifikasi
O
H2C – O – C – C17H33 H2COH
HC – O – C – C17H33 + 3NaOH → HCOH + 3C17H33CO2Na
O H2COH
H2C – O – C – C17H33
O
11
12
Pembahasan
Sabun dapat dibuat dengan cara saponifikasi (reaksi asam lemak dengan
NaOH/ KOH) dan reaksi asam lemak dengan metal/logam akan menghasilkan
metallic soap. Sabun juga dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow)
dan minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri rantai
hidrokarbon panjang (C12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.
Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa.
Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali
(NaOH, KOH). Atom oksigen mengikat natrium yang berasal dari natrium
hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air.
Trigliserida biasanya disebut juga fat atau lemak jika berbentuk padat pada
suhu kamar dan disebut minyak pada suhu kamar jika berbentuk cair. Trigliserida
tidak larut dalam air, hal ini dapat dibuktikan bila mencampurkan air dan minyak
akan terlihat keduanya tidak akan bercampur.
Sabun disebut natrium stearat dengan rumus kimia C17H35COO-Na+ dan
merupakan hidrokarbon rantai panjang dengan 10 sampai 20 atom karbon. Lemak
dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak yang
berbeda. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh
dengan menambahkan atom hidrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam
lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh
kelembutan pada sabun yang dibuat.
Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu pada temperatur
kamar lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair, gliserida pada
hewan berupa lemak dan gliserida pada tumbuhan berupa minyak. Komponen
12
13
minyak memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak dan komponen lemak
memiliki asam lemak jenuh lebih banyak.
Berdasarkan bentuknya, sabun dapat dibagi menjadi:
1. Sabun Cair
- Dibuat dari minyak kelapa
- Alkali yang digunakan: KOH
- Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2. Sabun Lunak
- Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan
yang tidak jernih
- Alkali yang digunakan: KOH
- Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3. Sabun Keras
- Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan
dengan proses hidrogenasi
- Alkali yang digunakan: NaOH
- Sukar larut dalam air
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, sabun dapat dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu:
1. Sabun biasa (mengandung nilai pH yang tinggi dan tidak cocok digunakan
untuk perawatan kulit)
2. Sabun gliserin (berfungsi untuk kelembaban kulit dan cocok untuk kulit kering
dan berminyak)
3. Sabun berpelembab (berfungsi untuk melembabkan tubuh dan wajah)
13
14
4. Sabun antibakteri (mengandung bahan kimia triclosan dan tidak boleh
digunakan sembarangan, hanya cocok untuk kulit yang bermasalah)
Asam lemak diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh :
1. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan ganda
antara 2 atom karbon. Titik lebur lemak jenuh tinggi. Contoh asam lemak
jenuh adalah asam butirat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam
palmitat dan asam searat.
2. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rantai ganda
antara 2 atom karbon, serta memiliki titik lebur yang relatif rendah.
Contohnya adalah asam palmitoleat, asam oleat, dan asam linoleat.
Sifat asam lemak jenuh:
1. Bersifat non esensial
2. Dapat disintesis oleh tubuh
3. Padat pada suhu kamar
4. Tidak ada ikatan rangkap
Sifat asam lemak tidak jenuh:
1. Bersifat esensial
2. Tidak dapat diproduksi tubuh
3. Cair pada suhu kamar
4. Diperoleh dari sumber, zat nabati, contohnya minyak goreng
5. Memiliki ikatan rangkap
Metode pembuatan sabun adalah dengan proses dingin dan panas. Proses
dingin cocok untuk pembuatan skala rumah tangga, menghasilkan sabun padat
14
15
yang mempertahankan gliserin dan proses panas lebih cocok untuk penyiapan
laboratorium atau industrial, menghasilkan serbuk kimia yang murni melalui
produksi dan mempercepat bahan terpisah.
Pada minyak jelantah, terdapat asam lemak alkanoat yang merupakan
golongan senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsional –COOH terikat
langsung sehingga rumus molekulnya ialah R-COOH. Pada minyak VCO terdapat
asam laurat yaitu suatu asam lemak rantai sedang. Pada minyak kedelai asam
lemak yaitu asam lemak linoleat dan asam lemak ini berguna bagi kesehatan
jantung. Pada minyak CPO mengandung asam lemak: asam palmitat, laurat dan
kaproat.
Untuk menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan reaksi dari
saponifikasi adalah:
C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3
Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak dengan alkali dengan
mengunakan steam terbuka.
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan
alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga
sering disebut esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat
balik (reversible).
O ║
RCO + R’OH ↔ RCOR’ + H2O
Asam karboksilat Alkohol Ester
Lipid adalah segolongan zat hayati yang tidak larut dalam air tapi larut
dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adalah pelarut organik yang nonpolar. Pelarut
15
16
nonpolar seperti: Kloroform (CHCl3), dietil eter (C3H5OC2H5), heksana,
iso-heksana (C6H14), heptana dan iso-heptana (C7H16).
Fungsi dari lipid, yaitu:
1. Sebagai sumber energi bagi makhluk hidup
2. Sebagai aktivator enzim
3. Sebagai pembangun membran sel
4. Sebagai komponen sistem pengangkutan elekron
5. Sebagai substrat untuk berbagai reaksi enzimatis
6. Sebagai pembawa gugus glilosil
7. Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K
8. Sebagai sumber lemak asam esensial. Contohnya adalah omega 3, omega 6,
omega 9, golongan asam lemak oleat, dan juga linoleat.
Sabun adalah garam alkali dari rantai panjang asam lemak. Rumus
molekul sabun: (asam lemak) R-COOH + Na → (sabun) R-COONa
Rumus struktur:
Sifat-sifat sabun, yaitu:
1. Mencuci dengan baik dalam air
16
17
2. Dapat diuraikan oleh mikorganisme
3. Jarang menyebabkan kerusakan (alergi) kulit.
Mekanisme pengangkatan kotoran oleh sabun, sabun membersihkan juga
memodifikasi tegangan permukaan air emulgator dan suspensi kotoran ketika
sabun digunakan membersihkan lemak atau kotoran, ujung dari sabun (non polar)
akan melarutkan lemak non polar dan minyak yang bersama kotoran, dimana
setiap sabun mempunyai sifat hidrofilik dan hidrofobik. Hidrofilik adalah zat yang
dapat dilarutkan air, sedangkan hidrofobik adalah zat-zat yang tidak dapat larut
dilarutkan dalam air tetapi dapat larut dalam minyak. Sedangkan deterjen
merupakan salah satu bahan yang mengaplikasikan pengetahuan hidrofilik dan
hidrofobik.
Mekanisme hidrolisis basa, mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa
melibatkan reaksi kesetimbangan anion hidroksida menyerang gugus karbonil
ester. Produk intermediet disebut dengan ortoester.
Asam karboksilat adalah golongan asam organik alifatik yang memiliki
gugus karboksil (biasa dilambangkan dnegan –COOH). Semua asam karboksilat
adalah asam lemah. Dalam pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan
melepas atom hidrogen menjadi ion H+.
Faktor-faktor penyebab kerusakan minyak:
1. Suhu, dapat menyebabkan meningkatnya kecepatan reaksi.
2. Reaksi hidrofilik menghasilkan asam lemak bebas & gliserol
3. Oksigen (oksidasi) menghasilkan peroksida
4. Logam Cu, Zn, Pt, bertindak sebagai inisiator/aktivator dari proses oksidasi.
Proses saponifikasi terdiri dari 2 cara, yaitu:
17
18
1. Saponifikasi trigliserida langsung
Langkah pertama dari proses ini adalah pembentukan sabun transparan
dimana trigliserida, basa kalium yang dipanaskan dalam tangki saponifikasi
diaduk pada suhu 80o dan tekanan 1 atm.
2. Saponifikasi metil ester asam lemah
Pemisahan tersebut dengan gliserin dilakukan melaui proses destilasi.
Kemudian direaksikan dengan soda kaustik didalam sebuah reaktan alir turbulen
pada suhu 121oC sehingga dihasilkan produk sabun.
Asam oleat atau asam Z-∆9-oktadekenoat merupakan asam lemak tak
jenuh yang banyak terkandung dalam minyak zaitun, kurang lebih sekitar 55-80%.
Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap diantara atom C ke
9 atau 10. Asam ini memiliki aroma yang khas yang tidak larut dalam air. Asam
lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau
kuning kecoklatan. Rumus kimianya adalah CH3(CH2)7CHCH(CH2)7COOH
Rumus molekul : C18H34O2
Berat molekul : 282,46 gr/mol
Titik didih : 360o
Titik lebur : 13-14oC
Ester memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. Sifat fisis
- Lebih polar dari ester tetapi kurang polar bila dibandingkan dengan
alkohol.
- Semakin panjang rantainya, ester semakin tidak larut dalam air.
2. Sifat kimia
18
19
- Dapat mengalami hidrolisis
- Dapat mengalami reaksi penyabunan
Pada percobaan saponifikasi ester, didapatkan suatu hasil dengan
menggunakan sebanyak 5ml minyak zaitun + 20ml etanol yang digunakan sebagai
pelarut yang direaksikan NaOH. Proses pembuatan sabun dilakukan dengan
pemanasan yang menghasilkan sabun dan substrat sampingnya gliserol. Hal ini
sesuai dengan literatur yang terdapat pada buku Wingrove and Caret (1881).
Organic Chemistry, yang menyatakan “hasil dari pembuatan sabun adalah sabun
dan gliserol.”
Rumus kimia deterjen:
Bersifat basa
R – C – O + H2O → R – C – OH + OH-
Rumus struktur deterjen:
KESIMPULAN
19
20
1. Sabun disebut dengan sodium stearat dengan hidrokarbon rantai panjang yaitu
sampai 10 sam 20 atom karbon. Lemak dan minyak yang digunakan untuk
membuat sabun yang terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda.
2. Saponifikasi melibatkan ikatan ester gliserida yang menghasilkan pembebasan
asam lemak dalam bentuk garam dan gliserol. Dalam proses saponifikasi akan
dihasilkan sabun dan gliserin.
3. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl
yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
4. Pada tahap pertama percobaan yaitu saponifikasi didapatkan hasil percobaan
melalui minyak jelantah VCO, CPO, minyak zaitun dan minyak kedelai ada
dan tidaknya endapan dilihat dari terbentuknya lapisan atas dan bawah.
5. Lemak terbentuk oleh triester dari gliserol yang disebut gliserida atau lebih
tepatnya trigliserida. Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang
sebagai hasil kondensasi dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul air
dan satu molekul trigliserida.
6. Dari hasil percobaan terhadap saponifikasi dengan berbagai minyak yang diuji
ada jenis minyak yang tidak memiliki endapan yaitu minyak kedelai dan
minyak zaitun.
7. Jumlah asam lemak tak jenuh dalam proses saponifikasi (pembuatan sabun)
akan memberikan pengaruh terhadap kelembutan pada sabun yang dibuat.
8. Dari data hasil percobaan melalui proses saponifikasi tidak terdapat endapan
pada minyak zaitun. Pada tes uji sampel dengan deterjen B29 tidak ada gas
20
21
yang muncul pada tabung ke IV. Hal ini terjadi karena adanya penambahan
NaCl pada campuran.
9. Metode pembuatan sabun dilakukan dengan proses dingin dan panas. Proses
dingin cocok untuk pembuatan skala rumah tangga, menghasilkan sabun padat
yang mempertahankan gliserin dan proses panas lebih cocok untuk penyiapan
laboratorium atau industrial, menghasilkan serbuk kimia yang murni melalui
produksi dan mempercepat bahan terpisah.
10. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh dengan
menambahkan atom hidrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam lemak
yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh
kelembutan pada sabun yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
21
22
Ausetute, 2011. Cleaning Action of Soap. http://www.Ausetute.com.au (25 Maret 2014).
Bresnick, S. D., 2004. Intisari Kimia Organik. Penerjemah: H. Kotong. Hipokrates, Jakarta.
Brinkley, S. R., 1954. Principles of General Chemistry. The Macmillan Company, New York.
Ilmu Kimia, 2013. Pengertian Saponifikasi. http://www.ilmukimia.org (25 Maret 2014).
Miller, B., 1980. Organics Chemistry: The Basis of Life. The Benjamins/Cumming Publishing Company, California.
Perwitasari, D. S., 2011. Pemanfaatan Limbah Industri Kulit Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sabun. 5(2): 425.
Sastroharmidjojo, H., 2009. Kimia Organik: Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Warra, A. A., L. G. Hasan, S. Y. Guru and S. A. Jega, 2010. Cold Process Synthesis and Properties of Soaps Prepared From Different Triacyglycerol Sources. 18(2): 315-321.
Wilbraham, A. C. And M. S. Matta, 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB-Press, Bandung.
Wingrove, A. S. And R. L. Caret, 1981. Organic Chemistry. Harper & Row Publishers, New York.
22