Laporan Saponifikasi

32
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sabun seperti yang kita ketahui berasal dari reaksi saponifikasi yatu reaksi hidrolisis asam lemak dengan salah satu basa kuat misalnya NaOH. Saponifikasi antara salah satu asam lemak misalnya trigliserida dengan basa kuat NaOH akan menghasilkan sabun dengan gliserol. Didalam proses saponifikasi terdapat juga Saponification Value atau SAP yang merupakan suatu nilai yang biasanya menunjukkan berapa banyak basa kuat yang dibutuhkan untuk bisa mereaksikan lemak atau minyak secara sempurna. Sabun dapat berasal dari lemak atau minyak. Lemak mempunyai arti suatu zat yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan minyak dapat mempunyai 2 pengertian. Bila digunakan bersama-sama dengan kata lemak maka dapat diartikan bahwa zat tersebut adalah lemak, kecuali bila ia merupakan bentuk cairan yang sempurna pada suhu 1

description

Saponifikasi atau Saponification

Transcript of Laporan Saponifikasi

Page 1: Laporan Saponifikasi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sabun seperti yang kita ketahui berasal dari reaksi saponifikasi yatu reaksi

hidrolisis asam lemak dengan salah satu basa kuat misalnya NaOH. Saponifikasi

antara salah satu asam lemak misalnya trigliserida dengan basa kuat NaOH akan

menghasilkan sabun dengan gliserol. Didalam proses saponifikasi terdapat juga

Saponification Value atau SAP yang merupakan suatu nilai yang biasanya

menunjukkan berapa banyak basa kuat yang dibutuhkan untuk bisa mereaksikan

lemak atau minyak secara sempurna.

Sabun dapat berasal dari lemak atau minyak. Lemak mempunyai arti suatu

zat yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang.

Sedangkan minyak dapat mempunyai 2 pengertian. Bila digunakan bersama-sama

dengan kata lemak maka dapat diartikan bahwa zat tersebut adalah lemak, kecuali

bila ia merupakan bentuk cairan yang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut

minyak. Minyak sendiri dapat dibedakan secara fundamental dari berbagai cairan

lain seperti minyak tambang dan minyak atsiri. Minyak sering juga disebut asam

lemak.

Pada percobaan saponifikasi ester ini, kita akan melakukan 2 bentuk

percobaan yaitu, pertama dengan percobaan membuat sabun (melakukan reaksi

saponifikasi) dan yang kedua adalah melakukan tes uji terhadap sabun yang

ditandai dengan adanya buih-buih pada sabun tersebut. Pada percobaan pertama

kita akan menggunakan berbagai sampel yaitu minyak VCO, minyak jelantah,

minyak CPO, minyak kedelai, dan minyak zaitun dimana dalam minyak-minyak

1

Page 2: Laporan Saponifikasi

2

tersebut terdapat berbagai bentuk asam lemak yang berbeda-beda. Dengan

macam-macam asam lemak tersebut, diharapkan kita mampu membedakan

manakah yang termasuk asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Sedangkan

pada percobaan kedua kita akan menggunakan sampel lain yaitu deterjen B29

Disini kita hanya melihat buih-buih yang dihasilkan sebagai tingkat kemampuan

sabun tersebut mengikat kotoran atau minyak.

Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui cara pembuatan sabun (Minyak Zaitun dan Deterjen

B29).

- Untuk mengetahui daya kerja sabun (Minyak Zaitun dan Deterjen B29).

- Untuk mengetahui reaksi-reaksi pada proses saponifikasi ester (Minyak

Zaitun dan Deterjen B29).

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium

Biokimia Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Tanggal Percobaan Dimulai

27 Maret 2014

Tanggal Percobaan Selesai

27 Maret 2014

2

Page 3: Laporan Saponifikasi

3

TINJAUAN PUSTAKA

Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan

bahan awal lemak dan basa. Nama lain dari reaksi saponifikasi adalah reaksi

penyabunan. Secara teknis, reaksi saponifikasi menghidrolisis trigliserida dengan

melibatkan basa (soda kausik NaOH). Trigliserida dapat berupa ester asam lemak

membentuk garam karboksilat. Dalam reaksi saponifikasi, minyak sayuran dan

lemak hewani merupakan bahan utamanya. Dengan menggunakan satu atau dua

tahap trigliserida dapat diubah menjadi sabun. Pada proses satu tahap, trigliserida

diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan

garam asam lemak dan gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan

cara pengendapan. Peristiwa ini disebut salting out oleh NaCl jenuh

(Ilmukimia, 2013).

Ester adalah turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya

diganti dengan gugus –OR dari alkohol. Ester mengandung gugus karbonil dan

satu ikatan eter dengan karbon karbonil. Ester karboksilat sederhana adalah

senyawa netral. Molekulnya polar tetapi tak dapat membentuk ikatan hidrogen

dengan sesamanya. Senyawa ini kurang larut dalam air dan bertitik didih lebih

rendah dibanding asam karboksilat asalnya. Ester dapat berikatan hidrogen

dengan air. Ester dari asam dan alkohol yang berbobot molekul rendah, berbau

enak. Senyawa ini mudah menguap dari buah-buahan dan bebungaan, yang

mencirikan rasa atau buahnya. Banyak dari ester ini dapat disintesisi dan

digunakan untuk membuat cita rasa buatan pada makanan dan minuman

(Wilbraham, 1992).

3

Page 4: Laporan Saponifikasi

4

Saponifikasi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida yang

menghasilkan pembebasan asam lemak dalam bentuk garam dan gliserol. Garam

dari asam lemak berantai panjang adalah sabun. Asam lemak berantai panjang

mempunyai gugus hidrofobik dibagian ekor dan gugus berkepala polar yang

hidrofilik. Pada konsentrasi tertentu dalam pelarut air, asam lemak ini membentuk

misel. Misel merupakan struktur bulat yang terdiri dari ratusan molekul garam

asam lemak. Misel dapat larut dalam air karena permulaan misel mengandung

gugus karboksilat oleh air sambil membawa kotoran dan lemak (Bresnick, 1987).

Hidrolisis ester dapat dilakukan dalam keadaan asam atau basa.

Perbedaannya hanya pada keadaan asam reaksinya timbal balik sedangkan pada

keadaan lebih cepat dibandingkan dengan air. Reaksi ini disebut Base-promoted.

Basanya bukanlah katalis karena pada reaksi basa habis bereaksi dalam prosesnya.

Hidrolisis ester dalam keadaan basa sering disebut dengan saponifikasi

(Wingrove, 1981).

Ester bereaksi dengan air dengan adanya asam mineral yang mmperbarui

alkohol dan asam karboksilat. Reaksi ini dinamakan hidrolisis ester. Mekanisme

hidrolisis ester adalah kebalikan dari langkah-langkah ketika ester dibentuk

dengan asam dan alkohol garam dari rantai panjang asam alifatik disebut sabun.

Reaksi basa ester sering disebut saponifikasi (Miller, 1980).

Semakin meningkatnya perkembangan teknologi, maka dewasa ini banyak

terdapat produk-produk dari suatu pabrik yang bermacam-macam bentuknya di

pasaran guna memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai contoh adalah banyaknya

produk-produk sabun yang muncul. Oleh karena itu sebagai alternatif baru limbah

padat industri kulit untuk bahan dasar pembuatan sabun bisa digunakan. Pada

4

Page 5: Laporan Saponifikasi

5

prinsipnya sabun dihasilkan dari proses saponifikasi antara minyak atau lemak

dengan basa (biasanya KOH atau NaOH). Reaksi esterifikasi asam lemak bebas

minyak jarak pagar dengan katalis dan penambahan adsorben dimana semakin

tinggi persen volume asam oleat maka samakin kecil persen FFA pada akhir

reaksi. Pembuatan sabun cuci dari limbah padat industri kulit yang berupa

koyoran (kadar lemak 26,86%) dipengaruhi oleh adsorben bleaching clay

(Perwitasari, 2011).

Sabun merupakan campuran dari senyawa yang mengandung natrium atau

kalium dari berbagai jenis lemak alami. Minyak yang sering digunakan dalam

pembuatan sabun adalah minyak dari babi dan lemak hewani lainnya, dan juga

lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan sabun terdiri dari

pembersihan lemak dari segala kotoran yang ada didalamnya. Proses ini

dinamakan rendering. Untuk membersihkan lemak, seluruh jaringan daging harus

dibuang, lemak selanjutnya diletakkan ke dalam panci yang berisi 500cm3 air

suling. Lalu direbus sampai lemaknya meleleh. Selanjutnya didinginkan dan

dibiarkan selama satu malam. Keesokan harinya lemak telah memadat dan

membentuk 2 lapisan dimana lapisan atas adalah lemak bersih dan lapisan bawah

adalah lemak yang masih terkandung kotoran didalamnya (Warra, et. al., 2010).

Misel sabun, gugus dari molekul sabun yang rantainya saling tarik menarik

satu sama lain oleh gaya Van der Waals (gaya dispersi, gaya london, dan gaya

antar molekul yang lemah), mengelilingi partikel kotoran yang non polar, dengan

bagian kepala anion tertarik ke air disekelilingnya (Ausetute, 2011).

Ester membuat sebuah kelas senyawa organik yang merupakan produk

hasil reaksi alkohol dengan asam. Ada beberapa reaksi yang menghasilkan ester,

5

Page 6: Laporan Saponifikasi

6

tetapi reaksi langsung dari alkohol dengan asam adalah yang paling umum dari

lainnya. Laju reaksi meningkat dengan adanya asam mineral. Reaksi sebaliknya

adalah hidrolisis. Hidrolisis ester dapat dilakukan sampai selesai dengan

penambahan basa untuk menetralkan asam dan mencegah reaksi esterifikasi.

Reaksi ini pada dasarnya digunakan untuk menguraikan ester menjadi alkohol dan

garam yang disebut saponifikasi (Brinkley, 1954).

Garam yang berasal dari asam-asam karboksilat rantai panjang disebut

sabun, dan cara ini merupakan proses pembuatan sabun. Penambahan NaCl pada

campuran akan menyebabkan sabun mengendap. Setelah sabun dipisahkan,

gliserol dapat diisolasi dengan cara distilasi. Sabun yang masih kotor biasanya

dimurnikan dengan beberapa cara. Sabun yang dihasilkan dapat ditambah dengan

pewangi/parfum (Sastroharmidjojo, 2009).

6

Page 7: Laporan Saponifikasi

7

BAHAN DAN METODA

Bahan

- Minyak Zaitun

- Sabun B29

Reagensia

- Aquadest

- MgSO4 1 M (Magnesium sulfat)

- CaCl2 1 M (Kalsium klorida)

- Pb(NO3)2 1 M (Timbal (II) nitrat)

- NaOH 3 M (Natrium hidroksida)

- NaCl jenuh (Natrium klorida)

Alat

- Beaker glass - Kapas

- Gelas ukur - Pipet tetes panjang

- Tabung reaksi - Batang pengaduk

- Rak tabung reaksi - Penjepit tabung

- Botol aquadest - Tisu

- Bunsen - Masker

- Kaki tiga - Sarung tangan

- Kawat kasa - Korek api

- Spatula - Flanel

- Serbet - Pipet tetes pendek

7

Page 8: Laporan Saponifikasi

8

Prosedur

1. Saponifikasi

- Dimasukkan 5 ml minyak kedalam beaker glass

- Dipanaskan 20 ml etanol absolute dan 15 ml NaOH 3 M

- Dipanaskan diatas bunsen hingga terbentuk endapan

- Didinginkan

- Ditambah 25 ml larutan NaCl jenuh

- Dipisahkan sabun dengan gliserol

2. Tes Uji

- Dimasukkan padatan kedalam empat tabung reaksi

- Ditambakan 3 ml aquades ke dalam masing-masing tabung reaksi

- Tabung I : ditambahkan Pb(NO3)2 1 M sebanyak 1 ml

- Tabung II : ditambakan MgSO4 1 M sebanyak 1 ml

- Tabung III : ditambahkan CaCl2 1 M sebanyak 1 ml

- Tabung IV : -

- Dikocok dan diamati buih yang terbentuk

- Dicatat hasilnya

8

Page 9: Laporan Saponifikasi

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pas Bahan/Perlakuan Pengamatan

1 - Saponifikasi

- Minyak Jelantah Ada endapan, banyak endapan,

warna putih kekuningan

- Tes Uji

- Sabun Harmoni

- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih

- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih

- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih

2 - Saponifikasi

- Virgin Coconut Oil (VCO)

- Tes Uji

- Sabun Detol

- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih

- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih

- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih

3 - Saponifikasi

- Crude Palm Oil (CPO) Ada endapan, banyak endapan,

warna oranye

9

Page 10: Laporan Saponifikasi

10

- Tes Uji

- Sabun Nuvo

- Tabung II Ada gas, banyak buih

- Tabung III Sedikit buih

- Tabung IV Ada gas, banyak buih

4 - Saponifikasi

- Minyak Kedelai Ada endapan, banyak endapan,

warna putih kekuningan

- Tes Uji

- Sabun Harmoni

- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih

- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih

- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih

5 - Saponifikasi

- Minyak Zaitun Ada endapan, banyak endapan,

warna putih kekuningan

- Tes Uji

- Sabun Harmoni

- Tabung II Tidak ada gas, sedikit buih

- Tabung III Tidak ada gas, banyak buih

- Tabung IV Tidak ada gas, banyak buih

10

Page 11: Laporan Saponifikasi

11

Reaksi

1. Reaksi Pembentukan

O

H2C – OH H2C – O – C – C17H33

HC – OH + C17H33 → HC – O – C – C17H33

H2C – OH O

H2C – O – C – C17H33

O

2. Saponifikasi

O

H2C – O – C – C17H33 H2COH

HC – O – C – C17H33 + 3NaOH → HCOH + 3C17H33CO2Na

O H2COH

H2C – O – C – C17H33

O

11

Page 12: Laporan Saponifikasi

12

Pembahasan

Sabun dapat dibuat dengan cara saponifikasi (reaksi asam lemak dengan

NaOH/ KOH) dan reaksi asam lemak dengan metal/logam akan menghasilkan

metallic soap. Sabun juga dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow)

dan minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri rantai

hidrokarbon panjang (C12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.

Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa.

Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali

(NaOH, KOH). Atom oksigen mengikat natrium yang berasal dari natrium

hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air.

Trigliserida biasanya disebut juga fat atau lemak jika berbentuk padat pada

suhu kamar dan disebut minyak pada suhu kamar jika berbentuk cair. Trigliserida

tidak larut dalam air, hal ini dapat dibuktikan bila mencampurkan air dan minyak

akan terlihat keduanya tidak akan bercampur.

Sabun disebut natrium stearat dengan rumus kimia C17H35COO-Na+ dan

merupakan hidrokarbon rantai panjang dengan 10 sampai 20 atom karbon. Lemak

dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak yang

berbeda. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh

dengan menambahkan atom hidrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam

lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh

kelembutan pada sabun yang dibuat.

Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu pada temperatur

kamar lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair, gliserida pada

hewan berupa lemak dan gliserida pada tumbuhan berupa minyak. Komponen

12

Page 13: Laporan Saponifikasi

13

minyak memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak dan komponen lemak

memiliki asam lemak jenuh lebih banyak.

Berdasarkan bentuknya, sabun dapat dibagi menjadi:

1. Sabun Cair

- Dibuat dari minyak kelapa

- Alkali yang digunakan: KOH

- Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar

2. Sabun Lunak

- Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan

yang tidak jernih

- Alkali yang digunakan: KOH

- Bentuk pasta dan mudah larut dalam air

3. Sabun Keras

- Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan

dengan proses hidrogenasi

- Alkali yang digunakan: NaOH

- Sukar larut dalam air

Berdasarkan bentuk dan fungsinya, sabun dapat dibagi menjadi 4 jenis,

yaitu:

1. Sabun biasa (mengandung nilai pH yang tinggi dan tidak cocok digunakan

untuk perawatan kulit)

2. Sabun gliserin (berfungsi untuk kelembaban kulit dan cocok untuk kulit kering

dan berminyak)

3. Sabun berpelembab (berfungsi untuk melembabkan tubuh dan wajah)

13

Page 14: Laporan Saponifikasi

14

4. Sabun antibakteri (mengandung bahan kimia triclosan dan tidak boleh

digunakan sembarangan, hanya cocok untuk kulit yang bermasalah)

Asam lemak diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asam lemak jenuh dan

asam lemak tidak jenuh :

1. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan ganda

antara 2 atom karbon. Titik lebur lemak jenuh tinggi. Contoh asam lemak

jenuh adalah asam butirat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam

palmitat dan asam searat.

2. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rantai ganda

antara 2 atom karbon, serta memiliki titik lebur yang relatif rendah.

Contohnya adalah asam palmitoleat, asam oleat, dan asam linoleat.

Sifat asam lemak jenuh:

1. Bersifat non esensial

2. Dapat disintesis oleh tubuh

3. Padat pada suhu kamar

4. Tidak ada ikatan rangkap

Sifat asam lemak tidak jenuh:

1. Bersifat esensial

2. Tidak dapat diproduksi tubuh

3. Cair pada suhu kamar

4. Diperoleh dari sumber, zat nabati, contohnya minyak goreng

5. Memiliki ikatan rangkap

Metode pembuatan sabun adalah dengan proses dingin dan panas. Proses

dingin cocok untuk pembuatan skala rumah tangga, menghasilkan sabun padat

14

Page 15: Laporan Saponifikasi

15

yang mempertahankan gliserin dan proses panas lebih cocok untuk penyiapan

laboratorium atau industrial, menghasilkan serbuk kimia yang murni melalui

produksi dan mempercepat bahan terpisah.

Pada minyak jelantah, terdapat asam lemak alkanoat yang merupakan

golongan senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsional –COOH terikat

langsung sehingga rumus molekulnya ialah R-COOH. Pada minyak VCO terdapat

asam laurat yaitu suatu asam lemak rantai sedang. Pada minyak kedelai asam

lemak yaitu asam lemak linoleat dan asam lemak ini berguna bagi kesehatan

jantung. Pada minyak CPO mengandung asam lemak: asam palmitat, laurat dan

kaproat.

Untuk menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan reaksi dari

saponifikasi adalah:

C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3

Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak dengan alkali dengan

mengunakan steam terbuka.

Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan

alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga

sering disebut esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat

balik (reversible).

O ║

RCO + R’OH ↔ RCOR’ + H2O

Asam karboksilat Alkohol Ester

Lipid adalah segolongan zat hayati yang tidak larut dalam air tapi larut

dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adalah pelarut organik yang nonpolar. Pelarut

15

Page 16: Laporan Saponifikasi

16

nonpolar seperti: Kloroform (CHCl3), dietil eter (C3H5OC2H5), heksana,

iso-heksana (C6H14), heptana dan iso-heptana (C7H16).

Fungsi dari lipid, yaitu:

1. Sebagai sumber energi bagi makhluk hidup

2. Sebagai aktivator enzim

3. Sebagai pembangun membran sel

4. Sebagai komponen sistem pengangkutan elekron

5. Sebagai substrat untuk berbagai reaksi enzimatis

6. Sebagai pembawa gugus glilosil

7. Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K

8. Sebagai sumber lemak asam esensial. Contohnya adalah omega 3, omega 6,

omega 9, golongan asam lemak oleat, dan juga linoleat.

Sabun adalah garam alkali dari rantai panjang asam lemak. Rumus

molekul sabun: (asam lemak) R-COOH + Na → (sabun) R-COONa

Rumus struktur:

Sifat-sifat sabun, yaitu:

1. Mencuci dengan baik dalam air

16

Page 17: Laporan Saponifikasi

17

2. Dapat diuraikan oleh mikorganisme

3. Jarang menyebabkan kerusakan (alergi) kulit.

Mekanisme pengangkatan kotoran oleh sabun, sabun membersihkan juga

memodifikasi tegangan permukaan air emulgator dan suspensi kotoran ketika

sabun digunakan membersihkan lemak atau kotoran, ujung dari sabun (non polar)

akan melarutkan lemak non polar dan minyak yang bersama kotoran, dimana

setiap sabun mempunyai sifat hidrofilik dan hidrofobik. Hidrofilik adalah zat yang

dapat dilarutkan air, sedangkan hidrofobik adalah zat-zat yang tidak dapat larut

dilarutkan dalam air tetapi dapat larut dalam minyak. Sedangkan deterjen

merupakan salah satu bahan yang mengaplikasikan pengetahuan hidrofilik dan

hidrofobik.

Mekanisme hidrolisis basa, mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa

melibatkan reaksi kesetimbangan anion hidroksida menyerang gugus karbonil

ester. Produk intermediet disebut dengan ortoester.

Asam karboksilat adalah golongan asam organik alifatik yang memiliki

gugus karboksil (biasa dilambangkan dnegan –COOH). Semua asam karboksilat

adalah asam lemah. Dalam pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan

melepas atom hidrogen menjadi ion H+.

Faktor-faktor penyebab kerusakan minyak:

1. Suhu, dapat menyebabkan meningkatnya kecepatan reaksi.

2. Reaksi hidrofilik menghasilkan asam lemak bebas & gliserol

3. Oksigen (oksidasi) menghasilkan peroksida

4. Logam Cu, Zn, Pt, bertindak sebagai inisiator/aktivator dari proses oksidasi.

Proses saponifikasi terdiri dari 2 cara, yaitu:

17

Page 18: Laporan Saponifikasi

18

1. Saponifikasi trigliserida langsung

Langkah pertama dari proses ini adalah pembentukan sabun transparan

dimana trigliserida, basa kalium yang dipanaskan dalam tangki saponifikasi

diaduk pada suhu 80o dan tekanan 1 atm.

2. Saponifikasi metil ester asam lemah

Pemisahan tersebut dengan gliserin dilakukan melaui proses destilasi.

Kemudian direaksikan dengan soda kaustik didalam sebuah reaktan alir turbulen

pada suhu 121oC sehingga dihasilkan produk sabun.

Asam oleat atau asam Z-∆9-oktadekenoat merupakan asam lemak tak

jenuh yang banyak terkandung dalam minyak zaitun, kurang lebih sekitar 55-80%.

Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap diantara atom C ke

9 atau 10. Asam ini memiliki aroma yang khas yang tidak larut dalam air. Asam

lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau

kuning kecoklatan. Rumus kimianya adalah CH3(CH2)7CHCH(CH2)7COOH

Rumus molekul : C18H34O2

Berat molekul : 282,46 gr/mol

Titik didih : 360o

Titik lebur : 13-14oC

Ester memiliki beberapa sifat, yaitu:

1. Sifat fisis

- Lebih polar dari ester tetapi kurang polar bila dibandingkan dengan

alkohol.

- Semakin panjang rantainya, ester semakin tidak larut dalam air.

2. Sifat kimia

18

Page 19: Laporan Saponifikasi

19

- Dapat mengalami hidrolisis

- Dapat mengalami reaksi penyabunan

Pada percobaan saponifikasi ester, didapatkan suatu hasil dengan

menggunakan sebanyak 5ml minyak zaitun + 20ml etanol yang digunakan sebagai

pelarut yang direaksikan NaOH. Proses pembuatan sabun dilakukan dengan

pemanasan yang menghasilkan sabun dan substrat sampingnya gliserol. Hal ini

sesuai dengan literatur yang terdapat pada buku Wingrove and Caret (1881).

Organic Chemistry, yang menyatakan “hasil dari pembuatan sabun adalah sabun

dan gliserol.”

Rumus kimia deterjen:

Bersifat basa

R – C – O + H2O → R – C – OH + OH-

Rumus struktur deterjen:

KESIMPULAN

19

Page 20: Laporan Saponifikasi

20

1. Sabun disebut dengan sodium stearat dengan hidrokarbon rantai panjang yaitu

sampai 10 sam 20 atom karbon. Lemak dan minyak yang digunakan untuk

membuat sabun yang terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda.

2. Saponifikasi melibatkan ikatan ester gliserida yang menghasilkan pembebasan

asam lemak dalam bentuk garam dan gliserol. Dalam proses saponifikasi akan

dihasilkan sabun dan gliserin.

3. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl

yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl

digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.

4. Pada tahap pertama percobaan yaitu saponifikasi didapatkan hasil percobaan

melalui minyak jelantah VCO, CPO, minyak zaitun dan minyak kedelai ada

dan tidaknya endapan dilihat dari terbentuknya lapisan atas dan bawah.

5. Lemak terbentuk oleh triester dari gliserol yang disebut gliserida atau lebih

tepatnya trigliserida. Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang

sebagai hasil kondensasi dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul air

dan satu molekul trigliserida.

6. Dari hasil percobaan terhadap saponifikasi dengan berbagai minyak yang diuji

ada jenis minyak yang tidak memiliki endapan yaitu minyak kedelai dan

minyak zaitun.

7. Jumlah asam lemak tak jenuh dalam proses saponifikasi (pembuatan sabun)

akan memberikan pengaruh terhadap kelembutan pada sabun yang dibuat.

8. Dari data hasil percobaan melalui proses saponifikasi tidak terdapat endapan

pada minyak zaitun. Pada tes uji sampel dengan deterjen B29 tidak ada gas

20

Page 21: Laporan Saponifikasi

21

yang muncul pada tabung ke IV. Hal ini terjadi karena adanya penambahan

NaCl pada campuran.

9. Metode pembuatan sabun dilakukan dengan proses dingin dan panas. Proses

dingin cocok untuk pembuatan skala rumah tangga, menghasilkan sabun padat

yang mempertahankan gliserin dan proses panas lebih cocok untuk penyiapan

laboratorium atau industrial, menghasilkan serbuk kimia yang murni melalui

produksi dan mempercepat bahan terpisah.

10. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh dengan

menambahkan atom hidrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam lemak

yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh

kelembutan pada sabun yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Laporan Saponifikasi

22

Ausetute, 2011. Cleaning Action of Soap. http://www.Ausetute.com.au (25 Maret 2014).

Bresnick, S. D., 2004. Intisari Kimia Organik. Penerjemah: H. Kotong. Hipokrates, Jakarta.

Brinkley, S. R., 1954. Principles of General Chemistry. The Macmillan Company, New York.

Ilmu Kimia, 2013. Pengertian Saponifikasi. http://www.ilmukimia.org (25 Maret 2014).

Miller, B., 1980. Organics Chemistry: The Basis of Life. The Benjamins/Cumming Publishing Company, California.

Perwitasari, D. S., 2011. Pemanfaatan Limbah Industri Kulit Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sabun. 5(2): 425.

Sastroharmidjojo, H., 2009. Kimia Organik: Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Warra, A. A., L. G. Hasan, S. Y. Guru and S. A. Jega, 2010. Cold Process Synthesis and Properties of Soaps Prepared From Different Triacyglycerol Sources. 18(2): 315-321.

Wilbraham, A. C. And M. S. Matta, 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB-Press, Bandung.

Wingrove, A. S. And R. L. Caret, 1981. Organic Chemistry. Harper & Row Publishers, New York.

22