LAPORAN SAPONIFIKASI
-
Upload
achmad-faisal -
Category
Documents
-
view
104 -
download
0
description
Transcript of LAPORAN SAPONIFIKASI
LABORATORIUM SATUAN PROSES
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013 / 2014
MODUL : Pembuatan Sabun Padat (Saponifikasi)
PEMBIMBING : Iwan Ridwan, ST, MT.
oleh :
Kelompok 1
Abdussalam Topandi 121424001
Achmad Faisal 121424002
Ade Julistian 121424003
Adi Bayu Saputra 121424004
Kelas 2A-TKPB
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2013
Tanggal Pengumupulan : November 2013
(Laporan)
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun merupakan barang kebutuhan dalam setiap rumah tangga yang
digunakan sebagai bahan pembersih. Bentuk sabun bermacam-macam tergantung dari
penggunaan, juga bahan-bahan yang ditambahkan. Sabun adalah salah satu senyawa
kimia tertua yang pernah dikenal.Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan,
namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan
lemak/minyak.
Bahan baku sabun adalah campuran asam lemak (hewani maupun nabati)
dicampur dengan soda (kalium / natrium hidroksida) akan membentuk larutan kental.
Hasil samping sabun adalah gliserin. Untuk mendapatkan sabun dengan nilai ekonomi
tinggi perlu ditambahkan zat aditif dalam sabun, seperti : pewangi, pewarna, pengisi,
anti bakteri, pelembut, dan lainnya.
Dalam industri, proses saponifikasi dilakukan dalam pembuatan sabun padat, yang
saat ini sabun padat tidak hanya digunakan sebagai sabun cuci tetapi merupakan
sabun pembersih muka dan badan.
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan variable-variabel yang berpengaruh dalam proses saponifikasi.
2. Menentukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif
yang ditambahkan.
3. Menganalisis produk sabun padat yang didapa.
II. LANDASAN TEORI
Pengertian Saponifikasi(saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika
minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan
dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti
“soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun.
Dalam sejarah pembuatan sabun, masing - masing negara memiliki sejarah
sendiri – sendiri serta teknik pembuatannya. Namun dari sekian banyak versi
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 2
penemuan, saya akan mengambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh
bangsa Romawi Kuno.
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal
dari Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak
yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk
menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu. Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu
tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang
– orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut berbusa dan
pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun dimulai.
(Sumber : http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/10/31/definisi-saponifikasi-
dan-sejarah-singkat-pembuatan-sabun/)
Saponifikasi Trigliserida
Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi
saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua
tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan
memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini
digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara
pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan saltingout oleh NaCl jenuh.
Angka Penyabunan
Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka
penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat
melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak.
Mekanisme Hidrolisis Basa
Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi kesetimbangan.
Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester. Produk intermediet disebut dengan
ortoester.
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 2
penemuan, saya akan mengambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh
bangsa Romawi Kuno.
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal
dari Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak
yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk
menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu. Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu
tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang
– orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut berbusa dan
pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun dimulai.
(Sumber : http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/10/31/definisi-saponifikasi-
dan-sejarah-singkat-pembuatan-sabun/)
Saponifikasi Trigliserida
Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi
saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua
tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan
memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini
digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara
pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan saltingout oleh NaCl jenuh.
Angka Penyabunan
Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka
penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat
melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak.
Mekanisme Hidrolisis Basa
Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi kesetimbangan.
Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester. Produk intermediet disebut dengan
ortoester.
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 2
penemuan, saya akan mengambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh
bangsa Romawi Kuno.
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal
dari Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak
yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk
menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu. Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu
tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang
– orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut berbusa dan
pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun dimulai.
(Sumber : http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/10/31/definisi-saponifikasi-
dan-sejarah-singkat-pembuatan-sabun/)
Saponifikasi Trigliserida
Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi
saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua
tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan
memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini
digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara
pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan saltingout oleh NaCl jenuh.
Angka Penyabunan
Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka
penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat
melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak.
Mekanisme Hidrolisis Basa
Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi kesetimbangan.
Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester. Produk intermediet disebut dengan
ortoester.
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 3
Pemutusan alkoksida menghasilkan asam karboksilat.
Alkoksida lebih basa daripada basa konjugat dari asam karboksilat. Dengan demikian,
transfer proton menjadi lebih cepat.
( Sumber : http://www.ilmukimia.org/2013/05/reaksi-saponifikasi.html )
Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol.
Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam
karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang
berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan rangkap dua
dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki gugus asam
karboksilat yang melekat, maka dinamakan “tri-gliserida”.
Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau kalium
hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon
pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut “saponifikasi”. Atom oksigen mengikat
sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat
akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun.
Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila
ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai.
Reaksi tersebut sebagai berikut :
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 3
Pemutusan alkoksida menghasilkan asam karboksilat.
Alkoksida lebih basa daripada basa konjugat dari asam karboksilat. Dengan demikian,
transfer proton menjadi lebih cepat.
( Sumber : http://www.ilmukimia.org/2013/05/reaksi-saponifikasi.html )
Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol.
Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam
karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang
berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan rangkap dua
dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki gugus asam
karboksilat yang melekat, maka dinamakan “tri-gliserida”.
Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau kalium
hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon
pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut “saponifikasi”. Atom oksigen mengikat
sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat
akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun.
Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila
ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai.
Reaksi tersebut sebagai berikut :
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 3
Pemutusan alkoksida menghasilkan asam karboksilat.
Alkoksida lebih basa daripada basa konjugat dari asam karboksilat. Dengan demikian,
transfer proton menjadi lebih cepat.
( Sumber : http://www.ilmukimia.org/2013/05/reaksi-saponifikasi.html )
Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol.
Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam
karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang
berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan rangkap dua
dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki gugus asam
karboksilat yang melekat, maka dinamakan “tri-gliserida”.
Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau kalium
hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon
pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut “saponifikasi”. Atom oksigen mengikat
sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat
akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun.
Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila
ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai.
Reaksi tersebut sebagai berikut :
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 4
O O
R – C – O – CH2 R – C – O- K+ CH2OH
O O
R’ – C – O – CH + 3 KOH R’ - C – O – K + + CHOH
O O
R’’ – C – O – CH2 R’’ – C – O – K + CH2OH
Trigliserida biasanya disebut juga “fat” atau lemak jika berbentuk padat pada suhu
kamar, dan disebut minyak (oil) bila pada suhu kamar berbentuk cair. Trigliserida tidak
larut dalam air, hal ini dapat dibuktikan bila kita mencampurkan air dan minyak, akan
terlihat keduanya tidak akan bercampur.
Struktur kimia sabun adalah sebagai berikut :
Sabun disebut sodium stearat dengan rumus kimia C17H35COO – Na + dan
merupakan hydrocarbon rantai panjang dengan 10 sampai 20 atom Carbon. Dapat
digunakan untuk membersihkan karena kepala yang bersifat polar, merupakan
komponen ionik yang larut dalam air dan tidak larut dalam larutan organik, yaitu
minyak. Ekor dari molekul adalah kovalen dan larut dalam minyak tetapi tidak larut
dalam air. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
CnH2n+1 COO – Na +
(larut dalam minyak) (larut dalam air)
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 5
Dalam air dan minyak sabun akan bersifat sebagai berikut :
Bila campuran ini diaduk, rantai sabun akan menguraikan minyak dalam air. Rantai
hydrokarbon dilarutkan dalam tetesan minyak dan kepala CO2 pada permukaan
air.Kotoran pada minyak dan bagian berminyak akan dijerat sehingga dapat dibersihkan.
Mencuci tangan dan membersihkan pakaian kotor dalam air sabun mengakibatkan
kotoran tertinggal dalam air sabun.
Pada air sadah sabun tidak berbusa karena ion stearat bereaksi dengan calsium dan
mag-nesium, sehingga menjadi keras dan membentuk komponen yang disebut “scum”
yang tidak larut dalam calsium dan magnesium stearat, reaksi :
Ca 2+ + 2 St - Ca St 2 (s) (St- = ion stearat
Mg 2+ + 2 St - MgSt 2 (s)= C17H35COO - )
Tanpa ion stearat tidak mempunyai daya membersihkan.Salah satu pemecahan
masalah dalam menggunakan larutan pembersih, yaitu tidak bereaksi dengan ion yang
menyebab-kan kesadahan.
Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak
yang berbeda.Apabila semua ikatan karbon dalam asam lemak terdiri dari ikatan tunggal
disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua atom karbon berikatan dengan ikatan
rangkap disebut asam lemak tak jenuh.Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 6
menjadi asam lemak jenuh dengan menambahkan atom hydrogen pada lokasi ikatan
rangkap. Jumlah asam lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan
pengaruh kelembutan pada sabun yang dibuat.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur
sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun
tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
1) Penanga air 1 buah2) Thermometer 1 buah3) Gelas kimia 3 buah4) Batang pengaduk 1
buah5) Buret 1 buah
Bahan yang digunakan:
1) Minyak kelapa 20 ml2) NaOH 20 gram3) Aquadest 40 ml4) NaCl 0,2 gram5) Amylum 1 gram6) Parfum 0,1 cc7) Indikator p.p8) HCl 0,5 N 100 ml
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 7
3.2 Prosedur Kerja
Pembuatan Sabun
Analisa Alkali Bebas
Analisa Asam Lemak
1 gram Zat
20 ml AlkoholNetral
Panaskansampai
larut
Dinginkankemudian
tambahkan 2tetes indicator p.p
Titrasidengan
HCl 0,5 N
5-10 gram Zat
50 mlAlkoholNetral
Panaskansampai
larut
Dinginkankemudian
tambahkan 2tetes indicator p.p
Titrasidengan
NaOH0,5N
10 gram + 20 mlaquadest
Panaskan hinggasuhu 60/700C
Tambahkan 20 mlminyak kelapa
Tambahkan 0,1gram garam halus
Diaduk selama10menit
Tambahkan 0,5gram amylum
Diaduk selama10menit
Tambahkan 0,04cc parfum
Diaduk selama5menit
Cetak danbiarkan selama
1-2 hari
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 8
3.3 Data Pengamatan Persiapan :
NO Bahan Berat/Volume Massa
Molekul
Rumus
1. Larutan Alkali 10 ml 40 gr/mol NaOH
2. Minyak Kelapa
(Asam Palmitat,
Asam Oleat,
Asam Linoleat)
20 ml 256 gr/mol,
282 gr/mol,
280 gr/mol
*dalam
pengolahan
data
3. Garam Dapur 0,1 gr 58,5 gr/mol NaCl
4. Amylum 0,5 gr 324 gr/mol C6H10O5
5. Parfum 0,04 cc - -
Proses Pencampuran :
Bahan Tempat Pengamatan KeteranganNaOH padat +Air
Gelas Kimia NaOH larut, larutan berwarnabening.
Dilakukan PengadukanSampai LarutanHomogen.
Larutan NaOH+ minyakkelapa
Gelas Kimia Warna berubah menjadikuning pucat Kental berbuih.Pencampuran pada suhu 70oClebih cepat mengental daripada suhu 60oC (karena lajureaksi lebih cepat).
Pencampuran diakukandengan variasi suhu(60oC dan 70oC).
PenambahanNaCl
Gelas Kimia Pencampuran sampai NaClterlarut. Campuran menjadiwarna putih kekuningan.
Pencampuran denganpengadukan selama 10menit.
Penambahanparfum
Gelas Kimia Campuran menjadi padatberwarna putih kekuningan.
Dilakukan pengadukanselama 5 menit. pH =,11 (Basa) (60oC), 12(Basa) (70oC).
Titrasi denganHCl 0,5 N
Gelas Kimia Terjadi perubahan warna dariputih keunguan menjadi putihkekuningan.
Analisa alkali bebas[Volume HCl = 3,2 ml(60 oC), 3,8 ml (70oC)].
Titrasi denganNaOH 0,5 N
Gelas Kimia Terjadi perubahan warna dariputih keunguan menjadi putihkekuningan.
Analisa asam lemakbebas [ VolumeNaOH = 26 ml(60oC), 31 ml (70oC)].
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 9
IV. KESELAMATAN KERJA
Dalam percobaan ini digunakan NaOh (soda kaustik) yang merupakan basa
kuatdan bersifat korosif. Untuk menghindari terluka perlu mengetahui sifat-sifatnya
yang dapat dibaca pada MSDS (Material Safety Data Sheet). Dlam pemakaian dengan
NaOH perlu di lengkapi sarung tangan karet dan kacamata pelindung.
V. PENGOLAHAN DATA
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Kelapa Sawit (Sumber : Kataren, 1986)
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)Asam Miristat 1,1 – 2,5 14 – 17Asam Palmitat 40 – 46 6,5- 9Asam Stearat 3,6 – 4,7 1- 2,5Asam Oleat 39 – 45 13-19
Asam Linoleat 7 – 11 0,5-2
Kadar Asam Palmitat dalam minyak =40%+ 46%2 = 43% , = 0,853 gr/ml
Kadar Asam Oleat dalam minyak =39%+ 45%2 = 42%, = 0,895 gr/ml
Kadar Asam Linoleat dalam minyak =7%+ 11%2 = 9%, = 0,9 gr/ml
BM_campuran = % x BMpalmitat + % x BMoleat + % x BMlinoleat
= 43% x 256 + 42% x 282 + 9% x 280
= 110,08 + 118,44 + 25,2
= 253,72 gr/mol
Massa_campuran = Vlarutan x campuran
= 20 ml x (0,43x0,853 + 0,42x0,895 + 0,09x0,9) gr/ml
= 20 ml x (0,367 + 0,376 + 0,081) gr/ml
= 20 ml x 0,824 gr/ml
= 16,48 gr
Mol Minyak = =,, / = 0,07 mol
Mol NaOH = = / = 0,25 mol
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 10
O O
CH3(CH2)13 – C – O – CH2 CH3(CH2)13 – C – O- Na+ CH2OH
O O
CH3(CH2)15 – C – O – CH + 3 NaOH CH3(CH2)15- C – O – Na+ + CHOH
CH3(CH2)3 CH = CHCH2CH O O
CH(CH2)7 – C – O – CH2 CH3(CH2)15 – C – O – Na + CH2OH
M 0,07 mol 0,25 mol
B 0,07 mol 0,21 mol 3(0,07) mol 0,07 mol
S - 0,04 mol 3(0,07) mol 0,07 mol
Massa garam palmitat = mol x % x BMpalmitat
= 0,07 x 0,43 x 256
= 7,71 gr
Massa garam oleat = mol x % x BMoleat
= 0,07 x 0,42 x 282
= 8,29 gr
Massa garam linoleat = mol x % x BMlinoleat
= 0,07 x 0,09 x 280
= 1,76 gr
Massa sabun secara teoritis = 7,71 + 8,29 + 1,76
= 17,76 gr
Massa sabun hasil percobaan = 24,63 gr (T=60oC), 23,11 gr (T=70oC)
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 11
Analisa Derajat Keasaman (pH)
1) pH Sabun Percobaan (T=60oC) = 11
2) pH Sabun Percobaan (T=70oC) = 12
Analisa Alkali Bebas (%) dihitung sebagai NaOH
Konsentrasi HCl = 0,5N
Volume HCl = 3,8 ml (T=60oC), 3,2 ml (T=70oC)
Alkali bebas =,
x 100% =, , ,
x 100 % = 6,4 % (T=60oC)
Alkali bebas =,
x 100% =, , ,
x 100 % = 7,6 % (T=70oC)
Analisa asam lemak bebas
Konsentrasi NaOH = 0,5N
Volume NaOH = 26 ml (T=60oC), 31 ml (T=70oC)
Asam lemak bebas =,
x 100% =, ,
x 100 % = 37,14 % (T=60oC)
Asam lemak bebas =,
x 100% =, ,
x 100 % = 44,28 % (T=70oC)
Analisa Sabun Nuvo (Literatur)
1. Alkali Bebas
Pengujian Alkali bebas menunjukan Larutan Sabun Nuvo tidak mengandung alkali
bebas karena pada saat ditetesi indikator PP, larutan sabun tetap berwarna bening tak
berwarna.
2. pH sabun Nuvo 10.
(Sumber : http://www.scribd.com/doc/181626941/Laporan-REAKSI-SAPONIFIKASI-doc )
Analisa Sabun SNI 2006 – 3532-1994 (Literatur)
Analisa Kandungan
Asam Lemak minimum 71 %
Asam lemak bebas maksimum 2,5 %
Alkali bebas maksimum 0,1 %
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 12
Bagian zat tak larut 2,5 %
Kadar air maksimum 15 %
( Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30838/5/Chapter%20I.pdf )
VI. PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini, dilakukan percobaan Pembuatan sabun padat melalui
Saponifikasi. Yaitu dengan cara mereaksikan asam lemak atau trigliserida dengan alkali yang
akan menghasilkan sabun sebagai produk utama dan hasil samping berupa gliserol. Asam
lemak yang digunakan berasal dari minyak kelapa sawit. Berikut disajikan kandungan asam
lemak dalam minyak kelapa sawit :
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak
Inti Kelapa Sawit (Sumber : Kataren, 1986)
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)Asam Kaprilat - 3 – 4Asam Kaproat - 3 -7Asam Laurat - 46- 52
Asam Miristat 1,1 – 2,5 14 – 17Asam Palmitat 40 – 46 6,5- 9Asam Stearat 3,6 – 4,7 1- 2,5Asam Oleat 39 – 45 13-19
Asam Linoleat 7 – 11 0,5-2
Pada percobaan ini, diasumsikan asam lemak dalam minyak kelapa sawit yang
bereaksi adalah tiga kandungan terbanyak yaitu Asam Palmitat 43% (Nilai tengah) , Asam
Oleat 42% (Nilai tengah), dan Asam Linoleat 9% (Nilai tengah). Alkali yang digunakan
adalah Basa kuat NaOH konsentrasi 50%. Pada percobaan ini Reaksi Saponifikasi dilakukan
dengan variasi suhu operasi yaitu 60oC dan 70oC. Suhu dibuat tidak terlalu tinggi, karena
reaksi Saponifikasi ini adalah reaksi yang eksoterm. Sehingga, jika suhu terlalu tinggi
kesetimbangan akan bergeser kekiri (kereaktan) dan produk akan berkurang. Selain itu, untuk
menjaga konsentrasi NaOH . Yaitu agar airnya tidak menguap.
Awalnya NaOH dipanaskan hingga mencapai suhu operasi, kemudian dicampurkan
dengan minyak kelapa sawit dan diaduk. Pencampuran dilakukan dalam keadaan panas agar
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 13
larutan cepat bereaksi. Sedangkan, Tujuan dari pengadukan adalah agar larutan cepat
homogen. Perbedaan suhu operasi ini membuktikan perbedaan laju reaksi. Secara teori Laju
reaksi berbanding lurus dengan suhu. Terbukti, bahwa ketika pencampuran dilakukan pada
suhu operasi 70oC larutan lebih cepat berbuih dan kemudian mengental. Selanjutnya, larutan
ditambahkan garam dapur NaCl sebanyak 0,1 gram dan 0,5 gram amylum.
Penambahan NaCl bertujuan untuk menurunkan kesadahan dan memisahkan sabun
dari gliserin yang masih bercampur sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat
yang memisah dari gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam garam karena
kelarutannya sangat tinggi sedangkan sabun akan mengendap. Gliserin berada dibagian
bawah berwarna bening. Penambahan NaCl tidak boleh terlalu banyak agar kandungan NaCl
dalam sabun sedikit. Hal ini dapat berpengaruh terhadap struktur sabun yang dihasilkan, jika
kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi struktur sabun yang dihasilkan akan sangat keras.
. Sedangkan penambahan Amylum adalah supaya volume sabun banyak atau sebagai
zat pengisi. Sehingga menambah efisiensi produk. Terakhir Larutan sabun tersebut
ditambahkan Parfum. Tentunya agar sabun tersebut harum. Selanjutnya sabun dimasukkan
dalam cetakan dan didiamkan selama 1 hari.
Pada analisis produk untuk menentukan kualitas sabun dilakukan perbandingan
dengan sabun pasar Nuvo (dari literatur) dan SNI-2006-3532-1994. Analisis yang dilakukan
adalah uji pH, Alkali bebas, dan Asam lemak bebas.
Analisis yang pertama adalah uji pH. Sesuai literatur sabun Nuvo memiliki pH 10,
sedangkan sabun hasil praktikum memiliki pH 11 (T=60oC) dan pH 12 (T=70oC). Idealnya
pH sabun adalah 5,8 - 10,5. Jadi, sabun hasil percobaan tidak layak pakai. Karena, terlalu
basa. Hal ini disebabkan karena NaOH berlebih / bersisa.
Analisis yang kedua adalah uji alkali bebas dalam sabun dengan cara titrasi dengan
HCl 0,5N. Kandungan alkali bebas dalam sabun hasil percobaan adalah 6,4% (T=60oC) dan
7,6% (T=70oC). Zat alkali bebas ini didominasi oleh sisa dari larutan NaOH yang berlebih.
Sesuai literatur, dalam sabun Nuvo tidak terkandung alkali bebas karena ketika dilakukan
titrasi warna tidak berubah tetap bening. Kualitas sabun yang baik adalah hanya memiliki
kandungan alkali bebas sedikit saja (Menurut literatur SNI-2006-3532-1994 kadar alkali
maksimal adalah 0,1%). Sehingga tidak akan menimbulkan iritasi pada kulit. Berarti sabun
hasil percobaan adalah tidak layak pakai.
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 14
Analisis yang terakhir adalah uji asam lemak bebas dengan cara titrasi oleh larutan
NaOH 0,5 N. Menurut SNI-2006-3532-1994 kadar asam lemak bebas maksimal adalah 2,5%.
Hasil dari analisis sabun adalah 37,14 % (T=60oC) dan 44,26% (T=70oC). Hal ini
menunjukkan asam lemak dalam minyak tidak semuanya bereaksi dengan NaOH menjadi
sabun. Dari hasil uji asam lemak bebas ini dapat kembali disimpulkan bahwa sabun hasil
percobaan tidak layak pakai.
Secara stoikiometri, massa sabun adalah sebanyak 17,76 gram. Sedangkan dari hasil
percobaan massa sabun adalah sebanyak 24,63 gram (T=60oC) dan 23,11 gram (T=70oC).
Hasil ini dipengaruhi oleh zat sisa NaOH, asam lemak yang tidak ikut bereaksi, dan larutan
gliserol yang belum terpisah dalam cetakan sabun.
VII. KESIMPULAN
1. Variabel-variabel yang berpengaruh dalam proses saponifikasi yaitu Konsentrasi
(NaOH), Suhu Operasi, dan Pengadukan.
2. Komposisi zat dalam pembuatan sabun adalah :
Minyak Kelapa sawit sebagai penyuplai asam lemak
Larutan NaOH sebagai bahan baku utama
NaCl sebagai pengendap dan pemisah dengan zat samping
Amylum sebagai zat pengisi
Parfum sebagai pengharum
3. Hasil Analisa Pada Sabun :
Massa Sabun hasil percobaan adalah 24,63 gram (T=60oC) dan 23,11 gram
(T=70oC).
pH Sabun hasil percobaan adalah 11 (T=60oC) dan 12 (T=70oC).
Alkali bebas pada sabun hasil percobaan adalah 6,4% (T=60oC) dan 7,6%
(T=70oC).
Asam lemak bebas pada sabun hasil percobaan adalah 37,14% (T=60oC) dan
44,26% (T=70oC).
Laporan Praktikum
Pembuatan Sabun Padat (Reaksi Safonifikasi) 15
VIII. PUSTAKA
1) Said, G. 1987.”Bio Industri Penerapan Teknologi Fermentasi”,P.T.Meditiyatama
Sarana Perkasa – Jakarta
2) Reynolds,S., & Stanle,R.200.”Chemistry 2000,year 11”,Melbourne Oxford University
Press.
3) Laporan kerja praktek di PT. Unilever Indonesia Tbk.
4) http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/10/31/definisi-saponifikasi-dan-sejarah-
singkat-pembuatan-sabun/
5) http://www.ilmukimia.org/2013/05/reaksi-saponifikasi.html
6) http://www.slideshare.net/ruypudjo/p2-wujud-zat-fifi
7) http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20100921034513AAfB22m
8) http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/17/minyak-dan-lemak/
9) http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100422023713AAicCRz