Anestesi Lokal

7
Kharinta Darmawan 2012 – 16 - 085 ANESTESI LOKAL Definisi: cara menghilangkan rasa sakit setempat menggunakan zat yang menghalangi penerusan impuls ke SSP tanpa menghilangkan kesadaran Larutan anestesi lokal : - Zat anestetikum : Lidokain - Vasokonstriktor : Adrenalin - Zat stabilisator : HCL - Zat pengawet Golongan anestetikum lokal Golongan ester : kokain, prokain, tetrakain, benzokain, butakain Golongan amide : lidokain, prilokain, mepivakain, bupivakain Umumnya yang dipakai, dibagi menjadi : - mengandung adreanalin : pehakain - nor adrenalin : xylestesi F - Non adrenalin / non vasokonstriktor : pehakain P, pilonest Pengaruh pH Zat anestetikum bersifat basa yang sukar larut dan tidak stabil. Sehingga harus ditambah HCL (garam klorida) yang mudah larut dalam air. Di dalam jaringan garam, asam (HCL) akan ternetralisir sehingga basa dapat menembus jaringan dan berkhasiat. ZAT VASOKONSTRIKTOR Karena zat anestetikum bersifat dilatasi, untuk memperpanjang masa kerja, perlu ditambah zat vasokontriktor. Macam-macam : Adrenalin / Epinefrin - Menstimulasi jantung langsung pada myokardium, menambah denyut jantung dan cardiac output -  Menaikkan kadar gula darah karena glikogen  glukosa - Dosis 1 : 50.000 – 100.000 - Dosis maksimum : 0,2 mg/ml - Bahaya : jarum masuk pembuluh darah karena tidak aspirasi, epi dapat menstimulasi jantung sehingga denyut jantung meningkat - Guna epinefrin dalam larutan anestesi lokal : o Masa kerja lama o Larutan anestesi yang dipakai sedikit o Toksisitas rendah o  Perdarahan sedikit

description

Definisi: cara menghilangkan rasa sakit setempat menggunakan zat yang menghalangi penerusan impuls ke SSP tanpa menghilangkan kesadaran

Transcript of Anestesi Lokal

ANESTESI LOKALDefinisi: cara menghilangkan rasa sakit setempat menggunakan zat yang menghalangi penerusan impuls ke SSP tanpa menghilangkan kesadaran

Larutan anestesi lokal : Zat anestetikum : Lidokain Vasokonstriktor : Adrenalin Zat stabilisator : HCL Zat pengawet

Golongan anestetikum lokalGolongan ester : kokain, prokain, tetrakain, benzokain, butakainGolongan amide : lidokain, prilokain, mepivakain, bupivakain

Umumnya yang dipakai, dibagi menjadi : mengandung adreanalin : pehakain nor adrenalin : xylestesi F Non adrenalin / non vasokonstriktor : pehakain P, pilonest

Pengaruh pHZat anestetikum bersifat basa yang sukar larut dan tidak stabil. Sehingga harus ditambah HCL (garam klorida) yang mudah larut dalam air. Di dalam jaringan garam, asam (HCL) akan ternetralisir sehingga basa dapat menembus jaringan dan berkhasiat.

ZAT VASOKONSTRIKTORKarena zat anestetikum bersifat dilatasi, untuk memperpanjang masa kerja, perlu ditambah zat vasokontriktor.

Macam-macam :

Adrenalin / Epinefrin Menstimulasi jantung langsung pada myokardium, menambah denyut jantung dan cardiac output Menaikkan kadar gula darah karena glikogen glukosa Dosis 1 : 50.000 100.000 Dosis maksimum : 0,2 mg/ml Bahaya : jarum masuk pembuluh darah karena tidak aspirasi, epi dapat menstimulasi jantung sehingga denyut jantung meningkat

Guna epinefrin dalam larutan anestesi lokal : Masa kerja lama Larutan anestesi yang dipakai sedikit Toksisitas rendah Perdarahan sedikit

Kharinta Darmawan2012 16 - 085

Guna epinefrin di klinik : Vasokonstriktor Bronkodilator Merangsang henti jantung pada syok anafilaktik Menghilangkan gejala alergi Menghentikan perdarahan secara lokal Kontra indikasi : Hipertensi Kelainan jantung Dm Arteriosklerosis Hypertyroid

Nor adrenalin / epinefrin Perbedaan dengan epi, tidak ada nitrogen Konsentrasi nor di dalam larutan anestesi lokal 2x lipat dari konsentrasi adrenalin Dosis 1 : 30.000 50.000/ml Kurang akfit daripada adrenalin Efek vasokonstriktor lebih cepat Dosis maksimum : 0,34 mg/ml DM Penderita kelainan jantung : 0,14 mg/ml

Nervus trigeminus (V)1. N. Optalmikus2. N. Maksilarisa. b. N. Alveolaris superior Posterior M3 s/d akar distal dan palatal M1 atas Sinus maksilaris posteriorc. N. Alveolaris superior Media P1 s/d akar mesial M1 atasd. N. Alveolaris superior Anterior I1 s/d C atas Mukosa sinus anteriore. N. Naso palatinus Palatum regio P1 kanan P1 kiri atas

f. N. Palatinus anterior Keluar dari foramen mayus (letak pada distal M2 atas) Palatum durum dari regio M3 s/d P1 atasg. N. Palatinus posterior Keluar dari formaen palatinus minor Palatum molleh. N. Labialis Bibir atasi. N. Nasalis superior posterior Septum

3. N. Mandibularisa. b. N. Alveolaris inferior M3 s/d P1 bawahc. N. Mentale P1 bawah Gingiva bagian bukal regio I1 s/d P1 bawahd. N. Insisive I1 s/d C bawah

e. N. Lingualis 2/3 anterior lidah Gingiva dan perios sebelah lingual Mukosa dasar mulutf. N. Bukalis Mukosa pipi Gingiva bagian bukal regio P1 s/d M3 bawahg. N. Aurikulo temporalis tmj

INDIKASI A. LOKAL1. 2. Exo3. Alveolektomi / alveolotomi4. Odon5. Apeks resesi6. Insisi / drainase abses7. Operasi kista / tumor8. Pengasahan gigi9. Perawatan vital pulpektomi

KONTRA INDIKASI A. LOKAL1. 2. Anak kecil belum mengerti dan cacat mental3. Radang bersifat asam anestesi tidak jalan4. Tidak dapat membuka mulut5. Hamil triwulan I dan II6. Hipertensi tinggi dan tidak terkontrol hipokain7. Penyakit jantung tidak terkontrol8. DM tidak terkontrol / kadar gula sedang tinggi pake silestein9. Asthma kardiale pake pehakain10. Hepatitis akut11. Peny. Ginjal akut12. Peny. hypetiroid

MACAM-MACAM A. LOKAL1. Topikal diberikan di ujung ujung saraf2. Infiltrasi diberikan sekitar serabut saraf3. Bloka. Nerve blok sekitar batang sarafb. Field blok sekitar cabang-cabang saraf besar

POSISI PASIEN Sandaran kepala di blkg telinga Kepala, leher dan punggung 1 bidang Infil RA : permukaan oklusal RA sudut 45 derajat thd lantai Infil / Blok RB : permukaan oklusal RB sudut 10 derajat thd lantai

POSISI OPERATOR (INFIL) RA kanan : samping pasien RA kiri : sebelah kanan dan agak ke depan RB kanan : samping agak ke kanan RB kiri : samping agak ke depan

POSISI OPERATOR (BLOK) RB kanan : samping agak depan RB kiri : sebelah kanan, menghadap searah pasien, tangan kiri melingkari belakang kepala pasien

POSISI TANGAN Kiri : jari telungjuk menarik pipi / bibir dan fikser syringe Kanan : pegang syringe

KOMPLIKASI A. LOKAL1. 2. Anestesi gagal3. Trismus4. Sakit waktu dan pasca injeksi5. Haematoma6. Daerah tempat penyuntikan memucat7. Facial paralysis8. Jarum suntik patah9. Infeksi10. Gangguan penglihatan11. Prolonged anestesi

INFILTRASIMacam-macam : Sub mukosa bawah mukosa membran Supra periostal sebelah luar / atas periosteum Sub periostal antara periosteum dan kortikal plate Intra septal papil gigi dan terus ke tulang lunak pada alveolar crest Intra osseus injeksi supra periostal dulu, kemudian insisi, buat flap, bor tulang alveolar, lalu suntikkan Perisemental tepi jaringan periodonsium, sebagai tambahan bila blok gagal Intra pulpa

TEHNIK INFILTRASI

Supra periostal injeksi MBF dan MLF dikeringkan Ulasi zat antiseptik / anestesi topikal Masukkan jarum Bevel menghadap tulang Arahkan ke apeks Masukkan sampai menyentuh tulang Tarik sedikit Aspirasi ada darah rubah aram jarum tarik sedikit Depositkan 1,5 ml Untuk gingiva bagian palatal / lingual : Masukkan jarum 5 10 ml dr servikal gigi Cari daerah lunak Bevel mengahadap jaringan lunak dan membentuk sudut 45 derajat

Infil untuk pencabutan M1 atas Akar distal N. Alveolaris superior posterior Akar mesial N. Alveolaris superior media Masukkan jarum di tengah MBF M1 atas Arahkan ke distal, deposit ml Tarik sedikit Arahkan ke mesial, deposi ml

BLOKIndikasi : kista, tumor, gigi impaksi, pencabutan lebih dari 1 gigi

Rahang atas : Infra orbital Jarum masuk ke foramen infra orbital Cabut gigi anterior s/d P1 Naso palatinal Jarum masuk ke foramen insisivus Untuk mukosa palatum bagian anterior Gigi P1 kanan P1 kiri

Zygomatic Menuju saraf alveolaris superior posterior Pencabutan M atas High tuberosity Daerah tuber maksilla Untuk impaksi gigi RA Foramen palatinus mayus Ke foramen palatinus mayus Untuk mukosa palatum posterior (P1 M3)

Rahang bawah Mandibular blok cabut gigi posterior Mental blok untuk mukosa P1 gigi anterior Insisive blok untuk gigi I C Lingual blok untuk 2/3 anterior lidah dan mukosa dasar mulut Long bukal blok untuk mukosa P1 M3 bawah

TEHNIK BLOK RAHANG ATAS

Infra orbital blok (I P2 atas) Masukkan jarum cm dari labial plate melalui fossa kanina Jarum sejajar garis khayal (ditarik dari pupil mata, infra orbital notch, gigi P2) Masukkan membelah gigi insisif 1 dari sudut mesio insisal ke disto gingival Masukkan sejajar P2 atas Telunjuk kiri meraba foramen infra orbital dr luar, ibu jari menarik bibir

Naso palatinal blok (jar. Lunak dan keras palatum regio P1 kanan kiri RA) Cari foramen insisivus (di bawah papila insisiva pada garis median gigi I1 kanan-kiri atas) Arahkan jarum 45 derajat menghadap papila insisiva Aspirasi Deposit 1,5 ml

TEHNIK BLOK RAHANG BAWAH

MANDIBULAR BLOKSaraf yang teranestesi : N. Alveolaris inferios, Lingualis dan mentalisDaerah yang teranestesi : gigi P1 M3, 2/3 anterior lidah, mukosa dasar mulut, mukosa dan gingiva sebelah lingual

Tehnik Direct : Geser telunjuk kiri dr MBF gigi P bawah ke posterior sampai kena line oblique eksterior dan tepi anterior ramus Gerakkan telunjuk ke atas dan belakan sehingga di dapat coronoid notch (lekukan paling dalam) Geser telunjuk ke arah lingual, di dapat linea oblique interna Jari telunjuk tetap kontak dengan linea oblie eksterna dan interna (tempat segitiga retromolar), putar telunjuk lingual hingga menutupi linea oblique internal kuku Penderita diminta membuka mulut selebar mungkin Masukkan jarum suntik di pertengahan kuku, dari arah gigi P yang berlawanan Syringe sejajar permukaan oklusal gigi bawah / mandibular ridge Sampai kena tulang, tarik sedikit Aspirasi Deposit 1 cc untuk N. Alveolaris Tarik jarum 1 cm, aspirasi Deposit cc untuk N. Lingualis

Kesalahan kesalah waktu mandibular blok Telinga kebal / baal jarum suntik dimasukkan terlalu tinggi dan dalam sepanjang linea oblique interna Nyeri dan trismus sedangkan anestesi tidak jalan larutan di depositkan pada insersio muskulus pterygoideus lateralis Trismus dan sakit jarum mengenai muskulus pterygoideus medialis Keracunan (pucat, lemas, mual, sesak nafas) kena vena fasialis Paralisis wajah kena N. Fasialis dekat kelenjar parotis Xerostomia larutan terdeposit di kelenjar parotis

Oleh karenanya, masukkan jarum suntik di sekitar / sedekat mungkin dari foramen mandibula

INSISIF BLOKSaraf yang teranestesi : N. InsisifDaerah yang teranestesi : gigi P, C, I bawah, Mukosa sebelah bukal regio P I, mukosa bibir bawah

Tehnik : Masukkan pada MBF agak distal pada foramen mentale Jarum menyentuh tulang, tarik sedikit Aspirasi, deposit 1,5 cc Untuk pencabutan : sebelah lingual gigi tersebut dilakukan infil

Keuntungan A. Blok 1 kali suntik, menganestesi daerah luas Masa baal lebih lama, karena didepositkan sekitar batang saraf atau cabang saraf besarKerugian A. Blok Tehnik sukar Bahaya lebih besar Lebih sakit