ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

95
STRATEGI PARTAI POLITIK BERBASIS MASSA ISLAM DALAM MENAIKKAN SUARA PADA PEMILIHAN UMUM 2014 (Studi Komparatif Strategi Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional dalam Melampaui Parliamentary Threshold 3,5% Suara Nasional) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Adi Budiman Subiakto 1110112000048 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

Page 1: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

STRATEGI PARTAI POLITIK BERBASIS MASSA ISLAM

DALAM MENAIKKAN SUARA PADA PEMILIHAN UMUM

2014

(Studi Komparatif Strategi Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat

Nasional dalam Melampaui Parliamentary Threshold 3,5% Suara Nasional)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Adi Budiman Subiakto

1110112000048

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 3: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 4: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 5: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

iv

ABSTRAKSI

Adi Budiman Subiakto

Strategi Partai Politik Berbasis Massa Islam dalam menaikkan suara di

Pemilihan Umum 2014 (Studi Komparatif Strategi Partai Kebangkitan

Bangsa dan Partai Amanat Nasional dalam melampaui Parliamentary

Threshold 3,5% suara nasional)

Sejak Pemilihan Umum (Pemilu) 1999 sampai Pemilu 2009, partai politik

berbasis massa Islam terus mengalami penurunan perolehan suara. Menjelang

Pemilu 2014, beberapa lembaga survey yang mengatakan bahwa partai politik

berbasis massa Islam seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat

Nasional (PAN) cenderung sulit melampaui angka Parliamentary Threshold (PT).

Apalagi pada pemilihan umum 2014 angka PT naik menjadi 3,5%.

Metodologi yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data

pada penelitian ini adalah wawancara yang menggunakan metode Purposive

Sampling dan dokumentasi. Pada penelitian ini menggunakan beberapa teori,

yaitu Strategi Politik, Komunikasi Politik, Marketing Politik dan Parliamentary

Threshold.

Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa prediksi lembaga survey

meleset, PKB menggunakan strategi defensif pada Pemilu 2014. PKB lebih

mengkonsolidir dan memprioritaskan tipologi pemilih pedesaan khususnya warga

Nahdliyin dengan pendekatan Ideologis. Selain itu, PKB juga menjadikan tokoh-

tokoh dan figur artis sebagai bagian dari strategi seperti Rhoma Irama dan Ahmad

Dhani. Sedangkan PAN menggunakan strategi ofensif. PAN lebih memilih masuk

pada tipologi pemilih pedesaan dengan tetap mengoptimalkan suara dari tipologi

pemilih perkotaan. Dalam hal ini, PAN menggunakan pendekatan dialogis,

psikologis, isu-isu kerakyatan dan figur artis.

Kemudian baik PKB maupun PAN belum mampu mengoptimalkan

strategi untuk wilayah-wilayah Timur. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan

oleh kedua partai ini untuk wilayah Indonesia Timur tidak membuahkan hasil.

Page 6: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

v

KATA PENGANTAR

Alhadulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis sampaikan atas

segala rahmat dan karunia-Nya yang telah di berikan pada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tetap dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, rasul yang sangat berjasa besar

pada umatnya semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “Strategi Partai Politik Berbasis Islam dalam

Menaikan Suara pada Pemilihan Umum 2014 (Studi Komparatif Strategi Partai

Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional dalam Melampaui

Parliamentary Threshold 3,5% Suara Nasional)” disusun dalam rangka memenuhi

dan melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program

Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setulus dan sepenuh hati, penulis sadar bahwa tidak akan sanggup

menghadapi dan mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang

menggangu lancarnya penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan yang berharga ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus pada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

vi

3. Dr. Iding Rosyidin dan Suryani, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas

waktu dan solusinya.

4. Prof. Idzan Fautanu, MA sebagai dosen pembimbing yang senatiasa selalu

sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

memberikan berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses

studi yang sangat berarti bagi perkembangan dan wawasan yang luas

perihal pengetahuan di bidang politik.

6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Bapak Muhammad Irfan dan Ibu

Ismawati. Bapak yang dengan terang mengajarkan sebuah konsistensi

pada sebuah pilihan dan Mamah yang mengajarkan arti ketulusan tanpa

Pamrih.

7. Kepada Rizka Nurul Amanah yang senatiasa memberikan dorongan,

nasehat, motivasi, bantuan dan do’anya hingga penulis bisa menyelesaikan

pendidikan strata 1 (satu).

8. Kepada Helmi Faisal Zaini, Saifullah Maksum, Viva Yoga dan Yandri

Susanto. Terima kasih atas waktu luangnya untuk diwawancarai dan

irformasinya yang berguna sebagai data dalam penelitian skripsi ini.

9. Kepada senior-senior Mas Dedy Candra, Bapak Nur Kafid, Mas Idris, Mas

Andi Wibowo, dan Mas Majid yang banyak memberikan pengalaman dan

motivasi untuk penulis.

Page 8: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

vii

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Muhammad Rafsanjani, Sandi Lasmana,

Amizar, Ahmad Ikbal, Rizky Ilham, Randi, Muhammad Faruki, Wachid,

Adi Komba, Altof serta kawan-kawan Ilmu Politik 2010. Tidak satu pun

kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan. Terima kasih juga

kepada teman-teman sanggar Visi Indonesia dan teman-teman KKN

Mozaik 2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

11. Terima kasih kepada Ibu Tanty dari pengurus DPP PAN dan seluruh

jajaran pengurus PKB yang telah memberikan informasi dan data selama

mengerjakan skripsi ini.

12. Terima kasih kepada seluruh pengurus IPNU Kota Tangerang Selatan

2012-2014 dan GP Ansor Kota Tangerang Selatan 2015-2019. Terima

kasih atas masukan-masukan dan kebersamaan bermakna.

13. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu. Semoga segala dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari

Allah SWT dan mejadi amal kebaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,

untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat kontruktif demi

perbaikan di masa mendatang. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat

dan menambah khazanah keilmuan bagi pembacanya dan studi ilmu politik.

Adi Budiman Subiakto

Page 9: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 10: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 11: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 12: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 13: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf
Page 14: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Diskusi mengenai partai politik Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dengan

perkembangan politik umat Islam di Indonesia pra dan pasca Reformasi.

Perkembangan partai politik Islam terus mengalami dinamika yang menarik untuk

diteliti.

Pra Reformasi, Pemerintah Soeharto menerapkan kebijakan difusi partai.

Kebijakan tersebut mengakibatkan umat Islam hanya memiliki satu wadah

partisipasi politik, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP).1 PPP merupakan

difusi dari Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII),

Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) dan Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah

(Perti).

Kemudian Pasca Reformasi, pertumbuhan subur partai politik diiringi oleh

kemunculan partai-partai politik baru berbasis massa Islam. Politisi dan aktivis

Islam memanfaatkan euphoria reformasi dengan mendirikan partai politik. Secara

umum, Partai Islam sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu partai berasaskan

Islam dan partai berasaskan Pancasila namun berbasis massa Islam. Partai yang

berasaskan Islam contohnya adalah Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan

1 Ahmad Fuad Fanani, “Dilema Partai politik berbasis Islam : Terpuruk dalam Kegagalan

atau Menjawab Tantangan?” Jurnal Maarif 8 (2), (Desember 2013): 73

Page 15: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

2

Pembangunan (PPP), Partai Keadilan (PK), Partai Majelis Syuro Muslimin

Indonesia (Masyumi) dan Partai Umat Islam (PUI). Adapula partai yang

berasaskan Pancasila namun berbasiskan massa Islam, seperti Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN). 2

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1999, 42 partai Islam berbondong-bondong

untuk mendaftarkan diri sebagai peserta Pemilu. Namun hanya 21 partai Islam saja

yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti Pemilihan Umum 1999.3 Hal ini karena

banyak partai belum memenuhi aturan administratif yang sesuai dengan Undang-

Undang (UU) No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.

Pertumbuhan subur partai Islam rupanya tidak diiringi dengan hasil yang

baik pada Pemilu 1999 dalam memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR). Pada Pemilu tersebut, hanya 8 Partai Islam berhasil memperoleh kursi di

parlemen. Partai-partai tersebut adalah PPP 58 kursi, PKB 51 kursi, PAN 34 kursi,

PBB 13 kursi, PK 7 kursi, PNU 5 Suara, PSII 1 kursi, dan Partai Politik Islam

Indonesia (PPII) Masyumi 1 kursi.4 Sehingga nampaknya mayoritas muslim di

Indonesia tidak menentukan keberhasilan partai politik berbasis massa Islam.

Sejak Pemilu 2004 diberlakukan aturan ambang batas suara parlemen

(Paliamentary Threshold) sebesar 2,5% suara nasional berdasarkan UU No. 23

2 Ahmad Fuad Fanani, “Dilema Partai politik Islam: Terpuruk dalam Kegagalan atau

Menjawab Tantangan”, 76 3 Ibid., 75

4 Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Pemilu 1999”. Komisi Pemilihan Umum. 21 Februari

2008. [artikel on-line]; tersedia di http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-

1999 diunduh pada 15 April 2015

Page 16: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

3

Tahun 2003. Pemberlakuan Parliamentary Threshold merupakan upaya

Pemerintah dalam menyederhanakan partai di suatu sistem multipartai.5

Hal ini nampaknya membawa beban berat bagi Partai Islam. Hal ini

dibuktikan dengan banyak partai Islam tidak memperoleh kursi di Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Sehingga dari 10 partai politik Islam yang menjadi

peserta Pemilu, hanya 4 partai berhasil memperoleh kursi di DPR. Partai tersebut

adalah PKB, PPP, PKS dan PAN.6

Selanjutnya, Pemilu 2009 nampaknya menjadi Pemilu yang paling

menyedihkan bagi partai-partai Islam. Hal ini karena total suara partai-partai Islam

pada Pemilu 2009 merupakan hasil terburuk dari Pemilu 1999 dan 2004. Total

suara partai-partai islam hanya mencapai 29,2% dari sebelumnya 41% suara

nasional.7 Pada Pemilu 2009, Parliamentary Threshold ditetapkan 2,5% suara

nasional sesuai dengan UU No.10 Tahun 2008.

Kemudian, menjelang Pemilu 2014, UU No.8 Tahun 2012 mengubah salah

satu pasal mengenai Parliamentary Threshold (PT) dalam UU No.10 Tahun 2008.

Sehingga pada Pemilu 2014, Parliamentary Threshold naik menjadi 3,5% dari

2,5%. Hal ini mendorong partai Islam bekerja ekstra keras guna melampaui angka

minimal Parliamentary Threshold.

5 Yogo Pamungkas, “Tinjauan Ambang Batas perolehan suara berdasarkan Undang-Undang

nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945”, Jurnal

Rechts Vinding 3 (1), (April 2014). 34 6 “Hasil rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004 Dan Jumlah Perolehan Kursi

Parpol di DPR RI” Direktori Partai politik Indonesia, 5 Mei 2004, [artikel online]; tersedia di

http://partai.info/Pemilu2004/hasilPemilulegislatif.php diunduh pada 18 Juni 2014 7 Komisi Pemilihan Umum (KPU). “BAB V Hasil Pemilu” Modul 1 Pemilih untuk Pemula.

(Jakarta : Komisi Pemilihan Umum, 2009). [dokumen online] : 45 http://kpu.go.id/dmdocuments/

modul_1d.pdf diunduh pada 15 April 2015

Page 17: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

4

Hasil Survei Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pada 2012, partai Islam

diperkirakan akan tenggelam dengan memperoleh suara kurang dari 5%. Lain

halnya dengan Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia –

Perjuangan (PDI-P), Partai Demokrat dan Partai Gerakan Indonesia Raya

(Gerindra) yang menguasai suara nasional. Secara keseluruhan, suara partai Islam

dan partai berbasis massa Islam hanya akan mencapai 21.1%.8

Pada Maret dan Oktober 2013, LSI kembali melakukan survei Pemilu 2014

yang hasilnya tidak jauh berbeda. Pada Maret 2013, PKB berada pada angka 4,5%

suara nasional dan PAN tidak terprediksi. Sedangkan pada Survey Oktober 2013,

PKB berada pada 4,6% dan PAN 5,2% suara nasional.9 Angka ini nampaknya

cukup mengkhawatirkan mengingat setiap Pemilu yang terus merosot.

Survei yang diperoleh LSI pada 2012 dan 2013 rupanya meleset dari fakta

hasil di Pemilu 2014. PKB memperoleh suara yang mengejutkan, sebesar 9.04%

atau 11.298.957 suara dan PAN memperoleh 7,59% atau 1.825.750 suara. Tempat

pertama ditempati oleh PDI-P (18,95%), disusul Partai Golkar (14,75%), Partai

Gerindra (11,81%) dan Partai Demokrat (10,91%).10

Dengan demikian, dipastikan

bahwa PKB dan PAN berhasil memenuhi Parliamentary Threshold.

Fakta-fakta tersebut nampaknya dapat memberikan sebuah gambaran secara

umum mengenai partai Islam. Partai berbasis massa Islam seperti PKB dan PAN

8 Eko Huda S, Dedy Priatmojo, dan, Iwan Kurniawan, “Survei : Partai islam Jeblok,

Demokrat Rontok 2014” Viva News. 14 Oktober 2012. [berita online]; tersedia di

http://m.news.viva.co.id/news/read/359256-survei--partai-islam-jeblok-demokrat-rontok-2014

diunduh pada 19 Juni 2014 9 Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Index Capres Pemilu 2014 : Capres Riil versus Capres

Wacana. (Jakarta : LSI, 20 Oktober 2013) [database on-line]; tersedua di http://lsi.org , 26 10

Dani Prabowo, “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014” Kompas. 9

Mei 2014 [berita online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/

Disahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 diunduh 19 Juni 2014

Page 18: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

5

masih memiliki daya tarik di masyarakat Islam Indonesia. Hal ini berbeda dengan

PPP dan PBB yang rupanya tidak memiliki pasar yang pasti.

PKB mengandalkan kekuatan suara dikalangan Nahdliyin yang merupakan

warga organisasi besar Nahdlatul Ulama. Hal ini karena dari strategi PKB sedari

awal nampaknya mencoba mempererat hubungan antara NU dan PKB. Bahkan

PKB mengklaim sebagai rumah Nahdliyin.11

PKB pun sering meminjam istilah-

istilah khas NU dan kebiasaan adat NU dalam setiap kesempatan.12

Sedangkan PAN yang awalnya memiliki kedekatan dengan organisasi

Muhammadiyah. Namun kini nampaknya PAN tidak lagi menjadikan

Muhammadiyah sebagai basis masa utama. Hal itu karena PAN dan

Muhammadiyah tidak saling mengklaim sebagai satu kesatuan yang erat seperti

halnya PKB-NU. 13

PKB dan PAN nampaknya melihat tantangan untuk melabeli diri sebagai

partai politik berbasis massa Islam cukup berat. Kondisi ini karena fenomena

sebagian partai politik nasionalis yang mencoba mengakomodir aspirasi umat

Islam dengan mendirikan organisasi sayap partai yang bernuansa Islami. Selain

itu, gejolak Islamophobia yang perlahan menjadi bumerang bagi partai-partai

dengan basis massa Islam seperti PKB dan PAN. Meski kedua partai tersebut tetap

11

Partai Kebangkitan Bangsa. “Harmoni NU-PKB Memuluskan Kemenangan PKB di

Pemilu 2014”. Partai Kebangkitan Bangsa. 13 Januari 2013. [artikel online]; tersedia di

http://dpp.pkb.or.id/harmoni-nu-pkb-muluskan-kemenangan-di-Pemilu-2014 diunduh pada 15

April 2015 12

Merdeka. “Gus Ali : Kemenangan PKB di Pemiluy 2014 Karena Keramat Kiai Sepuh”.

Merdeka.com. 29 Agustus 2014. [artikel online]; tersedia di http://www.merdeka.com/politik/

kemenangan-pkb-di-Pemilu-2014-karena-keramat-kiai-sepuh.html diunduh pada 15 April 2015 13

Suara Pembaharuan. “Muhammadiyah Tidak Lagi Merasa Bagian dari PAN”. Suara

Pembaharuan. 24 Januari 2013. [artikel online]; tersedia di http://www.suarapembaruan.com/

home/muhammadiyah-tak-lagi-merasa-bagian-pan/29562 diunduh pada 15 April 2015.

Page 19: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

6

optimis dalam setiap performanya untuk melampaui Parliamentary Threshold di

Pemilu 2014.

Melihat keberhasilan kedua partai ini melampaui Parliamentary Threshold,

kiranya ada strategi yang berbeda di antara 2 (dua) partai berbasis massa Islam

tersebut pada Pemilu 2014. Oleh sebab itu, maka strategi dari kedua partai tersebut

cukup signifikan untuk dijadikan fokus utama penelitian.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka peneliti memfokuskan

penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian berikut: “Strategi apa yang

digunakan oleh PKB dan PAN sehingga dapat melampaui Parliamentary

Threshold pada Pemilihan Umum 2014 ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini berfokus pada studi komparatif strategi antara PKB dan PAN

dalam melampaui Parliamentary Threshold 3,5 % suara nasional. Pada akhirnya

penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbandingan strategi yang digunakan

PKB dan PAN dalam menaikan suara pada Pemilihan Umum 2014.

Sedangkan manfaat penelitian ini dibagi menjadi beberapa manfaat yang

akan dijelaskan di bawah ini:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

pengetahuan mengenai strategi politik partai berbasis massa Islam di Indonesia.

Page 20: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

7

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perbandingan

tentang strategi politik, yang mencakup marketing dan komunikasi politik PKB

dan PAN pada Pemilihan Umum 2014.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penulisan penelitian ini adalah untuk

memberikan masukan kepada partai politik berbasis massa Islam lain untuk

menambah wawasan yang lebih baik dalam menyusun strategi politik dalam

menghadapi Pemilihan Umum.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian, ada literatur yang menjadi acuan dan tinjauan

pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menemukan sisi menarik atau sisi

lain dan kegunaan dari penelitian skripsi yang sedang penulis teliti. Adanya

tinjauan pustaka yang penulis temukan sebagai instrumen perbandingan dalam

melakukan penelitian mengenai strategi PAN dan PKB dalam mendulang suara

guna melampaui Parliamentary Threshold 3,5%.

Pertama, Menurut M. Rosit dalam skripsinya yang dibuat tahun 2007 dengan

judul “Strategi Komunikasi Politik Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai

Keadilan Sejaktera (PKS) DKI Jakarta dalam memenangkan Pemilihan Umum

2004”, strategi komunikasi politik PKS dalam memenangkan Pemilihan Umum

tahun 2004 di DKI Jakarta adalah strategi langsung turun ke masyarakat. Para

kader DPW PKS melakukan advokasi atas keperluan-keperluan yang diperlukan

masyarakat Jakarta.

Page 21: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

8

Tinjauan pustaka kedua adalah Strategi Survival Partai Islam di Indonesia

Pada Pemilu 2014, Studi Komparatif: Antara PPP dan PKS, skripsi yang dibuat

oleh Hamsah tahun 2014, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Hamsah, PPP melakukan strategi dengan

gerakan dakwah dan jaringan kyai-kyai. Sedangkan PKS dengan strategi gerakan

dakwah dan juga sistem kaderisasi kuat.

Kemudian, tinjauan pustaka ketiga adalah Strategi Kampanye Humas PPP

dan PKB dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014, skripsi yang

dibuat oleh Elvira Hanum tahun 2013, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Elvira Hanum, Humas PPP

dan PKB membangun citra positif kedua partai di mata publik dalam Pemilu 2014.

Tinjauan pustaka lainnya yaitu Strategi Komunikasi Politik PAC Partai

Gerindra Limo dalam Pemilu Legislatif di Depok, skripsi yang dibuat oleh

Zulfikar tahun 2010, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komukasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Zulfikar, strategi komunikasi politik yang

digunakan PAC partai Gerindra Limo Depok dengan melakukan sosialisasi politik

baik melalui komunikasi massa maupun komunikasi interpersonal.

Seperti halnya skripsi di atas, skripsi ini akan membahas mengenai strategi

yang dilakukan partai politik dalam menghadapi Pemilu. Selain itu, skripsi ini juga

memberikan gambaran komparatif sebagai perbandingan, seperto halnya beberapa

srkipsi di atas.

Namun yang membedakan skripsi penulis dengan studi terdahulu adalah:

Page 22: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

9

1. Skripsi ini lebih menganalisa tentang studi komparatif yang

menitikberatkan kepada strategi partai politik berbasis massa Islam yang

berbeda, yaitu PKB dan PAN dalam Pemilihan Umum 2014

2. Skripsi ini berusaha menjelaskan strategi PKB dan PAN khususnya dalam

melampaui Parliamentary Threshold 3,5%.

3. Skripsi ini berusaha menjelaskan tentang strategi yang diterapkan oleh

PKB dan PAN dalam menghadapi tipologi pemilih berdasarkan wilayah

pedesaan dan perkotaan.

4. Skripsi ini berusaha menjelaskan strategi PKB dan PAN dalam meraih

suara di wilayah non muslim.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

Untuk dapat menjelaskan secara terperinci masalah yang ada di dalam

skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dianggap relevan dengan

kasus yang akan diteliti. Memberikan gambaran yang dapat mempermudah bagi

para pembaca dan peneliti lain, agar hasil penelitian pantas untuk digunakan oleh

pihak-pihak yang berkaitan dengan politik.

E.1. Strategi Politik

Strategi lebih dikenal sebagai bagian dari perang dibanding dalam politik.14

Menurut Mahardika dalam Zainuddin mengatakan bahwa strategi adalah suatu

cara untuk mencapai tujuan. Dengan strategi yang tepat, maka pencapaian tujuan

14

Rowland B. F Pasaribu, BAB 09 Politik dan Strategi Nasional, [artikel online]; tersedia di

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/download/files/bab-09-politik-dan-strategi-

nasional.pdf diunduh pada tanggal 16 Juni 2015

Page 23: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

10

bergantung pada langkah politik yang dilakukan. Sedangkan Jack Trout dalam

Zainuddin mengatakan strategi sebagai upaya untuk membuat kita unik dan

berbeda dengan pesaing lain. Sehingga produk kita dapat diingat dalam benak

seseorang.15

Strategi yang digunakan dalam ranah politik biasanya meliputi political

branding, ketokohan, isu poltik maupun marketing politik. Hal-hal tersebut

memiliki peran penting dalam persaingan yang terjadi. Strategi yang dilakukan

tidak menutup kemungkinan untuk ditiru oleh pihak lain. Namun political

branding, kebijakan dan isu Politik, biasanya tidak meniru secara keseluruhan,

hanya meniru garis besarnya saja. Karena pada dasarnya brand yang ditawarkan

akan berkaitan dengan ciri khas pelaku politik tersebut. Baik branding, kebijakan

maupun isu politik, sejatinya dilakukan demi mendapatkan posisi politik tertentu

dimata pesaing dan konstituen guna mencapai tujuan utama, yakni kemenangan.16

E.2. Komunikasi Politik

Dalam kegiatan Pemilu berkaitan erat dengan komunikasi politik yakni

kampanye dan pemungutan suara. Kampanye dalam sebuah Pemilu ialah suatu

usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif dengan menggunakan retorika,

hubungan dengan rakyat, komunikasi massa dan lobi. Dan partai politik atau

politikus berperan sebagai komunikator politik.17

15

Zainuddin, Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam memenuhi kuota 30 persen

keterwakilan perempuan dalam daftar calon legislatif pada Pemilihan Umum tahun 2014 di Kota

Samarinda, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dn Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda,

2014), 15

16

Firmanzah. Marketing Politik (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008), 141

17

Prof. Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma – Teori – Aplikasi – Strategi dan

Komunikasi Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal. 134

Page 24: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

11

E.3. Marketing Politik

Marketing politik digunakan sebagai bagian strategi untuk melakukan

pendekatan yang proporsional. Sehingga kontestan dapat melakukan hal-hal yang

efisien, tidak sia-sia namun efektif. Pada awalnya, marketing politik merupakan

metode yang digunakan dengan mengadopsi konsep pelaku ekonomi. Pelaku

ekonomi akan mencoba mengeluarkan pengeluaran seminimal mungkin, dengan

penghasilan semaksimal mungkin.18

Dalam marketing politik, bukan hanya

flatform yang coba dipublikasikan, namun juga ideologi politik, isu, gagasan, apa

yang telah dilakukan dan bahkan kepribadian kontestan sendiri. 19

E.2. Parliamentary Threshold

Istilah Parliamentary Threshold (PT) baru digunakan di Indonesia pada

tahun 2004. PT yang digunakan pada tahun 2009 hanya 2,5% suara nasional. Saat

itu, hanyalah 9 partai yang mampu lolos ke parlemen dari 24 partai. Pada dasarnya

kebijakan PT diyakini lebih efektif dalam membatasi jumlah partai politik di

parlemen.20

PT ini juga pada akhirnya mendorong partai politik untuk lebih serius

terhadap legitimasi yang diberikan rakyat. 21

Kebijakan PT berbeda dengan Electoral Threshold (ET). Jika ET

berpegangan pada batas perolehan suara partai politik untuk ikut sebagai kontestan

Pemilu. Jika suatu partai politik tidak memenuhi angka ET yang telah ditetapkan,

18

Firmanzah. Marketing Politik, 128

19

Ibid., 156

20

Haldyan Denysa, Implementasi Perbandingan Electoral Threshold dalam Pemilu 2004

dan Pemilu 2009, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, UII Yogyakarta, 2009), 43

21

Joko J. Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 148

Page 25: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

12

maka partai politik tersebut tidak dapat mengikuti Pemilu berikutnya. 22

Sebagai

contoh Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai

Karya Peduli Bangsa (PKPB) dan Partai Pelopor.23

Sedangkan PT lebih kepada

jumlah dukungan suara dalam batasan tertentu untuk diikutsertakan dalam

perhitungan suara partai politik di parlemen.

Dalam Pemilihan Umum 2014, PT di Indonesia mengalami kenaikan

menjadi 3,5%. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Pemilihan Umum nomor 8

tahun 2012 yang dijelaskan dalam pasal 208 ayat 1 (satu), yang salah satunya

adalah menyangkut ambang batas parlemen 3,5% dengan pemberlakuan secara

nasional.24

Banyak pihak yang akhirnya mengajukan protes terhadap kebijakan ini

terkait pasal tersebut. Namun, berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 52/PUU-X/2012 diputuskan bahwa angka 3,5% pemberlakuan

Parliamentary Threshold dalam Pasal 208 UU No. 8 Tahun 2012 selain frase

“DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota” sama sekali tidak bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Kebijakan tersebut berdasar pada

perhitungan objektif partai peserta Pemilu sebelumnya dengan keseluruhan

anggota parlemen/DPR.25

22

Haldyan Denysa, Implementasi Perbandingan Electoral Threshold dalam Pemilu 2004

dan Pemilu 2009, 54-55 23

Ibid.,57 24

Bunyi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 208 ayat 1 (satu) Tentang Pemilihan

Umum adalah :

“Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Harus Memenuhi Ambang Batas Perolehan Suara

sekurang-kurangnya 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan

perolehan kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota”. 25

Aditya Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, (Depok:

Puskapol UI, 2013), 68

Page 26: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

13

F. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan valid meliputi:

F.1. Jenis Penelitian

Penulisan penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.26

Prosedur penelitian ini akhirnya diharapkan menghasilkan data komparatif. Penulis

mencoba membandingkan strategi politik PKB dan PAN sebagai partai berbasis

massa Islam. Hasil ini kemudian dapat dilihat perbedaan strateginya secara jelas.

F.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara kepada narasumber terkait objek yang diteliti melalui tanya

jawab. Informan yang menjadi narasumber di tentukan berdasarkan

metode purposive sampling. Yaitu, sumber yang ditentukan berdasarkan

kriteria-kriteria yang diinginkan27

seperti, Lembaga Pemenangan Pemilu

(LPP) dan Koordinator Nasional Pemenangan Pemilu, serta pihak yang

ditugaskan oleh PKB dan PAN untuk mengkonsolidasikan pemenangan

Pemilu. Teknik ini memberikan informasi dan mengumpulkan data

langsung dari narasumber kedua partai, PKB maupun PAN. Narasumber

pertama dari pihak PKB adalah Syaifullah Maksum ketua Lembaga

Pemenangan Pemilu (LPP) DPP PKB, karena memang yang fokus

26

Syamsir Alam dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : UIN Jakarta

Press, 2006), 30 27

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D (Bandung: Alfabeta , 2012), 68

Page 27: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

14

membidangi pemenangan secara nasional PKB. Narasumber kedua adalah

Ahmad Helmy Faisal yang merupakan Ketua DPP PKB. Pada Pemilu

2014, Helmy Faisal mengkonsolidasikan pemenangan Pemilu PKB, dan

berhasil terpilih di Daerah pemilihan NTB yang sebelumnya PKB tidak

mendapatkan kursi. Sedangkan dari pihak PAN, narasumber yang

diwawancarai adalah Viva Yoga Mauladi. Viva Yoga merupakan

Koordinator Nasional Pemenangan Pemilu DPP PAN. Selain itu, Yandri

Susato Koordinator Pemenangan Pemilu DPP PAN Wilayah Banten juga

menjadi narasumber skripsi ini.

2. Dokumentasi dilakukan dengan studi kepustakaan melalui jurnal, buku,

surat kabar serta internet. Hal ini dilakukan guna mendapatkan panduan

dalam mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari wawancara dalam penelitian

kualitatif.

F.3. Teknik Analisa Data

Proses analisa data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Namun

dalam penelitian kualitatif, analisa data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Sehingga dalam kenyataannya,

analisa data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada

setelah selesai pengumpulan data.

F.4. Teknik Penulisan

Page 28: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

15

Untuk pedoman penulisan, penulis menggunakan buku terbitan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Panduan

Penyusunan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan mempermudah

pemahaman isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam lima (5) bab yang

disusun secara sistematis sebagai berikut :

Bab I pendahuluan merupakan bab pengantar yang berusaha memberikan

gambaran pemetaan umum. Pada bab ini berisikan latar belakang masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis dan konseptual, metedologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II memaparkan kerangka teoritis dan konseptual sebagai landasan dalam

penelitian skripsi ini yang berisikan tentang Strategi Politik, Marketing Politik,

Komunikasi Politik dan Parliamentary Threshold. Dalam hal ini, Marketing

Politik dan Komunikasi Politik termasuk Subteori dalam Strategi Politik,

sementara Parliamentary Threshold merupakan aturan atau konsep untuk syarat

Partai Politik masuk parlemen.

Bab III menjelaskan gambaran umum sketsa Partai Kebangkitan Bangsa dan

Partai Amanat Nasional mulai dari sejarah berdirinya kedua partai tersebut serta

visi dan misi masing-masing partai.

Page 29: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

16

Bab IV berisi pandangan tentang partai berbasis massa Islam terhadap

Parliamentary Threshold (PT) dan strategi-strategi Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam mencapai dan melampaui

Parliamentary Threshold 3,5% suara nasional serta perbedaan strategi dari kedua

partai politik berbasis massa Islam tersebut.

Bab V merupakan bab penutup menjelaskan kesimpulan mengenai strategi

dari kedua partai politik berbasis massa Islam dalam meraih. Sehingga kedua

partai ini mampu melampaui angka PT 3,5%. Namun, kedua partai ini belum

mampu menerapkan strategi-strategi untuk di wilayah Indonesia Timur.

Page 30: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

18

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

Bab ini akan membahas tentang teori dan konsep yang digunakan oleh

peneliti, meliputi Strategi Politik, Marketing Politik, Komunikasi Politik, dan

Parliamentary Threshold (PT). Teori dan konsep ini digunakan agar penelitian

lebih terarah dan komprehensif.

A. Strategi Politik

Kata strategi berasal dari kata strategia, dari bahasa Yunani yang berarti the

art of general atau seni seorang panglima yang biasa digunakan dalam

peperangan. Strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk

memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan

dari politik. Dalam abad modern sekarang ini penggunaan kata strategi tidak lagi

terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan saja, akan

tetapi sudah digunakan secara luas termasuk dalam ilmu ekonomi maupun di

bidang olah raga. Arti strategi dalam pengertian umum adalah cara untuk

mendapatkan kemenangan atau tercapainya suatu tujuan termasuk politik. Dengan

demikian kata strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau bidang

militer saja, tetapi telah meluas kesegala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya

merupakan seni dan ilmu yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan-

Page 31: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

19

kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, dan lain-lain untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.1

Pengertian strategi menurut beberapa ahli seperti Argyris, Mintzberg, Steiner

dan Miner dalam Yanuari Lusi :

“Strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaktif

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan

internal yang dapat mempengaruhi suatu organisasi”2

Salah satu definisi strategi menurut Gluek dan Jauch dalam Arum Megawati

yang mengatakan:

“Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang

mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan

lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

organisasi”.3

Perencanaan strategis telah muncul sebelum perkembangan peradaban

Yunani. Namun istilah ini baru diartikan sebagai perencanaan strategis pada masa

itu. Perencanaan Strategis secara umum didefinisikan sebagai setiap pemikiran dan

perencanaan yang diarahkan pada tujuan khusus dan sengaja dijalankan dengan

bersandar pada tujuan ini.4

Kemudian perencanaan strategis ini dibagi menjadi 2 (dua) jenis strategi

yakni strategi ofensif (menyerang) dan strategi defensif (bertahan). Strategi ofensif

1 Audy W. M. R. Wuisang, “Politik dan Strategi Nasional” Poltramas.com, [artikel online];

tersedia di http://www.poltramas.com diunduh 20 Agustus 2014 2 Yanuari Lusi Widhiyanti, Strategi PT Kereta Api Indonesia (KAI) dalam Meningkatkan

Pelayanan Transportasi Kereta Api (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Yogyakarta, 2012), 14 3 Arum Megawati, Analisis Lingkungan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Korpora: Studi

pada CV Argo Tunggal Batu [artikel online]; tersedia di https://www.academia.edu/5

199318/7_BAB_II_LANDASAN_TEORI diunduh tanggal 16 Juni 2015 4 Peter Schroder. Strategi Politik (terj.), (Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fuer die

Freiheit, 2013), 2

Page 32: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

20

dibagi lagi menjadi strategi untuk memperluas pasar dan strategi untuk menembus

pasar. Sementara strategi defensif menyangkut strategi untuk mempertahankan

pasar dan strategi menutup atau menyerahkan pasar.5

Strategi ofensif biasanya digunakan jika partai ingin meningkatkan jumlah

pemilihnya. Kampanye dapat berhasil jika ada lebih banyak orang yang memiliki

pandangan positif terhadap partai dibandingkan sebelumnya. Strategi ofensif yang

diterapkan saat kampanye Pemilu menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik

antara kita dan partai-partai pesaing kelompok pemilihnya akan kita rebut.

Sedangkan strategi defensif jika partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau

jika pangsa pasar ingin dipertahankan.6

Dalam keadaan tertentu, suatu partai bisa saja menerapkan strategi ofensif

dan defensif sekaligus. Meskipun secara strategis keputusan ini selalu berisiko,

tapi adakalanya cara ini membawa keberhasilan yang signifikan. Nantinya, strategi

harus diarahkan secara tepat pada satu partai dalam waktu tertentu tanpa ambisi

5 Schroder. Strategi Politik. 166

6 Ibid., 170

Tabel II.1. Perbandingan Strategi Ofensif dan Defensif

Strategi ofensif Strategi defensif

Strategi memperluas pasar

(strategi persaingan).

Strategi mempertahankan pasar (strategi

pelanggan, strategi multiplikator)

Strategi menembus pasar

(strategi pelanggan)

Strategi menutup/menyerahkan pasar

(strategi lingkungan sekitar)

Sumber : Schroder Strategi Politik hal. 166

Page 33: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

21

apapun, terlepas apakah yang diambil ofensif atau defensif. Sebuah strategi

campuran biasanya terjadi jika salah satu partai dalam koalisi pemerintahan

menerapkan strategi defensif terhadap partai oposisi, dan pada saat yang sama, di

dalam koalisi ia melakukan strategi ofensif terhadap mitra koalisi.7

Seiring berjalannya waktu, pengertian strategi semakin diperhalus dan

disesuaikan dengan kepentingan militer, tetapi kemudian juga disesuaikan dengan

kepentingan bisnis dan politik. Hingga akhirnya melahirkan perbedaan antara

taktik dan strategi. Carl Von Clausewitz mendefinisikan, taktik adalah ajaran

tentang pemanfaatan angkatan perang dalam pertempuran, sementara strategi

adalah ajaran tentang pemanfaatan pertempuran untuk tujuan perang.8

Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita

politik. Strategi-strategi politik penting bukan hanya untuk partai politik dan

pemerintah saja, tetapi juga untuk organisasi non-pemerintah (Non-Governmental

Organization/NGO) yang juga aktif dalam politik. Semua NGO, baik serikat

buruh, kelompok pejuang lingkungan hidup, organisasi Hak Asasi Manusia

(HAM), dan sebagainya. Membutuhkan strategi untuk mencapai tujuan jangka

panjang. Tanpa strategi politik, perubahan jangka panjang atau proyek-proyek

besar sama sekali tidak dapat diwujudkan.9

Sementara ada pula strategi kampanye, yakni bentuk khusus dari strategi

politik. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh sebanyak

mungkin dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilihan umum

7 Schroder. Strategi Politik. 173

8 Ibid., 175

9 Ibid., 7-8

Page 34: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

22

(Pemilu), agar dapat mendorong kebijakan-kebijakan yang dapat mengarah kepada

perubahan masyarakat.

Dalam lingkup masyarakat demokratis, pengambil-alihan kekuasaan dan

peluang untuk merebut pengaruh dilakukan melalui Pemilu yang demokratis dalam

berbagai bentuk. Tujuannya adalah untuk memperoleh bagian suara yang cukup

dalam pasar Pemilu, agar dapat memiliki pengaruh atas pihak eksekutif secara

konstitusional. Oleh karenanya, pertempuran untuk memperoleh suara pemilih,

baik untuk partai-partai yang sumber dayanya terbatas, harus direncanakan secara

hati-hati dan untuk itu diperlukan strategi.10

B. Komunikasi Politik

Dalam Pemilu tentunya ada sebuah proses kampanye yang dilakukan oleh

partai politik maupun kandidat calon anggota Legislatif yang berkompetisi. Dalam

proses kampanye terjadi komunikasi politik antara partai politik atau politikus

dengan konstituen.

Definisi komunikasi politik menurut Brian Mcnair dalam bukunya Fajar

Junaedi adalah suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh aktor-aktor politik

demi mencapai tujuan khusus. Tujuan khusus ini mengandung arti agar rakyat

memilih atau mendukung aktor politik tersebut.11

Oleh karena itu, dalam komunikasi politik yang dilakukan juga memerlukan

sebuah strategi untuk menunjang komunikasi politik tersebut. Berdasarkan definisi

10 Schroder. Strategi Politik. 9-10

11

Fajar Junaedi, Komunikasi Politik; Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia (Yogyakarta:

Buku Litera, 2013), 25-26

Page 35: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

23

di atas, Anwar Arifin menjelaskan bahwa strategi komunikasi politik adalah

strategi diperlukan untuk mendukung kekuatan pesan agar mampu mengungguli

kekuatan pesan lawan politik, terkhusus dalam menciptakan efektifitas

komunikasi. Ketokohan seseorang komunikator dan lembaga politik yang

mendukungnya sangat menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi politik

dalam mencapai saasaran dan tujuannya.12

Dalam strategi komunikasi politik juga terdapat 2 (dua) langkah yang harus

ditempuh untuk menunjang agar strategi komunikasi politik berjalan. Pertama,

merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Dan kedua, menciptakan

kebersamaan antara komunikator politik (politisi) dengan khalayak (pemilih).

Merawat ketokohan dipahami sebagai tokoh yang memiliki daya tarik tersendiri,

yang dalam proses komunikasi politik ini untuk mempengaruhi khalayak

(pemilih). 13

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan

komunikasi politik adalah membangun kebersamaan antara politikus dengan

rakyat (khalayak) dan dengan cara mengenal khalayak (rakyat) dan menyusun

pesan yang homofili. Suasana homofili yang harus diciptakan adalah persamaan

bahasa, persamaan busana, persamaan kepentingan dengan rakyat.14

Political branding, ketokohan dan isu politik adalah produk yang tidak

bertujuan meskipun dipelopori oleh pihak tertentu. Pihak lain bisa saja meniru atau

mengambil alih kebijakan dan isu tersebut seolah-olah temuannya sendiri. Akan

12

Prof. Dr. Anwar Arifin, Komunikasi Politik:Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi

dan Komunikasi Politik Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 235 13

Ibid., 236-243 14

Ibid., 243

Page 36: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

24

tetapi, sebuah kontestan politik dapat membangun halangan bagi pihak-pihak lain

yang ingin mengusung policy atau isu tertentu yang dipelopori oleh partai tertentu.

Branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul yang

mengacu pada nilai, berdasarkan kesadaran, loyalutas, persepsi kualitas dan

asosiasi dari suatu brand.15

Dalam political branding yang ditawarkan harus sama dan sebangun dengan

positioning. Bagian-bagian yang terdapat dalam bauran produk politik nerupakan

pilar-pilar yang mendukung positioning. Akan tetapi tidak semua bagian harus

disampaikan dalam kampanye. Analisi kekuatan dan kelemahan dapat menjadi

acuan untuk menetapakan fokus kampanye. Sebuah kontestan dapat memilih

beberapa bagian dari satu atau dua atau ketiga substansi produk politik sebagai

fokus yang akan ditawarkan dalam kampanye.

B. 1. Marketing Politik

Penggunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai

marketing politik (political marketing.)16

Dalam Marketing Politik, yang

ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing untuk

membantu politikus dan partai politik agar lebih efisien serta efektif dalam

membangun dua hubungan arah dengan konstituen dan masyarakat.

Marketing Politik adalah seperangkat metode yang dapat memfasilitasi

kontestan (individu atau partai politik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan

15

Firmanzah. Marketing Politik, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008), 141 16

Firmanzah. Marketing Politik , 128

Page 37: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

25

politik, isu politik, ideologi politik, karakteristik pemimpin partai dan program

kerja partai kepada masyarakat. 17

Menurut O’Shaughnessy dalam Firmanzah, politik berbeda dengan produk

retail, sehingga akan berbeda pula muatan yang ada di antara keduanya. Politik

terkait erat dengan pernyataan sebuah nilai (Value). Jadi, isu politik bukan sekedar

produk yang diperdagangkan, melainkan menyangkut pula keterkaitan simbol dan

nilai yang menghubungkan individu-individu. 18

Menurut Firmanzah, paradigma dari konsep marketing politik adalah;

Pertama, Marketing politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua,

Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses, tidak hanya terbatas pada

kampanye politik, namun juga mencakup bagaimana memformulasikan produk

politik melalui pembangunan simbol, image, platform, dan program yang

ditawarkan. Ketiga, Marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas

yang meliputi teknik marketing, strategi marketing, teknik publikasi, penawaran

iden dan program, desain produk, serta pemprosesan informasi. Keempat,

Marketing politik melibatkan banyak disiplin ilmu, terutama ilmu sosiologi dan

psikologi. Kelima, Marketing politik dapat diterapkan mulai dari Pemilu hingga

lobby politik di parlemen.

Marketing politik juga merupakan serangkaian aktivitas terencana strategis

tapi juga taktis berdiensi jangka panjang dan jangka pendek untuk menyebarkan

makna politik kepada para pemilih yang bertujuan untuk membentuk dan

menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi dan perilaku pemilih, perilaku

17

Firmanzah. Marketing Politik. 156 18

Ibid.,

Page 38: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

26

pemilih yang diharapkan adalah ekspresi yang mendukung dengan berbagai

dimensinya khususnya dalam menjatuhkan pilihan pada partai atau kandidat

tertentu.19

Menurut Firmanzah, marketing politik dapat bermanfaat bagi partai politik

dan calon presiden untuk membangun hubungan dengan pemilih. Dan penerapan

metode maupun konsep marketingnya dalam dunia perpolitikan inilah yang

disebut sebagai marketing politik. Marketing politik sebagai sebuah langkah dalam

pengaplikasian metode dan konsep dalam konteks politiknya. Marketing politik

sebagai suatu aktivitas formal yang diakui memang secara konsep masih tergolong

baru di Indonesia. Namun kenyataannya tanpa disadari kita sebagai rakyat

Indonesia sudah melakukan prinsip-prinsip marketing

C. Parliamentary Threshold

Parliamentary Threshold (PT) adalah ambang batas perolehan suara yang

harus dicapai oleh partai politik untuk dapat mengirimkan calon terpilihnya ke

lembaga perwakilan (parlemen). Partai politik yang perolehan suaranya sama

dengan atau melampaui PT akan diikutsertakan dalam perhitungan perolehan kursi

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merujuk pasal 208 Undang-Undang (UU) No. 8

tahun 2012. Sementara ketentuan PT tidak berlaku untuk perhitungan kursi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, yang

dihasilkan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi No. 52/PUU-X/2012.20

19

Adman Nursal, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu (Jakarta: Gramedia,

2004), 156 20

Aditya Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, (Depok :

Puskapol UI, 2013), 67

Page 39: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

27

PT di Indonesia baru dilaksanakan pada pemilihan umum 2009 dengan

besaran angka ambang batas 2,5% dan menghasilkan sembilan partai politik yang

lolos. PT berbeda konsep dengan Electoral Threshold (ET) dimana perolehan

minimum kursi untuk duduk di lembaga perolehan minimum kursi untuk duduk di

lembaga parlemen dan juda secara otomatis dapat mengikuti pemilihan umum

berikutnya, pengaturan PT lebih kepada jumlah dukungan suara dalam batasan

tertentu untuk diikutsertakan dalam perhitungan suara partai politik di parlemen.21

Hal ini sebagai bentuk komitmen pemerintah dengan maksud memoderenkan

partai politik dan membuat partai politik dalam usaha mencari dukungan dari

konstituen lebih serius dengan begitu legitimasi rakyat juga lebih dapat

dipertanggungjawabkan dan pada giliran berikutnya kerja parlemen akan lebih

efisien karena penyederhanaan tersebut.22

Walaupun dalam pemilihan umum 2009 telah disepakti besaran ambang

batas parlemen sebesar 2,5%, namun karena dipandangan kurang efektif maka

pemerintah berinisiatif untuk membuat Undang-Undang baru tentang Pemilihan

Umum untuk merubah beberapa materi yang dianggap kurang efisien. Salah

satunya adalah materi mengenai ambang batas parlemen dengan menaikkan

besaran ambang batas menjadi 3,5%. Adanya perubahan materi yang berkaitan

dengan ketentuan besaran ambang batas parlemen menimbulkan sebuah

permasalahan baru bagi golongan-golongan tertentu. Ini didasari bahwa dalam

Undang-Undangan Pemilihan Umum yang baru ini yaitu Undang-Undang

21

Joko J Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), 148 22

Abdul Rajab Ulumando, Urgensi Parliamentary Threshold dalam Undang-Undang nomor

8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota DPR DPD dan DPRD terhadap Sistem

Presidensial, (Skripsi S1 Ilmu Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), 3-4

Page 40: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

28

Pemilihan Umum nomor 8 tahun 2012 yang dijelaskan dalam pasal 208 ayat 1

(satu), yang salah satunya adalah menyangkut ambang batas parlemen 3,5%

dengan pemberlakuan secara nasional.23

Untuk Pemilu 2014, UU Pemilu No. 8 Tahun 2012 menetapkan PT sebesar

3,5% bagi partai untuk diikutsertakan dalam perhitungan kursi DPR. Pada awalnya

menurut UU No. 8 Tahun 2012, proses penetapan suara dan kursi, setelah Komisi

Pemilihan Umum (KPU) di tingkat nasional menetapkan hasil perolehan suara

untuk pemilihan DPR, maka KPU akan menetapkan partai peserta Pemilu 2014

yang lolos PT untuk dikutsertakan dalam pembagian kursi di setiap daerah untuk

pemilihan DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Namun aturan

tersebut pada tahun 2012 dibatalkan Mahkamah Konstitusi setelah menerima

gugatan judicial review terhadap pasal 208.24

Partai politik yang tidak lolos PT pada Pemilu 2014 tetap berhak mengikuti

Pemilu 2019. Hal ini membedakannya dari ketentuan ET atau ambang batas suara

untuk dapat mengikuti pemilihan umum berikutnya. Ketentuan mengenai ET ini

pernah diatur oleh UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu anggota DPR, DPRD

Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD yang membatasi partai politik yang

tidak berhasil memperoleh suara 3% untuk ikut serta dalam Pemilu 2009.25

Mahkamah Konstitusi dalam putusan Nomor 52/PUU-X/2012 terkait

gugatan pasal 208 ayat 1 (satu) UU No. 8 Tahun 2012, memutuskan bahwa angka

23

Bunyi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 208 ayat 1 (satu) Tentang Pemilihan

Umum adalah :

“Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Harus Memenuhi Ambang Batas Perolehan Suara

sekurang-kurangnya 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan

perolehan kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota”. 24

Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, 68 25

Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, 69

Page 41: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

29

3,5% pemberlakuan PT dalam Pasal 208 UU No. 8 Tahun 2012 selain frase

“DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota” sama sekali tidak bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, karena selain berlaku secara objektif

bagi semua partai politik peserta Pemilu dan keseluruhan para calon anggota DPR

dari partai politik peserta Pemilu, tanpa kecuali, juga tidak ada faktor-faktor

pembedaan ras, agama, jenis kelamin, status sosial, dan lain-lain. MK juga

sependapat dengan pandangan pemerintah, bahwa dalam rangka menguatkan

sistem pemerintahan presidensial, maka dibutuhkanlah sistem multipartai yang

sederhana.

Page 42: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

31

BAB III

GAMBARAN UMUM PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DAN

PARTAI AMANAT NASIONAL

Peristiwa yang terjadi pada tahun 1998, telah mengubah nasib bangsa

Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto yang telah memimpin lebih dari

tiga puluh tahun bangsa Indonesia menyatakan berhenti dan mundur dari

jabatannya sebagai Presiden Indonesia. Selanjutnya bangsa Indonesia memasuki

babak baru dengan era Reformasi dengan mengedepankan azas demokrasi.1

Era reformasi ditandai dengan upaya mewujudkan kehendak rakyat untuk

mengubah tatanan semua aspek kehidupan, ideologi, politik, ekonomi, sosial,

budaya dan pertahanan keamanan. Rakyat tidak menghendaki adanya yang

mengatasnamakan kekuasaan kehidupan dan berbangsa harus dikembalikan pada

rakyat sebagai pemegang kehidupan.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN)

menjadi partai baru yang lahir dari reformasi. Kedua ini merupakan partai berbasis

massa Islam yang memiliki kedekatan dengan dua organisasi besar Islam di

Indonesia. PKB lahir sebagai jawaban dari tuntutan warga Nahdlatul Ulama (NU)

untuk terlibat dalam kebijakan publik. Sedangkan PAN lahir dari permintaan

warga Muhamadiyah pada Sidang Tanwir Muhamadiyah Semarang 1998. PKB

lahir dengan dideklarasikan oleh ulama-ulama NU seperti Gus Dur. Sementara

PAN lahir dengan dideklarasikan oleh tokoh Muhammadiyah Amien Rais.

1 Abdurrahman Wahid, Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (NU Jawa Timur, 2000), 23

Page 43: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

32

Kemudian keduanya tumbuh sebagai partai berbasis massa Islam yang besar

hingga saat ini.

Bab ini menjelaskan gambaran PKB dan PAN yang terdiri dari sejarah

berdirinya, Visi Misi dan Asas-asas. Hal ini penting untuk menunjang analisa

strategi partai pada bab selanjutnya.

A. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)

A.1. Sejarah Lahirnya PKB

Tuntutan pembentukan partai politik baru sebagai infrastruktur politik telah

mengakar sampai ke desa-desa dan berkumandang makin kencang. Sehingga

keterlibatan birokrasi dan aparat keamanan didalam partai politik, dinilai sebagai

campur tangan yang tidak semestinya.2

Warga NU turut menuntut untuk aktif dalam orsospol yang ada melalui

sebuah himpunan dan membentuk suatu partai untuk memberi kesempatan baru

dalam mengenang peran-peran monumental NU sebelumnya. Hal ini sesuai

dengan “resolusi jihad” yang dikobarkan oleh Rais Akbar NU Hadaratus Syaikh

KH. Hasyim Asy‟ari pada bulan Oktober 1945. NU kemudian berhasil

mengumpulkan suara pada Pemilu 1955 dan pelopor pembubaran Partai Komunis

Indonesia (PKI) tahun 1965. NU memiliki peran politik yang besar dengan

bersama-sama kelompok bangsa yang lain dan membentuk pemerintahan yang

stabil dan memakmurkan rakyat.3

2 Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si, Memahami Nahdlatul Ulama (Surabaya: Pesantren

Luhur Al-Husna, 2010), 171 3 Moesa, Memahami Nahdlatul Ulama, 171-172

Page 44: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

33

Kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak terlepas dari campur

tangan kyai Nahdlatul Ulama (NU) hampir di semua daerah. Hal ini merupakan

konsekuensi logis terhadap suka dan duka perjalanan NU dalam sejarah bangsa

Indonesia. Organisasi politik dibentuk dengan tujuan untuk mempengaruhi bentuk

dan karakter kebijakan publik dalam kerangka prinsip dan kepentingan ideologi

tertentu melalui praktik kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam

Pemilihan Umum (Pemilu). Secara teoritis, partai politik (Parpol) adalah

organisasi yang dibentuk sebagai wahana partisipasi rakyat tanpa pembatasan

tertentu. Untuk tujuan partisipasi tersebut parpol mengaktifkan dan memobilisasi

rakyat.4

Latar belakang lahirnya PKB ini didorong oleh banyaknya aspirasi dari

warga NU mengenai pentingnya pendidikan politik agar tidak termarjinalkan

dalam rezim pemerintahan orde baru. Sesuai dengan fiqh politik NU bahwa

kekuasaan pada hakikatnya milik Allah SWT dan diamanahkan kepada manusia

yang memiliki kemampuan untuk memikulnya. Selain itu, NU harus menegakkan

nilai-nilai agama serta kemaslahatan rakya. Maka pendirian partai baru tersebut

merupakan sikap progresif dan lebih fleksibel NU dalam menyikapi kekuasaan.

Pemurnian ajaran NU melalui khittah 1926 tidak difahami sebagai langkah mutlak

untuk mengambil jarak dengan kekuasaan. Justru kekuasaan itu harus dikawal agar

tidak menimbulkan kemundharatan.5

Khittah 1926 menyatakan bahwa posisi NU tetap sebagai organisasi sosial

keagamaan dan membutuhkan suatu wadah baru untuk menampung aspirasi politik

4 Abdul Azis, Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam, (Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2006), hal. 67 5 Azis, Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam, 67

Page 45: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

34

warga Nahdliyin6. Hubungan NU dengan politik merupakan konsekuensi upaya

kembali ke khittah 1926. Kiprah politik NU sendiri secara organisatoris sudah

akan terputus. Sehingga diputuskan kemudian bahwa NU memberi kebebasan

sepenuhnya anggota dan tokoh-tokoh NU untuk menentukan pilihan politiknya

sendiri, tanpa perlu mengkaitkannya dengan NU. Menurut KH. Ahmad Siddiq, NU

menghargai warganya untuk menggunakan hak politiknya secara baik, dan bebas

menentukan organisasi politik mana yang disukainya.7

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa PKB lahir dari desakan warga NU.

Namun bukan berarti bahwa NU meninggalkan khittah-nya. Hal ini karena PKB

secara kelembagaan terlepas dari NU, meskipun secara struktur organisasinya

sama dengan NU.

Usulan nama partai politik baru pada mulanya mencapai 39 nama yang

masuk ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dari catatan Khirudin,

usulan nama partai dari Pengurus Nahdlatul Ulama ditingkatan wilayah dan

cabang terbanyak adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan Kebangkitan

Bangsa. Selain usulan nama, ada pun usulan lambang parpol yang didominasi oleh

gambar bumi dan bintang, usulan visi dan misi parpol, AD/ART sampai pada

usulan nama-nama pengurus parpol. Salah satu usulan yang menjadi acuan adalah

Lajnah 11 Rembang yang diketuai oleh KH. M. Cholil Bisri dan Pengurus

Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat.8

6

Nahdliyin adalah sebutan bagi warga yang merupakan anggota Nahdlatul Ulama,

mengikuti tradisinya dan mengakui bagian dari organisasi Nahdlatul Ulama. 7 Laode Ida, Anatomi Konflik: NU, Elit Islam dan Negara (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1996), hal. 62 8Ade Indra Wijaya. “Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)” Ade Indra Wijaya, S.Sos.I

[Artikel online]; tersedia di http://www.adeindrawijaya.blogspot.com/2013/05/sejarah-Partai-

Kebangkitan-Bangsa. diunduh pada tanggal 19 Desember 2014

Page 46: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

35

Usulan tersebut ditindaklanjuti dengan rapat harian Syuriyah dan

Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998. Rapat itu menghasilkan keputusan untuk

membentuk tim lima yang dibantu oleh tim asistensi sebanyak sembilan orang

yang bertugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Keputusan PBNU tersebut

kemudian ditindaklanjuti oleh keputusan pengurus NU di tingkatan wilayah dan

cabang yang membentuk tim serupa untuk menyiapkan format partai baru sebagai

pemenuhan aspirasi warga NU. Akhirnya, hasil musyawarah tim lima dan tim

sembilan tingkat pusat adalah nama partai baru yaitu Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB). Nama partai kemudian dideklarasikan pada tanggal 23 Juli 1998 di

kediaman KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ciganjur, Jakarta Selatan. KH.

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjelaskan pada acara deklarasi PKB 1998

bahwa kata „kebangkitan‟ jelas di ambilkan dari bahasa arab „nahdlah‟. Sedangkan

penggunaan kata „bangsa‟ menjadi pilihan daripada kata „ummat’, Gus Dur

kemudian menegaskan pilihannya sebagai berikut :

“Kita pilih yang bisa diterima oleh undang-undang, yakni „bangsa‟.

Tidak ada yang bisa melarang kata bangsa, karena kata itu merupakan

sesuatu yang inhem (menyatu) dalam kehidupan berbangsa kita. Jadi

karena itulah dipilih nama Partai Kebangkitan Bangsa, karena lebih

dicintai NU…”9

Hal menarik dalam pendirian PKB antara lain keputusan untuk tidak

mendirikan partai politik yang berasas Islam. Dasar pembentukan partai tertuang

dalam naskah deklarasi dan Mabda‟ Siyasiy PKB yang mengatakan bahwa cita-

cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, bukan cita-cita politik Islam

yakni dengan mendirikan Negara Islam. Berikut petikan naskah tersebut :

”Bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah

terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur,

serta untuk mewujudkan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

Bahwa wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah

masyarakat beradab dan sejahtera, yang mengejawantahkan nilai-nilai

9 Azis, Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam, 16-17

Page 47: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

36

kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber

dari hati nurani; bisa dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu

memecahkan masalah sosial yang tertumpu pada kekuatan sendiri;

bersikap dan betindak adil dalam segala situasi; tolong menolong

dalam kebajikan; serta konsisten menjalankan garis/ketentuan yang

telah disepakati bersama.

… … … Maka dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah, dan

inayah Allah SWT, serta didorong oleh semangat keagamaan,

kebangsaan dan demokrasi, kami warga Jam‟iyah Nahdlatul Ulama

dengan ini menyatakan berdirinya partai politik yang bersifat

kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis yang diberi nama

Partai Kebangkitan Bangsa. (Petikan Naskah Deklarasi PKB)”10

Sedangkan dalam Mabda‟ Siyasiy ditulis sebagai berikut :

1. “Cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah

terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur

sejahtera lahir dan batin, bermartabat dan sederajat dengan bangsa-

bangsa lain di dunia, serta mampu mewujudkan suatu pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, keadilan

sosial dan menjamin terpenuhinya hak asasi manusia serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia.

2. Bagi Partai Kebangkitan Bangsa, wujud dari bangsa yang dicitakan

itu adalah masyarakat yang terjamin hak asasi kemanusiaannya,

yang mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran,

kesungguhan dan keterbukaan bersumber pada hati nurani (as-

shidqu), dapat dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu

memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi (al-amanah wa

al-wafa-u bi al-ahdli), bersikap dan bertindak adil dalam segala

situasi (al-„adalah), tolong menolong dalam kebajikan (al-ta‟awun)

dan konsisten menjalankan ketentuan yang telah disepakati bersama

(al-istiqomah) musyawarah dalam menyelesaikan persoalan sosial

(al-syuro) yang menempatkan demokrasi sebagai pilar utamanya

dan persamaan kedudukan setiap warga Negara di depan Hukum

(al-musawa) adalah prinsip dasar yang harus selalu

ditegakkan…..”11

10

Ichwan Arifin, Kiai dan Politik: Studi Kasus Perilaku Politik Kiai dalam Politik Partai

Kebangkitan Bangsa Pasca Muktamar II Semarang, (Tesis S2 Magister Ilmu Politik, Universitas

Diponegoro, 2008), 60-61

11 Tsaniyatul Azizah, Kuasa Kiai dalam Pemaknaan Politik Partai Kebangkitan Bangsa di

Daerah Istimewa Yogyakarta, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Jogja,

2012), 6

Page 48: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

37

Sebagai partai yang lahir dari Rahim NU baik secara struktural maupun

kultural, PKB mewarisi Nahdlatul Ulama (NU). Secara struktural, dalam

organisasi PKB terdapat dua institusi, yakni Dewan Syuro sebagai institusi

penentu kebijakan umum dan Dewan Tanfidz sebagai pelaksana kebijakan partai.

Hal ini persis sama sebagaimana yang ada di NU, yakni Lembaga Syuriyah dan

Tanfiziyah.12

Tujuan politik PKB adalah keadilan (Justice). Jika Negara yang dibangun

berlandaskan keadilan, dapat diandaikan bahwa semua warga akan bekerja dan

dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Dalam kerangka perjuangan panjang

yang dilalui PKB, PKB menunjukkan eksistensinya dengan tampilnya KH.

Abdurrahman Wahid, salah satu kader terbaik PKB sebagai Presiden Republik

Indonesia.13

Sejak pendiriannya, PKB sudah mengikuti Pemilu sebanyak 4 kali yakni

Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009 dan terakhir Pemilu 2014. Pada Pemilu

1999, PKB berhasil masuk tiga besar dibawah Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar dengan perolehan suara 12,6% suara.

Pemilu berikutnya, PKB masih cukup diperhitungkan sebagai partai baru dengan

memperoleh suara sekitar 10,5% suara dan masih diposisi ketiga di bawah Golkar

dan PDI-P.14

Namun memasuki Pemilu 2009, PKB mulai mengalami perpecahan

di dalam tubuh partai. Hal ini disebabkan oleh perpecahan pada Muktamar 2005.

12

Ibid., 13

Ibid., 7 14

Fajar Novi Eristyawan, “Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus

Kemerosotan Suara pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur” Jornal Unair, [Journal

online] tersedia di http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpm749441a578full.pdf, diunduh pada tanggal

10 Juni 2015, 2

Page 49: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

38

Saat itu PKB terpecah menjadi 2 (dua) kubu yakni kubu Muhaimin Iskandar dan

kubu Gus Dur yang diwakili oleh Yenny Wahid. Inilah yang menjadi faktor utama

kemerosotan suara PKB di Pemilu 2009 dengan perolehan 4,9% suara.15

A.2 Visi dan Misi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

A.2.1 Visi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

PKB memiliki visi yang dibuat sejak awal berdirinya. Visi ini dibuat

sebagai landasan setiap anggota. Secara umum, berikut visi PKB : 16

a. PKB harus turut serta menjaga dan memelihara tanah air dan

kemerdekaan Indonesia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal itu

karena keduanya merupakan rahmat dan amanat Allah SWT.

b. PKB harus dapat memperjuangkan tegaknya kedaulatan rakyat,

terwujudnya kehidupan demokrasi secara nyata, tercapainya keadilan

sosial, kemandirian dan kemajuan. PKB bercita-cita membentuk

masyarakat madani yang adil dan makmur, beradab dan sejahtera serta

diridhai Allah SWT. Hal tersebut agar dapat mewujudkan :

1) Nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang

bersumber pada nurani (ash-shidqu)

2) Sikap bisa dipercaya, setia, menepati janji dan mampu memecahkan

masalah sosial (al-amanah wal yaghfa bii-‘ahdi)

15

Eristyawan, Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus Kemerosotan Suara

pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur, 3 16

Muhaimin Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa, (Jakarta: DPP PKB, 2005), 68

Page 50: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

39

3) Sikap dan tindakan yang adil dalam segala situasi (al-‘adalah)

4) Sikap tolong menolong dalam kebajikan (at-ta’awun)

5) Sikap konsisten dalam menjalankan ketentuan yang disepakati

bersama (al-istiqomah)

6) Demokrasi persamaan kedudukan di depan hukum (musyawarah)

c. PKB harus dapat memupuk persatuan dan solidaritas agar tercapainya

persaudaraan keagamaan (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan

kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan kemanusiaan

(ukhuwah insaniyah).

d. PKB bercita-cita mewujudkan masyarakat yang berlandaskan Pancasila

yang beragama.

e. PKB harus dapat mewujudkan kesejahteraan sosial dan pemerataan

pembangunan ekonomi kerakyatan dengan penguatan sector pertanian,

pendayagunaan pajak dan kewajiban agama.

A.2.2 Misi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Dalam implementasi visi partai PKB turut melaksanakan misi partai.

Misi PKB adalah sebagai berikut : 17

1. Melaksanakan kegiatan dan upaya secara maksimal untuk mewujudkan

masyarakat ideal yang dicita-citakan sebagaimana tercantum dalam

17

Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa, 69-70

Page 51: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

40

Visi dan Misi partai dengan memperhatikan dan menjamin

terpenuhinya hak-hak dasar kemanusiaan yang meliputi :

a. Terpeliharanya jiwa dan terpenuhinya hak kemerdekaan, hak atas

penghidupan/pekerjaan, keselamatan dan bebas dari penganiayaan

(hifdzun nafs).

b. Terpeliharanya agama dan terjaminnya kebebasan beragama dan

larangan adanya pemaksaan menganut ajaran suatu agama

(hifdzuddin)

c. Terpeliharanya akal, terjamin kebebasan berekspresi dan

berpendapat (hifdzul aql)

d. Terpeliharanya keturunan, terjaminnya perlindungan pekerjaan dan

masa depan keturunan atau generasi penerus (hifdzun nasl)

e. Terpeliharanya harta benda dan terjaminnya pemilikan harta benda

(hifdzun mal).

2. Memperjuangkan pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional yang

menumbuhkembangkan potensi dan sentra-sentra perekonomiaan

rakyat yang pernah berjaya di masa lalu.

3. Mencegah terjadinya bentuk-bentuk pengembangan perekonomian

yang menumbuhkan sector tertentu tetapi berakibat matinya potensi

dan sentra-sentra perekonomian rakyat.

Page 52: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

41

4. Memperjuangkan pelaksanaan otonomi daerah dengan warga daerah

sebagai perilaku utama pembangunan di daerah yang sebenarnya

adalah pembanguan oleh pemerintahan pusat dengan mengambil

temapt di daerah.

5. Memperjuangkan pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan

upaya menjaga alam Indonesia yang merupakan rahmat Allah SWT

kepada bangsa Indonesia yang juga di pertanggungjawabkan oleh

generasi penerusnya.

6. Memperjuangkan terwujudnya birokrasi pemerintah pusat dan

pemerintah daerah yang efisien dan efektif, bersih, jujur, terbuka, serta

tidak dikuasai menjadi alat dari kekuatan politik tertentu.

7. Memperjuangkan terwujudnya Negara hukum yang tercermin pada

kuat dan kokohnya supremasi hukum dalam segala aspek kehidupan,

sesuai dengan cita-cita dan seluruh gagsan sosial, politik, dan ekonomi

yang terkandung dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.

A. 3 Asas-Asas Partai Kebangkitan Bangsa

Asas-Asas PKB menjadi penuntut PKB dalam berpolitik dan wajib

dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Asas-asas PKB yaitu sebagai berikut :

18

18

Anggaran Dasar dan Anggaran Kegiatan Rumah Tangga PKB (Hasil Muhtamar ke-31,

2004). 2

Page 53: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

42

1. PKB beraqidah Islam/berasas Islam menganut faham ahlusunnah wal

jama‟ah dan menurut faham dari salah satu imam mazhab empat :

Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hambali.

2. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara PKB berasas pada

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. PKB muncul sebagai jawaban terhdap usulan warga NU dari seluruh

pelosok negeri yang menginginkan hadirnya satu wadah yang dapat

menampung aspirasi politik kaum Nahdliyin. PBNU-lah yang

kemudian membidani lahirnya PKB.

4. Partai ini lahir melalui sebuah rangkaian proses pengkajian yang

intensif. Partai ini adalah „partainya orang NU‟ yang sekaligus juga

menjadi partai yang bersifat kebangsaan, demokratis dan terbuka bagi

siapa saja dalam artian lintas agama, suku, ras dan golongan.

5. PKB yang didukung sepenuhnya oleh KH. Abdurrahaman Wahid,

ketua umum PBNU, berciri humanism religius (insaniyah diniyah) dan

amat peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan yang agamis dan

berwawasan kebangsaan. Perjuangan PKB bermuaran pada

pengembalian kedaulatan rakyat, keadilan dan persatuan.

Page 54: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

43

B. Partai Amanat Nasional (PAN)

B. 1 Sejarah Lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN)

Reformasi sebagai jalan yang kita tempuh telah banyak melahirkan

gagasan brilian yang diterima bersama dalam tatanan kehidupan baru

ketatanegaraan. Partai politik memiliki posisi penting dalam sebuah Negara

demokrasi. Kehidupan partai politik di suatu Negara demokrasi mencerminkan

bagaimana kondisi kehidupan di Negara tersebut.

PAN dibentuk pada masa reformasi. Sejarah berdirinya PAN tidak lepas

dari hasil tanwir Muhammadiyah Semarang tahun 1998. Menjelang jatuhnya

pemerintahan orde baru Soeharto, seluruh kekuatan pro demokrasi, mulai dari

mahasiswa sebagai kekuatan inti gerakan reformasi, akademisi, aktivis Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), serta kelompok masyarakat yang menghendaki

perubahan, di antaranya adalah Majelis Amanat Rakyat (MARA).19

MARA berdiri resmi pada 14 Mei 1998 dan melibatkan tokoh-tokoh

nasional sebagai pendirinya, yaitu M. Amien Rais, Goenawan Moehammad, Rizal

Ramli, Emil Salim, Albert Hasibuan, Toety Zoemrotin, dan lain-lain. Selain

MARA, beberapa aktivis pro demokrasi mendirikan Tebet Society, di antaranya

Amin Azis, AM Fatwa, AM Lutfi, dan M. Suwardi yang sebagian besar juga

menjadi aktivis Muhammadiyah.20

19

“Partai Amanat Nasional” Magister Ilmu Pemerintahan UMY. [artikel online]; dari

http://mip.umy.ac.id/phocadownload/jgpp/rasid%2520pora.pdf, diunduh tanggal 30 Desember

2014, 91 20

“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 91

Page 55: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

44

Kemudian MARA mengadakan pertemuan di Bogor tanggal 5-6 Agustus

1998. MARA sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian

berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN).21

Berdirinya PAN tidak

dapat terlepas dari sosok Amien Rais, sang lokomotif gerakan reformasi 1998.

PAN dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1998, berdasarkan

pengesahan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tanggal 27 Agustus 2003.22

PAN berdiri dengan tujuan untuk menjunjung tinggi dan menegakkan

kedaulatan rakyat, keadilan, kemajemukan material dan spiritual. Cita-cita PAN

berakar pada moral agama, kemanusiaan, kemajemukan, non-sektarian, dan non-

diskriminatif. Dalam upayanya menjangkau masa depan, PAN berdiri di atas

landasan ideologis amanah dan nasionalitas untuk mampu memberikan respon

secara cerdas dan bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan bangsa serta

dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya kehidupan politik yang demokratis

di Indonesia. Sebagai partai politik, maka tidak terelakan jika PAN bersinggungan

secara intens dengan berbagai hal yang bersifat particular dalam arus pertarungan

kepentingan politik di Indonesia. Namun demikian, amanah dan nasionalitas

merupakan landasan pembentuk kerja-kerja politik yang visioner.23

Dengan ideologi amanah, maka proses dan pencapaian hasil dalam

pergulatan politik sepenuhnya bersandar pada kehendak untuk mewujudkan dan

mengkongkretkan amanat rakyat. Sementara dengan ideology nasionalitas berarti

21

“Partai Amanat Nasional” Merdeka.com. 2014. [artikel online]; Tersedia di

http://m.merdeka.com/profil/indonesia/p/partai-amanat-nasional/ diunduh pada tanggal 30

Desember 2014 22

“Partai Amanat Nasional” Sindonews. 2014. [artikel online]; tersedia di

http://m.sindonews.com/read/705233/12/profil-partai-amanat-nasional-1357715588 diaskes pada

tanggal 30 Desember 2014 23

“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 91

Page 56: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

45

PAN menghargai dan menjunjung tinggi pluralitas, heterogenitas atau

kemajemukan sosial, ekonomi dan budaya yang kemudian bersenyawa membentuk

sebuah Negara bangsa bernama Indonesia. Maka, ideologi amanah dan

nasionalitas merupakan pilar penyangga PAN, agar tidak terkikis eksistensinya

semata sebagai pengejawantahan dari kepentingan parsial patrikular.24

PAN sejak mengikuti Pemilu 1999 sampai Pemilu 2009 cenderung

mengalami fluktuasi suara. Pada Pemilu 1999 PAN memperoleh 7,12% suara dan

Pemilu 2004 PAN memperoleh 6,44% suara. PAN justru mengalami penurunan

suara di Pemilu 2009 dengan memperoleh 6,01% suara.25

B.2 Visi Dan Misi Partai Amanat Nasional (PAN)

B.2.1 Visi Partai Amanat Nasional (PAN)

PAN adalah partai yang terbuka bagi warga Negara Indonesia, baik laki-laki

dan perempuan yang berasal dari berbagai pemikiran, latar belakang etnis maupun

agama, dan mandiri. Adapun visi PAN adalah “Terwujudnya PAN sebagai partai

politik terdepan dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil dan makmur,

pemerintah yang baik dan bersih di dalam Negara Indonesia yang democrat dan

berdaulat, serta diridhoi Allah SWT Yang Maha Esa”.26

Sedangkan penjelasan Visi PAN adalah sebagai berikut :

24

“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 91-92 25

“Partai Amanat Nasional (PAN)” Poltracking [artikel online] tersedia di

http://www.poltracking.com/partai-amanat-nasional-pan unduh pada tanggal 10 Juni 2015 26

“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 92-93

Page 57: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

46

1. Masyarakat Madani berarti bahwa PAN harus dapat menciptakan

kesejahteraan, kemakmuran dan memiliki peran dalam masyarakat.

Masyarakat madani merupakan tatanan kemasyarakatan berlandaskan

transparansi, keterbukaan, dan berbasisi kompetensi.

2. Pemerintahan yang Baik dan Bersih berarti bahwa pemerintahan yang

dicita-citakan PAN adalah pemerintahan yang terbuka dengan

pemanfaatan sumberdaya manusia yang adil, transparan dan sesuai

dengan cita-cita masyarakat.

3. Membangun Negara Bangsa yang Berdaulat dalam Sistem Demokrasi

berarti PAN akan menjungjung demokrasi di Indonesia yang berdasarkan

pancasila. Demokrasi ini memiliki kedaulatan dan musyawarah mufakat.

B. 2. 2 Misi Partai Amanat Nasional (PAN)

Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut guna memberikan arah

dan tujuan yang ingin dicapai guna memberikan fokus terhadap program

yang akan dilaksanakan maupun untuk menumbuhkan partisipasi semua

pihak, maka ditetapkan misi sebagai berikut :27

1. Memenangkan PAN dalam setiap Pemilihan Umum.

2. Mewujudkan kader yang berkesadaran priritual, sosial dan politik yang

tinggi, cerdas, ikhlas, pluralis, tangguh, professional, mandiri, progresif,

inovatif dan konsisten.

27

“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 94

Page 58: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

47

3. Mewujudkan PAN sebagai partai yang dekat dan membela rakyat.

4. Membangun Organisasi PAN yang modern berdasarkan sistem,

manajemen, dan budaya organisasi yang kuat dan mengakar.

5. Mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang demokratis, berkeadilan

sosial, makmur, damai, cerdas, mandiri dan partisipatif.

6. Mewujudkan tata pemerintahan Indonesia yang baik dan bersih, yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia dan

memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Page 59: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

48

BAB IV

ANALISIS KOMPARATIF STRATEGI PARTAI POLITIK BERBASIS

ISLAM DALAM MELAMPAUI PARLIAMENTARY THRESHOLD 3,5%

SUARA NASIONAL

Dalam menghadapi Pemilihan Umum, partai politik merancang perencanaan

secara sistematis oleh tim pemenangan atau yang biasa disebut dengan Badan

Pemenangan Pemilu (Bapilu). Bapilu dibentuk guna memperoleh suara maksimal

sehingga mencapai kemenangan dalam Pemilu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, partai-partai politik merumuskan strategi-

strategi pemenangan yang dapat menarik minat masyarakat untuk memilih dan

mencoblos partai politiknya. Perumusan strategi menjadi penting bagi partai

politik dalam menghadapi Pemilu. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan

basis lama yang selama ini sudah dirawat oleh partai politik tersebut atau

memperluas dan merebut basis baru.

Partai politik dapat melakukan strategi yang terkait dengan penggalangan

dan mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik, atau selama Pemilihan

Umum. Strategi ini dilakukan dalam rangka memenangkan perolehan yang

mendukung kemenangan partai atau kandidat.1

1

Prof. Firmanzah, Ph.D, Mengelola Partai Politik (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2011), 114

Page 60: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

49

A. Strategi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Pemilihan Umum 2014

Peningkatan perolehan suara PKB pada Pemilu tahun 2014 merupakan suatu

prestasi yang sangat baik. Keberhasilan tersebut tentu bukan sekedar kebetulan,

tetapi ada strategi tertentu yang diterapkan oleh PKB.

Perolehan suara PKB pada 2009 hanya mencapai 4,49%.2 Hal ini tentu

membuat pesimis mengingat kenaikan Parliamentary Threshold (PT) pada Pemilu

2014. Sehingga tantangan yang dihadapi oleh PKB semakin berat. Bahkan

beberapa lembaga survey menyatakan kemungkinan PKB tidak akan dapat

melampaui PT. Mengatasi permasalahan ini, Muhaimin Islandar, Ketua Umum

PKB merumuskan strategi tertentu untuk memuluskan langkah PKB.

Menurut Helmy Faisal, PKB menilai kenaikan PT dari 2,5% menjadi 3,5%

merupakan suatu hal yang wajar. Penyederhanaan partai melalui kebijakan PT

merupakan hal yang tepat. Selain itu, PT juga mendorong para politisi untuk

memandang pembentukan partai lebih serius.3 Upaya penerapan PT merupakan

sebuah kemajuan demokrasi yang patut diapresiasi karena Indonesia mencoba

menerapkan demokrasi prosedural yang ideal.4

Selanjutnya, PKB melihat bahwa PT 3,5% merupakan angka yang ideal

karena apabila ditarik menjadi 5%, seperti Turki misalnya, maka yang terjaring

hanya sekitar 5 partai politik saja. Hal tersebut mengakibatkan penurunan

partisipasi partai karena munculnya diktator mayoritas.5

2 “Inilah Hasil Akhir Nasional Perolehan Suara Pemilu” Kompas.com.9 Mei 2009 [berita

online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/read/2009/05/09/22401496/inilah.hasil.akhir.

perolehan.suara.nasional.Pemilu diunduh pada pada 5 Mei 2015 3 Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015

Pukul 12.30 4 Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret 2015

pukul 17.01 5 Ibid.,

Page 61: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

50

Meskipun awalnya PKB merasa keberatan atas kenaikan PT, namun

kemudian PKB melihat PT ini memberi keuntungan pada partai. Keuntungan itu

berupa kursi tambahan di DPR bagi partai yang melampaui PT dari jatah kursi

partai yang tidak mencapai 3,5%.6

A.1. Strategi Defensif

Helmi Faisal melihat upaya strategi defensif lebih menguntungkan

disbanding strategi ofensif hanya akan mengeluarkan banyak tenaga dan biaya

yang tidak berbanding lurus dengan perolehan suara.7 Strategi ofensif dinilai tidak

proporsional bagi PKB di Pemilu 2014.

Meskipun PKB lebih memprioritaskan strategi defensif, strategi ofensif PKB

pun tidak dapat dikatakan tidak berhasil. Beberapa calon legislatif PKB berhasil

mendapatkan kursi di basis baru. Hal ini didukung oleh beberapa kemungkinan.

Pertama, calon anggota Legislatif (caleg) tersebut bisa „cair‟ atau membaur dan

diterima oleh kelompok masyarakart muslim dan masyarakat umum lainnya di

Dapil tersebut. Kedua, caleg tersebut memiliki komunitas, yang meskipun

jumlahnya kecil tapi solidaritasnya sangat tinggi. Ketiga, kota yang menjadi

daerah pemilihannya merupakan kota urban.8

Keterlibatan badan otonom PKB seperti Garda Bangsa, GEMASABA dan

PPKB9 juga menjadi salah satu unsur pendukung perolehan suara bagi PKB, di

samping pengaruh keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU), tokoh, dan caleg itu

6 Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015

Pukul 12.30 7 Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret 2015

pukul 17.01 8 Ibid,.

9 Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015

Pukul 12.30

Page 62: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

51

sendiri.10

Hal ini merupakan salah satu upaya PKB dalam melampaui PT dengan

adanya sayap-sayap Islam di partai lain. Majelis Dzikir SBY dan Baitul Muslimin

merupakan beberapa contoh dari sayap partai nasionalis yang membentuk sayap

Islam.

Hal yang juga paling mempengaruhi perolehan suara partai pada Pemilu

2014 adalah usaha partai dalam mengatasi konflik internal. Perolehan suara PKB

menurun pada 2009 karena adanya konflik internal partai. Lain halnya dengan

Pemilu 2014, di mana kondisi internal PKB memang lebih solid.11

Sehingga

perolehan suara 9.04% 12

merupakan hasil yang cukup memuaskan bagi PKB.

Sehingga secara garis besar dalam menghadapi Pemilu 2014, PKB merancang

strategi defensive melalui Pendekatan Ideologi dan Ketokohan.

A.1.1 Pendekatan Ideologi

Strategi yang dilakukan oleh PKB adalah dengan memprioritaskan perolehan

suara dari kalangan Petani, Nahdliyin13

dan Santri. Hal ini karena adanya

kesamaan ideologi, platform, nasib, serta semangat perjuangan yang sama antara

PKB dan segmentasi tersebut. Strategi PKB dalam menarik hati segmentasi ini

dengan menghadirkan kegiatan-kegiatan rutin yang merupakan tradisi Nahdlatul

10

Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret

2015 pukul 17.01 11

Ibid., 12

Dani Prabowo. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”.

Kompas.com. 9 Mei 2014. [berita online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/

read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 pada 24

April 2015 13

Nahdliyin adalah sebutan bagi warga yang merupakan anggota Nahdlatul Ulama,

mengikuti tradisinya dan mengakui bagian dari organisasi Nahdlatul Ulama.

Page 63: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

52

Ulama (NU) lainnya. Selain itu, PKB juga mengagendakan kunjungan ke ulama-

ulama dan pesantren-pesantren.14

Sebagai contoh, Masrifah dari daerah pemilihan Banten III. Pada Pemilu

sebelumnya PKB tidak mendapatkan kursi di dapil ini. Helmi menilai, Masrifah

berhasil melakukan upaya merawat basis-basis kultural Nahdlatul Ulama (NU)

yang ada di daerah tersebut dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai

dengan tradisi ke-NU-an, sebagai berikut :15

1. Tahlilan adalah sebuah ritual keagamaan yang biasanya dilakukan oleh

kalangan Islam tradisionalis.16

2. Maulid adalah sebuah ritual keagamaan dalam rangka memperingati hari

lahir nabi Muhammad SAW.17

3. Sholawatan adalah pujian kepada nabi.18

Secara umum, Saifullah Maksum mengafirmasi bahwa ideologi politik PKB

yang lebih terbuka juga menjadi salah satu faktor pendorong perolehan suara PKB

yang tinggi. Ideologi Ahlusunnah Waljama’ah (Aswaja) dijadikan PKB sebagai

pendekatan yang dilakukan oleh PKB untuk mendekatkan kepada warga nahdliyin.

Tagline PKB dalam Pemilu 2014: “politik Rahmatan lil ‘alamin” yang diusung

PKB juga menjadi pendukung ideologi di atas.19

14

Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015

Pukul 12.30 15

Ibid., 16

“Tahlil dan Tahlilan”, UNIMUS. [artikel online]; tersedia di

http://lsia.unimus.ac.id/v2012/?p=1029 diunduh pada tanggal 10 Januari 2016 17

“Makna dan Hikmah Maulid nabi Muhammad SAW”, PPP. 13 Januari 2014 [artikel

online]; tersedia di http://ppp.or.id/news/makna-dan-hikmah-maulid-nabi-muhammad-saw.html

diunduh pada tanggal 10 Januari 2016 18

“Pengertian, Macam dan Hukum Membaca Shalawat”, Al Badar. [artikel online]; tersedia

di http://al-badar.net/pengertian-macam-dan-hukum-membaca-shalawat/ diunduh pada tanggal 10

Januari 2016 19

Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015

Pukul 12.30

Page 64: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

53

Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan PKB mencantumkan

beberapa kalangan non-muslim dalam daftar caleg di Pemilu 2014, seperti seorang

Pendeta dari agama Kristen-Protestan di Dapil Jakarta Barat dan Daniel Johan dari

etnis Tionghoa di Dapil Kalimantan Barat. Pilihan PKB ini merupakan merupakan

implementasi dari mabda siyasi-nya: berdiri di atas semua golongan.20

Baik

ideology maupun Tagline di atas, pada akhirnya berhasil mencitrakan PKB

menjadi partai politik yang sesuai dengan tujuannya, yaitu berdiri di atas semua

golongan.

A.1.2 Ketokohan

Keterlibatan tokoh-tokoh penting di keluarga besar NU diyakini menjadi

daya tarik masa NU untuk kembali ke PKB. Seperti yang dikatakan M. Qodari,

bahwa NU Effect menjadi faktor naiknya suara PKB. Hal ini mengingat jumlah

masa NU yang mencapai 30% dari total umat Islam di Indonesia.21

Kemudian menurut Helmi Faisal, faktor ketokohan menjadi vote getter yang

paling ampuh bagi PKB. Karena tokoh ini telah melampaui level pertama dari tiga

level yang harus dilewati setiap calon legislatif dalam melakukan kampanye. Ada

3 level yang harus dilewati setiap calon legislatif dalam berkampanye. Pertama,

calon harus diketahui oleh masyarakat, baik tokoh maupun partai. Kedua, setelah

mengetahui, maka calon harus menimbulkan rasa ketertarikan dari masyarakat.

20

Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret

2015 pukul 17.01 21

Taufik Rachman, “Suara PKB Melonjak Karena NU Solid Mendukung” Republika

Online. 10 April 2014. [berita online]; tersedia di http://www.republika.co.id/berita/Pemilu/berita-

Pemilu/14/04/10/n3t2v4-suara-pkb-melonjak-karena-nu-solid-mendukung unduh tanggal 22 April

2015

Page 65: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

54

Level ketiga adalah bagaimana calon kemudian terpilih oleh masyarakat.22

Hal ini

dirasakan dampaknya langsung oleh Helmy Faisal selama melakukan kampanye:

“Saya sendiri di Dapil saya juga ada vote getter, seperti para guru, para

ulama, tidak jarang juga saya foto dengan Rhoma Irama misalnya, itu

sangat laku. Jadi kalau saya menawarkan kalender yang foto saya itu

tidak laku, tapi kalau saya ada Rhoma Iramanya, mereka minta, bukan

hanya minta tapi bahkan mau beli. Jadi kalender saya yang ada Rhoma

Iramanya itu bahkan Rp 5000 pun mereka mau beli.”

Ketokohan yang telah diusung PKB dianggap strategi jitu menurut Hendri

Satrio. Keterlibatan tokoh-tokoh ini berdampak pada masuknya PKB ke dalam 5

besar perolehan suara Pemilu 2014.23

Contoh lainnya adalah ketokohan Gus Dur

yang nyaris tidak bisa dilepaskan dari PKB. Selaku sebagai pendiri PKB, Ulama,

sekaligus Presiden RI ke – 4, Gus Dur juga memilki kharisma yang sangat besar.24

Di sisi lain, bergabungnya Rusdi Kirana juga menjadi kekuatan tersendiri

bagi PKB. Ketua Fraksi PKB DPR RI ini mengakui bahwa Rusdi Kirana

memberikan dampak besar bagi managerial PKB menjadi lebih baik.25

Pihak PKB

tidak mengetahui secara pasti apakah Rusdi Kirana, pemilik Lion Group, turut

memberikan instruksi kepada karyawannya atau tidak untuk memilih PKB. Namun

22

Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret

2015 pukul 17.01

23 Taufik Rachman, “Pengamat : PKB Fenomenal dalam Pemilu 2014” Republika Online. 10

April 2014 [berita online]; tersedia di http://m.republika.co.id/berita/Pemilu/14/04/10/n3si2y-

pengamat-pkb-fenomenal-dalam-Pemilu-2014 diunduh 22 April 2015 24

“Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar : Keluarga Besar NU Sudah Menyatu Seratus

Persen” Gatra News. 1 April 2014 [artikel online]; tersedia di http://www.gatra.com/kolom-dan-

wawancara/49970/ketua-umum-pkb,-muhaimin-iskandar-keluarga-nu-sudah-menyatu-seratus-

persen pada 23 April 2015 25

“Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar : Keluarga Besar NU Sudah Menyatu Seratus

Persen” Gatra News. 1 April 2014 [artikel online]; tersedia di http://www.gatra.com/kolom-dan-

wawancara/49970/ketua-umum-pkb,-muhaimin-iskandar-keluarga-nu-sudah-menyatu-seratus-

persen pada 23 April 2015

Page 66: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

55

ada kemungkinan karyawan yang memilih PKB atas dasar kesadaran bahwa

memang bos-nya saat ini masuk PKB.26

B. Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) di Pemilihan Umum 2014

Berdasarkan hasil Pemilu 2009, PAN cukup percaya diri dalam menghadapi

Pemilu 2014. Hal itu karena pada Pemilu 2009, PAN berhasil mendapat perolehan

46 kursi, maka pada Pemilu 2014 PAN sudah memprediksi akan dapat melebihi

suara di Pemilu 2009. Persiapan ini sudah dilakukan PAN pasca Kongres III PAN

pada tahun 2010.27

Percaya diri yang dimiliki PAN ini sepertinya sesuai dengan kenyataan.

Pasalnya, hasil survey 2013 menyatakan bahwa PAN berada di angka di bawah 5

persen.28

Hasil survey tersebut pun justru tidak tepat. Pasalnya perolehan suara

PAN mencapai 7,59% 29

dengan perolehan 49 kursi.

Menurut Yandri Susanto, kenaikan Parliamentary Threshold (PT) telah

mempengaruhi perolehan suara PAN pada Pemilu 2014. PAN merupakan salah

satu partai yang mengusulkan kenaikan PT dan merasakan banyak keuntungan

pada Pemilu 2014.30

26

Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret

2015 pukul 17.01 27

Mansyur Faqih, Ahmad Islamy Jamil. “Mengintip Strategi PAN untuk Pemilu 2014”

Republika Online. 10 Januari 2014. [berita online]; tersedia di http://republika.co.id/

berita/nasional/politik/14/01/10/mz6x3z-mengintip-strategi-pan-untuk-Pemilu-2014 pada 25 April

2015 28

Eko Priliawito, Arief Hidayat. “Merosotnya Suara Partai dan Tokoh Islam di Pemilu 2014”

Viva.co.id . 17 Maret 2013 [berita online]; tersedia di http://m.news.viva.co.id/news/read/398147-

merosotnya-suara-partai-dan-tokoh-islam-di-Pemilu-2014 pada 24 April 2015 29

Prabowo. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”. Kompas.com.

Ibid 30

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25

Page 67: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

56

PAN pun melihat kenaikan PT ini berdampak baik. Suara-suara kecil atau

sisa suara yang tadinya tidak dimanfaatkan bisa dikonversikan menjadi kursi.

Selain itu, angka PT 3,5% akan menyaring parpol yang berhasil melampauinya

menjadi sekitar 10 sampai 11 parpol saja. Dengan begitu, parlemen diharapkan

diisi oleh orang-orang terbaik dari partai politik yang ada. Sehingga pendirian

partai politik tidak hanya sebatas iseng.31

Namun juga partai sebagai jalan serius

dalam berpartisipasi politik untuk pembangunan bangsa dan negara.

Sedangkan Viva Yoga Mauladi menganggap bahwa kenaikan PT dari 2,5%

menjadi 3,5% bukanlah hal yang besar. Hal ini terlihat dari keberhasilan PAN

melampaui PT. PAN telah menyiapkan strategi kampanye yang berfokus pada

Dapil yang dilakukan oleh para caleg-nya agar dapat mengusung ketua umum

PAN untuk maju ke Pilpres.32

Viva menilai, penggunaan PT merupakan upaya agar partai yang bersaing

dalam Pemilu lebih berkualitas dan bisa bertahan dalam jangka panjang. Bukan

untuk membatasi berdirinya partai politik, tapi untuk membuat keteraturan dalam

parlemen.33

Sehingga penggunaan PT cocok diterapkan di Indonesia.

Viva menambahkan, ukuran PT 3,5% di Indonesia, bisa dikatakan sudah

cukup ideal. Hal ini berdasarkan ukuran 77 Dapil yang ada dan 560 kursi yang

tersedia di DPR. Jika partai politik memperoleh suara 10%, maka ia akan

mendapatkan 56 kursi. Selain itu hasil 3,5% juga dihitung dari sisa suara yang

harus bisa dikonversikan ke dalam kursi.34

Sehingga minimal kursi yang

31

Ibid,. 32

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada11 Mei 2015 pada 10.45 WIB

33 Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 34

Ibid.,

Page 68: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

57

didapatkan adalah 14 kursi (jika 2,5%) atau 16 kursi (jika 3,5%) atau menguasai

hanya 2-3 dapil dari 77 dapil yang ada.

B.1. Strategi Ofensif

Performa PAN pada Pemilu 2014, tidak jauh berbeda dari strateginya pada

Pemilu 2009 lalu. PAN menganggap pada dasarnya keteraturan organisasi,

kemampuan SDM dan kekuatan logistik sebagai hal penting dalam setiap Pileg.35

PAN di Pemilu 1999 dikenal sebagai partai kota dan kampus. Kemudian pada

Pemilu selanjutnya, PAN mulai bergeser ke pedesaan.36

Strategi PAN dalam

meraih suara di pedessan bukanlah sebuah tantangan lagi. PAN telah menjadi

partai yang masuk ke dalam dua tipologi sekaligus, yaitu Desa dan Kota.

PAN nampaknya merasa basis Muhamadiyah bukanlah kekuatan utama

perolehan suara Pemilu 2014. Caleg bahkan membawa nama pribadi meski ia lahir

dari PAN.37

“Sekarang saya bilang faktanya tempat saya itu di Serang itu 80% NU

dan mungkin 10% yang Muhamadiyah dan saya pemenang di semua

TPS disitu artinya kita offensif dalam artian menyampaikan kepada

calon pemilih itu bahwa PAN ini partai terbuka tapi religi bukan partai

Muhamadiyah basisnya Muhamadiyah iya tapi bagi yang lain juga

kami ucapkan selamat datang selamat bergabung. Strategi saya itu saya

sampaikan bapak-bapak atau ibu-ibu kalau tidak suka PAN jangan

coblos PAN-nya tapi coblos saya-nya nah itu strategi itu. Jadi PAN itu

tidak defensif mempertahankan pangsa pasar. Justru PAN sekarang

ofensif menusuk ke jantung-jantung pedesaan itu yang selama aini

bagi mereka tabu yang dulu per TPS tidak ada suara sekarang mulai

ada suara ya 100 ini studi kasusnya saya” 38

35

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25 36

Ibid., 37

Ibid,. 38

Ibid,.

Page 69: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

58

Selanjutnya, keberadaan badan otonom partai juga patut menjadi perhatian

PAN. Anggota BM PAN banyak yang akhirnya masuk ke DPRD Tingkat I,

Tingkat II maupun DPR RI. Namun hal ini masih menjadi kekurangan PAN. PAN

belum dapat mengelola BM PAN dengan baik. Sehingga kiranya Pemilu

selanjutnya, PAN bisa memaksimalkan BM PAN.39

Hal ini biasanya dikarenakan

ongkosnya yang lebih mahal ketika memanfaatkan jaringan partai. Padahal

jaringan BM PAN cukup banyak memberikan banyak suara karena strukturnya ada

hingga tingkat desa.40

Sehingga secara umum, PAN menggunakan Strategi Ofensif melalui

pendekatan dialogis dan psikologis serta melalui artis yang dicalonkan sebagai

calon legislatif.

B.1.1 Pendekatan Dialogis dan Psikologis

Strategi yang digunakan PAN pada tipologi wilayah pedesaan, menurut

Yandri Susanto, sesuai dengan jargon (tagline) politik: “PAN Merakyat”. Dengan

mengedepankan sisi komunikasi politik yang langsung turun ke masyarakat:41

“... strategi yang dilakukan oleh PAN secara organisasi maupun oleh

para Calegnya adalah menusuk ke jantung desa itu sudah diterima oleh

masyarakat desa caranya sederhana mereka disapa dengan bahasa yang

bahasa rakyat, bahasa yang gampang dipahami, perilaku kita juga

perilaku kerakyatan bukan perilaku elit, kemudian dari sisi pakaian juga

pakaian ala kerakyatan bukan borjui,s nah kalau itu yang kita lakukan

kemudian kita mendengar keluhan mereka lalu itu kita sampaikan

kepada pemangku kepentingan, mereka kita salami kita ajak bicara,

rakyat insya Allah akan ikut..”

39

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25 40

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 41

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25

Page 70: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

59

Hal senada juga diungkapkan oleh Viva Yoga Mauladi bahwa dalam

menghadapi masyarakat pedesaan akan lebih efektif dengan melakukan

pendekatan dialogis dan psikologis langsung terhadap warga. Secara prinsip, PAN

lebih menekankan bahwa setiap caleg harusnya membangun komunikasi politik

kepada konstituen dengan terjun langsung dan menyapa rakyat.42

Namun harus juga mengadakan kegiatan-kegiatan, seperti bantuan sosial dan

pertemuan terutama dengan relawan. Selain itu, yang menarik adalah dengan

memberikan kartu nama yang berisi nomor telepon yang bisa dihubungi agar

masyarakat dapat langsung menyampaikan aspirasinya.43

Untuk menghadapi tipologi wilayah perkotaan, PAN harus memainkan isu-

isu kerakyatan sesuai dengan agenda Reformasi, dengan pertimbangan bahwa

masyarakat perkotaan memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik.

Masyarakat dengan tingkat pendidikan baik akan melihat politik seperti bursa

paham yang perubahannya sangat cepat. Ketika PAN sedang anjlok atau sedang

bermasalah tentu akan banyak yang tidak memilih PAN. Sebaliknya, jika PAN

memiliki prestasi baik masyarakat akan memilih PAN.44

Sedangkan strategi yang dilakukan PAN untuk memperoleh suara di daerah

non-basis adalah dengan isu kebhinekaan. PAN mengidentifikasikan diri sebagai

partai Nasionalis, bukan partai Islam. Sehingga untuk melakukan kampanye di

Papua misalnya, PAN mendirikan DPW yang diisi oleh orang Papua. Begitupun di

Kalimantan, dengan mengangkat beberapa Caleg non-muslim. Bahkan ini teruji di

42

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 43

Ibid,. 44

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25

Page 71: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

60

Kalimantan Tengah dengan terpilihnya Hang Ali yang beragama Budha.45

Misalnya, yang dilakukan Viva Yoga adalah dengan melakukan pendekatan

dengan Nelayan dan Petani. Sehingga dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh

masyarakat tersebut.46

PAN nampaknya membawa nilai Islam moderat dan

kebinekaan sebagai bangsa Indonesia.

B.1.2. Artis sebagai Calon Legislatif

Jika melihat perkembangan PAN, sejak kepemimpinan Soetrisno Bachir,

PAN mulai melakukan Political Branding dengan menggandeng artis-artis

Ibukota.47

Hal ini kemudian dianggap sebagai faktor utama kenaikan suara dari

Pemilu 2004, 2009, dan 2014. Strategi ini dianggap ampuh dan nampaknya ditiru

beberapa partai besar.

Keampuhan strategi political branding melalui artis ini diakui oleh Yandri

Susanto. Pada Pemilu sebelumnya, PAN kehilangan beberapa dapil seperti Bogor,

Jember, Sukabumi, Depok, Bekasi. Namun pada Pemilu 2014, PAN kemudian

mengusung Anang Hermansyah di Jember, Primus Yustisio di Bogor, Lukman

Hakim di Depok - Bekasi dan Desy Ratnasari di Sukabumi. Semua caleg tersebut

kini berhasil melangkah ke Senayan. 48

Namun, sebelum melaju menjadi caleg,

artis juga harus dibekali dengan kursus politik agar menaikkan elektabilitasnya.

45

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25 46

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 47

Evan, “Partai Amanat Nasional” Tempo.co. 2014 [berita online]; tersedia di

http://Pemilu.tempo.co/read/partai/9/Partai-Amanat-Nasional-PAN diunduh pada 25 April 2015 48

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25

Page 72: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

61

Karena pada dasarnya popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan

elektabilitas.49

Yandri berpendapat bahwa masyarakat sekarang cukup cerdas dengan

memilih mana yang pencitraan, mana yang tidak. Ideologi pun bukan lagi patokan

utama, karena pragmatisme masyarakat di zaman sekarang. Sedangkan Tagline

hanya sebatas digunakan agar masyarakat lebih ingat PAN, pengaruhnya tidaklah

banyak.50

Strategi ketokohan, tidak dapat dijadikan strategi bersama bagi PAN karena

krisis ketokohan yang dialami PAN. Untuk mengatasi krisis ketokohan PAN ini,

PAN menghimbau kepada para calegnya agar terjun langsung ke masyarakat guna

manarik hati pemilih.51

Hal ini tercantum dalam pedoman organisasi yang

mewajibkan setiap caleg atau anggota legislatif dari PAN baik pusat maupun

daerah untuk turun ke masyarakat kalau ini tidak dilakukan maka Caleg atau

anggota legislatif dari PAN akan mendapatkan Punishment.52

Viva Yoga berpandangan sedikit berbeda. Ideologi haruslah menjadi dasar

bagi setiap partai politik dalam menentukan sikap dan menjalankan programnya.

Sehingga program merupakan cerminan dari ideologi itu sendiri. Dalam tataran

akademisi dan elit, yang dibicarakan adalah wacana ideologi. Sedangkan dalam

tingkat bawah, yang dibicarakan adalah masuk ke tataran program. Sehingga

masih dalam satu lingkup. Sedangkan ketokohan itu sendiri memiliki pengaruh

paling besar, karena tokoh pastinya memiliki pengikut mengingat Indonesia yang

49

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 50

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April

2015 Pukul 17.25 51

Ibid., 52

Ibid.,

Page 73: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

62

masih menganut patrimonial, sistem klan.53

Meskipun Viva dan Yandri setuju

bahwa tagline tidak banyak berpengaruh terhadap pendulangan suara PAN.

C. Analisa Komparatif Pengaruh Parliamentary Threshold terhadap

Strategi PKB dan PAN dalam Pemilu 2014

Pada tahun 2009, perolehan suara nasional partai berbasis Islam tidaklah

baik. Padahal di Pemilu 2004, Partai berbasis Islam cukup memperoleh banyak

kursi di DPR. Misalnya PKB yang hanya memperoleh 4,94% di Pemilu 2009,

padahal tahun 2004 memperoleh posisi ketiga dengan perolehan suara 10,57%.

PAN pun bernasib sama, meskipun penurunan suaranya tidak terlalu signifikan

seperti PKB. PAN memperoleh suara 6,44% pada Pemilu 2004 dan menurun

menjadi 6,04% pada Pemilu 2009.

Kenaikan PT menjadi 3,5% merupakan tantangan yang cukup berat bagi

partai berbasis Islam pada Pemilu 2014. Pada Pemilu 2009 saja, angka 2,5% sudah

cukup merepotkan Partai berbasis Islam dalam mengelola dan menyusun strategi.

Hal ini karena PT dijadikan standar untuk dapat menentukan partai tersebut dapat

mengikuti Pemilu selanjutnya atau tidak, selain sebagai ukuran untuk memasuki

DPR RI.

Namun secara garis besar partai berbasis Islam seperti PKB dan PAN masih

optimis dengan PT 3,5%. Angka 3,5% dianggap cukup moderat bagi partai-partai

yang dikategorikan sebagai partai kelas tengah ini. Sehingga kedua partai ini

berencana akan bersama-sama mempertahankan angka PT dikisaran 3,5% saja.

53

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB

Page 74: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

63

Alasanya karena jika PT mengalami kenaikan, misalnya menjadi 4% atau 5%, ini

akan mendistorsi eksistensi partai-partai kelas tengah.

Pada Pemilu 2014, PKB memilih untuk mempertahankan strategi defensif

untuk melampaui PT. PKB masih mempertahankan segmentasi pemilih yang

berasal dari kalangan Nahdliyin pada Pemilu kali ini.

Selain itu, PKB juga berkaca pada Pemilu 2009 dimana gejolak internal di

tubuh partai ini terlalu rumit sehingga fokus partai di Pemilu menjadi terpecah

yang berimbas pada perolehan suara pun ikut menurun. Ketika PT dinaikan, PKB

menghadapi tantangan yang terlihat cukup berat, mengingat suara PKB di Pemilu

2009 hanya 4,94%. Pembenahan internal PKB menghadapi 2014 pun kemudian

dilakukan secara cepat oleh Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB. PKB

melihat NU masih sebagai benteng utamanya. PKB pun merapatkan barisan

keluarga besar NU yang selama ini terpecah sebagai salah satu strategi politik

dalam memperoleh suara di 2014. Sehingga citra sebagai partai milik warga NU

terus dipertahankan oleh PKB.

Muhaimin Iskandar menganalogikan PKB harus menjadi pohon. Akar pohon

tersebut menancap ke bawah bersama NU dan dahannya menjulang ke atas

bersama tokoh-tokoh yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Sehingga

buahnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, terlebih warga Nahdliyin.

Sedangkan PAN, secara umum menggunakan strategi ofensif. Sejak Pemilu

2009, PAN masuk pada pemilih dengan tipologi pedesaan. PAN yang awalnya

sebagai partai Muhamadiyah, partai kampus dan partai perkotaan mencoba

bertransformasi menjadi partai religi kerakyatan. PAN mulai menyingkirkan lebel

Page 75: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

64

Muhammadiyah yang melekat. Selanjutnya PAN berharap partai ini bisa menjadi

partai semua golongan.

Jika dipandang secara teoritis, ada beberapa aspek yang menarik dari partai

politik dalam proses kampanye, seperti pencitraan, tema pesan kampanye, figur

atau tokoh, simbol-simbol yang dimunculkan, dan jargon (tagline) politik dari

masing-masing partai politik. Aspek-aspek itulah yang dijadikan sebagai political

branding bagi sebuah partai untuk meraih dukungan.

Penggunaan strategi PAN dan PKB pada Pemilu 2014 cukup memiliki

beberapa perbedaan. Hal ini kemudian berdampak pada upaya political branding

yang dilakukan kedua partai ini sedikit berbeda.

PKB misalnya memilih mempertahankan basis utamanya adalah dengan

pendekatan ideologi Aswaja yang selama ini menjadi ideologi NU. Ideologi ini

sebenarnya merupakan ideologi utama NU. Hal ini dilakukan demi

mempertahankan basis suara warga NU. Selain itu, terkait dengan ideology

Aswaja tersebut, PKB pun mengusung Tagline “Politik Rahmatan Lil ‘alamin”.

PKB juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti tahlilan, Isra Mi‟raj,

dan tradisi NU lain. Strategi defensif yang dilakukan PKB ini digunakan untuk

mempertahankan basis massa pedesaan. Hal ini karena memang tradisi-tradisi ke-

NU-an ini banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan.

Strategi lain yang diterapkan PKB dengan strategi political branding

ketokohan. Dimana PKB menjadikan tokoh-tokoh nasional, tokoh-tokoh NU dan

artis sebagai juru kampanyenya antara lain, Mahfudz MD, Jusuf Kalla, Rhoma

Irama, KH. Hasyim Muzadi, KH. Said Aqil Siraj, Ahmad Dhani, Khofifah

Indarparawangsa, Para Kiai dan lain-lain. Gus Dur pun masih menjadi ikon

Page 76: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

65

utamanya. Karena bagaimanapun Gus Dur merupakan pendiri, sekaligus sosok

yang tidak bisa dilepaskan dari PKB itu sendiri.

Tampilnya tokoh-tokoh NU tersebut juga menjadi citra keberhasilan PKB

dalam menyatukan kembali keluarga besar NU, sehingga turut memberikan

pengaruh besar dalam perolehan suara PKB di Pemilu 2014. Selanjutnya, PKB

melakukan konvensi terbuka calon presiden yang menampilkan tiga tokoh nasional

yakni Jusuf Kalla, Rhoma Irama dan Mahfud MD.

Konvensi yang dilakukan oleh PKB ini menekankan kepada para Bakal

Capres-nya untuk berkampanye di wilayah basis massanya masing-masing. Rhoma

Irama dengan basis penggemar atau fans di wilayah pedesaan, Mahfud MD di

lingkungan kampus, dan Jusuf Kalla yang merupakan Wakil Presiden (Wapres)

tahun 2004-2009 di wilayah Timur Indonesia.

Keterlibatan figur seperti Rhoma Irama juga mempunyai pengaruh karena

memiliki basis masa atau fans tersendiri. Rhoma bahkan dianggap berhasil sebagai

vote getter yang menjadi salah satu faktor naiknya suara PKB. Fans Rhoma Irama

yang mayoritas berasal dari kalangan petani dan masyarakat pedesaan, merupakan

salah satu alasan mengapa PKB memprioritaskan daerah pedesaan sebagai tipologi

utama pemilih menjadi sesuai.

Selain itu, menghadapi ketatnya kompetisi partai politik, PKB sadar bahwa

pembangunan citra positif sangat diperlukan. Pencitraan inilah yang pada akhirnya

membentuk persepsi masyarakat. Di Pemilu 2014, PKB berhasil membentuk

sebuah citra sebagai partai anak muda. PKB menampilkan Caleg-Caleg dari

kalangan artis yang tergolong muda, seperti Tommy Kurniawan, Krisna Mukti,

Ressa Herlambang, dan Ridho Rhoma dengan memanfaatkan media, baik cetak

Page 77: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

66

maupun elektronik,. Bahkan iklan politik PKB menampilkan sosok musisi yang

digandrungi anak-anak muda, seperti Ahmad Dhani dan anaknya Al ghazali (Al)

sebagai Juru Kampanye PKB. Hal ini dilakukan guna menjadi daya tarik bagi

anak-anak muda yang kebanyakan menjadi pemilih pemula. Seperti yang

dikatakan Ketua DPP PKB Marwan Ja‟far, Al yang sedang „naik daun‟ atau

digandrungi oleh anak-anak muda. Untuk itu Al dipasang agar pemilih pemula

mau memilih PKB.54

Oleh karena itu, pemetaan yang dilakukan Partai Politik biasanya didasarkan

atas segmentasi pemilih. Hal ini karena masyarakat terbagi ke dalam beberapa

lapisan atau segmen. Kemudian partai politik pun turut memetakan lapisan dan

segmentasi masyarakat guna membedakan kemasan dan pesan politik di setiap

lapisan dan segmen tersebut. Penempatan Caleg maupun Juru kampanye pun

dilakukan berdasarkan segmentasi tersebut. Tujuannya adalah strategi yang

digunakan bisa mengenai sasaran dengan melibatkan masyarakat ikut mendukung

dan memberikan suara pada PKB.

Namun, fokus garapan PKB masih berkutat di Pulau Jawa. PKB belum

mampu untuk menarik pangsa pasar di luar Pulau Jawa secara signifikan. Ini

terlihat dari 46 Anggota DPR RI yang terpilih dari PKB, ke 33-nya terpilih di

Pulau Jawa, sedangkan yang dari luar Pulau Jawa hanya 13 kursi.

Secara garis besar, kemenangan dan naiknya perolehan suara PKB di Pemilu

2014 ini dikarenakan dua faktor, yakni kembalinya suara warga NU ke PKB dan

pengaruh keterlibatan Rhoma Irama. Seperti yang diungkapkan oleh Helmi Faisal,

54

Muhammad Muhyiddin, “Al Ahmad Dhani Jadi Juru Kampenye PKB”, Tempo.co. 9

Maret 2014,[berita online]; tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2014/03/09/270560673/Al-

Ahmad-Dhani-Jadi-Juru-Kampanye-PKB unduh pada tanggal 24 April 2015

Page 78: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

67

Pengaruh Rhoma Irama terlihat di daerah Aceh, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara

barat (NTB)55

. Sementara pengaruh kembalinya NU terlihat di Pulau Jawa.

Sedangkan PAN menerapkan strategi yang menekankan dimana para calon

legislatif terjun ke masyarakat langsung (Face to Face Informal). Kader PAN

didorong untuk mendengarkan keluhan, berkomunikasi langsung, serta

menyampaikan program dan melaksanakan program menjadi titik tekan

strateginya. Hal senada juga ditegaskan oleh Ketua Umum baru PAN Zulkifli

Hasan, ada sanksi tegas berupa penggantian jika anggota legislatif dari PAN tidak

turun langsung ke masyarakat.56

PAN menganggap hubungan relasional dibangun

guna menjaga konstituen agar tidak lari ke partai lain. Dengan membangun

hubungan secara langsung ini menandai adanya komunikasi dua arah.

Strategi yang dilakukan PAN dalam menaikan perolehan suara, dengan

pendekatan setiap Caleg ke Dapilnya masing-masing. Pendekatan ini dapat

dilakukan dengan cara yang beraneka ragam sesuai dengan kondisi Dapil Caleg

tersebut. Caleg juga harus melakukan pendekatan saat reses guna mempertahankan

suara partai maupun Caleg itu sendiri untuk Pemilu yang akan datang. Hal ini

sebagai alternatif strategi yang digunakan PAN, karena saat ini PAN tidak

memiliki tokoh yang kuat sehingga yang menjadi penekanan PAN adalah caleh

harus terjun langsung.

55

“PKB: Rhoma Effect Terlihat di Aceh, Jawa Barat, dan NTB”, Viva.co.id [berita online] ;

tersedia di http://politik.news.viva.co.id/news/read/496237-pkb--rhoma-effect-terlihat-di-aceh--

jawa-barat--dan-ntb?fb_comment_id=445755115569730_2304820#f25b455a64 diunduh pada

tanggal 11 Mei 2015 56

Abda Gabrillin, “Zulkifli Tegaskan Anggota Fraksi Wajib Bertemu Konstituen Saat Reses”

Kompas.com [berita online] ; tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/20521881/Zulkifli.Tegaskan.Anggota.Fraksi.Wajib.B

ertemu.Konstituen.Saat.Reses unduh tanggal 11 Mei 2015

Page 79: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

68

Dalam memilih segmentasi pemilih pun, PAN tidak lagi menjadikan

Muhammadiyah sebagai fokus strateginya. Hal ini karena PAN menyadari

mayoritas warga Muhamadiyah yang rata-rata berpendidikan dan tinggal di

wilayah perkotaan sudah banyak yang beralih ke partai lain. Sehingga PAN

merasa harus beralih ke wilayah pedesaan. Hal ini terbukti di beberapa daerah

yang merupakan mayoritas penduduknya NU berhasil ditarik oleh Caleg dari PAN.

Semisal, Yandri Susanto yang berhasil menggarap suara pemilih NU di Dapil

Banten I untuk beralih ke PAN.

PAN memiliki jumlah lebih banyak kursi di DPR dibanding dengan PKB,

walaupun secara suara PAN berada di bawah PKB. Ini dikarenakan fokus garapan

PAN lebih banyak mendapatkan kursi di luar Pulau Jawa dengan memperoleh 24

kursi dan di Pulau Jawa mendapatkan 25 kursi.

Pergeseran strategi yang dilakukan oleh PAN ini lebih dikarenakan PAN

sudah banyak mengalami kekalahan di wilayah perkotaan. Namun PAN tetap

mengupayakan strategi defensif guna mempertahankan pangsa pasar (basis masa)

di wilayah perkotaan. Masyarakat perkotaan yang notabene memiliki tingkat

pendidikan cukup baik menjadi perhatian tersendiri bagi PAN.

Political Branding yang dilakukan PAN pada Pemilu 2014 secara umum

adalah figur artis yang dijadikan sebagai calon legislatif. Strategi ini dilakukan

karena artis dipandang sudah memiliki popularitas dan dapat menjadi vote getter

bagi partai dalam perolehan suara. Sehingga banyak anggota legislative dari PAN

yang berasal dari kalangan artis.

Selain itu PAN juga menekankan terhadap program-program sosial. Program

ini seperti bansos dan pendekatan caleg untuk terjun langsung door to door. Hal

Page 80: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

69

ini dianggap PAN lebih efektif sehingga pemilih merasa lebih dekat dan lebih

mengenal calon dan partai.

Namun ada kesamaan strategi dari kedua partai berbasis Islam ini, baik PKB

maupun PAN masih menjadikan artis untuk menjadi calon anggota legislatif

(Caleg) sebagai bagian dari strategi. Strategi menjadikan artis sebagai Caleg yang

sama-sama dilakukan oleh kedua partai berbasis Islam ini guna mengdongrak

suara partai mereka. Banyak dari kalangan artis yang berhasil melenggang ke

Senayan yang berasal dari kedua partai berbasis Islam ini.

Baik PKB maupun PAN masih memandang bahwa ketokohan atau figur

masih menjadi salah satu strategi dalam memperoleh suara di suatu Pemilihan

Umum. Kedua partai ini, memiliki pandangan ketokohan, baik tokoh agama, tokoh

daerah dan tokoh masyarakat masih memiliki pengaruh terhadap komunitasnya.

Page 81: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

70

Tabel IV.1 Perbandingan Strategi PKB dan PAN dalam Pemilu 2014

PKB PAN

Perolehan Suara Pemilu 2009 4.94 % 6.44 %

Perolehan Suara Pemilu 2014 9.04 % 7.59 %

Kenaikan PT Merugikan/

Menguntungkan

Menguntungkan Menguntungkan

Tipologi Masyarakat Pedesaan Perkotaan dan Pedesaan

Segmentasi pemilih Warga Nahdliyin (warga NU) Beralih ke warga pedesaan

Strategi Ofensif/ Defensif Defensif Offensif

Komunikasi Politik

- Ketokohan/figur artis

- Pendekatan ideolog melalui

pendekatan tradisi khas NU

- Figur artis

- Penekankan caleg untuk berperilaku

rakyat, face to face (dialogis,

psikologis dan mendengar keluhan)

Political Branding Ideologi Aswaja Religi Kerakyatan

Tagline “Rahmatan lil „alamin” PAN Merakyat

Tokoh/Figur Rhoma Irama, Ahmad Dhani, Khofifah Indar

P., Hasyim Muzadi, K.H Said Aqil Siradj,

Jusuf Kalla dan Mahfudz MD

Dessy Ratnasari, Primus Yustisio, Lukman

Hakim, Krisna Mukti.

Page 82: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan strategi kedua partai berbasis

massa Islam serta saran dan rekomendasi bagi partai lain dalam menyusun strategi

menghadapi Pemilu.

A. Kesimpulan

Pada dasarnya partai berbasis massa Islam khususnya Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) memandang Parliamentary

Threshold (PT) sebagai sebuah kebijakan yang baik dalam upaya menyaring

partai-partai di sebuah sistem multipartai. Justru kenaikan angka PT 3,5%

membuat partai-partai kelas menengah ini semakin optimis dapat melampaui

angkat tersebut. Meskipun beberapa lembaga survey sempat mengatakan bahwa

partai-partai Islam dan berbasis Islam tidak akan lolos PT.

Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah partai-partai berbasis massa Islam

ini menganggap angka PT yang cocok untuk diterapkan di Indonesia sekitar 3,5%.

Menurut PAN dan PKB, angka PT 3,5% ini dirasa sudah cukup moderat untuk

eksistensi partai-partai kelas menengah dalam keikutsertaan di pemilihan umum.

Dalam upaya melampaui PT 3,5% suara nasional, Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) melakukan beberapa strategi yang disusun secara sistematis baik

secara organisasi maupun individu calon anggota Legislatif (caleg). Strategi yang

Page 83: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

72

digunakn oleh PKB cenderung strategi defensif, dimana tetap mempertahankan

basis massa di wilayah pedesaan.

Secara organisasi PKB menerapkan konvensi terbuka untuk calon presiden

dari PKB yang di ikuti tiga (3) tokoh nasional yakni Jusuf Kalla, Mahfud MD dan

Rhoma Irama. Dari ketiga tokoh nasional ini justru yang paling fenomenal dan

memberikan suara ke PKB ialah Rhoma Irama.

Dimana Rhoma Irama yang merupakan musisi legendaris ini berhasil

menembus jantung suara pedesaan. Para pengamat menyakini bahwa Rhoma

Irama menyumbang suara untuk PKB di basis pedesaan karena kebanyakan dari

penduduk desa merupakan pecinta dangdut dan merupakan fans dari Rhoma Irama

dan grup musiknya.

Kehadiran tokoh-tokoh ulama penting dari kalangan nahdliyin juga

memberikan dampak signifikan terhadap naiknya suara PKB. Para ulama ini

diyakini yang menyatukan suara keluarga besar Nadhlatul ulama kembali ke

pangkuan PKB. Hadirnya tokoh-tokoh seperti KH. Hasyim Muzadi, KH. Said Aqil

Siraj dan Ibu Khofifah Indarparawangsa semakin menguatkan suara PKB di Pulau

Jawa khususnya di Jawa Timur.

PKB juga menghadirkan caleg-caleg artis sebagai bagian dari strategi

politiknya. Walaupun beberapa caleg artis gagal melenggang ke Senayan namun

tetap memberikan kontribusi suara untuk PKB. Iklan-iklan politik PKB juga

menampilkan sosok artis guna menjadi bagian dari strategi politik PKB.

Tampilnya artis-artis muda di tubuh PKB sendiri memberikan citra politik PKB

sebagai partainya anak muda.

Page 84: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

73

Ini terlihat dari beberapa artis yang ditampilkan oleh PKB, serta konsistensi

PKB dalam membangun citra sebagai partainya anak muda sampai saat ini tetap

diterapkan oleh PKB. Ini terbukti dari tampilnya menteri-menteri muda PKB yang

turut menghiasi susunan Kabinet kerja Jokowi-JK.

Sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam melampaui PT 3,5% suara

nasional menerapkan strategi politik agak berbeda. Perbedaan kedua partai ini

terletak pada strategi yang digunakan. Jika PKB percaya pada strategi defensif,

PAN lebih menerapkan strategi ofensif. Hal ini terlihat dari pergeseran segmentasi

pemilih, dimana dalam beberapa Pemilu sebelum Pemilu 2014 PAN dikenal

sebagai partai perkotaan namun di Pemilu 2014 ini bergeser ke wilayah pedesaan.

Strategi lainnya yang diterapkan oleh PAN ialah setiap calon anggota

legislatifnya ditekan agar turun ke jantung suara guna mendapatkan dukungan dan

suara dari masyarakat. PAN menganggap dengan turun langsung ke masyarakat,

berkomunikasi langsung, tegur sapa dengan masyarakat ini akan membuat caleg-

caleg mendapatkan dukungan dan suara dari rakyat. Hal ini ditekankan oleh PAN

karena PAN sadar mereka tidak memiliki figur yang kuat dalam Pemilu 2014 ini.

PAN berhasil mensinergiskan antara tagline politik Merakyat dengan kinerja

yang dilakukan oleh para calegnya. Dengan begini PAN berhasil membangun

sebuah citra politik bahwa PAN memang partai politik mengedepankan isu-isu

kerakyatan. PAN juga memberikan sebuah Punishment apabila para calegnya tidak

menjalankan tagline tersebut.

Strategi selanjutnya tetap menggunakan caleg-caleg dari kalangan artis.

Strategi ini memberikan hasil nyata bagi PAN, dimana di Dapil-Dapil yang

Page 85: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

74

sebelumnya PAN tidak mendapatkan kursi justru di Pemilu 2014 ini mendapatkan

kursi. Hal ini menunjukkan bahwa PAN berhasil menerapkan strategi dengan

mengggunakan caleg dari kalangan artis sebagai bagian dari strategi politiknya.

caleg-caleg dari kalangan artis yang berhasil duduk di Senayan antara lain Anang

dari Jember, Desy Ratnasari dari Sukabumi dan lain-lain.

B. Saran

Perlu diperhatikan adalah keterlibatan artis sebagai salah satu calon legislatif

partai. Meskipun sosok artis memang telah terbukti sangat berhasil mendonkrak

suara, hal ini masih menimbulkan tanda tanya perihal kemampuan artis tersebut.

Kebanyakan dari sosok artis ini yang tidak memiliki cukup bekal pengetahuan

untuk melanggang sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Partai politik harus memberikan pendidikan politik kepada caleg artis, agar

para artis yang terpilih menjadi anggota mampu melaksanakan aspirasi rakyat

sesuai daerah pemilihannya masing-masing.

Selain itu, badan otonom atau sayap partai yang seharusnya dapat banyak

membantu partai, tidak begitu berperan dikedua partai ini. Karena pada dasarnya

pendirian badan otonom ini seharusnya dapat memasuki masyarakat hingga

tatanan grassroot sehingga suara partai dapat lebih tinggi lagi. Hal ini kiranya

menjadi tugas partai dikemudian hari, sehingga badan otonom dapat lebih

berfungsi baik. Badan otonom atau sayap partai harus lebih aktif dalam menjaring

suara pemilih pemula. Hal ini dikarenakan pembentukan sayap partai ini memang

untuk mengakomodir suara pemilih pemula.

Page 86: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

75

Upaya yang dilakukan PKB dan PAN telah memberikan contoh keberhasilan

partai politik berbasis Islam dari dua sisi. PAN dengan strategi ofensifnya, dan

PKB dengan strategi defensifnya. Sehingga kiranya kedua partai ini dapat

dijadikan contoh baik bagi pembelajaran politik praktis.

Page 87: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

76

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alam, Syamsir. Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : UIN

Jakarta Press, 2006.

Arifin, Ichwan. Kiai dan Politik: Studi Kasus Perilaku Politik Kiai dalam Politik

Partai Kebangkitan Bangsa Pasca Muktamar II Semarang, Tesis S2

Magister Ilmu Politik. Semarang : Universitas Diponegoro, 2008.

Arifin, Prof. Dr. Anwar. Komunikasi Politik:Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-

Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011.

Arifin, Prof. Dr. Anwar. Komunikasi Politik:Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi

dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Azis, Abdul. Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam.

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Azizah, Tsaniyatul. Kuasa Kiai dalam Pemaknaan Politik Partai Kebangkitan

Bangsa di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Jogja, 2012.

Denysa, Haldyan. Implementasi Perbandingan Electoral Threshold dalam Pemilu

2004 dan Pemilu 2009. Skripsi S1 Fakultas Hukum : UII Yogyakarta,

2009.

Firmanzah. Marketing Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Page 88: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

77

Firmanzah. Mengelola Partai Politik . Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2011.

Hamdi, Ridho Al. Partai Politik Islam : Teori dan Praktik di Indonesia.

Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013.

Ida, Laode. Anatomi Konflik: NU, Elit Islam dan Negara . Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1996.

Iskandar, Muhaimin. Politik Partai Kebangkitan Bangsa, Jakarta: DPP PKB,

2005.

Junaedi, Fajar. Komunikasi Politik:Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia.

Yogyakarta: Buku Litera, 2013.

Moesa, Prof. Dr. H. Ali Maschan, M.Si. Memahami Nahdlatul Ulama . Surabaya:

Pesantren Luhur Al-Husna, 2010.

Nursal, Adman. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta:

Gramedia, 2004.

Perdana, Aditya, dkk. Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014.

Depok: Puskapol UI, 2013.

Prihatmoko, Joko J. Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen

Teknis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Schroder, Peter. Strategi Politik (terj.), Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fuer

die Freiheit, 2013.

Page 89: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

78

Ulumando, Abdul Rajab. Urgensi Parliamentary Threshold dalam Undang-

Undang nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota DPR

DPD dan DPRD terhadap Sistem Presidensial. Skripsi S1 Fakultas

Hukum : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Wahid, Abdurrahman. Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa . Surabaya : NU

Jawa Timur, 2000.

Widhiyanti, Yanuari Lusi. Strategi PT Kereta Api Indonesia (KAI) Dalam

Meningkatkan Pelayanan Transportasi Kereta Api . Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.

Zainuddin. Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam memenuhi kuota 30

persen keterwakilan perempuan dalam daftar calon legislatif pada

pemilihan umum tahun 2014 di Kota Samarinda. Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dn Ilmu Politik : Universitas Mulawarman Samarinda, 2014.

Jurnal

Fanani, Ahmad Fuad. “Dilema Partai politik berbasis Islam : Terpuruk dalam

Kegagalan atau Menjawab Tantangan?” Jurnal Maarif 8 (2), Desember

2013. 73-77

Pamungkas, Yogo. “Tinjauan Amabang Batas Perolehan suara berdasarkna

Undang-Undang nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan

Page 90: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

79

Rakyat Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945” Jurnal Rechts

Vinding 3 (1), April 2014. 33-50

Wawancara Pribadi

Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5

Maret 2015 pukul 17.01

Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24

Februari 2015 Pukul 12.30

Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24

April 2015 Pukul 17.25

Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi

[email protected] pada11 Mei 2015 pada 10.45 WIB

Internet dan Dokumen Elektronik

“Hasil rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004 Dan Jumlah Perolehan

Kursi Parpol di DPR RI” Direktori Partai politik Indonesia, 5 Mei 2004,

[artikel online]; tersedia di http://partai.info/pemilu2004/

hasilpemilulegislatif.php diunduh pada 18 Juni 2014

“Inilah Hasil Akhir Nasional Perolehan Suara Pemilu” Kompas.com. 9 Mei 2009

[berita online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/read/

Page 91: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

80

2009/05/09/22401496/inilah.hasil.akhir.perolehan.suara.nasional.pemilu

diunduh pada pada 5 Mei 2015

“Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar : Keluarga Besar NU Sudah Menyatu

Seratus Persen” Gatra News. 1 April 2014 [artikel online]; tersedia di

http://www.gatra.com/kolom-dan-wawancara/49970/ketua-umum-pkb,-

muhaimin-iskandar-keluarga-nu-sudah-menyatu-seratus-persen pada 23

April 2015

“Makna dan Hikmah Maulid nabi Muhammad SAW” . PPP. 13 Januari 2014.

[artikel online]; tersedia di http://ppp.or.id/news/makna-dan-hikmah-

maulid-nabi-muhammad-saw.html diunduh pada tanggal 10 Januari 2016

“Partai Amanat Nasional (PAN)” Poltracking. [artikel online]; tersedia di

http://www.poltracking.com/partai-amanat-nasional-pan unduh pada

tanggal 10 Juni 2015

“Partai Amanat Nasional” Magister Ilmu Pemerintahan UMY. [artikel online];

dari http://mip.umy.ac.id/phocadownload/jgpp/rasid%2520pora.pdf,

diunduh tanggal 30 Desember 2014

“Partai Amanat Nasional” Merdeka.com. 2014. [artikel online]; Tersedia di

http://m.merdeka.com/profil/indonesia/p/partai-amanat-nasional/ diunduh

pada tanggal 30 Desember 2014

“Pengertian, Macam dan Hukum Membaca Shalawat”. Al-Badar. [artikel online];

tersedia di http://al-badar.net/pengertian-macam-dan-hukum-membaca-

shalawat/ diunduh pada tanggal 10 Januari 2016

Page 92: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

81

“Tahlil dan Tahlilan” UNIMUS. [artikel online]; tersedia di

http://lsia.unimus.ac.id/v2012/?p=1029 diunduh pada tanggal 10 Januari

2016

Eristyawan, Fajar Novi. “Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus

Kemerosotan Suara pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur”

Journal Unair, [Journal online] tersedia di

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpm749441a578full.pdf, diunduh pada

tanggal 10 Juni 2015, 2 -3

Evan, “Partai Amanat Nasional” Tempo.co. 2014 [berita online]; tersedia di

http://pemilu.tempo.co/read/partai/9/Partai-Amanat-Nasional-PAN

diunduh pada 25 April 2015

Faqih , Mansyur. Jamil, Ahmad Islamy. “Mengintip Strategi PAN untuk Pemilu

2014” Republika Online. 10 Januari 2014. [berita online]; tersedia di

http://republika.co.id/berita/nasional/politik/14/01/10/mz6x3z-mengintip-

strategi-pan-untuk-pemilu-2014 pada 25 April 2015

Gabrillin, Abda. “Zulkifli Tegaskan Anggota Fraksi Wajib Bertemu Konstituen

Saat Reses” Kompas.com [berita online] ; tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/20521881/Zulkifli.Tegaskan.

Anggota.Fraksi.Wajib.Bertemu.Konstituen.Saat.Reses unduh tanggal 11

Mei 2015

Komisi Pemilihan Umum (KPU). “BAB V Hasil Pemilu” Modul 1 Pemilih untuk

Pemula. (Jakarta : Komisi Pemilihan Umum, 2009). [dokumen online] : 45

http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf diunduh pada 15 April 2015

Page 93: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

82

Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Pemilu 1999”. Komisi Pemilihan Umum. 21

Februari 2008. [artikel on-line]; tersedia di

http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999

diunduh pada 15 April 2015

LSI (Lingkaran Survei Indonesia), Index Capres Pemilu 2014 : Capres Riil versus

Capres Wacana. (Jakarta : LSI, 20 Oktober 2013) [database on-line];

tersedua di http://lsi.org , 26

Megawati, Arum. Analisis Lingkungan Sebagai Dasar Penetapan Strategi

Korpora: Studi Pada CV Argo Tunggal Batu [artikel online]; tersedia di

https://www.academia.edu/5199318/7_BAB_II_LANDASAN_TEORI

diunduh tanggal 16 Juni 2015

Merdeka. “Gus Ali : Kemenangan PKB di Pemiluy 2014 Karena Keramat Kiai

Sepuh”. Merdeka.com. 29 Agustus 2014. [artikel online]; tersedia di

http://www.merdeka.com/politik/kemenangan-pkb-di-pemilu-2014-

karena-keramat-kiai-sepuh.html diunduh pada 15 April 2015

Muhyiddin, Muhammad. “Al Ahmad Dhani Jadi Juru Kampenye PKB”,

Tempo.co. 9 Maret 2014, [berita online]; tersedia di

http://www.tempo.co/read/news/2014/03/09/270560673/Al-Ahmad-

Dhani-Jadi-Juru-Kampanye-PKB unduh pada tanggal 24 April 2015

Partai Kebangkitan Bangsa. “Harmoni NU-PKB Memuluskan Kemenangan PKB

di Pemilu 2014”. Partai Kebangkitan Bangsa. 13 Januari 2013. [artikel

online]; tersedia di http://dpp.pkb.or.id/harmoni-nu-pkb-muluskan-

kemenangan-di-pemilu-2014 diunduh pada 15 April 2015

Page 94: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

83

Pasaribu, Rowland B. F. BAB 09 Politik dan Strategi Nasional, [artikel online];

tersedia di http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/download/

files/bab-09-politik-dan-strategi-nasional.pdf diunduh pada tanggal 16 Juni

2015

Prabowo, Dani. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”

Kompas. 9 Mei 2014 [berita online]; tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.

Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 diunduh 19 Juni 2014

Prabowo, Dani. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”.

Kompas.com. 9 Mei 2014. [berita online]; tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.

Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 pada 24 April 2015

Priliawito, Eko. Hidayat, Arief. “Merosotnya Suraa Partai dan Tokoh Islam di

Pemilu 2014” Viva.co.id . 17 Maret 2013 [berita online]; tersedia di

http://m.news.viva.co.id/news/read/398147-merosotnya-suara-partai-dan-

tokoh-islam-di-pemilu-2014 pada 24 April 2015

Rachman, Taufik. “Pengamat : PKB Fenomenal dalam Pemilu 2014” Republika

Online. 10 April 2014 [berita online]; tersedia di

http://m.republika.co.id/berita/pemilu/14/04/10/n3si2y-pengamat-pkb-

fenomenal-dalam-pemilu-2014 diunduh 22 April 2015

Rachman, Taufik. “Suara PKB Melonjak Karena NU Solid Mendukung”

Republika Online. 10 April 2014. [berita online]; tersedia di

http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/04/10/n3t2v4-

Page 95: ANDI BUDIMAN SUBIAKTO-FISIP.pdf

84

suara-pkb-melonjak-karena-nu-solid-mendukung unduh tanggal 22 April

2015

S, Eko Huda. Priatmojo, Dedy. Kurniawan, Iwan. “Survei : Partai islam Jeblok,

Demokrat Rontok 2014” Viva News. 14 Oktober 2012. [berita online];

tersedia di http://m.news.viva.co.id/news/read/359256-survei--partai-

islam-jeblok-demokrat-rontok-2014 diunduh pada 19 Juni 2014

Sindonews. “Partai Amanat Nasional” Sindonews. 2014. [artikel online]; tersedia

di http://m.sindonews.com/read/705233/12/profil-partai-amanat-nasional-

1357715588 diaskes pada tanggal 30 Desember 2014

Suara Pembaharuan. “Muhammadiyah Tidak Lagi Merasa Bagian dari PAN”.

Suara Pembaharuan. 24 Januari 2013. [artikel online]; tersedia di

http://www.suarapembaruan.com/home/muhammadiyah-tak-lagi-merasa-

bagian-pan/29562 diunduh pada 15 April 2015.

Wijaya, Ade Indra. “Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)” Ade Indra

Wijaya, S.So.I [Artikel online]; tersedia di

http://www.adeindrawijaya.blogspot.com/2013/05/sejarah-Partai-

Kebangkitan-Bangsa diunduh pada tanggal 19 Desember 2014

Wuisang, Audy W. M. R. “Politik dan Strategi Nasional” Poltramas.com, [artikel

online]; tersedia di http://www.poltramas.com diunduh 20 Agustus 2014