STRATEGI PARTAI POLITIK BERBASIS MASSA ISLAM
DALAM MENAIKKAN SUARA PADA PEMILIHAN UMUM
2014
(Studi Komparatif Strategi Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat
Nasional dalam Melampaui Parliamentary Threshold 3,5% Suara Nasional)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Adi Budiman Subiakto
1110112000048
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
iv
ABSTRAKSI
Adi Budiman Subiakto
Strategi Partai Politik Berbasis Massa Islam dalam menaikkan suara di
Pemilihan Umum 2014 (Studi Komparatif Strategi Partai Kebangkitan
Bangsa dan Partai Amanat Nasional dalam melampaui Parliamentary
Threshold 3,5% suara nasional)
Sejak Pemilihan Umum (Pemilu) 1999 sampai Pemilu 2009, partai politik
berbasis massa Islam terus mengalami penurunan perolehan suara. Menjelang
Pemilu 2014, beberapa lembaga survey yang mengatakan bahwa partai politik
berbasis massa Islam seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat
Nasional (PAN) cenderung sulit melampaui angka Parliamentary Threshold (PT).
Apalagi pada pemilihan umum 2014 angka PT naik menjadi 3,5%.
Metodologi yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini adalah wawancara yang menggunakan metode Purposive
Sampling dan dokumentasi. Pada penelitian ini menggunakan beberapa teori,
yaitu Strategi Politik, Komunikasi Politik, Marketing Politik dan Parliamentary
Threshold.
Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa prediksi lembaga survey
meleset, PKB menggunakan strategi defensif pada Pemilu 2014. PKB lebih
mengkonsolidir dan memprioritaskan tipologi pemilih pedesaan khususnya warga
Nahdliyin dengan pendekatan Ideologis. Selain itu, PKB juga menjadikan tokoh-
tokoh dan figur artis sebagai bagian dari strategi seperti Rhoma Irama dan Ahmad
Dhani. Sedangkan PAN menggunakan strategi ofensif. PAN lebih memilih masuk
pada tipologi pemilih pedesaan dengan tetap mengoptimalkan suara dari tipologi
pemilih perkotaan. Dalam hal ini, PAN menggunakan pendekatan dialogis,
psikologis, isu-isu kerakyatan dan figur artis.
Kemudian baik PKB maupun PAN belum mampu mengoptimalkan
strategi untuk wilayah-wilayah Timur. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan
oleh kedua partai ini untuk wilayah Indonesia Timur tidak membuahkan hasil.
v
KATA PENGANTAR
Alhadulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis sampaikan atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang telah di berikan pada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tetap dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, rasul yang sangat berjasa besar
pada umatnya semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.
Skripsi yang berjudul “Strategi Partai Politik Berbasis Islam dalam
Menaikan Suara pada Pemilihan Umum 2014 (Studi Komparatif Strategi Partai
Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional dalam Melampaui
Parliamentary Threshold 3,5% Suara Nasional)” disusun dalam rangka memenuhi
dan melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setulus dan sepenuh hati, penulis sadar bahwa tidak akan sanggup
menghadapi dan mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang
menggangu lancarnya penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan yang berharga ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus pada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Dr. Iding Rosyidin dan Suryani, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas
waktu dan solusinya.
4. Prof. Idzan Fautanu, MA sebagai dosen pembimbing yang senatiasa selalu
sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
memberikan berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses
studi yang sangat berarti bagi perkembangan dan wawasan yang luas
perihal pengetahuan di bidang politik.
6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Bapak Muhammad Irfan dan Ibu
Ismawati. Bapak yang dengan terang mengajarkan sebuah konsistensi
pada sebuah pilihan dan Mamah yang mengajarkan arti ketulusan tanpa
Pamrih.
7. Kepada Rizka Nurul Amanah yang senatiasa memberikan dorongan,
nasehat, motivasi, bantuan dan do’anya hingga penulis bisa menyelesaikan
pendidikan strata 1 (satu).
8. Kepada Helmi Faisal Zaini, Saifullah Maksum, Viva Yoga dan Yandri
Susanto. Terima kasih atas waktu luangnya untuk diwawancarai dan
irformasinya yang berguna sebagai data dalam penelitian skripsi ini.
9. Kepada senior-senior Mas Dedy Candra, Bapak Nur Kafid, Mas Idris, Mas
Andi Wibowo, dan Mas Majid yang banyak memberikan pengalaman dan
motivasi untuk penulis.
vii
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Muhammad Rafsanjani, Sandi Lasmana,
Amizar, Ahmad Ikbal, Rizky Ilham, Randi, Muhammad Faruki, Wachid,
Adi Komba, Altof serta kawan-kawan Ilmu Politik 2010. Tidak satu pun
kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan. Terima kasih juga
kepada teman-teman sanggar Visi Indonesia dan teman-teman KKN
Mozaik 2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
11. Terima kasih kepada Ibu Tanty dari pengurus DPP PAN dan seluruh
jajaran pengurus PKB yang telah memberikan informasi dan data selama
mengerjakan skripsi ini.
12. Terima kasih kepada seluruh pengurus IPNU Kota Tangerang Selatan
2012-2014 dan GP Ansor Kota Tangerang Selatan 2015-2019. Terima
kasih atas masukan-masukan dan kebersamaan bermakna.
13. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu. Semoga segala dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari
Allah SWT dan mejadi amal kebaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat kontruktif demi
perbaikan di masa mendatang. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat
dan menambah khazanah keilmuan bagi pembacanya dan studi ilmu politik.
Adi Budiman Subiakto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Diskusi mengenai partai politik Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dengan
perkembangan politik umat Islam di Indonesia pra dan pasca Reformasi.
Perkembangan partai politik Islam terus mengalami dinamika yang menarik untuk
diteliti.
Pra Reformasi, Pemerintah Soeharto menerapkan kebijakan difusi partai.
Kebijakan tersebut mengakibatkan umat Islam hanya memiliki satu wadah
partisipasi politik, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP).1 PPP merupakan
difusi dari Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII),
Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) dan Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti).
Kemudian Pasca Reformasi, pertumbuhan subur partai politik diiringi oleh
kemunculan partai-partai politik baru berbasis massa Islam. Politisi dan aktivis
Islam memanfaatkan euphoria reformasi dengan mendirikan partai politik. Secara
umum, Partai Islam sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu partai berasaskan
Islam dan partai berasaskan Pancasila namun berbasis massa Islam. Partai yang
berasaskan Islam contohnya adalah Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan
1 Ahmad Fuad Fanani, “Dilema Partai politik berbasis Islam : Terpuruk dalam Kegagalan
atau Menjawab Tantangan?” Jurnal Maarif 8 (2), (Desember 2013): 73
2
Pembangunan (PPP), Partai Keadilan (PK), Partai Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) dan Partai Umat Islam (PUI). Adapula partai yang
berasaskan Pancasila namun berbasiskan massa Islam, seperti Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN). 2
Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1999, 42 partai Islam berbondong-bondong
untuk mendaftarkan diri sebagai peserta Pemilu. Namun hanya 21 partai Islam saja
yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti Pemilihan Umum 1999.3 Hal ini karena
banyak partai belum memenuhi aturan administratif yang sesuai dengan Undang-
Undang (UU) No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
Pertumbuhan subur partai Islam rupanya tidak diiringi dengan hasil yang
baik pada Pemilu 1999 dalam memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Pada Pemilu tersebut, hanya 8 Partai Islam berhasil memperoleh kursi di
parlemen. Partai-partai tersebut adalah PPP 58 kursi, PKB 51 kursi, PAN 34 kursi,
PBB 13 kursi, PK 7 kursi, PNU 5 Suara, PSII 1 kursi, dan Partai Politik Islam
Indonesia (PPII) Masyumi 1 kursi.4 Sehingga nampaknya mayoritas muslim di
Indonesia tidak menentukan keberhasilan partai politik berbasis massa Islam.
Sejak Pemilu 2004 diberlakukan aturan ambang batas suara parlemen
(Paliamentary Threshold) sebesar 2,5% suara nasional berdasarkan UU No. 23
2 Ahmad Fuad Fanani, “Dilema Partai politik Islam: Terpuruk dalam Kegagalan atau
Menjawab Tantangan”, 76 3 Ibid., 75
4 Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Pemilu 1999”. Komisi Pemilihan Umum. 21 Februari
2008. [artikel on-line]; tersedia di http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-
1999 diunduh pada 15 April 2015
3
Tahun 2003. Pemberlakuan Parliamentary Threshold merupakan upaya
Pemerintah dalam menyederhanakan partai di suatu sistem multipartai.5
Hal ini nampaknya membawa beban berat bagi Partai Islam. Hal ini
dibuktikan dengan banyak partai Islam tidak memperoleh kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Sehingga dari 10 partai politik Islam yang menjadi
peserta Pemilu, hanya 4 partai berhasil memperoleh kursi di DPR. Partai tersebut
adalah PKB, PPP, PKS dan PAN.6
Selanjutnya, Pemilu 2009 nampaknya menjadi Pemilu yang paling
menyedihkan bagi partai-partai Islam. Hal ini karena total suara partai-partai Islam
pada Pemilu 2009 merupakan hasil terburuk dari Pemilu 1999 dan 2004. Total
suara partai-partai islam hanya mencapai 29,2% dari sebelumnya 41% suara
nasional.7 Pada Pemilu 2009, Parliamentary Threshold ditetapkan 2,5% suara
nasional sesuai dengan UU No.10 Tahun 2008.
Kemudian, menjelang Pemilu 2014, UU No.8 Tahun 2012 mengubah salah
satu pasal mengenai Parliamentary Threshold (PT) dalam UU No.10 Tahun 2008.
Sehingga pada Pemilu 2014, Parliamentary Threshold naik menjadi 3,5% dari
2,5%. Hal ini mendorong partai Islam bekerja ekstra keras guna melampaui angka
minimal Parliamentary Threshold.
5 Yogo Pamungkas, “Tinjauan Ambang Batas perolehan suara berdasarkan Undang-Undang
nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945”, Jurnal
Rechts Vinding 3 (1), (April 2014). 34 6 “Hasil rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004 Dan Jumlah Perolehan Kursi
Parpol di DPR RI” Direktori Partai politik Indonesia, 5 Mei 2004, [artikel online]; tersedia di
http://partai.info/Pemilu2004/hasilPemilulegislatif.php diunduh pada 18 Juni 2014 7 Komisi Pemilihan Umum (KPU). “BAB V Hasil Pemilu” Modul 1 Pemilih untuk Pemula.
(Jakarta : Komisi Pemilihan Umum, 2009). [dokumen online] : 45 http://kpu.go.id/dmdocuments/
modul_1d.pdf diunduh pada 15 April 2015
4
Hasil Survei Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pada 2012, partai Islam
diperkirakan akan tenggelam dengan memperoleh suara kurang dari 5%. Lain
halnya dengan Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia –
Perjuangan (PDI-P), Partai Demokrat dan Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra) yang menguasai suara nasional. Secara keseluruhan, suara partai Islam
dan partai berbasis massa Islam hanya akan mencapai 21.1%.8
Pada Maret dan Oktober 2013, LSI kembali melakukan survei Pemilu 2014
yang hasilnya tidak jauh berbeda. Pada Maret 2013, PKB berada pada angka 4,5%
suara nasional dan PAN tidak terprediksi. Sedangkan pada Survey Oktober 2013,
PKB berada pada 4,6% dan PAN 5,2% suara nasional.9 Angka ini nampaknya
cukup mengkhawatirkan mengingat setiap Pemilu yang terus merosot.
Survei yang diperoleh LSI pada 2012 dan 2013 rupanya meleset dari fakta
hasil di Pemilu 2014. PKB memperoleh suara yang mengejutkan, sebesar 9.04%
atau 11.298.957 suara dan PAN memperoleh 7,59% atau 1.825.750 suara. Tempat
pertama ditempati oleh PDI-P (18,95%), disusul Partai Golkar (14,75%), Partai
Gerindra (11,81%) dan Partai Demokrat (10,91%).10
Dengan demikian, dipastikan
bahwa PKB dan PAN berhasil memenuhi Parliamentary Threshold.
Fakta-fakta tersebut nampaknya dapat memberikan sebuah gambaran secara
umum mengenai partai Islam. Partai berbasis massa Islam seperti PKB dan PAN
8 Eko Huda S, Dedy Priatmojo, dan, Iwan Kurniawan, “Survei : Partai islam Jeblok,
Demokrat Rontok 2014” Viva News. 14 Oktober 2012. [berita online]; tersedia di
http://m.news.viva.co.id/news/read/359256-survei--partai-islam-jeblok-demokrat-rontok-2014
diunduh pada 19 Juni 2014 9 Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Index Capres Pemilu 2014 : Capres Riil versus Capres
Wacana. (Jakarta : LSI, 20 Oktober 2013) [database on-line]; tersedua di http://lsi.org , 26 10
Dani Prabowo, “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014” Kompas. 9
Mei 2014 [berita online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/
Disahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 diunduh 19 Juni 2014
5
masih memiliki daya tarik di masyarakat Islam Indonesia. Hal ini berbeda dengan
PPP dan PBB yang rupanya tidak memiliki pasar yang pasti.
PKB mengandalkan kekuatan suara dikalangan Nahdliyin yang merupakan
warga organisasi besar Nahdlatul Ulama. Hal ini karena dari strategi PKB sedari
awal nampaknya mencoba mempererat hubungan antara NU dan PKB. Bahkan
PKB mengklaim sebagai rumah Nahdliyin.11
PKB pun sering meminjam istilah-
istilah khas NU dan kebiasaan adat NU dalam setiap kesempatan.12
Sedangkan PAN yang awalnya memiliki kedekatan dengan organisasi
Muhammadiyah. Namun kini nampaknya PAN tidak lagi menjadikan
Muhammadiyah sebagai basis masa utama. Hal itu karena PAN dan
Muhammadiyah tidak saling mengklaim sebagai satu kesatuan yang erat seperti
halnya PKB-NU. 13
PKB dan PAN nampaknya melihat tantangan untuk melabeli diri sebagai
partai politik berbasis massa Islam cukup berat. Kondisi ini karena fenomena
sebagian partai politik nasionalis yang mencoba mengakomodir aspirasi umat
Islam dengan mendirikan organisasi sayap partai yang bernuansa Islami. Selain
itu, gejolak Islamophobia yang perlahan menjadi bumerang bagi partai-partai
dengan basis massa Islam seperti PKB dan PAN. Meski kedua partai tersebut tetap
11
Partai Kebangkitan Bangsa. “Harmoni NU-PKB Memuluskan Kemenangan PKB di
Pemilu 2014”. Partai Kebangkitan Bangsa. 13 Januari 2013. [artikel online]; tersedia di
http://dpp.pkb.or.id/harmoni-nu-pkb-muluskan-kemenangan-di-Pemilu-2014 diunduh pada 15
April 2015 12
Merdeka. “Gus Ali : Kemenangan PKB di Pemiluy 2014 Karena Keramat Kiai Sepuh”.
Merdeka.com. 29 Agustus 2014. [artikel online]; tersedia di http://www.merdeka.com/politik/
kemenangan-pkb-di-Pemilu-2014-karena-keramat-kiai-sepuh.html diunduh pada 15 April 2015 13
Suara Pembaharuan. “Muhammadiyah Tidak Lagi Merasa Bagian dari PAN”. Suara
Pembaharuan. 24 Januari 2013. [artikel online]; tersedia di http://www.suarapembaruan.com/
home/muhammadiyah-tak-lagi-merasa-bagian-pan/29562 diunduh pada 15 April 2015.
6
optimis dalam setiap performanya untuk melampaui Parliamentary Threshold di
Pemilu 2014.
Melihat keberhasilan kedua partai ini melampaui Parliamentary Threshold,
kiranya ada strategi yang berbeda di antara 2 (dua) partai berbasis massa Islam
tersebut pada Pemilu 2014. Oleh sebab itu, maka strategi dari kedua partai tersebut
cukup signifikan untuk dijadikan fokus utama penelitian.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka peneliti memfokuskan
penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian berikut: “Strategi apa yang
digunakan oleh PKB dan PAN sehingga dapat melampaui Parliamentary
Threshold pada Pemilihan Umum 2014 ?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini berfokus pada studi komparatif strategi antara PKB dan PAN
dalam melampaui Parliamentary Threshold 3,5 % suara nasional. Pada akhirnya
penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbandingan strategi yang digunakan
PKB dan PAN dalam menaikan suara pada Pemilihan Umum 2014.
Sedangkan manfaat penelitian ini dibagi menjadi beberapa manfaat yang
akan dijelaskan di bawah ini:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan mengenai strategi politik partai berbasis massa Islam di Indonesia.
7
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perbandingan
tentang strategi politik, yang mencakup marketing dan komunikasi politik PKB
dan PAN pada Pemilihan Umum 2014.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penulisan penelitian ini adalah untuk
memberikan masukan kepada partai politik berbasis massa Islam lain untuk
menambah wawasan yang lebih baik dalam menyusun strategi politik dalam
menghadapi Pemilihan Umum.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, ada literatur yang menjadi acuan dan tinjauan
pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menemukan sisi menarik atau sisi
lain dan kegunaan dari penelitian skripsi yang sedang penulis teliti. Adanya
tinjauan pustaka yang penulis temukan sebagai instrumen perbandingan dalam
melakukan penelitian mengenai strategi PAN dan PKB dalam mendulang suara
guna melampaui Parliamentary Threshold 3,5%.
Pertama, Menurut M. Rosit dalam skripsinya yang dibuat tahun 2007 dengan
judul “Strategi Komunikasi Politik Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai
Keadilan Sejaktera (PKS) DKI Jakarta dalam memenangkan Pemilihan Umum
2004”, strategi komunikasi politik PKS dalam memenangkan Pemilihan Umum
tahun 2004 di DKI Jakarta adalah strategi langsung turun ke masyarakat. Para
kader DPW PKS melakukan advokasi atas keperluan-keperluan yang diperlukan
masyarakat Jakarta.
8
Tinjauan pustaka kedua adalah Strategi Survival Partai Islam di Indonesia
Pada Pemilu 2014, Studi Komparatif: Antara PPP dan PKS, skripsi yang dibuat
oleh Hamsah tahun 2014, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Hamsah, PPP melakukan strategi dengan
gerakan dakwah dan jaringan kyai-kyai. Sedangkan PKS dengan strategi gerakan
dakwah dan juga sistem kaderisasi kuat.
Kemudian, tinjauan pustaka ketiga adalah Strategi Kampanye Humas PPP
dan PKB dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014, skripsi yang
dibuat oleh Elvira Hanum tahun 2013, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Elvira Hanum, Humas PPP
dan PKB membangun citra positif kedua partai di mata publik dalam Pemilu 2014.
Tinjauan pustaka lainnya yaitu Strategi Komunikasi Politik PAC Partai
Gerindra Limo dalam Pemilu Legislatif di Depok, skripsi yang dibuat oleh
Zulfikar tahun 2010, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komukasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut Zulfikar, strategi komunikasi politik yang
digunakan PAC partai Gerindra Limo Depok dengan melakukan sosialisasi politik
baik melalui komunikasi massa maupun komunikasi interpersonal.
Seperti halnya skripsi di atas, skripsi ini akan membahas mengenai strategi
yang dilakukan partai politik dalam menghadapi Pemilu. Selain itu, skripsi ini juga
memberikan gambaran komparatif sebagai perbandingan, seperto halnya beberapa
srkipsi di atas.
Namun yang membedakan skripsi penulis dengan studi terdahulu adalah:
9
1. Skripsi ini lebih menganalisa tentang studi komparatif yang
menitikberatkan kepada strategi partai politik berbasis massa Islam yang
berbeda, yaitu PKB dan PAN dalam Pemilihan Umum 2014
2. Skripsi ini berusaha menjelaskan strategi PKB dan PAN khususnya dalam
melampaui Parliamentary Threshold 3,5%.
3. Skripsi ini berusaha menjelaskan tentang strategi yang diterapkan oleh
PKB dan PAN dalam menghadapi tipologi pemilih berdasarkan wilayah
pedesaan dan perkotaan.
4. Skripsi ini berusaha menjelaskan strategi PKB dan PAN dalam meraih
suara di wilayah non muslim.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual
Untuk dapat menjelaskan secara terperinci masalah yang ada di dalam
skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dianggap relevan dengan
kasus yang akan diteliti. Memberikan gambaran yang dapat mempermudah bagi
para pembaca dan peneliti lain, agar hasil penelitian pantas untuk digunakan oleh
pihak-pihak yang berkaitan dengan politik.
E.1. Strategi Politik
Strategi lebih dikenal sebagai bagian dari perang dibanding dalam politik.14
Menurut Mahardika dalam Zainuddin mengatakan bahwa strategi adalah suatu
cara untuk mencapai tujuan. Dengan strategi yang tepat, maka pencapaian tujuan
14
Rowland B. F Pasaribu, BAB 09 Politik dan Strategi Nasional, [artikel online]; tersedia di
http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/download/files/bab-09-politik-dan-strategi-
nasional.pdf diunduh pada tanggal 16 Juni 2015
10
bergantung pada langkah politik yang dilakukan. Sedangkan Jack Trout dalam
Zainuddin mengatakan strategi sebagai upaya untuk membuat kita unik dan
berbeda dengan pesaing lain. Sehingga produk kita dapat diingat dalam benak
seseorang.15
Strategi yang digunakan dalam ranah politik biasanya meliputi political
branding, ketokohan, isu poltik maupun marketing politik. Hal-hal tersebut
memiliki peran penting dalam persaingan yang terjadi. Strategi yang dilakukan
tidak menutup kemungkinan untuk ditiru oleh pihak lain. Namun political
branding, kebijakan dan isu Politik, biasanya tidak meniru secara keseluruhan,
hanya meniru garis besarnya saja. Karena pada dasarnya brand yang ditawarkan
akan berkaitan dengan ciri khas pelaku politik tersebut. Baik branding, kebijakan
maupun isu politik, sejatinya dilakukan demi mendapatkan posisi politik tertentu
dimata pesaing dan konstituen guna mencapai tujuan utama, yakni kemenangan.16
E.2. Komunikasi Politik
Dalam kegiatan Pemilu berkaitan erat dengan komunikasi politik yakni
kampanye dan pemungutan suara. Kampanye dalam sebuah Pemilu ialah suatu
usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif dengan menggunakan retorika,
hubungan dengan rakyat, komunikasi massa dan lobi. Dan partai politik atau
politikus berperan sebagai komunikator politik.17
15
Zainuddin, Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam memenuhi kuota 30 persen
keterwakilan perempuan dalam daftar calon legislatif pada Pemilihan Umum tahun 2014 di Kota
Samarinda, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dn Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda,
2014), 15
16
Firmanzah. Marketing Politik (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008), 141
17
Prof. Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma – Teori – Aplikasi – Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal. 134
11
E.3. Marketing Politik
Marketing politik digunakan sebagai bagian strategi untuk melakukan
pendekatan yang proporsional. Sehingga kontestan dapat melakukan hal-hal yang
efisien, tidak sia-sia namun efektif. Pada awalnya, marketing politik merupakan
metode yang digunakan dengan mengadopsi konsep pelaku ekonomi. Pelaku
ekonomi akan mencoba mengeluarkan pengeluaran seminimal mungkin, dengan
penghasilan semaksimal mungkin.18
Dalam marketing politik, bukan hanya
flatform yang coba dipublikasikan, namun juga ideologi politik, isu, gagasan, apa
yang telah dilakukan dan bahkan kepribadian kontestan sendiri. 19
E.2. Parliamentary Threshold
Istilah Parliamentary Threshold (PT) baru digunakan di Indonesia pada
tahun 2004. PT yang digunakan pada tahun 2009 hanya 2,5% suara nasional. Saat
itu, hanyalah 9 partai yang mampu lolos ke parlemen dari 24 partai. Pada dasarnya
kebijakan PT diyakini lebih efektif dalam membatasi jumlah partai politik di
parlemen.20
PT ini juga pada akhirnya mendorong partai politik untuk lebih serius
terhadap legitimasi yang diberikan rakyat. 21
Kebijakan PT berbeda dengan Electoral Threshold (ET). Jika ET
berpegangan pada batas perolehan suara partai politik untuk ikut sebagai kontestan
Pemilu. Jika suatu partai politik tidak memenuhi angka ET yang telah ditetapkan,
18
Firmanzah. Marketing Politik, 128
19
Ibid., 156
20
Haldyan Denysa, Implementasi Perbandingan Electoral Threshold dalam Pemilu 2004
dan Pemilu 2009, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, UII Yogyakarta, 2009), 43
21
Joko J. Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 148
12
maka partai politik tersebut tidak dapat mengikuti Pemilu berikutnya. 22
Sebagai
contoh Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai
Karya Peduli Bangsa (PKPB) dan Partai Pelopor.23
Sedangkan PT lebih kepada
jumlah dukungan suara dalam batasan tertentu untuk diikutsertakan dalam
perhitungan suara partai politik di parlemen.
Dalam Pemilihan Umum 2014, PT di Indonesia mengalami kenaikan
menjadi 3,5%. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Pemilihan Umum nomor 8
tahun 2012 yang dijelaskan dalam pasal 208 ayat 1 (satu), yang salah satunya
adalah menyangkut ambang batas parlemen 3,5% dengan pemberlakuan secara
nasional.24
Banyak pihak yang akhirnya mengajukan protes terhadap kebijakan ini
terkait pasal tersebut. Namun, berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 52/PUU-X/2012 diputuskan bahwa angka 3,5% pemberlakuan
Parliamentary Threshold dalam Pasal 208 UU No. 8 Tahun 2012 selain frase
“DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota” sama sekali tidak bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Kebijakan tersebut berdasar pada
perhitungan objektif partai peserta Pemilu sebelumnya dengan keseluruhan
anggota parlemen/DPR.25
22
Haldyan Denysa, Implementasi Perbandingan Electoral Threshold dalam Pemilu 2004
dan Pemilu 2009, 54-55 23
Ibid.,57 24
Bunyi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 208 ayat 1 (satu) Tentang Pemilihan
Umum adalah :
“Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Harus Memenuhi Ambang Batas Perolehan Suara
sekurang-kurangnya 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan
perolehan kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota”. 25
Aditya Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, (Depok:
Puskapol UI, 2013), 68
13
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan valid meliputi:
F.1. Jenis Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.26
Prosedur penelitian ini akhirnya diharapkan menghasilkan data komparatif. Penulis
mencoba membandingkan strategi politik PKB dan PAN sebagai partai berbasis
massa Islam. Hasil ini kemudian dapat dilihat perbedaan strateginya secara jelas.
F.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara kepada narasumber terkait objek yang diteliti melalui tanya
jawab. Informan yang menjadi narasumber di tentukan berdasarkan
metode purposive sampling. Yaitu, sumber yang ditentukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang diinginkan27
seperti, Lembaga Pemenangan Pemilu
(LPP) dan Koordinator Nasional Pemenangan Pemilu, serta pihak yang
ditugaskan oleh PKB dan PAN untuk mengkonsolidasikan pemenangan
Pemilu. Teknik ini memberikan informasi dan mengumpulkan data
langsung dari narasumber kedua partai, PKB maupun PAN. Narasumber
pertama dari pihak PKB adalah Syaifullah Maksum ketua Lembaga
Pemenangan Pemilu (LPP) DPP PKB, karena memang yang fokus
26
Syamsir Alam dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : UIN Jakarta
Press, 2006), 30 27
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D (Bandung: Alfabeta , 2012), 68
14
membidangi pemenangan secara nasional PKB. Narasumber kedua adalah
Ahmad Helmy Faisal yang merupakan Ketua DPP PKB. Pada Pemilu
2014, Helmy Faisal mengkonsolidasikan pemenangan Pemilu PKB, dan
berhasil terpilih di Daerah pemilihan NTB yang sebelumnya PKB tidak
mendapatkan kursi. Sedangkan dari pihak PAN, narasumber yang
diwawancarai adalah Viva Yoga Mauladi. Viva Yoga merupakan
Koordinator Nasional Pemenangan Pemilu DPP PAN. Selain itu, Yandri
Susato Koordinator Pemenangan Pemilu DPP PAN Wilayah Banten juga
menjadi narasumber skripsi ini.
2. Dokumentasi dilakukan dengan studi kepustakaan melalui jurnal, buku,
surat kabar serta internet. Hal ini dilakukan guna mendapatkan panduan
dalam mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari wawancara dalam penelitian
kualitatif.
F.3. Teknik Analisa Data
Proses analisa data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Namun
dalam penelitian kualitatif, analisa data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Sehingga dalam kenyataannya,
analisa data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada
setelah selesai pengumpulan data.
F.4. Teknik Penulisan
15
Untuk pedoman penulisan, penulis menggunakan buku terbitan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Panduan
Penyusunan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan mempermudah
pemahaman isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam lima (5) bab yang
disusun secara sistematis sebagai berikut :
Bab I pendahuluan merupakan bab pengantar yang berusaha memberikan
gambaran pemetaan umum. Pada bab ini berisikan latar belakang masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis dan konseptual, metedologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II memaparkan kerangka teoritis dan konseptual sebagai landasan dalam
penelitian skripsi ini yang berisikan tentang Strategi Politik, Marketing Politik,
Komunikasi Politik dan Parliamentary Threshold. Dalam hal ini, Marketing
Politik dan Komunikasi Politik termasuk Subteori dalam Strategi Politik,
sementara Parliamentary Threshold merupakan aturan atau konsep untuk syarat
Partai Politik masuk parlemen.
Bab III menjelaskan gambaran umum sketsa Partai Kebangkitan Bangsa dan
Partai Amanat Nasional mulai dari sejarah berdirinya kedua partai tersebut serta
visi dan misi masing-masing partai.
16
Bab IV berisi pandangan tentang partai berbasis massa Islam terhadap
Parliamentary Threshold (PT) dan strategi-strategi Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam mencapai dan melampaui
Parliamentary Threshold 3,5% suara nasional serta perbedaan strategi dari kedua
partai politik berbasis massa Islam tersebut.
Bab V merupakan bab penutup menjelaskan kesimpulan mengenai strategi
dari kedua partai politik berbasis massa Islam dalam meraih. Sehingga kedua
partai ini mampu melampaui angka PT 3,5%. Namun, kedua partai ini belum
mampu menerapkan strategi-strategi untuk di wilayah Indonesia Timur.
18
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
Bab ini akan membahas tentang teori dan konsep yang digunakan oleh
peneliti, meliputi Strategi Politik, Marketing Politik, Komunikasi Politik, dan
Parliamentary Threshold (PT). Teori dan konsep ini digunakan agar penelitian
lebih terarah dan komprehensif.
A. Strategi Politik
Kata strategi berasal dari kata strategia, dari bahasa Yunani yang berarti the
art of general atau seni seorang panglima yang biasa digunakan dalam
peperangan. Strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk
memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan
dari politik. Dalam abad modern sekarang ini penggunaan kata strategi tidak lagi
terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan saja, akan
tetapi sudah digunakan secara luas termasuk dalam ilmu ekonomi maupun di
bidang olah raga. Arti strategi dalam pengertian umum adalah cara untuk
mendapatkan kemenangan atau tercapainya suatu tujuan termasuk politik. Dengan
demikian kata strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau bidang
militer saja, tetapi telah meluas kesegala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan-
19
kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, dan lain-lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.1
Pengertian strategi menurut beberapa ahli seperti Argyris, Mintzberg, Steiner
dan Miner dalam Yanuari Lusi :
“Strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaktif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi suatu organisasi”2
Salah satu definisi strategi menurut Gluek dan Jauch dalam Arum Megawati
yang mengatakan:
“Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi”.3
Perencanaan strategis telah muncul sebelum perkembangan peradaban
Yunani. Namun istilah ini baru diartikan sebagai perencanaan strategis pada masa
itu. Perencanaan Strategis secara umum didefinisikan sebagai setiap pemikiran dan
perencanaan yang diarahkan pada tujuan khusus dan sengaja dijalankan dengan
bersandar pada tujuan ini.4
Kemudian perencanaan strategis ini dibagi menjadi 2 (dua) jenis strategi
yakni strategi ofensif (menyerang) dan strategi defensif (bertahan). Strategi ofensif
1 Audy W. M. R. Wuisang, “Politik dan Strategi Nasional” Poltramas.com, [artikel online];
tersedia di http://www.poltramas.com diunduh 20 Agustus 2014 2 Yanuari Lusi Widhiyanti, Strategi PT Kereta Api Indonesia (KAI) dalam Meningkatkan
Pelayanan Transportasi Kereta Api (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta, 2012), 14 3 Arum Megawati, Analisis Lingkungan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Korpora: Studi
pada CV Argo Tunggal Batu [artikel online]; tersedia di https://www.academia.edu/5
199318/7_BAB_II_LANDASAN_TEORI diunduh tanggal 16 Juni 2015 4 Peter Schroder. Strategi Politik (terj.), (Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fuer die
Freiheit, 2013), 2
20
dibagi lagi menjadi strategi untuk memperluas pasar dan strategi untuk menembus
pasar. Sementara strategi defensif menyangkut strategi untuk mempertahankan
pasar dan strategi menutup atau menyerahkan pasar.5
Strategi ofensif biasanya digunakan jika partai ingin meningkatkan jumlah
pemilihnya. Kampanye dapat berhasil jika ada lebih banyak orang yang memiliki
pandangan positif terhadap partai dibandingkan sebelumnya. Strategi ofensif yang
diterapkan saat kampanye Pemilu menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik
antara kita dan partai-partai pesaing kelompok pemilihnya akan kita rebut.
Sedangkan strategi defensif jika partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau
jika pangsa pasar ingin dipertahankan.6
Dalam keadaan tertentu, suatu partai bisa saja menerapkan strategi ofensif
dan defensif sekaligus. Meskipun secara strategis keputusan ini selalu berisiko,
tapi adakalanya cara ini membawa keberhasilan yang signifikan. Nantinya, strategi
harus diarahkan secara tepat pada satu partai dalam waktu tertentu tanpa ambisi
5 Schroder. Strategi Politik. 166
6 Ibid., 170
Tabel II.1. Perbandingan Strategi Ofensif dan Defensif
Strategi ofensif Strategi defensif
Strategi memperluas pasar
(strategi persaingan).
Strategi mempertahankan pasar (strategi
pelanggan, strategi multiplikator)
Strategi menembus pasar
(strategi pelanggan)
Strategi menutup/menyerahkan pasar
(strategi lingkungan sekitar)
Sumber : Schroder Strategi Politik hal. 166
21
apapun, terlepas apakah yang diambil ofensif atau defensif. Sebuah strategi
campuran biasanya terjadi jika salah satu partai dalam koalisi pemerintahan
menerapkan strategi defensif terhadap partai oposisi, dan pada saat yang sama, di
dalam koalisi ia melakukan strategi ofensif terhadap mitra koalisi.7
Seiring berjalannya waktu, pengertian strategi semakin diperhalus dan
disesuaikan dengan kepentingan militer, tetapi kemudian juga disesuaikan dengan
kepentingan bisnis dan politik. Hingga akhirnya melahirkan perbedaan antara
taktik dan strategi. Carl Von Clausewitz mendefinisikan, taktik adalah ajaran
tentang pemanfaatan angkatan perang dalam pertempuran, sementara strategi
adalah ajaran tentang pemanfaatan pertempuran untuk tujuan perang.8
Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita
politik. Strategi-strategi politik penting bukan hanya untuk partai politik dan
pemerintah saja, tetapi juga untuk organisasi non-pemerintah (Non-Governmental
Organization/NGO) yang juga aktif dalam politik. Semua NGO, baik serikat
buruh, kelompok pejuang lingkungan hidup, organisasi Hak Asasi Manusia
(HAM), dan sebagainya. Membutuhkan strategi untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Tanpa strategi politik, perubahan jangka panjang atau proyek-proyek
besar sama sekali tidak dapat diwujudkan.9
Sementara ada pula strategi kampanye, yakni bentuk khusus dari strategi
politik. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh sebanyak
mungkin dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilihan umum
7 Schroder. Strategi Politik. 173
8 Ibid., 175
9 Ibid., 7-8
22
(Pemilu), agar dapat mendorong kebijakan-kebijakan yang dapat mengarah kepada
perubahan masyarakat.
Dalam lingkup masyarakat demokratis, pengambil-alihan kekuasaan dan
peluang untuk merebut pengaruh dilakukan melalui Pemilu yang demokratis dalam
berbagai bentuk. Tujuannya adalah untuk memperoleh bagian suara yang cukup
dalam pasar Pemilu, agar dapat memiliki pengaruh atas pihak eksekutif secara
konstitusional. Oleh karenanya, pertempuran untuk memperoleh suara pemilih,
baik untuk partai-partai yang sumber dayanya terbatas, harus direncanakan secara
hati-hati dan untuk itu diperlukan strategi.10
B. Komunikasi Politik
Dalam Pemilu tentunya ada sebuah proses kampanye yang dilakukan oleh
partai politik maupun kandidat calon anggota Legislatif yang berkompetisi. Dalam
proses kampanye terjadi komunikasi politik antara partai politik atau politikus
dengan konstituen.
Definisi komunikasi politik menurut Brian Mcnair dalam bukunya Fajar
Junaedi adalah suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh aktor-aktor politik
demi mencapai tujuan khusus. Tujuan khusus ini mengandung arti agar rakyat
memilih atau mendukung aktor politik tersebut.11
Oleh karena itu, dalam komunikasi politik yang dilakukan juga memerlukan
sebuah strategi untuk menunjang komunikasi politik tersebut. Berdasarkan definisi
10 Schroder. Strategi Politik. 9-10
11
Fajar Junaedi, Komunikasi Politik; Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia (Yogyakarta:
Buku Litera, 2013), 25-26
23
di atas, Anwar Arifin menjelaskan bahwa strategi komunikasi politik adalah
strategi diperlukan untuk mendukung kekuatan pesan agar mampu mengungguli
kekuatan pesan lawan politik, terkhusus dalam menciptakan efektifitas
komunikasi. Ketokohan seseorang komunikator dan lembaga politik yang
mendukungnya sangat menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi politik
dalam mencapai saasaran dan tujuannya.12
Dalam strategi komunikasi politik juga terdapat 2 (dua) langkah yang harus
ditempuh untuk menunjang agar strategi komunikasi politik berjalan. Pertama,
merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Dan kedua, menciptakan
kebersamaan antara komunikator politik (politisi) dengan khalayak (pemilih).
Merawat ketokohan dipahami sebagai tokoh yang memiliki daya tarik tersendiri,
yang dalam proses komunikasi politik ini untuk mempengaruhi khalayak
(pemilih). 13
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan
komunikasi politik adalah membangun kebersamaan antara politikus dengan
rakyat (khalayak) dan dengan cara mengenal khalayak (rakyat) dan menyusun
pesan yang homofili. Suasana homofili yang harus diciptakan adalah persamaan
bahasa, persamaan busana, persamaan kepentingan dengan rakyat.14
Political branding, ketokohan dan isu politik adalah produk yang tidak
bertujuan meskipun dipelopori oleh pihak tertentu. Pihak lain bisa saja meniru atau
mengambil alih kebijakan dan isu tersebut seolah-olah temuannya sendiri. Akan
12
Prof. Dr. Anwar Arifin, Komunikasi Politik:Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi
dan Komunikasi Politik Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 235 13
Ibid., 236-243 14
Ibid., 243
24
tetapi, sebuah kontestan politik dapat membangun halangan bagi pihak-pihak lain
yang ingin mengusung policy atau isu tertentu yang dipelopori oleh partai tertentu.
Branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul yang
mengacu pada nilai, berdasarkan kesadaran, loyalutas, persepsi kualitas dan
asosiasi dari suatu brand.15
Dalam political branding yang ditawarkan harus sama dan sebangun dengan
positioning. Bagian-bagian yang terdapat dalam bauran produk politik nerupakan
pilar-pilar yang mendukung positioning. Akan tetapi tidak semua bagian harus
disampaikan dalam kampanye. Analisi kekuatan dan kelemahan dapat menjadi
acuan untuk menetapakan fokus kampanye. Sebuah kontestan dapat memilih
beberapa bagian dari satu atau dua atau ketiga substansi produk politik sebagai
fokus yang akan ditawarkan dalam kampanye.
B. 1. Marketing Politik
Penggunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai
marketing politik (political marketing.)16
Dalam Marketing Politik, yang
ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing untuk
membantu politikus dan partai politik agar lebih efisien serta efektif dalam
membangun dua hubungan arah dengan konstituen dan masyarakat.
Marketing Politik adalah seperangkat metode yang dapat memfasilitasi
kontestan (individu atau partai politik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan
15
Firmanzah. Marketing Politik, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008), 141 16
Firmanzah. Marketing Politik , 128
25
politik, isu politik, ideologi politik, karakteristik pemimpin partai dan program
kerja partai kepada masyarakat. 17
Menurut O’Shaughnessy dalam Firmanzah, politik berbeda dengan produk
retail, sehingga akan berbeda pula muatan yang ada di antara keduanya. Politik
terkait erat dengan pernyataan sebuah nilai (Value). Jadi, isu politik bukan sekedar
produk yang diperdagangkan, melainkan menyangkut pula keterkaitan simbol dan
nilai yang menghubungkan individu-individu. 18
Menurut Firmanzah, paradigma dari konsep marketing politik adalah;
Pertama, Marketing politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua,
Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses, tidak hanya terbatas pada
kampanye politik, namun juga mencakup bagaimana memformulasikan produk
politik melalui pembangunan simbol, image, platform, dan program yang
ditawarkan. Ketiga, Marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas
yang meliputi teknik marketing, strategi marketing, teknik publikasi, penawaran
iden dan program, desain produk, serta pemprosesan informasi. Keempat,
Marketing politik melibatkan banyak disiplin ilmu, terutama ilmu sosiologi dan
psikologi. Kelima, Marketing politik dapat diterapkan mulai dari Pemilu hingga
lobby politik di parlemen.
Marketing politik juga merupakan serangkaian aktivitas terencana strategis
tapi juga taktis berdiensi jangka panjang dan jangka pendek untuk menyebarkan
makna politik kepada para pemilih yang bertujuan untuk membentuk dan
menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi dan perilaku pemilih, perilaku
17
Firmanzah. Marketing Politik. 156 18
Ibid.,
26
pemilih yang diharapkan adalah ekspresi yang mendukung dengan berbagai
dimensinya khususnya dalam menjatuhkan pilihan pada partai atau kandidat
tertentu.19
Menurut Firmanzah, marketing politik dapat bermanfaat bagi partai politik
dan calon presiden untuk membangun hubungan dengan pemilih. Dan penerapan
metode maupun konsep marketingnya dalam dunia perpolitikan inilah yang
disebut sebagai marketing politik. Marketing politik sebagai sebuah langkah dalam
pengaplikasian metode dan konsep dalam konteks politiknya. Marketing politik
sebagai suatu aktivitas formal yang diakui memang secara konsep masih tergolong
baru di Indonesia. Namun kenyataannya tanpa disadari kita sebagai rakyat
Indonesia sudah melakukan prinsip-prinsip marketing
C. Parliamentary Threshold
Parliamentary Threshold (PT) adalah ambang batas perolehan suara yang
harus dicapai oleh partai politik untuk dapat mengirimkan calon terpilihnya ke
lembaga perwakilan (parlemen). Partai politik yang perolehan suaranya sama
dengan atau melampaui PT akan diikutsertakan dalam perhitungan perolehan kursi
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merujuk pasal 208 Undang-Undang (UU) No. 8
tahun 2012. Sementara ketentuan PT tidak berlaku untuk perhitungan kursi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, yang
dihasilkan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi No. 52/PUU-X/2012.20
19
Adman Nursal, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu (Jakarta: Gramedia,
2004), 156 20
Aditya Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, (Depok :
Puskapol UI, 2013), 67
27
PT di Indonesia baru dilaksanakan pada pemilihan umum 2009 dengan
besaran angka ambang batas 2,5% dan menghasilkan sembilan partai politik yang
lolos. PT berbeda konsep dengan Electoral Threshold (ET) dimana perolehan
minimum kursi untuk duduk di lembaga perolehan minimum kursi untuk duduk di
lembaga parlemen dan juda secara otomatis dapat mengikuti pemilihan umum
berikutnya, pengaturan PT lebih kepada jumlah dukungan suara dalam batasan
tertentu untuk diikutsertakan dalam perhitungan suara partai politik di parlemen.21
Hal ini sebagai bentuk komitmen pemerintah dengan maksud memoderenkan
partai politik dan membuat partai politik dalam usaha mencari dukungan dari
konstituen lebih serius dengan begitu legitimasi rakyat juga lebih dapat
dipertanggungjawabkan dan pada giliran berikutnya kerja parlemen akan lebih
efisien karena penyederhanaan tersebut.22
Walaupun dalam pemilihan umum 2009 telah disepakti besaran ambang
batas parlemen sebesar 2,5%, namun karena dipandangan kurang efektif maka
pemerintah berinisiatif untuk membuat Undang-Undang baru tentang Pemilihan
Umum untuk merubah beberapa materi yang dianggap kurang efisien. Salah
satunya adalah materi mengenai ambang batas parlemen dengan menaikkan
besaran ambang batas menjadi 3,5%. Adanya perubahan materi yang berkaitan
dengan ketentuan besaran ambang batas parlemen menimbulkan sebuah
permasalahan baru bagi golongan-golongan tertentu. Ini didasari bahwa dalam
Undang-Undangan Pemilihan Umum yang baru ini yaitu Undang-Undang
21
Joko J Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), 148 22
Abdul Rajab Ulumando, Urgensi Parliamentary Threshold dalam Undang-Undang nomor
8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota DPR DPD dan DPRD terhadap Sistem
Presidensial, (Skripsi S1 Ilmu Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), 3-4
28
Pemilihan Umum nomor 8 tahun 2012 yang dijelaskan dalam pasal 208 ayat 1
(satu), yang salah satunya adalah menyangkut ambang batas parlemen 3,5%
dengan pemberlakuan secara nasional.23
Untuk Pemilu 2014, UU Pemilu No. 8 Tahun 2012 menetapkan PT sebesar
3,5% bagi partai untuk diikutsertakan dalam perhitungan kursi DPR. Pada awalnya
menurut UU No. 8 Tahun 2012, proses penetapan suara dan kursi, setelah Komisi
Pemilihan Umum (KPU) di tingkat nasional menetapkan hasil perolehan suara
untuk pemilihan DPR, maka KPU akan menetapkan partai peserta Pemilu 2014
yang lolos PT untuk dikutsertakan dalam pembagian kursi di setiap daerah untuk
pemilihan DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Namun aturan
tersebut pada tahun 2012 dibatalkan Mahkamah Konstitusi setelah menerima
gugatan judicial review terhadap pasal 208.24
Partai politik yang tidak lolos PT pada Pemilu 2014 tetap berhak mengikuti
Pemilu 2019. Hal ini membedakannya dari ketentuan ET atau ambang batas suara
untuk dapat mengikuti pemilihan umum berikutnya. Ketentuan mengenai ET ini
pernah diatur oleh UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu anggota DPR, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD yang membatasi partai politik yang
tidak berhasil memperoleh suara 3% untuk ikut serta dalam Pemilu 2009.25
Mahkamah Konstitusi dalam putusan Nomor 52/PUU-X/2012 terkait
gugatan pasal 208 ayat 1 (satu) UU No. 8 Tahun 2012, memutuskan bahwa angka
23
Bunyi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 208 ayat 1 (satu) Tentang Pemilihan
Umum adalah :
“Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Harus Memenuhi Ambang Batas Perolehan Suara
sekurang-kurangnya 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan
perolehan kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota”. 24
Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, 68 25
Perdana dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, 69
29
3,5% pemberlakuan PT dalam Pasal 208 UU No. 8 Tahun 2012 selain frase
“DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota” sama sekali tidak bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, karena selain berlaku secara objektif
bagi semua partai politik peserta Pemilu dan keseluruhan para calon anggota DPR
dari partai politik peserta Pemilu, tanpa kecuali, juga tidak ada faktor-faktor
pembedaan ras, agama, jenis kelamin, status sosial, dan lain-lain. MK juga
sependapat dengan pandangan pemerintah, bahwa dalam rangka menguatkan
sistem pemerintahan presidensial, maka dibutuhkanlah sistem multipartai yang
sederhana.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DAN
PARTAI AMANAT NASIONAL
Peristiwa yang terjadi pada tahun 1998, telah mengubah nasib bangsa
Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto yang telah memimpin lebih dari
tiga puluh tahun bangsa Indonesia menyatakan berhenti dan mundur dari
jabatannya sebagai Presiden Indonesia. Selanjutnya bangsa Indonesia memasuki
babak baru dengan era Reformasi dengan mengedepankan azas demokrasi.1
Era reformasi ditandai dengan upaya mewujudkan kehendak rakyat untuk
mengubah tatanan semua aspek kehidupan, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan. Rakyat tidak menghendaki adanya yang
mengatasnamakan kekuasaan kehidupan dan berbangsa harus dikembalikan pada
rakyat sebagai pemegang kehidupan.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN)
menjadi partai baru yang lahir dari reformasi. Kedua ini merupakan partai berbasis
massa Islam yang memiliki kedekatan dengan dua organisasi besar Islam di
Indonesia. PKB lahir sebagai jawaban dari tuntutan warga Nahdlatul Ulama (NU)
untuk terlibat dalam kebijakan publik. Sedangkan PAN lahir dari permintaan
warga Muhamadiyah pada Sidang Tanwir Muhamadiyah Semarang 1998. PKB
lahir dengan dideklarasikan oleh ulama-ulama NU seperti Gus Dur. Sementara
PAN lahir dengan dideklarasikan oleh tokoh Muhammadiyah Amien Rais.
1 Abdurrahman Wahid, Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (NU Jawa Timur, 2000), 23
32
Kemudian keduanya tumbuh sebagai partai berbasis massa Islam yang besar
hingga saat ini.
Bab ini menjelaskan gambaran PKB dan PAN yang terdiri dari sejarah
berdirinya, Visi Misi dan Asas-asas. Hal ini penting untuk menunjang analisa
strategi partai pada bab selanjutnya.
A. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)
A.1. Sejarah Lahirnya PKB
Tuntutan pembentukan partai politik baru sebagai infrastruktur politik telah
mengakar sampai ke desa-desa dan berkumandang makin kencang. Sehingga
keterlibatan birokrasi dan aparat keamanan didalam partai politik, dinilai sebagai
campur tangan yang tidak semestinya.2
Warga NU turut menuntut untuk aktif dalam orsospol yang ada melalui
sebuah himpunan dan membentuk suatu partai untuk memberi kesempatan baru
dalam mengenang peran-peran monumental NU sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan “resolusi jihad” yang dikobarkan oleh Rais Akbar NU Hadaratus Syaikh
KH. Hasyim Asy‟ari pada bulan Oktober 1945. NU kemudian berhasil
mengumpulkan suara pada Pemilu 1955 dan pelopor pembubaran Partai Komunis
Indonesia (PKI) tahun 1965. NU memiliki peran politik yang besar dengan
bersama-sama kelompok bangsa yang lain dan membentuk pemerintahan yang
stabil dan memakmurkan rakyat.3
2 Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si, Memahami Nahdlatul Ulama (Surabaya: Pesantren
Luhur Al-Husna, 2010), 171 3 Moesa, Memahami Nahdlatul Ulama, 171-172
33
Kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak terlepas dari campur
tangan kyai Nahdlatul Ulama (NU) hampir di semua daerah. Hal ini merupakan
konsekuensi logis terhadap suka dan duka perjalanan NU dalam sejarah bangsa
Indonesia. Organisasi politik dibentuk dengan tujuan untuk mempengaruhi bentuk
dan karakter kebijakan publik dalam kerangka prinsip dan kepentingan ideologi
tertentu melalui praktik kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam
Pemilihan Umum (Pemilu). Secara teoritis, partai politik (Parpol) adalah
organisasi yang dibentuk sebagai wahana partisipasi rakyat tanpa pembatasan
tertentu. Untuk tujuan partisipasi tersebut parpol mengaktifkan dan memobilisasi
rakyat.4
Latar belakang lahirnya PKB ini didorong oleh banyaknya aspirasi dari
warga NU mengenai pentingnya pendidikan politik agar tidak termarjinalkan
dalam rezim pemerintahan orde baru. Sesuai dengan fiqh politik NU bahwa
kekuasaan pada hakikatnya milik Allah SWT dan diamanahkan kepada manusia
yang memiliki kemampuan untuk memikulnya. Selain itu, NU harus menegakkan
nilai-nilai agama serta kemaslahatan rakya. Maka pendirian partai baru tersebut
merupakan sikap progresif dan lebih fleksibel NU dalam menyikapi kekuasaan.
Pemurnian ajaran NU melalui khittah 1926 tidak difahami sebagai langkah mutlak
untuk mengambil jarak dengan kekuasaan. Justru kekuasaan itu harus dikawal agar
tidak menimbulkan kemundharatan.5
Khittah 1926 menyatakan bahwa posisi NU tetap sebagai organisasi sosial
keagamaan dan membutuhkan suatu wadah baru untuk menampung aspirasi politik
4 Abdul Azis, Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2006), hal. 67 5 Azis, Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam, 67
34
warga Nahdliyin6. Hubungan NU dengan politik merupakan konsekuensi upaya
kembali ke khittah 1926. Kiprah politik NU sendiri secara organisatoris sudah
akan terputus. Sehingga diputuskan kemudian bahwa NU memberi kebebasan
sepenuhnya anggota dan tokoh-tokoh NU untuk menentukan pilihan politiknya
sendiri, tanpa perlu mengkaitkannya dengan NU. Menurut KH. Ahmad Siddiq, NU
menghargai warganya untuk menggunakan hak politiknya secara baik, dan bebas
menentukan organisasi politik mana yang disukainya.7
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa PKB lahir dari desakan warga NU.
Namun bukan berarti bahwa NU meninggalkan khittah-nya. Hal ini karena PKB
secara kelembagaan terlepas dari NU, meskipun secara struktur organisasinya
sama dengan NU.
Usulan nama partai politik baru pada mulanya mencapai 39 nama yang
masuk ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dari catatan Khirudin,
usulan nama partai dari Pengurus Nahdlatul Ulama ditingkatan wilayah dan
cabang terbanyak adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan Kebangkitan
Bangsa. Selain usulan nama, ada pun usulan lambang parpol yang didominasi oleh
gambar bumi dan bintang, usulan visi dan misi parpol, AD/ART sampai pada
usulan nama-nama pengurus parpol. Salah satu usulan yang menjadi acuan adalah
Lajnah 11 Rembang yang diketuai oleh KH. M. Cholil Bisri dan Pengurus
Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat.8
6
Nahdliyin adalah sebutan bagi warga yang merupakan anggota Nahdlatul Ulama,
mengikuti tradisinya dan mengakui bagian dari organisasi Nahdlatul Ulama. 7 Laode Ida, Anatomi Konflik: NU, Elit Islam dan Negara (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996), hal. 62 8Ade Indra Wijaya. “Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)” Ade Indra Wijaya, S.Sos.I
[Artikel online]; tersedia di http://www.adeindrawijaya.blogspot.com/2013/05/sejarah-Partai-
Kebangkitan-Bangsa. diunduh pada tanggal 19 Desember 2014
35
Usulan tersebut ditindaklanjuti dengan rapat harian Syuriyah dan
Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998. Rapat itu menghasilkan keputusan untuk
membentuk tim lima yang dibantu oleh tim asistensi sebanyak sembilan orang
yang bertugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Keputusan PBNU tersebut
kemudian ditindaklanjuti oleh keputusan pengurus NU di tingkatan wilayah dan
cabang yang membentuk tim serupa untuk menyiapkan format partai baru sebagai
pemenuhan aspirasi warga NU. Akhirnya, hasil musyawarah tim lima dan tim
sembilan tingkat pusat adalah nama partai baru yaitu Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB). Nama partai kemudian dideklarasikan pada tanggal 23 Juli 1998 di
kediaman KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ciganjur, Jakarta Selatan. KH.
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjelaskan pada acara deklarasi PKB 1998
bahwa kata „kebangkitan‟ jelas di ambilkan dari bahasa arab „nahdlah‟. Sedangkan
penggunaan kata „bangsa‟ menjadi pilihan daripada kata „ummat’, Gus Dur
kemudian menegaskan pilihannya sebagai berikut :
“Kita pilih yang bisa diterima oleh undang-undang, yakni „bangsa‟.
Tidak ada yang bisa melarang kata bangsa, karena kata itu merupakan
sesuatu yang inhem (menyatu) dalam kehidupan berbangsa kita. Jadi
karena itulah dipilih nama Partai Kebangkitan Bangsa, karena lebih
dicintai NU…”9
Hal menarik dalam pendirian PKB antara lain keputusan untuk tidak
mendirikan partai politik yang berasas Islam. Dasar pembentukan partai tertuang
dalam naskah deklarasi dan Mabda‟ Siyasiy PKB yang mengatakan bahwa cita-
cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, bukan cita-cita politik Islam
yakni dengan mendirikan Negara Islam. Berikut petikan naskah tersebut :
”Bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah
terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur,
serta untuk mewujudkan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Bahwa wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah
masyarakat beradab dan sejahtera, yang mengejawantahkan nilai-nilai
9 Azis, Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam, 16-17
36
kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber
dari hati nurani; bisa dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu
memecahkan masalah sosial yang tertumpu pada kekuatan sendiri;
bersikap dan betindak adil dalam segala situasi; tolong menolong
dalam kebajikan; serta konsisten menjalankan garis/ketentuan yang
telah disepakati bersama.
… … … Maka dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah, dan
inayah Allah SWT, serta didorong oleh semangat keagamaan,
kebangsaan dan demokrasi, kami warga Jam‟iyah Nahdlatul Ulama
dengan ini menyatakan berdirinya partai politik yang bersifat
kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis yang diberi nama
Partai Kebangkitan Bangsa. (Petikan Naskah Deklarasi PKB)”10
Sedangkan dalam Mabda‟ Siyasiy ditulis sebagai berikut :
1. “Cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah
terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur
sejahtera lahir dan batin, bermartabat dan sederajat dengan bangsa-
bangsa lain di dunia, serta mampu mewujudkan suatu pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, keadilan
sosial dan menjamin terpenuhinya hak asasi manusia serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
2. Bagi Partai Kebangkitan Bangsa, wujud dari bangsa yang dicitakan
itu adalah masyarakat yang terjamin hak asasi kemanusiaannya,
yang mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran,
kesungguhan dan keterbukaan bersumber pada hati nurani (as-
shidqu), dapat dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi (al-amanah wa
al-wafa-u bi al-ahdli), bersikap dan bertindak adil dalam segala
situasi (al-„adalah), tolong menolong dalam kebajikan (al-ta‟awun)
dan konsisten menjalankan ketentuan yang telah disepakati bersama
(al-istiqomah) musyawarah dalam menyelesaikan persoalan sosial
(al-syuro) yang menempatkan demokrasi sebagai pilar utamanya
dan persamaan kedudukan setiap warga Negara di depan Hukum
(al-musawa) adalah prinsip dasar yang harus selalu
ditegakkan…..”11
10
Ichwan Arifin, Kiai dan Politik: Studi Kasus Perilaku Politik Kiai dalam Politik Partai
Kebangkitan Bangsa Pasca Muktamar II Semarang, (Tesis S2 Magister Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro, 2008), 60-61
11 Tsaniyatul Azizah, Kuasa Kiai dalam Pemaknaan Politik Partai Kebangkitan Bangsa di
Daerah Istimewa Yogyakarta, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Jogja,
2012), 6
37
Sebagai partai yang lahir dari Rahim NU baik secara struktural maupun
kultural, PKB mewarisi Nahdlatul Ulama (NU). Secara struktural, dalam
organisasi PKB terdapat dua institusi, yakni Dewan Syuro sebagai institusi
penentu kebijakan umum dan Dewan Tanfidz sebagai pelaksana kebijakan partai.
Hal ini persis sama sebagaimana yang ada di NU, yakni Lembaga Syuriyah dan
Tanfiziyah.12
Tujuan politik PKB adalah keadilan (Justice). Jika Negara yang dibangun
berlandaskan keadilan, dapat diandaikan bahwa semua warga akan bekerja dan
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Dalam kerangka perjuangan panjang
yang dilalui PKB, PKB menunjukkan eksistensinya dengan tampilnya KH.
Abdurrahman Wahid, salah satu kader terbaik PKB sebagai Presiden Republik
Indonesia.13
Sejak pendiriannya, PKB sudah mengikuti Pemilu sebanyak 4 kali yakni
Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009 dan terakhir Pemilu 2014. Pada Pemilu
1999, PKB berhasil masuk tiga besar dibawah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar dengan perolehan suara 12,6% suara.
Pemilu berikutnya, PKB masih cukup diperhitungkan sebagai partai baru dengan
memperoleh suara sekitar 10,5% suara dan masih diposisi ketiga di bawah Golkar
dan PDI-P.14
Namun memasuki Pemilu 2009, PKB mulai mengalami perpecahan
di dalam tubuh partai. Hal ini disebabkan oleh perpecahan pada Muktamar 2005.
12
Ibid., 13
Ibid., 7 14
Fajar Novi Eristyawan, “Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus
Kemerosotan Suara pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur” Jornal Unair, [Journal
online] tersedia di http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpm749441a578full.pdf, diunduh pada tanggal
10 Juni 2015, 2
38
Saat itu PKB terpecah menjadi 2 (dua) kubu yakni kubu Muhaimin Iskandar dan
kubu Gus Dur yang diwakili oleh Yenny Wahid. Inilah yang menjadi faktor utama
kemerosotan suara PKB di Pemilu 2009 dengan perolehan 4,9% suara.15
A.2 Visi dan Misi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
A.2.1 Visi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
PKB memiliki visi yang dibuat sejak awal berdirinya. Visi ini dibuat
sebagai landasan setiap anggota. Secara umum, berikut visi PKB : 16
a. PKB harus turut serta menjaga dan memelihara tanah air dan
kemerdekaan Indonesia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal itu
karena keduanya merupakan rahmat dan amanat Allah SWT.
b. PKB harus dapat memperjuangkan tegaknya kedaulatan rakyat,
terwujudnya kehidupan demokrasi secara nyata, tercapainya keadilan
sosial, kemandirian dan kemajuan. PKB bercita-cita membentuk
masyarakat madani yang adil dan makmur, beradab dan sejahtera serta
diridhai Allah SWT. Hal tersebut agar dapat mewujudkan :
1) Nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang
bersumber pada nurani (ash-shidqu)
2) Sikap bisa dipercaya, setia, menepati janji dan mampu memecahkan
masalah sosial (al-amanah wal yaghfa bii-‘ahdi)
15
Eristyawan, Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus Kemerosotan Suara
pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur, 3 16
Muhaimin Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa, (Jakarta: DPP PKB, 2005), 68
39
3) Sikap dan tindakan yang adil dalam segala situasi (al-‘adalah)
4) Sikap tolong menolong dalam kebajikan (at-ta’awun)
5) Sikap konsisten dalam menjalankan ketentuan yang disepakati
bersama (al-istiqomah)
6) Demokrasi persamaan kedudukan di depan hukum (musyawarah)
c. PKB harus dapat memupuk persatuan dan solidaritas agar tercapainya
persaudaraan keagamaan (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan
kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan kemanusiaan
(ukhuwah insaniyah).
d. PKB bercita-cita mewujudkan masyarakat yang berlandaskan Pancasila
yang beragama.
e. PKB harus dapat mewujudkan kesejahteraan sosial dan pemerataan
pembangunan ekonomi kerakyatan dengan penguatan sector pertanian,
pendayagunaan pajak dan kewajiban agama.
A.2.2 Misi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Dalam implementasi visi partai PKB turut melaksanakan misi partai.
Misi PKB adalah sebagai berikut : 17
1. Melaksanakan kegiatan dan upaya secara maksimal untuk mewujudkan
masyarakat ideal yang dicita-citakan sebagaimana tercantum dalam
17
Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa, 69-70
40
Visi dan Misi partai dengan memperhatikan dan menjamin
terpenuhinya hak-hak dasar kemanusiaan yang meliputi :
a. Terpeliharanya jiwa dan terpenuhinya hak kemerdekaan, hak atas
penghidupan/pekerjaan, keselamatan dan bebas dari penganiayaan
(hifdzun nafs).
b. Terpeliharanya agama dan terjaminnya kebebasan beragama dan
larangan adanya pemaksaan menganut ajaran suatu agama
(hifdzuddin)
c. Terpeliharanya akal, terjamin kebebasan berekspresi dan
berpendapat (hifdzul aql)
d. Terpeliharanya keturunan, terjaminnya perlindungan pekerjaan dan
masa depan keturunan atau generasi penerus (hifdzun nasl)
e. Terpeliharanya harta benda dan terjaminnya pemilikan harta benda
(hifdzun mal).
2. Memperjuangkan pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional yang
menumbuhkembangkan potensi dan sentra-sentra perekonomiaan
rakyat yang pernah berjaya di masa lalu.
3. Mencegah terjadinya bentuk-bentuk pengembangan perekonomian
yang menumbuhkan sector tertentu tetapi berakibat matinya potensi
dan sentra-sentra perekonomian rakyat.
41
4. Memperjuangkan pelaksanaan otonomi daerah dengan warga daerah
sebagai perilaku utama pembangunan di daerah yang sebenarnya
adalah pembanguan oleh pemerintahan pusat dengan mengambil
temapt di daerah.
5. Memperjuangkan pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan
upaya menjaga alam Indonesia yang merupakan rahmat Allah SWT
kepada bangsa Indonesia yang juga di pertanggungjawabkan oleh
generasi penerusnya.
6. Memperjuangkan terwujudnya birokrasi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang efisien dan efektif, bersih, jujur, terbuka, serta
tidak dikuasai menjadi alat dari kekuatan politik tertentu.
7. Memperjuangkan terwujudnya Negara hukum yang tercermin pada
kuat dan kokohnya supremasi hukum dalam segala aspek kehidupan,
sesuai dengan cita-cita dan seluruh gagsan sosial, politik, dan ekonomi
yang terkandung dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.
A. 3 Asas-Asas Partai Kebangkitan Bangsa
Asas-Asas PKB menjadi penuntut PKB dalam berpolitik dan wajib
dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Asas-asas PKB yaitu sebagai berikut :
18
18
Anggaran Dasar dan Anggaran Kegiatan Rumah Tangga PKB (Hasil Muhtamar ke-31,
2004). 2
42
1. PKB beraqidah Islam/berasas Islam menganut faham ahlusunnah wal
jama‟ah dan menurut faham dari salah satu imam mazhab empat :
Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hambali.
2. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara PKB berasas pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. PKB muncul sebagai jawaban terhdap usulan warga NU dari seluruh
pelosok negeri yang menginginkan hadirnya satu wadah yang dapat
menampung aspirasi politik kaum Nahdliyin. PBNU-lah yang
kemudian membidani lahirnya PKB.
4. Partai ini lahir melalui sebuah rangkaian proses pengkajian yang
intensif. Partai ini adalah „partainya orang NU‟ yang sekaligus juga
menjadi partai yang bersifat kebangsaan, demokratis dan terbuka bagi
siapa saja dalam artian lintas agama, suku, ras dan golongan.
5. PKB yang didukung sepenuhnya oleh KH. Abdurrahaman Wahid,
ketua umum PBNU, berciri humanism religius (insaniyah diniyah) dan
amat peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan yang agamis dan
berwawasan kebangsaan. Perjuangan PKB bermuaran pada
pengembalian kedaulatan rakyat, keadilan dan persatuan.
43
B. Partai Amanat Nasional (PAN)
B. 1 Sejarah Lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN)
Reformasi sebagai jalan yang kita tempuh telah banyak melahirkan
gagasan brilian yang diterima bersama dalam tatanan kehidupan baru
ketatanegaraan. Partai politik memiliki posisi penting dalam sebuah Negara
demokrasi. Kehidupan partai politik di suatu Negara demokrasi mencerminkan
bagaimana kondisi kehidupan di Negara tersebut.
PAN dibentuk pada masa reformasi. Sejarah berdirinya PAN tidak lepas
dari hasil tanwir Muhammadiyah Semarang tahun 1998. Menjelang jatuhnya
pemerintahan orde baru Soeharto, seluruh kekuatan pro demokrasi, mulai dari
mahasiswa sebagai kekuatan inti gerakan reformasi, akademisi, aktivis Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), serta kelompok masyarakat yang menghendaki
perubahan, di antaranya adalah Majelis Amanat Rakyat (MARA).19
MARA berdiri resmi pada 14 Mei 1998 dan melibatkan tokoh-tokoh
nasional sebagai pendirinya, yaitu M. Amien Rais, Goenawan Moehammad, Rizal
Ramli, Emil Salim, Albert Hasibuan, Toety Zoemrotin, dan lain-lain. Selain
MARA, beberapa aktivis pro demokrasi mendirikan Tebet Society, di antaranya
Amin Azis, AM Fatwa, AM Lutfi, dan M. Suwardi yang sebagian besar juga
menjadi aktivis Muhammadiyah.20
19
“Partai Amanat Nasional” Magister Ilmu Pemerintahan UMY. [artikel online]; dari
http://mip.umy.ac.id/phocadownload/jgpp/rasid%2520pora.pdf, diunduh tanggal 30 Desember
2014, 91 20
“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 91
44
Kemudian MARA mengadakan pertemuan di Bogor tanggal 5-6 Agustus
1998. MARA sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian
berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN).21
Berdirinya PAN tidak
dapat terlepas dari sosok Amien Rais, sang lokomotif gerakan reformasi 1998.
PAN dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1998, berdasarkan
pengesahan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tanggal 27 Agustus 2003.22
PAN berdiri dengan tujuan untuk menjunjung tinggi dan menegakkan
kedaulatan rakyat, keadilan, kemajemukan material dan spiritual. Cita-cita PAN
berakar pada moral agama, kemanusiaan, kemajemukan, non-sektarian, dan non-
diskriminatif. Dalam upayanya menjangkau masa depan, PAN berdiri di atas
landasan ideologis amanah dan nasionalitas untuk mampu memberikan respon
secara cerdas dan bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan bangsa serta
dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya kehidupan politik yang demokratis
di Indonesia. Sebagai partai politik, maka tidak terelakan jika PAN bersinggungan
secara intens dengan berbagai hal yang bersifat particular dalam arus pertarungan
kepentingan politik di Indonesia. Namun demikian, amanah dan nasionalitas
merupakan landasan pembentuk kerja-kerja politik yang visioner.23
Dengan ideologi amanah, maka proses dan pencapaian hasil dalam
pergulatan politik sepenuhnya bersandar pada kehendak untuk mewujudkan dan
mengkongkretkan amanat rakyat. Sementara dengan ideology nasionalitas berarti
21
“Partai Amanat Nasional” Merdeka.com. 2014. [artikel online]; Tersedia di
http://m.merdeka.com/profil/indonesia/p/partai-amanat-nasional/ diunduh pada tanggal 30
Desember 2014 22
“Partai Amanat Nasional” Sindonews. 2014. [artikel online]; tersedia di
http://m.sindonews.com/read/705233/12/profil-partai-amanat-nasional-1357715588 diaskes pada
tanggal 30 Desember 2014 23
“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 91
45
PAN menghargai dan menjunjung tinggi pluralitas, heterogenitas atau
kemajemukan sosial, ekonomi dan budaya yang kemudian bersenyawa membentuk
sebuah Negara bangsa bernama Indonesia. Maka, ideologi amanah dan
nasionalitas merupakan pilar penyangga PAN, agar tidak terkikis eksistensinya
semata sebagai pengejawantahan dari kepentingan parsial patrikular.24
PAN sejak mengikuti Pemilu 1999 sampai Pemilu 2009 cenderung
mengalami fluktuasi suara. Pada Pemilu 1999 PAN memperoleh 7,12% suara dan
Pemilu 2004 PAN memperoleh 6,44% suara. PAN justru mengalami penurunan
suara di Pemilu 2009 dengan memperoleh 6,01% suara.25
B.2 Visi Dan Misi Partai Amanat Nasional (PAN)
B.2.1 Visi Partai Amanat Nasional (PAN)
PAN adalah partai yang terbuka bagi warga Negara Indonesia, baik laki-laki
dan perempuan yang berasal dari berbagai pemikiran, latar belakang etnis maupun
agama, dan mandiri. Adapun visi PAN adalah “Terwujudnya PAN sebagai partai
politik terdepan dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil dan makmur,
pemerintah yang baik dan bersih di dalam Negara Indonesia yang democrat dan
berdaulat, serta diridhoi Allah SWT Yang Maha Esa”.26
Sedangkan penjelasan Visi PAN adalah sebagai berikut :
24
“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 91-92 25
“Partai Amanat Nasional (PAN)” Poltracking [artikel online] tersedia di
http://www.poltracking.com/partai-amanat-nasional-pan unduh pada tanggal 10 Juni 2015 26
“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 92-93
46
1. Masyarakat Madani berarti bahwa PAN harus dapat menciptakan
kesejahteraan, kemakmuran dan memiliki peran dalam masyarakat.
Masyarakat madani merupakan tatanan kemasyarakatan berlandaskan
transparansi, keterbukaan, dan berbasisi kompetensi.
2. Pemerintahan yang Baik dan Bersih berarti bahwa pemerintahan yang
dicita-citakan PAN adalah pemerintahan yang terbuka dengan
pemanfaatan sumberdaya manusia yang adil, transparan dan sesuai
dengan cita-cita masyarakat.
3. Membangun Negara Bangsa yang Berdaulat dalam Sistem Demokrasi
berarti PAN akan menjungjung demokrasi di Indonesia yang berdasarkan
pancasila. Demokrasi ini memiliki kedaulatan dan musyawarah mufakat.
B. 2. 2 Misi Partai Amanat Nasional (PAN)
Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut guna memberikan arah
dan tujuan yang ingin dicapai guna memberikan fokus terhadap program
yang akan dilaksanakan maupun untuk menumbuhkan partisipasi semua
pihak, maka ditetapkan misi sebagai berikut :27
1. Memenangkan PAN dalam setiap Pemilihan Umum.
2. Mewujudkan kader yang berkesadaran priritual, sosial dan politik yang
tinggi, cerdas, ikhlas, pluralis, tangguh, professional, mandiri, progresif,
inovatif dan konsisten.
27
“Partai Amanat Nasional” MIP UMY, 94
47
3. Mewujudkan PAN sebagai partai yang dekat dan membela rakyat.
4. Membangun Organisasi PAN yang modern berdasarkan sistem,
manajemen, dan budaya organisasi yang kuat dan mengakar.
5. Mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang demokratis, berkeadilan
sosial, makmur, damai, cerdas, mandiri dan partisipatif.
6. Mewujudkan tata pemerintahan Indonesia yang baik dan bersih, yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
48
BAB IV
ANALISIS KOMPARATIF STRATEGI PARTAI POLITIK BERBASIS
ISLAM DALAM MELAMPAUI PARLIAMENTARY THRESHOLD 3,5%
SUARA NASIONAL
Dalam menghadapi Pemilihan Umum, partai politik merancang perencanaan
secara sistematis oleh tim pemenangan atau yang biasa disebut dengan Badan
Pemenangan Pemilu (Bapilu). Bapilu dibentuk guna memperoleh suara maksimal
sehingga mencapai kemenangan dalam Pemilu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, partai-partai politik merumuskan strategi-
strategi pemenangan yang dapat menarik minat masyarakat untuk memilih dan
mencoblos partai politiknya. Perumusan strategi menjadi penting bagi partai
politik dalam menghadapi Pemilu. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan
basis lama yang selama ini sudah dirawat oleh partai politik tersebut atau
memperluas dan merebut basis baru.
Partai politik dapat melakukan strategi yang terkait dengan penggalangan
dan mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik, atau selama Pemilihan
Umum. Strategi ini dilakukan dalam rangka memenangkan perolehan yang
mendukung kemenangan partai atau kandidat.1
1
Prof. Firmanzah, Ph.D, Mengelola Partai Politik (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2011), 114
49
A. Strategi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Pemilihan Umum 2014
Peningkatan perolehan suara PKB pada Pemilu tahun 2014 merupakan suatu
prestasi yang sangat baik. Keberhasilan tersebut tentu bukan sekedar kebetulan,
tetapi ada strategi tertentu yang diterapkan oleh PKB.
Perolehan suara PKB pada 2009 hanya mencapai 4,49%.2 Hal ini tentu
membuat pesimis mengingat kenaikan Parliamentary Threshold (PT) pada Pemilu
2014. Sehingga tantangan yang dihadapi oleh PKB semakin berat. Bahkan
beberapa lembaga survey menyatakan kemungkinan PKB tidak akan dapat
melampaui PT. Mengatasi permasalahan ini, Muhaimin Islandar, Ketua Umum
PKB merumuskan strategi tertentu untuk memuluskan langkah PKB.
Menurut Helmy Faisal, PKB menilai kenaikan PT dari 2,5% menjadi 3,5%
merupakan suatu hal yang wajar. Penyederhanaan partai melalui kebijakan PT
merupakan hal yang tepat. Selain itu, PT juga mendorong para politisi untuk
memandang pembentukan partai lebih serius.3 Upaya penerapan PT merupakan
sebuah kemajuan demokrasi yang patut diapresiasi karena Indonesia mencoba
menerapkan demokrasi prosedural yang ideal.4
Selanjutnya, PKB melihat bahwa PT 3,5% merupakan angka yang ideal
karena apabila ditarik menjadi 5%, seperti Turki misalnya, maka yang terjaring
hanya sekitar 5 partai politik saja. Hal tersebut mengakibatkan penurunan
partisipasi partai karena munculnya diktator mayoritas.5
2 “Inilah Hasil Akhir Nasional Perolehan Suara Pemilu” Kompas.com.9 Mei 2009 [berita
online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/read/2009/05/09/22401496/inilah.hasil.akhir.
perolehan.suara.nasional.Pemilu diunduh pada pada 5 Mei 2015 3 Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015
Pukul 12.30 4 Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret 2015
pukul 17.01 5 Ibid.,
50
Meskipun awalnya PKB merasa keberatan atas kenaikan PT, namun
kemudian PKB melihat PT ini memberi keuntungan pada partai. Keuntungan itu
berupa kursi tambahan di DPR bagi partai yang melampaui PT dari jatah kursi
partai yang tidak mencapai 3,5%.6
A.1. Strategi Defensif
Helmi Faisal melihat upaya strategi defensif lebih menguntungkan
disbanding strategi ofensif hanya akan mengeluarkan banyak tenaga dan biaya
yang tidak berbanding lurus dengan perolehan suara.7 Strategi ofensif dinilai tidak
proporsional bagi PKB di Pemilu 2014.
Meskipun PKB lebih memprioritaskan strategi defensif, strategi ofensif PKB
pun tidak dapat dikatakan tidak berhasil. Beberapa calon legislatif PKB berhasil
mendapatkan kursi di basis baru. Hal ini didukung oleh beberapa kemungkinan.
Pertama, calon anggota Legislatif (caleg) tersebut bisa „cair‟ atau membaur dan
diterima oleh kelompok masyarakart muslim dan masyarakat umum lainnya di
Dapil tersebut. Kedua, caleg tersebut memiliki komunitas, yang meskipun
jumlahnya kecil tapi solidaritasnya sangat tinggi. Ketiga, kota yang menjadi
daerah pemilihannya merupakan kota urban.8
Keterlibatan badan otonom PKB seperti Garda Bangsa, GEMASABA dan
PPKB9 juga menjadi salah satu unsur pendukung perolehan suara bagi PKB, di
samping pengaruh keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU), tokoh, dan caleg itu
6 Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015
Pukul 12.30 7 Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret 2015
pukul 17.01 8 Ibid,.
9 Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015
Pukul 12.30
51
sendiri.10
Hal ini merupakan salah satu upaya PKB dalam melampaui PT dengan
adanya sayap-sayap Islam di partai lain. Majelis Dzikir SBY dan Baitul Muslimin
merupakan beberapa contoh dari sayap partai nasionalis yang membentuk sayap
Islam.
Hal yang juga paling mempengaruhi perolehan suara partai pada Pemilu
2014 adalah usaha partai dalam mengatasi konflik internal. Perolehan suara PKB
menurun pada 2009 karena adanya konflik internal partai. Lain halnya dengan
Pemilu 2014, di mana kondisi internal PKB memang lebih solid.11
Sehingga
perolehan suara 9.04% 12
merupakan hasil yang cukup memuaskan bagi PKB.
Sehingga secara garis besar dalam menghadapi Pemilu 2014, PKB merancang
strategi defensive melalui Pendekatan Ideologi dan Ketokohan.
A.1.1 Pendekatan Ideologi
Strategi yang dilakukan oleh PKB adalah dengan memprioritaskan perolehan
suara dari kalangan Petani, Nahdliyin13
dan Santri. Hal ini karena adanya
kesamaan ideologi, platform, nasib, serta semangat perjuangan yang sama antara
PKB dan segmentasi tersebut. Strategi PKB dalam menarik hati segmentasi ini
dengan menghadirkan kegiatan-kegiatan rutin yang merupakan tradisi Nahdlatul
10
Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret
2015 pukul 17.01 11
Ibid., 12
Dani Prabowo. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”.
Kompas.com. 9 Mei 2014. [berita online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/
read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 pada 24
April 2015 13
Nahdliyin adalah sebutan bagi warga yang merupakan anggota Nahdlatul Ulama,
mengikuti tradisinya dan mengakui bagian dari organisasi Nahdlatul Ulama.
52
Ulama (NU) lainnya. Selain itu, PKB juga mengagendakan kunjungan ke ulama-
ulama dan pesantren-pesantren.14
Sebagai contoh, Masrifah dari daerah pemilihan Banten III. Pada Pemilu
sebelumnya PKB tidak mendapatkan kursi di dapil ini. Helmi menilai, Masrifah
berhasil melakukan upaya merawat basis-basis kultural Nahdlatul Ulama (NU)
yang ada di daerah tersebut dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan tradisi ke-NU-an, sebagai berikut :15
1. Tahlilan adalah sebuah ritual keagamaan yang biasanya dilakukan oleh
kalangan Islam tradisionalis.16
2. Maulid adalah sebuah ritual keagamaan dalam rangka memperingati hari
lahir nabi Muhammad SAW.17
3. Sholawatan adalah pujian kepada nabi.18
Secara umum, Saifullah Maksum mengafirmasi bahwa ideologi politik PKB
yang lebih terbuka juga menjadi salah satu faktor pendorong perolehan suara PKB
yang tinggi. Ideologi Ahlusunnah Waljama’ah (Aswaja) dijadikan PKB sebagai
pendekatan yang dilakukan oleh PKB untuk mendekatkan kepada warga nahdliyin.
Tagline PKB dalam Pemilu 2014: “politik Rahmatan lil ‘alamin” yang diusung
PKB juga menjadi pendukung ideologi di atas.19
14
Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015
Pukul 12.30 15
Ibid., 16
“Tahlil dan Tahlilan”, UNIMUS. [artikel online]; tersedia di
http://lsia.unimus.ac.id/v2012/?p=1029 diunduh pada tanggal 10 Januari 2016 17
“Makna dan Hikmah Maulid nabi Muhammad SAW”, PPP. 13 Januari 2014 [artikel
online]; tersedia di http://ppp.or.id/news/makna-dan-hikmah-maulid-nabi-muhammad-saw.html
diunduh pada tanggal 10 Januari 2016 18
“Pengertian, Macam dan Hukum Membaca Shalawat”, Al Badar. [artikel online]; tersedia
di http://al-badar.net/pengertian-macam-dan-hukum-membaca-shalawat/ diunduh pada tanggal 10
Januari 2016 19
Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24 Februari 2015
Pukul 12.30
53
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan PKB mencantumkan
beberapa kalangan non-muslim dalam daftar caleg di Pemilu 2014, seperti seorang
Pendeta dari agama Kristen-Protestan di Dapil Jakarta Barat dan Daniel Johan dari
etnis Tionghoa di Dapil Kalimantan Barat. Pilihan PKB ini merupakan merupakan
implementasi dari mabda siyasi-nya: berdiri di atas semua golongan.20
Baik
ideology maupun Tagline di atas, pada akhirnya berhasil mencitrakan PKB
menjadi partai politik yang sesuai dengan tujuannya, yaitu berdiri di atas semua
golongan.
A.1.2 Ketokohan
Keterlibatan tokoh-tokoh penting di keluarga besar NU diyakini menjadi
daya tarik masa NU untuk kembali ke PKB. Seperti yang dikatakan M. Qodari,
bahwa NU Effect menjadi faktor naiknya suara PKB. Hal ini mengingat jumlah
masa NU yang mencapai 30% dari total umat Islam di Indonesia.21
Kemudian menurut Helmi Faisal, faktor ketokohan menjadi vote getter yang
paling ampuh bagi PKB. Karena tokoh ini telah melampaui level pertama dari tiga
level yang harus dilewati setiap calon legislatif dalam melakukan kampanye. Ada
3 level yang harus dilewati setiap calon legislatif dalam berkampanye. Pertama,
calon harus diketahui oleh masyarakat, baik tokoh maupun partai. Kedua, setelah
mengetahui, maka calon harus menimbulkan rasa ketertarikan dari masyarakat.
20
Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret
2015 pukul 17.01 21
Taufik Rachman, “Suara PKB Melonjak Karena NU Solid Mendukung” Republika
Online. 10 April 2014. [berita online]; tersedia di http://www.republika.co.id/berita/Pemilu/berita-
Pemilu/14/04/10/n3t2v4-suara-pkb-melonjak-karena-nu-solid-mendukung unduh tanggal 22 April
2015
54
Level ketiga adalah bagaimana calon kemudian terpilih oleh masyarakat.22
Hal ini
dirasakan dampaknya langsung oleh Helmy Faisal selama melakukan kampanye:
“Saya sendiri di Dapil saya juga ada vote getter, seperti para guru, para
ulama, tidak jarang juga saya foto dengan Rhoma Irama misalnya, itu
sangat laku. Jadi kalau saya menawarkan kalender yang foto saya itu
tidak laku, tapi kalau saya ada Rhoma Iramanya, mereka minta, bukan
hanya minta tapi bahkan mau beli. Jadi kalender saya yang ada Rhoma
Iramanya itu bahkan Rp 5000 pun mereka mau beli.”
Ketokohan yang telah diusung PKB dianggap strategi jitu menurut Hendri
Satrio. Keterlibatan tokoh-tokoh ini berdampak pada masuknya PKB ke dalam 5
besar perolehan suara Pemilu 2014.23
Contoh lainnya adalah ketokohan Gus Dur
yang nyaris tidak bisa dilepaskan dari PKB. Selaku sebagai pendiri PKB, Ulama,
sekaligus Presiden RI ke – 4, Gus Dur juga memilki kharisma yang sangat besar.24
Di sisi lain, bergabungnya Rusdi Kirana juga menjadi kekuatan tersendiri
bagi PKB. Ketua Fraksi PKB DPR RI ini mengakui bahwa Rusdi Kirana
memberikan dampak besar bagi managerial PKB menjadi lebih baik.25
Pihak PKB
tidak mengetahui secara pasti apakah Rusdi Kirana, pemilik Lion Group, turut
memberikan instruksi kepada karyawannya atau tidak untuk memilih PKB. Namun
22
Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret
2015 pukul 17.01
23 Taufik Rachman, “Pengamat : PKB Fenomenal dalam Pemilu 2014” Republika Online. 10
April 2014 [berita online]; tersedia di http://m.republika.co.id/berita/Pemilu/14/04/10/n3si2y-
pengamat-pkb-fenomenal-dalam-Pemilu-2014 diunduh 22 April 2015 24
“Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar : Keluarga Besar NU Sudah Menyatu Seratus
Persen” Gatra News. 1 April 2014 [artikel online]; tersedia di http://www.gatra.com/kolom-dan-
wawancara/49970/ketua-umum-pkb,-muhaimin-iskandar-keluarga-nu-sudah-menyatu-seratus-
persen pada 23 April 2015 25
“Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar : Keluarga Besar NU Sudah Menyatu Seratus
Persen” Gatra News. 1 April 2014 [artikel online]; tersedia di http://www.gatra.com/kolom-dan-
wawancara/49970/ketua-umum-pkb,-muhaimin-iskandar-keluarga-nu-sudah-menyatu-seratus-
persen pada 23 April 2015
55
ada kemungkinan karyawan yang memilih PKB atas dasar kesadaran bahwa
memang bos-nya saat ini masuk PKB.26
B. Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) di Pemilihan Umum 2014
Berdasarkan hasil Pemilu 2009, PAN cukup percaya diri dalam menghadapi
Pemilu 2014. Hal itu karena pada Pemilu 2009, PAN berhasil mendapat perolehan
46 kursi, maka pada Pemilu 2014 PAN sudah memprediksi akan dapat melebihi
suara di Pemilu 2009. Persiapan ini sudah dilakukan PAN pasca Kongres III PAN
pada tahun 2010.27
Percaya diri yang dimiliki PAN ini sepertinya sesuai dengan kenyataan.
Pasalnya, hasil survey 2013 menyatakan bahwa PAN berada di angka di bawah 5
persen.28
Hasil survey tersebut pun justru tidak tepat. Pasalnya perolehan suara
PAN mencapai 7,59% 29
dengan perolehan 49 kursi.
Menurut Yandri Susanto, kenaikan Parliamentary Threshold (PT) telah
mempengaruhi perolehan suara PAN pada Pemilu 2014. PAN merupakan salah
satu partai yang mengusulkan kenaikan PT dan merasakan banyak keuntungan
pada Pemilu 2014.30
26
Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5 Maret
2015 pukul 17.01 27
Mansyur Faqih, Ahmad Islamy Jamil. “Mengintip Strategi PAN untuk Pemilu 2014”
Republika Online. 10 Januari 2014. [berita online]; tersedia di http://republika.co.id/
berita/nasional/politik/14/01/10/mz6x3z-mengintip-strategi-pan-untuk-Pemilu-2014 pada 25 April
2015 28
Eko Priliawito, Arief Hidayat. “Merosotnya Suara Partai dan Tokoh Islam di Pemilu 2014”
Viva.co.id . 17 Maret 2013 [berita online]; tersedia di http://m.news.viva.co.id/news/read/398147-
merosotnya-suara-partai-dan-tokoh-islam-di-Pemilu-2014 pada 24 April 2015 29
Prabowo. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”. Kompas.com.
Ibid 30
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25
56
PAN pun melihat kenaikan PT ini berdampak baik. Suara-suara kecil atau
sisa suara yang tadinya tidak dimanfaatkan bisa dikonversikan menjadi kursi.
Selain itu, angka PT 3,5% akan menyaring parpol yang berhasil melampauinya
menjadi sekitar 10 sampai 11 parpol saja. Dengan begitu, parlemen diharapkan
diisi oleh orang-orang terbaik dari partai politik yang ada. Sehingga pendirian
partai politik tidak hanya sebatas iseng.31
Namun juga partai sebagai jalan serius
dalam berpartisipasi politik untuk pembangunan bangsa dan negara.
Sedangkan Viva Yoga Mauladi menganggap bahwa kenaikan PT dari 2,5%
menjadi 3,5% bukanlah hal yang besar. Hal ini terlihat dari keberhasilan PAN
melampaui PT. PAN telah menyiapkan strategi kampanye yang berfokus pada
Dapil yang dilakukan oleh para caleg-nya agar dapat mengusung ketua umum
PAN untuk maju ke Pilpres.32
Viva menilai, penggunaan PT merupakan upaya agar partai yang bersaing
dalam Pemilu lebih berkualitas dan bisa bertahan dalam jangka panjang. Bukan
untuk membatasi berdirinya partai politik, tapi untuk membuat keteraturan dalam
parlemen.33
Sehingga penggunaan PT cocok diterapkan di Indonesia.
Viva menambahkan, ukuran PT 3,5% di Indonesia, bisa dikatakan sudah
cukup ideal. Hal ini berdasarkan ukuran 77 Dapil yang ada dan 560 kursi yang
tersedia di DPR. Jika partai politik memperoleh suara 10%, maka ia akan
mendapatkan 56 kursi. Selain itu hasil 3,5% juga dihitung dari sisa suara yang
harus bisa dikonversikan ke dalam kursi.34
Sehingga minimal kursi yang
31
Ibid,. 32
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada11 Mei 2015 pada 10.45 WIB
33 Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 34
Ibid.,
57
didapatkan adalah 14 kursi (jika 2,5%) atau 16 kursi (jika 3,5%) atau menguasai
hanya 2-3 dapil dari 77 dapil yang ada.
B.1. Strategi Ofensif
Performa PAN pada Pemilu 2014, tidak jauh berbeda dari strateginya pada
Pemilu 2009 lalu. PAN menganggap pada dasarnya keteraturan organisasi,
kemampuan SDM dan kekuatan logistik sebagai hal penting dalam setiap Pileg.35
PAN di Pemilu 1999 dikenal sebagai partai kota dan kampus. Kemudian pada
Pemilu selanjutnya, PAN mulai bergeser ke pedesaan.36
Strategi PAN dalam
meraih suara di pedessan bukanlah sebuah tantangan lagi. PAN telah menjadi
partai yang masuk ke dalam dua tipologi sekaligus, yaitu Desa dan Kota.
PAN nampaknya merasa basis Muhamadiyah bukanlah kekuatan utama
perolehan suara Pemilu 2014. Caleg bahkan membawa nama pribadi meski ia lahir
dari PAN.37
“Sekarang saya bilang faktanya tempat saya itu di Serang itu 80% NU
dan mungkin 10% yang Muhamadiyah dan saya pemenang di semua
TPS disitu artinya kita offensif dalam artian menyampaikan kepada
calon pemilih itu bahwa PAN ini partai terbuka tapi religi bukan partai
Muhamadiyah basisnya Muhamadiyah iya tapi bagi yang lain juga
kami ucapkan selamat datang selamat bergabung. Strategi saya itu saya
sampaikan bapak-bapak atau ibu-ibu kalau tidak suka PAN jangan
coblos PAN-nya tapi coblos saya-nya nah itu strategi itu. Jadi PAN itu
tidak defensif mempertahankan pangsa pasar. Justru PAN sekarang
ofensif menusuk ke jantung-jantung pedesaan itu yang selama aini
bagi mereka tabu yang dulu per TPS tidak ada suara sekarang mulai
ada suara ya 100 ini studi kasusnya saya” 38
35
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25 36
Ibid., 37
Ibid,. 38
Ibid,.
58
Selanjutnya, keberadaan badan otonom partai juga patut menjadi perhatian
PAN. Anggota BM PAN banyak yang akhirnya masuk ke DPRD Tingkat I,
Tingkat II maupun DPR RI. Namun hal ini masih menjadi kekurangan PAN. PAN
belum dapat mengelola BM PAN dengan baik. Sehingga kiranya Pemilu
selanjutnya, PAN bisa memaksimalkan BM PAN.39
Hal ini biasanya dikarenakan
ongkosnya yang lebih mahal ketika memanfaatkan jaringan partai. Padahal
jaringan BM PAN cukup banyak memberikan banyak suara karena strukturnya ada
hingga tingkat desa.40
Sehingga secara umum, PAN menggunakan Strategi Ofensif melalui
pendekatan dialogis dan psikologis serta melalui artis yang dicalonkan sebagai
calon legislatif.
B.1.1 Pendekatan Dialogis dan Psikologis
Strategi yang digunakan PAN pada tipologi wilayah pedesaan, menurut
Yandri Susanto, sesuai dengan jargon (tagline) politik: “PAN Merakyat”. Dengan
mengedepankan sisi komunikasi politik yang langsung turun ke masyarakat:41
“... strategi yang dilakukan oleh PAN secara organisasi maupun oleh
para Calegnya adalah menusuk ke jantung desa itu sudah diterima oleh
masyarakat desa caranya sederhana mereka disapa dengan bahasa yang
bahasa rakyat, bahasa yang gampang dipahami, perilaku kita juga
perilaku kerakyatan bukan perilaku elit, kemudian dari sisi pakaian juga
pakaian ala kerakyatan bukan borjui,s nah kalau itu yang kita lakukan
kemudian kita mendengar keluhan mereka lalu itu kita sampaikan
kepada pemangku kepentingan, mereka kita salami kita ajak bicara,
rakyat insya Allah akan ikut..”
39
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25 40
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 41
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25
59
Hal senada juga diungkapkan oleh Viva Yoga Mauladi bahwa dalam
menghadapi masyarakat pedesaan akan lebih efektif dengan melakukan
pendekatan dialogis dan psikologis langsung terhadap warga. Secara prinsip, PAN
lebih menekankan bahwa setiap caleg harusnya membangun komunikasi politik
kepada konstituen dengan terjun langsung dan menyapa rakyat.42
Namun harus juga mengadakan kegiatan-kegiatan, seperti bantuan sosial dan
pertemuan terutama dengan relawan. Selain itu, yang menarik adalah dengan
memberikan kartu nama yang berisi nomor telepon yang bisa dihubungi agar
masyarakat dapat langsung menyampaikan aspirasinya.43
Untuk menghadapi tipologi wilayah perkotaan, PAN harus memainkan isu-
isu kerakyatan sesuai dengan agenda Reformasi, dengan pertimbangan bahwa
masyarakat perkotaan memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan baik akan melihat politik seperti bursa
paham yang perubahannya sangat cepat. Ketika PAN sedang anjlok atau sedang
bermasalah tentu akan banyak yang tidak memilih PAN. Sebaliknya, jika PAN
memiliki prestasi baik masyarakat akan memilih PAN.44
Sedangkan strategi yang dilakukan PAN untuk memperoleh suara di daerah
non-basis adalah dengan isu kebhinekaan. PAN mengidentifikasikan diri sebagai
partai Nasionalis, bukan partai Islam. Sehingga untuk melakukan kampanye di
Papua misalnya, PAN mendirikan DPW yang diisi oleh orang Papua. Begitupun di
Kalimantan, dengan mengangkat beberapa Caleg non-muslim. Bahkan ini teruji di
42
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 43
Ibid,. 44
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25
60
Kalimantan Tengah dengan terpilihnya Hang Ali yang beragama Budha.45
Misalnya, yang dilakukan Viva Yoga adalah dengan melakukan pendekatan
dengan Nelayan dan Petani. Sehingga dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat tersebut.46
PAN nampaknya membawa nilai Islam moderat dan
kebinekaan sebagai bangsa Indonesia.
B.1.2. Artis sebagai Calon Legislatif
Jika melihat perkembangan PAN, sejak kepemimpinan Soetrisno Bachir,
PAN mulai melakukan Political Branding dengan menggandeng artis-artis
Ibukota.47
Hal ini kemudian dianggap sebagai faktor utama kenaikan suara dari
Pemilu 2004, 2009, dan 2014. Strategi ini dianggap ampuh dan nampaknya ditiru
beberapa partai besar.
Keampuhan strategi political branding melalui artis ini diakui oleh Yandri
Susanto. Pada Pemilu sebelumnya, PAN kehilangan beberapa dapil seperti Bogor,
Jember, Sukabumi, Depok, Bekasi. Namun pada Pemilu 2014, PAN kemudian
mengusung Anang Hermansyah di Jember, Primus Yustisio di Bogor, Lukman
Hakim di Depok - Bekasi dan Desy Ratnasari di Sukabumi. Semua caleg tersebut
kini berhasil melangkah ke Senayan. 48
Namun, sebelum melaju menjadi caleg,
artis juga harus dibekali dengan kursus politik agar menaikkan elektabilitasnya.
45
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25 46
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 47
Evan, “Partai Amanat Nasional” Tempo.co. 2014 [berita online]; tersedia di
http://Pemilu.tempo.co/read/partai/9/Partai-Amanat-Nasional-PAN diunduh pada 25 April 2015 48
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25
61
Karena pada dasarnya popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan
elektabilitas.49
Yandri berpendapat bahwa masyarakat sekarang cukup cerdas dengan
memilih mana yang pencitraan, mana yang tidak. Ideologi pun bukan lagi patokan
utama, karena pragmatisme masyarakat di zaman sekarang. Sedangkan Tagline
hanya sebatas digunakan agar masyarakat lebih ingat PAN, pengaruhnya tidaklah
banyak.50
Strategi ketokohan, tidak dapat dijadikan strategi bersama bagi PAN karena
krisis ketokohan yang dialami PAN. Untuk mengatasi krisis ketokohan PAN ini,
PAN menghimbau kepada para calegnya agar terjun langsung ke masyarakat guna
manarik hati pemilih.51
Hal ini tercantum dalam pedoman organisasi yang
mewajibkan setiap caleg atau anggota legislatif dari PAN baik pusat maupun
daerah untuk turun ke masyarakat kalau ini tidak dilakukan maka Caleg atau
anggota legislatif dari PAN akan mendapatkan Punishment.52
Viva Yoga berpandangan sedikit berbeda. Ideologi haruslah menjadi dasar
bagi setiap partai politik dalam menentukan sikap dan menjalankan programnya.
Sehingga program merupakan cerminan dari ideologi itu sendiri. Dalam tataran
akademisi dan elit, yang dibicarakan adalah wacana ideologi. Sedangkan dalam
tingkat bawah, yang dibicarakan adalah masuk ke tataran program. Sehingga
masih dalam satu lingkup. Sedangkan ketokohan itu sendiri memiliki pengaruh
paling besar, karena tokoh pastinya memiliki pengikut mengingat Indonesia yang
49
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB 50
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24 April
2015 Pukul 17.25 51
Ibid., 52
Ibid.,
62
masih menganut patrimonial, sistem klan.53
Meskipun Viva dan Yandri setuju
bahwa tagline tidak banyak berpengaruh terhadap pendulangan suara PAN.
C. Analisa Komparatif Pengaruh Parliamentary Threshold terhadap
Strategi PKB dan PAN dalam Pemilu 2014
Pada tahun 2009, perolehan suara nasional partai berbasis Islam tidaklah
baik. Padahal di Pemilu 2004, Partai berbasis Islam cukup memperoleh banyak
kursi di DPR. Misalnya PKB yang hanya memperoleh 4,94% di Pemilu 2009,
padahal tahun 2004 memperoleh posisi ketiga dengan perolehan suara 10,57%.
PAN pun bernasib sama, meskipun penurunan suaranya tidak terlalu signifikan
seperti PKB. PAN memperoleh suara 6,44% pada Pemilu 2004 dan menurun
menjadi 6,04% pada Pemilu 2009.
Kenaikan PT menjadi 3,5% merupakan tantangan yang cukup berat bagi
partai berbasis Islam pada Pemilu 2014. Pada Pemilu 2009 saja, angka 2,5% sudah
cukup merepotkan Partai berbasis Islam dalam mengelola dan menyusun strategi.
Hal ini karena PT dijadikan standar untuk dapat menentukan partai tersebut dapat
mengikuti Pemilu selanjutnya atau tidak, selain sebagai ukuran untuk memasuki
DPR RI.
Namun secara garis besar partai berbasis Islam seperti PKB dan PAN masih
optimis dengan PT 3,5%. Angka 3,5% dianggap cukup moderat bagi partai-partai
yang dikategorikan sebagai partai kelas tengah ini. Sehingga kedua partai ini
berencana akan bersama-sama mempertahankan angka PT dikisaran 3,5% saja.
53
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada 11 Mei 2015 pada 10.45 WIB
63
Alasanya karena jika PT mengalami kenaikan, misalnya menjadi 4% atau 5%, ini
akan mendistorsi eksistensi partai-partai kelas tengah.
Pada Pemilu 2014, PKB memilih untuk mempertahankan strategi defensif
untuk melampaui PT. PKB masih mempertahankan segmentasi pemilih yang
berasal dari kalangan Nahdliyin pada Pemilu kali ini.
Selain itu, PKB juga berkaca pada Pemilu 2009 dimana gejolak internal di
tubuh partai ini terlalu rumit sehingga fokus partai di Pemilu menjadi terpecah
yang berimbas pada perolehan suara pun ikut menurun. Ketika PT dinaikan, PKB
menghadapi tantangan yang terlihat cukup berat, mengingat suara PKB di Pemilu
2009 hanya 4,94%. Pembenahan internal PKB menghadapi 2014 pun kemudian
dilakukan secara cepat oleh Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB. PKB
melihat NU masih sebagai benteng utamanya. PKB pun merapatkan barisan
keluarga besar NU yang selama ini terpecah sebagai salah satu strategi politik
dalam memperoleh suara di 2014. Sehingga citra sebagai partai milik warga NU
terus dipertahankan oleh PKB.
Muhaimin Iskandar menganalogikan PKB harus menjadi pohon. Akar pohon
tersebut menancap ke bawah bersama NU dan dahannya menjulang ke atas
bersama tokoh-tokoh yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Sehingga
buahnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, terlebih warga Nahdliyin.
Sedangkan PAN, secara umum menggunakan strategi ofensif. Sejak Pemilu
2009, PAN masuk pada pemilih dengan tipologi pedesaan. PAN yang awalnya
sebagai partai Muhamadiyah, partai kampus dan partai perkotaan mencoba
bertransformasi menjadi partai religi kerakyatan. PAN mulai menyingkirkan lebel
64
Muhammadiyah yang melekat. Selanjutnya PAN berharap partai ini bisa menjadi
partai semua golongan.
Jika dipandang secara teoritis, ada beberapa aspek yang menarik dari partai
politik dalam proses kampanye, seperti pencitraan, tema pesan kampanye, figur
atau tokoh, simbol-simbol yang dimunculkan, dan jargon (tagline) politik dari
masing-masing partai politik. Aspek-aspek itulah yang dijadikan sebagai political
branding bagi sebuah partai untuk meraih dukungan.
Penggunaan strategi PAN dan PKB pada Pemilu 2014 cukup memiliki
beberapa perbedaan. Hal ini kemudian berdampak pada upaya political branding
yang dilakukan kedua partai ini sedikit berbeda.
PKB misalnya memilih mempertahankan basis utamanya adalah dengan
pendekatan ideologi Aswaja yang selama ini menjadi ideologi NU. Ideologi ini
sebenarnya merupakan ideologi utama NU. Hal ini dilakukan demi
mempertahankan basis suara warga NU. Selain itu, terkait dengan ideology
Aswaja tersebut, PKB pun mengusung Tagline “Politik Rahmatan Lil ‘alamin”.
PKB juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti tahlilan, Isra Mi‟raj,
dan tradisi NU lain. Strategi defensif yang dilakukan PKB ini digunakan untuk
mempertahankan basis massa pedesaan. Hal ini karena memang tradisi-tradisi ke-
NU-an ini banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan.
Strategi lain yang diterapkan PKB dengan strategi political branding
ketokohan. Dimana PKB menjadikan tokoh-tokoh nasional, tokoh-tokoh NU dan
artis sebagai juru kampanyenya antara lain, Mahfudz MD, Jusuf Kalla, Rhoma
Irama, KH. Hasyim Muzadi, KH. Said Aqil Siraj, Ahmad Dhani, Khofifah
Indarparawangsa, Para Kiai dan lain-lain. Gus Dur pun masih menjadi ikon
65
utamanya. Karena bagaimanapun Gus Dur merupakan pendiri, sekaligus sosok
yang tidak bisa dilepaskan dari PKB itu sendiri.
Tampilnya tokoh-tokoh NU tersebut juga menjadi citra keberhasilan PKB
dalam menyatukan kembali keluarga besar NU, sehingga turut memberikan
pengaruh besar dalam perolehan suara PKB di Pemilu 2014. Selanjutnya, PKB
melakukan konvensi terbuka calon presiden yang menampilkan tiga tokoh nasional
yakni Jusuf Kalla, Rhoma Irama dan Mahfud MD.
Konvensi yang dilakukan oleh PKB ini menekankan kepada para Bakal
Capres-nya untuk berkampanye di wilayah basis massanya masing-masing. Rhoma
Irama dengan basis penggemar atau fans di wilayah pedesaan, Mahfud MD di
lingkungan kampus, dan Jusuf Kalla yang merupakan Wakil Presiden (Wapres)
tahun 2004-2009 di wilayah Timur Indonesia.
Keterlibatan figur seperti Rhoma Irama juga mempunyai pengaruh karena
memiliki basis masa atau fans tersendiri. Rhoma bahkan dianggap berhasil sebagai
vote getter yang menjadi salah satu faktor naiknya suara PKB. Fans Rhoma Irama
yang mayoritas berasal dari kalangan petani dan masyarakat pedesaan, merupakan
salah satu alasan mengapa PKB memprioritaskan daerah pedesaan sebagai tipologi
utama pemilih menjadi sesuai.
Selain itu, menghadapi ketatnya kompetisi partai politik, PKB sadar bahwa
pembangunan citra positif sangat diperlukan. Pencitraan inilah yang pada akhirnya
membentuk persepsi masyarakat. Di Pemilu 2014, PKB berhasil membentuk
sebuah citra sebagai partai anak muda. PKB menampilkan Caleg-Caleg dari
kalangan artis yang tergolong muda, seperti Tommy Kurniawan, Krisna Mukti,
Ressa Herlambang, dan Ridho Rhoma dengan memanfaatkan media, baik cetak
66
maupun elektronik,. Bahkan iklan politik PKB menampilkan sosok musisi yang
digandrungi anak-anak muda, seperti Ahmad Dhani dan anaknya Al ghazali (Al)
sebagai Juru Kampanye PKB. Hal ini dilakukan guna menjadi daya tarik bagi
anak-anak muda yang kebanyakan menjadi pemilih pemula. Seperti yang
dikatakan Ketua DPP PKB Marwan Ja‟far, Al yang sedang „naik daun‟ atau
digandrungi oleh anak-anak muda. Untuk itu Al dipasang agar pemilih pemula
mau memilih PKB.54
Oleh karena itu, pemetaan yang dilakukan Partai Politik biasanya didasarkan
atas segmentasi pemilih. Hal ini karena masyarakat terbagi ke dalam beberapa
lapisan atau segmen. Kemudian partai politik pun turut memetakan lapisan dan
segmentasi masyarakat guna membedakan kemasan dan pesan politik di setiap
lapisan dan segmen tersebut. Penempatan Caleg maupun Juru kampanye pun
dilakukan berdasarkan segmentasi tersebut. Tujuannya adalah strategi yang
digunakan bisa mengenai sasaran dengan melibatkan masyarakat ikut mendukung
dan memberikan suara pada PKB.
Namun, fokus garapan PKB masih berkutat di Pulau Jawa. PKB belum
mampu untuk menarik pangsa pasar di luar Pulau Jawa secara signifikan. Ini
terlihat dari 46 Anggota DPR RI yang terpilih dari PKB, ke 33-nya terpilih di
Pulau Jawa, sedangkan yang dari luar Pulau Jawa hanya 13 kursi.
Secara garis besar, kemenangan dan naiknya perolehan suara PKB di Pemilu
2014 ini dikarenakan dua faktor, yakni kembalinya suara warga NU ke PKB dan
pengaruh keterlibatan Rhoma Irama. Seperti yang diungkapkan oleh Helmi Faisal,
54
Muhammad Muhyiddin, “Al Ahmad Dhani Jadi Juru Kampenye PKB”, Tempo.co. 9
Maret 2014,[berita online]; tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2014/03/09/270560673/Al-
Ahmad-Dhani-Jadi-Juru-Kampanye-PKB unduh pada tanggal 24 April 2015
67
Pengaruh Rhoma Irama terlihat di daerah Aceh, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara
barat (NTB)55
. Sementara pengaruh kembalinya NU terlihat di Pulau Jawa.
Sedangkan PAN menerapkan strategi yang menekankan dimana para calon
legislatif terjun ke masyarakat langsung (Face to Face Informal). Kader PAN
didorong untuk mendengarkan keluhan, berkomunikasi langsung, serta
menyampaikan program dan melaksanakan program menjadi titik tekan
strateginya. Hal senada juga ditegaskan oleh Ketua Umum baru PAN Zulkifli
Hasan, ada sanksi tegas berupa penggantian jika anggota legislatif dari PAN tidak
turun langsung ke masyarakat.56
PAN menganggap hubungan relasional dibangun
guna menjaga konstituen agar tidak lari ke partai lain. Dengan membangun
hubungan secara langsung ini menandai adanya komunikasi dua arah.
Strategi yang dilakukan PAN dalam menaikan perolehan suara, dengan
pendekatan setiap Caleg ke Dapilnya masing-masing. Pendekatan ini dapat
dilakukan dengan cara yang beraneka ragam sesuai dengan kondisi Dapil Caleg
tersebut. Caleg juga harus melakukan pendekatan saat reses guna mempertahankan
suara partai maupun Caleg itu sendiri untuk Pemilu yang akan datang. Hal ini
sebagai alternatif strategi yang digunakan PAN, karena saat ini PAN tidak
memiliki tokoh yang kuat sehingga yang menjadi penekanan PAN adalah caleh
harus terjun langsung.
55
“PKB: Rhoma Effect Terlihat di Aceh, Jawa Barat, dan NTB”, Viva.co.id [berita online] ;
tersedia di http://politik.news.viva.co.id/news/read/496237-pkb--rhoma-effect-terlihat-di-aceh--
jawa-barat--dan-ntb?fb_comment_id=445755115569730_2304820#f25b455a64 diunduh pada
tanggal 11 Mei 2015 56
Abda Gabrillin, “Zulkifli Tegaskan Anggota Fraksi Wajib Bertemu Konstituen Saat Reses”
Kompas.com [berita online] ; tersedia di
http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/20521881/Zulkifli.Tegaskan.Anggota.Fraksi.Wajib.B
ertemu.Konstituen.Saat.Reses unduh tanggal 11 Mei 2015
68
Dalam memilih segmentasi pemilih pun, PAN tidak lagi menjadikan
Muhammadiyah sebagai fokus strateginya. Hal ini karena PAN menyadari
mayoritas warga Muhamadiyah yang rata-rata berpendidikan dan tinggal di
wilayah perkotaan sudah banyak yang beralih ke partai lain. Sehingga PAN
merasa harus beralih ke wilayah pedesaan. Hal ini terbukti di beberapa daerah
yang merupakan mayoritas penduduknya NU berhasil ditarik oleh Caleg dari PAN.
Semisal, Yandri Susanto yang berhasil menggarap suara pemilih NU di Dapil
Banten I untuk beralih ke PAN.
PAN memiliki jumlah lebih banyak kursi di DPR dibanding dengan PKB,
walaupun secara suara PAN berada di bawah PKB. Ini dikarenakan fokus garapan
PAN lebih banyak mendapatkan kursi di luar Pulau Jawa dengan memperoleh 24
kursi dan di Pulau Jawa mendapatkan 25 kursi.
Pergeseran strategi yang dilakukan oleh PAN ini lebih dikarenakan PAN
sudah banyak mengalami kekalahan di wilayah perkotaan. Namun PAN tetap
mengupayakan strategi defensif guna mempertahankan pangsa pasar (basis masa)
di wilayah perkotaan. Masyarakat perkotaan yang notabene memiliki tingkat
pendidikan cukup baik menjadi perhatian tersendiri bagi PAN.
Political Branding yang dilakukan PAN pada Pemilu 2014 secara umum
adalah figur artis yang dijadikan sebagai calon legislatif. Strategi ini dilakukan
karena artis dipandang sudah memiliki popularitas dan dapat menjadi vote getter
bagi partai dalam perolehan suara. Sehingga banyak anggota legislative dari PAN
yang berasal dari kalangan artis.
Selain itu PAN juga menekankan terhadap program-program sosial. Program
ini seperti bansos dan pendekatan caleg untuk terjun langsung door to door. Hal
69
ini dianggap PAN lebih efektif sehingga pemilih merasa lebih dekat dan lebih
mengenal calon dan partai.
Namun ada kesamaan strategi dari kedua partai berbasis Islam ini, baik PKB
maupun PAN masih menjadikan artis untuk menjadi calon anggota legislatif
(Caleg) sebagai bagian dari strategi. Strategi menjadikan artis sebagai Caleg yang
sama-sama dilakukan oleh kedua partai berbasis Islam ini guna mengdongrak
suara partai mereka. Banyak dari kalangan artis yang berhasil melenggang ke
Senayan yang berasal dari kedua partai berbasis Islam ini.
Baik PKB maupun PAN masih memandang bahwa ketokohan atau figur
masih menjadi salah satu strategi dalam memperoleh suara di suatu Pemilihan
Umum. Kedua partai ini, memiliki pandangan ketokohan, baik tokoh agama, tokoh
daerah dan tokoh masyarakat masih memiliki pengaruh terhadap komunitasnya.
70
Tabel IV.1 Perbandingan Strategi PKB dan PAN dalam Pemilu 2014
PKB PAN
Perolehan Suara Pemilu 2009 4.94 % 6.44 %
Perolehan Suara Pemilu 2014 9.04 % 7.59 %
Kenaikan PT Merugikan/
Menguntungkan
Menguntungkan Menguntungkan
Tipologi Masyarakat Pedesaan Perkotaan dan Pedesaan
Segmentasi pemilih Warga Nahdliyin (warga NU) Beralih ke warga pedesaan
Strategi Ofensif/ Defensif Defensif Offensif
Komunikasi Politik
- Ketokohan/figur artis
- Pendekatan ideolog melalui
pendekatan tradisi khas NU
- Figur artis
- Penekankan caleg untuk berperilaku
rakyat, face to face (dialogis,
psikologis dan mendengar keluhan)
Political Branding Ideologi Aswaja Religi Kerakyatan
Tagline “Rahmatan lil „alamin” PAN Merakyat
Tokoh/Figur Rhoma Irama, Ahmad Dhani, Khofifah Indar
P., Hasyim Muzadi, K.H Said Aqil Siradj,
Jusuf Kalla dan Mahfudz MD
Dessy Ratnasari, Primus Yustisio, Lukman
Hakim, Krisna Mukti.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan strategi kedua partai berbasis
massa Islam serta saran dan rekomendasi bagi partai lain dalam menyusun strategi
menghadapi Pemilu.
A. Kesimpulan
Pada dasarnya partai berbasis massa Islam khususnya Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) memandang Parliamentary
Threshold (PT) sebagai sebuah kebijakan yang baik dalam upaya menyaring
partai-partai di sebuah sistem multipartai. Justru kenaikan angka PT 3,5%
membuat partai-partai kelas menengah ini semakin optimis dapat melampaui
angkat tersebut. Meskipun beberapa lembaga survey sempat mengatakan bahwa
partai-partai Islam dan berbasis Islam tidak akan lolos PT.
Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah partai-partai berbasis massa Islam
ini menganggap angka PT yang cocok untuk diterapkan di Indonesia sekitar 3,5%.
Menurut PAN dan PKB, angka PT 3,5% ini dirasa sudah cukup moderat untuk
eksistensi partai-partai kelas menengah dalam keikutsertaan di pemilihan umum.
Dalam upaya melampaui PT 3,5% suara nasional, Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) melakukan beberapa strategi yang disusun secara sistematis baik
secara organisasi maupun individu calon anggota Legislatif (caleg). Strategi yang
72
digunakn oleh PKB cenderung strategi defensif, dimana tetap mempertahankan
basis massa di wilayah pedesaan.
Secara organisasi PKB menerapkan konvensi terbuka untuk calon presiden
dari PKB yang di ikuti tiga (3) tokoh nasional yakni Jusuf Kalla, Mahfud MD dan
Rhoma Irama. Dari ketiga tokoh nasional ini justru yang paling fenomenal dan
memberikan suara ke PKB ialah Rhoma Irama.
Dimana Rhoma Irama yang merupakan musisi legendaris ini berhasil
menembus jantung suara pedesaan. Para pengamat menyakini bahwa Rhoma
Irama menyumbang suara untuk PKB di basis pedesaan karena kebanyakan dari
penduduk desa merupakan pecinta dangdut dan merupakan fans dari Rhoma Irama
dan grup musiknya.
Kehadiran tokoh-tokoh ulama penting dari kalangan nahdliyin juga
memberikan dampak signifikan terhadap naiknya suara PKB. Para ulama ini
diyakini yang menyatukan suara keluarga besar Nadhlatul ulama kembali ke
pangkuan PKB. Hadirnya tokoh-tokoh seperti KH. Hasyim Muzadi, KH. Said Aqil
Siraj dan Ibu Khofifah Indarparawangsa semakin menguatkan suara PKB di Pulau
Jawa khususnya di Jawa Timur.
PKB juga menghadirkan caleg-caleg artis sebagai bagian dari strategi
politiknya. Walaupun beberapa caleg artis gagal melenggang ke Senayan namun
tetap memberikan kontribusi suara untuk PKB. Iklan-iklan politik PKB juga
menampilkan sosok artis guna menjadi bagian dari strategi politik PKB.
Tampilnya artis-artis muda di tubuh PKB sendiri memberikan citra politik PKB
sebagai partainya anak muda.
73
Ini terlihat dari beberapa artis yang ditampilkan oleh PKB, serta konsistensi
PKB dalam membangun citra sebagai partainya anak muda sampai saat ini tetap
diterapkan oleh PKB. Ini terbukti dari tampilnya menteri-menteri muda PKB yang
turut menghiasi susunan Kabinet kerja Jokowi-JK.
Sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam melampaui PT 3,5% suara
nasional menerapkan strategi politik agak berbeda. Perbedaan kedua partai ini
terletak pada strategi yang digunakan. Jika PKB percaya pada strategi defensif,
PAN lebih menerapkan strategi ofensif. Hal ini terlihat dari pergeseran segmentasi
pemilih, dimana dalam beberapa Pemilu sebelum Pemilu 2014 PAN dikenal
sebagai partai perkotaan namun di Pemilu 2014 ini bergeser ke wilayah pedesaan.
Strategi lainnya yang diterapkan oleh PAN ialah setiap calon anggota
legislatifnya ditekan agar turun ke jantung suara guna mendapatkan dukungan dan
suara dari masyarakat. PAN menganggap dengan turun langsung ke masyarakat,
berkomunikasi langsung, tegur sapa dengan masyarakat ini akan membuat caleg-
caleg mendapatkan dukungan dan suara dari rakyat. Hal ini ditekankan oleh PAN
karena PAN sadar mereka tidak memiliki figur yang kuat dalam Pemilu 2014 ini.
PAN berhasil mensinergiskan antara tagline politik Merakyat dengan kinerja
yang dilakukan oleh para calegnya. Dengan begini PAN berhasil membangun
sebuah citra politik bahwa PAN memang partai politik mengedepankan isu-isu
kerakyatan. PAN juga memberikan sebuah Punishment apabila para calegnya tidak
menjalankan tagline tersebut.
Strategi selanjutnya tetap menggunakan caleg-caleg dari kalangan artis.
Strategi ini memberikan hasil nyata bagi PAN, dimana di Dapil-Dapil yang
74
sebelumnya PAN tidak mendapatkan kursi justru di Pemilu 2014 ini mendapatkan
kursi. Hal ini menunjukkan bahwa PAN berhasil menerapkan strategi dengan
mengggunakan caleg dari kalangan artis sebagai bagian dari strategi politiknya.
caleg-caleg dari kalangan artis yang berhasil duduk di Senayan antara lain Anang
dari Jember, Desy Ratnasari dari Sukabumi dan lain-lain.
B. Saran
Perlu diperhatikan adalah keterlibatan artis sebagai salah satu calon legislatif
partai. Meskipun sosok artis memang telah terbukti sangat berhasil mendonkrak
suara, hal ini masih menimbulkan tanda tanya perihal kemampuan artis tersebut.
Kebanyakan dari sosok artis ini yang tidak memiliki cukup bekal pengetahuan
untuk melanggang sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Partai politik harus memberikan pendidikan politik kepada caleg artis, agar
para artis yang terpilih menjadi anggota mampu melaksanakan aspirasi rakyat
sesuai daerah pemilihannya masing-masing.
Selain itu, badan otonom atau sayap partai yang seharusnya dapat banyak
membantu partai, tidak begitu berperan dikedua partai ini. Karena pada dasarnya
pendirian badan otonom ini seharusnya dapat memasuki masyarakat hingga
tatanan grassroot sehingga suara partai dapat lebih tinggi lagi. Hal ini kiranya
menjadi tugas partai dikemudian hari, sehingga badan otonom dapat lebih
berfungsi baik. Badan otonom atau sayap partai harus lebih aktif dalam menjaring
suara pemilih pemula. Hal ini dikarenakan pembentukan sayap partai ini memang
untuk mengakomodir suara pemilih pemula.
75
Upaya yang dilakukan PKB dan PAN telah memberikan contoh keberhasilan
partai politik berbasis Islam dari dua sisi. PAN dengan strategi ofensifnya, dan
PKB dengan strategi defensifnya. Sehingga kiranya kedua partai ini dapat
dijadikan contoh baik bagi pembelajaran politik praktis.
76
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alam, Syamsir. Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2006.
Arifin, Ichwan. Kiai dan Politik: Studi Kasus Perilaku Politik Kiai dalam Politik
Partai Kebangkitan Bangsa Pasca Muktamar II Semarang, Tesis S2
Magister Ilmu Politik. Semarang : Universitas Diponegoro, 2008.
Arifin, Prof. Dr. Anwar. Komunikasi Politik:Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-
Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
Arifin, Prof. Dr. Anwar. Komunikasi Politik:Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi
dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Azis, Abdul. Politik Islam: Pergulatan Ideologi PPP menjadi Partai Islam.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Azizah, Tsaniyatul. Kuasa Kiai dalam Pemaknaan Politik Partai Kebangkitan
Bangsa di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Jogja, 2012.
Denysa, Haldyan. Implementasi Perbandingan Electoral Threshold dalam Pemilu
2004 dan Pemilu 2009. Skripsi S1 Fakultas Hukum : UII Yogyakarta,
2009.
Firmanzah. Marketing Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008.
77
Firmanzah. Mengelola Partai Politik . Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2011.
Hamdi, Ridho Al. Partai Politik Islam : Teori dan Praktik di Indonesia.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013.
Ida, Laode. Anatomi Konflik: NU, Elit Islam dan Negara . Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996.
Iskandar, Muhaimin. Politik Partai Kebangkitan Bangsa, Jakarta: DPP PKB,
2005.
Junaedi, Fajar. Komunikasi Politik:Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia.
Yogyakarta: Buku Litera, 2013.
Moesa, Prof. Dr. H. Ali Maschan, M.Si. Memahami Nahdlatul Ulama . Surabaya:
Pesantren Luhur Al-Husna, 2010.
Nursal, Adman. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta:
Gramedia, 2004.
Perdana, Aditya, dkk. Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014.
Depok: Puskapol UI, 2013.
Prihatmoko, Joko J. Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen
Teknis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Schroder, Peter. Strategi Politik (terj.), Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fuer
die Freiheit, 2013.
78
Ulumando, Abdul Rajab. Urgensi Parliamentary Threshold dalam Undang-
Undang nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum anggota DPR
DPD dan DPRD terhadap Sistem Presidensial. Skripsi S1 Fakultas
Hukum : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Wahid, Abdurrahman. Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa . Surabaya : NU
Jawa Timur, 2000.
Widhiyanti, Yanuari Lusi. Strategi PT Kereta Api Indonesia (KAI) Dalam
Meningkatkan Pelayanan Transportasi Kereta Api . Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Sosial. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.
Zainuddin. Strategi Partai Amanat Nasional (PAN) dalam memenuhi kuota 30
persen keterwakilan perempuan dalam daftar calon legislatif pada
pemilihan umum tahun 2014 di Kota Samarinda. Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dn Ilmu Politik : Universitas Mulawarman Samarinda, 2014.
Jurnal
Fanani, Ahmad Fuad. “Dilema Partai politik berbasis Islam : Terpuruk dalam
Kegagalan atau Menjawab Tantangan?” Jurnal Maarif 8 (2), Desember
2013. 73-77
Pamungkas, Yogo. “Tinjauan Amabang Batas Perolehan suara berdasarkna
Undang-Undang nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
79
Rakyat Daerah terhadap Undang-Undang Dasar 1945” Jurnal Rechts
Vinding 3 (1), April 2014. 33-50
Wawancara Pribadi
Wawancara pribadi dengan Helmy Faisal, di Lantai 16 Gedung DPR RI pada 5
Maret 2015 pukul 17.01
Wawancara pribadi dengan Syaifullah Maksum di Wisma BNI 46 pada 24
Februari 2015 Pukul 12.30
Wawancara pribadi dengan Yandri Susanto, di Lantai 18 Gedung DPR RI pada 24
April 2015 Pukul 17.25
Wawancara pribadi dengan Viva Yoga Mauladi melalui email pribadi
[email protected] pada11 Mei 2015 pada 10.45 WIB
Internet dan Dokumen Elektronik
“Hasil rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004 Dan Jumlah Perolehan
Kursi Parpol di DPR RI” Direktori Partai politik Indonesia, 5 Mei 2004,
[artikel online]; tersedia di http://partai.info/pemilu2004/
hasilpemilulegislatif.php diunduh pada 18 Juni 2014
“Inilah Hasil Akhir Nasional Perolehan Suara Pemilu” Kompas.com. 9 Mei 2009
[berita online]; tersedia di http://nasional.kompas.com/read/
80
2009/05/09/22401496/inilah.hasil.akhir.perolehan.suara.nasional.pemilu
diunduh pada pada 5 Mei 2015
“Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar : Keluarga Besar NU Sudah Menyatu
Seratus Persen” Gatra News. 1 April 2014 [artikel online]; tersedia di
http://www.gatra.com/kolom-dan-wawancara/49970/ketua-umum-pkb,-
muhaimin-iskandar-keluarga-nu-sudah-menyatu-seratus-persen pada 23
April 2015
“Makna dan Hikmah Maulid nabi Muhammad SAW” . PPP. 13 Januari 2014.
[artikel online]; tersedia di http://ppp.or.id/news/makna-dan-hikmah-
maulid-nabi-muhammad-saw.html diunduh pada tanggal 10 Januari 2016
“Partai Amanat Nasional (PAN)” Poltracking. [artikel online]; tersedia di
http://www.poltracking.com/partai-amanat-nasional-pan unduh pada
tanggal 10 Juni 2015
“Partai Amanat Nasional” Magister Ilmu Pemerintahan UMY. [artikel online];
dari http://mip.umy.ac.id/phocadownload/jgpp/rasid%2520pora.pdf,
diunduh tanggal 30 Desember 2014
“Partai Amanat Nasional” Merdeka.com. 2014. [artikel online]; Tersedia di
http://m.merdeka.com/profil/indonesia/p/partai-amanat-nasional/ diunduh
pada tanggal 30 Desember 2014
“Pengertian, Macam dan Hukum Membaca Shalawat”. Al-Badar. [artikel online];
tersedia di http://al-badar.net/pengertian-macam-dan-hukum-membaca-
shalawat/ diunduh pada tanggal 10 Januari 2016
81
“Tahlil dan Tahlilan” UNIMUS. [artikel online]; tersedia di
http://lsia.unimus.ac.id/v2012/?p=1029 diunduh pada tanggal 10 Januari
2016
Eristyawan, Fajar Novi. “Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus
Kemerosotan Suara pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur”
Journal Unair, [Journal online] tersedia di
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpm749441a578full.pdf, diunduh pada
tanggal 10 Juni 2015, 2 -3
Evan, “Partai Amanat Nasional” Tempo.co. 2014 [berita online]; tersedia di
http://pemilu.tempo.co/read/partai/9/Partai-Amanat-Nasional-PAN
diunduh pada 25 April 2015
Faqih , Mansyur. Jamil, Ahmad Islamy. “Mengintip Strategi PAN untuk Pemilu
2014” Republika Online. 10 Januari 2014. [berita online]; tersedia di
http://republika.co.id/berita/nasional/politik/14/01/10/mz6x3z-mengintip-
strategi-pan-untuk-pemilu-2014 pada 25 April 2015
Gabrillin, Abda. “Zulkifli Tegaskan Anggota Fraksi Wajib Bertemu Konstituen
Saat Reses” Kompas.com [berita online] ; tersedia di
http://nasional.kompas.com/read/2015/05/07/20521881/Zulkifli.Tegaskan.
Anggota.Fraksi.Wajib.Bertemu.Konstituen.Saat.Reses unduh tanggal 11
Mei 2015
Komisi Pemilihan Umum (KPU). “BAB V Hasil Pemilu” Modul 1 Pemilih untuk
Pemula. (Jakarta : Komisi Pemilihan Umum, 2009). [dokumen online] : 45
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf diunduh pada 15 April 2015
82
Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Pemilu 1999”. Komisi Pemilihan Umum. 21
Februari 2008. [artikel on-line]; tersedia di
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999
diunduh pada 15 April 2015
LSI (Lingkaran Survei Indonesia), Index Capres Pemilu 2014 : Capres Riil versus
Capres Wacana. (Jakarta : LSI, 20 Oktober 2013) [database on-line];
tersedua di http://lsi.org , 26
Megawati, Arum. Analisis Lingkungan Sebagai Dasar Penetapan Strategi
Korpora: Studi Pada CV Argo Tunggal Batu [artikel online]; tersedia di
https://www.academia.edu/5199318/7_BAB_II_LANDASAN_TEORI
diunduh tanggal 16 Juni 2015
Merdeka. “Gus Ali : Kemenangan PKB di Pemiluy 2014 Karena Keramat Kiai
Sepuh”. Merdeka.com. 29 Agustus 2014. [artikel online]; tersedia di
http://www.merdeka.com/politik/kemenangan-pkb-di-pemilu-2014-
karena-keramat-kiai-sepuh.html diunduh pada 15 April 2015
Muhyiddin, Muhammad. “Al Ahmad Dhani Jadi Juru Kampenye PKB”,
Tempo.co. 9 Maret 2014, [berita online]; tersedia di
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/09/270560673/Al-Ahmad-
Dhani-Jadi-Juru-Kampanye-PKB unduh pada tanggal 24 April 2015
Partai Kebangkitan Bangsa. “Harmoni NU-PKB Memuluskan Kemenangan PKB
di Pemilu 2014”. Partai Kebangkitan Bangsa. 13 Januari 2013. [artikel
online]; tersedia di http://dpp.pkb.or.id/harmoni-nu-pkb-muluskan-
kemenangan-di-pemilu-2014 diunduh pada 15 April 2015
83
Pasaribu, Rowland B. F. BAB 09 Politik dan Strategi Nasional, [artikel online];
tersedia di http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/download/
files/bab-09-politik-dan-strategi-nasional.pdf diunduh pada tanggal 16 Juni
2015
Prabowo, Dani. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”
Kompas. 9 Mei 2014 [berita online]; tersedia di
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.
Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 diunduh 19 Juni 2014
Prabowo, Dani. “Disahkan KPU, Ini Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014”.
Kompas.com. 9 Mei 2014. [berita online]; tersedia di
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.
Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014 pada 24 April 2015
Priliawito, Eko. Hidayat, Arief. “Merosotnya Suraa Partai dan Tokoh Islam di
Pemilu 2014” Viva.co.id . 17 Maret 2013 [berita online]; tersedia di
http://m.news.viva.co.id/news/read/398147-merosotnya-suara-partai-dan-
tokoh-islam-di-pemilu-2014 pada 24 April 2015
Rachman, Taufik. “Pengamat : PKB Fenomenal dalam Pemilu 2014” Republika
Online. 10 April 2014 [berita online]; tersedia di
http://m.republika.co.id/berita/pemilu/14/04/10/n3si2y-pengamat-pkb-
fenomenal-dalam-pemilu-2014 diunduh 22 April 2015
Rachman, Taufik. “Suara PKB Melonjak Karena NU Solid Mendukung”
Republika Online. 10 April 2014. [berita online]; tersedia di
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/04/10/n3t2v4-
84
suara-pkb-melonjak-karena-nu-solid-mendukung unduh tanggal 22 April
2015
S, Eko Huda. Priatmojo, Dedy. Kurniawan, Iwan. “Survei : Partai islam Jeblok,
Demokrat Rontok 2014” Viva News. 14 Oktober 2012. [berita online];
tersedia di http://m.news.viva.co.id/news/read/359256-survei--partai-
islam-jeblok-demokrat-rontok-2014 diunduh pada 19 Juni 2014
Sindonews. “Partai Amanat Nasional” Sindonews. 2014. [artikel online]; tersedia
di http://m.sindonews.com/read/705233/12/profil-partai-amanat-nasional-
1357715588 diaskes pada tanggal 30 Desember 2014
Suara Pembaharuan. “Muhammadiyah Tidak Lagi Merasa Bagian dari PAN”.
Suara Pembaharuan. 24 Januari 2013. [artikel online]; tersedia di
http://www.suarapembaruan.com/home/muhammadiyah-tak-lagi-merasa-
bagian-pan/29562 diunduh pada 15 April 2015.
Wijaya, Ade Indra. “Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)” Ade Indra
Wijaya, S.So.I [Artikel online]; tersedia di
http://www.adeindrawijaya.blogspot.com/2013/05/sejarah-Partai-
Kebangkitan-Bangsa diunduh pada tanggal 19 Desember 2014
Wuisang, Audy W. M. R. “Politik dan Strategi Nasional” Poltramas.com, [artikel
online]; tersedia di http://www.poltramas.com diunduh 20 Agustus 2014
Top Related