repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36936/1/NURUL...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36936/1/NURUL...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS EKONOMI
DI KELURAHAN MAHARATU KECAMATAN MARPOYAN DAMAI PEKANBARU
(STUDI KASUS PEMBERDAYAAN PERAJIN
TENUN SONGKET KHAS MELAYU WINDA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)
Oleh :
Nurul Andani
NIM : 1113054000033
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
i
ABSTRAK
NURUL ANDANI
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Di Kelurahan Maharatu,
Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru (Studi Kasus Pemberdayaan
Perajin Tenun Songket Khas Melayu Winda).
UMKM memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan
adanya keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kelurahan
Maharatu, ternyata UMKM tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan serta
dapat meningkatkan keberdayaan ekonomi masyarakat. Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda yang terletak di Kelurahan Maharatu Kecamatan, Marpoyan
Damai, Pekanbaru, yang bergerak dibidang pembuatan kain tenun songket melayu
dikatagorikan cukup mampu meningkatkan keberdayaan ekonomi pada individu
ataupun keluarga pengrajin melalui kontribusinya terhadap UMKM tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pemberdayaan
yang dilakukan oleh Tenun Songket Khas Melayu Winda, mengetahui faktor
penghambat serta pendukung yang didapat oleh Tenun Songket Khas Melayu
Winda dalam proses pemberdayaan, serta untuk mengetahui hasil yang diperoleh
oleh pengrajin tenun serta masyarakat sekitar dari pemberdayaan yang dilakukan
oleh usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda di Kelurahan Maharatu,
Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru. Dengan perumusan masalah (1)
bagaimanakah proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda terhadap pengrajin tenun? (2) apa factor yang menjadikan
penghambat serta pendukung dalam pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda? Serta (3) apa hasil yang diperoleh oleh
pengrajin tenun dari Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?.
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang telah
berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari
orang yang dapat diamati. Subyek penelitian ini adalah pelaku dari Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda.
Hasil studi menemukan bahwa proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda yang berfokus pada pemberdayaan
perempuan terlihat bahwa enabling (pemungkinan), empower (penguatan), dan
supporting (penyokong) dapat meningkatkan kualitas para pengrajin dari segi
pelatihan, pengetahuan, motivasi dan cukup mampu meningkatkan keberdayaan
ekonomi pada individu ataupun keluarga pengrajin tenun. Selain itu faktor yang
menjadi penghambat dalam pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda berasal dari bahan baku.
Key Word: Pemberdayaan, Pengarjin Tenun Songket, UMKM
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Di Kelurahan Maharatu,
Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru (Studi Kasus Pemberdayaan Perajin
Tenun Songket Khas Melayu Winda)”.dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah merubah zaman jahiliyah menjadi zaman penuh
ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada Ibu Rosita Tandos, M. A, M. ComDev selaku pembimbing
yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat
berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh sadar
dan ketulusan pula kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
iii
2. Bapak Suparto M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Konumikasi, Ibu Dr. Hj. Roudhonah M. Ag
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam dan sekaligus pembimbing akademik, serta Bapak Drs. M. Hudri.
M.Ag, selaku Seketaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, terima
kasih atas segala ilmu dan motivasi yang telah diberikan selama masa studi di
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
4. Segenap dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan seluruh Civitas
Akademik yang telah memberi wawasan keilmuan dan membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ny. Winda Wati Azman selaku Pemilik Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda yang telah memberi izin dan informasi. Semoga kepemimpinan Ibu
selalu diberkahi Allah SWT.
6. Mama tercinta Hj. Eda Gusma dan Hj. Netriyu Koto, yang selalu tulus ikhlas
mendoakan penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
setiap doa dan pengorbanan mendapat belasan berlipat dari Allah SWT.
Amiin.
7. Papa tercinta (Alm) H. Saukani dan Drs. H. Asril, yang selalu memberi
dukungan materi maupun moril semasa beliau hidup, serta memberi motivasi
iv
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga beliau ditempatkan
di Jannah. Amiin.
8. Seluruh Pengrajin Tenun Songket di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda. Terimakasih atas semua pelayanan dan pertisipasinya kepada penulis
selama melakukan penelitian. Semoga semua amal kebaikan dilipatgandakan
Allah SWT.
9. Kawan-kawan Seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2013 dan Kakak serta Adik kelas semua yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
10. Kepada Kakak tersayang Ditha Septiandani, Adik-Adik Tercinta Muhammad
Luthfi, Nurhasna Febriana, Nurhasni Febriani yang selalu memberi motivasi
dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kawan-kawan seperjuangan, Deba Hibatullah, Nur Syamsiyah, Syeli
Santriawati S. Ked, Cut Helena, Tascya Lexnarita, Dzakiyyah, Linda Fazria,
Jamillah, Mir‟atun nisa, Sarah Fauziah Audina, Aulia Ulfa, dan Abdul
Rahman yang telah mendukung penulis menyelesaikan skripsi.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 21 September 2017
Nurul Andani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 24
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan .......................................................................................... 27
1. Definisi Pemberdayaan...................................................................... 27
2. Pemberdayaan Sebagai Proses .......................................................... 30
B. Pemberdayaan Perempuan ....................................................................... 34
vi
C. Pemberdayaan Ekonomi ........................................................................... 35
1. Definisi Ekonomi .............................................................................. 35
2. Pemberdayaan Berbasis Ekonomi ..................................................... 36
3. Indikator keberdayaan Ekonomi ....................................................... 39
D. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ................................................. 40
1. Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ............................ 40
2. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ............................ 42
3. Jenis-Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ....................... 44
4. UMKM SebagaiFasilitasPemberdayaan ........................................... 45
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambara Umum Usaha Tenun Songket Kas Melayu Winda Di Kelurahan
Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru ................................................. 47
1. Profil dan Sejarah Berdirinya Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda ................................................................................................. 47
2. Visi dan Misi Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda ................ 49
3. Modal/PendanaanUsaha Tenun Songket Khas Melayu Winda ......... 50
4. Proses Produksi Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda ............ 50
5. Pemasaran Hasil Produk Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
……………………………………………………………………..... 52
B. Letak Geografis Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda ............... 53
1. Letak dan Batas Wilayah ................................................................... 53
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA HASIL LAPANGAN
A. Proses Pemberdayaan Yang Dilakukakan Oleh Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda ............................................................................. 56
1. Pemungkinan Dalam Proses Pemberdayaan ..................................... 59
2. Penguatan Dalam Proses Pemberdayaan .......................................... 65
3. Penyokongan Dalam Proses Pemberdayaan ..................................... 70
vii
B. Faktor-Faktor Yang Menjadikan Penghambat Serta Pendukung Dalam
Pemberdayaan ........................................................................................ 78
C. Hasil Yang Diperoleh Para Pengrajin Tenun Dari Pemberdayaan Yang
Dilakukan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda ......................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Informan ................................................................................................. 11
Tabel 2 Data Kependudukan Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai,
Pekanbaru................................................................................................ 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru
............................................................................................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah sosial merupakan permasalahan yang sering muncul
dikehidupan bermasyarakat. Masalah sosial juga merupakan suatu
fenomena yang memiliki berbagai macam dimensi. Dengan berbagai
macam dimensi permasalahan sosial, hal tersebut sering dijadikan suatu
objek penelitian untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Namun, hingga
saat ini permasalahan tersebut tak kunjung usai.
Pada umumnya masalah sosial sering ditafsirkan sebagai suatu
kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian warga bermasyarakat.1
Salah satu masalah sosial yang sering ditemukan di masyarakat yaitu
masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah sebuah fenomena yang
memiliki multidimensi. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh
hambatan ekonomi saja, akan tetapi aspek sosial, politik dan budaya
bisa menjadi salah satu penyebab dari kemiskinan2. Badan pusat
statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
bulan September 2016 mencapai 27,76 juta orang atau sekitar 10,70
persen dari penduduk Indonesia. Persentase tersebut mengalami
1 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar,
2008) hal. 1 2 Sri Harini, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Dalam Model-Model
Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Filosofis dan Praktis (Yogyakarta: PT LKIS 2007) hal. 110
2
pengurangan jika dibandingkan dengan kondisi maret 2016 sebesar
28,01 juta orang atau 10,86 persen.3
Menurut Gunawan Sumodiningrat, penyebab kemiskinan dapat
dilihat dari beberapa aspek diantaranya: (1) rendahnya kualitas sumber
daya manusia, baik secara motivasi maupun penguasaan manajemen dan
teknologi, (2) kelembagaan yang belum mampu menjalankan dan
mengawal pelaksanaan pembangunan, (3) sarana dan prasaranan yang
belum merata, (4) minimnya modal, (5) serta berbelitnya prosedur dan
peraturan yang ada di pemerintahan.4
Menurut peneliti dari kelima penjabaran di atas, hal paling tersulit
untuk diselesaikan adalah terkait kualitas sumber daya manusia. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, salah satu metode untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dengan cara melakukan pemberdayaan
masyarakat, seperti yang dilakukan oleh beberapa Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) di kota Pekanbaru.
Pada saat ini kaum perempuan tidak hanya beraktifitas di ranah
domestik saja, akan tetapi kaum perempuan juga telah berkecimpung di
ranah publik. Sejak abad ke-18 gerakan sosial feminisme telah di suarakan
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan dari gerakan tersebut
menjadi suatu langkah bagi kaum perempuan untuk terus berkreatifitas.
Paradigma terkait peranan perempuan telah berubah di masyarakat
khususnya di kota-kota besar.
3Http://Setkab.Go.Id/bps-per-September-2016-jumlah-penduduk-miskin-Indonesia.
(Diakses pada tanggal 16 februari 2017 pukul 11.25 WIB) 4 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang Pembangunan
Manusia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara), hal. 8
3
Peran wanita dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi suatu
keharusan, akibat semakin terdesaknya kebutuhan hidup. Sulitnya keadaan
ekonomi seringkali memaksa anggota keluarga khususnya perempuan
untuk membantu menambah pemasukan dana dalam keluarganya. Hal ini
terlihat jelas pada keluarga yang ekonominya rendah. Namun tidak semua
keluarga yang ekonominya rendah saja para perempuan membantu
keluarganya untuk menambah pemasukan dana dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Dibeberapa aspek keluarga yang ekonominya menengah
ke atas-pun juga turut serta berkecimpung dalam pasar ekonomi sebagai
refleksi kondisi social-ekonomi bisa juga diartikan sebagai suatu motif
intrinsik (yang datang dari dalam dirinya) yaitu menunjukan eksistensinya
sebagai manusia yang mampu hidup mandiri di dalam keluarga maupun di
dalam kehidupan masyarakat.5
Kota Pekanbaru merupakan kota terbesar yang ada di Provinsi Riau.
Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota
dengan tingkat pertumbuhan migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Dengan
tingginya tingkat pertumbuhan migrasi dan urbanisasi, Kota Pekanbaru
menjadi pusat perputaran ekonomi yang ada di Provinsi Riau. Laju
Pertumbuhan ekonomi menjadikan masyarakat Kota Pekanbaru dituntut
harus meningkatkan keberdayaannya agar dapat menjadi masyarakat yang
sejahtera.
Kelurahan Maharatu merupakan salah satu kelurahan yang ada di
kota Pekanbaru, di Kelurahan tersebut terdapat sebuah Usaha Mikro, Kecil
5 Kris Budiman, Feminografi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hal. 96.
4
dan Menengah (UMKM) yang memiliki tujuan membantu masyarakat
Provinsi Riau khususnya perempuan dalam meningkatkan keberdayaan
ekonomi. Dengan adanya UMKM tersebut ternyata cukup mampu
membantu masyarakat kelurahan Maharatu dan masyarakat dari berbagai
daerah di Provinsi Riau dalam menyediakan lapangan kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan keberdayaan ekonomi.
Eksistensi dari UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda telah
mencapai Asia Tenggara6. Hal ini membuktikan bahwa UMKM memiliki
peran penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan adanya keberadaan
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kelurahan Maharatu,
ternyata UMKM tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan serta dapat
meningkatkan keberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan demikian,
berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas penulis ingin
mengetahui lebih dalam terkait kegiatan pemberdayaan berbasis ekonomi
yang dilakukan oleh UMKM Tenun Songket Khas Melayu, di Kelurahan
Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian skripsi yang
berjudul: “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Di
Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru
(Studi Kasus Pemberdayaan Perajin Tenun Songket Khas Melayu
Winda)”.
6 http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/05/03/news-video-tenun-songket-melayu-riau-
mendunia (Diakses tanggal 7 Oktober 2017, pukul 14:59)
5
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Karena demikian luasnya permasalahan yang terdapat dalam
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda ini, maka penulis membatasi penelitian ini pada
ruang lingkup pemberdayaan perempuan yang berfokus pada proses
pemberdayaan pengrajin tenun di usaha tersebut, faktor-faktor yang
menjadi penghambat dan pendukung dalam pemberdayaan, serta hasil
yang diperoleh dari pemberdayaan tersebut.
2. Rumusan Masalah
Setelah membatasi masalah di atas, maka perumusan masalah
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda terhadap pengrajin tenun?
b. Apa faktor yang menjadikan penghambat serta pendukung dalam
pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
c. Apa hasil yang diperoleh oleh pengrajin tenun dari Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
6
1. Untuk mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
Tenun Songket Khas Melayu Winda di Kelurahan Maharatu,
Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat serta pendukung yang
didapat oleh Tenun Songket Khas Melayu Winda dalam proses
pemberdayaan.
3. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh oleh pengrajin tenun serta
masyarakat sekitar dari pemberdayaan yang dilakukan oleh usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda di Kelurahan Maharatu,
Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat baik secara akademik maupun praktik:
1. Manfaat Akademik
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kekayaan
wacana mengenai pemberdayaan masyarakat bagi jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Selain itu, diharapkan
penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
dan pembaca tentang proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
Tenun Winda serta memberikan informasi kepada pembaca bahwa
pemberdayaan dapat dilaksanakan melalu kegiatan-kegiatan yang
sederhana.
7
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
Pemerintah Provins Riau pada umumnya dan Pemerintah Kota
Pekanbaru khususnya dalam mengevaluasi adanya usaha kerajinan
yang diterapkan di Kelurahan Maharatu terhadap tingkat
keberhasilannya dalam mengurangi kemiskinan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan
metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam penelitian.7
Untuk memperoleh data peniliti menggunakan metodologi
penelitian kualitatif, sebagai penelitian lapangan yang bermaksud
untuk memahami fenomena apa yang dialami masyarakat
(Pemerintah, pengelola), misalnya perilaku, presepsi, motivasi,
tindakan dan lain sebagainya dengan cara mendeskripsikan dalam
bentuk kata-kata bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.8
7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hal. 41. 8Winarno Surakhmad, Pengantar penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1982) h. 28
8
Di dalam buku Lexy J. Moleong yang berjudul Metodologi
Penelitian Kualitatif, ia mengutip pernyataan Bogdan dan Taylor
bahwa metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara utuh.9
Dalam pendekatan kualitatif penulis menghimpun data,
mengolah, menganalisis, dan menafsirkan secara mendetail.10
Jadi,
dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena lebih
tepat dengan objek yang diamati oleh peneliti, dimana peneliti tidak
hanya meneliti bentuk partisipasi objek tetapi peneliti juga meneliti
perilaku objek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Macam dan Sumber Data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam, yaitu data primer dan data data sekunder.
a. Data primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian yaitu pemilik Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda, pengrajin tenun songket melayu winda serta orang-orang
9Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1991), hal. 3 10
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), hal. 21.
9
yang dapat menjadi sumber informasi dan dapat memberikan data
yang sesuai dengan masalah yang diteliti.11
b. Data Sekunder
Data-data yang peneliti kumpulkan dari catatan-catatan di
lapangan dan data-data pelengkap lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, penulis mengaggap teknik yang
penulis lakukan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu
berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan
gambar.12
Dalam penelitian penulis melakukan teknik pengumpulan
data melalui:
a. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut13
.
Dalam observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengamatan langsung kepada suatu obyek yang diteliti. Observasi
digunakan untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat,
11
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Linnya (Jakarta: Kencana ,2007), hal. 68 12
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, ( Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), hal. 40 13
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, ( Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), hal. 16
10
kegiatan pemberdayaan serta pengaruh-pengaruh pemberdayaan
terhadap perajin Tenun Songket Winda Pekanbaru.
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu alat
pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis
data14
. Penulis menggunakan wawancara purposive sampling yaitu
penulis mewawancarai sampel dari suatu kelompok yang diteliti.
Dalam purposive sampling tidak ada kriteria baku mengenai berapa
jumlah informan. Purposive sampling termasuk satu dari beberapa
jenis pengambilan sample non-probabilitas (nonprobability
sampling) yang biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif15
.
Penulis dalam wawancara ini untuk memperoleh data melalui
informasi yang didengar, yang sebelumnya ditayakan terlebih
dahulu kepada informan, berkaitan dengan masalah penelitian.
Sehingga dapat menemukan data atau keterangan mengenai proses
pemberdayaan yang ada di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda dengan cara tanya-jawab secara langsung terhadap pekerja
tenun, dan pemilik tenun. Ada pun yang menjadi Informan dalam
penelitian ini adalah:
14
Sutrisno Hadi, Metodology Reseach (Yogyakarta: Andi Offiset, 1989), hal. 49 15
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 187
11
Tabel 1
Informan
No Penentuan
Informan Nama Informasi Yang Dicari
Teknik
Pengumpulan
Data
1 Pemilik Usaha/
Pembimbing
Winda Wati
Azman
Profil Usaha, Seputar
Produk Tenun, Seputar
Karyawan, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
2 Pengrajin Tenun Jumita
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
3 Pengrajin Tenun Roly Paslah
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
4 Pengrajin Tenun Tania Hermawati
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
5 Pengrajin Tenun R. Yusmi
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
6 Pengrajin Tenun Ayu
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
7 Pengrajin Tenun Mona Lisa
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
8 Pengrajin Tenun Icha Yulis
Islamiyah
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
9 Pengrajin Tenun Yulinza Putri
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
10 Pengrajin Tenun Dewi Kurnia
Sari
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
11 Pengrajin Tenun Henny Anggraini
Seputar Pekerjaan, Seputar
Kehidupan Pribadi, Seputar
Pemberdayaan
Wawancara
Sumber data dari: hasil penentuan informan berdasarkan teknik purposive sampling
c. Studi Dokumen
12
Studi Dokumen biasanya digunakan untuk memperoleh data
yang tidak didapat oleh wawancara atau pengamatan, tetapi hanya
diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan
menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet16
dan sumber
lain yang berkaitan denganan proses pemberdayaan Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda dalam peningkata kesejahteraan
ekonomi masyarakat.
4. Teknik Analisis Data
Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang
sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data
tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian17
. Menurut Lexy J. Moleong bahwa analisis lebih
kepada pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah
dikumpulkan, kemudia di kelompokkan. Jadi teori disini dari bawah
ke atas, yaitu sejumlah bagian yang banyak data yang di kumpulkan
dan saling berhubungan18
.
Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan
analisis deskriptif, dengan menggunakan proses induktif, menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data dengan hasil
yang diperoleh pengamatan penulis secara langsung di lapangan. Pada
saat menganalisa data observasi, penulis menginterpretasikan catatan
16
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 34. 17
Moh. Nasir D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghaila Indonesia, 1993), hal. 405 18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Reamaj Rosda Karya,
2007), hal. 247
13
lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti
menganalisa kategori-kategorinya.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan dan validitas data dalam rangka
penelitian, tentunya diperlukan teknik pemeriksaan data guna menjaga
keabsahan data da validitas data. Dalam hal ini peneliti menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut19
:
a. Kredibilitas
Derajat kepercayaan atau kredibilitas menggunakan teknik
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara.
2. Membandingkan dengan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan data dokumen
yang berkaitan, masalah yang diajukan penelitian
pemanfaatan dokumen atau data sebagai bahan
perbandingan20
b. Kriteria Kepastian
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Reamaj Rosda Karya,
2007), hal. 124 20
Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 116
14
Scriven mengutarakan bahwa masih banyak unsur kualitas
yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini dapat digali dari
pengertian bahwa sesuatu objektif berarti dapat dipercaya, faktual,
dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa
data-data ini terpercaya. Kepercayaan ini didasarkan pada hasil
data-data yang dapat diperoleh dari hasil rekaman wawancara
terhadap subyek penelitian21
.
6. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
manusia (peneliti) itu sendiri. Disini peneliti harus berperan aktif
terhadap suatu masalah yang akan diteliti di lapangan. Pengertian
instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segala
dari keseluruhan proses penelitian22
.
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan
belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah penulis
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas,
maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.23
21
Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 166 22
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007), hal. 168.
23
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2, hal. 60.
15
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tapes,
pengambilan foto atau film24
. Pada penelitian ini, peneliti dibekali
dengan beberapa alat sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti
alat-alat tulis, kamera, dan perekam suara.
7. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda di Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai,
Pekanbaru. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan,
terhitung sejak Maret 2017 hingga Juli 2017.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas perpustakaan (literature)
yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada
penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk
membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan
untuk penulisan skripsi ini, terkait dengan memilih metode penelitian,
melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam
pembahasan25
.
24 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), cet-22, hal. 15. 25
Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesisi dan Disertasi),
(Jakarta: Center for Quality Developmet And Assurance), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007),
hal. 20
16
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum peneliti mengadakan
penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya sebagai suatu karya ilmiah,
maka langkah awal yang peneliti tempuk adalah merangkai terlebih dahulu
beberapa karya tulis penelitian yang memiliki tema yang sama dengan
yang akan peneliti teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat
diketahui bahwa apa yang peneliti teliti sekarang tidak sama dengan
peneliti sebelumnya.
Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan
peneliti akhirnya menemukan beberapa karya tulis hasil penelitian yang
memiliki tema yang sama dengan yang akan peneliti teliti, anatara lain:
1. Dalam tinjauan pustaka yang digunakan oleh peneliti, salah satu
skripsi yang ditemukan bahwa skripsi tersebut membahas
mengenai peran pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha
tempe. Berdasarkan temuan lapangan yang demikian di analisis
bahwa pengusaha tempe memberikan ilmu dan keterampilan
kepada warga yang membutukan di RT 16 RW 09 Kelurahan
Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan, serta membantu
memberikan pekerjaan kepada warga yang membutuhkan dengan
tujuan dapat mengeluarkan warga dari garis kemiskinan. Dari
temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengusaha tempe
melakukan praktik pemberdayaan dalam usaha yang ia jalani26
.
26 Nurmah, Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat
(Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan), (Jakarta:
Skripsi Mahasiswi program studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013)
17
2. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi
tersebut membahas mengenai pemberdayaan ekonomi dan
evaluasinya terhadap keluarga yang dilakukan oleh UPPKS Cut
Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pucung, Kota Tanggerang
Selatan. Temuan lapangan yang dikaitkan dengan teori
menumbuhkan sebuah analisis, skrispi tersebut membahas terkait
program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan pada tahapan
dari perencanaan program, pengorganisasian, serta pelaksanaan
kegiatan oleh UPPKS untuk masyarakat agar tepat guna. Serta
pelaksanaan evaluasi yang membahas hambatan dalam
permodalan, serta pemasaran produk yang terbatas.27
3. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa partisipasi warga di RW 09 dan 13 Bukit
Pamulang Indah dan kontribusi Bank Sampah terhadap
kebersihan lingkungan di Perumahan Bukit Pamulang Indah
cukup signifikan. Program ini telah berhasil memproduksi
sampah anorganik menjadi barang yang bernilai. Keberhasilan
kegiatan ini berpengaruh pada kebersihan lingkungan di
Perumahan Bukit Pamulang Indah dan dengan kegiatan Bank
Sampah ini menjadi icon Tangerang Selatan dalam penanganan
masalah lingkungan, sehingga berpengaruh besar terhadap warga
dan pihak institusi itu sendiri. Penelitian ini menggunakan
27 Erna Milana, Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UPPKS Cut
Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pucung, Kota Tanggerang Selatan), (Jakarta: Mahasiswi
program studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012)
18
metodologi kualitatif. Yaitu pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen dimana peneliti ikut berperan aktif dalam
melakukan kegiatan Bank Sampah Melati Bersih, guna untuk
melihat sejauh mana partisipasi, kesadaran masyarakat
perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 dalam
melakukan proses perubahan kearah yang lebih baik, juga
mengajak masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga.28
4. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa yang berhubungan dengan program simpan
pinjam adalah dari proses pemberdayaan baik dari pihak BMT
maupun dari pihak nasabah itu sendiri. Adapun perubahan yang
telah dialami oleh para nasabah yang ikut serta dalam program
ini yaitu penghasilan yang mereka dapat telah mengalami
perubahan, bahkan bukan hanya untuk kebutuhan sehari-hari
melainkan untuk yang lainnya pun sudah terpenuhi. Terkait
dengan proses yang diberikan oleh BMT yaitu BMT terjun
langsung dalam menangani masalah yang ada dari para pedagang
yang ada dipasar Leuwi. Liang, selain itu BMT juga ada
pembinan mengenai BMT itu sendiri, karena masih ada
masyarakat yang belum mengerti apa gunanya dari BMT itu
selain untuk nabung dan simpan pinjam. Dengan demikian,
28 Bunga Nur Mawaddah Nasution, Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan
Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan, ( Jakarta:
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2013)
19
adanya pemberdayaan masyarakat maupun nasabah pasar Leuwi.
Liang yang ikut dalam program simpan pinjam di BMT Khairul
Ummah Leuwi. Liang ini dapat berjalan secara kondusif,
berjalan dengan lancar dan seoptimal mungkin, baik dalam segi
pendapatan yang mereka peroleh sekarang dan nanti29
.
5. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat
yang dilakukan oleh kerajinan tempurung kelapa Cumplung Adji
melalui tiga tahap, yakni: menciptakan keadaan mengembangkan
potensi masyarakat, memperkuat potensi, mengembangkan
ekonomi masyarakat. Dampak positif yang dirasakan
masyarakat meliputi: mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya adalah:
debu-debu hasil pengamplasan dapat mempengaruhi kesehatan
pernafasan para pekerja dan polusi lingkungan disekitar rumah
produksi.30
6. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa strategi yang dilakukan oleh Koperasi
Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta (KP3Y) melalui 4 tahap,
yakni: melalui pelatihan usaha, tujuan pelatihan ini untuk
memeberikan arahan dan memotivasi terhadap anggota KP3Y,
29
Lia Fitria Farhana, Peberdayaan masyarakat melalui simpan pinjam : studi kasus
program simpan pinjam di BMT Khairul Ummah LewLiang-Bogor, (Jakarta: Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012) 30 Merla Liana Herawati, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kerajinan
Tempurung Kelapa: Studi Di Dusun Santan Guwosari Pajangan Bantul, (Yogyakarta: Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014)
20
pendampingan, hal ini berfungsi sebagai pengarah maupun
pembimbing, agar kegiatan usaha yang digelutinya berhasil,
permodalan, hal ini salah satu faktor penting dalam dunia usaha,
pemasaran, adanya pemasaran dapat melahirkan wirausaha sejati,
yang saling melengkapi, memperkuat dan memperluas pasar.
Dampak adanya usaha kerajinan perak yang dirasakan oleh
masyarakat yaitu dapat mengurangi pengangguran dan
meningkatkan pendapatan masyarakat31
.
7. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
proses dan hasil pemberdayaan ekonomi di Wisata Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan Wilayah Kabupaten Lampung
Barat. Proses pemberdayaan dijelaskan dalam empat dimensi,
yaitu: Akses terhadap Informasi, Inklusi dan Partisipasi,
Akuntabilitas dan Kapasitas Organisasi Lokal. Hasilnya dibagi
menjadi dua indikator, yaitu: Indikator pemberdayaan tidak
langsung dan indikator pemberdayaan secara langsung. Hasil
yang diperoleh yaitu: proses pemberdayaan ekonomi yang telah
dilakukan Balai Besar TNBBS dan penduduk desa Kubu Perahu
masih belum berjalan dengan optimal, hasil pemberdayaan
ekonomi di Desa Kubu Perahu yang belum mencapai
keberhasilan pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
31 Nimayah, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal Melalui Kerajinan Perak Oleh
Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta (KP3Y) Di Kotagede Yogyakarta, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015)
21
Perlu adanya peningkatan kerja sama yang lebih baik antara
Balai Besar TNBBS dan orang-orang Desa Kubu Perahu yang
terkait dengan komunitas tersebut pemberdayaan ekonomi
Masyarakat juga membutuhkan pemikiran kritis, kreatif dan
inovatif dalam memanfaatkan potensi dan peluang yang ada
pemberdayaan ekonomi32
.
8. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa penelitian ini menjelaskan terkait pondok
Pesantren As-Salafiyyah yang berada di daerah Sukabumi
merupakan wujud nyata dari perbedaan jaman serta kebutuhan
akan beragama yang baik hadir di tengah-tengah masyarakat
yang berkomunitas sebagai petani. Pendirian pondok pesantren
As-Salafiyyah, menjawab keluhan masyarakat akan minimnya
lapangan kerja yang berada di daerah tersebut. Karena dengan
adanya pondok pesantren As-Salafiyyah ini, masyarakat yang
minim akan pengalaman bekerja dan tidak mempunyai riwayat
hidup mampu memiliki penghasilan tetap dengan bekerja di
pondok pesantren ini dengan lapangan usaha yang telah
disediakan oleh pimpinan pondok pesantren As-Salafiyyah ini
yaitu KH. Ahmad Makki. Dengan penempatan pondok pesantren
pada pusat aktivitas ini diharapkan dapat membantu masyarakat
sekitar yang berkekurangan, khususnya para janda-janda miskin
32 Muhammad Zulfikar, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Disekitar Obyek Wisata
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Barat, Studi Kasus Di Desa
Kubu Perahu, (Lampung: Universitas Lampung Bandar Lampung 2016).
22
dan para pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan tetap
agar mempunyai penghasilan dan memiliki kegiatan tetap
dikarenakan bekerja di pondok pesantren As-Salafiyyah ini.
Keunikan pondok pesantren As-Salafiyyah dalam program
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar yang kurang mampu
adalah program percetakan kitab kuning, Pembudidayaan ikan
hias, dan program santunan rutin untuk masyarakat sekitar,
banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar pondok
pesantren33
.
9. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa penelitian ini menjelaskan bahwa Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ini membuka
peluang bagi masyarakat pesisir untuk mempermudah akses
permodalan. Untuk melaksanakan hal ini, maka Dinas Perikanan
dan Kelautan Langkat menunjuk Koperasi Nelayan Langkat
sebagai pelaksana Program PEMP di Kecamatan Tanjung Pura
Kabupaten Langkat dengan tujuan mempermudah akses
permodalan bagi masyarakat pesisir di Kecamatan Tanjung Pura
Kabupaten Langkat. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa implementasi Program Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kecamatan Tanjung Pura belum
tepat sasaran dan penggunaan dananya. Penggunaann dana yang
didapat hanya sebagian kecil saja yang dibelikan peralatan-
33
Abdul Basit, Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah
Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009)
23
peralatan maupun kepentingan perikanan dan kelautan serta
banyak keterlembatan pengembalian dana pinjaman yang
disebabkan karena menurunnya keuntungan, menurunnya
penjualan dagangan serta modal yang menipis dan menurunnya
perputaran uang. Akan tetapi secara kasat mata semuanya
kegiatannya berjalan dengan lancar34
.
10. Dalam Skripsi yang gunakan sebagai tinjauan pustaka, skripsi ini
menemukan bahwa penelitian ini menjelaskan bahwa dampak
pemberdayaan masyarakat melalui usaha kerajinan tangan
Rumput Aji yaitu membangun dan mengembangkan potensi
masyarakat, merubah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih
maju, masyarakat menjadi aktif dalam berinteraksi sosial,
masyarakat menjadi pemilih cerdas dalam pemilihan umum,
melestarikan budaya lokal yaitu gotong royong. (2) Manfaat
pemberdayaan masyarakat melalui usaha kerajinan tangan
Rumput Aji yaitu menambah pendapatan ekonomi, memotivasi
kepada masyarakat dengan membiayai pendidikan anak atau
cucunya ke jenjang yang lebih tinggi, menambah ilmu
keterampilan serta pengalaman dalam bidang keterampilan. (3)
Faktor pendukung pemberdayaan masyarakat melalui usaha
kerajinan tangan Rumput Aji antara lain: sumber daya manusia,
masyarakat, pemerintah, letak geografis. Sedangkan faktor
34 Razak Miraza, Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
(PEMP) Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat (Sumatra Utara: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara 2009)
24
penghambat adalah kesulitan bahan baku daun pandan,
pemasaran, dan keterbatasan modal35
Dari kesepuluh karya ilmiah di atas, penulis mencoba menjadikan
sebuah proses pembelajaran yang bisa dijadikan acuan dalam
perbandingan karya ilmiah yang sedang penulis lakukan. Dimana letak
perbedaan karya ilmiah yang sedang penulis lakukan bertumpu pada
pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi, yang berfokus pada
pengrajin tenun songket khas melayu. Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Tenun Songket
Melayu Winda di Kelurahan Maharatu, Pekanbaru. Selain untuk
mengetahui proses pemberdayaan, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
penghambat dan pendukung serta hasil pemberdayaan perajin Tenun
Songket Melayu terhadap kesejahteraan ekonomi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakanlah
sistematika penulisan. Penulis mengunakan acuan pendoman penulisan
Karya Ilmiah standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
terbitan CeQDA. Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan
pemahaman mengenai penelitian ini. Maka dari itu, penulis membagi
skripsi ini ke dalam lima BAB. Adapun sistematika penulisannya sebagai
berikut:
35 Wuri Aryati, Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Kerajinan Tangan
Rumput Aji Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Dusun Tanjung Gunung Desa Tanjung
Harjo Nanggulan Kulonprogo (Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta 2015)
25
BAB I : PENDAHULUAN.
Pada Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi tentang landasan teori diantaranya: Teori yang
berkaitan dengan Pemberdayaan dan Proses Pemberdayaan,
Pemberdayaan Perempuan, Pemberdayaan Ekonomi, serta teori
yang berkaitan dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
BAB III : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Bab III berisi Gambaran Umum, meliputi: Profil dan Sejarah
Berdirinya Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, Visi dan
Misi Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
Modal/Pendanaan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
Proses Produksi Tenun Songket, Pemasaran Hasil Produksi Tenun
Songket, serta Letak Geografis Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda di Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan
Damai, Pekanbaru.
BAB IV:TEMUAN DAN ANALISA HASIL LAPANGAN
Bab IV berisi tentang Analisa Hasil Penelitian meliputi: Proses
pemberdayaan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, Faktor
Penghambat dan Pendukung yang di peroleh Usaha Tenun
26
Songket Khas Melayu Winda, serta Hasil dari pemberdayaan
tersebut
BAB V : PENUTUP
Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.
27
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan
1. Definisi Pemberdayaan
Manusia dilahirkan ke dunia untuk mencari kehidupan yang lebih
baik. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur‟an bahwa setiap manusia
sebagai makhluk sosial seharusnya dapat bekerja sama, saling
menguntungkan dan saling memanusiakan. Sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 110:
اس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالل ة أخرجت للن كنتم خير أم ولو
ن وأكثرهم الفاسقون آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنو
“Kamu adalah umat terbaik yang diturunkan ditengah manusia untuk
menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran (Kejahatan) dan
beriman kepada Allah, sekiranya ahli kitab beriman kepada Allah,
tentulah itu lebih baik mereka. Diantara mereka ada yang beriman
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali
Imran 3:110).
Ayat tersebut merupakan landasan teologis bahwa pemberdayaan
juga dilaksanakan dalam ajaran agama Islam. Dalam pandangan agama
Islam, pemberdayaan harus dilakukan secara terus-menerus. Indonesia
yang merupakan penduduk mayoritas Islam dituntut untuk melakukan
upaya-upaya pemberdayaan yang sistematis untuk melahirkan masyarakat
yang berkualitas1.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment)
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide
1 Nanih Machendrawity, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 29
28
utama pemberdayaan bersentuhan dengan suatu kemampuan dengan
tujuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan,
terlepas dari keinginan dan minat mereka.12
Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teori pemberdayaan dikarnakan pemberdayaan yang
dilakukan di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda berdasarkan
keinginan pemberdaya untuk membuat orang lain melakukan apa yang
diinginkan tak terlepas dari keinginan dan minat mereka, seperti teori yang
dikemukakan oleh Edi Suharto diatas.
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, melakukan
pemberdayaan melalui proses panjang. Usaha tersebut merekrut perajin
tenun songket dari warga sekitar UMKM serta berbagai daerah terpencil di
Provinsi Riau untuk dilatih menjadi perajin tenun, dengan tujuan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan para perajin songket dalam
masyarakat, serta untuk membantu mengeluarkan perajin tenun songket
dari ketidakberdaayan secara ekonomi.
Pemberdayaan masyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai
suatu proses yang dilakukan dengan tujuan untuk membangun manusia
atau masyarakat. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah
dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Selain itu sebagai tujuan, pemberdayaan merujuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu,
1
2 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
hal. 57
29
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih
baik.3
Sesuai dengan teori di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui suatu perubahan yang merujuk pada perubahan sosial.
Perubahan sosial yang dimaksud adalah suatu perubahan dari masyarakat
yang belum berdaya menjadi masyarakat yang berdaya, serta melihat
kemampuan yang sebelumnya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
menjadi masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan-
kemampuan tersebut merupakan, kemampuan yang bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
Dari sekian banyaknya teori pemberdayaan, maka peneliti
menggunakan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli, yang
dianggap dapat menjadi suatu acuan dalam penelitian skripsi, diantaranya:
a. Menurut Gunawan Sumohadiniggrat, pemberdayaan adalah
upaya membangun daya yang dimiliki dhu‟afa dengan
mendorong, memberikan motivasi, dan meningkatkan
3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
hal. 57
30
kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka serta berupaya
untuk mengembangkannya.4
b. Penguatan (empowering) merupakan suatu upaya
menumbuhkan peran dan kemandirian sehingga masyarakat
baik tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun
komunitas memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik
dari sebelumnya, memiliki akses pada sumberdaya, memiliki
kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan
control social dari segala aktivitas pembangunan yang
dilakukan di lingkungan5.
Dari pemaparan keseluruhan teori pemberdayaan dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang
memiliki proses yang panjang dan memiliki tujuan untuk memajukan
masyarakat dari berbagai aspek, di antaranya aspek sosial, politik maupun
ekonomi. Jika hal-hal yang dipaparkan di atas tidak terdapat dalam suatu
praktik pemberdayaan, maka hal tersebut masih belum bisa dikatakan
suatu bentuk pemberdayaan, karna pemberdayaan merupakan suatu
kemampuan untuk memandirikan masyarakat dari segala aspek.
2. Pemberdayaan Sebagai Proses
Sebagai proses, pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperkuat dan atau mengoptimalkan keberdayaan kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
4Gunawan Sumohadininggrat, Pembangunan Daerah Dan Pengembangan Masyarakat,
(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997) hal. 165 5 Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), h. 95-96
31
masalah kemiskinan. Pemberdayaan sebagai proses, merupakan proses
yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang. Isbandi mengutip
pernyataan Hogan bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan sepanjang komunitas masih ingin melakukan
perubahan dan perbaikan dan juga tidak hanya terpaku pada suatu program
saja.6
Yang dimaksud dengan pemberdayaan sebagai proses adalah
pemberdayaan yang dilakukan secara terus menerus sehingga masyarakat
yang diberdayakan dapat menjadi mandiri selama komunitas atau
organisasi masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak
terpaku pada suatu program. Dalam konteks penelitian ini, pemberdayaan
yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda seperti
yang dipaparkan oleh Hogan yang dikutip Isbandi Rukminto, usaha tenun
tersebut melakukan pemberdayaan secara berkesinambungan hingga
perajin yang diberdayakan menjadi mandiri.
Hogan mengambarkan proses pemberdayaan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan
utama7:
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan
dan tidak memberdayakan (recall depowering/empowering
experiences).
6 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial (Jakarta: FE-
UI, 2002), Seri II, hal. 173 7 Isbandi Rukminto Adi 2002, h. 173 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah,
Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 241.
32
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi praktik
pemberdayaan dan tidak pemberdayaan (discuss reasons for
deperwomen/empowerment).
c. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna (identify
useful power bases).
d. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan
mengimplementasikannya (develop and implement action
plans).
Sedangkan menurut Ife (2014) mengatakan pemberdayaan
masyarakat sejatinya merupakan proses. Dalam mengevaluasi program
pemberdayaan masyarakat, siapa pun harus melihat proses. Orang-orang
yang menekankan pada „hasil‟ perlu menyadari bahwa untuk
pemberdayaan masyarakat, proses yang baik merupakan hasil terpenting
yang dapat dicapai. Proses yang baik akan mendorong masyarakat untuk
menentukan tujuan mereka sendiri dan tetap menguasi program hingga
akhir.8 Pemberdayaan sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-
tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap berikutnya,
yakni mencakup kemajuan dan perubahan.
Lalu menurut Edi Suharto pemberdayaan sebagai proses memuat
lima dimensi, diantaranya: 9
8 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development Edisi Ke-3 (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), h. 365
9 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat (Bandung: PT
Refika Adiatma, 2005), Cet Ke-1, hal. 66-67
33
1. Pemungkinan (enabling), yaitu menciptakan suasana iklim
yang memungkinan potensi klien berkembang secara
optimal.
2. Penguatan (empowering), yaitu memperkuat pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
3. Perlindungan (protecting), yaitu melindungi masyarakat
terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas
oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara kuat dan
yang lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok
kuat terhadap kelompok lemah.
4. Penyokongan (Supporting), yaitu memberikan bimbingan
dan dukungan agar klien mampu menjalankan peranan dan
tugas-tugas kehidupannya.
5. Pemeliharaan (fortering), yaitu memelihara kondisi yang
kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi
kekuasaan antara kelompok dalam masyarakat.
Dari keseluruhan teori terkait pemberdayaan sebagai proses,
peneliti secara khusus menggunakan teori Edi Suharto. Dari kelima (5)
dimensi yang dijabarkan oleh Edi Suharto, terdapat tiga (3) dimensi yang
akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya:
a. Pemungkinan (enabling), yaitu menciptakan suasana iklim yang
memungkinan potensi klien berkembang secara optimal.
34
b. Penguatan (empowering), yaitu memperkuat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
c. Penyokongan (Supporting), yaitu memberikan bimbingan dan
dukungan agar klien mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupannya.
B. Pemberdayaan Perempuan
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, pemberdayaan berkaitan erat dengan
proses pemungkinan, penguatan dan penyokongan seseorang. Jika membahas
terkait pemberdayaan perempuan, pemberdayaan tersebut dimulai dari
peningkatan akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa banyak perempuan yang mengalami ketidakadilan dalam
distribusi sumberdaya ekonomi.10
Pada dasarnya seorang perempuan memberdayakan perempuan lain
merupakan suatu bentuk kepedulian seorang perempuan untuk meningkatkan
kesejateraan perempuan, seperti yang dilakukan oleh pemilik Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda. Pemilik usaha tersebut melakukan pemberdayaan
kepada kaum perempuan dikarnakan adanya rasa kepedulian yang tinggi kepada
kaum perempuan serta pemilik usaha tersebut merasa berdaya untuk membatu
kaum perempuan muda khususnya dengan tujuan menjadikan kaum perempuan
menjadi lebih berdaya dalam menentukan sebuah pilihan, serta memiliki
kekuasaan terhadap ekonomi.
10
Herliawati Agus P, Upaya Pemberdayaan ekonomi perempuan, (Depok: Jurnal
Universitas Indonesia, 2009), hal. 39
35
Terkait pemberdayaan perempuan upaya yang dilakukan adalam konteks
penciptaan kondisi atau suasana yang kondusif dapat dilakukan dengan cara11
:
1. Mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki.
2. Menciptakan aksesbilitas terhadap berbagai peluang yang
menjadikannya semakin berdaya.
3. Tindakan pelindungan terhadap potensi sebagai bukti keberpihakan
untuk mencegah dan membatasi persaingan yang tidak seimbang
dan cenderung eksploitasi terhadap yang lemah oleh yang kuat.
C. Pemberdayaan Ekonomi
1. Definisi Ekonomi
Menurut para ahli, perkataan ekonomi berasal dari bahasa Yunani,
oicos dan nomos. Oicos yang memiliki arti rumah dan nomos yang
memiliki arti aturan. Maka ekonomi dapat diartikan sebagai aturan-aturan
untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga
rakyat maupun dalam rumah tanga negara.12
Jadi ekonomi merupakan suatu
tata cara aturan yang ada dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka terhadap alat pemuas kebutuhannya yang bersifat langka.
Cara yang dimaksud disini adalah yang berkaitan dengan aktivitas orang
11 Roosganda Elizabeth, Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender
Mainstreaming Dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan, hal. 131
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE25-2e.pdf (Diakses pada tanggal 8 Agustus 2017
pukul 22:08 WIB)
12
Asep Usman Ismail (e, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu'afa
(Jakarta: Dakwah Press Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2008), hal. 221
36
dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran
dan konsumsi jasa-jasa serta barang-barang langka.13
Paul A. Samuelson dalam Ekonomi Islam: Telaah Analitik
Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, mendefinisikan ekonomi sebagai
kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan
sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang
dan jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.14
Menurut Asep Usman Ismail dalam Pengembangan Komunitas
Muslim Ekonomi secara umum juga diartikan sebagai hal yang
mempelajari perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang
langka untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia yang
terkait dengan konsumsi, produksi, dan distribusi.15
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang berkontribusi
dalam nilai kehidupan sehari-hari yang membahas penerapan ilmu-ilmu
yang ada didalam masyarakat. Mulai dari permasalahan kemiskinan,
pendapatan, produksi, konsumsi, dan distribusi.
2. Pemberdayaan Berbasis Ekonomi
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pemberdayaan ekonomi, karna
isu-isu yang diangkat dalam penelitian ini berfokus pada pemberdayaan yang
13 Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Qur’an TentangPemberdayaanDhuafa, (Jakarta:
Dakwah Press, 2008) hal. 222
14
Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet Ke-1, hal.2.
15
Yusra Kilun (ed), Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat
Kampung Badak Putih dan Kampung Satu Duit, (Jakarta: Dakwah Press UIN Syarif Hidayatullah,
2007), hal. 57.
37
dapat meningkatkan keberdayaan ekonomi Perajin Tenun Songket Khas Melayu
Winda.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Munandar yang dikutip oleh
Ismet Firdaus dan Ahmad zaky, bahwa pemberdayaan ekonomi dapat
didefinisikan sebagai suatu program kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga
atau pemerintah dalam meningkatkan keterampilan hidup, permodalan
sekelompok orang agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan membuat
kondisi hidupnya lebih baik dengan mengembangkan usaha.16
Berbicara tentang suatu usaha, pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda berawal dari pemilik usaha yang
diberdayakan oleh orang lain, lalu beliau berinisiatif untuk memberdayakan orang
lain agar dapat mandiri seperti dirinya tanpa bergantung kepada orang lain. Suatu
masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidup, perekonomian yang stabil, memiliki kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, memiliki kemampuan menghadapi
ancaman-ancaman dari luar, memiliki kemampuan berkreasi serta berinovasi
dalam mengaktualisasikan dirinya.17
Maka pemberdayaan ekonomi adalah penguatan pemilikan faktor-faktor
produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat
untuk mendapatkan gaji atau upah yang memadai, dan penguatan masyarakat
16
Ismet Firdaus dan Ahmad zaky, pengembangan ekonomi Masyarakat Upaya
Meningkatkan Equity Perempuan Dhuafa Desa Bojong Indah Parung, dalam Asep Usman Ismail
(ed), Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu'afa (Jakarta: Dakwah Press Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2008), hal. 225-226
17
Nur Mahmudi Isma‟il, Strategi Pemberdayaan Umat dan Pencetakan SDM Unggul”,
dalam Hotmatua Daulay dan Mulyanto (ed), Membangun SDM dan Kapabilitas Teknologi Umat,
(Bandung: ISTECS, 2001), hal. 28
38
untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan yang harus
dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakat itu sendiri, maupun
aspek kebijakannya.18
Pemberdayaan dibidang ekonomi merupakan upaya untuk membangun
daya masyarakat dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Dalam konteks permasalahan sederhana, ekonomi rakyat
merupakan strategi “bertahan hidup” yang dikembangkan oleh penduduk
masyarakat miskin, baik di kota maupun di desa.19
Yang dimaksud dengan
strategi bertahan hidup khususnya pada masyarakat miskin, adalah cara yang
digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan makan dan minum.
Pada umumnya, setiap manusia memerlukan makan dan minum sehingga
banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk dapat memenuhi hal tersebut.
Dengan demikian, cara yang paling ampuh digunakan untuk mengurangi
kekacauan tersebut adalah dengan cara pemberdayaan. Pemberdayaan berbasis
ekonomi sangat ampuh mengurangi masalah kemiskinan. Seperti Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda, usaha ini telah membantu pemerintah Provinsi Riau
untuk mengurangi masalah kemiskinan. Metode yang digunakan untuk
mengurangi tingkat kemiskinan adalah dengan cara memberdayakan wanita-
wanita yang kesehariannya tidak produktif untuk menjadi wanita yang produktif.
Wanita-wanita ini diajak bekerja serta diberi pelatihan menenun songket. Jika
perajin tenun songket tidak bisa bekerja dikarenakan sesuatu hal, namun perajin
18 Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan
Teoritik dan Implementasi, (Jakarta: Seminar Pemberdayaan masyarakat, 2000), hal. 3
19
Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, (Yogyakarta: Aditya Media, 1996), hal.
4
39
tersebut memiliki keinginan untuk tetap bekerja, pihak UMKM dapat memberikan
pinjaman alat (kredit alat) kepada perajin tenun, sehingga perajin tersebut tetap
dapat menghasilkan uang dan mereka tetap menjadi manusia yang produktif.
Membangun ekonomi rakyat harus berarti meningkatkan kemampuan
rakyat dengan cara mengembangkan dan memberdayakannya. Upaya
menggerakan sumber daya untuk mengembangkan potensi rakyat akan
meningkatkan produktifitas rakyat serta akan mampu meningkatkan sumber daya
manusia.
3. Indikator keberdayaan Ekonomi
Untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu pemberdayaan
berbasis ekonomi, dapat dilihat dari beberapa indikator yang
dikemukakan oleh Edi Suharto. Menurut Edi Suharto terdapat delapan
(8) indikator keberdayaan ekonomi, diantaranya:20
a. Kebebasan mobiltas: kemampuan individu untuk pergi keluar
rumah atau wilayah tempat tinggalnya
b. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk
membeli barang tanpa bantuan orang lain.
c. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu
membeli barang-barang sekunder atau tersier.
d. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga.
e. Kebebasan relative dari dominasi keluarga.
f. Memiliki kesadaran hukum politik
20 Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), hal. 64-66
40
g. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes yang berkaitan
dengan permasalahan masyarakat.
h. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, memiliki
rumah, tanah, dan asset produktif.
Dari delapan (8) indikator yang dikemukakan oleh Edi
Suharto terkait pemberdayaan ekonomi, terdapat empat (4) indikator
yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Kebebasan mobiltas: kemampuan individu untuk pergi keluar
rumah atau wilayah tempat tinggalnya
2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk
membeli barang tanpa bantuan orang lain.
3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu
membeli barang-barang sekunder atau tersier.
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga.
D. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1. Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah
dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu daerah yang
memberdayakan UMKM adalah Provinsi Riau. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Riau tahun 2016,
bahwa Riau memiliki 367.696 UMKM yang tersebar di setiap
daerahnya. Wilayah yang merupakan jumlah UMKM terbanyak adalah
Kota Pekanbaru yang berjumlah 68.728 UMKM. Banyaknya UMKM
41
di Riau ternyata cukup mampu menyediakan lapangan kerja bagi
warga sekitar UMKM21
.
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dijelaskan
dalam UU Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) No. 20 tahun
2008 adalah sebagai berikut:22
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
21
Wawancara Pribadi, Dinas Koperasi Kota Pekanbaru, pada tanggal 2 Maret 2017
pukul 13:20 WIB
22
Ernani Hadiyati, Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan
Usaha Kecil, (Malang: Jurnal Universitas Ganjayana) hal. 5
42
Dari penjabaran di atas bahwa Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda termasuk pada golongan usaha kecil. Jika dilihat dari
sejarah terbentuknya Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
bahwa usaha tersebut merupakan usaha yang bergerak dibidang
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, serta dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar.
2. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Berdasarkan UU Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) No.
20 Tahun 2008 pada Bab IV pasal 16 menetapkan kriteria UMKM
sebagai berikut :23
a. Kriteria Usaha mikro adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,-
(Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau;
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,- (Tiga Ratus Juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) sampai
paling banyak Rp500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) tidak
23 Ernani Hadiyati, Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan
Usaha Kecil, (Malang: Jurnal Universitas Ganjayana), hal. 5
43
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,- (Tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,-(Dua
miliar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- (Lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,-(sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,-
(Dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,-(Lima puluh milyar rupiah).
Selain itu menurut Titik S. Partomo dan Abd. Rachman
Soejoedona, kriteria umum UMKM dapat dilihat dari ciri-cirinya yang
pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu: 24
1. Struktur organisasi yang sangat sederhana;
2. Tanpa staf yang berlebihan;
3. Pembagian kerja yang “kendur”
4. Memiliki hierarki manajerial yang pendek;
5. Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses
perencanaan;
6. Kurang membedakan asset pribadi dari asset perusahaan.
24 Titik Sartika Partomo dan Abd Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil, Menengah
dan Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 15
44
Dari ke enam (6) kriteria yang dipaparkan oleh Titik dan Abd
Rachman, terdapat tiga (3) poin yang memiliki keterkaitan dengan Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda, diantaranya:
a. Struktur organisasi yang sangat sederhana
b. Tanpa staf yang berlebihan
c. Kurang membedakan asset pribadi dengan asset perusahaan.
Penjabaran kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
dimaksudkan untuk memperkuat fakta Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda merupakan termasuk dari bagian UMKM. Sehingga dapat
mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian skripsi.
3. Jenis-Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Selain berdasarkan Undang-Undang tersebut, jika dilihat dari sudut
pandang perkembangannya Rahmana (2008) mengelompokkan UMKM
dalam beberapa kriteria. Kriteria tersebut dibagi menjadi empat (4) bagian,
diantaranya25
:
a. Livelihood Activities: UMKM yang hanya memiliki tujuan untuk
mencari nafkah dan tidak memiliki jiwa kewirausahaan.
b. Micro Entreprise: UMKM yang bersifat pengrajin dan tidak
bersifat kewirausahaan.
c. Small Dynamic Entreprise: UMKM yang cukup memiliki jiwa
kewirausahaan.
d. Fast Moving Entreprise: UMKM yang benar-benar memiliki jiwa
kewirausahaan.
25
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/strategi%20Pemberdayaan%20UMKM.
pdf (diakses pada tanggal 2 Agustus 2017, pukul 14:26)
45
Dari ke empat (4) bagian yang telah dipaparkan di atas, yang
memiliki keterkaitan erat dengan penelitian ini adalah Micro Entreprise.
Micro Entreprise, memiliki kriteria yang sama dengan Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda. Usaha tenun songket tersebut hanya bersifat
pengrajin dan tidak bersifat kewirausahaan. Usaha Tenun Sngket Khas
Melayu Winda yang bergerak pada bidang pengrajin kain tenun memang
tidak seutuhnya memiliki jiwa kewirausaahan. Usaha tersebut, lebih
mengedepankan prinsip memandirikan para pengrajin tenun untuk dapat
hidup lebih baik tanpa bergantung dengan orang lain. Sehingga dalam
usaha tersebut terdapat konteks pemberdayaan.
4. UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Sebagai Fasilitas
Pemberdayaan.
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa pemberdayaan
merupakan suatu kegiatan yang memiliki proses panjang dan memiliki
tujuan untuk memajukan masyarakat dari berbagai aspek. Jika
pemberdayaan dikaitkan dengan UMKM, maka sesuai dengan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2008 pasal 5 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang berisi sebagai berikut26
:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
26
www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf (Diakses
pada tanggal 11 Agustus 2017, pukul 20:22)
46
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat
dari kemiskinan.
Dari pemaparan di atas, bahwa keterkaitan pemberdayaan dengan UMKM
sangatlah erat. Seperti yang dipaparkan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
pasal 5 pada butir ketiga (3), Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki peran
penting dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Sebagai contoh nyata dari pemaparan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
pasal 5 pada butir ketiga (3) tersebut, dapat merujuk kepada Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda. Usaha tersebut telah menjadi fasilitas dalam pemberdayaan.
Dengan kata lain, UMKM dapat memfasilitasi program pemberdayaan dengan
tujuan untuk pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Dengan demikian UMKM memiliki peran penting untuk memandirikan
masyarakat Indonesia. Maka dari itu, peneliti mengambil tema skripsi
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi dengan alasan untuk melihat proses
pemberdayaan yang dilakukan UMKM untuk memandirikan masyarakat
Indonesia, khususnya Provinsi Riau.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambara Umum Usaha Tenun Songket Kas Melayu Winda Di
Kelurahan Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru.
1. Profil dan Sejarah Berdirinya Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda adalah salah satu
usaha yang bergerak dibidang pembuatan kain songket Melayu Riau.
Usaha tersebut didirikan pada tanggal 23 februari 2005. Alasan
berdirinya Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda adalah untuk
melestarikan budaya serta adat-istiadat melalui kerajinan tenun
songket. Sebagai pendiri Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
Ny. Winda Wati Azman sudah memiliki pengalaman dibidangnya
selama 5 tahun dan memperoleh dasar-dasar pengalaman pembuatan
kain sejak dari SMKN 4 Pekanbaru dengan mengambil jurusan
Tekstil1.
Awal berdirinya Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda hanya
dengan modal usaha yang terbilang sangat minim serta berbagai
macam kendala-kendala lainnya. Namun dengan semangat serta
keuletan yang terus dijalaninya hingga saat ini, Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda terus berkembang secara bertahap. Sebagai
modal awal Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda hanya
1 Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
48
48
memiliki satu unit alat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), hingga
tahun 2007 Usaha Tenun Songket Khas Melayu sudah memiliki 7
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), dari alat tersebutlah Ny. Winda
dan anak didiknya memproduksi kain tenun yang indah12
.
Pada tahap awal proses pemasaran hasil tenun tersebut, Ny.
Winda memasarkan hasil tenunnya kepada tetangga-tetangga dan
warga sekitar dengan teknik door to door (dari pintu ke pintu), namun
sejak tahun 2010 dengan berkembangnya usaha tersebut Ny. Winda
melakukan pemasaran melalui penyebaran kartu nama kepada
wedding organizer (WO) hingga pemasangan iklan di televisi lokal.
Selain itu Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda juga sering
mengikuti berbagai event untuk mengenalkan produk-produk
handalan dari hasil Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda.
Disamping itu, selain memasarkan hasil tenun tersebut Ny. Winda
juga mengajak dara-dara Melayu untuk bergabung dan
mengembangkan usaha tenun tersebut.
Dari tahun ketahun Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
terus berkembang dengan keuletan, ketekunan, motivasi dan
menanamkan jiwa entrepreneur sehingga kain Tenun Songket
Melayu Khas Winda mampu bersaing dengan produk tenun yang
lain. Usaha tersebut terus mengalami peningkatan mulai dari
bertambahnya alat tenun, karyawan dan permintaan akan kain
1
2 Wawancara Ny. Winda Wati Azman pada tanggal 17 Juli 2017
49
49
tenun. Dari tahun 2007 hingga tahun 2017 Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda terus melihatkan perkembangan usahanya
yang sangat pesat dan sampai saat ini Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda sudah memiliki 35 ATBM dan memiliki 33 orang
karyawan/pengrajin kain tenun3.
2. Visi dan Misi Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
a. Visi
Meningkatkan eksistensi tenun songket khas melayu
kepada masyarakat Indonesia, serta melalui Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda dapat menjadi sarana lapangan
pekerjaan bagi masyarakat.
b. Misi
1. Meningkatkan jumlah pemasukan atau omset yang
didapatkan untuk mengembangkan Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda.
2. Meningkatkan lapangan pekerjaan untuk masyarakat
Provinsi Riau.
3. Meningkatkan produksi serta kualitas tenun songket untuk
bersaing di pasar ekonomi.
3. Modal/Pendanaan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Untuk tahap awal pendanaan atau modal yang digunakan untuk
membentuk Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda adalah sebesar
3 Wawancara Ny. Winda Wati Azman pada tanggal 17 Juli 2017
50
50
5 juta rupiah pada tahun 2005. Modal awal tersebut berasal dari dana
pribadi pemilik usaha. Akan tetapi saat ini pendanaan yang digunakan
untuk mengembangkan usaha tersebut melalui perputaran uang yang
dilakukan oleh pemilik usaha dari hasil penjualan tenun songket.
4. Proses Produksi Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Pada dasarnya kata songket berasal dari bahasa melayu yaitu
sungkit yang artinya mengait atau mencungkil. Hal ini berkaitan
dengan proses pembuatan kain songket tersebut yang menggunakan
metode mengaitkan benang dengan benang lainnya. Kerajinan tenun
melayu sudah terkenal pada masa kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada
masa itu banyak pedagang dari luar negeri seperti dari Terengganu
Malaysia, Singapura dan lainnya mengkomsumsi hasil kerajinan tenun
songket. Hal tersebut telah mendorong masyarakat untuk memajukan
dan melestarikan sebagai keahlian tradisional4.
Pada zaman dahulu, kain songket hanya dipakai oleh para
bangsawan karna bahan-bahan yang digunakan memiliki kandungan
emas ataupun perak, serta proses pembuatan yang cukup rumit dan
dibutuhkannya skill dan ketelitian yang tinggi. Kain songket tidak
hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kelas atas saja, akan
4 Kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2014/06/08/sejarah-kerajinan-tenun-songket-
siak/ (diakses pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 14:53)
51
51
tetapi saat ini setiap orang bisa menggunakan kain songket karena
benang emas yang digunakan merupakan benang emas sintetis.5
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda melakukan proses
produksi dengan cara memperoleh bahan-bahan untuk membuat kain
dengan cara meng-impor benang. Benang-benang tersebut memiliki
macam-macam jenis, diantaranya benang emas, benang perak, benang
kristal. Benang-benang yang di impor berasal dari Singapura dan
India, alasan pemilik usaha melakukan impor benang karena kualitas
benang lokal cenderung rapuh berbeda dengan benang yang di impor
dari luar. Namun ada juga benang-benang yang berasal dari lokal
diantaranya, benang sutra, dan benang polister6.
Dalam membuat sebidang kain pengrajin tenun membutuhkan
sebuah alat tenun bukan mesin (atbm) dan benang dasar sesuai pesanan
konsumen. Benang dasar tersebut digulungkan ke sebuah penyanggah
benang yang disebut dengan boom, lalu benang tersebut dikaitkan
kepada penyanggah benang. Setelah itu, benang tersebut dimasukkan
kedalam gun. Pemasukan benang ke gun merupakan proses yang
cukup rumit, proses tersebut dilakukan dengan cara di cucuk (di tusuk)
dengan cara satu persatu. Setelah proses tersebut selesai lalu,
memasukan benang ke sisir. Kegunaan sisir tersebut adalah untuk
memisahkan benang-benang, setelah selesai memisahkan benang para
5 Kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2014/06/08/sejarah-kerajinan-tenun-songket-
siak/ (diakses pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 14:58) 6 Wawancara Ny. Winda Wati Azman pada tanggal 17 Juli 2017
52
52
pengrajin mulai mensetel jarak benang untuk mengetahui apakah ada
benang yang putus, dan jika ada maka benang-benang tersebut di
sambung kembali dengan cara diikat dengan teknik tertentu.
Setelah selesai mensetel benang-benang tersebut, maka pengrajin
akan mengetes kembali dengan cara melantak (mengayun) untuk
mengetahui apakah masih ada terdapat benang yang masih putus. Jika
proses melantak telah selesai dan para pengrajin sudah yakin bahwa
tidak ada benang yang putus maka para pengrajin sudah bisa membuat
sebidang kain dengan motif yang sudah ditentukan.
Untuk sebidang kain dibutuhkan waktu sekitar 3 hingga 7 hari
kerja, namun pengerjaan tersebut tergantung dengan motif yang di
pesan oleh konsumen7. Setelah kain tersebut selesai di tenun maka
tahap akhir adalah finishing. Tahap finishing ini membutuhkan sebuah
mesin jahit dan benang sesuai dengan warna kain tenun, pengarjaan
finishing ini dikerjakan oleh pemilik usaha. Selain mengerjakan
tahapan finishing, pemilik usaha juga menilai apakah hasil tenun yang
dikerjakan oleh pengrajin tenun sesuai dengan pesanan atau tidak.
5. Pemasaran Hasil Produksi Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda
Untuk tahap pemasaran, Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda melakukan pemasaran dengan berbagai cara. Pada tahap awal
berdirinya usaha tenun ini adalah dengan cara door to door, lalu
7 Wawancara Ny. Winda Wati Azman pada tanggal 17 Juli 2017
53
53
mempromosikan produk tenun tersebut kepada pihak pemerintah.
Pemasaran kepada pemerintah merupakan salah satu strategi yang
dilakukan untuk menigkatkan eksistensi tenun songket melayu yang di
produksi oleh Usaha Winda. Selain itu Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda, juga bekerja sama dengan beberapa Wedding
Organizer dan pemasangan iklan di stasiun Riau Televisi (RTV).
B. Letak Geografis Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Letak dan Batasan Wilayah
Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Kota
Pekanbaru merupakan pemekaran dari Kelurahan induk yakni sebagian
dari Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya dan Kelurahan
Sidomulyo Kecamatan Tampan, berdasarkan peraturan daerah Nomor
4 Tahun 2003.
Kantor Lurah Maharatu diresmikan pada tanggal 23 Desember
2004 dan merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah
Kecamatan Marpoyan Damai dengan luas 3.370,56 m2
dan
bertopografi daratan berbatasan dengan beberapa kelurahan, yaitu:
a. Sebelah Timur : Kelurahan Simpang Tiga
b. Sebelah Barat : Kelurahan Sidomulyo Timur
c. Sebelah Utara : Kelurahan Sidomulyo Timur
d. Sebelah Selatan : Desa Kubang Raya dan Sidomulyo Barat
54
54
Gambar 1
Peta Kelurahan Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Sumber dari: Kelurahan Maharatu Marpoyan Damai
Akan tetapi pada Januari Tahun 2017 Kota Pekanbaru kembali
melakukan pemekaran daerah, salah satunya adalah Kelurahan
Maharatu. Dari pemakaran tersebut, wilayah Kelurahan Maharatu
menjadi 2.350,00 m2 dan bertopografi daratan berbatasan dengan
beberapa kelurahan, yaitu:
1. Sebelah Timur : Kelurahan Simpang Tiga
2. Sebelah Barat : Kelurahan Sidomulyo Timur
3. Sebelah Utara : Kelurahan Sidomulyo Timur
4. Sebelah Selatan : Perintihan Marpoyan
55
55
Kelurahan Maharatu saat ini memiliki 10 RW (Rukun Warga)
dan 39 RT (Rukun Tetangga), dengan jumlah penduduk sebanyak
11.440 jiwa, laki-laki sebanyak 5.167 jiwa dan perempuan sebanyak
6.273 jiwa, serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 3.116 KK.
Tabel 2
Data Kependudukan Kelurahan Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru.
No. Uraian Luas
(M2)
Jumlah
RT
Jumlah
KK
Jumlah Jumlah
Jiwa Laki-Laki Perempuan
1 RW. 001 80.000 2 19 66 61 127
2 RW. 002 55.000 4 397 1.034 1.096 2.130
3 RW. 003 480.000 4 734 770 879 1.649
4 RW. 004 14.133 3 149 338 327 665
5 RW. 005 452.500 3 228 517 636 1.153
6 RW. 006 60.000 4 630 807 1.739 2546
7 RW. 007 20.000 3 - - - -
8 RW. 008 3.000 3 418 403 454 857
9 RW. 009 907.971 7 378 906 753 1.659
10 RW. 010 277.400 6 163 326 328 654
JUMLAH 2.350.004 39 3.116 5.167 6.273 11.440
Sumber dari: Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai
56
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA HASIL LAPANGAN
Pada umumnya masalah sosial sering ditafsirkan sebagai suatu
kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian warga bermasyarakat. Salah
satu masalah sosial yang sering ditemukan di masyarakat yaitu masalah
kemiskinan. Menurut Gunawan Sumodiningrat, salah satu penyebab
kemiskinan berasal dari rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik
secara motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi1. Untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia metode yang dapat
digunakan terkait peningkatan sumber daya manusia adalah praktik
pemberdayaan.
Pemberdayaan atau pemerkuasaan selalu bersentuhan dengan suatu
kemampuan dengan tujuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang
kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka2. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan teori pemberdayaan dikarnakan pemberdayaan
yang dilakukan di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda berdasarkan
keinginan pemberdaya untuk membuat orang lain melakukan apa yang
diinginkan tak terlepas dari keinginan dan minat mereka. Selain itu peneliti
secara khusus juga menggunakan teori pemberdayaan perempuan.
Pemberdayaan yang dilakukan kepada perempuan dimulai dari
peningkatan akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi. Karena
1
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang Pembangunan
Manusia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara), hal. 8
2 Nanih Machendrawity, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 29
57
tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perempuan yang mengalami
ketidakadilan dalam distribusi sumberdaya ekonomi.1.23
Pada dasarnya seorang perempuan memberdayakan perempuan lain
merupakan suatu bentuk kepedulian seorang perempuan untuk
meningkatkan kesejateraan perempuan, seperti yang dilakukan oleh
pemilik Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda. Pemilik usaha
tersebut melakukan pemberdayaan kepada kaum perempuan dikarnakan
adanya rasa kepedulian yang tinggi kepada kaum perempuan serta pemilik
usaha tersebut merasa berdaya untuk membatu kaum perempuan muda
khususnya dengan tujuan menjadikan kaum perempuan menjadi lebih
berdaya dalam menentukan sebuah pilihan, serta memiliki kekuasaan
terhadap ekonomi.
Jika melihat dari sejarah berdirinya UMKM tersebut bahwa Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda pada dasarnya terbentuk dengan
tujuan untuk meningkatkan mata pencaharian pemilik usaha. Namun,
dengan seiiring berjalannya waktu tujuan tersebut menjadi berkembang
menjadi memelihara peninggalan adat masyarakat melayu serta membantu
masyarakat yang tidak berdaya agar menjadi lebih berdaya. Seperti yang
disampaikan oleh pemilik usaha sebagai berikut:
“Alasan awalnya buka usaha ini itu, ya buat sumber mata
pencaharian lah ya. Tapi lama kelamaan, usaha yang kakak bangun
sama suami ini itu, jadi berkembang alasannya. Buat ngelestarikan
3 Herliawati Agus P, Upaya Pemberdayaan ekonomi perempuan, (Depok: Jurnal
Universitas Indonesia, 2009), hal. 39
58
tenun songket, terus bisa bantu orang, yang tadinya ga kerja terus
kakak ajarkan nenenun, jadi kerja, nah dia kerja punya penghasilan
jadinya kan”4
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, melakukan
pemberdayaan melalui beberapa proses. Usaha tersebut merekrut perajin
tenun songket dari warga sekitar UMKM serta berbagai daerah terpencil di
Provinsi Riau untuk dilatih menjadi perajin tenun. Seperti yang
disampaikan oleh pemilik Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
berikut ini:
"Kalau karyawannya kebanyakan dari daerah Taluk Kuantan sama
Rokan Hilir. Karna suami kakak dari Taluk, kakak dari Rohil. Tapi
ada juga yang dari daerah lainnya, memang kebanyakan dari Taluk
sama Rohil. Dari lingkungan sekitar rumah ada juga".5
Dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh pemilik usaha
bahwa Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda yang bergerak pada
bidang industri pengrajin tenun serta dominasi pengrajinnya adalah
perempuan dapat dikatakan bahwa kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan oleh UMKM tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan
keberdayaan perempuan.
Dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat terdapat sebuah
proses, hambatan-hambatan serta hasil yang diraih dalam mencapai
tujuan dari pemberdayaan tersebut. Maka dari itu, sesuai dengan
4 Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
5 Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
59
rumusan masalah peneliti akan membahas tentang beberapa temuan
lapangan serta menganalisis tamuan lapangan tersebut:
A. Proses Pemberdayaan Yang Dilakukakan Oleh Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda.
Pemberdayaan masyarakat secara lugas dapat diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan dengan tujuan untuk
membangun manusia atau masyarakat. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Selain itu sebagai tujuan, pemberdayaan merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu,
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya lebih baik.6
Sesuai dengan teori di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui suatu perubahan yang merujuk pada perubahan social.
Perubahan social yang dimaksud adalah suatu perubahan dari
masyarakat yang belum berdaya menjadi masyarakat yang berdaya,
serta melihat kemampuan yang sebelumnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup menjadi masyarakat yang dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan,
6 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
hal. 57
60
kemampuan yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, maupun menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Dalam konteks penelitian ini, pemberdayaan yang
dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda seperti
yang dipaparkan oleh Hogan (2000) yang dikutip Isbandi
Rukminto, usaha tenun tersebut melakukan pemberdayaan secara
berkesinambungan hingga perajin yang diberdayakan menjadi
mandiri. Seperti yang disampaikan oleh pemilik usah sebagai
berikut:
"Untuk jangka waktu dari proses pemberdayaan ini itu,
nggak ada. sampai mereka berhentilah baru proses
pemberdayaannya berenti. karna kan memang ini itu, bukan
suatu program"7.
Menurut Edi Suharto pemberdayaan sebagai proses
memuat lima (5) dimensi yang dilakukan dalam sebuah proses
pemberdayaan, diantaranya adalah pemungkinan, penguatan,
perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan. Akan tetapi, dari
kelima (5) dimensi yang dipaparkan oleh Edi Suharto terdapat tiga
(3) dimensi yang ditemukan dilapangan berdasarkan hasil
wawancara, observasi dan studi dokumen yang telah dilakukan
7 Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
61
peneliti, sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai alat analisis
dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Pemungkinan (enabling) Dalam Proses Pemberdayaan.
Katagori pemungkinan (enabling) dalam proses
pemberdayaan yang dipaparkan oleh Edi Suharto
merupakan suatu tahapan awal dari proses pemberdayaan
yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda. Pemungkinan berasal dari kata “mungkin” yang
memiliki arti boleh jadi8. Akan tetapi yang dimaksud
dengan pemungkinan (enabling) yang diapaparkan oleh
Edi Suharto adalah menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinan potensi klien berkembang secara optimal9.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pemungkinan adalah
suatu kondisi dimana fasilitator menciptakan keadaan
yang memungkinkan obyek pemberdayaan untuk dapat
mengembangkan potensinya.
Terkait pemberdayaan perempuan yang dilakukan
oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda upaya
yang dilakukan dalam konteks penciptaan kondisi atau
suasana yang kondusif. Selain itu dalam menciptakan
suasana atau iklim yang dapat mengembangkan potensi
8 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mungkin (Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017
pada pukul 20:13 WIB) 9 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat (Bandung: PT
Refika Adiatma, 2005), Cet Ke-1, hal. 66-67
62
klien pihak pemberdaya menyediakan sarana dan
prasarana untuk melancarkan proses pemberdayaan
tersebut. Sarana yang disediakan oleh pihak pemberdaya
berupa sebuah alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada
setiap obyek pemberdayaan untuk melaksanakan proses
pemberdayaan serta prasarana yang diberikan oleh pihak
pemberdaya kepada obyek pemberdayaan merupakan
fasilitas tempat tinggal yang di khususkan kepada klien
yang berasal dari luar daerah Pekanbaru, dan
disediakannya makan sebanyak 3 (tiga) kali sehari untuk
menunjang kelancaran proses pemberdayaan. Hal tersebut
diperkuat oleh beberapa pengrajin tenun songket,
diantaranya:
"Kalau disini tinggal sama Ka Winda, sama makan
kami udah dari sini. Jadi kami itu ada jadwal piket,
ada yang masak ada yang bersih-bersih. yang
masak kami juga, tapi kalau bahan-bahan buat
masak ka winda yang sediain. Setiap orang dapat
alat tenun masing-masing. Kayak meja kerja gitu
kak.10
"Aslinya dari Taluk Kuantan, tapi kalo disini
tinggal sama ka winda. Kalau makan dapat dari
sini. Setiap orang dapat alat."11
“Orang tua tinggalnya di Taluk Kuantan kak, di
kampung bang Azman ni juga. Kalau disni semua-
semuanya udah di tanggung kak, dari makan,
10 Wawancara pribadi dengan Mona Lisa, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Senin 24 Juli 2017).
11 Wawancara pribadi dengan Roly Paslah Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Selasa 25 Juli 2017).
63
tempat tinggal, terus dapat alat. Kita tinggal kerja
yang baik aja.”12
Dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda menurut para
klien bahwa pemungkinan merupakan tahapan yang
penting dalam proses pemberdayaan tersebut. Seperti yang
disampaikan oleh pengrajin tenun songket sebagai berikut:
“Alhamdulillah kami disini disediakan tempat
tinggal, makan udah ditanggung. Jadi nggak mikir
yang lain-lain lagi kami kak.”13
“Kami kan rumahnya jauh kak, kalau kami nggak
dikasih tempat tinggal disini, dimana kami
tinggal.”14
Dari pernyataan di atas bahwa para pengrajin tenun
songket menilai bahwa sarana dan prasaran merupakan hal
penting dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda. Akan tetapi,
terdapat salah satu pernyataan menarik oleh seorang
pengrajin tenun songket, sebagai berikut:
“Itu jadi penting karena kalau kami nggak dikasih
tempat tinggal sama makan mana mau kami kerja
disini kak.”15
12
Wawancara pribadi dengan Heny Anggraini Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Selasa 25 Juli 2017). 13
Wawancara pribadi dengan Ayu, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru, Senin
24 Juli 2017). 14
Wawancara pribadi dengan R. Yusmi, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Jum'at 21 Juli 2017) 15
Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnia Sari, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017).
64
Maka dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana
yang diberikan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda menjadi penting dikarenakan awal ketertarikan
para pengrajin tenun songket untuk berkontribusi di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda.
Selain itu pihak pemberdaya juga menciptakan
suasana yang nyaman dengan tujuan untuk memberikan
kebahagiaan jasmani dan rohani para pengrajin tenun
songket. Seperti yang disampaikan oleh pengrajin tenun
songket sebagai berikut:
“Iya menikmati. Senang punya banyak tema, betah
karna kerja ga dipaksa.”16
“ Senanglah soalnya sudah sesuai"17
“Menikmati kerja disini, soalnya fikirannya tenang
karna fokusnya ke kain aja.”18
Selain itu terdapat salah satu pernyataan menarik
yang disampaikan oleh pengrajin tenun songket di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda sebagai berikut:
“Iya, senang kerja disini. Ya bisa ketemu jodoh
disini.”19
16
Wawancara pribadi dengan Ayu, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru, Senin
24 Juli 2017).
17 Wawancara pribadi dengan Tania Hermawati, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at, 21 Juli 2017). 18
Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnia Sari, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017). 19
Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Jum'at 21 Juli 2017).
65
Dari pernyataan-pernyataan di atas bahwa pihak
pemberdaya menyediakan fasilitas serta menciptakan
suasana yang nyaman untuk mendukung proses
pemberdayaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemungkinan (enabling) merupakan hal yang paling
mendasar untuk melancarkan suatu proses pemberdayaan
meliputi sarana dan prasarana serta suasana yang
mendukung agar proses pemberdayaan berjalan dengan
baik.
2. Penguatan (empowering), Dalam Proses Pemberdayaan
Kategori yang kedua dalam proses pemberdayaan
yang dipaparkan oleh Edi Suharto terkait proses
pemberdayaan yaitu penguatan (empowering). Secara
bahasa penguatan memiliki arti yaitu perbuatan yang
menguati atau menguatkan20
. Penguatan (empowering)
merupakan suatu upaya menumbuhkan peran dan
kemandirian sehingga masyarakat baik tingkat individu,
kelompok, kelembagaan, maupun komunitas memiliki
tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari
sebelumnya, memiliki akses pada sumberdaya, memiliki
kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan
control social dari segala aktivitas pembangunan yang
20
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penguatan (Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017
pada pukul 21:30 WIB)
66
dilakukan di lingkungan21
. Sedangkan menurut Edi
Suharto yang dimaksud dengan penguatan (empowering),
yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya22
. Penguatan yang dipaparkan
oleh Edi Suharto lebih spesifik dalam memperkuat ilmu
pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki oleh klien
serta memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Dalam pemecahan masalah serta memenuhi
kebutuhan hidup para pengrajin tenun, pihak pemberdaya
melakukan proses tersebut pada tahapan penyokongan.
Sehingga dalam proses penguatan pemberdaya hanya
befokus kepada penguatan dalam meningkatkan
pengetahuan para klien.
Memperkuat pengetahuan yang dilakukan oleh
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda terkait proses
pemberdayaan terletak pada pengetahuan yang berfokus
pada bidang tenun songket. Pengetahuan yang dibagi oleh
UMKM tersebut dibidang tenun songket meliputi motif-
21
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), h. 95-96 22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat (Bandung: PT
Refika Adiatma, 2005), Cet Ke-1, hal. 66-67
67
motif terkait kain tenun songket khas melayu Riau, serta
diberikannya pelatihan dalam menenun songket.23
Menurut Dr. Anwar pelatihan merupakan suatu
usaha yang memiliki perencanaan dan diselenggarakan
oleh suatu lembaga ataupun fasilitator yang bertujuan
untuk mencapai penguasaan dalam keterampilan,
pengetahuan, serta sikap sesuai dengan kebutuhan para
peserta pelatihan.24
Alasan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
memberikan pelatihan kepada objek pemberdayaan
dikarenakan calon pengrajin tenun yang ingin
berkontribusi kepada UMKM tersebut belum memiliki
dasar ilmu dalam menenun.25
Selain itu pelatihan yang
diberikan bertujuan untuk mengetahui apakah calon
pengrajin tersebut memiliki keuletan, kerapihan serta
konsentrasi yang tinggi dalam menenun. Seperti yang
disampaikan oleh salah satu pengrajin tenun songket di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda sebagai
berikut:
23
Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017). 24
Dr. Anwar, M. Pd, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan, (Bandung: Alfabeta 2007) hal. 107
25
Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
68
"Belum juga, kalau yang kerja disini rata-rata belum
pernah belajar nenun."26
“Belum bisa sama sekali. Dilatih dulu, kan belum
pernah nenun sebelumnya.”27
Pihak pemberdaya akan melakukan pelatihan kepada
para pengrajin dalam jangka waktu kurang lebih satu (1)
bulan. Akan tetapi, dalam proses pelatihan ini terdapat
perbedaan waktu pada setiap pengrajinnya, dikarenakan
setiap orang memiliki daya tangkap yang berbeda
sehingga dalam pelatihan ini waktu yang dibutuhkan
untuk dapat menguasai teknik dalam menenun menjadi
fleksibel. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa
pengrajin tenun songket di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda, sebagai berikut:
"Kalau belajarnya aja 1 minggu udah pandai, tapi
kalo sama motif 1 bulan lah kira-kira. Itu motif
gampang 1 bulan, kalo yang motif susah 2 bulan lah.
yang lama itu belajar dimotif."28
.
"Iya kak. Belajar nenun dulu, alhamdulillah 2 hari
langsung ngerti gimana cara makai alatnya. karna
udah bisa, langsung belajar motif songket. belajar
motifnya 2 minggu itu yang nggak padat, kalo motif
yang padatnya sebulan lah kira-kira."29
26 Wawancara pribadi dengan R. Yusmi, Pengrajin Tenun Songket Melayu (Pekanbaru,
Jum'at 21 Juli 2017). 27
Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Serta Pembimbing di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Jum'at 21 Juli 2017). 28
Wawancara pribadi dengan Yulinza Putri, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017).
29
Wawancara pribadi dengan Icha Yulis Islamiyah, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017).
69
" Iya ikut. 2 bulan udah bisa semuanya lah."30
Dari ketiga pernyataan di atas yang disampaikan
oleh para pengrajin tenun songket Khas Melayu Winda
terlihat jelas bahwa proses pelatihan dalam pemberdayaan
pada bidang pengrajin tenun songket terbilang cukup sulit,
dikarenakan dibutuhkannya kesabaran, ketelitian serta
skill dalam melakukan teknik penenunan.
Selain itu penguatan yang diberikan kepada obyek
pemberdayaan terkait proses pemberdayaan berupa
pengetahuan terkait tenun songket. Pengetahuan tersebut
terkait motif-motif yang menjadi ciri khas dari tenun
songket melayu Riau. Seperti yang disampaikan oleh salah
satu pengrajin tenun songket sebagai berikut:
"Biasanya kalau lagi senggang, kami suka bahas
tentang motif tenun kak. Kan setiap motif punya
ceritanya masing-masing. Nah disitulah kami tau
kalau motif tu ada ceritanya."31
Dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda pengrajin
tenun songket mengutarakan bahwa proses penguatan
menjadi penting dalam proses pemberdayaan yang mereka
jalani. Proses tersebut menjadi penting dikarenakan
30 Wawancara pribadi dengan Mona Lisa, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Senin 24 Juli 2017).
31 Wawancara pribadi dengan Ayu, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru, Senin
24 Juli 2017).
70
pengetahuan terkait motif songket menjadi hal yang utama
dalam menenun sebuah kain songket. Seperti yang
disampaikan oleh salah satu pengrajin tenun songket
sebagai berikut:
“Kalau kita nggak tau, motif songketnya, giamana
caranya kami bikinnya.”32
Dalam proses penguatan yang diberikan oleh pihak
pemberdaya, terdapat kekurangan dalam proses tersebut.
Kekurangannya adalah pihak pemberdaya hanya
memberikan penguatan terkait motif serta produksi tenun
songket saja, pihak pemberdaya tidak memberikan ilmu
pengetahuan terkait pemasaran produk. Seperti yang
dipaparkan oleh pengrajin tenun sebagai berikut:
“ Nggak masarin. Kami Cuma buat aja.”33
“Ngga ikut masarin, yang ngejualin bos aja.”34
Dari seluruh pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa proses penguatan yang dilakukan oleh pihak
pemberdaya yang berfokus pada pengetahuan terkait tenun
songket serta pelatihan terkait produksi tenun songket.
Proses penguatan tersebut menjadi penting dikarenakan
memiliki tujuan untuk menambah wawasan pengrajin
32
Wawancara pribadi dengan Roly Paslah Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Selasa 25 Juli 2017). 33
Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnia Sari, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017). 34
Wawancara pribadi dengan Roly Paslah Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Selasa 25 Juli 2017).
71
tenun songket serta keahlian dalam memproduksi tenun
songket. Sangat disayangkan pihak pemberdaya tidak
memberikan penguatan terkait proses pemasaran produk.
Sedangkan, pemasaran produk merupakan salah satu hal
penting dalam susunan pemberdayaan terkait proses
penguatan.
3. Penyokongan (supporting), Dalam Proses Pemberdayan
Kategori yang ketiga dalam proses pemberdayaan
yang dipaparkan oleh Edi Suharto terkait proses
pemberdayaan yaitu penyokongan (supporting). Secara
bahasa penyokong memiliki arti orang yang menyokong;
penderma.35
Akan tetapi yang dimaksud dengan
penyokongan (supporting) yang dipaparkan oleh Edi
Suharto terkait dengan proses pemberdayaan yaitu
memberikan bimbingan dan dukungan agar klien mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.36
Dalam konteks ini penyokongan yang dilakukan
dalam proses pemberdayaan oleh Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda tergolong dalam penyokongan
(supporting) mental. Maksud dari penyokongan
(supporting) mental adalah, pihak pemberdaya
memberikan motivasi kepada pengrajin (klien) dengan
35
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penyokong (Diakses pada tanggal 2 September
2017 pada pukul 10:38 WIB) 36
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat (Bandung: PT
Refika Adiatma, 2005), Cet Ke-1, hal. 66-67
72
tujuan untuk dapat memecahankan masalah kehidupan
para pengrajin serta memenuhi kebutuhan hidup para
pengrajin tenun.
Motivasi yang diberikan pihak pemberdaya kepada
klien (pengrajin) terdiri dari motivasi kerja, motivasi
dalam kemandirian, motivasi dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan para pengrajin serta memberikan
motivasi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup para
pengrajin tenun. Motivasi kerja diberikan kepada setiap
pengrajin dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri
para pengrajin tenun dalam segi pekerjaan. Seperti yang
disampaikan oleh beberapa pengrajin tenun songket
sebagai berikut:
"Biasanya kak winda suka ngasih motivasi kalo
udah mulai rasa bosan, diajarin nenun kan terus
dikasih motivasi buat rajin kerja biar bisa bantu
orang tua ".37
“Ka winda berperan penting dalam hidup kakak.
Karna kakak selalu di kasih motivasi biar bisa
berkembang. Biasanya di kasih tau “kalo udah
nikah, kalo bisa bantu suami buat nambah nambah
nyari uang dari nenun”.38
37 Wawancara pribadi dengan R. Yusmi, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Jum'at 21 Juli 2017). 38
Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Serta Pembimbing di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Jum'at 21 Juli 2017).
73
“Terus kadang-kadang ka winda suka ngasih
motivasi buat belajar tentang motif motif. Biar bisa
ningkatin keahlian dalam nenun”.39
Selain diberikan motivasi pada aspek pekerjaan,
pihak pemberdaya melakukan penyokongan (supporting)
atau motivasi kepada klien dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Seperti yang disampaikan oleh beberapa pengrajin
sebagai berikut:
"Kadang-kadang ka winda suka ngingatin kalo kerja
yang rajin, hasilnya juga buat kalian-kalian juga nya
".40
“Suka di nasehatin kadang-kadang sama bos disuruh
rajin kerjanya, jangan males karna kan semuanya
untuk diri kita juga, sama dinasehatin jangan boros-
boros, ditabung uangnya biar bisa beli mesin
sendiri”.41
Selain motivasi kerja, motivasi atau penyokongan
(supporting) dalam proses pemberdayaan yang dilakukan
oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda adalah
penyokongan (supporting) dalam kemandirian. Seperti
yang disampaikan oleh salah satu pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda sebagai
berikut:
39
Wawancara pribadi dengan Tania Hermawati, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at, 21 Juli 2017).
40 Wawancara pribadi dengan Tania Hermawati, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at, 21 Juli 2017). 41
Wawancara pribadi dengan Ayu, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru, Senin
24 Juli 2017).
74
"Kita suka di ingatkan kalau perempuan harus bisa
usaha ga numpang minta aja. kira-kira gitu lah
kak".42
Proses penyokong (supporting) atau motivasi
merupakan proses yang sangat penting dalam
pemberdayaan. Dikarenakan, penyokongan (supporting)
mental akan sangat berpengaruh atas kualitas hidup
seseorang. Jika seseorang tidak memiliki motivasi hidup
maka kemungkinan besar bahwa orang tersebut akan
menjadi salah satu objek dari masalah sosial di
masyarakat. Seperti pernyataan pemilik usaha sebagai
berikut:
“Adek-adek ni sering kakak kasih motivasi, biar
mereka jadi sadar kalau kita ni hidup harus
berusaha, harus punya wawasan paling tidak di
bidang tenun ni lah. Semuakan untuk adek-adek ni
juga hasilnya”43
“Kalau mereka berwawasan, punya skill, paling
tidak mereka sedikit berkualitaslah hidupnya,
apalagi yang putus-putus sekolahkan”44
Akan tetapi dari proses pemberdayaan pada segi
penyokongan, terdapat beberapa pengrajin tenun merasa
tidak diberi motivasi oleh pihak pemberdaya. Seperti yang
diungkapkan oleh beberapa pengrajin tenun sebagai
berikut:
42 Wawancara pribadi dengan Yulinza Putri, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017). 43
Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017). 44
Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
75
"Nggak pernah dikasih nasihat-nasihat gitu kami
kak. tapi ntah lah ya kalau yang lain" 45
.
"Kalau nasihat-nasihat ndak ada pernah dikasih kak,
yang penting kerja aja yang baik"46
Penyokongan (supporting) atau motivasi diri akan
sangat berpengaruh atas kualitas hidup seseorang. Jika
seseorang tidak memiliki motivasi hidup maka
kemungkinan besar bahwa orang tersebut akan menjadi
salah satu objek dari masalah sosial di masyarakat. Dari
seluruh pernyataan di atas terkait proses pemberdayaan
pada segi penyokongan atau motivasi maka dapat
disimpulkan bahwa proses tersebut merupakan proses
yang harus dijalani dari setiap praktik pemberdayaan agar
objek pemberdayaan dapat membuka fikiran agar menjadi
individu yang berdaya.
Dari ketiga (3) proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
UMKM tenun Songket Khas Melayu Winda yang berfokus pada
pemberdayaan perempuan terlihat bahwa enabling (pemungkinan),
empower (penguatan), dan supporting (penyokong) memiliki
dampak serta hasil dari proses pemberdayaan. Karena proses yang
dilakukan dapat meningkatkan kualitas para pengrajin dari segi
pelatihan, pengetahuan dan motivasi. Pelatihan yang diberikan
45 Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnia Sari, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017).
46 Wawancara pribadi dengan IchaYulis Islamiyah Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017).
76
selama kurang lebih 1 bulan dapat menjadi modal awal para
pengrajin untuk memulai usahanya senidiri. Menurut informasi
yang diperoleh dari pemilik usaha serta beberapa pengrajin tenun
songket bahwa terdapat beberapa anak didik yang telah memiliki
usaha sendiri dibidang produksi tenun songket.47
Dari fakta yang ditemukan dilapangan dapat dikatakan
bahwa pelatihan yang didukung oleh penguatan serta dukungan
yang kuat dapat menjadikan seseorang menjadi individu yang
berdaya, serta dapat menimbulkan perasaan nyaman secara jasmani
dan rohani. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan cara-cara
sederhana, dengan memberikan dukungan melalui motivasi, ilmu
yang di ajarkan kepada masyarakat yang kurang berdaya serta
pelatihan yang diberikan mampu membuat masyarakat khususnya
masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya. Berdaya yang
dimaksudkan adalah upaya membangun daya yang dimiliki dhu‟afa
dengan mendorong, memberikan motivasi, dan meningkatkan
kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka serta berupaya
untuk mengembangkannya.48
Pada proses pemberdayaan yang dilakukan oleh UMKM
tersebut terdapat sebuah fakta yang ditemukan oleh peniliti pada
beberapa klien (pengrajin tenun), pengrajin tersebut merasa tidak
mendapatkan penguatan mental ataupun motivasi dari pihak
47 Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017). 48
Gunawan Sumohadininggrat, Pembangunan Daerah Dan Pengembangan Masyarakat,
(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997) hal. 165
77
pemberdaya. Dengan kata lain, pihak pemberdaya tidak melakukan
penyokongan (supporting) mental pada aspek motivasi dalam
pekerjaan secara merata. Dilihat dari beberapa pernyataan yang
disampaikan oleh para pengrajin tenun songket di atas dapat
dikatakan bahwa dalam proses pemberdayaan pada konteks
penyokong (supporting) atau motivasi, pihak UMKM masih belum
merata dalam melaksakannya. Selain penguatan mental, pihak
pemberdaya juga tidak memberikan penguatan terkait pemasaran
produk. Menurut peneliti pemasaran produk merupakan hal penting
yang harus dibagi kepada objek pemberdayaan. Untuk menjadikan
objek pemberdayaan menjadi mandiri serta dapat mengembangkan
usahanya sendiri, objek pemberdayaan harus menerima pelatihan
terkait proses membentuk suatu usaha, proses produksi serta proses
pemasaran. Akan tetapi, pada UMKM Tenun Songket Khas
Melayu Winda hanya mengajarkan proses produksi saja. Sehingga
proses pemberdayaan yang dilakukan menjadi kurang efektif.
Jika merujuk kembali pada teori proses pemberdayaan yang
dipaparkan oleh Edi Suharto, terdapat perbedaan antara teori
dengan fakta yang dilapangan. Menurut Edi Suharto pemberdayaan
sebagai proses memuat lima dimensi, diantaranya49
: pemungkinan
(enabling), penguatan (empowering), perlindungan (protecting),
penyokongan (Supporting), pemeliharaan (fortering). Akan tetapi
yang terjadi dilapangan proses pemberdayaan yang dilaksanakan
49 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat (Bandung: PT
Refika Adiatma, 2005), Cet Ke-1, hal. 66-67
78
oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda hanya memuat
tiga (3) dimensi saja, diantaranya: pemungkinan (enabling),
penguatan (empowering), penyokongan (supporting). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam praktik pemberdayaan yang
dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda dengan
proses pemberdayaan yang dikaitkan dengan tiga (3) dimensi teori
yang dipaparkan oleh Edi Suharto terbilang cukup mampu dalam
meningkatkan keberdayaan pengrajin tenun songket di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda. Alasan peneliti tidak
menggunakan dua (2) dimensi yang dipaparkan oleh Edi Suharto,
karena perlindungan (protecting) yang didapat hanya berasal dari
pemerintah dikhususkan untuk UMKM Tenun Songket Khas
Melayu Winda saja tidak secara khusus kepada perajin tenun
songket dan UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda pun tidak
melakukan perlindunga kepada pengrajin tenun songket sehingga
menurut peneliti proses pemberdayaan pada aspek perlindungan
masih tergolong lemah. Begitupun dengan pemeliharaan
(foterting), pihak pemberdaya tidak melakukan pemeliharaan
terhadap objek pemberdayaannya. Menurut peneliti pemeliharaan
merupakan proses yang memiliki dampak jangka panjang.
Pemeliharaan sendiri merupakan proses melindungi masyarakat
terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh
kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang (apalagi tidak sehat) antara kuat dan yang lemah, dan
79
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok
lemah.
B. Faktor-Faktor Yang Menjadikan Penghambat Serta Pendukung
Dalam Pemberdayaan.
Berdirinya suatu usaha selalu memiliki faktor yang dapat
menghambat serta memberi dukungan kepada usaha tersebut.
Begitu pula dengan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda.
Usaha tersebut mengalami pasang surut dari produksi hingga
distribusi. Permasalahan yang sering menjadi penghambat dari
produksi berasal dari bahan baku. Bahan baku tersebut merupakan
benang yang diimpor dari berbagi negara diantaranya Singapura,
Malaysia, dan India. Bahan baku tersebut terkadang sangat sukar di
dapatkan karena adanya permainan pasar sehingga bahan baku
tersebut mengalami kelangkaan.50
Benang-benang tersebut terdiri
dari benang emas, benang perak, benang kristal serta benang
polister. Alasan pihak Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
melakukan impor dikarenakan kualitas benang yang Indonesia
miliki tidak sebanding dengan kualitas benang impor, sehingga
pihak UMKM tersebut memilih untuk mengimpor benang tersebut.
Namun, walaupun benang emas, polister, perak ataupun benang
kristal yang berasal dari lokal memiliki kualitas kurang bagus,
benang katun yang dimiliki oleh Indonesia merupakan benang yang
berkualitas tinggi. Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
50 Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
80
menyuplai benang katun berasal dari kota kembang yaitu kota
Bandung.
Selain itu yang menjadi penghambat dalam proses
pemberdayaan berasal dari proses itu sendiri. Salah satu proses
yang menjadi penghambat dari proses pemberdayaan berasal dari
pelaksanaan pelatihan. Hambatan-hambatan yang dialami oleh
pengrajin tenun-pun beragam, seperti yang diungkapkan oleh
pengrajin tenun sebagai berikut:
“ Kendalanya mesin rusak, benang emasnya rusak, belum
belajar motif ”51
“ Paling benang putus, kalo ngga teropongnya jatuh”.52
“ Karna mesin rusak jadi lama bikin kainnya. Soalnya kan
kalo disini setiap orang udah alat masing-masing. Kalo
mesin kita rusak kita ga bisa bikin kain. Kalo yang paling
sering benang putus. Benang itu tu putus gara-gara kadang
benangnya yang rapuh kadang sisirnya suka ada yang
tajam”.53
Berdasarkan proses yang dijalani objek pemberdayaan serta
hambatan yang ditemui terdapat beberapa calon pengrajin tenun
tidak sanggup mengikuti pelatihan menenun, sehingga waktu
pelatihan yang diberikan belum selesai para calon pengrajin tenun
tersebut memilih hengkang dari pelatihan dengan alasan mereka
51
Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Serta Pembimbing di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Jum'at 21 Juli 2017). 52
Wawancara pribadi dengan Heny Anggraini Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Selasa 25 Juli 2017). 53
Wawancara pribadi dengan Mona Lisa, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Senin 24 Juli 2017).
81
tidak memiliki potensi dalam menenun (keuletan, kerapihan serta
konsentrasi yang tinggi dalam menenun)54
.
Hambatan-hambatan yang ditemui tidak hanya berasal dari
proses pemberdayaan saja, hal yang menjadi penghambat
pelaksanaan praktik pemberdayaan juga datang dari individu-
individu objek pemberdayaan. Seperti yang disampaikan oleh
beberapa pengrajin tenun songket sebagai berikut:
“Kadang ngerasa bosan sama capek, karna kan tiap hari
ngerjain ini”.55
“Paling rindu-rindu orang tua aja”56
“Kadang ya capek, kalo dulu-dulukan kepikiran anak ga ada
yang megang, jadi kadang suka ga fokus”.57
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam praktik
pemberdayaan hambatan dapat berasal dari mana saja. Namun
dalam penelitian ini, hambatan yang ditemui berasal dari objek
pemberdayaan, proses pelatihan, serta sarana-sarana
pemberdayaan.
Disetiap ada masalah pasti selalu ada hikmah dibaliknya,
begitu juga dengan hambatan. Disetiap hambatan selalu ada
dukungan yang diberikan. Dukungan yang dimiliki oleh UMKM
tersebut terletak pada kerja sama dengan pemerintah Kota
54
Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017). 55
Wawancara pribadi dengan Yulinza Putri, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017). 56
Wawancara pribadi dengan IchaYulis Islamiyah Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017). 57
Wawancara pribadi dengan Tania Hermawati, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at, 21 Juli 2017).
82
Pekanbaru dalam menyuplai seragam kepemerintahan. Tenun
Songket Melayu merupakan lambang (icon) yang dimiliki oleh
Tanah Lancang Kuning, sehingga motif-motif tenun songket selalu
digunakan untuk menjadi seragam para pegawai kepemerintahan.
Dengan kualitas kain yang dimiliki oleh UMKM tersebut,
pemerintah Provinsi Riau sering bekerjasama dengan UMKM
Tenun Songket Khas Melayu Winda untuk menjadi distributor
seragam, buah tangan tamu kenegaraan serta acara-acara terkait
dengan kebanggan Provinsi Riau.
C. Hasil Yang Diperoleh Para Pengrajin Tenun Dari Pemberdayaan
Yang Dilakukan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda.
Ekonomi merupakan suatu tata cara aturan yang ada dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat
pemuas kebutuhannya yang bersifat langka. Cara yang dimaksud
disini adalah yang berkaitan dengan aktivitas orang dan masyarakat
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan
konsumsi jasa-jasa serta barang-barang langka.58
Dalam konteks permasalahan sederhana, ekonomi rakyat
merupakan strategi “bertahan hidup” yang dikembangkan oleh
penduduk masyarakat miskin, baik di kota maupun di desa.59
Yang
dimaksud dengan strategi bertahan hidup khususnya pada
58 Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Qur’an TentangPemberdayaanDhuafa, (Jakarta:
Dakwah Press, 2008) hal. 222
59
Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, (Yogyakarta: Aditya Media, 1996), hal.
4
83
masyarakat miskin, adalah cara yang digunakan untuk dapat
memenuhi kebutuhan makan dan minum.
Setiap manusia memerlukan makan dan minum sehingga
banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk dapat
memenuhi hal tersebut. Dengan demikian, cara yang paling ampuh
digunakan untuk mengurangi kekacauan tersebut adalah dengan
cara pemberdayaan. Pemberdayaan berbasis ekonomi sangat
ampuh mengurangi masalah kemiskinan. Jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah garis kemiskin) di Provinis Riau
pada bulan Maret 2017 sebesar 514,40 ribu jiwa (7,78 persen). Jika
dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2016
yang berjumlah 515,40 ribu jiwa (7,98 persen), penduduk miskin di
Provinsi Riau mengalami penurunan sebanyak 0,78 ribu jiwa60
.
Seperti Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, usaha
ini telah membantu pemerintah Provinsi Riau untuk mengurangi
masalah kemiskinan. Metode yang digunakan untuk mengurangi
tingkat kemiskinan adalah dengan cara mengembangkan potensi
masyarakat, memberikan ilmu terkait potensi yang dimiliki serta
memberikan motivasi kepada para target pemberdayaan.
Dari ketiga (3) proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda yang berfokus pada
pemberdayaan perempuan, terlihat bahwa enabling (pemungkinan),
60 https://riau.bps.go.id/Brs/view/id/530 (Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 pada
pukul 11:21)
84
penguatan (empowering) dan supporting (penyokong) merupakan
suatu proses pemberdayaan yang memiliki tujuan meningkatkan
keberdayaan para pengrajin tenun. Dalam konteks ekonomi proses
pemberdayaan pada segi penyokongan (supporting) yang dilakukan
dalam Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda terletak pada
permodalan alat tenun (ATBM). Permodalan yang dimaksudkan
pada kondisi perajin tenun songket yang tidak bisa bekerja
dikarenakan sesuatu hal, namun perajin tersebut memiliki
keinginan untuk tetap bekerja, pihak UMKM dapat memberikan
pinjaman alat (kredit alat) kepada perajin tenun, sehingga perajin
tersebut tetap dapat menghasilkan uang dan mereka tetap menjadi
manusia yang produktif.
Berdasarkan data yang ditemukan dilapangan bahwa
pelatihan yang diberikan kepada para pengrajin tenun dapat
menjadi modal awal yang dimiliki setiap klien (pengrajin tenun).
Modal yang dimaksudkan adalah setiap klien yang ingin membuka
usaha dibidang tenun, tentunya membutuhkan skill dalam
menenun. Dengan adanya pelatihan ini, skill yang diperoleh dapat
menjadi dasar ataupun modal yang dimiliki oleh setiap penenun,
karena untuk membuka suatu usaha maka setiap orang harus
memiliki skill serta pengalaman dalam bidang tersebut, sehingga
usaha yang dijalankan dapat bergerak maju dan menjadikan orang
tersebut lebih berdaya secara ekonomi. Jika merujuk pada teori
pemberdayaan ekonomi yang dikemukakan oleh Munandar yang
85
dikutip oleh Ismet Firdaus dan Ahmad zaky bahwa pemberdayaan
ekonomi tidak hanya melihat kemampuan ekonomi seseorang akan
tetapi keterampilan hidup serta kemandirian objek pemberdayaan
menjadi suatu aspek dalam katagori keberdayaan.
Dilihat dari sisi ekonomi proses pemberdayaan yang
dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda ternyata
memiliki dampak atau hasil yang dapat meningkatkan keberdayaan
ekonomi para pengrajin. Untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu
pemberdayaan berbasis ekonomi, dapat dilihat dari beberapa
indikator keberdayaan ekonomi yang dikemukakan oleh Edi
Suharto. Menurut Edi Suharto terdapat delapan (8) indikator
keberdayaan ekonomi61
, akan tetapi dari delapan (8) indikator yang
dikemukakan oleh Edi Suharto terkait pemberdayaan ekonomi,
terdapat empat (4) indikator yang ditemukan berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan kepada objek pemberdayaan,
diantaranya: kebebasan mobiltas, kemampuan membeli komoditas
kecil, kemampuan membeli komoditas besar, terlibat dalam
pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga.
Merujuk dari keempat (4) indikator tersebut hasil yang
ditemukan di lapangan adalah para pengrajin tenun songket di
UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda mampu untuk pergi
keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya. Seperti yang
61
Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), hal. 64-66
86
disampaikan oleh beberapa pengrajin tenun songket sebagai
berikut:
"Udah pernah jalan-jalan ke SUMBAR (Sumatra Barat), ke
Jogja, paling kalau di Riau ini Tembilahan kak"62
“Ke SUMBAR (Sumatra Barat) sama ke Bagan Siapi-
Api”.63
“Paling jalan-jalan ke Sumbar (Sumatra Barat), sama ke
Bagan Siap-Api itu juga jalan-jalan karna bos yang
ngajak”.64
Dengan kemampuan yang dimiliki oleh para pengrajin
tenun membuktikan bahwa adanya peningkatan ekonomi yang
dirasakan oleh para pengrajin tenun di Usaha Tenun Songket
Melayu Winda. Selain memiliki kemampuan untuk pergi keluar
rumah atau wilayah tempat tinggal, para pengrajin tenun juga
mampu membeli barang-barang sekunder atau tersier dan membeli
barang tanpa bantuan orang lain. Seperti yang di utarakan oleh
beberapa informan sebagai berikut:
"Alhamdulillah udah bisa bantu orang tua buat bayar
sekolah adek-adek, sekalian kebutuhan sehari-hari bisa
tercukupilah paling nggak"65
"Udah bisa beli HP, Emas (cincin dan kalung), paling sama
kebutuhan sehari-hari".66
62 Wawancara pribadi dengan Heny Anggraini Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Selasa 25 Juli 2017). 63
Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnia Sari, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017). 64
Wawancara pribadi dengan IchaYulis Islamiyah Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017). 65
Wawancara pribadi dengan R. Yusmi, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Jum'at 21 Juli 2017).
66
Wawancara pribadi dengan Roly Paslah Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Selasa 25 Juli 2017).
87
"Kalau beli umah, kendaraan belum lagi kak. Tapi kan udah
bisa beli HP sendiri tanpa minta sama orang tua, kebutuhan
sehari-hari lah. Setidaknya beli handbody (body lotion)
nggak minta.67
Selain itu perajin tenun songket yang sudah menikah
memiliki peran penting dalam rumah tangganya. Salah satu perajin
tenun songket mengutarakan bahwa ia berkontribusi dalam
mengambil keputusan dalam rumah tangga, seperti yang
disampaikan oleh salah satu perajin tenun songket sebagai berikut:
“Pas suami mau kredit honda kan, dia tanya ke kami. Boleh
apa ndak. Terus kata kami nggak boleh kan, karena masih
banyak pengeluaran. Abis itu kami ngomong-ngomong,
nggak jadi suami ambil honda”
Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa perempuan
memiliki peran penting dalam keluarga. Jika dikaitkan denga teori
keberdayaan ekonomi maka perajin tenun songket yang
berkontribusi di UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda dapat
dikatakan sudah masuk ditahap akan berdaya, karena salah satu
indikator keberdayaan yang dipaparkan oleh Edi Suharto adalah
terlibatnya dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga.
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda mempunyai
pengaruh untuk perekonomian para pengrajin tenun. UMKM
tersebut memberikan keuntungan kepada wanita yang tidak
produktif menjadi produktif, sehingga mereka memiliki
67
Wawancara pribadi dengan Yulinza Putri, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017).
88
penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti
yang diungkapkan oleh pengrajin tenun songket sebagai berikut:
“Kalo ekonomi terbantu kali. Bisa beli apa-apa sendiri,
ngga mengharapkan gaji suami paling tidak. Kalo mau
ngasih orang tua kan ga mungkin minta suami, dari hasil
kita lah bisa buat bantu orang tua”.68
Para pengrajin tenun berangkat ke UMKM tersebut dengan
tujuan untuk bisa mengurangi beban orang tua mereka, menjadi
mandiri secara sifat serta mencari pengalaman hidup. Seperti yang
diungkapkan oleh beberapa pengrajin tenun songket sebagai
berikut:
“Hasilnya, karna tinggal sama bos kan jadi bisa mandiri.
Ngga ngerek ke orang tua terus, jadi bisa nenun, bisa
masak”.69
“Yang utama hasilnya bisa dapat ilmu, kalo kemandirian
udah pasti. Kadang-kadang suka di nasehatin disuruh giat
kerja, karna asilnya juga untuk diri sendiri. Sama ekonomi
meningkat, udah bisa nyekolahin adek yang paling kecil.
Itu ajanya kira-kira”.70
“Jadi punya pengalaman yang orang lain belum tentu
pernah ngalamin kan kak. Ya rasa ingin taunya jadi tinggi
gitu lah. Biar bisa ngerubah nasib keluarga. Apalah kami
yang orang tuanya petani karet. Kakak tau lah ya kan”.71
Dengan diberikannya pelatihan menenun yang pada
dasarnya mereka (pengrajin tenun) tidak bisa menenun sama sekali,
68
Wawancara pribadi dengan Tania Hermawati, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at, 21 Juli 2017). 69
Wawancara pribadi dengan Ayu, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru, Senin
24 Juli 2017). 70
Wawancara pribadi dengan Roly Paslah Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Selasa 25 Juli 2017). 71
Wawancara pribadi dengan Heny Anggraini Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Selasa 25 Juli 2017).
89
diberikannya ilmu terkait pembuatan tenun songket dari mulai
struktur alat hingga pemilihan benang yang berkualitas, serta
motivasi yang diberikan menjadikan para pengrajin tenun tersebut
menjadi seseorang yang mempunyai nilai tersendiri.
Dari kontribusi para pengrajin tenun di UMKM tersebut,
mereka memperoleh penghasilan dalam sistem 2 minggu sekali
(borongan). Untuk selembar kain tenun songket dengan motif-
motif tabur mereka memperoleh Rp. 100.000,00,- per-lembarnya.
Namun pada motif padat, mereka memperoleh Rp. 150.000,00,-
per-lembarnya. Dalam proses pembuatan kain tenun songket
melayu tersebut, dibutuhkan dua (2) hingga empat (4) hari kerja.
Jika dikalkulasikan dalam dua (2) minggu, para pengrajin tersebut
akan memperoleh sekitar Rp. 400.000,00,- rupiah hingga Rp.
500.000,00,-. Penghasilan yang diperoleh tersebut diluar proyek
ataupun bonus-bonus lainnya. Jika pengrajin tenun mendapatkan
proyek yang diberikan oleh pihak pemberdaya maka penghasilan
yang diraih dari hasil proyek tersebut bisa mencapai Rp. 3.000.000
rupiah hingga Rp. 4.000.000 rupiah per-proyek72
.
Dari penghasilan yang diperoleh pengrajin tenun songket di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, para pengrajin tenun
merasa bahwa penghasilan yang mereka miliki mampu
meningkatkan keberdayaan ekonomi pengrajin. Seperti yang
72
Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Jum'at 21 Juli 2017).
90
diungkapkan oleh beberapa pengrajin tenun songket sebagai
berikut:
“Ngerasain senang, puas karna dapat bantu orang tua,
kebutuhan sendiri terpenuhi, nggak minta-minta lagi sama
orang tua”.73
“Terbantu, karna bisa nyukupin kebutuhan sehari-hari”.74
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 10 orang
informan, ternyata 6 informan mengutarakan bahwa ia merasa
terbantu secara ekonomi keluarganya dan dirinya. Akan tetapi,
terdapat 4 orang informan mengutarakan ia hanya merasa terbantu
pada aspek dirinya sendiri tidak pada keluarganya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberdayaan yang dilakukan dengan proses
pemungkinan (enabling), penguatan (empowering) dan penyokong
(supporting) oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
dikatagorikan cukup mampu meningkatkan keberdayaan ekonomi
pada individu ataupun keluarga pengrajin tenun.
Akan tetapi, jika merujuk kepada teknik yang digunakan
dalam penelitian ini bahwa tidak ada perbedaan antara keberdayaan
yang dialami oleh para pengrajin tenun songket yang sudah lama
berkontribusi dengan pengrajin tenun yang baru berkontribusi di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda. Secara logika,
pengrajin tenun songket yang sudah lama berkontribusi di UMKM
73
Wawancara pribadi dengan IchaYulis Islamiyah Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017). 74
Wawancara pribadi dengan Mona Lisa, Pengrajin Tenun Songket Melayu, (Pekanbaru,
Senin 24 Juli 2017).
91
tersebut seharusnya lebih berdaya secara ekonomi dibandingkan
dengan pengrajin tenun yang baru bekontribusi. Akan tetapi yang
ditemukan dilapangan bahwa hanya ada satu (1) pengrajin tenun
yang terlihat berhasil dalam proses pemberdayaan yang
dijalaninya, pengrajin tersebut adalah JT. JT mengutarakan bahwa
ia memiliki satu (1) ATBM yang dibeli dari pemilik Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda melalui kredit ATBM kepada pihak
UMKM. JT membeli alat tersebut dari hasil yang ia dapat dari
berkontribusi kepada Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
selama 9 tahun. Dari kontribusi tersebut, ia mampu membuka
usaha yang bergerak pada tenun songket dan bekerja sama dengan
kakak kandungnya yang dulunya pernah berkontribusi dengan
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda juga. Saat ini JT
beserta kakaknya telah memiliki 3 alat tenun bukan mesin
(ATBM), dan memiliki 2 anak didik. Usaha tersebut beroprasi di
kampung halaman JT yaitu di Rokan Hilir, dan saat ini JT yang
sudah menetap di Kota Pekanbaru tetap mendedikasikan diri
kepada Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda menjadi
seorang pembimbing dalam pembelajaran tenun songket.75
Jika kembali merujuk kepada teori terkait indikator keberdayaan
ekonomi yang dipaparkan oleh Edi Suharto, bahwa dari delapan (8)
indikator yang dipaparkan ternyata hanya ada (4) indikator yang dapat
diukur terkait keberdayaan ekonomi. Sehingga dapat disimpulkan dari
75 Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Serta Pembimbing di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Jum'at 21 Juli 2017).
92
keseluruhan hasil proses pemberdayaan dapat dikatakan Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda pada praktik pemberdayaan pengrajin tenun
dikatagorikan cukup mampu dalam memberdayakan pengrajin tenun.
Akan tetapi pada segi ekonomi, keberhasilan dalam praktik pemberdayaan
dikatagorikan masih belum berhasil. Dikarenakan jika melihat kembali
kepada teori, keberhasilan dalam praktik pemberdayaan dapat dilihat dari
delapan (8) indikator yang dipaparkan oleh Edi Suharto. Namun pada
kenyataan yang ada bahwa para pengrajin tenun songket yang
berkontribusi di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda masih belum
memenuhi keseluruhan dari indikator tersebut.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang yang sudah diteliti melalui pengumpulan data
yang telah diperoleh berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada pengrajin
tenun songket melayu di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda yang berfokus pada pemberdayaan perempuan
terlihat bahwa proses pemberdayaan yang dikaitkan dengan tiga (3)
dimensi teori yang dipaparkan oleh Edi Suharto yaitu enabling
(pemungkinan), empower (penguatan), dan supporting (penyokong)
terbilang cukup mampu dalam meningkatkan keberdayaan
pengrajin tenun songket di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda.
2. Dalam praktik pemberdayaan hambatan dapat berasal dari mana
saja. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pemberdayaan
yang dilakukan oleh Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
berasal dari bahan baku, objek pemberdayaan, proses pemberdayaan
pada segi pelatihan, serta sarana-sarana pemberdayaan. Dan faktor
pendukung dalam proses pemberdayaan dimiliki oleh UMKM
tersebut terletak pada kerja sama yang dilakukan dalam menyuplai
seragam kepemerintahan. Dengan kualitas kain yang dimiliki oleh
UMKM tersebut, pemerintah Provinsi Riau sering bekerjasama
94
dengan UMKM untuk menjadi distributor seragam, buah tangan
tamu kenegaraan serta acara-acara terkait dengan kebanggan
Provinsi Riau.
3. Dari keseluruhan hasil proses pemberdayaan dapat dikatakan Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda pada praktik pemberdayaan
pengrajin tenun dikatagorikan cukup mampu dalam memberdayakan
pengrajin tenun. Akan tetapi pada segi ekonomi, keberhasilan dalam
praktik pemberdayaan dikatagorikan masih belum berhasil. Dikarenakan
jika melihat kembali kepada teori, keberhasilan dalam praktik
pemberdayaan dapat dilihat dari delapan (8) indikator yang dipaparkan
oleh Edi Suharto. Namun pada kenyataan yang ada bahwa para pengrajin
tenun songket yang berkontribusi di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda masih belum memenuhi keseluruhan dari indikator tersebut.
B. Saran
UMKM diharapkan dapat meningkatkan kualiatas dalam proses
pemberdayaan. Pihak pemberdaya diharapkan dapat lebih merata
dalam proses penyokongan serta memberikan pengetahuan tentang
pemasaran produk, agar objek pemberdayaan mampu memasarkannya
sendiri.
UMKM merupakan salah satu fasilitator dalam pemberdayaan
masyarakat di Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru. Maka dari itu
peneliti menyarankan untuk lebih diperbanyak lagi UMKM dibeberapa
kota di Provinsi Riau. Dikarenakan UMKM itu sendiri memiliki peran
yang baik dalam meningkatkan keberdayaan ekonomi masyarakat dari
95
segi penyediaan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dibidang industri kerajinan tangan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, Pemikiran-Pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial
Jakarta: FE-UI, 2002
Agus, Herliawati ,Upaya Pemberdayaan ekonomi perempuan, Depok: Jurnal
Universitas Indonesia, 2009.
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan, Bandung: Alfabeta
2007
Budiman, Kris, Feminografi, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Linnya Jakarta: Kencana,2007.
Firdaus, Ismet dan Ahmad zaky, Pengembangan ekonomi Masyarakat Upaya
Meningkatkan Equity Perempuan Dhuafa Desa Bojong Indah Parung,
dalam Asep Usman Ismail (ed), Pengalaman Al-Qur’an Tentang
Pemberdayaan Dhu'afa Jakarta: Dakwah Press Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah, 2008.
Hadiyati, Ernani Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan
Usaha Kecil, Malang: Jurnal Universitas Ganjayana
Harini, Sri, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Dalam Model-Model
Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Filosofis dan Praktis Yogyakarta:
PT LKIS 2007
Hutomo, Mardi Yatmo Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:
Tinjauan Teoritik dan Implementasi, Jakarta: Seminar Pemberdayaan
masyarakat, 2000
Ife, Jimdan Tesoriero, Frank, Community Development Edisi Ke-3 Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014
Isma‟il, Nur Mahmudi Strategi Pemberdayaan Umat dan Pencetakan SDM
Unggul”, dalam Hotmatua Daulay dan Mulyanto (ed), Membangun SDM
dan Kapabilitas Teknologi Umat, Bandung: ISTECS, 2001
Ismail, Asep Usman e, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu'afa
Jakarta: Dakwah Press Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2008.
Kahf, Monzer, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995
97
96
Kilun, Yusra (ed), Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan
Masyarakat Kampung Badak Putih dan Kampung Satu Duit, Jakarta:
Dakwah Press UIN Syarif Hidayatullah, 2007
Machendrawity, Nanih, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2001
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1991.
Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, Yogyakarta: Aditya Media, 1996
Nasdian, Fredian Tonny Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2014
Nasir D, Moh., Metode Penelitian Jakarta: Ghaila Indonesia, 1993
Nasuhi, Hamid Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesisi dan Disertasi),
Jakarta: Center for Quality Developmet And Assurance, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007
Partomo, Titik Sartika dan Abd Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil,
Menengah dan Koperasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Salam, Samsir dan Fadilah, Amir,Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN
Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya Yogyakarta: PT. Pustaka
Pelajar, 2008.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Sumodiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang
Pembangunan Manusia, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Surakhmad, Winarno, Pengantar penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1982.
Taybnafis, FaridaYusuf, Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997.
98
96
Yulistiani, Indriati Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001
Sumber Internet
Elizabeth, Roosganda, Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender
Mainstreaming Dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan,
hal. 131 http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE25-2e.pdf
(Diakses pada tanggal 8 Agustus 2017 pukul 22:08 WIB
Http://Setkab.Go.Id/bps-per-September-2016-jumlah-penduduk-miskin-
Indonesia. (Diakses pada tanggal 16 februari 2017 pukul 11.25 WIB)
http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/05/03/news-video-tenun-songket-
melayu-riau-mendunia (Diakses tanggal 7 Oktober 2017, pukul 14:59)
Https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/strategi%20Pemberdayaan
%20UMKM.pdf (diakses pada tanggal 2 Agustus 2017, pukul 14:26)
www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf
(Diakses pada tanggal 11 Agustus 2017, pukul 20:22)
Https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mungkin (Diakses pada tanggal 23
Agustus 2017 pada pukul 20:13 WIB)
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penguatan (Diakses pada tanggal 23
Agustus 2017 pada pukul 21:30 WIB)
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penyokong (Diakses pada tanggal 2 September
2017pada pukul 10:38 WIB
https://riau.bps.go.id/Brs/view/id/530 (Diakses pada tanggal 14 Agustus
2017 pada pukul 11:21)
Kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2014/06/08/sejarah-kerajinan-
tenun-songket-siak/ (Diakses pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 14:53
Sumber Tinjauan Pustaka
Abdul Basit, Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-
Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi (Jakarta: Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009)
Farhana, Lia Fitria, Peberdayaan masyarakat melalui simpan pinjam :studi kasus
program simpan pinjam di BMT Khairul Ummah Lew Liang-Bogor,
(Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012)
99
96
Herawati, Merla Liana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kerajinan
Tempurung Kelapa: Studi Di Dusun Santan Guwosari Pajangan Bantul,
(Yogyakarta: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014)
Milana, Erna Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UPPKS
Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pucung, Kota Tanggerang Selatan),
(Jakarta: Mahasiswi program studi Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012)
Miraza, Razak Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir (PEMP) Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat(Sumatra
Utara: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara
2009)
Nasution, Bunga Nur Mawaddah Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus
Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan
13 Tangerang Selatan, ( Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013)
Nimayah, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal Melalui Kerajinan Perak
Oleh Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta (KP3Y) Di
Kotagede Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2015)
Nurmah, Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat
(StudiKasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta
Selatan), (Jakarta: Skripsi Mahasiswi program studi Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013)
Zulfikar, Muhammad Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Disekitar Obyek
Wisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Wilayah Kabupaten
Lampung Barat, Studi Kasus Di Desa Kubu Perahu, (Lampung:
Universitas Lampung Bandar Lampung 2016).
100
96
Sumber Wawancara
Wawancara Pribadi, Dinas Koperasi Kota Pekanbaru, pada tanggal 2
Maret 2017 pukul 13:20 WIB
Wawancara pribadi dengan Ny. Winda Wati Azman, Pemilik Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda, (Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Jumita, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at 21 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Tania Hermawati, Pengrajin Tenun Songket
Melayu, (Pekanbaru, Jum'at, 21 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan R. Yusmi, PengrajinTenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Jum'at 21Juli 2017)
Wawancara pribadi dengan Icha Yulis Islamiyah, Pengrajin Tenun
Songket Melayu, (Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Mona Lisa, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnia Sari, Pengrajin Tenun Songket
Melayu, (Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Ayu, Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Roly Paslah PengrajinTenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Selasa 25 Juli 2017).
Wawancara pribadi dengan Heny Anggraini Pengrajin Tenun Songket Melayu,
(Pekanbaru, Selasa 25 Juli 2017
96
96
96
96
96
96
DATA PENGRAJIN TENUN SONGKET KHAS MELAYU WINDA
NO NAMA PENGRAJIN TENUN ASAL DAERAH
1 Hayati Nufus Meranti
2 Hidayatul Munawaroh Pasir Pangaraian
3 Jumita Pekanbaru
4 Roly Paslah Taluk Kuantan
5 Fatimah Dumai
6 Khoirun nisa Meranti
7 Yulinza Putri Pekanbaru
8 Tria Nanda Rokan Hulu
9 Icha Yulis Islamiyah Taluk Kuantan
10 Tania Hermawati Pekanbaru
11 R. Yusmi Taluk Kuantan
12 Dona Dwi Sari Rokan Hilir
13 Fitri Anisa Rokan Hilir
14 Mona Lisa Bagan Siapi-Api
15 Ayu Taluk Kuantan
16 Henny Anggraini Taluk Kuantan
17 Dewi Kurnia Sari Taluk Kuantan
18 Ana Anggraini Rokan Hulu
19 Farah Putri Pasir Pangaraian
20 Nabila octavia Ujung Batu
21 Firmansyah Rokan Hilir
22 Muhammad rifki Tandun
23 Nasrulloh Tandun
24 Muhammad Nasir Meranti
25 Fahmi Abdulloh Pelelawan
96
CATATAN LAPANGAN PENELITIAN
Pekanbaru, Senin 17 Juli 2017
Pada hari senin tepat pada tanggal 17 Juli 2017, untuk pertama kalinya saya
datang ke Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda dalam rangka untuk melakukan
wawancara kepada pemilik usaha. Pada pukul 10:28 pagi, saya sampai di UMKM
tersebut. Setelah saya sampai, saya mengamati keadaan di UMKM tersebut terlihat
bahwa para pengrajin tenun sedang sibuk membuat kain tenun diiringi dengan dentuman-
dentuman keras yang dihasilkan oleh alat tenun bukan mesin (ATBM). Setelah menunggu
selama 10 menit sambil mengamati keadaan sekitar, pemilik usaha kemudia menghampiri
saya. Ketika saya menyampaikan keinginan dan maksud kedatangan saya, pemilik usaha
menyarankan untuk saya kembali lagi ke UMKM tersebut pada pukul 15:30 dikarenakan
pemilik usaha sedang kerepotan untuk mengurus pesanan kain tenun sogket. Setelah itu
saya memutuskan untuk kembali pada pukul yang sudah dijanjikan pemilik usaha
tersebut.
Pada pukul 15:45 saya kembali tiba di UMKM tersebut. Pada saat itu, saya
langsung bertemu dengan pemilik usaha. Lalu kami memulai wawancara pada pukul
15:57. Tepat pada pukul 17:21 prosesi wawancara yang saya lakukan dengan pemilik
usaha telah selesai. Pada saat itu, keadaan di UMKM tersebut sudah mulai sepi, para
pengrajin tenun terlihat mulai membersihkan sisa-sisa benang yang berserakan di lantai.
Sebagian ada yang terlihat sedang bersenda gurau di atas ayunan, dan sebagiannya lagi
terlihat sedang asik bermain volly dihalaman UMKM tersebut. Sebelum saya berpamitan
pulang, saya sempat menanyakan kepada salah satu pengrajin tenun terkait kegiatan
setelah menenun dari pukul 08:00 hingga 17:00. Pengrajin yang beriinisial HA, bahwa
kegiatan mereka setelah menenun adalah bermain volly terkadang bermain bola ping
pong dan kegiatan-kegiatan mengasyikkan lainnya. Dan pada pukul 17:40 saya berpamit
pulang kepada pemilik usaha dan beberapa pengrajin tenun.
96
Pekanbaru, Jum'at 21 Juli 2017
Pada kunjungan kedua yang saya lakukan dengan tujuan untuk melaksanakan
wawancara kepada para pengrajin tenun songket yang bertepatan pada hari Jum'at pukul
15:10 saya tiba di UMKM tersebut. Ketika saya sampai, tanpa menunggu lama saya
langsung menghampiri kepada pemilik UMKM tersebut meminta izin untuk
melaksanakan wawancara dengan para pengrajin tenun songket di UMKM tersebut. Pada
saat itu saya bertanya kepada pemilik UMKM, siapakah pengrajin tenun yang paling
lama berkontribusi di UMKM Tenun songket Khas Melayu Winda. Lalu pemilik usaha
menyarankan kepada pengrajin yang berinisial JT untuk bisa saya wawancara.
Kemudian, saya menghampiri JT dan menyampaikan maksud dan tujuan saya
untuk mewawancarai pengrajin tersebut. Ketika itu, ia meminta saya untuk menunggu
hingga penglilitan benang emas di teropong yang ia lakukan selesai. Keadaan dan
suasana yang saya lihat tak berbeda jauh dengan keadaan sebelumnya. Masih terlihat para
pengrajin tenun sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Terlihat beberapa pengrajin
yang sedang asik mengajarkan penenun lain, lalu ada juga yang sedang mendengarkan
lagu dangdut, yang padahal suara dentuman ATBM lebih besar dibandingkan lagu
dangdut yang ia putar, lalu ada juga pengrajin tenun yang sibuk menangani anak pemilik
yang sedang berlarian di sekitar ATBM yang pada dasarnya itu sangat berbahaya untuk
anak yang berumur 2 tahun. Setelah 5 menit kemudian, saya sudah dipersilahkan untuk
melaksanakan wawancara oleh JT.
Pada pukul 15:19 saya memulai wawancara pertama saya dengan pengrajin tenun
songket, dan pada pukul 16:06 saya sudah selesai melaksanakan wawancara dengan JT.
Setelah mengucapkan terimakasih atas partisipasinya JT, saya langsung menuju kepada
informan saya yang kedua. Informan ini disarankan oleh JT, dikarenakan ia termasuk
kedalam katagori pengrajin yang sudah lama berkontribusi dengan UMKM tersebut.
Informan saya yang kedua ia berinisial TH. Tanpa basa basi, saya langsung mengutarakan
maksud dan tujuan saya untuk melakukan wawancara.
Pada saat itu saya memulai wawancara saya dengan TH pada pukul 16:10. Ketika
saya sedang wawancara ada hal menarik terjadi antara saya dengan TH. TH yang sedang
tidak fokus membuat kain tenun dikarenakan melakukan wawancara bersama saya, ia
melakukan kesalahan dalam pembuatan motif kain, sehingga ia mulai menyalahkan saya
dikarenakan wawancaranya tak kunjung usai. Pada akhirnya, tepat pukul 16:43 saya
menyelasaikan wawancara saya dengan TH. Kemudian saya kembali bertanya dengan
96
TH, siapakah yang sudah lama berkontribusi dengan UMKM tersebut. Lalu TH
menyarankan RY untuk dapat diwawancarai.
Tanpa menunggu lama, saya langsung menghampiri RY. Pada saat itu RY sedang
asik menenun menggunakan earphone ditelinganya, sehingga ketika saya menghampiri ia
tidak menyadari keberdaan saya di sampingnya. Dan akhirnya saya memutuskan untuk
menyadarkan RY bahwa saya ingin melakukan wawancara terkait penelitian saya.
Setelah saya mengutarakannya, RY dengan senang hati membantu saya. Pada pukul
16:48 saya memulai wawancara saya bersama RY, di tengah-tengah wawancara saya
dengan RY tiba-tiba ada seorang pengrajin tenun menghampiri saya dengan RY. Akan
tetapi, saya tidak menghiraukan pengrajin tersebut dan saya tetap melanjutkan wawancara
saya. Akan tetapi terdapat raut wajah yang tidak enak dari muka RY, sehingga ia
mengutarakan bahwa wawancara tersebut ditunda untuk sementara waktu dikarenakan ia
mendapat jadwal piket untuk membersihkan arena menenun. Kemudian saya
mengizinkan RY. Selang 10 menit ia melaksanakan piketnya yang membersihkan sisa
benang, menata bangku-bangku serta menyusun kain-kain yang sudah ditenun dan masuk
kepada tahapan finishing, lalu kami melanjutkan wawancara yang tertuda tai. Dan pada
akhirnya pada pukul 17:30 saya mengakhiri sesi wawancara tersebut.
Pada saat itu keadaan dan suasana UMKM tersebut terlihat sama denga hari
sebelumnya. Akan tetapi terlihat beberapa pengrajin tenun yang sedang sibuk memotong
bahan-bahan makanan. Ketika saya menghampiri dan menanyakan kegiatan apa yang
sedang mereka lakukan, mereka menyampaikan bahwa mereka sedang menyiapkan
makan malam untuk para pengrajin lainnya dan mengutarakan bahwa mereka mempunyai
jadwal piket untuk memasak maupun bersih-bersih. Selain itu mereka menyampaikan
bahwa mereka hanya memasak saja dan bahan-bahan makanan tersebut disediakan oleh
pemilik UMKM.
Setelah mengamati kesibukan para pengrajin tenun songket tersebut, saya
memutuskan untuk pamit pulang dengan para pengrajin tenun songket tersebut. Ketika
saya menuju kepemilik UMKM tersebut, terlihat bahwa pemilik UMKM sedang
melakukan briefing bersama beberapa pengrajin tenun songket. Ketika saya menghampiri
terlihat bahwa pemilik usaha sedang mengajarkan pembentukan pola-pola motif songket
kepada pengrajin tenun songket. Setelah mengamati terlihat terdapat beberapa teknik
dalam membuat sebuah pola di sebuah kertas pola, tak lama setelah itu saya berpamitan
kepada pemilik usaha dan beberapa pengrajin tenun yang sedang briefing dengan pemilik
usaha.
96
Pekanbaru, Sabtu 22 Juli 2017
Pada hari ketiga dalam melaksanakan wawancara saya kembali datang ke
UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda. Setelah sampai saya langsung bertemu
dengan pemilik usaha dan memberitahu bahwa saya akan kembali mewawancarai
pengrajin tenun. Pada saat itu, UMKM tersebut sedang ramai dipenuhi dengan beberapa
tamu yang ingin memesan kain tenun songket di usaha tersebut. terlihat JT sedang sibuk
melayani tamu tersebut dan beberapa pengrajin tenun sedang mengukur badan tamu
tersebut untuk dibuatkan sebuah pola baju dan salah satunya sibuk mencatat hasil
pengukuran tersebut. Setelah saya mengamati kejadian tersebut, saya langsung
menghampiri salah satu pengrajin tenun songket yang terlihat berbeda dengan pengrajin
lainnya. Pengrajin tersebut terlihat bahwa adanya kelainan pada mata kirinya. Sehingga
saya memutuskan untuk mewawancarai pengrajin tesebut. Setelah saya menyampaikan
maksud dan tujuan saya kepada pengrajin tenun tersebut, ia bersedia untuk saya
wawancarai.
Pada pukul 10:32 saya memulai wawancara dengan pengrajin tenun songket YP,
dan pada pukul 11.00 saya menyelesaikan wawancara saya dengan YP. Ketika saya
melakukan wawancara terlihat bahwa YP terlihat handal dalam menenun dan tidak
terlihat kesulitan walaupun dengan kondisi mata yang berbeda dengan pengrajin pada
umumnya. Setelah itu saya menghampiri salah satu pengrajin tenun yang menurut
informsi dari YP bahwa pengrajin tersebut sudah lam berkontribusi dengan UMKM
tersebut. Akan tetapi, ia menolak untuk saya wawancarai dikarenakan ia sedang mengejar
target penyelasaian dalam menenun. Kemudia saya memutuskan untuk mewawancarai
pengrajin yang tergolong baru dalm kontribusinya dengan Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda. Setelah saya bertanya kembali dengan YP, saya disarankan untuk
mewawancarai ICI.
Lalu saya menghampiri ICI untuk melakukan wawancara, terlihat ICI sedang
sibuk menenun serta menyusun benang perak pada susunan-susunan benang. Pada pukul
11:04 saya memulai sesi wawancara saya dengan ICI hingga 11:25. Setelah saya
menyelesaikan wawancara saya, terliha beberapa pengrajin tenun sudah tidak berada
diposisinya masing-masing. Ketika itu saya langsung bertanya kepada ICI apakah waktu
istirahat telah tiba. Sambil berjalan menuju ruang tunggu, ICI menjelaskan bahwa waktu
mereka menenun dari pukul 08:00 hingga 11:30, dan mulai kembali pada pukul 13:00
96
hingga pukul 17:00. Dan seperti biasa saya melihat, beberapa pengrajin tenun mulai
mebersihkan bahan-bahan makanan, dan beberapa diantaranya terlihat sedang bersenda
gurau dengan para pengrajin tenun songket. Akan tetapi ada hal menarik yang saya temui
kala itu. Saya melihat salah satu pengrajin tenun sedang diberikan nasihat terkait masalah
yang ia alami. Berdasarkan hal tersebut, saya menilai bahwa pemberian motivasi yang
diberikan tidak secara bersamaan. Akan tetapi secara individu, sehingga dapat
membangun hubungan emosional yang baik antara pengrajin tenu dengan pemilik usaha.
Setelah pemilik usaha telah selesai berbincang dengan salah satu pengrajin tenun
tersebut, saya langsung menghampiri pemilik usaha dan meminta izin untuk pamit
pulang. Ketika saya menghampiri sepeda motor saya, saya melihat TH sedang berjualan
di warung kelontong di sebelah UMKM tersebut. ketika saya menghampiri dan bertanya
apa yang ia lakukan, ia menjawab bahwa warung kelontong tersebut milik orang tuanya.
Ketika ia sedang istirahat ia menjaga warung tersebut sembari menjaga anak-anaknya
yang dititip kepada orang tuanya. Setelah itu saya berpamitan dengan TH.
Pekanbaru, Senin 24 Juli 2017
Pada hari keempat dalam pelaksanaan wawancara, saya kembali datang ke
UMKM Tenun Songket Khas Melayu Winda. Kala itu matahari sedang menuju ufuk
barat dan mulai memasuki waktu Ashar. Ketika saya sampai di UMKM tersebut, saya
tidak melihat keberadaan pemilik usaha tersebut, dengan itu saya memutuskan untuk
menghampiri salah satu pengrajin tenun songket yang tepat berada dekat pintu. Pengrajin
tersebut sedang asik mendengarkan musik melalui telepon genggamnya. Ketika saya
menghampiri dengan santai ia mengutarakan bahwa ia siap untuk di wawancarai. Dan
pada pukul 15:47 saya memulai prosesi wawancara saya dengan ML, dan berakhir pada
pukul 16:02.
Setelah itu, saya menghampiri pengrajin tenun songket tepat diseberang ATBM
ML. Setelah saya mengutarakan maksud dan tujuan saya, saya memulai wawancara saya
pada pukul 16:05 hingga 16:35. Pada hari itu, tak banyak yang dapat saya amati
dikarenakan kegiatan yang dijalani pengrajin tenun cenderung sama dari hari ke hari.
Setelah itu saya merambah ke ujung ruangan. Terlihat seorang pengrajin tenun memiliki
tubuh yang cenderung kurus sedang asik memainkan ATBM nya. Ketika saya
menghampiri dan mengutarakan maksud dan tujuan saya, terlihat pengrajin tersebut yang
bernama DKS ini mau tak mau untuk saya wawancarai.
96
Pada pukul 16:39 saya memulai wawancara saya dengan DKS, ditengah-tengah
pelaksanaan wawancara terlihat pemilik usaha sedang membangun ATBM bersama salah
satu asisten laki-laki. Ketika saya memberikan pertanyaan terkait hambatan yang ia
alami, pemilik usaha menggodai DKS dengan memberikan jawaban yang nyeleneh
dengan maksud dan tujuan untuk menciptakan suasana yang santai dan kekeluargaan. dan
pada akhirnya pada pukul 16:58 saya menyelesaikan sesi wawancara bersama DKS.
Seperti biasa keadaan pada hari itu, terlihat sama dengan hari-hari sebelumnya.
Selasa, 25 Juli 2017
Pada akhirnya sampailah hari terakhir pada pelaksanaan wawancara. Kali ini saya
menghampiri salah satu pengrajin tenun yang sedang asik bercanda dengan para asisten
laki-laki. Lalu saya mengutarakan maksud dan tujuan saya kepa pengrajin tersebut, dan
pengrajin tersebut menyetujui untuk saya wawancara. Sebelum saya memulai wawancara
asisten laki-laki mengungkapkan bahwa ia juga ingin di wawancarai oleh saya, karna ia
merasa dirinya cukup mampu menjawab segala pertanyaan yang saya berikan. Pada pukul
12:45 saya memulai sesi wawancara saya dengan HA dan selesai pada pukul 13:12. Pada
sesi wawancara bersama HA banyaknya sautan-sautan nyeleneh yang disampaikan oleh
para asisten laki-laki terhadap pernyataan HA. Dari hal tersebut saya menilai bahwa
suasana yang diciptakan sangat nyaman, karna saya pribadi-pun merasa disambut dengan
hangat oleh seluruh pengrajin serta asisten laki-laki yang berkontribusi di UMKM
tersebut.
Untuk informan yang terakhir, saya secara khusus menunggu salah satu pengrajin
tenun yang sudah lama berkontribusi dengan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda.
Akan tetapi, pengrajin tersebut, terlihat sangat sulit untuk diminta waktunya. Sehingga
saya memutuskan untuk kembali ke UMKM tersebut pada ba'da Ashar. Pada pukul 16:05
saya sudah sampai kembali di UMKM tersebut, pada saat itu saya langsung menghampir
pengrajin tenun yang berinisial RP untuk dimintai wawancara. Akan tetapi, ia menolak.
Setelah saya mencoba membujuk dan meyakinkan bahwa saya butuh informasi yang ia
miliki dalam menyelesaikan penelitian saya sehingga akhirnya-pun ia bersedia untuk saya
wawancarai.
Pada pukul 16:17 saya memulai sesi wawancara saya bersama RP hingga pukul
16:30. Pada sesi wawancara saya bersama RP terlihat bahwa ia seperti hidup segan mati
tak mau ketika saya wawancarai. Dan hasil wawancara yang saya lakukan bersama RP
96
tidak seefektif dengan mewawancarai pengrajin tenun lainnya. Dan setelah selesainya
saya melakukan wawancara bersama sepuluh pengrajin tenun, berarti berakhir pula
pengamatan dan penilaian saya secara langsung terkait kondisi Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda. Lalu, saya bertemu dengan pemilik usaha dan menyatakan selesai
pada sesi wawancara serta saya berpamitan pulang kepada seluruh pengrajin tenun
songket di UMKM tersebut.
Pekanbaru, Sabtu 29 Juli 2017
Pada hari ini saya benar-benar mengakhiri tahapan dari penelitian saya. Saya
kembali mengunjungi Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda untuk mengambil
dokumentasi serta penyerahan surat pemberitahuan bahwa saya telah melakukan
penelitian di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda. seperti biasa suasana serta
kondisi UMKM tersebut tidak berbeda jauh dengan kondisi-kondisi sebelumnya.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS USAHA
Nama :
Nama Inisial :
Hari/Tanggal :
Umur :
Jabatan :
Tempat :
Agama :
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Bagaimana proses awal berdirinya Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
2. Sudah berapa lama Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda di
dirikan?
3. Apa yang menjadi alasan anda untuk memulai Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
4. Apa maksud dan tujuan anda untuk memulai Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
5. Berasal dari mana sumber dana atau modal Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
96
6. Kendala-kendala apa yang di temukan dalam menjalankan Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
7. Strategi apa yang anda gunakan agar tidak mengalami kebangkrutan?
8. Strategi apa yang digunakan untuk memasarkan hasil produk Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
9. Adakah kerjasama yang dilakukan Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda dengan instansi lain?
10. Dampak apa yang didapatkan dalam membuka Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
B. Seputar Produk Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Apa saja bahan-bahan yang di perlukan dalam pembuatan produk
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
2. Bagaimana cara memperoleh bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat sebuahTenun Songket Khas Melayu Winda?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
4. Kendala-kendala apa yang di temukan dalam membuat sebuah Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
C. Seputar Karyawan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Berapakah jumlah karyawan yang dimiliki Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
2. Bagaimana proses perekrutan karyawan di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
3. Apakah ada pelatihan yang dilakukan oleh pihak Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda kepada karyawannya?
4. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melatih karyawan tersebut?
D. Seputar Pemberdayaan
1. Menurut anda apa itu pemberdayaan?
96
2. Menurut anda adakah pemberdayaan dalam usaha yang anda jalankan?
3. Jika iya, dimanakah letak pemberdayaan dalam usaha yang anda
jalankan?
4. Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
5. Apa yang menjadi kendala-kendala dalam pemberdayaan di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
6. Apa target utama dalam pelaksanaan pemberdayaan di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama :
Nama Inisial :
Hari/Tanggal :
Umur :
Jabatan :
Tempat :
Agama :
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
4. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
5. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
96
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
8. Setelah bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda, apakah
anda terbantu pada bidang ekonomi?
9. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
10. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
11. Bagimana cara menjaga kualitas kain tenun songket melayu?
12. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
13. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
14. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
2. Berapakah jumlah anak anda?
3. Dimanakah anda tinggal?
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
C. Seputar Pemberdayaan
1. Apa yang anda pahami tentang pemberdayaan?
96
2. Menurut anda apakah ada pemberdayaan dalam Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
3. Jika ada, dimanakah letak pemberdayaan dalam Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
4. Sebagai target pemberdayaan, apakah anda merasa lebih berdaya?
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS USAHA
Nama : Ny. Winda Wati Azman
Nama Inisial : WWA
Hari/Tanggal : Senin, 17 Juli 2017
Umur : 36 Tahun
Jabatan : Pemilik Usaha (Merangkap Pembukuan, Bendahara dan
Pembimbing Pelatihan Tenun)
Tempat : Jl. Impres Gg. Ikhlas No. 70 RT 01 RW 08 Kelurahan
Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru (Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda)
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Bagaimana proses awal berdirinya Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Hmm.. awalnya usaha tenun ini tuh berdiri tahun 2005. Sebelumnya kakak
tu, udah pernah kerja di tenun wan fitri. Dulu kakak kan sekolah di SMK
4, ambil jurusan tekstil. Karna kakak, ambil jurusan tekstil, jadinya belajar
tentang tenun, terus magang di wan fitri. Setelah lulus kan, kakak ga
punya biaya buat kuliah, jadinya kakak kerja lah di wan fitri tu. Karna
udah pernah magang situ, kakak langsung di terima kerja disitu. Kakak
ikut wan fitri itu sekitar 5 tahunan. Karna kakak udah ngerasa udah punya
pengalaman, terus kakak juga memutuskan untuk menikah, akhirnya
keluarlah kakak dari wan fitri tu. Nah pas tahun 2005 itulah kakak
ngebangun usaha ini sama suami kakak.
96
2. Sudah berapa lama Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda di dirikan?
Itunglah dari tahun 2005 sampai sekarang, sekarang tahun 2017. Kira-kira
udah 12 tahun lah, hampir 13 tahun
3. Apa yang menjadi alasan anda untuk memulai Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Alasan awalnya buka usaha ini tu, ya buat sumber mata pencaharian lah
ya. Tapi lama kelamaan, usaha yang kakak bangun sama suami ini tu, jadi
berkembang alasannya. Buat ngelestarikan tenun songket, terus bisa bantu
orang, yang tadinya ga kerja terus kakak ajarkan nenenun, jadi kerja, nah
dia kerja punya penghasilan jadinya kan.
4. Apa maksud dan tujuan anda untuk memulai Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Ya itu, yang kakak bilang tadi. Maksud dan tujuannya awalnya buat jadi
mata pencaharian. Terus berkembang untuk memelihara adat kan, karna
kan tenun songket termasuk dari adat istiadat kita orang melayu.
5. Berasal dari mana sumber dana atau modal Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Awal pertama kakak buka usaha ini, modal awalnya dari pribadi. Waktu
buka usaha tenun ini tu, kakak baru punya 1 ATBM (alat tenun bukan
mesin). Modal awalnya usaha ini tu sekitar 5 jutaan. Itu udah sama alat
tenun, benang segala macamnya lah.
6. Kendala-kendala apa yang di temukan dalam menjalankan Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Waktu awal-awal kendalanya ada di modal, tempat tinggal. Karna sebelum
kakak tinggal disini (tempat usaha sekarang), kakak tinggal di jalan melati
selama 6 bulan, abis itu kakak pindah ke jalan durian 4 tahun, setelah itu
baru tinggal disini. Sebelum tinggal disini kendalanya itulah, modal sama
tempat tinggal kan. Dulu modalnya masih dikit, terus tempat tinggal kakak
masih sempit, jadi ga muat lah alat-alat tenun ni. Seiring berjalannya
waktu, karna usaha alhamdulillah mulai berkembang, bisa lah kakak beli
rumah disini. Kalo sekarang kendalanya di bahan baku, karna benang kan
96
ada yang impor, karna permainan pasar kan, jadi bahan-bahan tu banyak
yang di tumpuk, kayak penimbunan bahan-bahan baku.
7. Strategi apa yang digunakan untuk memasarkan hasil produk Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Awal-awal pemasarannya, kakak sama suami door to door, terus ke
pemerintahan juga kakak pasarkan hasilnya, karna kan pemerintah
seragam kerjanya kan itu, baju kurung melayu. Abis itu, ke wedding
organizer. Karna udah di pasarkan kemana-mana, orang-orang tu lah yang
datang ke tempat kakak beli langsung. Pernah juga pasang iklan di TV, di
RTV.
8. Adakah kerjasama yang dilakukan Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda dengan instansi lain?
Ya itu, ke pemerintah. Baru-baru ini kami kerja sama, sama bank BI. Jadi
kami bikin program pemberdayaan di sekitar lingkungan usaha. Kami
memberdayakan petani-petani di sekitar lingkungan ni, buat belajar nenun.
Ya.. alasannya karna mereka petani-petani ni ada yang sakit kulit, gara-
gara waktu mereka kerja di ladang, terus masuk lah cacing-cacing ke
dalam kulitnya, gatal-gatalkan jadinya. Abis tu, kakak sama suami, ada
inisiatif buat ngajarin mereka. Yang di ajarin ibu-ibu petani itu. Kalo
biasanya kan kami ngajak anak-anak mudanya aja. Karna iba pulak kan
ngeliat udah tua-tua masih kerja di ladang, panas-panas lagi. Jadi dapatlah
10 alat tenun dari kerja sama itu.
9. Hasil apa yang didapatkan dalam membuka Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Yang paling utama, faktor ekonomi lah ya. Karna kan sekarang sumber
mata pencaharian utama keluarga kakak, terus ada rasa kepuasan batin,
karna kalo kita bantu orang ada rasa kepuasan tersendiri yang kita rasain.
Selain itu, ya paling dampak sosial. Dampak sosialnya ya, kita bisa
bersosialisasi sama warga-warga karna ada program tadi. Ya gitulah kira-
kira.
96
B. Seputar Produk Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Apa saja bahan-bahan yang di perlukan dalam pembuatan produk
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Bahan utamanya benang. Benang tu banyak pula macamnya, ada
benang emas, perak, katun, benang kristal, benang sutra sama benang
polister. Terus butuh mesin jait buat finishing, atbm yang paling
penting.
2. Bagaimana cara memperoleh bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat sebuah Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Bahan-bahannya ada yang impor, ada juga yang dari lokal. Kalo yang
impor, Kayak benang emas, perak itu biasanya ngambil dari singapura
kalo ga india. Kakak, impor benang emas perak sama yang lainnya itu,
karna benang lokal bisanya kualitasnya kurang bagus, kadang
benangnya rapuh. Kan kita mengutamakan kualitas. Kalo benang yang
ngambil dari lokal biasanya kakak ngambil dari bandung.
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Tergantung motif sama pengrajinnya. Kalo diliat dari motif itu bisa 3
sampai 7 hari. Kalo motifnya biasa aja, maksudnya ga padat gitu
motifnya paling 3 sampai 4 hari jadi. Kalo yang padat ya bisa
seminggu baru jadi. Kalo dari pengrajin, kalo pengrajinnya baru 4
sampai 5 hari baru jadi itu juga motif yang gampang-gampang, kalo
yang udah lam-lama motif biasa itu paling sama dia 2 sampai 3 hari
udah jadi.
4. Kendala-kendala apa yang di temukan dalam membuat sebuah Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Kalo dari pembuatannya, kendalanya biasa di atbm nya kadang-
kadang, paling benang. Ya ga jauh-jauh lah dari itu.
C. Seputar Karyawan Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
1. Berapakah jumlah karyawan yang dimiliki Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
96
Karyawannya ada 25 yang disini, ada 8 yang di belakang aulia
hospital. Jadi yang di aulia hospital ini punya kakak juga, karna
disini udah ga muat tempatnya kan, terus permintaan juga
lumayan banyak. Yang disini perempuan ada 20 orang, yang laki-
laki ada 5 orang. Kalo yang di belakang aulia hospital itu semua
perempuan. Nah yang disana itu, Cuma proses produksi aja, kalo
pemasaran tetap disini. Kalo ada apa-apa adek adek itu telfon
kesini.
2. Bagaimana proses perekrutan karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Kalo perekrutan, kami ga ada kriteria khusus. Jadi siapa aja yang
mau kerja, yang mau belajar dan punya niat mau, pasti kami
terima. Kalau karyawannya kebanyakan dari daerah taluk kuantan
sama rokan hilir. Karna suami kakak dari taluk, kakak dari rohil.
Tapi ada juga yang dari daerah lainnya, memang kebanyakan dari
taluk sama rohil. Dari lingkungan sekitar rumah ada juga.
3. Sarana dan prasarana apa saja yang diberikan kepada karyawan
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kalau sarana sama prasarananya yang kakak kasih buat adek-adek
ini cuma tempat tinggal buat yang dari luar kota, makan 3 kali
sehari, alat tenun buat mereka kerja, paling itu aja.
4. Apakah ada pelatihan yang dilakukan oleh pihak Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda kepada karyawannya?
Pasti ada. Karna mereka rata-rata ga punya basic nenun. Jadi kakak
ngajarinnya benar-benar dari nol kali.
5. Apa tahapan-tahapan yang diberikan dalam melaksanakan
pelatihan menenun?
Yang pertama ya dari pengenalan alat tenunnya. Terus motif-motif
songket, terus cara bikinnya. Adek-adek ini kakak kasih pelatihan
sekalian kakak ngasih pengetahuan tentang sejarah motifnya.karna
kan setiap motif punya cerita masing-masing.
96
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melatih karyawan
tersebut?
Waktu pelatihannya, tergantung orangnya lah ya. Karna kan orang
beda-beda cara nangkapnya gimana. Kalo standarnya 1 bulan. Itu
juga motif yang gampang-gampang. Kalo motif yang susah bisa
ampe 3 bulan.
7. Kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam proses pelatihan?
Kendalanya, paling adek-adek ini nagkapnya ga cepat jadi kakak
yang ngelatih harus sabar. Mereka kan nangkapnya beda-beda. Ada
yang cepat ada yang lambat. Kadang alatnya bermasalah, jadi
harus gantian buat belajar. Kadang ada juga belum selesai masa
pelatihan, dia udah minta pulang. Alasannya ga punya bakat. Jadi
alatnya udah dibikin kan, jadi ngga kepakai. Kakak harus cari
gantinya. Karnakan alat itu dia kalau nggak dipakai ada-ada aja
masalahnya. Untung-untung yang laki-laki ga sibuk, masih bisa
bantu-bantu nenun orang itu. Kalau sibuk kan, sayang jadinya.
8. Strategi apa yang digunakan untuk mengembangkan karyawan
menjadi individu yang mandiri?
Mengembangkannya, dengan cara ngasih penguatan motivasi. Kan
adek-adek ini kebanyakan baru lulus sekolah, ada juga yang putus
sekolah, biar mereka mandiri harus sering-sering dikasih motivasi.
Jadi kakak tu ngasih motivasi ke adek-adek ni supaya jangan
ngikut orang terus, maksudnya apa yang mereka dapat disini,
setidaknya mereka bisa kembangkanlah. Ngga tergantung dengan
orang lain. Semuanya jugakan untuk adek-adek ini juga hasilnya.
D. Seputar Pemberdayaan
1. Menurut anda apa itu pemberdayaan?
Pemberdayaan itu, membantu yang kurang berdaya menjadi lebih
berdaya. Gitulah kira-kira.
2. Menurut anda adakah pemberdayaan dalam usaha yang anda jalankan?
Kalo menurut kakak pribadi, ada pemberdayaannya.
96
3. Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Ya prosesnya, pertama kakak latih adek-adek ni dari belum bisa nenun
sampai bisa nenun. Terus sambil melatih sambil kakak kasih tau
jelasin tentang tenun-tenun songket, kan mereka bikin kain harus tau
dulu motif-motifnya apa aja. Sekalian belajar sejarah gitu. Terus
motivasi biar dia berkembang, nggak ngikut orang lain terus, belajar
mandiri lah. Terus karna adek-adek ini masih pada baru baru lulus
sekolah, mereka kakak didik juga lah kayak adek sendiri. Dari sikap,
terus peraturan-peraturan, karna kan mereka rata-rata tinggal disini,
jadi kakak punya jam malam, kakak bagaikan orang tua mereka lah
disini. Terus sekali 3 bulan, ada evaluasi untuk adek-adek ni. Untuk
jangka waktu dari proses pemberdayaan ini tu, ngga ada. Sampai
mereka berhentilah baru proses pemberdayaannya berenti. Karna kan
memang ini itu, bukan suatu program tapi kakak melakukan ini selain
buat bantu meningkatkan ekonomi kelurga kakak, dan meningkatkan
ekonomi mereka serta mereka juga punya pola pikir yang berkembang
lah. Berpikir maju lah gitu.
4. Apa yang menjadi kendala-kendala dalam pemberdayaan di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kendala-kendalanya paling ada yang dari adek-adek ni. Kalo dari
mereka kendalanya, ya ada yang melanggar aturan yang udah kakak
bikin, terus kadang-kadang mereka berantem antara penun ni kan.
Kalo mereka berantem, pertama kakak kasih pengertian terus kakak
ingatkan biar jangan berkelahi. Tapi udah kakak ingatkan, ngga juga.
Terus kakak ingatkan lagi, ngga juga. Akhirnya kakak berhentikan lah
keduanya. Paling-paling itu aja sih kendalanya. Kalo nggak kendala-
kendalanya, ada yang mau kerja disini terus kita latih, taunya mereka
ga betah. Jadi belum juga bisa nenenun mereka udah nyerah duluan.
Alasannya sih ga bakat buat nenun Kalo dari produksi udah kakak
jelaskan tadi.
96
5. Apa hasil yang diperoleh dari proses pemberdayaan yang anda
lakukan?
Ya Alhamdulillah sudah banyak yang jadi mitra usaha tenun ini. Dulu
mereka kerja disini, terus nikahkan tapi mereka juga masih pengen
kerja. Mereka beli alatnya sekalian bahannya beli ke kakak juga, terus
hasilnya dijual kemana aja sama mereka. Kadang ke toko-toko, kadang
jual sendiri, paling sering sih ke kakak. Kakak bersyukur kali, apa
yang kakak kerjakan bisa bermanfaat ke orang lain.
6. Apa target utama dalam pelaksanaan pemberdayaan di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Kalau target utama dari pemberdayaan, ya kakak dan suami pengen
adek-adek ni terbantu secara ekonomi, wawasan, terus mereka bisa
mandiri secara secara sikap. Karna kan mereka jauh dari orang tua,
terus harus belajar buat bisa mengatur diri gitu. Kalo dari usaha tenun
ini, kakak pengennya kalo orang dengar tenun songket langsung
ingatnya winda gitu. Jadi istilahnya pengen tenun songket yang kakak
produksi bisa mendunia lah. Gitu amiin.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Jumita
Nama Inisial : JI
Hari/Tanggal : Jum‟at, 21 Juli 2017
Umur : 29 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun/Pembimbing
Tempat : Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Udah hampir 9 tahun. Tahun 2009 mulai kerja disini.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Kakak masih sepupuan sama kak winda. Jadi kakak di ajak kerja
disini, kan waktu itu kak winda butuh karyawan, jadi kakak ditawarkan
kerja disini.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum, kerja disini untuk pertama kali.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ngga ada proses apa-apa. Langsung kerja aja.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum bisa sama sekali.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya, dilatih dulu. Kan belum pernah nenenun sebelumnya.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Awalnya mau bantu orang tua, tapi lama-lama jadi hobi.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Kalo disini gajinya per- 2 minggu. Itungannya sistem borongan. Kalo
diliat dari perlembarnya 150 ribu perlembar. Kalo di jumlah jadi
perbulan sekitar 1,5 juta perbulan.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Kalau yang tinggal disini dapat tempat tinggal, makan 3 kali sehari.
Tapi, karna kakak tinggalnya di depan (Jalan impres Gg. Ikhlas) paling
dapat makan siang aja.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
3-4 hari.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Paling mesin rusak, benang emasnya rusak, belum belajar motif. Itu
aja paling.
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Kalo pemasaran, urusannya kak winda. Kalo kami buat kain aja.
96
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya, senang kerja disini.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Sudah
2. Berapakah jumlah anak anda?
Belum ada.
3. Dimanakah anda tinggal?
Di jalan impres ini juga. (Jl. Impres Gg. Ikhlas, Kelurahan Maharatu,
Marpoyan Damai, Pekanbaru)
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Rumah mertua.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Iya, pernah. Kalo keluar kota ngajar biasanya. Dulu pernah ngajar
menenun. (Ita mengajar di karenakan, pemilik usaha mengajukan
proposal kerja sama kepada pemerintah, terkait pelatihan tenun
songket melayu. Lalu pemilik usaha (Ny. Winda Wati Azman),
menunjuk Ita sebagai pelatih dalam kegiatan menenun tersebut).
Pernah ngajar di Anambas 1 bulan, Perawang 1 bulan, Rokan Hulu
(Rohul) 2 minggu, Siak 2 minggu, Pekanbaru sekali 1 bulan, terus 2
minggu, Tanjung Pinang 2 minggu. Kalo yang di Pekanbaru, ngajar di
LP (Lembaga Permasyarakatan). (dari hasil program ini, Ita bisa
mendapat 3-4 juta di setiap programnya).
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Mesin tenun 1 (harganya sekitar 7 juta), TV, meja TV, alat-alat dapur,
motor, HP, setrika, rescoocker, lemari, isi-isi rumah lah.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
96
Ya terbantu, kebutuhan hidup terpenuhi.
8. Apakah Anda memiliki tanggungan kredit/hutang?
Kalo dulu pernah kredit honda, tapi udah lunas. Kalo sekarang nggak
ada.
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ya, dari ngga bisa nenun jadi bisa nenun. Yang tadinya belum punya
penghasilan, jadi punya penghasilan. Yang tadinya belum dewasa jadi
bisa dewasa. Banyak proses yang udah kakak jalani.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama bekerja disini?
Iya, merasa berdaya. Ekonomi terbantu, sekalian bisa bantu orang tua
dan suami.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kadang ada rasa bosan, terus ngerasa jauh dari orang tua. Ya cara
ngehilanginnya ya shopping, jalan-jalan. Tapi sejauh ini belum ada
niat buat berhenti.
12. Apa hasil yang anda rasakan dari proses pemberdayaan ini?
Jadi bisa nenun, bisa bantu orang tua, apa yang diinginkan bisa
tercapai, ekonomi keluarga sangat terbantu, ya terus bisa ketemu jodoh
disini. Alhamdulillahnya sekarang udah punya alat tenun di rumah.
Jadi kakaknya kakak dulu kerja disini (kakak kandung dari Ita), terus
nabungkan jadi kakaknya kakak, karna nikah terus berhenti. Dia buka
usaha tenun juga. Kakak kerja sama lah istilahnya, nanti hasilnya
dikasih ke orang tua. Itu khusus untuk bantu orang tua. Ka winda
berperan penting dalam hidup kakak. Karna kakak selalu di kasih
motivasi biar bisa berkembang. Biasanya di kasih tau “kalo udah
nikah, kalo bisa bantu suami buat nambah nambah nyari uang dari
nenun” ya sekarang bisa punya alat tenun sendiri, kakaknya kakak bisa
buka usaha tenun sendiri, abis itu bisa bantu orang tua jadinya.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Tania Hermawati
Nama Inisial : TH
Hari/Tanggal : Jum‟at, 21 Juli 2017
Umur : 21 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun
Tempat : Di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Dari 2010 kak, tapi keluar masuk, keluar masuk gitu kami.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Taunya dari orang tua, orang tua yang nyuruh kerja disini. Karna kan
kak, kami sekolah sampai SMP aja, nganggur sebulan terus bilang
bosan sama orang tua, yaudah disuruh kerja disini jadinya.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum kerja dimana-mana. Ini yang pertama.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
96
Ngga ada kak, Cuma ditanya serius kerja apa nggak, bilang serius
yaudah langsung kerja.
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum kak, belajar dari nol kerja disini.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya. Yang ngasih pelatihan kadang ka ita, kadang ka winda. Kalau ga
di latih mana bisa kami bikin ini semua (sambil menunjuk kain tenun)
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ngga ada alasan apa-apa kak, dari pada nganggur mending kerja kan.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Kalo itungnya sebulan 1,2 juta.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Alat tenun, makan siang. Udah itu aja. Soalnya kan kami nggak tinggal
disini.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Motif yang gampang 2 hari, kalo yang rapat 2-3 hari.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Kendalanya benang putus, kalo putusnya banyak kan jadi lama
selesainya. Terus proses nyucuk (memasukan benang ke gun) lama.
Biasanya ada yang tukang ngerjainnya, kalo orang-orang tu ngga
masuk, ya nyucuk sendiri. Itu bisa 1-2 hari proses nyucuk itu.
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Kami nggak memasarkan tenun, kami cuma bikin aja.
96
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Senanglah, udah sesuai soalnya.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Sudah.
2. Berapakah jumlah anak anda?
Anak ada 2, yang pertama 3 tahun, yang kedua 1 tahun.
3. Dimanakah anda tinggal?
Di Jl. Impres Gg. Khlas No. 52 RT 01 RW 16, Kelurahan Maharatu,
Marpoyan Damai, Pekanbaru.
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Nggak,tinggal di rumah orang tua.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Paling jalan-jalan ke SUMBAR (Sumatra Barat), kalo nggak ke
kampung suami, ke Teluk Pulau (Bagan Siapi-Api)
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Beli emas, hape, baju dll lah.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Iya terbantu, mencukupi kebutuhan lah.
8. Apakah anda memiliki angsuran kredit/hutang?
Kalo sekarang ngga, tapi dulu pernah ngambil motor tapi gagal. Karna
dulu berenti kerjakan, anak ga ada yang ngurusin, jadi ga ada
pemasukan, gagal kredit motor. Terus pernah juga pas suami mau
kredit honda kan, dia tanya ke kami. Boleh apa ndak. Terus kata kami
nggak boleh kan, karena masih banyak pengeluaran. Abis itu kami
ngomong-ngomong, nggak jadi suami ambil honda
96
Terus baru-baru ini, ngambil mesin cuci buat orang tua. Jadi kami
bayar kreditnya 3 bulan pertama aja. Kan orang tua buka laundry,
karna punya mesin cuci itu. Nah angsurannya dari hasl laundry itulah.
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Yang ga tau jadi tau, yang gapunya apa-apa jadi punya. Gitu lah. Terus
kadang-kadang ka winda suka ngasih motivasi buat belajar tentang
motif motif. Biar bisa ningkatin keahlian dalam nenun. Selain itu juga
ka winda ngingatin kalau kerja yang rajin, hasilnya huga buat kalian-
kalian juganya.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Iya, berdaya secara ekonomi dan ilmu tentang nenun. Kalo secara
ekonomi ya bisa beli emas contohnya.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kadang ya capek, kalo dulu-dulukan kepikiran anak ga ada yang
megang, jadi kadang suka ga fokus.
12. Apa hasil yang anda rasakan dari proses yang dijalanin?
Pertama bahagia, abis tu ada rasa nyaman, ekonomi sangat terbantu,
jadi punya ilmu. Kalo ekonomi terbantu kali. Bisa beli apa-apa sendiri,
ngga mengharapkan gaji suami paling tidak. Kalo mau ngasih orang
tua kan ga mungkin minta suami, dari hasil kita lah bisa buat bantu
orang tua.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : R. Yusmi
Nama Inisial : RY
Hari/Tanggal : Jum‟at, 21 Juli 2017
Umur : 21 tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun
Tempat : Di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Empat jalan lima tahun lah. Tahun 2012 masuk pertama kali.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Dari saudara. Saudara yang ngajak kerja disini.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum pernah.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ngga ada proses apa apa. Dulu waktu pertama kali kesini, saudara
yang bilang ke kak winda kalo mau kerja disini. Setelah dibilang ke
kak winda ama saudara, langsung kerja disini.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum juga, kalo yang kerja disini rata-rata belum pernah belajar
nenun.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iyalah. Karna kan pertama kali kesini belum bisa apa-apa. Jadi dilatih
dulu biar bisa.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Karna mau kerja aja, ngga ada alasan apa-apa.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
1 juta palingan, kalo itungnya per- 2 minggu kadang 400 kadang 300.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Tempat tinggal, makan 3 kali sehari. Itu juga kalau makan kan kami
yang masak kak. Udah ada jadwal piketnya. Kami kan rumahnya jauh
kak, kalau kami nggak dikasih tempat tinggal disini, dimana kami
tinggal hehe.. sama alat tenun.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Kalo yang motif padat 3 hari, kalo yang renggang motifnya 1 sampai 2
hari jadi.
11. Kendala apa yang ditemukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Ngga ada kendala apa-apa sih. Karna kan, udah terbiasa kerja begini,
jadi ga ada kendala apa-apa. Orang udah kerjaan sehari-hari kok.
96
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Nggak ikut, masarin hasil tenun.
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya menikmati, senanglah kerja disini.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum
2. Berapakah jumlah anak anda?
-
3. Dimanakah anda tinggal?
Kalo orang tua di taluk kuantan, tapi kalo disini di ya di rumah ka
winda ini.
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Rumah orang tua.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ya paling kalo pergi jalan-jalan keluar dari pekanbaru ni ke SUMBAR
(Sumatra Barat)
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Kebutuhan sehari-hari, kalo elektronik hape aja.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Ngga terlalu, tapi alhamdulillah bisa bantu orang tua buat bayar
sekolah adek-adek, sekalian kebutuhan sehari-hari bisa tercukupilah
paling nggak. (RY merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Ia bisa
membiayai adiknya yang ke 2 dan ke 3)
8. Apakah andan memiliki tanggungan kredit/hutang?
Nggak pernah ambil kredit, soalnya ga berani. Takut ga kebayar.
96
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ya prosesnya kayak kita di ajarin nenun kan terus dikasih motivasi
buat rajin kerja biar bisa bantu orang tua. Biasanya kak winda suka
ngasih motivasi kalo udah mulai rasa bosan, diajarin nenun kan terus
dikasih motivasi buat rajin kerja biar bisa bantu orang tua. Proses jadi
mandiri, karna kan belum pernah pisah sama orang tua, baru kerja
disini pisah sama orang tua.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Setelah kerja disini, merasa berdaya secara ekonomi.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Karna awal-awal baru datang kesini suka pusing, karna ga bisa nenun.
Abis itu kan harus teliti sama benang-benangnya. Itu awal-awal aja,
kalo sekarang aman-aman aja alhamdulillah
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Alhamdulillah Jadi punya ilmu nenun, jadi tahu tentang tenun, udah itu
aja sih.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Yulinza Putri
Nama Inisial : YP
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Juli 2017
Umur : 20 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun Songket
Tempat : Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Udah satu tahun lebih dah, Agustus 2016 dulu masuk sini.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Dari kakak ipar. Dulu kakak ipar kerja disini, tapi sekarang udah
keluar.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum lagi, ini yang pertama.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Dulu waktu abis lulus SMA, di ajak kakak ipar kerja disini. Dari pada
nganggur kan, jadi mau-mau aja di ajak kerja disini.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum juga kak.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya, dilatih dulu. Kan belum pandai waktu datang kesini. Belajar dulu.
Belajar nenun ini, kalau belajarnya aja 1 minggu udah pandai, tapi
kalo sama motif 1 bulan lah kira-kira. Itu motif gampang 1 bulan, kalo
yang motif susah 2 bulan lah. Yang lama itu belajar di motif.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Mencari uang, membantu orang tua. Itu aja nya.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Kalo di itung-itung sebulan 1 juta.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Karna nggak tinggal disini ya Cuma makan siang aja ama alat tenun
sih kak.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Kalo motif-motif yang gampang 2 hari nya, tapi kalo motif susah bisa
nymape 4-5 hari.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Kalo nenun ni kak, susah-susah gampang. Yang susah itu di motif.
Tergantung motifnya juga tingkat kesusahannya. Kalo yang gampang
motifnya bunga-bunga tabur. paling yang lain-lain itu masalahnya di
mesin, di gun, kadang di talinya, kadang juga di gun nya.
96
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Ngga ikutan, Cuma buat kain aja kami.
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya kak. Happy lah enjoy.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
eh belum lagi kak.
2. Berapakah jumlah anak anda?
-
3. Dimanakah anda tinggal?
Di depan kak, di jalan ni juga (Jl. Impres Gg. Ikhlas, Kelurahan
Maharatu, Marpoyan Damai).
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Rumah orang tua baru kak.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Paling ke SUMBAR (Sumatra Barat) sama ke Bagan Siapi-Api itu
juga di ajak jalan-jalan ama bos.
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Kalau beli rumah, kendaraan belum lagi kak. Tapi kan udah bisa beli
hape sendiri tanpa minta orang tua, kebutuhan sehari-hari lah.
Setidaknya beli handbody (body lotion) nggak minta.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
(Hehe) biasa-biasa aja kak. Kalo dibilang terbantu, ya terbantu. Tapi
kalo di bilang sangat terbantu, ngga juga. Paling cukup buat kebutuhan
sehari-hari aja.
Lumayan lah kak, bisa beli kebutuhan sehari-hari.
96
8. Apakah anda memiliki tanggungan kredit/hutang?
Nggak ada, belum berani kak.
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Kami bisa punya ilmu punya pengalaman, bisa punya penghasilan
tanpa memberatkan orang tua, terus kita suka di ingetin kalo
perempuan harus bisa usaha ga numpang minta aja. Kira-kira gitu lah
kak.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Ya lumayan lah ya kak.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kadang ngerasa bosen sama capek, karna kan tiap hari ngerjain ini.
Tapi kalo dipikir-pikir ini bisa buat jadi modal awal buat buka usaha
sendiri. Paling tidak bisa punya alat sendiri lah.
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Hasilnya ngerasa senang, bahagia, beruntung di ajak kerja disini, bisa
punya ilmu, punya pengalaman.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Icha Yulis Islamiyah
Nama Inisial : IYI
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Juli 2017
Umur : 19 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun Songket
Tempat : Di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Udah 2 tahun
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Tau dari kawan kak. Kawan ngajak kerja disini.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum pernah kak.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ngga berproses. Kawan yang ngajak kesini, terus bilang kalo kami
mau kerja kan, terus udah langsung di ajarin nenun.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum kak. Disini belajar dulu baru bisa kerja.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya kak. Belajar nenun dulu, alhamdulillah 2 hari langsung ngerti
gimana cara makai alatnya. Karna udah bisa, langsung belajar motif
songket. Belajar motifnya 2 minggu itu yang ngga padat, kalo motif
yang padatnya sebulan lah kira-kira.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Alasannya karna pingin bantu orang tua, sekalian nyari pengalaman
lah kak.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Gaji 1 juta sebulan.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Disini dapat alat tenun buat kerja, tempat tinggal. Karna kan icha
rumahnya di taluk, jadi icha bersyukur jadi ga mikir tinggal dimana.
Terus makannya udah di tanggung juga kak. Kita juga yang masak,
ada jadwal piketnya.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Kalo yang murah 3 hari udah siap, kalo yang susah 3-4 hari lah baru
siap.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Masalah dari buat tenun ni, kalo benang putusnya banyak
nyambungkannya susah. Paling itu aja kak, krana kan tenun ni semua
berkaitan dengan benang.
96
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Nggak ikut jualan songket kami kak.
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya menikmati, karna kan tinggal sama bos jadi ga usah mikirin
kontrakan, makan ama yang lainnya.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum
2. Berapakah jumlah anak anda?
-
3. Dimanakah anda tinggal?
Kalo orang tua tinggal di taluk kuantan. Karna lagi kerja disini
tinggalnya sama bos.
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Kalo orang tua, udah rumah sendiri.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Paling jalan-jalan ke Sumbar (Sumatra Barat), sama ke Bagan Siapi-
Api itu juga jalan-jalan karna bos yang ngajak.
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Barang-barang yang bisa dibeli Cuma peralatan dapur untuk orang tua,
hape sama kipas angin. Udah itu aja kak.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Terbantu kak.
8. Apakah Anda memiliki tanggunga kredit/hutang?
Kalo pribadi ngga ada kak, tapi kalo orang tua ngga tau lah.
96
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Prosesnya biasa-biasa aja kak. Tapi ya icha disini jadi belajar, terus
jadi punya ilmu yang belum pernah icha dapat di sekolah. Kalau
nasihat-nasihat ndak ada pernah dikasih kak yang penting kerja yang
baik. Jadi selama ini biasa-biasa aja.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
kalo di tanya selama kerja disini jadi merasa berdaya atau nggak,
jawabnya iya berdaya
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Nggak ada. Paling rindu-rindu orang tua aja, tapi kalo minta pulang ya
tinggal bilang aja. Nanti juga boleh
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Kalo proses yang dialamin selama ini hasilnya bisa ngerasain senang,
puas karna dapat bantu orang tua, kebutuhan sendiri terpenuhi (ga
minta-minta lagi sama orang tua).
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Mona Lisa
Nama Inisial : ML
Hari/Tanggal : Senin, 24 Juli 2017
Umur : 18 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun Songket
Tempat : Di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Dari tahun 2015 (2 tahun)
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Dari kakak. Kakak yang bawak kesini. Dulu kakak kerja disini.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Ini kerja pertama. Waktu lulus SD di rumah aja bantu orang tua, baru
tahun 2015 itulah mulai kerja.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ngga ada proses, langsung kerja aja.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum, baru belajar disini.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya ikut. 2 bulan udah bisa semuanya lah.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Karna ga mau ngerepotin orang tua, sama nyari pengalaman.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
900 ribu, tapi tergantung dapat berapa kainnya per-bulan sih. Tapi
biasanya 900 ribu tapi kadang lebih.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Makan kami udah dari sini. Jadi kami itu ada jadwal piket, ada yang masak
ada yang bersih-bersih. yang masak kami juga, tapi kalau bahan-bahan buat
masak ka winda yang sediain. Setiap orang dapat alat tenun masing-masing.
Kayak meja kerja gitu kak.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
2-3 hari yang motif jarang, motif padat 3-4 hari.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Karna mesin rusak jadi lama bikin kainnya. Soalnya kan kalo disini
setiap orang udah alat masing-masing. Kalo mesin kita rusak kita ga
bisa bikin kain. Kalo yang paling sering benang putus. Benang itu tu
putus gara-gara kadang benangnya yang rapuh kadang sisirnya suka
ada yang tajam.
96
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Ngga tau, karna kan kerja Cuma buat bikin kain aja, ngga jualan.
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Menikmati, seneng jadi banyak kawan disini, kalo sakit kita ga di
paksa kerja. Semuanya tergantung kita.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum
2. Berapakah jumlah anak anda?
–
3. Dimanakah anda tinggal?
Kalo orang tua tinggal di Bagan Siapi-Api. Kalau disini tinggal sama Ka
Winda,
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Kalo orang tua, udah rumah sendiri.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ke Sumbar (Sumtra Barat)
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Beli Hape, emas, TV sama bantu beli peralatan rumah untuk orang tua,
sama beli kebutuhan dapur.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Iya terbantu.
8. Apakah anda memiliki tanggunga kredit/hutang?
Nggak.
96
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Ya prosesnya mungkin bisa bikin mandiri kali. Karna kami Cuma lulus
SD jadi kami punya ilmu sedikit. Paling gitu gitu aja.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Iya merasa berdaya.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kalo dari semua proses yang dijalanin, kadang-kadang ngerasa capek
karna tiap hari begini-begini aja. Tapi gimana lagi, dari pada ngga
ngapa-ngapain kan. Apalagi kayak kami ni cuma lulus SD aja (haha)
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Hasilnya bisa nyukupin kebutuhan sehari-hari, bisa punya ilmu
walaupun sedikit. Itu aja nya,
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Ayu
Nama Inisial : A
Hari/Tanggal : Senin, 24 Juli 2017
Umur : 20 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun Songket Khas Melayu Winda
Tempat : Di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Udah 3 tahun.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Dari kakak sepupu. Kakak sepupu dulu kerja disini.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Nggak ada proses, langsung aja.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum juga.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iyalah, kalo ngga, nggak akan bisa kita kerja disini.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ngga ada alasan. Pingin kerja aja, karna kan udah lulus SMK terus
karna ga ada biaya kuliah, jadi kerja jadinya.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Tergantung kain, kadang 700 ribu. Paling banyak pernah dapat 1 juta.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Alhamdulillah kami disini disediakan tempat tinggal, makan udah di
tanggung. Jadi nggak mikir yang lain-lain kami kak. Sama alat tenun
juga disediain.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
2-3 hari kalo lagi rajin (hehe), kalo biasanya 3-4 hari. Tapi tergantung
motifnya juga.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Kendalanya di motif. Karna motif agak susah jadi lama bikinnya,
mesin kadang rusak, sisirnya yang rusak lah. Kalo kami Cuma bisa
pakainyo kak. Kalo perawatan sama bener-benerin alat ni ada juga
orangnya.
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Ngga masarin songket. Itu urusan bos, kami ngga ikut-ikutan.
96
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya menikmati. Senang punya banyak teman, betah karna kerja ga
dipaksa.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum
2. Berapakah jumlah anak anda?
–
3. Dimanakah anda tinggal?
Di Taluk Kuantan. Kalo disini tinggalnya di belakang (rumah pemilik
usaha).
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Udah rumah sendiri.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ke Bagan Siapi-Api, ke Sumbar (Smatra Barat).
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Hape, emas, kebutuhan sehari-hari.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Iya, iya terbantu.
8. Apakah anda memiliki tanggungan kredit/hutang?
Ngga tau orang tua, kalo kami sendiri ngga pernah ambil kredit.
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Proses yang dijalanin yah kayak kerja biasa aja. Tapi biasanya kami
suka bahas tentang motif tenun kak. Kan setiap motif punya cerita
masing-masing. Nah disitulah kami tau kalau motif tu ada ceritanya.
96
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Berdaya. Bisa kerja, punya uang sendiri tanpa minta orang tua. Bisa
beli apa-apa sendiri.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ngga ada sih, karna tinggal disini ya hidup musti kerja sama. Karna
kan hidupnya sama-sama. Terus jadi harus ngerti satu sama lain biar ga
berantem. Tapi, awal-awal ngerasain dikit-dikit masalah. Soalnya kan
dulu sekolahnya jurusannya akuntansi tapi malah kerjanya jurusan
tekstil. Melencengnya jauh, paling masalahnya ya harus belajar lagi
dari awal. Tapi ngga pengaruh juga sih.
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Hasilnya, karna tinggal sama bos kan jadi bisa mandiri. Ngga ngerek
ke orang tua terus, jadi bisa nenun, bisa masak. Disini di ajarin masak
juga, kadang sama bos kadang sama kawan-kawan. Terus suka di
nasehatin kadang-kadang sama bos disuruh rajin kerjanya, jangan
males karna kan semuanya untuk diri kita juga, sama di nasehatin
jangan boros-boros, di tabung uangnya biar bisa beli mesin sendiri.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Dewi Kurnia Sari
Nama Inisial : DKS
Hari/Tanggal : Senin, 24 Juli 2017
Umur : 20 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun Songket
Tempat : Di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Baru 1 tahun.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Taunya dari teman (nunjuk pengrajin tenun lainnya. Pengrajin tersebut
adalah icha), dulu icha yang ngajak kerja disini.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum ada kerja lagi, ini yang pertama.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Waktu nyampe sini, icha ngomong ke ka winda kalo deiw mau kerja.
Setelah icha ngomong langsung kerja besoknya.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya, dilatih cara kerjanya gimana sama motifnya. Dewi bisa 1 minggu
udah bisa nenun, kalo sama motifnya 1 bulan.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Cari pengalaman, sama biar bisa bantu orang tua.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Kadang 600 ribu, kadang 700 ribu.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Yang paling penting kami udah dapat tempat tinggal, makan, sama
yang pasti udah dapat alat tenun. Kalau nggak ada alat kan ga bisa
kerja kak. Tempat tinggal itu jadi penting karena kalau kami nggak
dikasih tempat tinggal sama makan mana mau kami kerja disini kak
hehe…
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Beda-beda. Biasanya dewi bikin kain untuk laki-laki 1-2 hari jadi.
Kalo untuk perempuan agak lama, sekitar 2-3 hari.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Sering putus benang, sama talinya juga sering putus.
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Nggak masarin. Kami Cuma buat aja
96
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya merasa menikmati. Karna bisa bikin fikiran tenang. Jadi ga mikir
kemana-mana soalnyakan fokus ke kain aja.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum lagi.
2. Berapakah jumlah anak anda?
–
3. Dimanakah anda tinggal?
Sama kayak icha, di Taluk Kuantan. Kalo disini ya sama kak winda.
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Kalo yang di taluk, rumah orang tua. Itu udah rumah sendiri.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Ke SUMBAR (Sumatra Barat) sama ke Bagan Siapi-Api
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Bisa beli hape sendiri, kalo yang lain-lain belum pernah lagi belinya.
Paling kebutuhan sehari-hari.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Kalo secara pribadi ya terbantu. Tapi kalo keluarga masih kurang.
8. Apakah anda memiliki tanggungan kredit/hutang?
Ada. Lagi kredit honda untuk orang rumah.
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Biasa kak. Kayak kerja biasa. nggak ada dikasih motivasi. Nggak
pernah dikasih nasihat-nasihat gitu kak, tapi ntah lah kalau yang lain.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Merasa belum merasa berdaya dewi lagi.
96
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kalo proses yang selama setahun yang dewi jalanin, paling
masalahanya kadang-kadang suka berantem sama kawan disini. Ya
sala-salah faham dikit lah, wajar kalo kata orang mah.
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Ya hasilnya dewi bisa nenun, terus jadi mandiri kan ga tinggal sama
orang tua dapat beli kebutuhan (kayak hape), punya pengalaman sama
dapat temen baru.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Henny Anggraini
Nama Inisial : HA
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juli 2017
Umur : 21 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun Songket
Tempat : Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
1 tahun kak.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Tau dari bos kak. Suami kakak winda itu masih ada hubungan keluarga
(sesanak gitu lah). Terus di ajak kerja disini. Kata abang tu kalo udah
lulus SMA ikut abang lah kerja, buat cari-cari pengalaman.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum lagi kak.
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Nggak ada proses apa-apa langsung kerja aja.
96
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Baru belajar disini.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iyalah kak, kan belum bisa nenun sebelumnya sama juga kayak yang
lain. Belajar nenun 1 bulan itu motif tabur paling, karna udah bisa
nenun terus belajar motif yang padat. Kalo itu seminggu udah bisa dari
yang belajar sebelumnya.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Bantu orang tua, biar mandiri, sama nambah skill.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Biasanya sebulan dapat 8 lembar, kalo di itung itung 1 juta lebih lah.
Pernah paling banyak 1,2 dapat gajinya.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Kalau disini semua-semuanya udah ditanggung kak, dari makan,
tempat tinggal, terus dapat alat. Kita tinggal kerja yang baik aja . Itu aja
kak.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Kalo untuk bidang laki-laki 2-3 hari baru siap, kalo untuk perempuan
3-4 hari baru siap. Terus kadang-kadang tergantng motifnya juga kak.
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Paling benang putus, kalo ngga teropongnya jatuh. Itu palingan.
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Ngga pernah masarain. Kalo masarin kain Cuma bos aja.
96
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iyaa. Seneng kak.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum kak.
2. Berapakah jumlah anak anda?
-
3. Dimanakah anda tinggal?
Orang tua tinggalnya di Taluk Kuantan kak. Di kampung bang Azman
ni juga.
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Alhamdulillah udah rumah sendiri.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Udah pernah jalan-jalan ke SUMBAR (Sumatra Barat), ke Jogja,
paling kalau di Riau ini Tembilahan kak.
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Cuma beli hape, setrika untuk ibu di rumah, kipas angin sama
kebutuhan sehari-hari kak.
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Iya terbantu kak. Kan kalo kita orang susah ni kak, punya kerja dan
penghasilan tiap bulannya itu udah bersyukur kak. Alhamdulillah kami
masih bisa kerja, bisa bantu orang tua. Setidaknya ngurangin beban
biaya lah.
8. Apakah anda memiliki tanggungan kredit/hutang?
Kalo sekarang ngga ada kak. Tapi dulu pernah ngambil kredit kulkas
tapi alhamdulillah udah selesai.
96
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Banyak proses yang dijalanin kak. Belajar nenun, tau tentang motif
tenun, belajar jadi mandiri, punya ilmu, banyaklah kak. ka winda ni,
punya skill dia. Dia kembangkan ke orang lain, jadi kayak berbagi
ilmu gitu lah kak. Itu juga proses ya kan kak? hehe
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Jadi berdaya kak. Jadi sehari-hari kami ada kerjaan, bisa bermanfaat
lah untuk orang lain. Ngga diam-diam aja di rumah, terus untungnya
bisa ngehasilin uang.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Paling kadang-kadang kami ngerasa bosan. Ya solusinya biasanya
dengerin musik, terus kalo hari libur kerja nongkrong di stadion sambil
joging-joging. Kalo nggak biasanya sore-sore suka main volly kami
disini kak.
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Jadi punya pengalaman yang orang lain belum tentu pernah ngalamin
kan kak. Karna bos masih sesanak, ngeliat dia punya usaha kayak gini
sendiri terus penghasilannya banyak lah ya kak dibanding keluarga
kami kan, jadi sekarang pingin tau lebih jauh tentang tenun. Ya rasa
ingin taunya jadi tinggi gitu lah. Biar bisa ngerubah nasib keluarga.
Apalah kami yang orang tuanya petani karet. Kakak tau lah ya kan.
(hehe). Insyaallah bisa terbantu, tiap 2 bulan sekali udah bisa ngasih
uang ke orang tua. Buat bantu-bantu kebutuhan sehari-hari.
96
PEDOMAN WAWANCARA PENGRAJIN TENUN
Nama : Roly Paslah
Nama Inisial : RP
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juli 2017
Umur : 25 Tahun
Jabatan : Pengrajin Tenun/Pembimbing
Tempat : Di Usaha Tenun Sngket Khas Melayu Winda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
1. SD/MI
2. SMP/Mts
3. SMA/MA
4. SI/SII/SIII
DAFTAR PERTANYAAN
A. Seputar Pekerjaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Udah 6 tahun.
2. Dari mana anda mengetahui Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda?
Dari bos nya langsung. Jadi dulu waktu sebelum kerja disini, ka winda
lagi ke taluk kan, terus nanya sama orang-orang kalo ada yang mau
kerja ga. Yaudah karna mau kerja, ikut ke sini jadinya.
3. Sebelum bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda sudah pernah bekerja sebelumnya?
Belum pernah. Kalo dulu lulus SMA nggak kerja, di rumah aja bantu
kakak.
96
4. Bagaimana proses untuk menjadi karyawan di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Nggak pakai proses.
5. Apakah anda sudah bisa menenun sebelum bekerja di Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Belum, baru disini belajarnya.
6. Apakah anda mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Usaha Tenun
Songket Khas Melayu Winda?
Iya. Pelatihannya, 1 bulan sampai benar-benar bisa sekalian motif-
motif. Terus ga tau motif. Kalau ga tau motif gimana caranya kami
bikinnya. Tapi kalo nenun biasa tanpa motif 2-3 hari juga udah bisa.
7. Apa yang menjadi alasan anda untuk menjadi pengrajin tenun songket
di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Mau menyendiri, terus sekalian nyari uang sendiri. Biar ga ngerepotin
kakak, sekalian nyari ilmu.
8. Berapakah gaji anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu
Winda per-hari/bulan?
Gaji per- dua minggu. Kalo per- dua minngu bisa dapat 4-5 lembar.
Kalo di itung sebulan kira-kira 1,5 juta lah.
9. Sarana dan prasarana apa yang anda dapat dari Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Karna rumah jauh dapat tempat tinggal, terus kalau makan dapat dari
sini juga. Tapi kalau makan kami juga yang masak. Ada jadwal piket.
Setiap orang dapat alat tenun untuk buat kain, itu aja.
10. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membuat sebidang kain
tenun songket melayu?
Motif yang padat 3-4 hari, untuk bahan baju 2 hari palingan. Tapi
tergantung motif juga lah.
96
11. Kendala apa yang di temukan dalam proses pembuatan kain tenun
songket?
Paling benang putus, tapi jarang juga. Karna kan kalo kita kerja hati-
hati, rapi, pasti jarang benang putus.
12. Bagaimana cara memasarkan hasil produk Tenun Songket Khas
Melayu Winda?
Ngga ikut masarin, yang ngejualin bos aja.
13. Apakah anda menikmati pekerjaan anda?
Iya. Perasaannya senang, bisa dapat pembelajaran dalam menenun.
B. Seputar Kehidupan Pribadi
1. Apakah anda sudah berkeluarga?
Belum
2. Berapakah jumlah anak anda?
-
3. Dimanakah anda tinggal?
Aslinya dari Taluk Kuantan, tapi kalo disini tinggal sama ka winda.
4. Apakah rumah pribadi/kontrak?
Kalo yang di Taluk Kuantan rumah sendiri.
5. Apakah anda pernah keluar kota/negri selama anda bekerja di Usaha
Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Paling Cuma ke SUMBAR (Sumatra Barat), ke Baga Siapi-Api, sama
mutar-mutar Taluk paling.
6. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
barang- barang apa saja yang dapat anda beli? Ex: rumah, kendaraan,
furniture, elektronik, dll.
Udah bisa beli Hape, Emas (cincin dan kalung), paling sama
kebutuhan sehari-hari.
96
7. Selama anda bekerja di Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda,
apakah anda merasa terbantu secara financial/ekonomi?
Iya terbantu. Terbantunya tu bisa bantu bayar sekolah adek. Kan
kakak anak ke-6 dari 7 bersaudara, jadi anak yang terakhir ni jadi
taggungan kakak.
8. Apakah anda memiliki tanggungan kredit/hutang?
Nggak ada.
9. Bagaimana proses yang dijalani selama ini di Usaha Tenun Songket
Khas Melayu Winda?
Nggak ada proses apa-apa. Buat kerja disini nggak ada proses. Kalau
yang dijalanin selama ini ya, dapat ilmu tentang tenun, cerita-cerita
sejarah motif kain, dapat masukan-masukan biar mandiri. Banyaklah.
10. Apakah anda merasa lebih berdaya selama kerja disini?
Berdaya kok. Berdayanya tu, udah bisa hidupin diri sendiri paling
tidak.
11. Kendala-kendala apa yang anda rasakan dari proses yang dijalani di
Usaha Tenun Songket Khas Melayu Winda?
Kadang ngerasa bosan. Itu aja paling.
12. Apa hasil yang didapat dari proses yang dijalanin selama ini?
Yang utama hasilnya bisa dapat ilmu, kalo kemandirian udah pasti.
Kadang-kadang suka di nasehatin disuruh giat kerja, karna asilnya juga
untuk diri sendiri. Sama ekonomi meningkat, udah bisa nyekolahin
adek yang paling kecil. Itu ajanya kira-kira.
96
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGRAJIN TENUN SONGKET
DI USAHA TENUN SONGKET KHAS MELAYU WINDA
96
96
96