AKTIVITAS DAKWAH K -...

71
AKTIVITAS DAKWAH K.H. MUHYIDDIN NA’IM MELALUI MASJID AL-AKHYAR KEMANG JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Oleh Ahmad Shofi NIM : 105051001960 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Transcript of AKTIVITAS DAKWAH K -...

Page 1: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

AKTIVITAS DAKWAH K.H. MUHYIDDIN NA’IM

MELALUI MASJID AL-AKHYAR KEMANG

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Ahmad Shofi NIM : 105051001960

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

AKTIVITAS DAKWAH K.H. MUHYIDDIN NA’IM

MELALUI MASJID AL-AKHYAR KEMANG

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Ahmad Shofi NIM : 105051001960

Dibawah Bimbingan :

Umi Musyarafah, MA. NIP : 19710816997031004

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 3: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2010

Ahmad Shofi

Page 4: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

ABSTRAK

Ahmad Shofi AKTIVITAS DAKWAH K.H. MUHYIDDIN NA’IM DI WILAYAH CIPETE JAKARTA SELATAN

Kegiatan kerja yang dilaksanakan pada tiap bagian suatu organisasi atau lembaga, sedangkan dakwah pada hakikatnya adalah ajaran atau seruan kepada umat manusia untuk menuju kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Hadits. Aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik apabila para da’i atau da’iyahnya memenuhi semua unsur-unsur dakwah baik dari subjek dakwah, maupun objek dakwahnya seiring dengan perkembangan zaman dan masyarakat atau mad’u yang heterogen. Maka seorang da’i harus pandai-pandai memilih metode yang baik untuk digunakan dalam penyampaian dakwahnya. Sedangkan masjid disini mempunyai peranan yang sangat berhubungan selain digunakan untuk mengerjakan sholat 5 waktu secara berjama’ah, masjid juga dapat digunakan untuk berbagai hal yang berbau mensyiarkan agama Islam.

K.H. Muhyiddin Na’im dikenal sebagai muballigh yang aktif diberbagai majelis pengajian yang ada di jabodetabek khususnya pada Masjid Al-Akhyar Kemang Jakarta-Selatan, selain itu beliau juga aktiv dalam berbagai macam lembaga pemerintah seperti NU, MUI dan FUHAB yang beliau sendiri mempunyai peranan yang penting dalam lembaga-lembaga tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah bagaimana aktivitas dan bentuk dakwah beliau dalam mengembangkan dakwah Islam. Jadi, metode penelitian yang digunakan dalam skripsi inni dengan menggunakan Metode Kualitatif dengan cara analisis isi, yakni berdasarkan data-data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis maupun lisan yang berkaitan dengan dakwah K.H. Muhyiddin Na’im. pada masjid Al-Akhyar ini juga mendapatkan dukunga dari berbagai pihak atas kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan pada masjid Al-Akhyar.

Dari penlitian ini ditemukan bahwa aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im dalam mengembangkan dakwah Islamnya lebih mengedepankan dari kegiatan sosial beliau dimasyarakat luas ataupun dari segi pendidikan dan pengalaman beliau yang cukup luas dengan tujuan agar mad’u mendapatkan motivasi dan berbagi pengalaman untuk menuju masyrakat Islam yang idealis.

Pada zaman yang modern ini, sangat diharuskan agar perkembangan Islam terus berkembang dan maju. Dengan landasan kesatuan antar sesama muslim. Sebagai umat muslim kita harus berperan aktif dalam memperjuangkan agama Allah SWT sehingga umat Islam tetap pada seorang muslim yang menjalankan perintah agama.

i

Page 5: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmirrahim

Alahmdulillah wa Syukurillah, puji syukur penulis panjatkan atas semua

ni’mat dan karunia yang Allah SWT berikan selama ini, yang tak henti-hentinya

memberikan kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan lelah, jenuh

menghadapi semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi yang

berjudul Aktivitas Dakwah K.H. Muhyiddin Na’im di Wilayah Cipete Jakarta

Selatan telah selesai disusun.

Sholawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah

Nabi Besar Muhammad SAW yang dengan limpahan syafa’atnya menuntun

umatnya kejalan kebaikan, yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT

semata, karena sesungguhnya tanpa kehendak-Nya segala sesuatu tidak mungkin

terjadi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak

langsung. Betapapun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan segala

sesuatunya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Untuk itu perkenankanlah

penulis secara khusus dengan rasa hormat dan bangga menyampaikan ucapan

terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwan dan

Ilmu Komunikasi

2. Drs. Wahidin Saputra MA, selaku Pembantu Dekan Akademik, Drs. H.

Djalaluddin MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan

Drs. Study Rizal LK. MA, selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi

ii

Page 6: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

3. Bapak Drs. Jumroni, MSi, selaku Kepala Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam

4. Ibu Umi Musyarrafah MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam sekaligus Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan juga meluangkan

waktu, fikiran dan tenaga, dalam memberikan arahan dan bimbingan

disela-sela kesibukan beliau. Serta telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan ini. Dan dalam pengurusan nilai-nilai kuliah.

Terima kasih ibu.

5. Seluruh Doden Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak

ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus.

Dan tak lupa kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, juga para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang

telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di

kampus ini.

6. Bapak. K.H. Muhyiddin Na’im MA selaku objek yang penulis teliti,

penulis mengucapkan banyak terima kasih telah diizinkan untuk meneliti

serta waktu, fikiran, pengalaman, tenaga, ilmu yang beliau luangkan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga

beliau selalu diberi kekuatan sehingga ilmu beliau terus menerus dapat di

syiarkan.

7. Seluruh keluarga besar H. Nipan (Alm) dan K.H. Moh Na’im (Alm),

Abinda tercinta K.H. Mahmud Nipan yang telah berpulang ke

rahmatullah semoga beliau diterima disisi-Nya Amin…Serta uminda

iii

Page 7: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

iv

Hj.Mahmudah Na’im yang denagn pengorbanan beliau seorang diri

dengan kasih sayangnya tak kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan

anak-anaknya sehingga kami menjadi orang yang berpendidikan, motivasi,

do’a dan seluruh pengorbanan beliau yang tidak terhingga baik berupa

moril maupun materil. Jasa kalian tak dapat dibalas dengan apapun.

Terima kasih ya Abi…..

Terima kasih ya Ummi….

8. Untuk semua saudara-saudariku tercinta, Hj.Lutfiah beserta suami H.

Ahmad Mauluddin, Kasyful Anwar semoga diberi kemudahan, Fakhrur

El-Rozie, Aminuddin Zuhrie beserta istri Dewi, Fathiyah beserta suami

Bapak Alvin, Fatimah Az-Zahro’ besrta suami Khatib Jum’ah, adeku yang

paling bontot Rifki Fauzi. semoga kalian terus menerus diberkahi dan

diridhoi didunia maupun akhirat. Amiiiinnn….

9. Teman-temanku seperjuangan semua yang kucinta baik dari kampus UIN

maupun dari luar, Vikar, Kikim, Rihab, sdri Azzah, dan semua rekan yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, thanks guys. Semoga jalan

hidup yang kita jalani selalu diberi petunjuk oleh Allah SWT

amiiinn…moga tali silaturrahim kita semua tetap terjaga…amiiiinn….

Akhir kata, hanya do’a dan harapan yang dapat penulis panjatkan,

semoga semua kebaikan kalian, senantiasa Allah SWT balas dengan limpahan

yang berlipat ganda disertai keberkahan oleh-Nya. Amin, Amin yaa Rabbal

‘Alamiiin,,,,,

Jakarta, 14 Mei 2010

Penulis

Page 8: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah….......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 5

E. Kajian Pustaka............................................................................. 6

F. Sistematis Penulisan.................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Aktivitas .................................................................... 9

B. Pengertian Dakwah ..................................................................... 10

C. Pengertian Aktivitas Dakwah...................................................... 13

D. Unsur-Unsur Dakwah ................................................................. 14

E. Sasaran Dakwah.......................................................................... 27

F. Pengertian Masjid ....................................................................... 35

BAB III PROFIL K.H. MUHYIDDIN NA’IM DAN MASJID

AL-AKHYAR

A. Profil K.H. Muhyiddin Na’im..................................................... 36

1. Latar Belakang Keluarga....................................................... 36

v

Page 9: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

vi

2. Latar Belakang Pendidikan ................................................... 38

B. Aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im ............................................... 39

BAB IV ANALISIS DATA AKTIVITAS DAKWAH ISLAM

K.H. MUHYIDDIN NA’IM

A. Aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im ............................................... 47

B. Bentuk Dakwah K.H. Muhyiddin Na’im .................................... 49

C. Faktor Pendukung, Hambatan-hambatan yang dihadapi serta

Penanggulangannya pada Masjid Al-Akhyar.............................. 52

1. Faktor Pendukung ................................................................. 52

2. Faktor Penghambat ............................................................... 53

3. Cara-cara Penanggulangannya .............................................. 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 55

B. Saran-saran.................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58

LAMPIRAN

Page 10: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah memegang peranan yang sangat penting di dalam kehidupan

bermasyarakat. Maju mundurnya sebuah masyarakat ditentukan oleh ulama

dalam membimbingnya. Hal ini mengingat perkembangan, perubahan, dan

kemajuan masyarakat berlangsung demikian pesat dan cepat. Respon

masyarakat atas perkembangan dan kemajuan zaman tersebut, membuat

banyak warga dunia terus berbenah diri, agar mereka tak tertinggal peradaban

modern yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Demikian halnya dengan dunia dakwah. Secara global, sejauh ini

syi’ar Islam masih disampaikan dengan cara dan strategi yang kurang tepat

sasaran. Dari mulai materi, cara penyampaian, hingga penguasaan wawasan

yang kurang mendalam dari seorang da’i, padahal Islam harus disampaikan

dengan cara metodologi yang tepat dan benar, serta dapat dicerna dan dapat

diterima banyak dari kalangan masyarakat luas terutama umat Islam. Dakwah

secara definitif adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang

benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan

mereka di dunia dan akhirat.1

Kegiatan berdakwah telah berlangsung seumur sejarah kehidupan

manusia. Sejak bapak manusia pertama Nabi Adam AS, hingga Nabi

1 Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004), Cet.

Ke-1. h. 67

1

Page 11: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

2

Muhammad SAW sekarang ini. Dahulu Rasulullah SAW pada awal masa

kenabian, tidak langsung diperintahkan berdakawah terang-terangan kepada

seluruh manusia, akan tetapi beliau berdakwah dengan kerabat-kerabatnya

dulu. Setelah itu beliau diperintahkan berdakwah secara terang-terangan

terhadap orang lain atau orang banyak.

Seorang ulama ditengah-tengah masyarakat mempunyai peranan yang

sangat penting dalam mengubah tingkah laku sosial masyarakat, hal ini

didasarkan pada sebuah asumsi bahwa seorang ulama keberadaannya di

tengah masyarakat sangat dibutuhkan dan dihormati.

Satu kehormatan masyarakat terhadap seorang ulama, karena keluasan

Ilmu pengetahuan yang dimilikinya, khususnya dalam pengetahuan agama.

Dalam ajaran Islam, ulama memang memiliki kedudukan yang tinggi dan

peranan yang penting dalam kehidupan umat. Sedemikian penting kedudukan

ulama di tengah kehidupan masyarakat, sehingga seseorang ulama diharapkan

mampu meneruskan, mengembangkan dan melaksanakan apa yang telah

dicontohkan dan disunnahkan oleh para nabi.

Dalam peran lainnya, peran ini sering disebutkan juga sebagai amar

ma’ruf nahi munkar yang rinciannya meliputi tugas untuk :

1. Menyebarkan dan mempertahankan ajaran nilai-nilai agama.

2. Melaksanakan control dalam masyarakat (social of change)

3. menjadi agen perubahan sosial (agen of change)2.

2 Masykuri Abdillah, MimbarAgama dan Budaya Vol XVI, 1999,h. 2.

Page 12: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

3

Dakwah merupakan suatu keharusan dalam rangka mengembangkan

agama. Dakwah harus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman

sekarang yang sudah maju dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan.

Aktivitas dakwah yang baik akan membawa pengaruh terhadap

kemajuan agama dan sebaliknya aktivitas dakwah yang kurang baik akan

berakibat pada kemunduran agama, sehubung adanya hubungan timbal balik

seperti itu maka dapat dimengerti jika Islam merupakan kewajiban dakwah

atas setiap pemeluknya.

Peran ulama sangatlah besar dalam menyebarkan ajaran Islam.

Diantara peran yang cukup besar dari seorang ulama adalah agen perubahan

sosial masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran-ajaran

Islam. Hal ini dilakukan oleh seorang ulama dengan cara mengajak manusia

untuk mengikuti jalan Allah SWT melalui ajaran dakwah yang ia lakukan,

karena pada dasarnya dakwah adalah merupakan manifestasi iman yang paling

utama yang dimiliki seseorang. Sebab dakwah itu tidak lain kecuali

menunjukkan jalan yang haq kepada segenap insan, menanamkan rasa cinta

kepada kebaikan dan benci kebathilan serta kejahatan, dan membawanya

keluar dari kebohongan serta kekalutan.3

Atas uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk mengadakan

penelitian seputar bentuk dakwah K.H. Muhyiddin Na’im baik pada pengajian

yang diadakan di Masjid Al-Akhyar Kemang Jakarta selatan, yaitu melalui

ilmu yang beliau dapat dan pengalaman beliau yang aktif dalam Majlis Ulama

Indonesia (MUI), Nahdlotul ‘Ulama (NU), dan berbagai organisasi sosial

3 Suherman Affandi, Faktor Kesuksesan Da’I (Risalah No. 6/XXXVIII, 1990)

Page 13: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

4

masyarakat. Dan beliau juga aktif di organisasi mancanegara seperti Persatuan

Mahasiswa Idonesia di Damaskus Syiria dan Masyarakat Islam Idonesia di

kedutaan Damaskus. Serta dilihat dari letak geografis Masjid Al-Akhyar yang

berada ditengah keramaian bagi para turis kafe-kafe asing, restaurant asing,

ataupun keramian bagi para anak muda sekarang ini, sehingga penulis merasa

tertarik untuk mengangkat sebuah skripsi dengan judul “Aktivitas Dakwah

K.H. Muhyiddin Na’im Di Masjid Al-Akhyar Kemang Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan memudahkan untuk menelitinya,

maka peneliti membatasi penelitian ini mengenai bentuk dakwah K.H.

Muhyiddin Na’im Di Masjid Al-Akhyar Kemang Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

a. Apa saja aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im?

b. Bentuk dakwah apa saja yang digunakan oleh K.H. Muhyiddin Na’im?

c. Apa saja faktor pendukung, penghambat dan cara penaggulangannya

pada masjid Al-akhyar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Page 14: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

5

a. Untuk mengetahui aktivitas dakwah K.H. Muhyiddin Na’im.

b. Untuk mengetahui bentuk dakwah yang digunakan oleh K.H.

Muhyiddin Na’im.

c. Untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan yang ditemukan dalam

penyampaian ajaran Islam pada Masjid Al-Akhyar

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

bagi perkembangan wacana keilmuan dakwah Islam, terutama tentang

aktivitas dakwah Islam seorang da’i yang sukses dan membawa

peningkatan multiguna bagi umat Islam. Sekaligus dapat menambah

khazanah keilmuan dakwah Islam K.H. Muhyiddin Na’im dengan

pengalaman, pengetahuan, dan motifasinya terhadap dakwah Islam.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan praktis

untuk memberikan pengetahuan kepada penulis tentang aktivitas

dakwah K.H. Muhyiddin Na’im. Dan dari hasil penelitian ini

diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan

gambaran secara utuh mengenai dakwaH.

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam melakukan

penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan

Page 15: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

6

berupa kata-kata, gambar, dan merupakan penelitian ilmiah4. Serta wawancara

langsung dengan beliau dan buku-buku yang digunakan oleh penulis adalah

buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

1. Subjek dan objek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah K.H. Muhyiddin

Na’im. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

aktivitas dakwah Islam K.H. Muhyiddin Na’im melalui masjid Al-Akhyar

Kemang Jakarta Selatan.

2. Tehnik pengumpulan data

a. Observasi, yaitu penulis langsung mendatangi kediaman K.H.

Muhyiddin Na’im yang beralamat dijalan H. Moh. Na’im Cipete. Guna

untuk mendapatkan data-data yang akurat tentang aktifitas dakwah

K.H. Muhyiddin Na’im, serta turut dalam pengajian yang dipimpin

langsung oleh beliau. Satu kali dalam seminggu, yaitu tiap hari senin

pukul 18.30 WIB atau setelah maghrib yang diadakan di Masjid Al-

Akhyar.

b. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku tertentu atau

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan apa yang diteliti penulis

dan internet yaitu dengan membuka situs-situs yang sangat berkaitan

dengan penelitian tersebut.

c. Wawancara, merupakan alat pengumpulan informasi langsung

tentang beberapa jenis data.5 Dalam penelitian ini penulis

menunjukkan pertanyaan-pertanyaan langsung dan via telepon

4 Lexy, J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda Karya,1999), Cet, Ke-10, h. 3

5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta:Andy Offet, 1983), h. 49.

Page 16: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

7

dengan K.H. Muhyiddin Na’im, dan beberapa pengurusnya

(H.Muhiddin sebagai ketua masjid, H.Syahroni sebagai sek. Masjid,

hakim sebagai ket. Remaja Masjid Al-Akhyar Kemang Jakarta

Selatan) dan masyarakat sekitar masjid (Bpk.Aripin, Sdra Yudi, Sdra

Ahmad Sani).

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi yang menjadi tinjauan pustaka bagi penulis kali

ini, namun ada beberapa poin penting yang diambil sebagai perbandingan

antara skripsi sudah ada dengan skripsi yang penulis buat, antara lain:

1. Subjek pada skripsi yang peneliti angkat, aktif diberbagai lembaga

pemerintahn serta lebih mengedepankan jiwa sifat sosialnya. Beda halnya

dari skripsi sebelumnya yang sifatnya, lebih cenderung aktif pada satu

majeli taklim saja, seperti skripsi yang berjudul “Aktivitas Dakwah Habib

Hasan bin Ja’far Assegaf di Majelis Taklim Nurul Mustofa Ciganjur”.

2. Objek pada skripsi sebelumnya hanya cenderung tertuju pada kaum wanita

saja. Sedangkan objek yang peneliti angkat bersifat umum baik laki-laki,

remaja, bapak-bapak, maupun perempuan. Yang berjudul “Aktivitas

Dakwah Ustzh. Hj. Ida Farida M.A”

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis akan menguraikannya

kedalam beberapa bab sebagai berikut:

Page 17: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

8

Bab I Pendahuluan. Meliputi latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematis penulisan.

Bab II Landasan teoritis. Terdiri dari pengertian aktifitas, Pengertian

Dakwah, Pengertian Aktifitas Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, sasaran

Dakwah dan Pengertian Masjid

Bab III Profil K.H. Muhyiddin Na’im dan Profil Masjid Al-

Akhyar Kemang Jakarta Selatan. Meliputi Latar Belakang K.H. Muhyiddin

Na’im, Pendidikan beliau serta aktivitas beliau. Dan Profil Masjid Al-Akhyar

meliputi sejarah, struktur, dan tujuan Masjid Al-Akhyar.

Bab IV Analisis aktivitas dakwah Islam K.H. Muhyiddin Na’im

pada Masjid Al-Akhyar. Meliputi aktivitas dan bentuk dakwah Bil-Lisan,

Bil-Qolam, Bil-Hal. Dan Faktor yang penghambat dan pendukung serta cara

penanggulannya pada masjid Al-Akhyar.

Bab V Penutup, Kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian

yang dilakukan.

Page 18: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Aktivitas

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “aktifitas adalah

keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah

satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi

atau lembaga.”1

Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, yaitu bertindak

pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan

sesuatu, dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan

dunia. Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek. Manusia

mengalih wujudkan dan mengolah alam. Berkat aktivitas atau kerjanya,

manusia mengangkat dirinya dari dunia dan bersifat khas sesuai ciri dan

kebutuhannya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktifitas, kegiatan atau

kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan

tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeltoe

sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa

aktifitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.2

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), cet. Ke- 3, h. 17

2 Samuel Soeltoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI. 1982), h. 52

9

Page 19: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

10

B. Pengertian Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab Dakwah dan kata daa’a, yad’u

yang berarti panggilan, ajakan dan seruan.3 Di samping itu, makna dakwah

secara bahasa juga mempunyai arti:

1. An-Nida artinya memanggil.

2. Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong sesuatu.

3. Ad-dakwah ila qadhiyah, artinya menegaskannya atau membelanya baik

terhadap yang haq ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif.

4. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia ke

suatu aliran atau agama tertentu (Al-Misbah Al-munir, pada kalimat

da’aa).

5. Memohon dan meminta, ini yang sering disebut dengan istilah berdo’a.4

Menurut pendapat K.H. M. Isa Anshari, dakwah yaitu menyampaikan

seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia, agar menerima dan

mempercayai keyakinan dan hidup Islam.

Ki Moesa A. Machfoeld dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu

Dakwah dan Penerapannya) mendefinisikan dakwah yaitu panggilan,

tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah

SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan Allah

tersebut bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada

di jalan-Nya.5

3 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 2 4 Jum’ah Amin Abdul ‘Aziz, Fiqh Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam,

(Solo: Era Intermedia, 1998), cet. Ke-3, h. 25 5 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”, (Jakarta:

PT. Bulan Bintang, 2004), h. 15

Page 20: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

11

Pengertian dakwah dibedakan dengan beberapa kata yang bersaudara

yaitu ta’lim, tadzkir dan tashwir. Ta’lim artinya mengajar, tujuannya untuk

menambah pengetahuan orang yang diajar. Tadzkir artinya mengingatkan,

tujuannya untuk memperbaiki kelupaan orang kepada sesuatu yang harus

selalu diingat. Sedangkan tashwir artinya melukiskan sesuatu pada alam

pikiran orang, tujuannya untuk membangkitkan pengertian akan sesuatu yang

dilukiskan.6

Dakwah menurut Syaikh Ali Mahfudz yaitu mengajak manusia untuk

mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat

baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek, agar mereka mendapat

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7

Jum’ah Amin Abdul Aziz dalam Fiqh Dakwah mengartikan dakwah

sebagai usaha menyeru manusia kepada Islam yang hanif dengan keutuhan

dan keuniversalannya, dengan syiar dan syariatnya, dengan aqidah dan

kemuliaan akhlaknya, dengan metode dakwahnya yang bijaksana dan saran-

sarannya yang unik serta cara-cara penyampaiannya yang benar.8

Dakwah menurut HSM. Nasaruddin Latif yaitu setiap aktifitas dengan

tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil maupun

lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis

Aqidah dan syariat serta akhlak Islaminya. 9

6 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 27 7 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 28 8 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 1998), Cet. Ke-1, h. 74 9 Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara, tt), h. 11

Page 21: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

12

Muhammad Al Wakil. Dakwah adalah mengumpulkan manusia dalam

kebaikan dan menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf

nahi munkar.10

Menurut Bakhial Khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan

peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu

keadaan kepada keadaan lain.11

Muhammad Nasir (Wafat 1971) berpendapat dakwah adalah usaha

menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat

tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar

ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang

diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan

perseorangan, berumah tangga (usrah), bermasyarakat dan bernegara.12

Menurut Sudirman (Wafat 1979) dalam bukunya Problematika

Dakwah Islam di Indonesia, dakwah adalah merealisasikan ajaran Islam di

dalam kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan perorangan maupun

masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka

pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridlaan Allah

SWT.13

Taufiq Wa’i. dakwah adalah mengumpulkan manusia dalam kebaikan,

menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj

Allah di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang ma’ruf dan

10 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), cet. Ke-

1, h. 36 11 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN.

BHD. 1996), cet. I, h. 5 12 Muhammad Nasir, Fiqh al-Da’wah dalam Majalah Islam, Kiblat, Jakarta, 1971, h. 7 13 Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, Jakarta, PDII, 1979, h. 47

Page 22: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

13

mencegah dari yang munkar, membimbing mereka kepada shirathal mustaqim

dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan.14

Dari beberapa pengertian dakwah di atas, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan, dakwah yaitu menyampaikan dan memanggil serta mengajak

manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya dalam mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat, sesuai

dengan tuntunan dan contoh Rasulullah.

C. Pengertian Aktivitas Dakwah

Dengan penjelasan di atas dapat kita artikan bahwa aktifitas dakwah

adalah segala sesuatu yang berbentuk aktifitas atau kegiatan yang dilakukan

dengan sadar yang mengajak manusia ke jalan yang mulia di sisi Allah SWT.

Serta meluruskan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran

Islam.

Aktifitas dakwah juga dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang

mengarah kepada perubahan terhadap sesuatu yang belum baik agar menjadi

baik dan kepada sesuatu yang sudah baik agar menjadi lebih baik lagi.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktifitas, kegiatan atau

kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau setidaknya kegiatan

tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut Samuel Soeitoe,

sebenarnya aktifitas bukan hanya sekedar kegiatan, tetapi aktifitas dipandang

sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan orang yang

melakukan aktifitas itu sendiri.15

14 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), cet. Ke-

1, h. 37 15 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI. 1982)

Page 23: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

14

Definisi di atas menimbulkan beberapa prinsip yang menjadikan

substansi aktifitas dakwah sebagai berikut:

1. Dakwah merupakan suatu proses aktifitas yang penyelanggaranya

dilakukan dengan sadar atau sengaja.

2. Usaha yang diselenggarakan itu berupa mengajak seseorang untuk beramal

ma’ruf nahi munkar untuk memeluk agama Islam.

3. Proses penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu

yaitu untuk mendapat kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di

akhirat yang diridhoi Allah SWT.

D. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang

mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai

kehidupan yang bukan Islami kepada nilai kehidupan yang Islami.

Dalam Ilmu dakwah terdapat beberapa unsur, antara lain :

1. Subjek Dakwah, pengertian subjek disini adalah seorang da’i dalam ilmu

dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah

subyek dakwah. Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya

da’i atau mubaligh saja.

Sedang da’i yang penulis maksud adalah dalam pengertian yang luas, sehingga

yang menjadi da’i itu tidak hanya orang yang menyandang predikat Kyai, ulama

atau pemuka agama saja, akan tetapi juga dapat seorang guru, pembina suatu

organisasi, orang tua, pimpinan lembaga, atau profesi-profesi yang lain termasuk

da’i, sebab bagaimanapun profesinya, mereka adalah sebagai pelaku dakwah.

Page 24: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

15

Da’i yang sukses biasanya juga berangkat dari kepiawaiannya dalam memilih

kata. Pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan dalam dakwah.16

Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang

dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad

Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu hukumnya wajib a’in.

Demikian menurut Syamsuri Siddiq (1982:12). Penulis sendiri cenderung

kepada wajib a’in, hanya bentuk dakwahnya yang berbeda tergantung

kepada profesi dan kemampuan masing-masing.17

Ada saatnya dimana da’i menjadi efektif dan berbicara membawa

bencana, tetapi di saat lain terjadi sebaliknya, diam malah mendatangkan

bahaya besar dan berbicara mendatangkan hasil yang gemilang.

Kemampuan da’i menempatkan dirinya, kapan harus berbicara dan kapan

harus memilih diam, juga adalah hikmah yang menentukan keberhasilan

dakwah.18

Da’i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama tetapi

mengamalkannya. Seharusnya da’ilah orang pertama yang mengamalkan

apa yang diucapkannya. Kemampuan da’i untuk menjadi contoh nyata

umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh

ditinggalkan oleh seorang da’i. Dengan amalan nyata yang langsung

dilihat oleh masyarakatnya, para da’i tidak terlalu sulit untuk berbicara

banyak, tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari

sekedar berbicara.

16 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 12 17 Internet. Artikel Ilmu Dakwah indonetasia.com/definisionline/index.php. diakses pada

tanggal 14-06-2010 18 Internet. Definisi_Dakwah takafultimdiniyah.multiply.com/journal. diakses pada

tanggal 14-06-2010

Page 25: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

16

2. Objek Dakwah, sedangkan yang dijadikan objek dakwah adalah peristiwa

komunikasi di mana da’i menyampaikan pesan melalui lambing-lambang

kepada Mad’u, dan mad’u menerima pesan itu, mengolahnya dan

kemudian meresponnya. Jadi, proses saling mempengaruhi antara da’i dan

mad’u adalah merupakan peristiwa mental. Dengan mengacu pada

pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah

ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan

tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah

berusaha menyingkap apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia

yang terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan

itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu.

3. Materi Dakwah, ialah ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran Islam

inilah yang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak

mereka agar mau menerima dan mengikutinya. Diharapkan agar ajaran-

ajaran Islam benar-benar diketahui, dipahami, dihayati dan diamalkan,

sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan

ketentuan-ketentuan agama Islam.19

4. Media Dakwah, yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah

dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.20 Media

dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan matrei

dakwah.21

19 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press,

1997), cet. Ke-1, h. 11 20 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 40 21 Warbi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-

1, h.35

Page 26: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

17

Media adalah suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan

sesuatu. Sarana penggunaannya adalah keefektifan dan keefisienan,

semakin efektif dan efisien suatu media dalam menyampaikan sesuatu,

maka ia akan jadi pilihan. Adapun 3 wasilah dakwah (media dakwah) dari

segi penyampaian pesan, yaitu:

a. Spoken Words, yaitu media dakwah berbentuk ucapan atau bunyi yang

dapat ditangkap dengan panca indera pendengaran seperti radio,

telepon dan sebagainya.

b. Printed Writing, yaitu media dakwah yang berbentuk tulisan, gambar,

lukisan dan sebagainya yang dapat dengan panca indera penglihatan.

c. The Audio Visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar hidup

yang dapat didengar dan dilihat, seperti televisi, video dan sebagainya.

Menurut Drs. Slamet Muhaemin Abda, media dakwah dari

instrumennya dapat dilihat dari empat sifat, yaitu:

a. Media visual yaitu alat yang dapat dioperasikan untuk kepentingan

dakwah dengan melalui indera penglihat seperti film, slide,

transparansi, overhead projector, gambar, foto dan lain-lain.

b. Media auditif yaitu alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana

penunjang dakwah yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran,

seperti radio, tape recorder, telepon, telegram dan sebagainya.

c. Media audio visual yaitu alat-alat dakwah yang dapat didengar juga

sekaligus dapat dilihat, seperti movie film, televisi, video dan

sebagainya.

Page 27: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

18

Media cetak yaitu cetakan dalam bentuk tulisan dan gambar sebagai

pelengkap informasi tulis, seperti buku, surat kabar, majalah, bulletin, booklet,

leaflet dan sebagainya.22

5. Metode Dakwah, Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta

(melalui) dan hodos (jalan, cara). Sumber yang lain menyebutkan bahwa

metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode.

Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang

dalam bahasa Arab disebut thariq.23 Sementara itu, dalam Kamus bahasa

Indonesia kata metode mangandung arti “cara yang teratur dan berpikir baik-

baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan”.24 Jadi metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan.

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i

untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan

untuk mencapai tujuan tertentu.25

Al-Qur’an menurut Sayyid Quthub, mengemukakan prinsip-prinsip

umum metodologi dakwah. Dianataranya ialah prinsip dakwah dengan

bijaksana dan kearifan (bi al-hikmah), dakwah dengan nasehat yang baik (bi

22 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 44 23Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 35 24 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet. IX, 1986),

h. 649 25 Warbi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-

1, h. 34

Page 28: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

19

al-mau’izhat al-hasanah), dakwah dengan dialog yang baik (bi al-jadal al-

husna), dan dakwah dengan pembalasan berimbang (mu’aqabat bi al-mitsl).26

Adapun metode dalam melaksanakan dakwah tercantum dalam Al-

Qur’an surat An-Nahl ayat 125:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. An-Nahl/16: 125)

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga

cara:27

a. Al-Hikmah

Kata hikmah dalam bentuk masdarnya adalah “hukman” yang

diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan

hukum berarti mencegah dari kedzaliman dan jika dikaitkan dengan

dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam

melaksanakan tugas dakwah.28

26 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah sayyid Quthub:Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006), cet. Ke-1, h. 246 27 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 36 28 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 8

Page 29: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

20

Pengertian al-hikmah menurut Prof. Toha Jahja Omar MA, yaitu

bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang

harus berpikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan

menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan

hal-hal yang dilarang Tuhan.29

M. Abduh berpendapat bahwa, hikmah adalah mengetahui rahasia

dan faedah dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan

yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna30 ataupun diartikan

meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.31

Al-hikmah diartikan pula sebagai al ‘adl (keadilan), al-haq

(kebenaran), al-hilm (ketabahan), al ‘ilm (pengetahuan), terakhir an

Nubuwwah (kenabian). Di samping itu, al-hikmah juga diartikan sebagai

menempatkan sesuatu pada proposisinya.32

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi:

“Dakwah dengan bil-hikmah ialah dakwah dengan menggunakan

perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran

dan menghilangkan keraguan”.

Menurut Ki. M.A. Mahfoeld al-hikmah adalah berarti tepa selira,

mengukur baju dengan diri sendiri, tidak memberikan kepada orang lain

apa yang diri sendiri tak senang dapat dari orang lain.33

29 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h.36 30 Lihat, Sa’dy Abu Habib, al-Qomusul Fiqhi, h. 97 31 Abu Hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid 1, h. 392 Juga Dr. Zaid Abdul Karim, ad-Dakwah

bil-Hikmah, h. 26 32 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 10 33 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h.37

Page 30: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

21

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi

yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang

kepada agama atau Tuhan.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah

kemampuan da’i memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah

dengan kondisi objektif mad’u. Memang tidak semua orang meraih sukses.

Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang layak mendapatkan

hikmah Insya Allah juga akan berimbas kepada para mad’unya, sehingga

mereka termotivasi untuk merubah diri dan mengamalkan apa yang

disarankan da’i kepada mereka.

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya

dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan,

strata sosial, dan latar belakang budaya, para da’i memerlukan hikmah,

sehingga ajaran Islam mampu memasuki runag hati para mad’u dengan

tepat.34 Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mengerti dan memahami

sekaligus mamanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima

dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.

Dengan demikian jika hikmah dikaitkan dengan dakwah kita akan

menemukan bahwa ia merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk

tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus

menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang

dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab sudah jelas bahwa

dakwah tidak akan berhasil menjadi suatu wujud yang riil jika metode

34 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h.11

Page 31: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

22

dakwah yang dipakai untuk menghadapi orang bodoh sama dengan yang

dipakai untuk menghadapi orang terpelajar. Jelas, kemampuan kedua

kelompok tersebut dalam berpikir dan menangkap dakwah yang

disampaikan tidak dapat disamakan. Bagaimanapun daya pengungkapan

dan pemikiran yang dimiliki manusia berbeda-beda.35

b. Al-Mau’idzatil Hasanah

Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, mau’izhah

dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-

‘idzatan yang berarti: nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan,36

sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya

kebaikan lawannya kejelekan.37

Menurut pakar bahasa, nasehat (al-wa’zh atau mau’izdhah)

mengandung arti teguran atau peringatan. Ashfahani, dengan mengutip

pendapat Imam Khalil, menyatakan bahwa nasihat adalah memberikan

peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat menyentuh hati. Jadi,

makna terpenting dari nasihat adalah mengingatkan (tadzkir) dan membuat

peringatan (dzikra) kepada umat manusia.38

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh

H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:

35 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 14 36 Lois Ma’luf, Munjid al-Lughah wa A’lam (Beirut: Dari Fikr. 1986) h. 907, Ibnu

Mandzur, Lisan al-Arab, jilid VI (Beirut: Dar Fikr, 1990), h. 466. 37 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 16 38 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah sayyid Quthub:Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006), cet. Ke-1, h. 249

Page 32: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

23

“Al-Mau’izhah al-Hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak

tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan

menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.”39

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’izhah al-Hasanah

merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke

jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah

lembut agar mereka mau berbuat baik.40

Mau’idzatil Hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang

mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita

gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan

pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan

akhirat.41

Dari beberapa definisi di atas, mau’izhah hasanah tersebut bisa

diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:

1) Nasihat atau petuah

2) Bimbingan, pengajaran (pendidikan)

3) Kisah-kisah

4) Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir)

5) Wasiat (pesan-pesan positif).

39 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 37 40 Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah fi ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-

Dakwah, 1989), h. 260 41 Harjanji Hefni, dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2001), cet. Ke-1, h. 240

Page 33: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

24

Menurut Ki. M.A. Mahfoeld, al-mau’idzatil hasanah adalah diukur

dari segi dakwah itu sendiri.42 Hasanah dalam dakwah adalah sebagai

ridha ibadah kepada Allah SWT. Dan di dalamnya mengandung:

1) Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya.

2) Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya, sehingga

menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali ke jalan

Tuhannya, jalan Allah SWT.43

Jadi kalau kita telusuri kesimpulan dari Mau’idzatil Hasanah, akan

mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh

kasih sayang ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak

membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-

lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras

dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan

daripada larangan dan ancaman.

c. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata

“jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada

huruf jim yang mengikuti wazan faa ala, “jaa dala” dapat bermakna

berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.44

Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-

mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti

42 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 37 43 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 17 44 Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, Jakarta:Pustaka Progresif, 1997, Cet. Ke-

14, h. 175 hal ini juga dapat dilihat pada kamus al-Bisri, karangan K.H. Adib Bisri dan K.H. Munawwir AF, Pustaka Progresif, 2000, h. 67 dan ini berarti sama pula dengan lafaazh al-Khiwaar yang berarti jawaban, al-Mukhaawaroh; Tanya jawab, perdebatan. Lebih jelas lihat kamus al-Bisri, h. 140

Page 34: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

25

upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa

adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara

keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah

suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan

cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Menurut tafsir An-Nasafi,45 kata ini mengandung arti:

“Berbantahan dengan baik yaitu dengan jalan sebaik-baiknya dalam

bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut,

tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu

(perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan

menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan bagi orang yang

enggan melakukan perdebatan dalam agama.”

Menurut Ki. M.A. Mahfoeld, allati hiya ahsan yaitu bi daru

‘uqulihim, dengan kadar tingkat obyek yang bersikap bantahan. Maka

harus melihat apakah obyek dakwah itu Islam, Islam abangan atau non

Islam.46

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, Al-

Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak

secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar

lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi

dan bukti yang kuat.

45 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 38 46 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 38

Page 35: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

26

Tujuan Dakwah adalah Dakwah yang dilaksanakan harus

mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupa

sehingga jelas apa yang hendak dicapai. Di dalam proses dakwah, tujuan

adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan

itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan

dakwah.

Menurut Drs. H.M. Arifin M.Ed., tujuan dakwah adalah untuk

menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran

agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama. Oleh

karena itu ruang lingkup dakwah adalah menyangkut masalah

pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat

positif dalam segala lapangan hidup manusia.

Syekh Ali Mahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima

perkara, yaitu:

1) Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan

amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

2) Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik.

3) Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan di antara

kaum muslimin.

4) Menolak faham atheisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka

bekerja.

5) Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat atau kepercayaan yang

tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu Ushuluddin.

Page 36: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

27

Dari rumusan tujuan pelaksanaan dakwah di atas dapat ditarik

kesimpulan, bahwa tujuan dakwah ada dua, yaitu:

a. Tujuan langsung yakni ditujukan langsung kepada masyarakat agar

melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-nya.

b. Tujuan tidak langsung, yaitu dengan membentuk kader-kader da’i baik

melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal, sehingga mereka

dapat diterjunkan ke dalam masyarakat.

Tujuan umum maupun khusus dakwah yaitu:

a. Mengajak orang-orang Islam untuk memeluk agama Islam (meng-

Islamkan orang-orang non-muslim).

b. MengIslamkan orang-orang Islam artinya meningkatkan kualitas iman,

Islam dan ihsan kaum muslimin sehingga mereka menjadi orang-orang

yang mengamalkan Islam secara keseluruhan (kaffah).

c. Menyerahkan kebaikan dan mencegah timbulnya dan tersebarnya bentuk-

bentuk kemaksiatan yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan

individu dan masyarakat.

d. Membentuk individu-individu dan masyarakat yang menjadi Islam sebagai

pegangan dan pandangan dalam segi-segi kehidupan politik, ekonomi,

sosial dan budaya.

Jadi tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia

dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam

dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.47

47 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 5

Page 37: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

28

E. Sasaran Dakwah

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat,

bila dari aspek kehidupan psikolgis, maka dalam pelaksanaan program

kegiatan dakwah berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan

atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat ilihat dari segi sosiologis

berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta

masyarakat di daerah marginal dari kota besar.

2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur

kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosial cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini

terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

4. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi

tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

5. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari

okupasinal (profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang,

seniman, buruh, pegawai negeri (administrator).

6. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat

hidup sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan

miskin.

7. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis

kelamin berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.

Page 38: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

29

8. Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segikhusus berupa

golongan masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna karya, naarapidana dan

sebagainya.

Dan jika disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah meliputi

semua golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan masing-

masing memiliki ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-cara

yang berbeda-beda dalam berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa mad’unya,

dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan dapat diterima dengan

baik oleh mad’u.

Secara garis besar, ajaran Islam meliputi lima aspek penting yaitu

aqidah, syari’ah, ibadah, mu’amalah dan akhlak. Dengan begitu bisa dikatakan

akhlak merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus menjadi puncak

dari seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan, semua bentuk ibadah bermuara

pada pembentukan akhlak yang mulia.48

1. Aqidah

Dari segi bahasa, aqidah berasal dari al ‘aqdu yang berarti ikatan,

kepastian, pengukuhan, pengencangan dengan kuat, juga berarti yakin dan

mantap (Kamus Lisan al-Arab, III:295-300). Aqidah atau iman yaitu

pengakuan dengan lisan dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang

dibawa oleh Rasulullah adalah benar dan hak. Masalah iman ini telah

digariskan dan ditetapkan sebagai yang tersebut dalam rukun iman.49

Aqidah ini merupakan fondamen bagi setiap muslim. Aqidah inilah

yang menjadi dasar yang memberi arah bagi hidup dan kehidupan seorang

48 Didin Hafidhuddin, Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pustaka Zaman, 2000), cet. Ke-1, h. 71

49 Syekh Thahir Ibn Saleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, (Al-Qahirah: 1386 H, T.pn.,) hlm, 3

Page 39: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

30

muslim. Aqidah ini merupakan keimanan kepada Allah SWT, para

malaikat as, kitab-kitab yang diwahyukan kepada para Rasul, adanya hari

kiamat dan adanya qadha’ dan qadar serta masalah-masalah yang berakitan

dengan pokok-pokok keimanan itu. Hal ini pernah diterangkan oleh Nabi

Muhammad Saw ketika beliau menjawab pertanyaan malaikat Jibril as

sebagai berikut:50

أن تؤ من باهللا ومال ئكته وآتبه ورسوله واليوم اآلخر )رواه مسلم عن عمر(وتؤمن بالقدر خيره وشره

Artinya :“Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir dan adanya takdir baik dan buruk (yang diciptakan oleh)Nya.” (HR. Muslim dan Umar)

Dimensi aqidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia

terhadap rukun iman, kebenaran agama dan masalah-masalah gaib yang

diajarkan agama. Inti dimensi aqidah dalam ajaran Islam adalah tauhid.

Ismail R. Al-Faruqi seperti dikutip oleh Fuad Anshori bahwa esensi Islam

adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan yang menegaskan Allah

sebagai Yang Maha Esa.51

Aqidah adalah pesan-pesan dakwah yang meliputi: Iman kepada

Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada

Rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan qadar.52

2. Syari’ah

Secara bahasa (etimologi) kata “syari’ah” berasal dari Bahasa

Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-

50 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 11 51 Fuad Nashori dan Pachmy Diana Muharam, Mengembangkan Kretaivitas dalam

Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), cet. Ke-2, h. 78 52 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 95

Page 40: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

31

peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat harus dipatuhi dan

dilaksanakan sebagaimana mestinya.53

Berbicara mengenai syari’ah, Syeikh Mahmud Syaltut,

sebagaimana dikutip H. Endang Saefuddin Anshari, M.A, menulis:54

keyakinan merupakan dasar daripada syari’ah. Dan syari’ah adalah hasil

daripada kepercayaan, sebab perundang-undangan tanpa keimanan

bagaikan bangunan yang tidak bertumpuan dan keimanan dengan tidak

disertai syari’ah untuk melaksanakannya, hanyalah akan merupakan teori,

ajaran yang tiada berdaya dan berhasil.

Syari’ah mengandung cara-cara atau peraturan ibadah seperti

sembahyang, puasa, zakat, ibadah haji dan lain-lain yang dalam istilah,

lebih umum disebutkan “hablum minallah”. Syariah juga mengandung

muamalah seperti perkawinan, hutang-piutang, jual-beli, keadilan sosial,

pendidikan dan lain-lain yang menyangkut hubungan manusia (hablum

minan nas).55

3. Ibadah

Ibadah adalah bahasa Arab yang secara etimologi berasal dari akar

kata ‘abada-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan yang berarti taat, tunduk, patuh,

merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna

yang berdekatan.56 Para ahli dari berbagai disiplin ilmu mengemukakan

pengertian ibadah dari segi terminologi dengan rumusan yang bervariasi

53 M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,

h. 343 54 Endang Saefuddin Anshari, Kuliah Al Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan

Tinggi, (Jakarta:Rajawali, 1992), cet. Ke-3, ed.2, h. 91 55 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), cet. Ke-1, h.10 56 Al-Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah fi al-Islam, Muassasah al-Risalah, (Beirut: T.pn.,1979).

cet. 6, h. 27

Page 41: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

32

sesuai dengan bidangnya. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan

ibadah sebagai berikut: Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah

dan menyelenggarakan segala syari’at (hukum). Menurut ahli Fiqh, ibadah

adalah: Segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai

keridhaan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.57

Para Ulama membagi ibadah menjadi dua, yaitu ibadah makhdhah

dan ibadah ghair makhdhah. Ibadah makhdhah adalah berbagai perbuatan

yang dilakukan semata-mata hanya wujud pengabdian seseorang kepada

Tuhannya. Sedangkan ibadah ghair makhdhah adalah berbagai perbuatan

yang dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan kehidupan dunia yang

disertai dengan niat mencari ridha-Nya.58

Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah

beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah adalah

mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan mengoptimalkan

kecintaan kepada Allah. Dan ibadah di dalam Islam mencakup agama

secara keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan dengan berbagai

macam isinya.59

4. Muamalah

Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi

bahasa dan ke dua dari segi istilah. Menurut bahasa muamalah berasal dari

kata ‘aamala-yu’aamilu-mu’aamalatan sama dengan wazan faa’ala-

57 Tengku Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang,

1994), cet. Ke-8, h. 3 58 M. Saefuddaulah, Akhlak Ijtima’iyah, (T.tp.:Pamator, 1998), cet. Ke-1, h. 8 59 Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005),

cet. Ke-1, h.118

Page 42: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

33

yufaa’ilu-mufaa’alatan, artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling

mengamalkan.60

Menurut istilah, pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian

muamalah dalam arti sempit. Definisi muamalah dalam arti luas dijelaskan

oleh para ahli sebagai berikut: Al Dimyati berpendapat bahwa muamalah

adalah: Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah

ukhrawi.61

Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa muamalah adalah

peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup

bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.62

Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas),

didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut:

a. Menurut Hudlari Byk: Muamalah adalah semua akad yang

membolehkan manusia saling menukar manfaatnya.

b. Menurut Idris Ahmad,63 muamalah adalah aturan-aturan Allah yang

mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk

mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling

baik.

c. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar-menukar barang atau

sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.

60 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 1 61 Lihat al Dimyati, dalam: I’anat al Thalibin, Toha Putra, Semarang, tt. hlm.2 62 Lihat Abdul Madjid, dalam : Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kbendaan

dalam Islam, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 1986 hlm. 1 63 Lihat Fiqh al-Syafi’iyah, Karya Indah, Jakarta, 1986, hlm. 1

Page 43: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

34

d. Muamalah menurut Fuqaha yaitu segala hukum yang dilaksanakan

untuk kebaikan keluarga, masyarakat dan Negara atau kemuslihatan

dunia.64

5. Akhlak

Akhlak secara etimologis berarti tingkah laku atau perbuatan. Dan

secara terminologis akhlak adalah tingkah laku manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam

sekitarnya.65

Imam Ghazali dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menyatakan

sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang

menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pikiran dan pertimbangan.66

Dr Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak” mengatakan bahwa

akhlak adalah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia,

yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau

yang batil.67

Sedangkan menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan

tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.68

Akhlak yang dituntut dan dipelihara ialah akhlak yang merupakan

sendi agama di sisi Tuhan, bukanlah sekedar mengerti bahwa kebenaran

64 Tengku Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy, Kuliah Ibadah, h. 5 65 Hasan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan

Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000), cet. Ke-2, h. 57 66 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, h. 3 67 Ahmad Amin, Al-Akhlak, terjemahan Y Bahtiar Affandy, (Jakarta: Jembatan, 1995), h.1 68 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 3

Page 44: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

35

itu adalah mulia dan dusta adalah hina, dan bukan pula sekedar

mengetahui bahwa ikhlas itu suatu yang agung, sedang tipu daya adalah

sebuah kehancuran. Akan tetapi akhlak yang dituntut yaitu reaksi jiwa dan

segala sesuatu yang mempengaruhinya untuk melakukan apa yang patut

dilakukan dan meninggalkan apa yang harus ditinggalkan.69

Adapun ruang lingkup akhlak terbagi dalam beberapa bagian:

a. Akhlak terhadap Kholik. Allah SWT adalah Al-Khaliq (Maha

pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia

wajib tunduk kepada peraturan Allah. Hal ini menunjukkan kepada

sifat manusia sebagai hamba.

b. Akhlak terhadap Mahkluk. Prinsip hidup dalam Islam termasuk

kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang

beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah

ibarat satu jasad, dimana satu anggota badan dengan anggota badan

lainnya mempunyai hubungan yang erat.70

F. Pengertian Masjid

Ditinjau dari segi bahasa Masjid berasal dari bahasa Arab yaitu dari

kata sajada, yasjudu yang berarti sujud, sedangkan kata masjid merupakan

isim makan dari kata tersebut yang berarti tempat bersujud.

Pada zaman pra-Islam tempat di sekitar Ka’bah dinamakan masjid.

Abu Bakar membangun sebuah tempat untuk shalat di dekat rumahnya di

mekkah. Terdapat keragaman gaya bangunan masjid, namun terdapat

69 Ali Akbar, Nabi Muhammad Pembawa Rahmat, Suara Mesjid, No. 64, DDII, hlm. 9 70http://www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=286,

diakses pada tanggal 08 Mei 2010, pada pukul 16:40 WIB

Page 45: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

36

beberapa elemen utama. Syarat utama sebuah masjid adalah tersedianya

sebuah ruangan besar untuk menjalankan shalat, baik beratap maupun tidak

beratap, yang didalamnya jama’ahnya membentuk barisan di belakang posisi

imam untuk menyelenggarakan shalat berjama’ah.71

Seseorang tidak diperkenankan berdiam di dalam ruangan ini kecuali

dalam keadaan suci dai hadats besar. Untuk memastikan arah kiblat, ka’bah

biasanya dalam sebuah masjid terdapat sebuah ruangan yang dinamakan

mihrab. Masjid juga dapat dijadikan sebagai lembaga untuk melaksanakan

aktifitas-aktifitas dakwah.

71 Prof. Huston Smith, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 1999)

Page 46: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

BAB III

PROFIL K.H. MUHYIDDIN NA’IM DAN MASJID AL-AKHYAR

KEMANG JAKARTA SELATAN

A. Profil K.H. Muhyiddin Na’im

1. Latar Belakang Keluarga

Beliau lahir di Jakarta, pada tanggal 12 Januari 1950, K.H.

Muhyiddin Na’im adalah putra dari keluarga pasangan Alm. K.H.

Muhammad Na’im dan Almh. Hj. Saodah Binti Musyaffa’. Beliau terlahir

dari keluarga yang sangat religius. Ayahandanya semasa hidup adalah

seorang Ulama besar, dan beliau dikenal sebagai salah satu Ulama besar

yang turut mensyiarkan agama Islam di berbagai daerah, khususnya

diwilayah Cipete Utara Jakarta-Selatan.

K.H. Muhammad Na’im Lahir pada tahun 1912, dari pasangan,

beliau juga aktif dalam salah seorang pengurus Syuria NU dengan

Rekannya seperti K.H. Abdul Wahid Hasyim, K.H. Idham Chalid, K.H.

Anwar Musyaddad, K.H. Ilyas, K.H. Saifuddin Zuhri, K.H. Tohir Rohili,

K.H. Mursyidi, K.H. Ishaq Yahya, K.H. Ahmad Syaikhu, K.H. Nur Ali

Bekasi, K.H. Abdul Aziz Amin. Beliau juga menjadi saksi atas

dideklarasikannya pemerintah Republik Indonesia Serikat. H. Na’im dan

Mera dan beliau meninggal dunia pada 12 Mei 1973 pada usia 61 tahun.

Seminggu sebelum wafat, kini istrinya yang masih hidup ada dua orang.

Putra-putrinya yang masih hidup ada 27 orang. Cucu cicitnya ada sekitar

300 orang. Diantara mereka yang aktif dalam bidang dakwah dan

36

Page 47: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

37

pendidikan, seperti K.H. Abdul Hayyi Na’im, K.H. Muhyiddin Na’im,

K.H. Muhammad Fatih Na’im, Hj. Siti Aisyah, Hj. Mahmudah Na’im, siti

Sahlah Na’im. Di samping itu banyak pula yang mengabdikan diri di

berbagai instansi pemerintah dan swasta.1

K.H. Muhyiddin Na’im adalah seorang Ulama dan tokoh

masyarakat betawi yang sangat di hormati, dan karena pengalaman beliau

yang cukup luas dapat memberikan motivasi tersendiri bagi K.H.

Muhyiddin Na’im untuk berkesempatan berdakwah dan mengetahui

bagaimana cara mempraktekan dakwah diberbagai forum, baik didalam

maupun diluar negeri.

K.H. Muhyiddin Na’im mempunyai beberapa saudara kandung,

diantaranya Hj. Zakiyah Na’im, Hj. Nafisah Na’im, K.H. Muhyiddin

Na’im, Hj. Mahmudah Na’im, H. Muhammad Ali Na’im, H.

Abdurrahman Na’im, H. Adnan Na’im, H. Muhammad Diinul Hadi

Na’im, H. Maliha Na’im, H. Zaenal Aripin Na’im, Hj. Azizah Na’im,

tidak ketinggalan kakak maupun adik-adiknya yang berkecimpung dalam

mensyiarkan agama Islam.

Sejak kecil kedua orang tuanya, terutama bapaknya (K.H.

Muhammad Na’im) cukup dikenal sebagai orang tua yang sangat tegas

terhadap anak-anaknya, sudah mempersiapkan bekal pendidikan agama,

berupa belajar membaca Al-Qur’an, cinta dengan Ilmu agama yang

mengharuskan beliau untuk selalu dan terus belajar.

1 Wawancara dengan adik K.H. Muhyiddin Na’im (K.H. Abdurrahman Na’im) di masjid

An-Nur Cipete Utara Jakarta Selatan.

Page 48: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

38

Sejak usia belia, beliau sudah terbiasa dengan kesibukan dakwah,

sama halnya dengan anak-anak seusianya, beliau juga bermain bersama

teman-temannya akan tetapi beliau tidak pernah melupakan kewajibannya

sebagai pelajar untuk menuntut ilmu agama.

Beliau sudah berdakwah dari kecil, tetapi sesudah menikah atau

kurang lebih 28 tahun lalu, ternyata beliau lebih menyukai dan menekuni

profesi dakwah sebagaimana beliau mengikuti jejak ayahnya. Dan di usia

yang sudah matang ini, beliau masih menggeluti di dunia dakwah atas

dukungan dari istri tercintanya, Hj. Rohimah dari seorang anak K.H.

Fathullah (Alm).

Beliau bukan hanya sekedar seorang da’i yang berani berjuang di

medan dakwah, melainkan beliau juga seorang guru atau kyai yang selalu

membimbing dan mendidik murid-muridnya agar menjadi lebih baik dan

berakhlakul karimah. Dan beliau juga seorang suami yang banyak

memberi panutan bagi keluarganya, beliau selalu menyempatkan waktu

luang untuk berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga besarnya.

Hingga saat ini K.H.Muhyiddin Na’im mempunyai lima orang

anak yang sangat di banggakan. Di antara nya : Rozana, H.Muhammad

wafi, Ahmad Labib, Rihaburrahman dan Naji.

2. Latar Belakang Pendidikan K.H. Muhyiddin Na’im

Ulama yang sangat ramah ini tidak hanya pandai berbicara, tetapi

beliau juga aktif saat bangku sekolah, sejak kecil beliau bercita-cita ingin

menjadi da’i sekaligus guru. Dari kecil beliau juga sering mengikuti ayah

Page 49: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

39

mengajar pengajian. Sehingga apapun ilmu yang diturunkan padanya

selalu direalisasikan.

Bapak dari lima orang anak ini pernah menuntut Ilmu di Jakarta

sampai antar propinsi sampai perguruan tinggi di luar negri, diantara nya :

a. SD yang terletak didaerah Perla Jakarta selata tahun

b. MTs yang berada diJombang yaitu Tebuireng,

c. selanjutnya beliau melanjutkan ke perguruan tinggi di Damaskus

(Syiria), disana beliau mendapat gelar Lc dan Kairo (Mesir) beliau

mendapat gelar MA.

Beliau sama sekali tidak membeda-bedakan antara ilmu umum

dengan ilmu agama, karena menurut sang ayah “apapun ilmu itu selama

baik dan membawa manfaat maka raihlah terus”2.

Beliau tidak hanya menuntut ilmu didalam negeri saja, akan tetapi

beliau juga menuntut ilmu di luar negeri bagian timur, Damaskus atau

Syiriya, Jerman dan Amerika.

B. Aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im

Sejak belia, beliau sudah banyak melakukan hal-hal positif yang

membawanya kearah yang lebih baik baik, diantaranya : belajar mengajar,

belajar ceramah di berbagai pengajian. Dan beliau juga termasuk orang yang

gemar membaca khususnya kitab-kitab untuk menuangkan inspirasinya, waktu

selebihnya ia gunakan untuk ceramah, berkhutbah, dan memberikan ilmu

kepada orang lain.

2 Wawancara dengan KH. Muhyiddin Na’im di kediamannya pada tanggal 15 Mei 2010.

Page 50: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

40

Da’i yang penuh tawaddlu’ ini tidak pernah merasa lelah untuk

melakukan semua aktivitasnya. Dari kecil sampai sekarang beliau terkenal

mudah bergaul dengan siapa saja. Maupun dengan para pejabat beliau cukup

di kenal karena beliau aktif dalam beberapa lembaga-lembaga pemerintahan

juga, seperti NU (Nahdlotul Ulama), MUI DKI (Majelis Ulama Indonesia),

FUHAB Forum Ulama Habaib) dll, maka dari sini beliau mempunyai tekad

dakwah untuk mengembangkan agama Islam.

Selama ini beliau tidak hanya ceramah di Masjid Al-Akhyar yang

beliau pimpin, akan tetapi beliau juga berceramah atau mengisi pengajian di

berbagai daerah khususnya wilayah DKI Jakarta Selatan. Selain itu beliau juga

sering diundang ceramah pada acara hari-hari besar Islam seperti : Maulid

Nabi SAW, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan undangan ceramah di

dalam maupun luar negeri.

Pada awalnya kegiatan dakwah bil-lisan K.H. Muhyiddin Na’im hanya

mengajar pada satu masjid yang terletak dekat rumah beliau di daerah Cipete

Jakarta Selatan yaitu masjid An-Nur tempat bapaknya mengajar, akan tetapi

karena efek yang ditimbulkan dari dakwah yang disampaikannya

membuahkan hasil, maka beliau terus melanjutkan dakwahnya dengan

mengajak masyarakat setempat untuk belajar mengaji.

Pada usia 25 tahun, beliau mulai memberanikan diri untuk

menunjukkan performanya sebagai penceramah atau da’i muda. Meskipun

dakwah yang disampaikannya belum maksimal ternyata dakwah yang

dirasakan sangat bermanfaat bagi mad’u pada saat itu. Sehingga beliau

mengajak masyarakat setempat untuk mengaji dan belajar bersama.3

3 Wawancara dengan KH. Muhyiddin Na’im di kediamannya pada tanggal 15 Mei 2010.

Page 51: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

41

Beliau bukan pria yang mudah menyerah, tetapi beliau semakin

penasaran untuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar beliau terus mampu

untuk mengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.

Setelah menikah beliau lebih konsentrasi lagi dalam berdakwah,

karena beliau sudah mempunyai banyak pengalaman sekaligus pengetahuan

yang sudah beliau dapatkan dari membaca.

Dalam wawancara yang penulis dapati, beliau mengkategorikan

dakwah bil lisan sama halnya seperti pidato, ceramah, mengaji, diskusi,

nasihat atau segala yang penyampaiannya melalui lisan dengan bertujuan

untuk mengajak orang menjadi lebih baik.

Figurnya sebagai ulama yang akan haus akan ilmu dan beramal,

mengajak dirinya dimanapun beliau berada dan ada kesempatan, beliau tak

segan-segan untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang

bersifat keagamaan. Dakwah bil lisan yang dilakukan K.H. Muhyiddin Na’im.

Penulis kelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

1. Ceramah, dakwah yang beliau lakukan melalui ceramah ini adalah

menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik dan membawa

nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa mad’u

menjadimanusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan

Tuhannya (Allah SWT). Biasanya beliau melakukan pengajian di beberapa

Masji di Jakarta dalam satu harinya.

Tidak hanya selain ceramah di Jakarta, beliau juga ceramah diluar

kota dan bahkan diluar negeri seperti Syiria dan Damaskus. Aktivitas

ceramah diluar negeri ini mulai sejak tahun kurang lebih 1990an hingga

Page 52: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

42

saat ini. Banyak perbedaan yang terdapat antara ceramah didalam negeri

dalam suatu pengajian terdapat beberapa orang yang memulai acara

sampai do’a, sedangkan diluar negeri sejak mulai acara atau do’a, yang

memimpin hanya beliau.

2. Mengaji, dakwah ini juga biasa beliau lakukan dalam setiap minggunya.

Dengan mengadakan pengajian mingguan bapak-bapak maupun remaja

dalam setiap minggunya. Dengan mengadakan pengajian mingguan bapak-

bapak ataupun remaja di wilayah Kemang Jakarta Selatan khususnya pada

pembahasan kali ini di Masjid Al-Akhyar, guna menyampaikan pesan

dakwah sekaligus nasihat-nasihat yang sholeh dan diakhiri dengan tanya-

jawab dari mad’u kepada beliau.

Dalam pengajian tersebut membahas kitab “Riyadushsholihin”

adaalh kitab yang secara keseluruhannya membahas tentang Fiqh, sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, dan memberikan pemahaman secara utuh

karena kitab tersebut adalah salah satu kitab yang terpenting dalam kitab

referensi Islam.

3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh K.H.

Muhyiddin Na’im dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para

‘alim ulama serta tokoh agama untuk membahas suatu permasalahan dan

bertukar fikiran tentang agama Islam, musyawarah seperti ini biasanya

dilakukan didalam suatu organisasi seperti NU dan MUI di Jakarta

Selatan.

Dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang notabennya adalah sumber

utama yang mencakup keseluruhan kultur Islam yang murni. Adapun

Page 53: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

43

materi yang digunakan dalam pembahasan yang digunakan untuk

pengisian ceramhnya yaitu tentang : tauhid, muamalah, sejarah, akhlak dan

do’a-do’a lainnya. Profesinya sebagai ulama membuat beliau banyak

bersosialisasi dengan siapapun sehingga beliau sering kali di undang untuk

ceramah di berbagai tempat baik itu di jabodetabek tetapi juga di luar

negeri.

Pada awalnya kegiatan dakwah bil-lisan K.H. Muhyiddin Na’im

hanya mengajar pada satu masjid yang terletak dekat rumah beliau di

daerah Cipete Jakarta Selatan yaitu masjid An-Nur tempat bapaknya

mengajar, akan tetapi karena efek yang ditimbulkan dari dakwah yang

disampaikannya membuahkan hasil, maka beliau terus melanjutkan

dakwahnya dengan mengajak masyarakat setempat untuk belajar mengaji.

Pada usia 25 tahun, beliau mulai memberanikan diri untuk

menunjukkan performanya sebagai penceramah atau da’i muda. Meskipun

dakwah yang disampaikannya belum maksimal ternyata dakwah yang

dirasakan sangat bermanfaat bagi mad’u pada saat itu. Sehingga beliau

mengajak masyarakat setempat untuk mengaji dan belajar bersama.

Beliau bukan pria yang mudah menyerah, tetapi beliau semakin

penasaran untuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar beliau terus

mampu untuk mengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.

Setelah menikah beliau lebih konsentrasi lagi dalam berdakwah,

karena beliau sudah mempunyai banyak pengalaman sekaligus

pengetahuan yang sudah beliau dapatkan dari membaca.

Page 54: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

44

Dalam wawancara yang penulis dapati, beliau mengkategorikan

dakwah bil lisan sama halnya seperti pidato, ceramah, mengaji, diskusi,

nasihat atau segala yang penyampaiannya melalui lisan dengan bertujuan

untuk mengajak orang menjadi lebih baik.

Figurnya sebagai ulama yang akan haus akan ilmu dan beramal,

mengajak dirinya dimanapun beliau berada dan ada kesempatan, beliau tak

segan-segan untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang

bersifat keagamaan. Dakwah bil lisan yang dilakukan K.H. Muhyiddin

Na’im. Penulis kelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

4. Ceramah, dakwah yang beliau lakukan melalui ceramah ini adalah

menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik dan membawa

nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa mad’u

menjadimanusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan

Tuhannya (Allah SWT). Biasanya beliau melakukan pengajian di beberapa

Masji di Jakarta dalam satu harinya.

Tidak hanya selain ceramah di Jakarta, beliau juga ceramah diluar

kota dan bahkan diluar negeri seperti Syiria dan Damaskus. Aktivitas

ceramah diluar negeri ini mulai sejak tahun kurang lebih 1990an hingga

saat ini. Banyak perbedaan yang terdapat antara ceramah didalam negeri

dalam suatu pengajian terdapat beberapa orang yang memulai acara

sampai do’a, sedangkan diluar negeri sejak mulai acara atau do’a, yang

memimpin hanya beliau.

5. Mengaji, dakwah ini juga biasa beliau lakukan dalam setiap minggunya.

Dengan mengadakan pengajian mingguan bapak-bapak maupun remaja

Page 55: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

45

dalam setiap minggunya. Dengan mengadakan pengajian mingguan bapak-

bapak ataupun remaja di wilayah Kemang Jakarta Selatan khususnya pada

pembahasan kali ini di Masjid Al-Akhyar, guna menyampaikan pesan

dakwah sekaligus nasihat-nasihat yang sholeh dan diakhiri dengan tanya-

jawab dari mad’u kepada beliau.

Dalam pengajian tersebut membahas kitab “Riyadushsholihin”

adalah kitab yang secara keseluruhannya membahas tentang Fiqh, sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, dan memberikan pemahaman secara utuh

karena kitab tersebut adalah salah satu kitab yang terpenting dalam kitab

referensi Islam.

6. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh K.H.

Muhyiddin Na’im dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para

‘alim ulama serta tokoh agama untuk membahas suatu permasalahan dan

bertukar fikiran tentang agama Islam, musyawarah seperti ini biasanya

dilakukan didalam suatu organisasi seperti NU dan MUI di Jakarta

Selatan.

Dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang notabennya adalah sumber

utama yang mencakup keseluruhan kultur Islam yang murni. Adapun

materi yang digunakan dalam pembahasan yang digunakan untuk

pengisian ceramhnya yaitu tentang : tauhid, muamalah, sejarah, akhlak dan

do’a-do’a lainnya. Profesinya sebagai ulama membuat beliau banyak

bersosialisasi dengan siapapun sehingga beliau sering kali di undang untuk

ceramah di berbagai tempat baik itu di jabodetabek tetapi juga di luar

negeri.

Page 56: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

46

Dengan kesibukan yang banyak menyita waktunya, beliau tidak pernah

lupa untuk memperhatikan proyek sosial yang sudah beliau geluti kurang lebih

dari 20 tahun. Proyek sosial yang beliau tangani antara lain mengurus dan

mendidik anak yatim, panti jompo yang kurang mampu untuk mendapatkan

perhatian yang lebih layak, dan bencana alam seperti Tsunami. Gempa di

Sukabumi. Karena beliau juga untuk menjadi orang kepercayaan atau

penyambung penyalur donator yang sangat memperhatikan keadeaan bangsa

umat Islam di Indonesia, beliau adalah Syekh Hasan Hitho’ Cs, K.H.

Muhyiddin Na’im terpilih menjadi orang kepercayaaan seluruh sumbangan

yang beliau (Syekh Hasan Hitho’ Cs) salurkan.

Padatnya aktivitas yang beliau jalankan, tidak menyurutkan

kewajibannya sebagai suami, sekaligus guru dan da’i. Jika di rumah beliau

adalah sosok kepala rumah tangga yang sangat diandalkan, seorang yang

santun dan penyayang terhadap istri dan ank-anaknya. Tetapi apabila beliau

sedang tugas di luar, beliau adalah seorang guru, mu’allim, dan da’i yang

ramah. 4

Dari kegiatan-kegiatan beliau mempunyai visi dan misi yang sangat

rasional seperti : beliau membangun generasi muda dan kaum bapak-bapak

agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan

perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya

4 Wawancara disertai catatan aktivitasK.H. Muhyiddin Na’im. 20 Januari 2010

Page 57: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

BAB IV

ANALISIS AKTIFITAS DAKWAH K.H. MUHYIDDIN NA’IM

MELALUI MASJID AL-AKHYAR

A. Aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im

Menurut analisa penulis, bahwa aktivitas merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan oleh seorang atau lebih. Dari hasil penelitian penulis

mendapatkan beberapa data kegiatan beliau yang berupa kegiatan dakwah dan

kegiatan organisasi, diantaranya :

1. Sebagai wakil ketua komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), beliau

menjabat sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang.

2. Sebagai katib (Penulis) Sekertaris Suriah Nahdlotul Ulama (NU), beliau

menjabat sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang.

3. Sebagai sekertaris Yayasan Alumni Timur-Tengah Indonesia, beliau

menjabat sejak tahun 1988 sampai dengan sekarang.

4. Kegiatan agama, saat ini kegiatan beliau yang sifatnya keagamaan,

diantaranya: mengisi khutbah antar Masjid, untuk masyarakat Islam

Indonesia di Kedutaan besar dan Alumni Masyarakat Indonesia di Timur-

Tengah. Beliau sering sekali mengendari mobil pribadinya tanpa

didampingi sang supir, karena menurutnya beliau lebih bebas dan dapat

melakukan aktivitas apapun. Tetapi kebiasaan ini biasa beliau lakukan

apabila beliau mendapat undangan ceramah di daerah jabodetabek saja.

5. Kegiatan Sosial, Untuk mengembangkan kegiatan sosial yang dilakukan

oleh K.H. Muhyiddin Na’im, maka beliau lebih memilih melakukan

47

Page 58: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

48

dakwah bil halnya dengan membantu secara bersambung dan memberikan

tempat tinggal bagi anak-anak yang kurang mampu khususnya anak yatim

piatu yang miskin dan para jompo maupun bencana alam. Menurutnya hal

ini dilakukan agar hidup mereka lebih terarah dan menjadi orang yang

berguna.1

Lalu para donator yang mempercayakannya kepada beliau, mulai

membangun yayasan-yayasan serta pondok pesantren yang secara langsung

belaiu tangani, mulai dari pencarian tempat maupun segala biaya yang

dibutuhkan serta kepada siapa saja yang berhak dapat masuk didalamnya.

Karena anak-anak yatim dan orang tua yang tidak mampu tidak dikenakan

biaya sedikitpun. Melainkan hanya mengisi formulir dan mengikuti prosedur

yang ada. Karena salah satu program sosial yang beliau tekuni.

Ketika bencana yang terjadi di Aceh atau yang dikenal dengan sebutan

Tsunami, beliau amat sedih karena langkah awal yang memberi bantuan

begitu banyak adalah dari barat (bernotaben non muslim), maka dari itu beliau

segera menggerakkan teman-temannya yang berada di Negara bagian timur

(Arab) untuk segera memberikan bantuan. Alhasil meskipun terjadi kesulitan

dalam pengiriman barang berupa bea cukai yang harus di selesaikan. Beliau

begitu menyayangkan kejadian tersebut yang padahal barang tersebut dikirim

hanya untuk bantuan semata.

Dari peristiwa yang beliau alami, begitu banyak medan yang harus

ditempuh, dalam artian tidak semudah hanya mengirim bantuan. Begitupun

bencana yang terjadi di pangandaran, beliau tergerak hatinya langsung

1 Wawancara Pribadi dengan K.H. Muhyiddin Na’im 10 maret 2010

Page 59: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

49

bergerak menuju pangandaran untuk menyaksikan secara langsung daerah

yang terkena bencana.

Dalam analisa penulis aktivitas yang beliau jalankan sehari-hari dapat

dikatakan begitu padat, dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 1 Aktivitas Ceramah K.H. Muhyiddin Na'im

Hari Tempat Waktu KegiatanSenin Minggu ke-2 MABES POLRI ba'da Zhuhur CeramahMinggu pada Minggu ke-2 Al-Ikhlas Cipete ba'da Maghrib Ceramah

B. Bentuk Dakwah K.H. Muhyiddin Na’im

Dakwah yang dilakukan oleh K.H. Muhyiddin Na’im dibagi oleh

berbagai macam bentuk, antara lain:

1. Dakwah Bil Qolam

Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektif

untuk direalisasikan. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang

memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan

pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya.

Dalam perkembangan seperti ini dakwah juga harus menyesuaikan

situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah kearah yang lebih maju.

Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i atau da’iyah itu

sendiri.

Keberhasilan dan kesuksesan yang beliau raih sekarang ini, tidak

dapat beliau dapatkan dengan mudah. Justru keberhasilan itu datang

karena ketekunannya dalam ajaran Islam untuk berdakwah, selalu

berusaha dan mempunyai tekad yang kuat untuk meneruskan cita-cita yang

beliau inginkan dari kecil.

Page 60: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

50

2. Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil-lisan adalah membekali manusia dengan informasi dan

berita (pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuan ilmiyah, kenyataan

yang faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya pikiran dan

pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi.

Dalam beberapa kesempatan penulis mengikuti cermah, pengajian

dan khutbah yang beliau pimpin langsung, beliau begitu arif dalam

berdakwah serta selalu memberi contoh yang baik pada para jama’ah,

sehingga beliau benar-benar dihormati dan menjadikan panutan yang baik.

Dalam pengajian rutin yang penulis ikuti pada masjid Al-Akhyar,

dalam kitab yang dibahas beliau yaitu “Riyadlushsholihin” yang kitab

tersebut dari keseluruhannya adalah membahas tentang fiqih atau perilaku

yang kita lakukan sehari-hari dengan memberi contoh pada kisah-kisah

Nabi dengan dasar hadits dan Al-Qur’an. Begitu pula dalam

penyampaiannya begitu mudah bagi mad’u untuk diterima.

Tabel 2 Jadwal Pengajian Rutin Mingguan

Hari Tempat Waktu Kegiatan Senin Al-Ikhlas ba'da Maghrib Pengajian Al-Akhyar ba'da Isya Pengajian Selasa Al-Karomah ba'da Maghrib pengajian Al-Barkah ba'da Isya’ pengajian Rabu Al-Mu'in ba'da Maghrib pengajian Kamis Al-Mujahidin ba'da Maghrib pengajian Al-Ma'arif ba'da Isya’ pengajian Jum'at Al-Akhyar ba'da Maghrib pengajian Sabtu Al-Izhar ba'da Maghrib pengajian Minggu Kelurahan (keliling/bulanan) Minggu ke-1 = Pengajian sekelurahan Cipete

Minggu ke-2 = Pengajian di Musholla An-Nur Jl.Nangka

Page 61: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

51

Dari table 2 diatas, peneliti menyimpulkan bahwa K.H. Muhyiddin

Na’im mempunyai jadwal yang cukup padat. Karena setiap hari beliau

sudah mempunyai jadwal tetap yang rutin tiap minggunya.2

3. Dakwah Bil Hal

Pada hakikatnya seorang da’i atau da’iyah harus menguasai semua

kategori dalam aktivitas dakwah, salah satunya seperti dakwah bil hal.

Dakwah bil hal itu sendiri adalah cara berdakwah yang mengacu

kepada dakwah bentuk tindakan nyata.

Dakwah ini sifatnya memecahkan masalah tertentu, dengan

menaruh perhatian besar terhadap masalah masyarakat seperti kemiskinan,

kebodohan, dan sebagainya. Karena itu dakwah bil hal lebih diorientasikan

kepada kebutuhan nyata masyarakat terutama yang bersifat fisik.

Itulah kekuatan sosial beliau yang begitu kuat, meskipun

sumbangan-sumbangan para donator atau tamu-tamu beliau, dan para

pejabat dari dalam maupun luar negeri. Secara langsung beliau yang

mengatur pembagian mana yang lebih berhak.

Visi, misi dan tujuan dari program ini adalah agar semua orang

muslim terutama anak-anak yatim yang kurang mampu mendapatkan

perhatian yang lebih di dunia pendidikan, dan keterampilan yang mereka

pelajari selama ini. Serta membawa mereka kearah yang lebih baik.

Dan dari hasil yang diperoleh dari hasil program sosial ini cukup

memuaskan, karena banyak dari mereka yang berantusias untuk menuntut

ilmu, khususnya agama Islam.

2 Wawancara Pribadi dengan catatan aktivitas K.H. Muhyiddin Na’im 20 maret 2010

Page 62: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

52

Dari pengalaman yang beliau ceritakan pada pengajian mingguan,

terkadang beliau menceritakan hal yang sedang terjadi, penulis

menyimpulkan bahwa pwmbahasan beliau ditujukan agar para jama’ah

dapat mengikuti jejaknya dalam bersosialisasi dan beramal tanpa ada rasa

pamrih, karena kadang terjadi bila seseorang memberi bantuan tapi

mengharapkan suatu timbal baliknya.

C. Faktor Pendukung, Hambatan-hambatan yang Dihadapi Serta

Penanggulangannya pada Masjid Al-Akhyar

1. Faktor Pendukung

Islam memberikan penghargaan terhadap setiap hal yang dapat

mendorong untuk berbuat baik, tujuan yang mulia dan niat yang baik,

dalam seluruh pengarahannya. Karena Allah SWT menilai setiap orang

menurut niatnya dan sesungguhnya dalam kita melakukan sesuatu harus

disertai dengan niat.

Permasalahan-permasalahan yang ada bukanlah merupakan

ancaman yang harus ditinggalkan apabila berbentuk hambatan, namun

sebaliknya akan dijadikan sebagai motivator untuk mencapai tujuan yang

terbaik. Karena suatu organisasi tentunya mengalami dan menemukan

faktor pendukung dan penghambat bagi dalam setiap aktifitas kegiatan

dakwah Islamiyahnya. Sebab duka cita serta kesenangan adalah proses

alamiyah dan merupakan realitas kehidupan sebenarnya agar mereka dapat

menekuni suatu aktifitas yang di jalaninya. Dan semua itu juga terjadi

pada masjid yang terletak pada keramaian di Kemang, Masjid Al-Akhyar.

Page 63: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

53

Adapun faktor pendukung adalah :

a. Adanya faktor dari berbagai pihak khususnya pihak dari pihak

keluarga tanah wakaf yang selalu member masukan terhadap segala

bentuk kegiatan yang dilaksanakan maupun kepada keberlangsungan

organisasi.

b. Bekerjasama dengan masyarakat-masyarakat setempat.

c. Adanya niat yang ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran

Islam yang ditanamkan pengurus dan anggotanya.

d. Adanya semangat dari IKRIMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Akhyar)

dengan dorongan dari para orang tua, sehingga pengurus pun semakin

semangat dalam melaksanakan aktifitas dakwahnya.

2. Faktor Penghambat

Dalam melaksanakan program kerja setiap organisasi atau lembaga

pasti mempunyai hambatan-hambatan yang dihadapi, baik hambatan yang

dating dari dalam maupun dari luar atau jama’ah itu sendiri. Namun

disamping hambatan tersebut mereka sudah mempunyai cara-cara

penanggulangannya jika ada sesuatu yang tidak diinginkan.

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pengurus masjid

Al-Akhyar seperti:

a. Keterbatasan waktu dalam penyampaian materi-materi yang akan

dibahas.

b. Kondisi para remaja denga para orang tua yang kadang terjadi pro dan

kontra.

c. Beragamnya pengetahuan agama bagi para jama’ahnya.

Page 64: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

54

3. Cara-cara Penanggulangannya

Permasalahan yang dihadapi terkadang datang dari seorang, yang

muncul dari dalam dirinya. Yaitu menyangkut potensi dirinya secara

rohaniah, disamping kecakapannya untuk membuat program, serta

ketahanan dalam mewujudkannya. Namun terkadang permasalahannya itu

muncul dari jam’ah itu sendiri.

Melihat hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan yang

dilakukan, pengurus mempunyai cara untuk menanggulanginya, yaitu:

a. Dalam penyampaian materi harus secara berkesinambungan agar dapat

dipahami oleh para jama’ahnya.

b. Mendatangkan guru yang variatif dan disukai oleh jama’ah, seperti

K.H. Muhyiddin Na’im, K.H. Ustz. Romlih Jawahir dll.

c. Konsepsi tentang keislaman dasar harus diseragamkan.

Itulah kenyataan yang dihadapi sehari-hari oleh pengurus masjid

Al-Akhyar, beraneka ragam masalah yang ada dan silih berganti serta

harus diselesaikan. Namun, sepenuhnya bahwa dalam setiap melakukan

sesuatu perbuatan itu pasti penuh dengan rintangan. Semakin ada kesulitan

semakin ada jalan untuk menuju kepada kemudahan. Dengan adanya

hambatan-hambatan tentu dapat mejadikan organisasi menjadi lebih kuat

dan solid.3

3 Wawancara Pribadi dengan H. Muhiddin Marzuki Ketua Pengurus Masjid Al-Akhyar

dan Yayasan Masjid Al-Akhyar 10 April 2010

Page 65: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari Bab-bab sebelumnya sebagai upaya dari hasil

pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Aktivitas yang dilakukan K.H. Muhyiddin Na’im seperti mengisi pengajian,

cermah, ataupun menghadiri rapat lembaga pemerintahan (NU, MUI,

FUHAB) serta rasa sosial beliau pada masyarakat yang membutuhkan

khususnya sangatlah kuat.

2. Upaya yang dilakukan K.H. Muhyiddin Na’im dalam mengembangkan

dakwahnya dapat dilihat dalam bentuk dakwah beliau seperti dakwah bil

qolam, bil lisan dan bil hal karena dengan 3 bentuk dakwah tersebut dapat

menjadikan orang muslim lebih bertaqwa dengan melalui materi pengajaran

yang bersumber pada kitab yang membahas tentang permasalahan yang sering

terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan dasar Al-Qur’an dan

Hadits.

3. Lancarnya kegiatan-kegiatan dakwah di masjid Al-Akhyar itu karena adanya

dukungan dari berbagai kalangan antara lain : masyarakat, tokoh masyarakat,

IKRIMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Akhyar) dan keluarga besar yang

mewaqafkan tanah untuk membangun masjid tesebut, serta adanya niat yang

55

Page 66: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

56

ikhlas untuk memajukan dan menyebarkan ajaran Islam yang ditanamkan

Pengurus Masjid Al-Akhyar.

B. Saran

1. Perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan dakwah Islam

menyangkut tehnik yang digunakan, materi yang disampaikan dan jadwal

kegiatan dakwah agar lebih diperhatikan.

2. Kepada umat muslim hendaknya menyadari betapa pentingnya seorang da’i

atau da’iyah dalam kehidupan kita. Sebab dari segala permasalahan yang

dihadapi oleh kita sebagai umat muslim yang kurang faham tentang ilmu

agama, kita bisa mendapatkan jawaban atas permasalahan yang kita hadapi

dalam keseharian.

3. Untuk para calon praktisi atau para calon da’i atau daiyah hendaknya ikut

berpastisipasi dalam menambah wawasan keilmuan tentang bagaimana cara

berdakwah dimasyarakat serta bagaimana agar dakwah tersebut bisa berhasil

lewat pengajian pada masjid-masjid setempat.

4. Pengurus masjid harus mengadakan pertemuan guna mengevaluasi kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga pengurus dapat mengetahui

perkembangannya.

Page 67: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah. Masykuri, MimbarAgama dan Budaya Vol XVI, 1999,

Abdul ‘Aziz, Jum’ah Amin. Fiqh Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo: Era Intermedia, 1998)

Affandi, Suherman. Faktor Kesuksesan Da’I (Risalah No. 6/XXXVIII, 1990)Al-Qardhawi,Yusuf. Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005),

Akbar, Ali. Nabi Muhammad Pembawa Rahmat, Suara Mesjid, No. 64, DDII,

Amin, Ahmad. Al-Akhlak, terjemahan Y Bahtiar Affandy, (Jakarta: Jembatan, 1995).

Anshari, Endang Saefuddin. Kuliah Al Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan

Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003).

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004).

Bachtiar,Warbi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997).

Darussalam,Ghazali. Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN BHD. 1996).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004),

Habsyi Ash-Siddieqy,Tengku Muhammad. Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994).

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, (Yogyakarta:Andy Offet, 1983).

Hafidhuddin, Didin. Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pustaka Zaman, 2000).

Hamid al-Bilali, Abdul. Fiqh al-Dakwah fi ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989).

Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

58

Page 68: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

59

Hayyan,Abu al-Bahrul Muhith, Jilid 1, h. 392 Juga Dr. Zaid Abdul Karim, ad-Dakwah Bil-Hikmah.

Hefni, Harjanji. dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2001).

http://www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id= 286

Internet. Artikel Ilmu Dakwah indonetasia.com/definisionline/index.php. diakses pada tanggal 14-06-2010

Internet. Definisi_Dakwah takafultimdiniyah.multiply.com/journal. diakses pada tanggal 14-06-2010

Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah sayyid Quthub:Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006).

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 14

Ma’luf,Lois. Munjid al-Lughah wa A’lam (Beirut: Dari Fikr. 1986) Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, jilid VI (Beirut: Dar Fikr, 1990)

Machfoeld, Ki Moesa A. Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004)

Masy’ari, Anwar. Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990).

Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda Karya,1999).

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 5

Mujieb, M. Abdul. Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994).

Munir,M. Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2003), cet. Ke-1, h. 12

Nashori Fuad dan Pachmy Diana Muharam, Mengembangkan Kretaivitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002).

Nasir, Muhammad. Fiqh al-Da’wah dalam Majalah Islam, Kiblat, Jakarta, 1971.

Omar, Toha Yahya. Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004).

Saefuddaulah M., Akhlak Ijtima’iyah, (T.tp.:Pamator, 1998).

Saleh,Hasan. Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000).

Soeltoe, Samuel, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI. 1982).

Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, Jakarta, PDII, 1979.

Page 69: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

60

Syekh Thahir Ibn Saleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, (Al-Qahirah: 1386 H, T.pn.,).

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet. IX, 1986),

Tinggi, Al-Munawwir, Ahmad Warson al-Munawwir, Jakarta: Pustaka Progresif, 1997,

Yusuf, Al-Qardhawi. Al-Ibadah fi al-Islam, Muassasah al-Risalah, (Beirut: T.pn.,1979).

Page 70: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

HASIL WAWANCARA

Nara Sumber : K.H. Muhyiddin Na’im

Tgl wawancara : 10 februari 2010

1. T : Kitab apa yang di pakai dalam pengajian di masjid Al-Akhyar ?

J : Riyadlushshsolihin

2. T : Tentang apa saja yang terkandung dalam kitab Riyadlushsholihin itu ?

J : Banyak pembahasan yang terkandung dalam kitab itu, disini saya lebih

menekankan kepada Ilmu Fiqih, karena saya sering melihat banyak

orang yang kesulitan dalam Ilmu fiqih tersebut.

3. T : tujuan dalam pengajaran dan kenapa memakai kitab tersebut?

J : Memberikan pemahaman Islam secara menyeluruh, dan juga karena

kitab tersebut sangatlah penting untuk dipelajari dan difahami.

4. T : Metode seperti apa yang dipakai dalam pengajaran ?

J : Dibaca, diterangkan, Tanya-jawab. ( ujar pak kyai singkatnya)

5. T : Pesan / kata untuk khalayak banyak ?

J : Pelajarilah Islam dari sumber yang benar dan asli, pelajarilah dan

perdalam lagi nilai-nilai Islam dengan sumber yang akurat dan asli.

Nara Sumber : Fathi duraini (jama’ah)

Tgl wawancara : 7 April 2010

1. T : Bagaiman menurut anda pengajaran K.H. Muhyiddin Na’im?

J : Saya merasa terbantu dengan pengajian ini, karena disamping kadang

saya mendapati kesulitan dalam Ilmu fiqih, kisah yang beliau ceritakan

begitu mendalam sehingga saya menjadi lebih khusyu kalau sholat.

Page 71: AKTIVITAS DAKWAH K - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3470/1/AHMAD SHOFI-FDK.pdf · data, wawancara, observasi dan berbagai sumber tertulis

Nara Sumber : Muh. Rusydi (jama’ah)

Tgl wawancara : 07 April 2010

1. T : bagaimana respon anda setelah mengikuti pengajian ?

J : saya lebih senang ketika beliau berecerita tentang pengalaman beliau,

karena lebih memotivasi saya untuk berkembang.

Nara Sumber : Ahmad Sani (pengurus masjid)

Tgl wawancara : 15 Maret 2010

1. T : Bagaimana kepengurusan struktur organisasi di masjid ini ?

J : Struktur organisasinya seperti yang anda lihat (bagan struktur

organisasi) menurut saya bagus, karena yang lebih berperan disini

adalah kebanyakan dari kalangan pemuda dan sebagai pondasinya

tetap di pantau dari kalangan orang tua. Serta di masjid ini seseorang

bebas dalam menyatakan sesuatu. Ngikutin zaman yang demokrasi

gitu…(katanya sambil tersenyum).

Nara Sumber : Hj. Mahmudah Na’im (Ketua Majlis Ta’lim Al-Akhyar kaum ibu)

Tgl wawancara : 27 April 2010

1. T : Bagaimana peran ibu pada masjid ini ?

J : saya, selaku ketua majlis ta’lim masjid Al-Akhyar kaum ibu, ikut

merasakan kemegahan masjid Al-Akhyar ini karena masjid yang

cukup besar ini denga letaknya yang berada di kearamaian orang

asing turut berbangga dapat menyertakan dakwah Islam saya terhapa

orang banyak. Terlebih tiap bulan saya mengadakan acara bulanan

ibu-ibu. Dan segala jenis kegiatan lainnya.