ANATOMI NASOFARING 5
-
Upload
budi-irawan -
Category
Documents
-
view
94 -
download
2
description
Transcript of ANATOMI NASOFARING 5
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.
ANATOMI NASOFARING 5,6
Secara umum, faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan aditus laring, dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar)
selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring
terbagi atas nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan laringofaring (hipofaring).
Gambar 1. Anatomi faring
Sumber: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/karsinoma-nasofaring.html
Nasofaring memiliki bentuk seperti kotak yang tidak rata, dengan ukuran melintang 4 cm, tinggi
4 cm, dan ukuran depan – belakang 2 – 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu:
Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri
Posterior : vertebra servikalis I dan II yang dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis
longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia
Inferior : palatum molle
Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu:1,2,3
Adenoid = Tonsil Faringeal = Tonsil Lushka, terletak di dinding belakang atas nasofaring dan
merupakan kelenjar limfe submukosa. Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang
dari 13 tahun. Pada orang dewasa, struktur ini telah mengalami regresi.
Fossa Nasofaring = Forniks Nasofaring, berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi
fibroma nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Ostium Tuba Eustachius, berada di dinding lateral nasofaring kira-kira 1 – 1,5 cm di belakang
konka inferior.
Torus Tubarius, merupakan tonjolan pars kartilago tempat muara tuba Eustachius. Tepi atas
melekat M. levator veli palatini
Resesus Faring = Fosa Rosenmulleri, merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah
belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fosa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini
dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.
Isthmus nasofaring, merupakan batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup waktu
menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan kontraksi sfingter palatofaring.
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir, dan otot. Pada nasofaring karena fungsinya
untuk saluran respirasi, dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung, maka mukosanya
bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian atas, nasofaring
ditutupi oleh palut lendir yag terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut lendir mengandung enzim lisosim yang penting untuk proteksi. Otot-otot faring
tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular
terdiri dari M. konstriktor faring superior, media, dan inferior, sedangkan otot-otot yang longitudinal
teriri dari M. stilofaring dan M. palatofaring.
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal dari cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari
cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut
simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh
cabang N. glosofaring.