ANALISIS VALUASI EKONOMI LINGKUNGAN AKIBAT...
Transcript of ANALISIS VALUASI EKONOMI LINGKUNGAN AKIBAT...
ANALISIS VALUASI EKONOMI LINGKUNGAN AKIBAT
BENCANA BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
CIUJUNG
(Studi Kasus Di Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Provinsi Banten)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Tuti Alawiyah
NIM. 1110015000043
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Tuti Alawiyah (NIM : 1110015000043). Analisis Valuasi Ekonomi
Lingkungan Akibat Bencana Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
(Studi Kasus di Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi
Banten). Skripsi. Jakarta Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Beberapa daerah dibagian negara Indonesia khususnya di Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten Lebak, bencana banjir merupakan bencana yang paling
sering terjadi, karena secara geografis wilayah Kabupaten Lebak khususnya
Kecamatan Rangkasbitungdi lewati oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
yang merupakan sungai terpanjang di Provinsi Banten. Bencana banjir melanda
bahkan menjadi langganan di beberapa kelurahan di kecamatan Rangkasbitung,
terlebih dikawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung. Akibat dari bencana
Banjir secara tidak langsung menimbulkan Valuasi ekonomi lingkungan akibat
bencana banjir terhadap kerusakan tatanan lingkungan di suatu daerah.
Tujuan Penelitian untuk mengetahui Valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana
banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung khususnya pada kerusakan bangunan
rumah.
Tempat penelitian skripsi yaitu di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Khususnya di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung.
Metode Dalam penyusunan skripsi menggunakan metode Survei dengan
pendekatan kuantitatif deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan petimbangan
tertentu, dengan mengambil sampel di setiap satu Kelurahan/Desa 7 sampai 8
rumah dengan jumlah 7 Kelurahan/Desa yang terkena bencana banjir DAS
Ciujung. Dan total keseluruhan sampel berjumlah 50 rumah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi tingkat kerusakan secara
ekonomi pada bangunan rumah di tiap Kelurahan/Desa di Kecamatan
Rangkasbitung yaitu di Desa Pabuaran sebesar Rp.8.950.000, Desa Kolelet Wetan
sebesar Rp.4.200.000, Kelurahan Muara Ciujung Timur sebesar Rp.3.120.000,
Kelurahan Cijoro Lebak sebesar Rp.3.050.000, Kelurahan Muara Ciujung Barat
sebesar Rp.2.350.000, Kelurahan Cijoro Pasir sebesar Rp.1.550.000, dan
Rangkasbitung Barat tidak mengalami kerusakan. Kerusakan Yang terjadi di tiap
Kelurahan/Desa di Kecamatan Rangkasbitung termasuk bahaya sekunder terjadi
secara tidak langsung dan umumnya berlangsung pada pasca bencana. Hasil
analisis yang didapat dari valuasi ekonomi lingkungan, terjadi kerusakan secara
ekonomi pada tiap item bangunan rumah di Kecamatan Rangkasbitung, Item
bangunan rumah yaitu Dinding sebesar Rp.9.350.000, Lantai sebesar
Rp.7.850.000, Kusen sebesar Rp.4.070.000, dan atap sebesar Rp.1.450.000. Hasil
dari analisis, bahwa kerusakan secara ekonomi, Dinding merupakan kerusakan
yang paling tinggi dan memiliki kerugian besar,selanjutnya kerusakan lantai, lalu
kerusakan kusen, dan kerusakan atap yang berada di Kecamatan Rangkasbitung.
Saran untuk hasil penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya dengan memperluas sudut pandang penelitian.
Kata Kunci: Valuasi Ekonomi Lingkungan, Bencana Banjir, DAS.
ii
Abstract
Tuti Alawiyah (Nim : 1110015000043) Analysis Of Environmental Economic
Valuation Due To Catastrophic Flooding In The River Basin Watershed
Basins (Case Study In Rangkasbitung Lebak Regency Of Banten Province).
Thesis. Jakarta Education Social Science Faculty Of Tarbiyah And Teaching
Islamic State University (Uin) Syarif Hidayatullah Jakarta
Some areas of the country of Indonesia especially in Rangkasbitung, Lebak Regency flood
disaster is most often the case, because of the geographically area of Lebak Regency especially
skip the Rangkasbitungdi Subdistrict by river basin watershed Basins which is the longest river
in the province of Banten. Flood disaster struck even became a subscription in some subdistricts
of Rangkasbitung, come within the river basin watershed Basins. The result of the disastrous
Flooding indirectly raises the Economic Valuation of the environment due to flood damage
against environmental order in an area.
The purpose of the study to find out the Economic Valuation of the environment due to the
catastrophic flooding of river basin watershed Basins in particular on building damage the
House. Place the research thesis that Kecamatan Rangkasbitung, Lebak Regency, Banten
Province. Particularly in the area of river basin watershed Basins. Methods in the preparation of
thesis using method Survey with descriptive quantitative approach. Sampling is done with a
purposive sampling technique, is the technique of determination of samples with a certain
consideration, by taking samples in each KelurahanDesa 7 to 8 houses with a total of 7
KelurahanDesa of the affected WATERSHED flood Basins. And the total overall sample amount
to 50 homes.
The research results showed that the extent of the damage has happened economically in house
building in district at the village of Rangkasbitung Pabuaran Rp 8.950.000, Rp Kolelet Wetan
Village. Village, Muara 4,200,000 Basins East of Rp. 3.120.000, Village Cijoro of Lebak is Rp.
3.050.000, the village of Muara West of IDR Basins 2.350.000, Cijoro Sand Rp 1.250.000
Rangkasbitung, and West was undamaged. The damage that occurs in each in district secondary
hazards including Rangkasbitung occurs indirectly and generally take place in post-disaster. The
results obtained from the analysis of the economic valuation of environmental damage,
economically on each item of home building in Rangkasbitung, home building Items namely
Wall Rp 9.350.000, Rp 7.850.000 Floor, Sills is Rp. 4.070.000, and the roof is Rp. 1.450.000.
Results of the analysis, that the damage to the wall economically, the most damage is high and
have large losses, further damage to the floor, then the damage to sills, and damage to the roof
that was in the subdistrict of Rangkasbitung.
Suggestions for research results became the reference materials for further research by expanding
the research point of view.
Keywords: Economic Valuation of Environmental, Flood, Watershed.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Valuasi Ekonomi Lingkungan akibat Bencana Banjir Di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciujung (studi kasus di Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten
Lebak Provinsi Banten)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas
baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup
penyusun berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang diharapkan, dan tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai
pihak, maka penyusun ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga penyusunan skripsi ini
bisa selesai.Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus dosen Pembimbing Akademik, Dr.
Iwan Purwanto, M.Pd yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan
serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS, Drs. Syaripullah, M.Si yang telah
memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini.
5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Sebagai Dosen Pembimbing telah tulus
ikhlas memberikan segala saran, pendapat, ilmu, bantuan, motivasi, serta
waktunya selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Zaharah, M.Ed, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
banyakIlmu, motivasi, serta waktunya selama penyusunan skripsi ini.
iv
7. Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd, dan Bapak Sodikin, M.Si yang telah ikut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Seluruh staf karyawan Perpustakaan Universitas dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, penulis ucapkan terimakasih atas pelayanan saat
penulis mencari data-data.
10. Kecamatan Rangkasbitung khususnya Desa Pabuaran, Desa Kolelet Wetan,
Kelurahan Cijoro Lebak, Kelurahan Cijoro Pasir, Kelurahan Muara Ciujung
Barat, Kelurahan Muara Ciujung Timur, dan Kelurahan Rangkasbitung
Barat, yang telah memberikan penulis banyak informasi dan mejadi sumber
penelitian.
11. Masyarakat Kecamatan Rangkasbitung khususnya masyarakat yang berada di
kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung yang telah memberikan
penulis banyak informasi dan mejadi sumber penelitian.
12. Kantor Kecamatan Rangkasbitung, yang telah memberikan izin penelitian
skripsi serta memberikan informasi tentang Kecamatan Rangkasbitung.
13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, yang
telah memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
14. Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Lebak, yang telah memberikan informasi
yang berkaitan dengan penelitian.
15. Kedua orangtua yang sangat penulis cintai dan sayangi dengan segenap
jiwadan raga,yaitu Mama Kh. M. Mas’ud dan Ema Hj. Mimi Suryati yang
senantiasa tiada henti-hentinya memberikan doa, motivasi serta dukungan
baik moril dan materi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
16. Kepada Keluarga tercinta, untuk kesembilan kakak-kakak penulis yaitu Siti
Maesaroh, Kh. Ahmad Izuddin, Lc, Ahmad Taqiyuddin, ST, M.Pd, Ahmad
Faesaluddin, S.Ag, M.PdI, Ida Mahmudah, S.Pd, Ni’matullah, M.Agr, Ahmad
Furqon, Erna Fauziah, S.HI, dan Rika Azizah, S.PdI, dan untuk satu adik
penulis yaitu Fauzan Hamdi serta seluruh keluarga besar Kh. M. Mas’ud,
v
Terimakasih atas dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan kepada
penulis.
17. Sahabat yang telah memberikan Dukungan Motivasi dan Semangat, yaitu M.
Nurul Arifin S.PdI, Lilis Fitri nur Farhah, S.Kom, dan Siti Nurbaeti, S.PdI.
Terimakasih tetap menjadi sahabat yang selalu menemani dikala senang dan
susah dan bisa menerima apa adanya.
18. Sahabat-Sahabat Seperjuangan, teman sekelas Geografi dan teman kosan,
Risalatul Muawanah, Ajeng Prihantini, MetriApriana, S.Pd, Ruqoyah Fitria
anissa,dan WildaWiliani. Terimakasih telah memberi arti persahabatan yang
tulus.
19. KELUARGA BESAR UKM PRAMUKA (Racana Fatahillah - Nyi Mas
Gandasari), yang hampir 4 tahun telah memberikan penulis banyak pelajaran
dan pengalaman di sela-sela kesibukan kuliah. Terimakasih atas semua ilmu
dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis dan mengajarkan arti
persaudaraan,korsa, serta tanggung jawab. Terutama kepada AngLet
(AngkatanLelet) 2012, yaitu Risa, Imah, Milla, Fitri, Tiara, Pitri, Hani, Yuni,
Heri, Arif, Hasan, danFadil. Serta DIKLAT (Pendidikan dan Latihan) periode
2012-2013 dan periode 2013-2014 yaitu Baiti, Winda, danWahyu.
20. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2010, khususnya
Konsentrasi Geografi.Terimakasih atas dukungannya.
21. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terimakasih atas doa dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis sanga tmengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi
ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang
membacanya.
Jakarta, 14 Juli 2015
Tuti Alawiyah
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… ix
DAFTAR GRAFIK ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... . xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. PembatasanMasalah dan Perumusan Masalah …………… ...... 5
1. Pembatasan Masalah ……………………………………… 5
2. Perumusan Masalah ……………………………………….. 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6
1. Tujuan Penelitian …………………………………………. 6
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Valuasi Ekonomi Lingkungan…………………………………. 8
a. Pengertian dan Manfaat Valuasi Ekonomi ……………….. 8
b. Pengertian Valuasi Ekonomi Lingkungan ………………… 8
B. Bencana ................................................................................ 9
1. Pengertian Bencana ………………………………………. . 9
C. Banjir ................................................................................... 10
1. Pengertian Banjir ………………………..……………… 10
2. Jenis-Jenis Banjir yang Terjadi di Indonesia …………….. 11
vii
3. Faktor Penyebab Banjir .................................................... 12
D. Bencana Banjir ...................................................................... 14
1. Pengertian Bencana Banjir ................................................ 14
2. Dampak yang di Timbulkan oleh Bencana Banjir ............ 15
E. Daerah Aliran Sungai(DAS) ................................................. 16
1. Pengertian Daerah Aliran Sungai .................................... 16
2. Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................... 18
F. Pengertian Bahaya .................................................................. 18
G. Kerentanan …………………………………………………… 19
H. Kapasitas …………………………………………………….. 20
I. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 21
J. Kerangka Berfikir .................................................................... 24
K. Hipotesis Penelitian ................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 26
B. Metode dan Disain Penelitian ................................................... 27
C. Penetapan Objek Penelitian ...................................................... 28
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 29
1. Populasi Penelitian ............................................................ 29
2. Sampel Penelitian ………………………………………… . 29
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 31
1. Angket ……………………………………………………. . 31
2. Studi Dokumen …………………………………………… 32
F. Metode Analisa Data ............................................................... 33
1. Tahap Persiapan …………………………………………… 33
2. Editing …………………………………………………….. 34
3. Pengkodean ……………………………………………….. 34
4. Pengolahan dan Penyajian Data ………………………….. . 34
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Fisik dan Sosial Wilayah Penelitian ……… 36
1. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ………………………… 36
2. Kondisi Sosial Wilayah Penelitian ……………………….. . 43
3. Daerah Aliran Sungai Ciujung…………………………… . 47
B. Analisis Risiko Bencana Banjir Terhadap Kerusakan
Bangunan Rumah pada Tiap Desa/Kelurahan pada Kecamatan
Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung ........... 48
1. Data Responden yang terkena Bencana Banjir Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciujung ............................................ 48
2. Dampak Kerusakan Banjir Pada Bangunan ........................ 52
3. Ancaman dan Risiko Bencana Banjir berdasarkan kuisioner
yang telah peneliti sebarkan kepada 50 orang responden ..... 57
4. Risiko Bencana Banjir terhadap Kerusakan Bangunan
rumah pada tiap Desa/Kelurahan pada kecamatan
Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung .... 63
C. Analisis Risiko Bencana Banjir pada Tiap Item Bangunan
Rumah pada Kecamatan Rangkasbitung di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciujung ............................................................ 68
1. Kerusakan Lantai …………………………………………. 68
2. Kerusakan Dinding ............................................................ 70
3. Kerusakan Kusen ............................................................... 72
4. Kerusakan Atap …………………………………………… 74
D. Pembahasan …………………………………………………… 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 80
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Rangkasbitung 26
Gambar 4.1 Peta Wilayah Penelitian 36
Gambar 4.2 Peta Kerusakan Lantai di Kecamatan Rangkasbitung 69
Gambar 4.3 Peta Kerusakan dinding di Kecamatan Rangkasbitung 71
Gambar 4.4 Peta Kerusakan Kusen di Kecamatan Rangkasbitung 73
Gambar 4.5 Peta Kerusakan Atap di Kecamatan Rangkasbitung 75
x
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 4.1 Tingkat Nilai Kerusakan Pasa Daerah Kelurahan/Desa
di Kecamatan Rangkasbitung
67
GRAFIK 4.2 Kerusakan Lantai di Kecamatan Rangkasbitung 68
GRAFIK 4.3 Kerusakan Dinding di Kecamatan Rangkasbitung 70
GRAFIK 4.4 Kerusakan Kusen di Kecamatan Rangkasbitung 72
GRAFIK 4.5 Kerusakan Atap di Kecamatan Rangkasbitung 74
GRAFIK 4.6 Tingkat Nilai Kerusakan Pada Item Rumah di Kecamatan
Rangkasbitung
76
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan 21
Tabel 2.2 Kerangka Berfikir 24
Tabel 3.1 Matriks Penelitian 27
Tabel 3.2 Kelurahan/Desa yang Terkena Bencana Banjir di Kecamatan
Rangkasbitung
30
Tabel3.3 Sampel Yang dipilih 31
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Kuesioner 32
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi 33
Tabel 3.6 Tabel Kriteria Penilain Persentase 35
Tabel 4.1 Batas Wilayah Lokasi Penelitian 37
Tabel 4.2 Letak Geografis dan Letak Desa di Kecamatan Rangkasbitung
Tahun 2013
37
Tabel 4.3 Luas Wilayah Desa/ Kelurahan dan Jarak ke Ibu Kota Kec/Kab 38
Tabel 4.4 Ketinggian dari Permukaan Laut dan Letak Desa di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013
39
Tabel 4.5 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013
40
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk dan Kepadatannya di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013
41
Tabel 4.7 Wilayah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan Rangkasbitung 42
Tabel 4.8 Hasil Survey 43
Tabel 4.9 Jumlah Keluarga dan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kecamatan Rangkasbitung Tahun 2013
43
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan 44
xii
Rangkasbitung Tahun 2013
Tabel 4.11 Jumlah Keluarga Menurut Mata Pencaharian 45
Tabel 4.12 Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Rangkasbitung 47
Tabel 4.13 Lama Tinggal di Kecamatan Rangkasbitung 48
Tabel 4.14 Status Pernikahan 48
Tabel 4.15 Jumlah Anggota Keluarga yang Tinggal Satu Rumah 49
Tabel 4.16 Status Kepemilikan Rumah 49
Tabel 4.17 Jenis Pernikahan 50
Tabel 4.18 Jenjang Pendidikan Terakhir 50
Tabel 4.19 Pekerjaan Utama Kepala Keluarga 51
Tabel 4.20 Rata-Rata Total Pendapatan Perbulan 51
Tabel 4.21 Dampak Bencana Banjir pada Kerusakan Properti Rumah 52
Tabel 4.22 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Alat Rumah Tangga 53
Tabel 4.23 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Lantai 53
Tabel 4.24 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Kusen 54
Tabel 4.25 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Dinding 54
Tabel 4.26 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Atap 55
Tabel 4.27 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Pintu 55
Tabel 4.28 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Jendela 55
Tabel 4.29 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Pagar 56
Tabel 4.30 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Akses Jalan 56
Tabel 4.31 Rata-Rata Lama Air Menggenangi Tempat Tinggal 57
Tabel 4.32 Frekuensi Rata-Rata Terjadi Bencana Banjir Pertahun 58
Tabel 4.33 Rata-Rata Tinggi Genangan Air Saat Terjadi Banjir 58
Tabel 4.34 Tinggi Genangan Air Saat Terjadi Bencana Banjir yang dapat
dikategorikan Merugikan
59
xiii
Tabel 4.35 Saat Terjadi Bencana Banjir 59
Tabel 4.36 Kerugian Akibat Kerusakan Pasca Bencana Banjir 60
Tabel 4.37 Segi Kerusakan Bangunan 61
Tabel 4.38 Bangunan Sekitar Rumah yang Mengalami Kerusakan 61
Tabel 4.39 Kisaran Kerugian yang dialami Pasca Bencana Banjir 62
Tabel 4.40 Tanggung Jawab Dalam Rekontruksi Pasca Bencana Banjir 62
Tabel 4.41 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Desa Pabuaran 63
Tabel 4.42 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Kolelet Wetan 64
Tabel 4.43 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Cijoro Lebak 64
Tabel 4.44 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Cijoro Pasir 65
Tabel 4.45 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Muara Ciujung
Barat
65
Tabel 4.46 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Muara Ciujung
Timur
66
Tabel 4.47 Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Rangkasbitung
Barat
66
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2 Data Angket/Kuesioner
Lampiran 3 Transkip Angket/Kuesioner
Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerusakan dan kerugian besar
yang selalu mengancam adalah bencana, terdapat banyak sekali bencana
seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
Menurut Nurjanah dkk, definisi Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
Pasal 1 angka 1, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang di sebabkan, oleh faktor alam dan /atau non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan kerugian harta benda, dan dampak psikologis.1
Ditinjau dari aspek religious, pada hakekatnya semua bencana bisa terjadi
akibat izin Allah SWT. Akan tetapi jika kita cermati, dapat kita simak ayat-
ayat Al-Qur’an antara lain suratAr-Rum, [30]: 41 berikut :
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang
benar.” (QS. Ar Rum [30] : 41 )2
Dari ayat tersebut tampak bahwa perbuatan manusia cenderung merusak
alam (lingkungan) dan itulah yang menyebabkan terjadinya bencana salah
satunya bencana banjir.
Bencana banjir merupakan suatu fenomena alam biasa, namun akan
menjadi suatu yang sangat merugikan jika mengancam kehidupan manusia.
Bencana banjir banyak di sebabkan perluapan air di suatu tempat akibat
hujan, sistem drainase yang buruk, perluapan air sungai. Salah satu dari
penyebab banjir adalah meluapnya air sungai akibat hujan. Apabila terjadi
bencana banjir, selanjutnya timbul terjadinya kerusakan dan kehancuran
1Nurjanah, dkk., ManajemenBencana, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2012), h.10.
2Al-Qur’an TajwiddanTerjemah, “ Qur’an Tajwid 8 (delapan) warna” ( Jakarta Timur:
MagfirahPustaka 2006, h. 408.
2
lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian kepada harta benda,
kehilangan nyawa, dan kerusakan pembangunan yang telah dibangun selama
ini.
Menurut Arief Rosyidie, bencana banjir merupakan bencana yang paling
sering terjadi di dunia. Salah satunya di Thailand, bencana banjir yang terjadi
di Bangkok pada akhir tahun 2011 telah menyebabkan tergenangnya kota
Bangkok dan 25 provinsi lain. Dampak dari bencana banjir yang cukup besar
tersebut, sekitar 2/3 wilayah Thailand terendam air, lebih dari 500 orang
meninggal, sarana dan prasarana transportasi mengalami gangguan dan
kerusakan, sekolah dan kantor pemerintahan diliburkan, dan lebih dari 1000
industri (Honda, Toyota, Western Digital,Nikon, Seagate, Canon, Hitachi)
tidak bisa berproduksi.3
Selain di Thailand, Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak
dilanda bencana, atau merupakan wilayah yang rawan bencana. Beberapa
wilayah di Indonesia bencana yang sering mengancam adalah bencana banjir.
Kejadian bencana banjir seperti terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citarum Jawa Barat terutama di bagian hulu. Selain disebabkan oleh hujan,
banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum juga disebabkan oleh beragam
persoalan seperti penggundulan kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS),
penurunan muka tanah akibat penggunaan air yang berlebihan, sedimentasi,
dan perilaku masyarakat di sekitar sungai yang kurang baik dalam
memperlakukan lingkungan, terutama dalam membuang sampah ke badan
sungai. Banjir terjadi sejak puluhan tahun lalu antara lain tahun 1931, 1984,
1986, 2005, 2007, 2010 dan tahun 2012. Salah satu kawasan di Citarum Hulu
yang sering mengalami banjir adalah Cieunteung. Kampung ini biasanya juga
paling parah terkena risiko bencana banjir. Risiko yang ditimbulkan bencana
banjir bahwa Setiap tahun ratusan penduduk harus meninggalkan tempat
tinggalnya mengungsi ke tempat lain karena rumah tempat tinggal mereka
tergenang banjir. Banjir tersebut telah mengganggu berbagai kegiatan
penduduk baik untuk keperluan bekerja, pendidikan, dan infrastruktur yang
rusak. Selanjutnya di Jakarta misalnya, bencana banjir sudah terjadi sejak
3Arief Rosyidie, “banjir: fakta dan dampaknya, serta pengaruh dari perubahan guna
lahan”,jurnal perencanaan wilayah dan kota, Vol. 24, 2013, h. 243.
3
1959, ketika jumlah penduduk masih relative sedikit. Bencana banjir Jakarta
terjadi sejak 1621, kemudian disusul bencana banjir 1878, 1918, 1909, 1918,
1923, 1932 yang menggenangi permukiman warga karena meluapnya air dari
sungai Ciliwung, Cisadane, Angke. Setelah Indonesia merdeka, bencana
banjir masih terus terjadi di Jakarta pada 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 dan
sampai sekarang, dan menimbulkan banyak valuasi kerugian bagi pihak yang
terkena bencana banjir.4
Bagi Indonesia, khususnya di Kabupaten Lebak, banjir merupakan
bencana yang paling sering terjadi, “Kabupaten Lebak merupakan salah satu
kabupaten yang berada di provinsi Banten. Ibu kotanya adalah Kecamatan
Rangkasbitung. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung. Secara
geografis wilayah Kabupaten Lebak di lewati oleh Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciujung, yang merupakan sungai terpanjang di Banten”.5
Bencana banjir melanda bahkan menjadi langganan di beberapa kelurahan
di kecamatan Rangkasbitung. Khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciujung. Bukan menjadi hal yang aneh jika mendengar berita Kecamatan
Rangkasbitung di kabupaten Lebak tergenangi oleh luapan air sungai
Ciujung, Hal ini di sebabkan oleh letak topografi, curah hujan deras yang
turun secara terus menerus dan saluran drainase yang tidak berfungsi akibat
pembuangan sampah sembarangan. Selain itu karena memang daerahnya
dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung yang intensitasnya akan
semakin meluap tatkala curah hujan tinggi.
Saat musim penghujan deras, hujan yang tidak berhenti mengguyur
kecamatan Rangkasbitung ini, bencana banjir akan datang tetapi untuk saat
ini bencana banjir tidak bisa diprediksi karena alam dan cuaca yang semakin
tak menentu. Menurut warga sekitar bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciujung yaitu ibu Umi Kulsum warga kampung Lebak Picung kelurahan
Cijoro Lebak Kecamatan Rangkasbitung, bencana banjir yang sering terjadi
tidak sampai merenggut korban jiwa, tetapi pernah terjadi bencana banjir
sampai merenggut korban jiwa pada tahun 1997, dan 2000. Setelah tahun
2000, bencana banjir datang hampir setiap tahun tetapi tidak besar hanya
4Ibid., h. 244.
5NN.artikel ini diaskes pada 25 Agustus 201 4(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lebak)
4
menggenangi belakang rumah ibu Umi Kalsum penduduk Kampung Lebak
Picung Kelurahan Cijoro Lebak, ketika diwawancara pada tanggal 25 Januari
2015, karena rumahnya dan rumah warga lain di kampung lebak Picung
memiliki topografi sedikit tinggi dibandingkan kampung lainnya yang
biasanya sampai masuk ke dalam rumah seperti dikampung Lebak Sambel di
kelurahan Cijoro Lebak Kecamatan Rangkasbitung. Namun tidak terlepas
akibat bencana banjir tersebut mendatangkan risiko yang menimbulkan
dampak kepada warga seperti rusaknya bangunan rumah, rusaknya kebun
karena terendam air akibat bencana banjir, air pam yang mengeruh, warga
terganggu aktivitasnya seperti tidak berangkat sekolah dan bekerja.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, selama musim hujan seperti bulan
Januari-Februari, semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat di
Kecamatan Rangkasbitung biasanya khawatir datangnya bencana banjir.
Curah hujan padaperiode tersebut biasanya lebih tinggi dari bulan lainnya.
Oleh karena itu masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan rawan banjir
(bantaran sungai, dataran banjir, dll) atau yang rutin mengalami banjir,
apalagi bila tempat tinggalnya berada dekat tubuh perairan khususnya Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciujung, warga sekitar sudah terbiasa dengan bencana
banjir dan cenderung kurang persiapan dalam menangani bencana banjir dan
menimbulkan risiko yang merugikan warga tersebut .
Akibat dari bencana Banjir secara tidak langsung menimbulkan kerusakan
tatanan lingkungan di suatu daerah. Banyak tanah menjadi longsor, rusaknya
bangunan, lahan perkebunan dan pertanian, jalan rusak, banyak korban banjir
yang kehilangan harta benda, timbul berbagai penyakit setelah banjir, sarana
dan prasarana di berbagai instansi tidak dapat di gunakan dan secara vital
dapat mengganggu aktifitas manusia.
Selama ini informasi mengenai valuasi ekonomi lingkungan akibat
bencana banjir hanya bersifat keseluruhan tanpa mengetahui secara detail
valuasi yang ditimbulkan bencana banjir tersebut, maka perlu diadakan
analisis untuk mengetahui valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana banjir.
Atas dasar kejadian bencana banjir dan valuasi ekonomi lingkungan, maka
penulis tertarik dan merasa perlu untuk menganalisis dan mengadakan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :
5
“ANALISIS VALUASI EKONOMI LINGKUNGAN AKIBAT
BENCANA BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIUJUNG
(STUDI KASUS DI KECAMATAN RANGKASBITUNG KABUPATEN
LEBAK PROVINSI BANTEN)
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut diketahui banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana banjir
DAS Ciujung Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak. Permasalahan
tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Risiko bencana banjir DAS Ciujung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Curah Hujan tinggi, Letak topografi yang rendah, perluapan air sungai di
suatu tempat akibat hujan yang terus menerus, dan sistem drainase yang
buruk.
2. Perilaku masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kurang
baik dalam memperlakukan lingkungan, terutama dalam membuang
sampah ke sungai.
3. Warga yang sudah terbiasa dengan bencana banjir.
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di jelaskan, maka
penulis membatasi hanya pada valuasi ekonomi lingkungan akibat
bencana banjir daerah aliran sungai (DAS) Ciujung, valuasi ekonomi
lingkungan yang dimaksud pada penelitian ini adalah pada aspek
kerusakan bangunan rumah yang terjadi pada masyarakat yang terkena
banjir di kawasan DAS Ciujung Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten
Lebak Provinsi Banten.
2. Perumusan Masalah
Di lihat dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil yaitu:
a. Bagaimana analisis Tingkat Kerusakan Bencana Banjir terhadap
kerusakan bangunan rumah pada tiap Kelurahan/Desa pada
Kecamatan Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung ?
6
b. Bagaimana Valuasi Ekonomi Lingkungan akibat Bencana Banjir
pada tiap Item bangunan rumah pada Kecamatan Rangkasbitung di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebagaimana telah di
uraikan di atas, maka tujuan penelitian adalah :
a. Untuk mengetahui Tingkat Kerusakan Bencana Banjir terhadap
kerusakan bangunan rumah pada tiap Kelurahan/Desa pada Kecamatan
Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
b. Untuk mengetahui Valuasi Ekonomi Lingkungan Akibat Bencana
Banjir pada tiap Item bangunan rumah pada Kecamatan Rangkasbitung
di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
2. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat seperti:
a. Manfaat teoritis:
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang
valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana banjir DAS Ciujung di
Kecamatan Rangkasbitung.
b. Manfaat praktis
1) Bagi masyarakat
Dari hasil penelitian yang di lakukan, masyarakat akan
mendapatkan pengetahuan tentang valuasi ekonomi lingkungan
akibat bencana banjir DAS Ciujung di Kecamatan Rangkasbitung.
2) Bagi keilmuan/ pengetahuan
Hasil Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
informasi untuk melaksanakan penelitian yang lebih luas lagi
tentang valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana banjir Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciujung di Kecamatan Rangkasbitung. Dan
di harapkan dapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang sosial.
7
3) Bagi peneliti
Penelitian ini dapat di gunakan sebagai acuan untuk melaksanakan
penelitian yang lebih luas lagi tentang valuasi ekonomi lingkungan
akibat bencana banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung di
Kecamatan Rangkasbitung.
4) Bagi pemerintah
Sebagai masukan tentang kebijakan terhadap kerusakan
permukiman yang terkena valuasi ekonomi lingkungan akibat
bencana banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung di Kecamatan
Rangkasbitung.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Valuasi Ekonomi Lingkungan
a. Pengertian dan Manfaat Valuasi Ekonomi
Menurut I Rawan dan Neneng L. Nurida, Valuasi ekonomi
merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap barang dan atau jasa
yang dihasilkan oleh satu hamparan lahan atas dasar nilai pasar
(market value) atau nilai non-pasar (non market value). Valuasi
terkait dengan aspek nilai yang bersifat subjektif. Sesuatu yang
semula bersifat subjektif akan menjadi objektif apabila melibatkan
banyak orang atau bahkan semua orang dalam suatu komunitas. Nilai
merupakan persepsi seseorang terhadap suatu obyek pada tempat dan
waktu tertentu. Persepsi merupakan pandangan individu atau
kelompok orang terhadap suatu obyek sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pemahaman, harapan, dan norma. Oleh karena itu, nilai
kerusakan bangunan rumah pasca bencana banjir bisa beragam
tergantung dari daerah masing-masing.1
Menurut Azwar, Pada prinsipnya valuasi ekonomi bertujuan untuk
memberikan nilai ekonomi kepada lingkungan yang digunakan sesuai
dengan nilai riil dari sudut pandang masyarakat. Tujuan utama dari valuasi
ekonomi barang-barang dan jasa lingkungan (environmental goods dan
services) adalah untuk dapat menempatkan lingkungan sebagai komponen
integral dari setiap sistem ekonomi. Dengan demikian valuasi lingkungan
harus merupakan suatu bagian integral dan prioritas sektoral dalam
mendeterminasi keseimbangan antara konservasi dan pembangunan.2
b. Pengertian Valuasi Ekonomi Lingkungan
Menurut Rosalina Kumalawati, dkk, Peran valuasi ekonomi terhadap
lingkungan yang terkandung di dalamnya penting dalam kebijakan
pembangunan. Kerusakan lingkungan merupakan masalah ekonomi,
rusaknya lingkungan berarti hilangnya kemampuan lingkungan untuk
menyediakan barang dan jasa. Kerusakan bangunan rumah akibat
bencana banjir dihitung nilai rupiahnya. Kerugian ekonomi yang
secara langsung dapat diamati dari bencana banjir adalah rusak dan
1 I Rawan dan Neneng L. Nurida, Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim,
Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah, hal. 242.
2 Azwar lingkungan Ali, konsep-valuasi-ekonomi. Artikel ini diakses pada 14 Oktober
2015.( http://azwarlingkunganali.blogspot.co.id)
9
hancurnya pemukiman. Nilai dari kerusakan langsung diperkirakan
atas dasar harga pasar dari perbaikan atau penggantian aset dengan
karakteristik yang sama dengan desain aslinya. Kehancuran total
harus diperkirakan sebagai biaya penggantian aset asli yang rusak
dengan spesifikasi seperti dilokasi aslinya. Estimasi nilai dampak
bencana banjir diperlukan standar harga yang relevan.
Penilaian kerugian yang dilakukan penilaian kerugian bangunan
rumah akibat bencana banjir. Standar harga yang diperlukan biaya per
meter persegi konstruksi bangunan untuk rumah. Standar harga yang
dimaksud harga borongan per meter persegi. Penentuan standar harga
berdasarkan survey Perhitungan nilai kerugian bangunan dan jenis
material bangunan di daerah penelitian, menggunakan standar harga
masyarakat karena lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan dan sesuai
harga yang beredar di pasaran.
Valuasi ekonomi untuk menghitung kerusakan bangunan rumah
akibat bencana banjir berdasarkan asumsi forum para pakar baik etic
maupun emic. Etic adalah pendekatan para pakar Perguruan Tinggi. Emic
(Local Knowledge) adalah pendekatan berbasis masyarakat setempat.
Penilaian kerusakan bangunan rumah akibat bencana banjir dilakukan
berdasarkan persepsi masyarakat menggunakan kuesioner. Berdasarkan
hasil klasifikasi kerusakan bangunan rumah, hasil kuesioner dilakukan
valuasi ekonomi sehingga dapat diketahui besarnya kerugian bangunan
rumah akibat bencana banjir.3
B. Bencana
1. Pengertian bencana
Banyak pengertian tentang bencana atau definisi tentang “bencana”
3Rosalina Kumalawati, dkk., “valuasi ekonomi tingkat kerusakan bangunan Permukiman
akibat banjir lahar Di kali putih kabupaten magelang”, Jurnal Bumi Lestari, Vol. 13 No. 2,
Agustus 2013, h. 35.
10
yang pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan
terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi manusia , dampak
terhadap struktur sosial dan lain-lain serta kebutuhan masyarakat yang di
akibatkan oleh bencana.
Menurut Nurjanah dkk, definisi Undang-undang Nomor 24 Tahun
2007 Pasal 1 angka 1, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang di sebabkan, baik oleh faktor alam
dan /atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan kerugian harta benda, dan dampak psikologis.4
Peristiwa ataupun rangkaian peristiwa sebagaimana didefinisikan oleh
Undang-undang tersebut dapat di jelaskan bahwa peristiwa bisa bersifat
tunggal (peristiwa/fenomena alam) atau bisa berupa lebih dari satu
peristiwa (rangkaian peristiwa/ fenomena alam) dalam waktu hampir
bersamaan. Contoh peristiwa adalah banjir,ketika banjir sudah
surut/selesai dan kita mulai membersihkan kotoran/sampah di dalam
rumah ataupun di halaman rumah yang terkena banjir, tiba-tiba banjir
datang lagi.Ini juga bisa disebut rangkaian peristiwa.
C. Banjir
1. Pengertian Banjir
Menurut Nurjanah dkk, banjir merupakan limpasan air yang melebihi
tinggi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang
menyebabkan genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Lazimnya
banjir di sebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal.
Akibatnya, sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung
banjir buatan yang ada tidak mampu akumulasi air hujan sehingga
meluap.5
Penggundulan hutan juga meningkatkan debit banjir karena
debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi,
melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi
4Nurjanah, dkk. Loc. cit
5Ibid., hal. 24
11
pada lahan curam. Hal ini menyebabkan terjadinya sedimentasi sistem
pengaliran air dan wadah air lainnya. Selain itu berkurangnya daerah
resapan air juga merupakan konstribusi terhadap meningkatnya debit
banjir. Pada daerah pemukiman dimana telah padat dengan bangunan
sehingga tingkat resapan air ke dalam tanah menjadi berkurang. Jika
terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan
menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem
pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan
banjir.
Fenomena banjir selalu dikaitkan dengan sungai. Banjir terjadi
apabila debit air yang mengalir melalui bagian penampang sungai tidak
tersalurkan dan tertampung sampai lembah aliran sungai. Tidak
tersalurkannya aliran sungai dengan baik disebabkan oleh badan sungai
yang semakin sempit karena didesak permukiman warga. Banjir juga
dapat terjadi karena sungai tersumbat sampah sehingga daya mengalir air
tidak seimbang.Sayangnya, hal ini sering terjadi dikota-kota besar,
misalnya di Jakarta.Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia
menunjukkan bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang
tidak terkendali di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu.
Oleh sebab itu menurut Sukandarrumidi, banjir merupakan peristiwa
anthropogenic6,artinya kegiatan manusia ikut berperan.Contohnya seperti
Penebangan hutan juga mengakibatkan terjadinya penurunan debit
beberapa sungai dan menyebabkan banjir.
2. Jenis-jenis banjir yang terjadi di Indonesia
Menurut Abdul Aziz Ansori, banjir yang melanda di Indonesia terdapat
jenis-jenisnya yang sering melanda, yaitu :
a. Banjir karena sungainya meluap
Banjir ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi
6 Sukandarrumidi, Bencana alam dan bencana Anturopogene, (Yogyakarta: Kanisius, ,
2010), h. 141
12
menampung aliran air yang ada di sungai itu akibat debit airnya sudah
melebihi kapasitas. Jika sudah seperti ini, airnya itu akan mencari
tempat lain, tempat itu ada di kanan kiri sungai yang biasanya
merupakan daerah dataran banjir. Air ini bisa juga terjadi akibat
kiriman, bila curah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari
sungai itu rusak maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai.
b. Banjir lokal.
Banjir ini terjadi akibat air yang berlebihan di tempat itu dan
meluap juga di tempat itu. Pada saat curah hujan tinggi di lokasi
setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan
penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab,
dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka
kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.
c. Banjir akibat pasang surut air laut7
Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat,
otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat
dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air
sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau
cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah
banjir.
3. Faktor Penyebab banjir
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi
pada saluran atau sungai. Terjadi ditempat yang tinggi maupun tempat
yang rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan
(presipitasi), maka air itu akan mengalir ke tempat yang lebih rendah
melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan
(run off) sebagian akan masuk / meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan
sebagiannya lagi akan menguap ke udara (evapotranspirasi).
Menurut Yasin Yusuf, faktor penyebab banjir dapat di kelompokan
7 Abdul Azis Ansori. Contoh Karya Ilmiah Tentang Banjir. artikel ini diaskes pada 25
September 2014. (http://abdulazisansori40.blogspot.com)
13
menjadi dua, pertama karena faktor alami, seperti intensitas hujan yang
sangat tinggi dan faktor ke dua, faktor bukan alami seperti pengurangan
daerah resapan yang berlebihan, dan system drainase yang kurang baik.8
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim
menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi
mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi, mengakibatkan
Keadaan saluran-saluran yang ada, tidak mampu lagi menampung
besarnya aliran permukaan dan tanah cepat mengalami penjenuhan.Selain
itu juga faktor pendangkalan sungai, termasuk faktor penting dalam
kejadian banjir, karena menyebabkan pengecilan tampang sungai,
sehingga tidak mampu lagi mengalirkan air yang melewatinya dan
akhirnya meluap (banjir). Pendangkalan sungai ini dapat disebabkan oleh
sedimentasi yang terjadi terus menerus, akibat erosi yang intensif di
bagian hulu.Erosi tersebut, selain akibat rusaknya DAS pada bagian hulu
karena hutan yang mengalami degradasi, sehingga terjadi peningkatan
erosi pada bagian hulu.
Menurut Abduh Hayat dan Sunit Agus Tri Cahyono, perubahan
penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan.
Penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, dan ladang.
Sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan
bumi menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran
permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi
tanah. Banjir juga dapat disebabkan oleh semakin luasnya lahan kritis
akibat pembakaran hutan secara besar-besaran, perladangan berpindah,
atau pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan,9 yang
berakibat semakin luasnya padang ilalang dan semak belukar. Lahan
seperti ini sangat kecil dalam menahan air pada musim hujan dan
kekeringan pada saat musim kemarau yang panjang. Dampaknya adalah
terjadinya bencana banjir. Selain itu penyebab banjir adalah pendangkalan
8Yasin Yusuf. Anatomi Banjir Kota Pantai, (Surakarta: Pustaka Cakra, 2005), h. 94.
9Abduh Hayat, dan Sunit Agus Tri Cahyono, Kajian Faktor Penyebab dan Dampak Sosial
Bencana Banjir Bandang di Wasior,(Yogyakarta: B2P3KS Press, 2011), h. 16-17.
14
sungai akibat sedimentasi yang besar di wilayah hilir dan penumpukan
sampah di sungai.
Menurut Robert J. Kodoatie, Bilamana di klasifikasikan oleh tindakan
manusia dan alam maka penyebab di atas dapat di susun sebagai berikut10
.
Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:
a. Curah hujan
b. Erosi dan sedimentasi
c. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
d. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.
Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :
a. Perubahan tata guna lahan
b. Pembuangan sampah
c. Kawasan kumuh sepanjang sungai/drainase
d. Kerusakan bangunan pengendalian banjir.
D. Bencana Banjir
1. Pengertian bencana banjir
Banjir merupakan suatu bencana apabila banjir tersebut
mengakibatkan terganggunya aktivitas manusia. Oleh karena itu, bencana
banjir bukan hanya masalah fisik seperti terjadinya banyak kerusakan
tetapi juga mencakup berbagai masalah dalam masyarakat seperti sosial,
kesehatan, dan ekonomi.
Dari karakteristik bencana banjir yang terjadi di Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten dapat disimpulkan bahwa
bencana banjir yang terjadi sifatnya adalah rutin setiap tahun dan musiman
terutama terjadi pada musim-musim penghujan, dengan tipelogi jenis
banjir lebih kepada genangan. Sehingga sebagian besar masyarakat rawan
bencana banjir menyatakan bencana banjir adalah hal yang biasa saja, tidak
terlalu mengkhawatirkan karena sifatnya hanya berupa genangan yang
10
Robert J. Kodoatie, dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu,
(Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008), h.91.
15
tidak membawa korban jiwa. Selain itu keterikatan dengan tempat karena
lamanya bermukim dan kebiasaan tinggal secara turun-temurun sehingga
tidak mau kehilangan aspek sejarah dan budaya bermukim yang berkaitan
dengan tempat tersebut, menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat
tetap bermukim di lokasi tersebut walaupun rawan banjir.
2. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir
Menurut Edward Goldsmith dan Nicholas Hildyard, dampak yang
ditimbulkan oleh bencana banjir yang terjadi di banyak Negara lainnya di
dunia ini, dan dari semua dampak bencana banjir, di peroleh kesan bahwa
bencana banjir itu sifatnya merusak.11
Merusak alam dan merusakan serta
memberikan masalah pada kehidupan masyarakat .
Pengaruh bencana alam sangat di tentukan oleh banyaknya korban dan
jenis bencana alam tersebut.Bahwa bencana alam mampu mengubah
lingkungan.12
Menurut A Sonny Keraf, bencana banjir mengakibatkan
kerusakan lingkungan seperti pada tanah karena longsor, kerusakan lahan
perkebunan dan pertanian, air, lebih tepatnya ke pencemaran air, seperti
bercampurnya air bersih (untuk mandi, cuci, dan minummasyarakat)
dengan air yang terbawa oleh sungai yang kotor karna bercampur dengan
sampah dan limbah ketika bencana banjir.13
yang menjadikan sangat
berbahaya bagi masyarakat dan makhluk hidup lain yang
mengkonsumsinya.
Kualitas lingkungan masyarakat yang terkena bencana banjir sangat
tergantung pada tingkah laku manusia terhadap lingkungannya
juga.Rusaknya lingkungan di berbagai kawasan adalah karena bencana
alam dan ketidak tahuan manusia mengelola dan menjaga lingkungannya.
Usaha untuk memperbaikinya mungkin masih dapat dilakukan dengan
memberikan penerapan, penerangan, penyuluhan atau desakan untuk
11 Edward Goldsmith dan Nicholas Hildyard, Dampak Sosial dan Lingkungan Bendungan
Raksasa, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), h.162.
12Sukandarrumidi.op. cit, hal. 37
13
A Sonny Keraf, Krisis dan bencana lingkungan hidup global, (Yogyakarta: Kanisius,
2010), h. 34-39.
16
memenuhi kebutuhan hidup kerusakan lingkungan mungkin akan lebih
parah kembali.
Bencana banjir yang melanda suatu daerah dapat mengakibatkan
terganggunya ketenangan dan pola hidup masyarakat.Dalam hal-hal
tertentu, bencana banjir mampu menghancurkan harapan hidup anggota
masyarakat. Aktifitas sehari-hari masyarakat yang terganggu, pendapatan
ekonomi masyarakat yang menurun, Mereka kehilangan sebagian atau
semua kekayaan yang dimiliki baik yang berbentuk benda hidup, seperti
anggota keluarga, ternak, dan tanaman maupun benda mati, seperti rumah,
pekarangan, ladang, dan sawah tempat mereka menggantungkan hidup.
Langkah-Langkah Untuk Mencegah Banjir
a. Membuang sampah pada tempatnya.
b. Membersihkan, selokan atau parit dekat rumah dari sampah sehingga
aliran air menjadi lancar.
c. Melakukan penghijauan di lahan-lahan kosong sebagai daerah resapan
air
d. Melakukan penghijauan di hutan-hutan yang gundul (reboisasi).
Untuk mengurangi risiko bencana banjir akibat luapan air sungai, dapat
dilakukan dengan membuat tanggul, dan sistem pengendalian sungai yang
dihubungkan dengan peringatan banjir. Dan para keluarga dianjurkan untuk
memperkuat struktur rumah, dan/atau membangun rumah yang lokasinya aman
dari bencana banjir.
E. Daerah Aliran Sungai (DAS)
1. Pengertian Daerah Aliran Sungai
Menurut Sukandarrumidi, air hujan yang jatuh di permukaan bumi
sebagian akan masuk ke dalam tanah, sebagian mengalir di permukaan dan
membentuk aliran sungai, sebagian langsung menguap, dan sisanya
dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Air tanah
akan muncul sebagai mata air dan mengalir sepanjang alur membentuk
suatu sungai. Dengan demikian, sungai terbentuk karena terjadi aliran
hujan melalui alurerosi.Sesuai dengan hukum alam, air mengalir
17
mengikuti gravitasi, artinya dari daerah tinggi ke daerah rendah.
Gayatektonik yang terjadi pada kulit bumi dapat membentuk daerah
tinggian dan daerah rendahan. Adanya gaya tektonik dan proses pelapukan
menyebabkan permukaan tanah menjadi terekah. Melalui rekahan-rekahan
yang saling berhubungan dan bersamaan dengan
aliran air hujan dan aliran dari mata air maka akan terbentuk alur sungai.
Sungai berdasarkan atas asal terbentuknya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Sungai primer umumnya terbentuk di daerah pegunungan yang
tinggi dan di sinilah mata air yang keluar dari dalam tanah
mengalir.
b. Sungai sekunder merupakan cabang sungai primer, umumnya
terbentuk di daerah lereng pegunungan.
c. Sungai tersier adalah sungai yang merupakan muara sungai
sekunder, yang akhirnya mengalirkan semua air sungai dan
bermuara di laut.14
Menurut Meilani Safira Indradewa, ketiga jenis sungai tersebut
membentuk suatu sistem jaringan sungai dan daerah yang dilaluinya dan di
sebut sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS).Wilayah DAS dibagi menjadi
tiga bagian besar, yaitu DAS Hulu, DAS Tengah, dan DAS Hilir15
.
Keberadaan dan sifat sungai di DAS Hilir tergantung pada keadaan dan
sifat DAS Tengah, sedangkan keadaan dan sifat sungai di DAS Tengah
sangat tergantung pada keadaan dan sifat sungai di DAS Hulu. Oleh sebab
itu, pengelolaan wilayah sungai sangat ditentukan oleh pengelolaan sistem
DAS.
Berdasarkan kontiunitas aliran air disungai, dibedakan menjadi,
Sungai intermitent yaitu sungai yang mengalirkan air tidak sepanjang
tahun, dan Sungai permanent yaitu sungai yang mengalirkan air
sepanjang tahun, meskipun debit sungai dapat berubah, mengecil atau
membesar tergantung musim”.16
Keberadaan air sungai sangat tergantung
pada keadaan mata air, sedangkan keberadaan mata air sangat di tentukan
14 Sukandarrumidi.op.cit, hal. 142
15
Meilani safira Indradewa, “potensi dan upaya penanggulangan bencana bnjir sungai
wolowona, Nangaba dan kaliputih di kabupaten Ende, Surakarta,” Tesis pada program
pascasarjana Universtitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2008, h. 21. Tidak dipublikasikan
16 Ibid., h. 142
18
oleh banyaknya curah hujan. Oleh sebab itu, keberadaan dan pengelolaan
hutan sangat menentukan usaha konservasi mata air dan air tanah..
2. Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Imam Subarkah, selain fungsi pokok untuk mengalirkan
kelebihan air dari permukaan tanah di suatu daerah, sungai dapat di
manfaatkan untuk kesejahteraan manusia.17
Di antaranya terdapat untuk
keperluanpengairan,pembangkitan tenaga listrik, air minum, lalu lintas
lewat air juga bahan-bahan bangunan yang dibawa air seperti pasir, kerikil,
dan batu-batu merupakan bahan-bahan bangunan yang banyak sekali
kegunaannya.
F. Pengertian bahaya
Bahaya atau hazard adalah suatu kondisi yang berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia secara alamiah maupun
karena ulah manusia. Bahaya juga dapat disebut dengan ancaman karena
berpotensi mengancam kehidupan manusia, meresahkan masyarakat,
kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Bahaya terdiri atas bahaya primer, bahaya sekunder dan tersier. Bahaya
primer adalah bahaya yang langsung menimpa penduduk seperti bencana
banjir yang menggenangi ke pemukiman warga, bahaya sekunder terjadi
secara tidak langsung dan umumnya berlangsung pada pascabencana misalnya
rusaknya rumah pemukiman warga, dan yang terakhir bahaya tersier
merupakan bahaya akibat kerusakan lingkungan yang terkena bencana
misalnya seperti hilangnya daerah resapan air.18
Menurut Promise Indonesia, dalam kajian bahaya banjir misalnya, maka
kita perlu mengidentifikasi hal-hal seperti curah hujan di suatu
wilayah, tinggi permukaan tanah (kondisi topografi) serta kondisi fisik
sungai dan alirannya. Untuk wilayah yang sering dilanda banjir, maka
faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya banjir
berikut ini harus selalu diingat yaitu :
1. Frekuensi banjir
17 Iman Subarkah, Bangunan Air, (Bandung: Idea Dharma, 1974), h.258.
18
Sri rum Giyarsih dkk, Aspek sosial banjir lahar, (Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press,2014), hal. 6.
19
2. Tinggi permukaan tanah (topografi)
3. Kemampuan tanah untuk menyerap air
4. Bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai).19
G. Kerentanan
Berdasarkan BAKORNAS PB (2007) bahwa kerentanan (vulnerability)
adalah sekumpulan kondisi atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial,
ekonomi, dan lingkungan) yang menyebabkan ketidakmampuan dalam
menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan merupakan suatu hal
penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi apabila bahaya terjadi
pada kondisi yang rentan. Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan
fisik (infrastruktur), sosial kependudukan, dan ekonomi.
Kerentanan fisik (infrastruktur) menggambarkan suatu kondisi fisik
terhadap bahaya tertentu. Pada umumnya kerentanan fisik merujuk pada
perhatian serta kekurangan pada lokasi kawasan terbangun, Ini diartikan
sebagai wilayah rentan terkena bahaya. Kerentanan fisik seperti tingkat
kepadatan bangunan, desain dan material yang digunakan untuk infrastruktur
dan perumahan.
Kerentanan sosial kependudukan menggambarkan kondisi tingkat
kerapuhan sosial dalam menghadapi bahaya. Dengan demikian, kondisi sosial
kependudukan juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya. Pada kondisi sosial yang rentan maka jika terjadi bencana dapat
dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian besar. Beberapa indikator
kerentanan sosial antar lain kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk,
persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk wanita, dari segi
pendidikan kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan
mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat
yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan
ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya. Kemampuan ekonomi atau
19 Banjir dan upaya penanggulangannya (Program for Hydro-Meteorological Risk Disaster
Mitigation in Secondary Cities in Asia, Promise Indonesia), h. II-1.PROMIS
20
status ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerentanan terhadap ancaman bahaya. Kerentanan ekonomi diantaranya
adalah persentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan (sektor yang
rawan terhadap pemutusan hubungan kerja) dan persentase rumah tangga
miskin, karena tidak memiliki kemampuan finansial memadai untuk
melakukan upaya pencegahan. Makin rendah sosial ekonomi akan makin
tinggi tingkat kerentanan dalam menghadapi bencana. Bagi masyarakat
dengan ekonomi yang kuat, pada saat terkena bencana, dapat menolong
dirinya sendiri misalnya dengan mengungsi ditempat penginapan atau di
tempat lainnya.20
Sehingga dapat mencegah suatu bahaya yang ditimbulkan
dari kerentanan tersebut.
H. Kapasitas (Kemampuan)
Menurut Fandi Triawan dan Djoko Santoso Abi Suroso, “Kapasitas didalam
kebencanaan adalah kombinasi keseluruhan kekuatan, kelengkapan dan
sumber daya yang dimiliki sebuah masyarakat, kelompok sosial, atau
organisasi yang dapat digunakan untuk meraih tujuan yang disepakati,
termasuk yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana dan adaptasi
perubahan iklim”.21
Menurut Promise Indonesia, kapasitas juga merupakan lawan dari
kerentanan yaitu sumber daya, kekuatan/kemampuan yang dimiliki
oleh masyarakat sehingga mereka mampu bertahan, memitigasi dan
pulih secara cepat terhadap suatu kejadian bencana. Dengan kata lain,
kapasitas ini adalah aspek-aspek positif yang dapat mengulangi risiko
dengan mengurangi kerentanan yang ada. Dengan adanya kapasitas,
hal ini berarti menunjukkan adanya kemampuan untuk menangani
situasi bencana. Bencana terjadi pada saat bahaya menimpa
masyarakat yang rentan dimana kapasitas yang dimiliki sangat terbatas
sehingga menimbulkan berbagai kerugian material maupun korban
jiwa, baik yang meninggal, lukaluka atau hilang. Kerugian akibat
bencana bisa berkurang apabila kapasitas meningkat.22
20Pengenalan karakteristik bencana dan upaya mitigasinya di Indonesia edisi II (Jakarta:
pelaksana harian Badan Koordinasi Nasional Penanganan bencana/BAKORNAS PB, direktorat
Mitigasi, 2007), h. 11-12.
21Fandi Triawan dan Djoko Santoso Abi Suroso, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan ITB, hal. 163.
22Promise Indonesia, op. Cit., h. II-2.PROMIS
21
Semakin kapasitas yang dimiliki masyarakat tinggi maka akan
menekan/mencegah tingginya risiko yang disebabkan oleh bencana,
khususnya bencana banjir.
Negara Indonesia selalu dihadapkan dengan berbagai macam bencana yang
dapat membahayakan hidup manusia, seperti : banjir, tanah longsor, gempa
bumi, gunung meletus, tsunami, kebakaran, dan masih banyak yang lainnya.
Menurut BNPB, risiko bencana juga adalah interaksi antara tingkat
kerentanan daerah dengan ancaman bahaya(hazards) yang ada.
Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian
dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman
muka bumi baik dari tenaga internal maupun eksternal, sedangkan
tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan
dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat.23
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi
risiko daerah tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat
kerentanan masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat
risiko yang menyebabkan tingginya valuasi ekonomi. Tetapi sebaliknya,
semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko
valuasi ekonomi yang dihadapinya.
I. Hasil penelitian yang relevan
Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Hasil
1 Gigih Himbawan
(Program Pascasarjana
Magister Teknik
Pembangunan
Wilayah Dan Kota
Universitas
Diponegoro Semarang
2010)
Tesis:
“Penyebab Tetap
Bermukimnya
MasyarakatDi
Kawasan Rawan
Banjir Kelurahan
TanjungAgung
Kota Bengkulu”
Hasil dari tesis tersebut
tentang segi psikologis
masyarakat akibat bencana
banjir adalah Dari
karakteristik banjir yang
terjadi di Kelurahan Tanjung
Agung dapat disimpulkan
bahwa banjir yang terjadi
sifatnya adalah rutin setiap
23Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ( Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, 2008),h.14
22
tahun dan musiman terutama
terjadi pada musim-musim
penghujan, dengan tipelogi
jenis banjir lebih kepada
genangan. Sehingga sebagian
besar responden menyatakan
banjir adalah hal yang biasa
saja, tidak terlalu
mengkhawatirkan karena
sifatnya hanya berupa
genangan yang tidak
membawa korban jiwa.
2 Rosalina Kumalawati,
R.Rijanta, Junun
Sartohadi, Rimawan
Pradiptyo, dan
Seftiawan Samsu
Rijal
Jurnal:
“Valuasi Ekonomi
Tingkat
Kerusakan
Bangunan
Permukiman
Akibat Banjir
Lahar Di Kali
Putih Kabupaten
Magelang”
Hasil dari penelitian ini
adalah : Jumlah rumah yang
terkena banjir lahar adalah
1.290 rumah. Kelas
kerusakan permukiman
didominasi Roboh/Hanyut
sebanyak 814 rumah, Rusak
Sedang sebanyak 200 rumah,
Rusak Ringan 140 rumah,
Rusak Berat 71 rumah dan
Tidak Rusak sejumlah 65
rumah. Permukiman paling
banyak terkena dampak
banjir lahar adalah Desa
Sirahan Kecamatan Salam
sejumlah 860 rumah.
3. Kerugian paling rendah
rumah permanen sebesar
Rp52.000.000,00 dan paling
tinggi sebesar
Rp104.000.000,00. Kerugian
23
Rumah semi permanen
terendah sebesar Rp
24,000,000,00 dan paling
tinggi sebesar Rp
48.000.000,00. Tingkat
kerugian rumah non
permanen, paling rendah Rp
9.430.000,00 dan paling
tinggi sebesar Rp
18.860.000,00.
3 Dr.rer.nat.Muh.Aris
Marfai,M.Sc.
dan Dian Rasmana
Putra
Jurnal:
“Identifikasi
Dampak Banjir
Genangan (ROB)
Terhadap
Lingkungan
Permukiman di
Kecamatan
Pademangan
Jakarta Utara”.
Hasil penelitian ini ialah
terjadi valuasi ekonomi
lingkungan dampak banjir
genangan (ROB) di
lingkungan pemukiman
kecamatan Pademangan
Jakarta Utara seperti
sarana/prasarana berupa jalan
becek sehingga aktivitas lalu
lintas terganggu,rumah/
bangunan mengalami
kerusakan seperti lapuknya
bagian pintu, kusen, dan
dinding. Pengaruh banjir rob
terhadap drainase seperti
adanya peninggian saluran air
hujan disekitar rumah dan
saluran tidak pernah kering
dan kotor. Dan juga
mempengaruhi terhadap
kebutuhan air bersih.
Pengaruhnya berupa kedalam
pipa bertambah akibat
pengurugan lahan, air tanah
rasanya berubah menjadi
asin/payau, dan peralatan air
24
bersih cepat rusak terkena
korosi.
Dari hasil penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa bencana banjir
sifatnya lebih kepada valuasi ekonomi lingkungan terhadap kerugian dan
kerusakan seperti banyaknya infrastruktur yang rusak, sarana dan prasarana
rusak atau tidak terpakai, banyaknya masyarakat yang terkena penyakit,
terhambatnya segala bentuk aktifitas masyarakat, dan perekonomian
masyarakat yang terkena banjir
J. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan teori yang telah disebutkan oleh para ahli
sebelumnya, maka dibentuklah kerangka teori penelitian sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kerangka Berfikir
Erosi dan sedimentasi Tata Guna
Lahan
Topografi Curah
hujan
hujan
Ancaman /Hazard
banjir
Potensi bencana
banjir
Kejadian Banjir
Gangguan
Terhadap Pola
Hidup Rawan Banjir
Bencana
Banjir
Kerentanan
Fisik Sosial
dan Ekonomi
Valuasi Ekonomi Lingkungan
25
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian yang akan
dilakukan oleh si peneliti. Oleh karen itu jawaban sementara yang menjadi
hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Bencana banjir timbul karena letak topografi, sistem drainase yang buruk,
hujan yang terus menerus, dan ulah tangan manusia (buang sampah
sembarangan).
2. karena hujan yang terus menerus di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
mengakibatkan meluapnya sungai dan menyebabkan bencana banjir
sehingga mendatangkan ancaman atau bahaya terhadap masyarakat dan
menimbulkan kerentanan serta mendatangkan risiko bencana banjir
terhadap masyarakat kecamatan Rangkasbitung.
3. Risiko bencana banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung menimbulkan
kerusakan dan mendatangkan kerugian yang dialami oleh masyarakat
kecamatan Rangkasbitung.
4. Karena tanggapan yang biasa saja masyarakat kecamatan Rangkasbitung
yang sering menjadi langganan bencana banjir, mengakibatkan risiko
bencana banjir tidak bisa dihindari.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Rangkasbitung,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Letak Geografis Kecamatan Rangkasbitung sangat strategis karena
berada di pusat Pemerintahan yaitu ke Kota Rangkasbitung sebagai Ibu Kota
Kabupaten Lebak ± 2,5 km, ke kota Pandeglang ± 20 km dan Kota Serang
sebagai Ibu Kota Provinsi Banten 45 km
Gambar 3.1
Peta Kecamatan Rangkasbitung
Sumber :Peta Rupa Bumi
27
Tabel 3.1
Matriks penelitian
N
o
Kegiatan
2014 2015
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
1 Seminar
Proposal
2 Revisi
Proposal
3 Bimbinga
n Bab I,
II, III
4 Penyusun
an surat
izin ke
lapangan
5
Penelitian
ke
lapangan
6 Pengolah
an data
7 Penyusun
an bab 4-
5
8 Sidang
munaqosa
h
9 Revisi
Skripsi
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode adalah cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode Survei dengan
pendekatan kuantitatif deskriptif.
Menurut Etta Mamang Sangadji, penelitian survey dapat digunakan untuk
maksud penjajakan (eksploratif), deskriptif, penjelasannya ini untuk
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, evaluasi, prediksi atau
28
meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, penelitian
operasional dan pengembangan indikator-indikator sosial. Selain itu penelitian
survey adalah penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu.1
Menurut Sanapiah Faisal, penelitian survei juga merupakan tipe
pendekatan dalam penelitian, yang ditujukan pada sejumlah besar individu
maupun kelompok untuk mengetahui data yang akan kita peroleh.2 Metode ini
menghimpun data aktual dengan narasumber sertaobservasi secara langsung.
Kemudian memaparkan data serta menarik kesimpulan dari analisis tersebut
sesuai dengan data yang di dapatkan di lapangan.
Dalam kasus bencana banjir ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana
valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana banjir Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciujung. Hasil dari penelitian ini akan digunakan untuk suatu tindak
lanjut yang bermanfaat baik untuk pemerintahan setempat maupun untuk
masyarakat disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung. Dalam penelitian
ini digunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi dari para masyarakat
sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung. Catatan atau laporan-laporan
ringkas dalam bentuk deskripsi dibuat setiap kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Oleh karenanya peneliti dibekali dengan beberapa macam alat
perekam sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti alat perekam yang
terdapat di dalam,alat-alat tulis kamera digital , dan HandPhone.
C. Penetapan Objek Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari 2 aspek, yaitu:
1. Aspek Fisik
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
2. Aspek sosial
Masyarakat dan bangunan rumah yang berada di sekitar Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciujung yang terkena bencana banjir.
1 Etta Mamang Sangadji, Metode Penelitian, (Yogyakarta:Andi press 2010),h.. 25.
2Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial dasar-dasar dan aplikasi,
(Jakarta:PTRajagrafindo,2007), h. .23.
29
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Beni Ahmad Saebani, populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian dan merupakan keseluruhan sampel.3 Pengertian populasi
lainnya adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup
penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi yang akan
diteliti meliputi populasi ruang fisik dan ruang sosial. Populasi ruang fisik
penelitian meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung di Kecamatan
Rangkasbitung. Sedangkan populasi sosial adalah penduduk di Kecamatan
Rangkasbitung yang berjumlah 120.808 jiwa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti atau sampel
adalah bagian kecil dari populasi.4 Sebuah sampel haruslah dipilih
sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan
dan peluang tersebut tidak boleh sama. Di samping itu menurut Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi, pengambilan sampel haruslah
menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan ciri-ciri populasi dan
tujuan penelitian.5 Sampel yang secara nyata akan diteliti harus
representative dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik
maupun jumlahnya.
Menurut Sugiyono, teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.6 Jenis rancangan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling, yang disebut juga dengan rancangan sampel non random (tidak
acak) atau teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
3Beni Ahmad Saebani, MetodePenelitian, (Bandung: CV PustakaSetia, 2008), h. 165
4Ibid.,
5Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (eds.), Metode penelitian survai, (Jakarta: LP3ES,
anggota Ikapi, 2011), Cet. 4, h. 149.
6Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta CV ,
2014), cet. 20, h. 81.
30
sampel7. Sedangkan teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan
sampel penelitian adalah teknik purposive sampling merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu8, yang mana pengambilan
atau penentuan sampel informan, dilakukan dengan pertimbangan tertentu
dan Pada teknik pengambilan sampel purposive, sampel ditetapkan secara
sengaja oleh peneliti yaitu hanya di wilayah masyarakat dan bangunan
rumah yang terkena banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung di
Kecamatan Rangkasbitung yang terdapat di tujuh Kelurahan/Desa.
Setelah melakukan survey di Kecamatan Rangkasbitung, diperoleh
hasil pada tabel 3.2.
Tabel. 3.2
Kelurahan/Desa Yang Terkena Bencana Banjir di Kecamatan
Rangkasbitung
No Kelurahan/ Desa
1 Pabuaran
2 Kolelet Wetan
3 Cijoro Lebak
4 Cijoro Pasir
5 Muara Ciujung Barat
6 Muara Ciujung Timur
7 Rangkasbitung Barat
Sumber : BPBD Kab. Lebak
Dari hasil survey peneliti dilapangan menemukan bahwa tidak semua
Kelurahan/Desa di Kecamatan Ciujung terkena Bencana Banjir dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung hanya kepada tujuh Kelurahan/Desa
seperti yang diterangkan diatas.
Setelah mengetahui Kelurahan/Desa yang akan di teliti, maka
sampel yang akan dipilih berjumlah 50 Penduduk yang mewakili tiap 1
rumah.
Tabel 3.3
Sampel yang dipilih
7Ibid., h. 84.
8Ibid., h. 85.
31
No Kelurahan/Desa Jumlah penduduk.
1 Pabuaran 8
2 Kolelet Wetan 7
3 Cijoro Lebak 7
4 Cijoro Pasir 7
5 Muara Ciujung Barat 7
6 Muara Ciujung Timur 7
7 Rangkasbitung Barat 7
Jumlah 50
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
Angket adalah suatu alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan
secara tertulis yang ditujukan kepada subjek/responden penelitian.9
Pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun secara kronologis dari yang
umum mengarah pada khusus untuk diberikan pada responden./informan
yang umumnya merupakan daftar pertanyaan. Angket juga merupakan
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diaketahui. Cara penyebaran angket yang akan penulis lakukan adalah
dengan membagikan angket kepada responden yang ditemui langsung di
lapangan, yaitu kepada masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciujung.
Angket/kuesioner yang disebarkan, disusun berdasarkan indikator-
indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Pedoman Kuesioner
No Variabel Dimensi Indikator Butir
1 Valuasi
ekonomi
lingkungan
akibat bencana
Kerusakan
bangunan
rumah : Lantai,
Dinding,
Rusaknya
bangunan
rumah
Ancaman
10
9Sanapiah Faisal, op.cit., h. 122.
32
banjir Daerah
Aliran
Sungai(DAS)
Ciujung
Kusen,dan Atap
dan risiko
bencana
banjir
10
2. Studi Dokumen
Menurut Sugiyono, Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karyamonumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar, misalnya foto, sketsa, dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, seperti gambar, patung,
film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan angket.10
Seperti yang dikemukakan oleh Akbar Purnomo Setiadi, dokumen
merupakan kumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11
Dan menurut Bungin dan M Burhan, dokumen merupakan Kumpulan data
bentuk tulisan , dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape,
microfilm, disc, CD, hardisk, flashdisk, dan sebagainya”.12
Dan dalam penelitian kali ini penulis melakukan pengumpulan tentang
data-data yang berkaitan tentang risiko bencana banjir Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciujung baik dari perorangan maupun instansi. Sebagai
pelengkap data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian. Instansi yang
akan penulis kunjungi yaitu kantor Kecamatan Rangkasbitung, Sumber
Daya Air (SDA) Lebak dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Lebak.
Tabel 3.5
Kisi- kisi pedoman dokumentasi
No Variabel Dimensi Indikator
10Sugiyono, op. Cit., h. 240.
11
Akbar Purnomo Setiady, dan Usman Husaini, MT. Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.69
12Bungin, dan M.Burhan, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik,
dan Ilmu Sosial lainnya), (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 154.
33
1 Valuasi ekonomi
lingkungan
akibat bencana
banjir Daerah
Aliran Sungai
(DAS) Ciujung
Bencana banjir a. Data kependudukan dan
wilayah Kecamatan
Rangkasbitung (kantor
Kecamatan
Rangkasbitung)
b. Data Sungai Ciujung
(SDA)
c. Data bencana banjir
(BPBD)
F. Metode Analisis Data
Untuk membuktikan data yang terkumpul perlu dianalisis, yaitu: disusun,
diatur, dan diolah yang akhirnyadapat ditemukan makna yang sebenarnya
sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Dari data-data yang
didapatkan dari lapangan.13
Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif
yaitu, data yang telah dihimpun diklasifikasikan kemudian dihubungkan
antara yang satu dengan yang lainnya, untuk kemudian dianalisis dan diambil
hasil dari analisa kemudian di deskriptifkan sebagai suatu hasil/kumpulan
bahan pemikiran.
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilaksanakan
analisis data. Secara garis besar analisis data meliputi:
1. Tahap Persiapan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah:
a. Memeriksa dan mengecek kelengkapan identitas pengisi
b. Memeriksa dan mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument
pengumpulan data.
c. Mengecek macam-macam isian data.
d. Tabulasi data
13Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D,
(Bandung: Alvabet, 2009), h. 147.
34
Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi dengan
menguraikan yang selanjutnya mengelompokkan dari tiap-tiap butir
seluruh pertanyaan yang ada pada angket isian. Hal ini dilakukan
dengan cara memberikan kode dari tiap-tiap instrument pengumpulan
data yang selanjutnya dimasukkan kedalam bentuk data.
2. Editing
Kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data
dilapangan, kegiatan ini menjadi penting karena kenyataan bahwa data
yang terhimpun kadang belum memenuhi harapan peneliti. Ada
diantaranya kurang ataupun terlewatkan, terlupakan, tumpang tindih
maupun berlebihan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus diperbaiki
melalui editing.
3. Pengkodean
Setelah tahap editing selesai, kegiatan berikutnya adalah mengklasifikasi
data-data melalui tahap koding. Maksudnya yaitu, data yang telah diedit
diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.14
4. Pengolahan dan penyajian data
Dalam pengolahan data terdapat perhitungan untuk mengetahui
Penilaian kerusakan dilapangan didapatkan dari data sekunder, yaitu data
langsung dari pemilik rumah, dengan menyebutkan secara langsung harga
dari setiap item infrastruktur bangunan rumah yang rusak.
Setelah melakukan penilaian kerusakan, pengolahan data selanjutnya
menggunakan perhitungan presentase. Untuk mengetahui kecendrungan
jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis
presentase dengan menggunakan formula. Formula presentase sebagai
berikut:
Keterangan :
P : Presentase
14Etta Mamang Sangadji, op. cit., h. 200 – 202.
35
F : Presentase Jawaban
N : Jumlah Responden
100% : Bilangan Tetap
Jika perhitungan telah selesai dilakukan, maka hasil perhitungan
berupa presentase tersebut digunakan untuk mempermudah dalam
penafsiran dan pengumpulan data. Adapun kriteria presentase yang
digunakan di rinci sebagai berikut:
Tabel 3.8
Tabel Kriteria Penilaian Persentase
Persentase Kriteria
100 Seluruhnya
75 – 99 Sebagian besar
51 – 74 >setengahnya
50 Setengahnya
25 – 49 <setengahnya
1 – 24 Sebagian kecil
0 Tidak ada
Sumber: Effendi dan Manning, 1991
Hasil pengelompokkan dan pengolahan data, disajikan dalam
bentuk tabel, deskriptif, dan peta.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Fisik dan Sosial Wilayah Penelitian
1. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian
a. Letak Geografis Kecamatan Rangkasbitung
Wilayah Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak, berlokasi
di wilayah Kota Kabupaten Lebak dengan luas wilayah +/- 6.635 Ha,
dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Serang-Sebelah Selatan : Kecamatan Sajira
Sebelah Barat:Kecamatan Cibadak -Sebelah Timur: kecamatan Maja
Letak Geografis Kecamatan Rangkasbitung sangat strategis
karena berada di pusat Pemerintahan yaitu ke Kota Rangkasbitung
sebagai Ibu Kota Kabupaten Lebak ± 2,5 km, ke kota Pandeglang ±20
km dan Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi Banten 45 km.1
Gambar 4.1 Peta Wilayah Penelitian
Sumber: Peta Rupa Bumi
1Nurochmah, Selayang Pandang Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak,(tt.p., t.p.,t.t),h. 3.
37
Berdasarkan gambar Peta yang berada di Tabel 4.1 menunjukan
bahwa wilayah lokasi penelitian di Kecamatan Rangkasbitung sebagai
berikut, seperti yang ditunjukan oleh Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Batas Wilayah Lokasi Penelitian No Kelurahan/Desa di
Kecamatan Rangkasbitung
No Batas Wilayah Penelitian
pada Kelurahan/Desa di
Kecamatan Rangkasbitung
1 Pasir Tanjung 1 Rangkasbitug Barat
2 Rangkasbitung Timur 2 Muara Ciujung Timur
3 Rangkasbitung Barat 3 Kolelet Wetan
4 Muara Ciujung Timur 4 Pabuaran
5 Jatimulya 5 Cijoro pasir
6 Cimangeunteung 6 Cijoro Lebak
7 Citeras 7 Muara Ciujung Barat
8 Mekarsari
9 Nameng
10 Kolelet Wetan
11 Sukamanah
12 Pabuaran
13 Cijoro Pasir
14 Cijoro Lebak
15 Muara Ciujung Barat
16 Narimbang Mulya
Sumber : Hasil Survey Peneliti Tahun 2015
Letak Geografis dan Letak Desa di Kecamatan Rangkasbitung
Tahun 2013, diperoleh hasil pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Letak Geografis dan Letak Desa di Kecamatan Rangkasbitung tahun
2013
N
o
Nama
Kelurahan/Desa
Letak
Geografis
BukanPesisir,
maka...
Letak Desa
(1)Pesisir /
Tepi laut
(2)Bukan
Pesisir
(1)Lembah/ DAS
(2)Lereng
/punggung bukit
(3) Dataran
(1)Dalam
Kawasan Hutan
(2)Tepi
Kawasan Hutan
(3)Luar
Kawasan hutan
1 Pasir Tanjung 2 3 3
2 Rangkasbitung
Timur
2 3 3
3 Rangkasbitung
Barat
2 3 3
4 Muara Ciujung
Timur
2 3 3
5 Jatimulya 2 3 3
38
6 Cimangeunteung 2 3 3
7 Citeras 2 3 3
8 Mekarsari 2 3 3
9 Nameng 2 3 3
10 Kolelet Wetan 2 3 3
11 Sukamanah 2 3 3
12 Pabuaran 2 3 3
13 Cijoro Pasir 2 3 3
14 Cijoro Lebak 2 3 3
15 Muara Ciujung
Barat
2 3 3
16 Narimbang Mulya 2 3 3
Sumber : Data Monografi Kecamatan Rangkasbitung Tahun 2013
Dari hasil tabel 4.2, menunjukan bahwa Letak Geografis dan Letak
Kelurahan/Desa di Kecamatan Rangkasbitung, letak Geografisnya
bukan berada di Pesisisr, tetapi di Dataran dan letak Kelurahan/Desa
nya berada di luar Kawasan Hutan.
Luas Wilayah Kecamatan Rangkasbitung ± 6.635 ha dan
pegunungan lahan pada Kecamatan Rangkasbitung sebagai berikut :
- Lahan Sawah : 1.217,5 Ha
- Lahan Darat : 3.121,6 Ha
- Lahan Pemukiman : 2.336,1 Ha
Jarak Ibu Kota Kabupaten Lebak dengan Ibu Kota Kecamatan
dan Desa di Kecamatan Rangkasbitung. Diperoleh hasil pada tabel
4.3.
Tabel. 4.3
Luas Wilayah Desa/Kelurahan dan Jarak ke Ibu Kota Kec/Kab
No Nama
Kelurahan/Desa
Luas
Desa/Kelurahan
(Ha)
Jarak ke Ibu
Kota Kecamatan
(Km)
Jarak ke Ibu
Kota
Kabupaten
(Km)
1 Pasir Tanjung 1.255 4,0 4,0
2 Rangkasbitung
Timur
370 2,0 2,5
3 Rangkasbitung
Barat
243 1,5 0,4
4 Muara Ciujung
Timur
244 1,0 1,0
5 Jatimulya 144 2,0 2,5
6 Cimangeunteung 886 4,0 5,0
7 Citeras 489 5,0 6,0
39
8 Mekarsari 473 7,0 8,0
9 Nameng 675 5,0 6,0
10 Kolelet Wetan 228 7,0 8,0
11 Sukamanah 600 6,0 7,0
12 Pabuaran 228 5,0 6,0
13 Cijoro Pasir 350 1,0 2,0
14 Cijoro Lebak 134 2,5 2,0
15 Muara Ciujung
Barat
53 2,0 1,0
16 Narimbang
Mulya
203 2,0 3,0
Jumlah 6.575
Sumber : Data Monografi Kecamatan Rangkasbitung Tahun 2013
Dari hasil tabel 4.3, menunjukan bahwa Kecamatan Rangkasbitung
memiliki luas 6.575 Ha, dengan Kelurahan/Desa yang memiliki luas
besar adalah Pasir Tanjung dengan luas 1.255 Ha sedangkan yang
memiliki Luas paling kecil adalah Muara Ciujung Barat dengan luas
53 Ha, Kelurahan/Desa yang paling dekat jaraknya dengan Kecamatan
adalah Cijoro Pasir dan Muara Ciujung Timur dengan jarak 1,0 Km
dan jarak yang paling jauh dengan Kecamatan adalah Mekar Sari dan
Kolelet Wetan dengan jarak 7.0 Km, dan Kelurahan/Desa yang paling
dekat dengan jarak Kabupaten adalah Rangkasbitung barat dengan
jarak 0,4 Km karena pusat pemerintahan Kabupaten Lebak di
Rangkasbitung Barat sedangkan jarak yang paling jauh dengan
Kabupaten adalah Mekarsari dan Kolelet Wetan.
Ketinggian dari Permukaan Laut dan Letak Desa di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013,diperoleh hasil pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Ketinggian dari Permukaan Laut dan Letak Desa di
Kecamatan Rangkasbitung Tahun 2013
No Kelurahan/
Desa
Ketinggian
dari
Permukaan
Laut (m)
Letak Kelurahan/Desa
Dalam
Kawasan
Hutan
Tepi
Kawasan
Hutan
Luar
Kawasan
Hutan 1 Pasir
Tanjung 28 - -
2 Rangkasbitung Timur
29 - -
3 Rangkasbitung Barat
30 - -
4 Muara Ciujung Timur
24 - -
40
5 Jatimulya 28 - -
6 Cimangeunteung
29 - -
7 Citeras 26 - -
8 Mekarsari 27 - -
9 Nameng 26 - -
10 Kolelet Wetan
25 - -
11 Sukamanah 28 - -
12 Pabuaran 25 - -
13 Cijoro Pasir 26 - -
14 Cijoro Lebak
24 - -
15 Muara Ciujung Barat
25 - -
16 Narimbang Mulya
28 - -
Sumber : Data Monografi Kecamatan Rangkasbitung Tahun 2013
Dari hasil tabel 4.4, menunjukan bahwa Kelurahan/Desa yang
berada di Ketinggian Permukaan Air Laut yang memiliki ketinggian
paling tinggi adalah Rangkasbitung Barat dan yang paling rendah
adalah Muara Ciujung Timur, dan Letak Kelurahan/Desa di
Kecamatan Ragkasbitung yaitu berada di luar Kawasan hutan.
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013, diperoleh hasil pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013
Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm3)
Januari 12 34,60
Februari 10 16,39
Maret 5 60,20
April 10 28,91
Mei 12 34,08
Juni 3 10,13
Juli 12 20,80
Agustus 5 21,60
September 9 17,78
Oktober 7 50,71
November 6 56,41
Desember 10 36,20
Rata-rata : 8 32,32
Sumber : Petugas Pengamat Hama Tanaman Kec. Rangkasbitung
Tahun 2012
41
Dari hasil tabel 4.5, menunjukan banyaknya Hari Hujan di
Kecamatan Rangkasbitung terjadi pada Bulan Januari dan Juli yaitu
12 hari dan paling sedikit di Bulan Juni yaitu 3 Hari dengan rata-rata
selama satu tahun yaitu 8 Hari , sedangkan Curah Hujan yang paling
tinggi terjadi pada Bulan Maret yaitu 60,20 mm3, dan yang paling
rendah di Bulan Juni yaitu 10,13 mm3 dan dengan rata-rata selama
satu tahun adalah 32,32 mm3.
Jumlah Penduduk dan Kepadatannya di Kecamatan Rangkasbitung
Tahun 2013, diperoleh hasil pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Jumlah Pendudukdan Kepadatannya di Kecamatan
Rangkasbitung Tahun 2013
No Kelurahan/ Desa Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
1 Pasir Tanjung 4.637 367
2 Rangkasbitung Timur 9.469 2.543
3 Rangkasbitung Barat 7.024 2.880
4 Muara Ciujung Timur 20.675 8.410
5 Jatimulya 6.665 4.602
6 Cimangeunteung 5.736 580
7 Citeras 6.705 1.363
8 Mekarsari 5.736 1.207
9 Nameng 6.562 967
10 Kolelet Wetan 3.614 1.576
11 Sukamanah 4.256 705
12 Pabuaran 4.564 1.990
13 Cijoro Pasir 9.623 2.734
14 Cijoro Lebak 11.504 8.537
15 Muara Ciujung Barat 9.311 17.467
16 Narimbang Mulya 5.300 2.602
Jumlah 120.808 58.530
Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2012 Kecamatan Rangkasbitung
Dari hasil tabel 4.6, menunjukan bahwa Jumlah Penduduk di
Kecamatan Rangkasbitung berjumlah 120.808 jiwa, dengan Muara
Ciujung Timur sebagai Kelurahan /Desa yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak yang berjumlah 20.675 jiwa dan Pasir Tanjung
sebagai Kelurahan/Desa yang memiliki jumlah penduduk paling
sedikit berjumlah 4637 jiwa. Dengan kepadatan Jiwa di Kecamatan
Rangkasbitung berjumlah 58.530, dengan kepadatan jiwa paling
42
banyak berada di Kelurahan/Desa Muara Ciujung Barat dengan
jumlah 17.467 per Km2 dan kepadatan jiwa paling sedikit berada di
Kelurahan /Desa Pasir Tanjung dengan jumlah 367 per Km2.
b. Wilayah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan Rangkasbitung
Wilayah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan Rangkasbitung,
seperti yang dipaparkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Wilayah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan Rangkasbitung
No Kelurahan/Desa Lokasi
1 Pabuaran Kamp. Heunca
2 Kolelet Wetan Kamp. Cerlang
3 Cijoro Lebak Kamp. Lebak Sambel Rw. 03
Kamp. Selahaur Rw. 11
Kamp. Lebak Picung Rw. 02
Kamp. Babakan Nambo Seeng Rw.04
Kamp. Pasir Pulo Rw.06
4 Cijoro Pasir Kamp. Malangnengah Rw. 01
Kamp. Papanggo Rw. 02
Kamp. Lebong Rw. 07
Kamp. Ciawi
Kamp. Jujuluk Rw. 04
5 Muara Ciujung
Barat
Kamp. Muhara Kebon Kelapa
Kamp. Kaum Lebak Rt. 02/08
Kamp. Lebak Saninten Rt.03, 04/02
Kamp. Lebak Pasar Rw.06
Kamp. Jeruk Rw. 10
Kamp. Pulosari Rw.12
6 Muara Ciujung
Timur
Kamp. Kebon Kelapa Rw. 04
Kamp. Leuwiranji
Kamp. Cijoro Pejagalan
Kamp. Kebon Kopi
7 Rangkasbitung Barat Kamp. Kaum Pasir Rw. 01
Kamp. Susukan Rw. 06
Kamp. Bojong Asem Rw. 08
Kamp. Kapugeran Rt. 03 Rw. 02
Sumber : BPBD Lebak
Menurut BPBD, Kecamatan Rangkasbitung yang memiliki
wilayah Rawan Bencana Banjir adalah di tujuh Kelurahan/Desa
tersebut .dan hanya di wilayah Kampung tertentu. Karena tidak semua
Kampung terkena Bencana Banjir dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciujung. Karena selain dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung,
43
penyebab Bencana Banjir diwilayah tersebut disebabkan oleh sistem
drainase yang kurang baik. Maka dari itu peneliti melakukan survey
ulang untuk mengetahui Kampung mana saja yang terkena Bencana
Banjir oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung.
Hasil survey turun ke lapangan yaitu :
Tabel 4.8
Hasil Survey
No Kelurahan/Desa Lokasi
1 Pabuaran Kamp. Heunca Rt. 01 Rw. 01
2 Kolelet Wetan Kamp. Cerlang Rt.14 Rw.15
3 Cijoro Lebak Kamp. Lebak Sambel Rt.03 Rw. 04
Kamp. Selahaur Rt.03 Rw. 10
Kamp. Lebak Picung Rt. 02 Rw. 02
4 Cijoro Pasir Kamp. Malangbong Rt. 05 Rw. 07
Kamp. Lebong Rt. 05 Rw. 07
Kamp. Kedung Rt 05 Rw. 11
5 Muara Ciujung Barat Kamp. Muhara Rt. 03-04 Rw 01
Kamp. Kaum Lebak Rt. 02/08
Kamp. Jeruk Rt. 06 Rw. 01
Kamp. Lebak Pasar Rt. 01 Rw. 01
6 Muara Ciujung Timur Kamp. Kebon Kelapa Rt. 05 Rw. 04
Kamp. Kebon Kopi Rt. 04 Rw. 03
7 Rangkasbitung Barat Kamp. Kaum Pasir Rt. 01 Rw. 01
Kamp. Kapugeran Rt. 02 Rw. 03
Sumber : Hasil Survey Peneliti Tahun 2015
2. Kondisi Sosial Wilayah Penelitian
a. Jumlah dan Penduduk menurut Jenis Kelamin
Secara rinci klasifikasi penduduk, sebagai berikut:
1) Jumlah Keluarga dan penduduk berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 4.9
Jumlah Keluarga dan Penduduk menurut jenis kelamin di
Kecamatan Rangkasbitung Tahun 2013
No Kelurahan/Desa Keluarga Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Pasir Tanjung 1.648 2.408 2.229 4.637
2 Rangkasbitung
Timur
3.100 4.852 4.617 9.469
3 Rangkasbitung
Barat
1.997 3.537 3.487 7.024
4 Muara Ciujung
Timur
5.284 10.454 10.222 20.675
44
5 Jatimulya 1.903 3.428 3.237 6.665
6 Cimangeunteung 1.612 2.701 2.461 5.162
7 Citeras 2.005 3.479 3.226 6.705
8 Mekarsari 1.710 2.972 2.764 5.736
9 Nameng 1.789 3.390 3.172 6.562
10 Kolelet Wetan 1.162 1.849 1.765 3.614
11 Sukamanah 1.139 2.210 2.046 4.256
12 Pabuaran 1.326 2.375 2.189 4.564
13 Cijoro Pasir 2.687 4.971 4.652 9.623
14 Cijoro Lebak 2.865 5.910 5.594 11.504
15 Muara Ciujung
Barat
2.526 4.812 4.498 9.311
16 Narimbang Mulya 1.518 2.682 2.682 5.300
Jumlah 34.271 62.030 58.778 120.808
Sumber: Proyeksi penduduk Tahun 2013, Kecamatan Rangkasbitung.
Dari hasil tabel 4.9, menunjukan bahwa Kecamatan Rangkasbitung
memiliki jumlah keluarga berjumlah 34.271 keluarga dengan jumlah
keluarga terbanyak berada di Kelurahan/Desa Muara Ciujung Timur
dengan jumlah 5.284 dan jumlah keluarga paling sedikit berada di
Kelurahn/Desa Sukamanah yang berjumlah 1.139. Jumlah penduduk
Kecamatan Rangkasbitung berjumlah 120.808 jiwa, terdiri dari 62.030
laki-laki dan 58.778. dengan jumlah penduduk laki-laki terbanyak berada
di Kelurahan/Desa Muara Ciujung Timur berjumlah 10.454 Laki-laki dan
jumlah penduduk laki-laki paling sedikit berada di Kelurahan/Desa Kolelet
Wetan berjumlah 1.849 laki-laki, sedangkan jumlah penduduk perempuan
terbanyak bereda di Kelurahan/Desa Muara Ciujung Timur berjumlah
10.222 perempuan dan jumlah penduduk perempuan paling sedikit berada
di Kelurahan/Desa Kolelet Wetan berjumlah 1.765 perempuan.
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 4.10
Jumlah Penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Rangkasbitung
Tahun 2013
No Kelurahan
/Desa
Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kong
hucu
Jumlah
1 Pasir
Tanjung
4.637 - - - - - 4.637
2 Rangkasbit
ung Timur
9.434 35 - - - - 9.469
3 Rangkasbi
tung Barat
7.017 7 - - - - 7.024
45
4 Muara
Ciujung
Timur
19.946 398 331 - - - 20.675
5 Jatimulya 6.050 176 116 53 46 224 6.665
6 Cimangeun
teung
5.162 - - - - - 5.162
7 Citeras 6.698 7 - - - - 6.705
8 Mekarsari 5.736 - - - - - 5.736
9 Nameng 6.557 - 5 - - - 6.562
10 Kolelet
Wetan
3.610 4 - - - - 3.164
11 Sukamanah 4.251 5 - - - - 4.256
12 Pabuaran 4.564 - - - - - 4.564
13 Cijoro
Pasir
9.349 47 29 - 198 - 9.623
14 Cijoro
Lebak
11.214 204 44 - 36 6 11.504
15 Muara
Ciujung
Barat
8.391 225 257 1 437 - 9.311
16 Narimbang
Mulya
5.266 30 - - 4 - 5.300
Jumlah 117.88
3
1.138 782 54 721 230 120.80
8
Sumber : Data Monografi Kecamatan Rangkasbitung 2013.
Pada Tabel 4.10,menunjukan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
Agama di Kecamatan Rangkasbitung, yaitu Agama Islam Memiliki Jumlah
117.883 penduduk, Agama Kristen memiliki jumlah 1.138 penduduk,
Agama Katolik memiliki jumlah 782 penduduk, Agama Hindu memiliki
jumlah 54 penduduk, Agama Budha memiliki jumlah 721 penduduk, dan
Agama Konghucu memiliki jumlah 230 penduduk.
c. Jumlah Keluarga Menurut Mata Pencaharian
Tabel 4.11
Jumlah Keluarga Menurut Mata Pencaharian Kelurahan/
Desa
Petani Buruh
Tani
Nelayan Pns/
Tni/
Polri
Home
Industri
Dagang Lainnya Jumlah
Pasir
Tanjung
446 389 0 6 61 155 591 1.648
Rangkasbit
ung Timur
206 395 0 428 145 355 1.571 3.100
Rangkasbi
tung Barat
78 235 0 252 172 319 941 1.997
Muara 62 122 0 1.29 243 2.872 688 5.284
46
Ciujung
Timur
7
Jatimulya 50 186 0 152 180 382 953 1.903
Cimangeun
teung
504 376 0 85 412 212 23 1.612
Citeras 612 500 0 60 162 148 523 2.005
Mekarsari 569 206 0 30 336 329 240 1.710
Nameng 282 282 0 47 291 191 696 1.789
Kolelet
Wetan
304 425 0 17 23 114 279 1.162
Sukamanah 388 131 0 17 75 274 254 1.139
Pabuaran 375 372 0 21 95 201 262 1.326
Cijoro
Pasir
107 198 0 121 208 514 1.539 2.687
Cijoro
Lebak
54 45 0 253 168 1.693 652 2.865
Muara
Ciujung
Barat
61 38 0 886 76 806 659 2.526
Narimbang
Mulya
115 297 0 170 28 134 774 1.518
Jumlah 4.213 4.197 0 3.84
2
2.675 8.699 10.645 34. 271
Sumber : Data Monografi Kecamatan Rangkasbitung 2013.
Menurut Tabel 4.11, menunjukan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
mata pencaharian di Kecamatan Rangkasbitung, yaitu Petani berjumlah
4.213 penduduk, Buruh Tani berjumlah 4.197 penduduk, PNS dan TNI/Polri
berjumlah 3.842 penduduk, Home Industri berjumlah 2.675, Dagang
berjumlah 8.699, dan Lainnya berjumlah 10.645 jiwa.
d. Kondisi Budaya Kecamatan Rangkasbitung
Penduduk di wilayah Kecamatan Rangkasbitung memiliki penduduk
120.808 Jiwa, dengan 90% beragama Islam. Suasana kehidupan di
Kecamatan Rangkasbitung begitu cukup baik, damai, rukun dan tentram.
Saling menghormati, tolong menolong dalam menghadapi musibah ataupun
masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
e. Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Rangkasbitung
Pola kehidupan masyarakat di wilayah Kecamatan Rangkasbitung
merupakan contoh atau cermin dari nilai-nilai beragama. Sebagai
masyarakat beragama, tentunya masyarakat Kecamatan Rangkasbitung
memerlukan sarana peribadatan agama kepercayaan masing-masing. Sarana
47
peribadatan yang ada di Kecamatan Rangkasbitung adalah :
Tabel 4.12
Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Rangkasbitung
No Uraian Jumlah
1 Masjid 111
2 Mushola 209
3 Pondok Pesantren 132
4 Madrasah Diniah 59
6 Gereja Kristen 3
7 Gereja Katolik 1
8 Vihara/Klenteng 1
Sumber : Data Monografi Kecamatan Rangkasbitung 2013.
Kecamatan Rangkasbitung sering sekali mengadakan kegiatan
keagamaan seperti, pengajian- pengajian Majlis Ta’lim baik tingkat RT,
RW maupun Kelurahan/Desa yang dilaksanakannya setiap Minggu. Selain
itu selalu ada kegiatan peringatan hari besar Islam seperti mengadakan
kegiatan di bulan suci Ramadhan tiap tahunnya (seperti : kuliah Subuh,
Cerdas Cermat, Lomba-Lomba, Pesantren kilat dan sebagainya),
peringatan Isra Mi’raj dan masih banyak lagi.
3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
Das Ciujung merupakan Das Terbesar di Provinsi Banten, dengan
melintasi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan
Kabupaten Pandeglang. DAS Ciujung Memiliki 4 anak Sungai yaitu Sungai
Cigiliran (Sungai Cigiliran memiliki 3 anak sungai yaitu Cioteng dengan anak
Sungainya Cibuah, Sungai Cibala dengan Anak Sungainya Cirangkong dan
Cijambu, dan Sungai Ciseurehpapan), Sungai Ciujung Hilir, Sungai
Ciranjieun ( Sungai Ciranjieun memiliki 2 Anak Sungai yaitu Sungai
Cikambuy dengan Anak Sungainya Leuwilame, dan Sungai Cibinong), dan
Sungai Cijoro. Kecamatan Rangkasbitung dilintasi oleh DAS Ciujung di Orde
1 dengan panjang sungai 147,8 Km, dengan kedalaman 20 M, dan luas dps
Sungai 1858.
48
B. Analisis Valuasi Ekonomi Lingkungan akibat Bencana Banjir Terhadap
Kerusakan Bangunan Rumah pada Tiap Desa/Kelurahan pada
Kecamatan Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
1. Data Responden yang terkena Bencana Banjir Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciujung
a. Data responden
Data responden bencana banjir berdasarkan kuisioner yang telah
peneliti sebarkan kepada 50 orang responden. Berikut hasil analisa
kuisioner di bawah ini:
1) Lama tinggal di Kecamatan Rangkasbitung
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai lama tinggal di
Kecamatan Rangkasbitung Diperoleh hasil pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 lama tinggal di Kecamatan Rangkasbitung
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 1-3 tahun 1 2%
2 Antara 3-5 tahun 1 2%
3 5 tahun 48 96%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.13, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, sebagian besar responden telah lama
tinggal di Kecamatan Rangkasbitung lebih dari 5 tahun sebanyak
96%, sedangkan sebagian kecil responden telah lama tinggal di
Kecamatan Rangkasbitung antara 3- 5 tahun sebanyak 2%, dan 1-3
tahun responden yang telah lama tinggal di Kecamatan
Rangkasbitung yaitu 2%.
2) Status pernikahan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai status
pernikahan. Diperoleh hasil pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 status pernikahan
NO Alternatif
Jawaban
Jumlah Presentase
1 Sudah menikah 49 98%
2 Belum menikah 1 2%
3 lainnya 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penenlitian, 2015
49
Berdasarkan pada tabel 4.14, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar responden
sebanyak 98% sudah menikah, dan sisanya sebanyak 2% belum
menikah.
3) Jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Jumlah anggota
keluarga yang tinggal satu rumah. Diperoleh hasil pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Suami/ istri 47 94%
2 Orang tua 9 18%
3 Anak 45 90%
4 Saudara 7 14%
5 Pembantu 0 0
6 Lainnya 0 0
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.15, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar bahwa
responden tinggal satu rumah bersama istri/suami sebanyak 98%,
tinggal bersama anak-anaknya sebanyak 90% responden, tinggal
bersama orang tua sebanyak 18% responden, dan tinggal dengan
saudaranya sebanyak 14% responden, dan tidak ada pembantu
yang tinggal di rumah.
4) Status kepemilikan rumah
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai status
kepemilikan rumah. Diperoleh hasil pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 status kepemilikan rumah
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Milik sendiri 47 94%
2 Sewa 3 6%
3 bantuan 0 0
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.16, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar bahwa
responden status kepemilikan rumah milik sendiri sebanyak 94%,
50
sewa 6% responden, dan tidak ada status kepemilikan rumah
bantuan.
5) Jenis rumah
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai jenis rumah.
Diperoleh hasil pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 jenis pernikahan
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Permanen 29 58%
2 Semi permanen 9 18%
3 Tidak permanen 12 24%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.17, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, bahwa 58% (lebih dari
setengahnya) rumah para responden yang ditempati adalah rumah
jenis permanen, 24%(kurang dari setengah) rumah reponden
berjenis tidak permanen, dan 18% (sebagian kecil) rumah
responden berjenis semi permanen.
6) Jenjang pendidikan terakhir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai jenjang
pendidikan terakhir. Diperoleh hasil pada tabel 4.18.
Tabel 4.18 jenjang pendidikan terakhir
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 SD 25 50%
2 SMP/MTS 18 36%
3 SMA/MA/SMK 6 12%
4 Sarjana 1 2%
5 lainnya 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.18, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, tingkat pendidikan responden
tergolong rendah. Hal ini ditunjukan oleh kebanyakan responden
yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak
50%, responden yang memiliki pendidikan terakhir SMP/MTS
51
sebanyak 36%, responden yang memiliki pendidikan terakhir
SMA/MA/SMK sebanyak 12%, dan sisanya sebanyak 2%
responden menempuh perguruan tinggi.
7) Pekerjaan utama kepala keluarga
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai pekerjaan utama
keluarga. Diperoleh hasil pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 pekerjaan utama kepala keluarga
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 PNS 0 0%
2 Karyawan swasta 3 6%
3 Wiraswasta 24 48%
4 Buruh 12 24%
5 Lainnya 11 22%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.19, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, bahwa sebagian besar pekerjaan
utama kepala keluarganya adalah wiraswasta sebanyak 48%,
selanjutnya pekerjaan utama kepala keluarga adalah buruh
sebanyak 24%, pekerjaan utama keluarga lainnya seperti petani,
pedagang, polisi, dan lainnya sebanyak 22%, pekerjaan utama
kepala keluarga sebagai karyawan swasta sebanyak 6%, dan tidak
ada yang memiliki pekerjaan PNS.
8) Rata-rata total pendapatan per bulan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai pekerjaan utama
keluarga. Diperoleh hasil pada tabel 4.20.
Tabel 4.20 rata-rata total pendapatan per bulan
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 < 1,5 juta 20 40%
2 1,5 juta – 3 juta 25 50%
3 3 juta – 4,5 juta 5 10%
4 4,5 juta – 6 juta 0 0%
5 Lainnya 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
52
Berdasarkan pada tabel 4.20, dapat dilihat bahwa responden
yang didapati peneliti di lapangan, pendapatan responden sebanyak
50% rata-rata total pendapatan per bulannya sebanyak 1,5 juta-3
juta, pendapatan responden sebanyak 40% rata-rata total
pendapatan per bulannya sebanyak < 1,5 juta, pendapatan
responden sebanyak 10% rata-rata total pendapatan per bulannya
sebanyak 3 juta -4,5 juta.
2. Dampak Kerusakan Bencana Banjir Pada Bangunan
Dampak kerusakan bencana banjir pada bangunan berdasarkan
kuisioner yang telah peneliti sebarkan kepada 50 orang responden. Berikut
hasil analisa kuisioner di bawah ini:
a. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Properti
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan properti rumah. Diperoleh hasil pada tabel 4. 21.
Tabel 4.21 Dampak bencana banjir Pada Kerusakan Properti
rumah
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 24 48%
2 Tidak 26 52%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.21, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 52% (lebih dari setengahnya) tidak
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan properti rumah,
48% (kurang dari setengah) mengalami dampak bencana banjir pada
kerusakan properti rumah. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa
lebih dari setengah responden tidak mengalami kerusakan properti
rumah akibat dampak bencana banjir.
b. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Alat Rumah Tangga
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan alat rumah tangga. Diperoleh hasil pada tabel 4.
22.
53
Tabel 4.22
Dampak Bencana banjir Pada Kerusakan Alat Rumah Tangga
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 24 48%
2 Tidak 26 52%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.22, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 52% (lebih dari setengahnya) tidak
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan alat rumah tangga,
48% (kurang dari setengah) mengalami dampak bencana banjir pada
alat rumah tangga. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih
dari setengah responden tidak mengalami kerusakan alat rumah tangga
akibat dampak bencana banjir.
c. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Lantai
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana banjir
padakerusakan alat rumah tangga. Diperoleh hasil pada tabel 4. 23.
Tabel 4.23 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Lantai
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 40 80%
2 Tidak 10 20%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.23, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 80% (lebih dari setengahnya)
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan lantai, 20%
(sebagian kecil) tidak mengalami dampak bencana banjir pada
kerusakan lantai. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih dari
setengah responden mengalami kerusakan lantai akibat dampak
bencana banjir.
d. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Kusen
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan alat rumah tangga. Diperoleh hasil pada tabel 4.
24.
54
Tabel 4.24 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Kusen
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 30 60%
2 Tidak 20 40%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.24, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 60% (lebih dari setengahnya)
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan kusen, 40%
(kurang dari setengah) tidak mengalami dampak bencana banjir pada
kerusakan kusen. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih dari
setengah responden mengalami kerusakan kusen akibat dampak
bencana banjir.
e. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Dinding
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan dinding. Diperoleh hasil pada tabel 4. 25.
Tabel 4.25 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Dinding
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 49 98%
2 Tidak 1 2%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.25, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 98% (lebih dari setengahnya)
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan dinding, 2%
(sebagian kecil) tidak mengalami dampak bencana banjir pada
kerusakan dinding. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih
dari setengah responden mengalami kerusakan dinding akibat dampak
bencana banjir.
f. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Atap
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan atap. Diperoleh hasil pada tabel 4. 26.
55
Tabel 4.26 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Atap
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 5 10%
2 Tidak 45 90%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.26, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 90% (lebih dari setengahnya)
tidak mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan atap, 10%
(sebagian kecil) mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan
atap. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih dari setengah
responden tidak mengalami kerusakan atap akibat dampak bencana
banjir.
g. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Pintu
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan pintu. Diperoleh hasil pada tabel 4. 27.
Tabel 4.27 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Pintu
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 34 68%
2 Tidak 16 32%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.27, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 68% (lebih dari setengahnya)
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan pintu, 32% (kurang
dari setengah) tidak mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan
pintu. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih dari setengah
respondenmengalami kerusakan pintu akibat dampak bencana banjir.
h. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Jendela
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan jendela. Diperoleh hasil pada tabel 4.28.
Tabel 4.28 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Jendela
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 16 32%
2 Tidak 34 68%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
56
Berdasarkan tabel 4.28, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 68 % (lebih dari setengahnya)
tidak mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan jendela, 32%
(kurang dari setengah) mengalami dampak bencana banjir pada
kerusakan jendela. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih
dari setengah responden tidak mengalami kerusakan jendela akibat
dampak bencana banjir.
i. Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Pagar
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan pagar. Diperoleh hasil pada tabel 4. 29.
Tabel 4.29 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Pagar
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 5 10%
2 Tidak 45 90%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.29, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan adalah 90 % (lebih dari setengahnya) tidak
mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan pagar, 10%
(sebagian kecil) mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan
pagar. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih dari setengah
responden tidak mengalami kerusakan pagar akibat dampak bencana
banjir.
j. Dampak Bencana Banjir Pada KerusakanAkses Jalan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai dampak bencana
banjir pada kerusakan akses jalan. Diperoleh hasil pada tabel 4. 30.
Tabel 4.30 Dampak Bencana Banjir Pada Kerusakan Akses
Jalan
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Ya 37 74%
2 Tidak 13 26%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.30, dapat dilihat bahwa responden yang didapati
peneliti di lapangan adalah 74 % (lebih dari setengahnya) mengalami
57
dampak bencana banjir pada kerusakan akses jalan, 26% (sebagian
kecil) tidak mengalami dampak bencana banjir pada kerusakan akses
jalan. Jadi dari data diatas dapat dikatakan bahwa lebih dari setengah
respondenmengalami kerusakanakses jalan akibat dampak bencana
banjir.
3. Ancaman dan risiko bencana banjir berdasarkan kuisioner yang telah
peneliti sebarkan kepada 50 orang responden.
Berikut hasil analisa kuisioner di bawah ini:
a. Rata-rata lama air menggenangi tempat tinggal
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Rata-rata lama air
menggenangi tempat tinggal. Diperoleh hasil pada tabel 4.31.
Tabel 4.31 Rata-rata lama air menggenangi tempat tinggal
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 < 1 hari 29 58%
2 1-3 hari 21 42%
3 3-5 hari 0 0%
4 5-7 hari 0 0%
5 >7 hari 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.31, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa rata-rata lama air menggenangi
rumah responden sebagian besar kurang dari 1 hari sebanyak 58%
responden, 1 – 3 hari rata-rata lama air menggenangi rumah responden
sebanyak 42%, dan tidak ada yang melebihi > 3 hari lama air
menggenangi tempat tinggal responden.
b. Frekuensi rata-rata terjadi bencana banjir pertahun
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Frekuensi rata-rata
terjadi bencana banjir pertahun. Diperoleh hasil pada tabel 4.32.
58
Tabel 4.32 Frekuensi rata-rata terjadi bencana banjir pertahun
NO Alternatif
Jawaban
Jumlah Presentase
1 < 2 kali 42 84%
2 2-4 kali 8 16%
3 4-6 kali 0 0%
4 6-8 kali 0 0%
5 >8 kali 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.32, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa frekuensi rata-rata terjadi
bencana banjir pertahun sebagian besar kurang dari 2 kali sebanyak
84% responden, 2 – 4 kali frekuensi rata-rata terjadi bencana banjir
pertahun sebanyak 16%, dan tidak ada yang melebihi > 4 kali
frekuensi rata-rata terjadi bencana banjir pertahun.
c. Rata-rata tinggi genangan air saat terjadi bencana banjir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Rata-rata tinggi
genangan air saat terjadi bencana banjir. Diperoleh hasil pada tabel
4.33.
Tabel 4.33 Rata-rata tinggi genangan air saat terjadi bencana
banjir
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 < 0,5 m 22 44%
2 0,5 m – 1 m 14 28%
3 1 m – 1,5 m 6 12%
4 1,5 m – 2 m 0 0%
5 >2 m 8 16%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.33, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa rata-rata tinggi genangan air saat
terjadi bencana banjir sebagian besar kurang dari 0,5 meter sebanyak
44% responden, 0,5 meter- 1 meter rata-rata tinggi genangan air saat
terjadi bencana banjir pertahun sebanyak 28% responden, lebih dari 2
meter rata-rata tinggi genangan air saat terjadi bencana banjir pertahun
59
sebanyak 16% responden,dan 1 meter – 1,5 meter rata-rata tinggi
genangan air saat terjadi bencana banjir pertahun sebanyak 12%
responden.
d. Tinggi genangan air saat terjadi bencana banjir yang dapat kategorikan
merugikan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai tinggi genangan air
saat terjadi bencana banjir yang dapat kategorikan merugikan.
Diperoleh hasil pada tabel 4.34.
Tabel 4.34
Tinggi genangan air saat terjadi bencana banjir yang dapat
kategorikan merugikan
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 < 0,5 m 49 98%
2 0,5 m – 1 m 1 2%
3 1 m – 1,5 m 0 0%
4 1,5 m – 2 m 0 0%
5 >2 m 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.34, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, sebagian besar menjawab bahwa kurang
dari 0,5 meter tinggi genangan air saat terjadi bencana banjir sudah
dapat di kategorikan merugikan. Hal itu terlihat dari jawaban para
responden sebanyak 98% memilih < 0,5 m, dan hanya 1% responden
menjawab yang termasuk kategori merugikan 0,5 m – 1 m tinggi
genangan bencan banjir.
e. Saat terjadi bencana banjir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai saat terjadi bencana
banjir. Diperoleh hasil pada tabel 4.35.
Tabel 4.35 saat terjadi bencana banjir
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 meninggal 0 0%
2 Hilang 0 0%
3 Luka 0 0%
4 mengungsi 25 50%
5 Tetap di rumah 25 50%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
60
Berdasarkan tabel 4.35, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa saat terjadi bencana banjir
jawaban yang di berikan oleh para responden adalah mengungsi
dengan jawaban sebanyak 50% responden dan tetap tinggal di rumah
dengan jawaban sebanyak 50 % responden, dan tidak ngakibatkan
luka, hilang dan meninggal.
f. Kerugian akibat kerusakan pasca bencana banjir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Kerugian akibat
kerusakan pasca bencana banjir. Diperoleh hasil pada tabel 4.36.
Tabel 4.36 Kerugian akibat kerusakan pasca bencana banjir
No Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Lantai 27 54%
2 Kusen 19 38%
3 Dinding 29 58%
4 Atap 4 8%
5 Lainnya (biaya pembersihan) 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.36, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa kerugian akibat kerusakan pasca
bencana banjir yang dialami responden adalah biaya pembersihan
pasca bencana banjir sebanyak 100% rumah responden dengan total
kerugian Rp. 3.820.000, biaya kerusakan pada dinding sebanyak 58%
rumah responden dengan total kerugian Rp. 9. 350.000, biaya
kerusakan pada lantai sebanyak 54% rumah responden dengan total
kerugian Rp. 7.850.000, biaya kerusakan pada kusen sebanyak 38%
rumah responden dengan total kerugian Rp. 4.570.000, dan biaya
kerusakan pada atap sebanyak 8% rumah responden dengan total
nominal Rp. 1. 450.000.
g. Segi kerusakan bangunan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai segi kerusakan
bangunan. Diperoleh hasil pada tabel 4.37.
61
Tabel 4.37 Segi kerusakan bangunan
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Rumah tidak mengalami kerusakan 23 46%
2 Rumah sedikit rusak namun masih
dapat ditempati
23 46%
3 Rumah rusak berat dan tidak dapat
ditempati lagi
0 0%
4 Rumah akan hancur dan harus
dibangun kembali
4 8%
5 Lainnya 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.37, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa dari jawaban terbanyak dari
responden dari segi kerusakan bangunan adalah rumah tidak
mengalami kerusakan sebanyak 46% rumah responden, rumah sedikit
rusak namun masih dapat ditempati sebanyak 46% rumah responden,
dan rumah akan hancur dan harus dibangun kembali sebanyak 8%
rumah responden.
h. Bangunan sekitar rumah yang mengalami kerusakan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Bangunan sekitar
rumah yang mengalami kerusakan. Diperoleh hasil pada tabel 4.38.
Tabel 4.38 Bangunan sekitar rumah yang mengalami kerusakan
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Bangunan sekolah 0 0%
2 Bangunan tempat peribadatan 8 16%
3 Bangunan perkantoran 0 0%
4 Bangunan kesehatan 0 0%
5 Lainnya 42 84%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.38, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, menurut jawaban para responden
sebanyak 84% mengatakan tidak ada bangunan sekitar rumah yang
mengalami kerusakan, dan hanya 16% bangunan sekitar rumah
responden yang mengalami kerusakan.
62
i. Kisaran kerugian yang dialami pasca bencana banjir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai kisaran kerugian
yang dialami pasca bencana banjir. Diperoleh hasil pada tabel 4.39.
Tabel 4.39 kisaran kerugian yang dialami pasca bencana banjir
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 < Rp. 500.000 24 48%
2 Rp. 500.000 – Rp. 750.000 14 28%
3 Rp. 750.000 – Rp. 1.000.000 7 14%
4 Rp.1.000.000–Rp. 1.250.000 1 2%
5 Rp. 1.250.000 4 8%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.39, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa sebagian besar para responden
mengalami kerugian pasca bencana banjir sebanyak 48% dengan
kisaran kerugian kurang dari Rp.500.000, sebanyak 28% responden
mengalami kerugian pasca bencana banjir dengan kisaran kerugian
Rp.500.000 – Rp. 750.000, sebanyak 14% responden mengalami
kerugian pasca bencana banjir dengan kisaran kerugian Rp.750.000-
Rp. 1.000.000, sebanyak 8% responden mengalami kerugian pasca
bencana dengan kisaran kerugian diatas Rp.1.250.000, dan sebanyak
2% responden mengalami kerugian pasca bencana banjir dengan
kisaran kerugian Rp.1.000.000 – Rp. 1.250.000.
j. Tanggung jawab dalam rekontruksi pasca bencana banjir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Tanggung jawab
dalam rekontruksi pasca bencana banjir. Diperoleh hasil pada tabel
4.40.
Tabel 4.40 Tanggung jawab dalam rekontruksi pasca bencana
banjir
NO Alternatif Jawaban Jumlah Presentase
1 Pihak pribadi 49 98%
2 Pihak keluarga 1 2%
3 Pihak kemasyarakatan 0 0%
4 Pihak pemerintahan 0 0%
5 Lainnya 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
63
Berdasarkan tabel 4.40, dapat dilihat bahwa responden yang
didapati peneliti di lapangan, bahwa yang lebih bertanggung jawab
dalam rekontruksi pasca bencana banjir adalah oleh pihak pribadi, hal
ini ditunjukan oleh sebanyak 98% responden yang menjawab pihak
pribadi yang lebih bertanggung jawab, dan sebanyak 2% responden
yang menjawab pihak keluarga yang bertanggung jawab atas
rekontruksi pasca bencana banjir.
4. Risiko Bencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah pada tiap
Desa/Kelurahan pada Kecamatan Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciujung
a. Desa Pabuaran
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di Desa
Pabuaran. Diperoleh hasil pada tabel 4.41.
Tabel. 4.41
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Desa Pabuaran
No Kerusakan Item Bangunan
Rumah
Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 3.150.000 36%
2 Dinding 3.100.000 35%
3 Kusen 1.650.000 19%
4 Atap 1.050.000 12%
Jumlah 8.950.000 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.41, dapat dilihat bahwa Desa Pabuaran
yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar kerusakan bangunan
rumah yang dialami oleh responden Desa Pabuaran adalah kerusakan
pada Lantai sebesar 36% , selanjutnya kerusakan pada Dinding sebesar
35%, lalu kerusakan Kusen sebesar 19%, dan kerusakan pada Atap
sebesar 12%.
b. Desa Kolelet Wetan
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di Desa
Kolelet Wetan. Diperoleh hasil pada tabel 4.42.
64
Tabel. 4.42
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Desa Kolelet Wetan
No Kerusakan Item Bangunan
Rumah
Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 900.000 22%
2 Dinding 2.800.000 67%
3 Kusen 500.000 12%
4 Atap 0 0%
- Jumlah 4.200.000 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.42, dapat dilihat bahwa Desa Kolelet
Wetan yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar kerusakan
bangunan rumah yang dialami oleh responden Desa Kolelet Wetan
adalah kerusakan pada Dinding sebesar 67% , selanjutnya kerusakan
pada Lantai sebesar 22%, lalu kerusakan Kusen sebesar 12%, dan
tidak ada kerusakan pada Atap karena 0%.
c. Kelurahan Cijoro Lebak
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di
Kelurahan Cijoro Lebak. Diperoleh hasil pada tabel 4.43.
Tabel. 4.43
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Cijoro Lebak
No Kerusakan Item Bangunan Rumah
Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 1.200.000 40% 2 Dinding 1.350.000 45% 3 Kusen 500.000 19% 4 Atap 0 0% - Jumlah 3.050.000
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.43, dapat dilihat bahwa Kelurahan Cijoro
Lebak yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar kerusakan
bangunan rumah yang dialami oleh responden Kelurahan Cijoro Lebak
adalah kerusakan pada Dinding sebesar 45% , selanjutnya kerusakan
pada Lantai sebesar 40%, lalu kerusakan Kusen sebesar 19%, dan
tidak ada kerusakan pada Atap hanya 0%.
65
d. Kelurahan Cijoro Pasir
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di
Kelurahan Cijoro Pasir. Diperoleh hasil pada tabel 4.44.
Tabel. 4.44
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Cijoro Pasir
No Kerusakan Item Bangunan Rumah
Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 500.000 33% 2 Dinding 450.000 30% 3 Kusen 600.000 39% 4 Atap 0 0% - Jumlah 1.550.000 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.44, dapat dilihat bahwa Kelurahan Cijoro
Pasir yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar kerusakan
bangunan rumah yang dialami oleh responden Kelurahan Cijoro Pasir
adalah kerusakan pada Kusen sebesar 39%, selanjutnya kerusakan
pada Lantai sebesar 33%, lalu kerusakan Dinding sebesar 30%, dan
tidak ada kerusakan pada Atap hanya 0%.
e. Kelurahan Muara Ciujung Barat
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di
Kelurahan Muara Ciujung Barat. Diperoleh hasil pada tabel 4.45.
Tabel. 4.45
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Muara Ciujung
Barat
No Kerusakan Item Bangunan Rumah
Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 850.000 37% 2 Dinding 850.000 37% 3 Kusen 250.000 11% 4 Atap 400.000 18% - Jumlah 2.350.000 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.45, dapat dilihat bahwa Kelurahan
Muara Ciujung Barat yang didapati peneliti di lapangan, sebagian
besar kerusakan bangunan rumah yang dialami oleh responden
Kelurahan Muara Ciujung Barat adalah kerusakan pada Lantai dan
66
Dinding sebesar 37% , selanjutnya kerusakan pada Atap sebesar 11%,
dan kerusakan pada Kusen sebesar 11%.
f. Kelurahan Muara Ciujung Timur
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di
Kelurahan Muara Ciujung Timur. Diperoleh hasil pada tabel 4.46.
Tabel. 4.46
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Muara Ciujung
Timur No Kerusakan Item Bangunan
Rumah Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 1.250.000 41% 2 Dinding 800.000 26% 3 Kusen 1.070.000 35% 4 Atap 0 0% - Jumlah 3.120.000 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.46, dapat dilihat bahwa Kelurahan Muara
Ciujung Timur yang didapati peneliti di lapangan, sebagian besar
kerusakan bangunan rumah yang dialami oleh responden Kelurahan
Muara Ciujung Timur adalah kerusakan pada Lantai sebesar 41%,
selanjutnya kerusakan pada Kusen sebesar 35%, lalu kerusakan
Dinding sebesar 26%, dan tidak ada kerusakan pada Atap hanya 0%.
g. Kelurahan Rangkasbitung Barat
Berdasarkan hasil analisis kuisioner mengenai Analisis
RisikoBencana Banjir terhadap kerusakan bangunan rumah di
Kelurahan Rangkasbitung Barat. Diperoleh hasil pada tabel 4.47.
Tabel. 4.47
Kerusakan Item Bangunan Rumah di Kelurahan Rangkasbitung
Barat No Kerusakan Item Bangunan
Rumah Jumlah (Rp) Persen
1 Lantai 0 0% 2 Dinding 0 0% 3 Kusen 0 0% 4 Atap 0 0% - Jumlah 0 -
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.47, dapat dilihat bahwa Kelurahan
Rangkasbitung Barat yang didapati peneliti di lapangan, bahwa tidak
67
terdapat kerusakan bangunan rumah yang dialami oleh responden
Kelurahan Rangkasbitung Barat, baik itu pada Lantai, Dinding, Kusen
dan Atap. Karna semua item 0%.
Keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kelurahan/desa mana
yang mempunyai nilai kerusakan yang paling tinggi sampai paling
rendah, diperoleh hasil pada tabel dibawah ini
Grafik 4.1
Tingkat Nilai Kerusakan pada Kelurahan/Desa di
Kecamatan Rangkasbitung
Sumber: Hasil Penelitian, Tahun 2015
Berdasarkan pada Grafik 4.1, dapat dilihat bahwa Kelurahan/Desa
yang memiliki tingkat kerusakan yang paling tinggi adalah Desa
Pabuaran, disebabkan letak topografi rendah menjadikan faktor
tingginya air banjir merendam ketika DAS meluap serta mempunyai
jenis rumah rata-rata tidak permanen dan semi permanen yang memicu
kerusakan paling tinggi diantara Kelurahan/Desa lainnya, dan diantara
Kelurahan/Desa yang terkena Bencana Banjir, hanya Kelurahan
Rangkasbitung Barat yang tidak memiliki kerusakan walaupun terkena
bencana banjir, di karenakan Kelurahan Rangkasbitung Barat memiliki
letak topografi yang lebih tinggi dari Kelurahan/Desa lainnya yang
terkena bencana banjir, bencana banjir di Kelurahan Rangkasbitung
01.550.00
0
2.350.00
0
3.050.00
0
3.120.00
0
4.200.00
0
8.950.00
0
Rangkasbitung Barat 0
Cijoro Pasir 1,550,0
Muara Ciujung Barat 2,350,0
Cijoro Lebak 3,050,0
Muara Ciujung Timur 3,120,0
Kolelet Wetan 4,200,0
Pabuaran 8,950,0
0100000020000003000000400000050000006000000700000080000009000000
10000000
Nil
ai
Ker
usa
ka
n
Tingkat Nilai Kerusakan pada Kelurahan/Desa di
Kecamatan Rangkasbitung
68
barat hanya meremdam rumah tanpa mengalami kerusakan pada
bangunan rumah tersebut, selain itu juga karena faktor rumah yang
rata-rata permanen yang menjadikan rumah tidak gampang rusak saat
mengalami bencana banjir.
C. Analisis Risiko Bencana Banjir pada tiap Item Bangunan Rumah pada
Kecamatan Rangkasbitung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung.
Setelah melakukan penelitian dengan menyebarkan Kuisioner/Angket maka
peneliti dapat mengetahui valuasi ekonomi lingkungan terhadap risiko yang
disebabkan setelah terjadi bencana banjir, yang menimbulkan kerusakan pada
tiap item bangunan rumah di Kecamatan Rangkasbitung.
Seperti yang dijelaskan pada grafik dan peta di bawah ini, untuk
memudahkan, maka nilai kerusakan Item pada grafik dan peta dibuat per
range sesuai jarak rentang nilai kerusakan:
1. Kerusakan Lantai
Lantai merupakan salah satu Item bangunan rumah, yang terdiri dari
Lantai Keramik maupun Lantai Semen. Kerusakan terhadap Lantai
merupakan risiko yang di timbulkan setelah Bencana Banjir, dapat dilihat
pada grafik dan Peta dibawah ini.
Grafik 4.2
Kerusakan Lantai di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015
Rp. 500.000- Rp.850.000
Rp. 900.000- Rp.
1.200.000
Rp.1.250.000 -3.150.000
Rangkasbitung Barat
Cijoro Pasir 500,000
Muara Ciujung Barat 850,000
Kolelet Wetan 900,000
Cijoro Lebak 1,200,000
Muara Ciujung Timur 1,250,000
Pabuaran 3,150,000
0500000
100000015000002000000250000030000003500000
Nil
ai
Ker
usa
kan
Kerusakan Lantai di Kecamatan
Rangkasbitung
69
Gambar 4.2
Peta Kerusakan Lantai di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber: Hasil Penelitian, tahun 2015
70
Menurut grafik 4.2 dan gambar peta 4.2, menunjukan bahwa
Kerusakan Lantai di Kecamatan Rangkasbitung hampir merata ditiap
Kelurahan/Desa yang terkena Bencana Banjir. Yang paling tinggi terkena
kerusakan berada pada desa Pabuaran dengan jumlah kerugian berjumlah
Rp. 3.150.000 dan Kelurahan/Desa yang tidak terjadi kerusakan pada
Dinding yaitu Kelurahan Rangkasbitung Barat.
2. Kerusakan Dinding
Dinding merupakan salah satu Item bangunan rumah, yang terdiri dari
Dinding Tembok, maupun Dinding Bambu. Kerusakan terhadap Dinding,
merupakan risiko yang di timbulkan setelah bencana banjir, dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.3
Kerusakan Dinding di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015.
Rp. 450.000- Rp.
800.000
Rp. 850.000- Rp.
1.350.000
Rp.2.800.000 -
Rp.3.100.000
Rangkasbitung Barat 0
Cijoro Pasir 450,000
Muara Ciujung Timur 800,000
Muara Ciujung Barat 850,000
Cijoro Lebak 1,350,000
Kolelet Wetan 2,800,000
Pabuaran 3,100,000
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
Nil
ai
Ker
usa
kan
Kerusakan Dinding di Kecamatan
Rangkasbitung
71 7
1
Gambar Peta 4.3
Peta Kerusakan Dinding di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2015
72
72
Menurut grafik 4.3 dan gambar peta 4.3, menunjukan bahwa
Kerusakan Dinding di Kecamatan Rangkasbitung hampir merata ditiap
Kelurahan/Desa yang terkena Bencana Banjir. Yang paling tinggi terkena
kerusakan berada pada desa Pabuaran dengan jumlah kerugian berjumlah
Rp. 3.100.000 dan Kelurahan/Desa yang tidak terjadi kerusakan pada
Dinding yaitu Kelurahan Rangkasbitung Barat.
3. Kerusakan Kusen
Kusen merupakan salah satu Item bangunan rumah, yang terdiri dari
kusen pintu atau pun kusen jendela, engsel jendela maupun engsel pintu
serta jendela dan pintu. Kerusakan terhadap kusen, merupakan risiko yang
di timbulkan setelah bencana banjir, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4. 4
Kerusakan Kusen di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015
Rp. 250.000 -Rp. 500.000
Rp. 600.000 -Rp.
1.070.000
Rp.1.650.000
Rangkasbitung Barat
Muara Ciujung Barat 250,000
Cijoro Lebak 500,000
Kolelet wetan 500,000
Cijoro Pasir 600,000
Muara Ciujung Timur 1,070,000
Pabuaran 1,650,000
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
Nil
ai
Ker
usa
kan
Kerusakan Kusen di Kecamatan
Rangkasbitung
73
Gambar 4.4
Peta Kerusakan Kusen di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015
74
74
Menurut grafik 4.4 dan Gambar peta 4.4, menunjukan bahwa
Kerusakan terhadap Kusen di Kecamatan Rangkasbitung hampir merata
ditiap Kelurahan/Desa yang terkena Bencana Banjir. Yang paling tinggi
terkena kerusakan berada pada desa Pabuaran dengan jumlah kerugian
berjumlah Rp. 1.650.000 dan Kelurahan/Desa yang tidak terjadi
kerusakan pada Kusen yaitu Kelurahan Rangkasbitung Barat.
4. Kerusakan Atap
Atap merupakan salah satu Item bangunan rumah, Kerusakan terhadap
Atap, merupakan risiko yang di timbulkan setelah bencana banjir, dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4. 5
Kerusakan Atap di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015.
Rp. 400.000 - Rp. 1. 050.000
Rangkasbitung Barat 0
Muara Ciujung Timur 0
Cijoro Lebak 0
Kolelet Wetan 0
Cijoro Pasir 0
Muara Ciujung Barat 400,000
Pabuaran 1,050,000
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
Nil
ai
Ker
usa
ka
n
Kerusakan Atap di Kecamatan
Rangkasbitung
75
Gambar 4.5
Peta Kerusakan Atap di Kecamatan Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian 2015
76
76
Menurut grafik 4.5 dan gambar peta 4.5, menunjukan bahwa Kerusakan
terhadap Atap di Kecamatan Rangkasbitung hanya di alami oleh dua
Kelurahan/Desa, yaitu Kelurahan Muara Ciujung Barat dengan nilai total
kerusakan sebesar Rp. 400.000, dan Kelurahan Pabuaran dengan nilai total
kerusakan sebesar Rp. 1.050.000. dan sisanya tidak mengalami kerusakan.
Keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa Item bangunan rumah
yang mempunyai nilai kerusakan yang paling tinggi sampai paling rendah,
diperoleh hasil pada grafik 4.6.
Grafik 4.6
Tingkat Nilai Kerusakan pada Item Bangunan Rumah di Kecamatan
Rangkasbitung
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2015
Berdasarkan pada grafik 4.6, dapat dilihat bahwa Item bangunan rumah
memiliki tingkat kerusakan yang paling tinggi adalah Dinding sebesar Rp.
9.350.000, Lantai sebesar Rp. 7.850.000, Kusen 4.070.000, dan paling
rendah yaitu Atap sebesar Rp. 1.450.000.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang didapat telah terjadi kerusakan bangunan
rumah pada tiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Rangkasbitung diantaranya
adalah Desa Pabuaran memiliki kerusakan bangunan rumah sebesar Rp.
AtapKusen
LantaiDinding
1,450,000 4,070,000 7,850,000 9,350,000
Tingkat Nilai Kerusakan pada Item Bangunan Rumah
di Kecamatan Rangkasbitung
1,450,000 4,070,000 7,850,000 9,350,000
77
77
8.950.000, Desa Kolelet Wetan memiliki kerusakan bangunan rumah sebesar
Rp. 4.200.000, Kelurahan Muara Ciujung Timur memiliki kerusakan
bangunan rumah sebesar Rp. 3.120.000, Kelurahan Cijoro Lebak memiliki
kerusakan bangunan sebesar Rp. 3.050.000, Kelurahan Muara Ciujung Barat
memiliki kerusakan bangunan sebesar Rp. 2.350.000, Kelurahan Cijoro Pasir
memiliki kerusakan bangunan sebesar Rp. 1.550.000, dan Kelurahan
Rangkasbitung Barat tidak mengalami kerusakan. Kerusakan Yang terjadi di
tiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Rangkasbitung termasuk bahaya sekunder
terjadi secara tidak langsung dan umumnya berlangsung pada pascabencana
misalnya rusaknya rumah pemukiman warga. Dan teori ini didapat dari buku
Aspek Sosial Banjir Lahar karya Sri Rum Giyarsih dkk.
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
nomor 15 tahun 2011 di dalam Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pasca
Bencana menjelaskan bahwa Kerusakan merupakan dampak langsung dari
risiko bencana yang menimbulkan kerugian setelah itu, di lihat dari hasil
analisis yang didapat telah terjadi kerusakan pada tiap itembangunan rumah di
Kecamatan Rangkasbitung, Item bangunan rumah yaitu Lantai, Dinding,
Kusen, dan atap, dan menimbulkan kerugian setelah itu, hasil dari analisis
bahwa kerusakan Dinding merupakan kerusakan yang paling tinggi dan
memiliki kerugian besar di Kecamatan Rangkasbitung yaitu Rp. 9.350.000,
selanjutnya kerusakan lantai memiliki kerugian sebesar Rp. 7.850.000, lalu
kerusakan kusen memiliki kerugian sebesar Rp. 4. 070.000, dan kerusakan
atap memiliki kerugian sebesar Rp. 1.450.000.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Telah terjadi tingkat kerusakan secara ekonomi terhadap bangunan rumah
pada tiap Kelurahan/Desa pada Kecamatan Rangkasbitung di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciujung yaitu Desa Pabuaran memiliki kerusakan
secara ekonomi pada bangunan rumah sebesar Rp. 8.950.000, Desa
Kolelet Wetan memiliki kerusakansecara ekonomi pada bangunan rumah
sebesar Rp. 4.200.000, Kelurahan Muara Ciujung Timur memiliki
kerusakan secara ekonomi pada bangunan rumah sebesar Rp. 3.120.000,
Kelurahan Cijoro Lebak memiliki kerusakan secara ekonomi pada
bangunan rumah sebesar Rp. 3.050.000, Kelurahan Muara Ciujung Barat
memiliki kerusakan secara ekonomi pada bangunan rumah sebesar Rp.
2.350.000, Kelurahan Cijoro Pasir memiliki kerusakan secara ekonomi
pada bangunan rumah sebesar Rp. 1.550.000, dan Kelurahan
Rangkasbitung Barat tidak mengalami kerusakan.
2. Telah terjadi valuasi ekonomi lingkungan akibat bencana banjir pada tiap
item bangunan rumah pada Kecamatan Rangkasbitung di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciujung yaitu kerusakan secara ekonomi pada Dinding
merupakan kerusakan yang paling tinggi dan memiliki kerugian besar di
Kecamatan Rangkasbitung yaitu Rp. 9.350.000, selanjutnya kerusakan
lantai memiliki kerugian sebesar Rp. 7.850.000, lalu kerusakan kusen
memiliki kerugian sebesar Rp. 4. 070.000, dan kerusakan atap memiliki
kerugian sebesar Rp. 1.450.000.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan dalam
skripsi ini, maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti sampaikan,
yaitu:
1. Bagi Masyarakat, hendaknya masyarakat yang tinggal di kawasan DAS
Ciujung dapat melakukan adaptasi, seperti meninggikan/meningkatkan
lantai bangunan, sehingga dapat mengurangi risiko yang diakibatkan oleh
bencana banjir
78
79
2. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk
mengetahui risiko apa saja yang dialami masyarakat ketika terkena
bencana banjir
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya dengan memperluas sudut pandang penelitian
80
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saebani,Beni. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Ali, Azwar Lingkungan. konsep-valuasi-ekonomi. Artikel ini diakses pada 14
Oktober 2015.( http://azwarlingkunganali.blogspot.co.id)
Azis Ansori, Abdul. Contoh Karya Ilmiah Tentang Banjir. Artikel ini diaskes pada
25 September 2014. (http://abdulazisansori40.blogspot.com)
Banjir dan upaya penanggulangannya Program for Hydro-Meteorological Risk
Disaster Mitigation in Secondary Cities in Asia, Promise Indonesia.PIS
Bungin, dan M.Burhan, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya). Jakarta:Kencana Prenada Media Group,
2013.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial dasar-dasar dan aplikasi.
Jakarta:PT Rajagrafindo,2007.
Giyarsih. Sri rum dkk, Aspek sosial banjir lahar. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press, 2014.
Goldsmith, Edward., dan Hildyard, Nicholas. Dampak Sosial dan Lingkungan
Bendungan Raksasa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
Hayat. Abduh., dan Tri Cahyono, Sunit Agus. Kajian Faktor Penyebab dan
Dampak Sosial Bencana Banjir Bandang di Wasior. Yogyakarta: B2P3KS
Press, 2011.
Kasidi. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. cet. 1,
Keraf, A Sonny. Krisis dan bencana lingkungan hidup global. Yogyakarta:
Kanisius, 2010.
Kodoatie, Robert j., dan Sjarief, Roestam.Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008.
Kumalawati, Rosalina dkk., “valuasi ekonomi tingkat kerusakan bangunan
Permukiman akibat banjir lahar Di kali putih kabupaten magelang”, Jurnal
Bumi Lestari, Vol. 13 No. 2, Agustus 2013, h. 35.
Mamang Sangadji,Etta. Metode Penelitian ,Yogyakarta:Andi press 2010.
Meilani safira Indradewa, “potensi dan upaya penanggulangan bencana bnjir
sungai wolowona, Nangaba dan kaliputih di kabupaten Ende, Surakarta,”
81
Tesis pada program pascasarjana Universtitas Sebelas Maret Surakarta,
Surakarta, 2008, Tidak dipublikasikan.
NN.artikel ini diakses pada 25 Agustus 2014. (http://id. Wikipedia.
Org/wiki/Kabupaten_Lebak)
Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta Bandung, 2012.
Nurochmah, Selayang Pandang Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten
Lebak,(tt.p., t.p.,t.t)..
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana,. Jakarta: Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, 2008
Pengenalan karakteristik bencana dan upaya mitigasinya di Indonesia edisi II
Jakarta: pelaksana harian Badan Koordinasi Nasional Penanganan
bencana/BAKORNAS PB, direktorat Mitigasi, 2007
Rawan, I dan Neneng L. Nurida, Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan
Iklim, Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah.
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta: BAPPENAS,
BNPB, 2010-2012.
Rosyidie, Arief. “banjir: fakta dan dampaknya, serta pengaruh dari perubahan
guna lahan”,jurnal perencanaan wilayah dan kota, Vol. 24, 2013, h. 243.
Setiady, Akbar Purnomo. Dan Husaini, Usman MT. Metodologi Penelitian
Sosial .Jakarta :Bumi Aksara, 2008.
Singarimbun, Masri., dan Effendi, Sofian (eds.). Metode penelitian survai.
Jakarta: LP3ES, anggota Ikapi, 2011, Cet. 4.
Subarkah, Iman. Bangunan Air, Bandung. Idea Dharma, 1974.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta,
CV, 2014, hal 145, cetakan ke 20
------- . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R &D. Bandung: Alvabet, 2009.
Sukandarrumidi. Bencana alam dan bencana Anturopogene.Yogyakarta:
Kanisius, , 2010.
Tajwid dan Terjemah, Al-Qur’an. “ Qur’an Tajwid 8 (delapan) warna” ( Jakarta
Timur: Magfirah Pustaka 2006.
82
Triawan, Fandi dan Suroso, Djoko Santoso Abi. Sekolah Arsitektur Perencanaan
dan Pengembangan Kebijakan ITB.
Yusuf, Yasin. Anatomi Banjir Kota Pantai. Surakarta: Pustaka Cakra, 2005
Data Responden
Nama : _____________________________
Umur : ______ tahun
Jenis Kelamin : L/P
Alamat : Dusun____________________ RT___ RW___
Kel/Desa________________
1. Lama tinggal di Kecamatan Rangkasbitung:
a. 1-3 tahun b. antara 3-5 tahun c. > 5 tahun
2. Status Pernikahan:
a. Sudah Menikah b. Belum Menikah c. Lainnya,___________
3. Jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah:
___Istri ___Orang Tua ___Anak ___Saudara ___Pembantu ___Lainnya_______
4. Status Kepemilikan Rumah:
a. Milik Sendiri b. Sewa c. Bantuan
5. Jenis Rumah:
a. Permanen b. Semi Permanen c. Tidak Permanen
6. Jenjang Pendidikan Terakhir:
a. SD b. SMP/MTS c. SMA/MA/SMK d. Sarjana e. Lainnya____________________
7. Pekerjaan utama kepala keluarga:
a. PNS b. Karyawan Swasta c. Wiraswasta d. Buruh e. Lainnya_______________
8. Berapa rata-rata total pendapatan anda dan keluarga per bulan?
a. <1,5 juta b. 1,5 juta - 3 juta c. 3-4,5 juta d. 4,5-6 juta e. Lainnya ________
KUISIONER DAMPAK KERUSAKAN BENCANA BANJIR PADA BANGUNAN
1. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan properti rumah ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan alat rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan Lantai ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan kusen ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan dinding ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan atap ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan pintu ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan jendela ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan pagar ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah saat bencana banjir berdampak pada kerusakan akses jalan ?
a. Ya
b. Tidak
KUISIONER TENTANG ANCAMAN DAN RISIKO BENCANA BANJIR
1. Berapa rata-rata lama air menggenangi tempat tinggal bapak/ibu jika terjadi
bencana banjir ?
a. < 1 hari
b. 1-3 hari
c. 3-5 hari
d. 5-7 hari
e. > 7 hari
2. Berapa frekuensi rata-rata terjadinya bencana banjir per tahun ?
a. < 2 kali
b. 2- 4 kali
c. 4 - 6 kali
d. 6 – 8 kali
e. > 8 kali
3. Berapa rata-rata tinggi genangan air saat terjadi bencana banjir ?
a. < 0,5 m
b. 0,5 m – 1 m
c. 1 m – 1,5 m
d. 1,5 m – 2 m
e. > 2 m
4. Berapa tinggi genangan air yang dapat kategorikan merugikan menurut
bapak/ibu ?
a. < 0,5 m
b. 0,5 m – 1 m
c. 1 m – 1, 5 m
d. 1,5 m – 2 m
e. > 2 m
5. Saat terjadi bencana banjir adakah anggota rumah bapak/ibu yang :
a. Meninggal :
b. Hilang :
c. Luka :
d. Mengungsi :
e. Tetap di rumah :
6. Saat terjadi bencana banjir, berapakah kerugian yang dialami akibat kerusakan
pasca bencana banjir :
a. Lantai :
b. Kusen :
c. Dinding :
d. Atap :
e. Lainnya :____________________________________________
7. Dari segi kerusakan bangunan, apa yang bapak/ibu alami akibat bencana banjir ?
a. Rumah tidak mengalami kerusakan
b. Rumah sedikit rusak namun masih dapat ditempati
c. Rumah rusak berat dan tidak dapat ditempati lagi
d. Rumah akan hancur dan harus dibangun kembali
e. Lainnya : __________________________________________
8. Adakah disekitar rumah bapak/ibu, bangunan yang mengalami kerusakan ?
a. Bangunan sekolah
b. Bangunan tempat peribadatan
c. Bangunan perkantoran
d. Bangunan kesehatan
e. Lainnya : ___________________________________________
9. Berapakah kisaran kerugian yang bapak/ibu alami pasca bencana banjir?
a. < Rp.500.000
b. Rp. 500.000 – Rp.750.000
c. Rp.750.000 – Rp. 1.000.000
d. Rp.1.000.000 – Rp. 1.250.000
e. > Rp.1.250.000
10. Ketika terdapat kerugian pasca bencana banjir, siapakah yang lebih bertanggung
jawab dalam rekontruksi pasca bencana ?
a. Pihak pribadi
b. Pihak keluarga
c. Pihak kemasyarakatan
d. Pihak pemerintah
e. Lainnya : ______________________________________
DATA RESPONDEN BENCANA BANJIR
No 1 2 3 4 5 6 7 8
a b c a b c a b c d e a b c a b c a b c d e a b c d e a b c d e
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
DATA RESPONDEN BENCANA BANJIR
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
JML 1 1 48 49 1 0 47 9 45 7 0 47 3 0 29 9 12 25 18 6 1 0 0 3 24 12 11 20 25 5 0 0
DAMPAK KERUSAKAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
JML 24 26 24 26 40 10 30 20 49 1 5 45 34 16 16 34 5 45 37 13
DAMPAK KERUSAKAN
ANCAMAN DAN RISIKO BENCANA BANJIR
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a b c d
e a b c d
e a b
c
d
e
a b c d e a b c d e a b c
d
e
a b c d
e a b c d
e a b c d
e a
b
c
d
e
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
ANCAMAN DAN RISIKO BENCANA BANJIR
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
jml 29 21
42
8 22
14
6 8 49
1 25
25
27
19
29
4 50
23
23
4 8 42
24
14
7 1 4 49
1
BIODATA
1.
1.
2. P = 2 % (A) P = 2 % (B) (C)
2. .
3.
4. P = 98 % (A) P = 2 % (B) (C)
3. .
5.
6. P = 94 % (A) P = 18 % (B) (C)
.
7.
8. P = 14 % (D) P = 0 % (E)
4.
9.
10. P = 94 % (A) P = 6 % (B) (C)
5.
11.
12. P = 58 % (A) P = 18 % (B) (C)
6.
13.
14. P = 50 % (A) P = 36 % (B) (C)
15.
16. P = 2 % (D) P = 0 % (E)
7.
17.
18. P = 0 % (A) P = 6 % (B) (C)
19.
20. P = 24 % (D) P = 22 % (E)
8.
21.
22. P = 40 % (A) P = 50 % (B) (C)
23.
24. P = 0 % (D) P = 0 % (E)
DATA DAMPAK KERUSAKAN BENCANA BANJIR
25.
26. P = 48 % (Ya) P = 52 % (Tidak)
2.
27.
28. P = 48 % (Ya) P = 52 % (Tidak)
3.
29.
30. P = 80 % (Ya) P = 20 % (Tidak)
4.
31.
32. P = 60 % (Ya) P = 40 % (Tidak)
5.
33.
34. P = 98 % (Ya) P = 2 % (Tidak)
6.
35.
36. P = 10 % (Ya) P = 90 % (Tidak)
7.
37.
38. P = 68 % (Ya) P = 32 % (Tidak)
8.
39.
40. P = 32 % (Ya) P = 68 % (Tidak)
9.
41.
42. P = 10 % (Ya) P = 90 % (Tidak)
10.
43.
44. P = 74 % (Ya) P = 26 % (Tidak)
ANCAMAN DAN RISIKO BENCANA BANJIR
1.
45.
46. P = 58 % (A) P = 42 % (B) (C)
47.
48. P = 0 % (D) P = 0 % (E)
49.
2.
50.
51. P = 84 % (A) P = 16 % (B) (C)
52.
53. P = 0 % (D) P = 0 % (E)
3.
54.
55. P = 44 % (A) P = 28 % (B) (C)
56.
57. P = 0 % (D) P = 16 % (E)
4.
58.
59. P = 98 % (A) P = 2 % (B) (C)
60.
61. P = 0 % (D) P = 0 % (E)
62.
5.
63.
64. P = 0 % (A) P = 0 % (B) (C)
65.
66. P = 50 % (D) P = 50 % (E)
6.
67.
68. P = 54 % (A) P = 38 % (B) (C)
69.
70. P = 8 % (D) P =100 % (E)
7.
71.
72. P = 46 % (A) P = 46 % (B) (C)
73.
74. P = 8 % (D) P = 0 % (E)
8.
75.
76. P = 0 % (A) P = 16 % (B) (C)
77.
78. P = 0 % (D) P = 84 % (E)
9.
79.
80. P = 48 % (A) P = 28 % (B) (C)
81.
82. P = 2 % (D) P = 8 % (E)
83.
10.
84.
85. P = 98 % (A) P = 2 % (B) (C)
86.
87. P = 0 % (D) P = 0 % (E)
Pabuaran
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. 200.000 Rp. 100.000 Rp. 200.000 Rp. 250.000 Rp. 30.000
Rp. 250.000 Rp. 200.000 Rp. 200.000 Rp. 400.000 Rp. 30.000
Rp. 300.000 Rp. 300.000 Rp. 250.000 Rp. 400.000 Rp. 30.000
Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 300.000 Rp.- Rp. 30.000
Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 300.000 Rp.- Rp. 50.000
Rp. 450.000 Rp. 500.000 Rp. 400.000 Rp. - Rp. 50.000
Rp. 450.000 Rp. 500.000 Rp. - Rp.- Rp. 50.000
Rp. 700.000 Rp. 700.000 Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp. 3.150.000 Rp. 3.100.000 Rp. 1.650.000 Rp. 1.050.000 Rp. 370.000
Kolelet Wetan
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. 200.000 Rp. 400.000 Rp. 250.000 Rp. - Rp. 50.000
Rp. 200.000 Rp. 400.000 Rp. 250.000 Rp.- Rp. 50.000
Rp. 200.000 Rp. 400.000 Rp. - Rp.- Rp. 50.000
Rp. 300.000 Rp. 400.000 Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp. - Rp. 500.000 Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp. - Rp. 700.000 Rp. - Rp. - Rp.100.000
Rp.- Rp. - Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp.900.000 Rp. 2.800.000 Rp. 500.000 Rp. - Rp. 550.000
Cijoro Lebak
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. 200.000 Rp. 100.000 Rp. 250.000 Rp. - Rp. 50.000
Rp. 200.000 Rp. 200.000 Rp. 500.000 Rp. - Rp. 50.000
Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. 250.000 Rp. 300.000 Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. 300.000 Rp. 500.000 Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. 1.200.000 Rp. 1.350.000 Rp. 500.000 Rp. - Rp. 600.000
Rp. 8.950.000
Rp. 4.200.000
Rp.3.050.000
Cijoro Pasir
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. - Rp. 50.000
Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. - Rp. 100.000
Rp. 200.000 Rp. 250.000 Rp. 300.000 Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. 500.000 Rp. 450.000 Rp. 600.000 Rp. - Rp. 650.000
Muara Ciujung Barat
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. 150.000 Rp. 50.000 Rp. 250.000 Rp. 400.000 Rp. 50.000
Rp. 700.000 Rp. 800.000 Rp. - Rp. - Rp. 50.000
Rp. - Rp. - Rp.- Rp.- Rp. 50.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp.100.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp.100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp.100.000
Rp. 850.000 Rp. 850.000 Rp. 250.000 Rp. 400.000 Rp. 550.000
Muara Ciujung Timur
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. 200.000 Rp. 150.000 Rp. 170.000 Rp. - Rp. 50.000
Rp. 250.000 Rp. 150.000 Rp. 200.000 Rp.- Rp. 50.000
Rp. 250.000 Rp. 150.000 Rp. 200.000 Rp.- Rp. 50.000
Rp. 250.000 Rp. 150.000 Rp. 200.000 Rp.- Rp. 50.000
Rp. 300.000 Rp. 200.000 Rp. 300.000 Rp.- Rp. 50.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp.- Rp. 100.000
Rp. 1.250.000 Rp. 800.000 Rp. 1.070.000 Rp. - Rp. 450.000
Rp. 1.550.000
Rp. 2.350.000
Rp. 3.120.000
Rangkasbitung Barat
Lantai Dinding Kusen Atap Biaya Pembersihan
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 50.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp. 50.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp. 100.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 100.000
Rp.- Rp.- Rp.- Rp.- Rp. 150.000
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 650.000
Rp. 0
Pabuaran
1. Lantai : 3.150.000 x 100% = 35,195531 = 36 %
8.950.000
2. Dinding : 3.100.000 x 100% = 34,636872 = 35%
8.950.000
3. Kusen : 1.650.000 x 100% = 18,435754 = 19%
8.950.000
4. Atap : 1.050.000 x 100 %= 11,731844 = 12%
8.950.000
Kolelet Wetan
1. Lantai : 900.000 x 100% = 21,428571 = 22%
4.200.000
2. Dinding : 2.800.000 x 100% = 66,666667 = 67%
4.200.000
3. Kusen : 500.000 x 100% = 11,904762= 12%
4.200.000
4. Atap : 0 x 100% = 0%
4.200.000
Cijoro Lebak
1. Lantai : 1.200.000 x 100 %= 39,344262 = 40%
3.050.000
2. Dinding : 1.350.000 x 100 %= 44,262295 = 45%
3.050.000
3. Kusen : 500.000 x 100% = 16,393443 = 19%
3.050.000
4. Atap : 0 x 100 %= 0%
3.050.000
Cijoro Pasir
1. Lantai : 500.000 x 100% = 32,258065 = 33%
1.550.000
2. Dinding : 450.000 x 100 %= 29,032258 = 30%
1.550.000
3. Kusen : 600.000 x 100% = 38,709677 = 39%
1.550.000
4. Atap : 0 x 100% = 0%
1.550.000
Muara Ciujung Barat
1. Lantai : 850.000 x 100% = 36,170213 = 37%
2.350.000
2. Dinding : 850.000 x 100% = 36,170213 = 37%
2.350.000
3. Kusen : 250.000 x 100% = 10,638298 = 11%
2.350.000
4. Atap : 400.000 x 100% = 17,021277 = 18%
2.350.000
Muara Ciujung Timur
1. Lantai : 1.250.000 x 100% = 40,064103 = 41%
3.120.000
2. Dinding : 800.000 x 100% = 25,641026 = 26%
3.120.000
3. Kusen : 1.070.000 x 100% = 34,294872 = 35%
3.120.000
4. Atap : 0 x 100% = 0%
3.120.000
Rangkasbitung Barat
1. Lantai : 0 x 100% = 0%
0
2. Dinding : 0 x 100% = 0%
0
3. Kusen : 0 x 100 %= 0%
0
4. Atap : 0 x 100 %= 0%
0
Dokumentasi selama Kegiatan
Pengisian Angket di salah satu warga Kelurahan
Cijoro Lebak
K
Pengisian Angket di salah satu warga
Kelurahan Cijoro Pasir
Pengisian Angket di salah satu warga Desa
Kolelet Wetan
Pengisian Angket di salah satu warga Desa
Pabuaran
Pengisian Angket di salah satu warga Kelurahan
MC Barat
Pengisian Angket di salah satu warga
Kelurahan MC Timur
Dokumentasi selama Kegiatan
Pengisian Angket di salah satu warga Kelurahan
Rangkasbitung Barat
K
Foto DAS Ciujung
K
Salah satu Kerusakan Item rumah yaitu Dinding
K
Salah satu Kerusakan Item rumah yaitu Lantai
K
Salah satu Kerusakan Item rumah yaitu Atap
K
Salah satu Kerusakan Item rumah yaitu Kusen
K