Proposal Tuti

21
ANALISA BORAKS PADA MIE BASAH YANG BEREDAR DIPASAR TRADISIONAL KOTA JAMBI OLEH: TUTI HARDIANTI 1248201062 PROGRAM STUDI FARMASI 1

description

tuti

Transcript of Proposal Tuti

ANALISA BORAKS PADA MIE BASAH YANG BEREDARDIPASAR TRADISIONAL KOTA JAMBI

OLEH:TUTI HARDIANTI1248201062

PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI 2015

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang..........................................................................................4BAB II1.2 Perumusan Masalah...................................................................................7 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................71.3.1 Tujuan Penelitian...................................................................71.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................71.4 Hipotesa....................................................................................................7 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................8 3.2 Metode Penelitian......................................................................................8 3.3 Alat dan Bahan..........................................................................................9 3.3.1 Alat........................................................................................9 3.3.2 Bahan.....................................................................................9 3.4 Prosedur Penelitian....................................................................................9 3.4.1 Pengambilan Sampel...............................................................9 3.4.2 Pemeriksaan Bahan Baku........................................................9 3.5 Pembuatan Reagen..................................................................................10 3.6 Prosedur Kerja.............................................................................................11 3.6.1 Analisa Kualitatif dengan Uji Nyala Api................................................11 3.6.2 Analisa Kualitatif dengan Uji Kertas Kunyit (Tumerik).........................11 3.6.3 Analisa Kualitatif dengan Sentrifugasi...................................................11 3.6.4 Analisa Kualitatif dengan Spektrofotometer UV-Visibel.......................12DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Boraks yang berasal dari bahasa arab yaitu Bouraq pada awal mula dikenal aktivitas sebagai bahan antiseptik yang digunakan sebagai bahan pembersih, pengawet kayu, dan herbisida. Namun saat ini boraks tidak digunakan sebagai pembersih, tetapi umum sebagai pengenyal atau pengawet makanan. Dengan adanya boraks, adonan dapat lebih elastis, sehingga tidak cepat molor atau sagging. Boraks banyak digunakaan oleh industri kecil atau industri rumah tangga, dalam pembuatan adonan mie, gendar, atau kerupuk gendar (kerupuk nasi). Mie merupakan salah satu produk makanan yang digemari oleh masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa, terbuat dari tepung gandum, tepung beras, tepung tapioka. Pada proses pembuatannya terutama pada mie basah yang memiliki kadar air 51% sering ditambahkan boraks untuk memperpanjang daya tahannya terhadap kerusakkan dan kebasian (Winarno et al,1994). Meskipun jumlah yang ditambahkan tidak terlalu banyak, namun boraks mempunyai efek akumulasi yang berbahaya. Dalam air, boraks merupakan campuran natrium metaborat dan asam borat. Sedangkan dalam suasana asam boraks terurai menjadi asam borat. Dengan demikian, baik waktu pengolahan makanan dengan air maupun karena dimakan dan melalui lambung yang bersifat asam, didalam tubuh akan ditemukan asam borat setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks. Gejala keracunan boraks akut meliputi rasa mual, muntah-muntah, diare, kejang perut, bercak-bercak pada kulit, temperatur tubuh menurun, ruam eritema kulit yang menyerupai campak dan kerusakan pada ginjal, gelisah, dan lemah juga dapat terjadi, kematian terjadi akibat kolaps pernapasan. Sedangkan pada keracunan kronik dapat menyebabkan demam, anoreksia, anuria, kerusakan ginjal, depresi dan bingung (Haddad et al, 1990; Dreisbach, 1974; Gosselin et al). Kasus keracunan boraks yang bukan dari makanan, dilaporkan pertama kali pada tahun 1907. Menurut laporan tersebut, banyak anak usia dini menderita sariawan pada mulut, kemudian dioleskan campuran madu dan boraks. Ternyata kelainan pasca pengolesan pada kulit terjadi eritema dan wajah tampak keriput. Di indonesia tepatnya di palembang Sumatra Selatan tahun 1994. Dilaporkan 5 orang meninggal dunia dan 56 orang terpaksa dirawat dirumah sakit (Goodman, 1975; Akmal, 1995). Larangan penggunaan boraks juga diperkuat dengan adanya Permenkes RI No. 1168)/MENKES/PER/X/1999 menyatakan bahwa salah satu BTM yang dilarang digunakan dalam makanan adalah boraks (Depkes, 1999). Berdasarkan uji pendahuluan mie basah sebanyak 4 sampel yang diambil dari salah satu pasar Tradisional di Kota Jambi positif mengandung boraks, inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang penggunaan zat kimia yaitu boraks pada mie basah yang dijual di Pasar Tradisional Kota Jambi, yaitu dipasar Angso Duo, Pasar Mama, Pasar Baru, dan Pasar Kebun Handil Penetapan kadar boraks dilakukan dengan metode spektrofotometri sinar tampak, dimana pada metode ini ada dua pereaksi pembentuk kompleks warna yaitu Quinalizarin dan Kurkumin. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, pereaksi banyak digunakan adalah kurkumin dimana kompleks warna yang terjadi adalah rosocyanin yang berwarna rosa (Dibble, 1965). Berdasarkan hal tersebut, maka identifikasi dan penetapan kadar boraks dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan menggunakan pereaksi kurkumin dan perlu dilakukan penelitian terhadap beberapa mie basah yang dijual dipasar Tradisional Kota Jambi.

BAB II

2.1 Perumusan Masalah Apakah terdapat kandungan boraks pada mie basah yang dijual di pasar Tradisional Kota Jambi2.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian2.2.1. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya boraks pada mie basah dan mengetahui kadar boraks pada mie basah yang dijual dipasar Tradisional Kota jambi.

2.2.2. Manfaat Penelitian1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan boraks pada makanan.2. Hasil penelitian diharapkan meningkatkan kewaspadaan masyarakat pada produk yang mengandung boraks dipasar Tradisional Kota Jambi.

2.2.3. HipotesaMie basah yang dijual dipasar provinsi jambi mengandung bahan tambahan makanan boraks sebagai pengenyal.

BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi, pada bulan juni 2015 sampai september 2015.3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis bersifat eksperimental. Dengan rancangan penelitian sebagai berikut :1. Populasi dan Sampel penelitian2. Pemeriksaan Bahan Baku3. Pembuatan Reagen4. Analisa Kualitatif dengan Uji Nyala Api5. Analisa Kualitatif dengan Uji Kertas Kunyit (tumerik)6. Analisa Kualitatif dengan Uji Sentrifugasi7. Analisa Kualitatif dengan Spektrofotometri UV-Visibel

3.3 Alat dan Bahan3.3.1 AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :Batang pengaduk, Corong, Gelas ukur, Erlenmeyer, Pipet tetes, Kertas perkamen, Kertas saring, Labu ukur, Cawan penguap, tabung reaksi, Timbangan analitik, Bunsen, Hot plate, Penjepit tabung, Oven, Spektrofotometer.3.3.2 Bahan Sampel mie basah, Air suling (aquadest), HCl 5 N, Boraks (pembanding), Larutan kurkumin, Methanol, H2SO4 pekat dan Asam oksalat.3.4 Prosedur Penelitian3.4.1 Pengambilan Sampel Sampel dipilih oleh peneliti berdasarkan pada tempat yang menjual mie basah dalam jumlah banyak dan diduga mengandung bahan pengawet boraks berjumlah 12 sampel. Sampel yang diambil adalah mie basah yang dijual di Pasar Tradisional Kota Jambi, yaitu Pasar Angso Duo, Pasar Mama, Pasar Baru, dan Pasar Kebun Handil.

3.4.2 Pemeriksaan Bahan Baku Bahan baku boraks yang dipakai didentifikasikan berdasarkan Farmakope Edisi III, yaitu dengan cara : Basahin kertas kurkumin (p) dengan larutan 5% b/v yang telah diasamkan dengan HCl ENCER (p), keringkan kertas kurkumin berwarna merah kecoklatan. Jika dikeringkan warna menjadi intensif.

3.5 Pembuatan Reagena. Boraks Pembanding (15%)

Boraks ditimbang sebanyak 1,5 gram kemudian dilarutkan dengan aqua destilata secukupnya hingga 10 ml.

b. HCl 5 N

HCl (37%) diambil sebanyak 41,46 ml lalu diencerkan dengan aqua destilata secukupnya hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

c. Kertas Kurkumin

Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang, kemudian tumbuk dan saring sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning, kemudian celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut selama 5 menit dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik (Triastuti, dkk., 2013).

d. Pereaksi Kurkumin

Larutkan 40 mg kurkumin yang halus dan 5 gram asam oksalat dalam etanol 96%. Tambahkan 4,2 ml HCl pekat dan encerkan hingga 100 ml dengan etanol (Fisman, 1989).

3.6 Prosedur Kerja3.6.1 Analisa Kualitatif dengan Uji Nyala Api Sampel mie basah dipotong halus-halus dan ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat ditambahkan 5 ml metanol dalam sebuah cawan porselen, kemudian di bakar, jika menghasilkan nyala api berwarna hijau maka bahan makanan tersebut mengandung boraks (Vogel 1990).

3.6.2 Analisa Kualitatif dengan Uji Kertas Kunyit (Tumerik) Pada kertas kurkumin diteteskan larutan dari bahan makanan tersebut, apabila warnanya sama dengan kertas tumerik kontrol positif (merah kecoklatan), maka bahan makanan tersebut mengandung boraks (Roth, 1988).

3.6.3 Analisa Kualitatif Sentrifugasi Lima gram sampel diblender dengan sedikit air kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 2 menit dan diambil supermatannya, supermatan tersebut ditambah 1 ml HCl 5 N sampai larutan bereaksi asam, disaring menggunakan kertas saring dimasukkan ke dalam cawan penguap. Ditambah 4 tetes larutan asam oksalat jenuh dan 1 ml larutan kurkumin 1% dalam metanol menghasilkan larutan berwarna jingga cemerlang, maka bahan makanan tersebut positif mengandung boraks (BPOM, 2007).

3.6.4 Analisa Kualitatif dengan Spektrofotometer UV-Visibel Pemeriksaan kandungan boraks secara kualitatif dengan metode spektrofotometri.a. Pembuatan Larutan SampelSampel mie yang telah dihaluskan kemudian masing-masing ditimbang sebanyak 10 gram ke dalam kurs porselen, lalu dikeringkan dioven pada suhu 600C hingga benar-benar kering kemudian diabukan pada suhu 6000C selama 8 jam. Kedalam abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml aquadest panas, sambil diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Kemudian disaring melalui kertas saring ke dalam abu ukur 25 ml, bilas kertas saring dengan aquadest panas kemudian ditambahkan aquaaadest hingga garis tanda, kocok larutan sampel tersebut (Fishman, 1989).b. Pembuatan Spektro Absorpsi Hasil Reaksi Boraks dengan Larutan Kurkumin1. Buat spektro absorpsi hasil reaksi antara larutan boraks pembanding dengan pereaksi kurkumin, lalu diukur serapannya pada panjang gelombang 330-700 nm. Amati bentuk spektronya.2. Buat spektro absorpsi hasil reaksi antara larutan boraks hasil ekstraksi sampel lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 330-700 nm. Amati bentuk spektronya.3. Bandingkan hasil 1 dan 2.

DAFTAR PUSTAKAWinarno, F.G.,Sulistyowati, Titi. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1994; 104-105,108.Winarno, F.G.,Sulistyowati, Titi. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1994; 6-10.Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Press.jakarta.1988; 224-225.Mulya, Muhammad., Syahrani,Ahmad. Aplikasi Analisis Spektrofotometri UV-Vis.Mechipso Grafika. Surabaya. 1987; 3-44.

1