Tugas Ibu Tuti.........!!
-
Upload
muhammad-hasnul-fahmy -
Category
Documents
-
view
56 -
download
5
description
Transcript of Tugas Ibu Tuti.........!!
BAB 11
TINJAWAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar MTBS
1. Definisi
Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) merupakan suatu pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana bayi dan balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan di pelayanan kesehatan dasar. MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen
penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,
malnutrisi, serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti
imunisasi, pemberian vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan. MTBS
digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman bagi
tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
( Modul MTBS 1, 2008 )
2. Definisi
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang menjelaskan
secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit
yang datang fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif
dan preventif. Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan oleh pneumonia,
diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000
kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran hidup
(Surkesnas, 2001).
3. Definisi
Manajemen Terpadu Balit aSakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas
oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit
yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
petugas, memperkuat system kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh
keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999.
B. Penilaian Tanda Dan Gejala
Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini
yang dinilai adalah ada tidaknya tanda bahaya umum( tidak bisa minum atau mentek,
muntah, kejang, letargis atau tidak sadar ) dan keluhan seperti batuk atau kesukaran
bernafas, adanya diare, demam, masalah telinga, malnutrisi, anamia,, dan lain-lain .
a. Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum,
tarikan dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi
pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan – 12 bulan normal pernafasan 50 kali
atau lebih permenir, sedangkan frekuensi pernafasan anak usia 12 bulan sampai
dengan 5 tahun adalah 40 kali permenit atau lebih.
b. Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak
sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah,
rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja( berak bercampur
dengan darah)
c. Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum,
kaku kuduk, dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka
pada mulut, mata bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah
ekstremitas dingin muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu
hati, dan lain-lain.
d. Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya
pembengkakan, dan lain-lain.
e. Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,
bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah
pada pemeriksaan berat badan menurut umur.
C. Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasi berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan, adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut :
a. Klasifikasi Pneumonia
Pada klasifikasi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama klasifikasi
pneumonia berat apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam,
adanya stridor, kedua adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi nafas
yang sangat cepat, ketiga klasifikasi batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada
pneumonia dan hanya keluhan batuk.
b. Klasifikasi Dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dehidrasi yang terbagi
menjadi tiga dikelompokkan yaitu pertama dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala
seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor jelek sekali, kedua, klasifikasi
dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor
jelek, dan ketiga dklasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup adanya tanda
dehidrasi.
c. Klasifikasi Diare Persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah dari 14 hari
dengan dikelompokkan mebjadi dua katagori yaitu diare persisiten berat apabila
ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya
tanda dehidrasi.
d. Klasifikasi Disentri
Pada klasifikasi disertai ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur
dengan darah.
e. Klasifikasi Risiko Malaria
Pada Klasifikasi resiko malaria ini dikelompokan menjadi resiko tinggi, rendah
atau tanpa resiko malaria dangan mengidentifikasi apakah daerahnya merupakan
resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang berisiko, maka apabila terdapat
hasil identifikasi maka dapat diklasifikasi sebagai berikut :
Klasifikasi dengan risiko tinggi terhadap malaira yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan
tanda bahaya umum dan disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila
adanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
Kemudian klasifikasi resiko rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi tiga yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya
umum atau kaku kuduk dan klasifikasi malaria tidak ditemukan tanda demam atau
campak, dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditenukan pilek
atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam.
Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjdai dua yaitu penyakit
berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta
klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan
tidak ada kaku kuduk.
f. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama, campak
dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum, terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau
mata merah. Kedua klasifikasi campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda
mata bernanah serta luka dimulut. Ketiga campak apabila hanya tanda khas campak
yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas.
g. Klasifikasi DBD (demam berdarah dengue)
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dari 7 hari, yanfg
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya
bintik pendarahan dikulit ( petekie ),adanya tanda syock seperti ekstremitas teraba
dingin, nadi rendah atau tidak teraba, muntah becampur darah, pendarahan hidung
atau gusi adanya uji torniquet positif . Kemudian klasifikasi mungkin DBD apabila
adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit,dan uji torniqet
negative jika ada sedikit petekie dan klasifikasi terakhir adalah klasifikasi denan
mungkun bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti di atas hanya ada demam.
h. Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu,
klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri dibelakang
telinga, kemudia klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang
keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga,
klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang
keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih dan klasifikasi tidak ada infeksi telinga
apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas.i.
i. Klasifikasi Status Gizi
Pada penemuan klasifikasi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu klasifikasi gizi
buruk dan anemia berat apabila berat badan sangat kurus, adanya bengkak pada kedua
kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan. Klasifikasi bawah garis
merah (anemia), apabila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat berat badan
menurut umur dibawah garis merah dan klasifikasi ketiga adalah tidak bawah garis
merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti diatas.
D. PENENTUAN TINDAKAN DAN PENGOBATAN
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
a. Klasifikasi Pneumonia
Tindakan yang dapat dilakukan pada makalah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :
1. Berikan dosis pertama antibiotika
Pilihan pertama adalah kontrimoksazol ( trimetoprim + sulfametoksazol ) dan pilihan kedua adalah amoksilin dengan ketentuan dosis sebagai berikut:
Tabel 8.2 Pemberian Antibiotika pada Pneumonia
Kotrimpksazol (trimetoprim + sulfametoksazal) beri 2 kali sehari selama 5 hari
Amoksilin berisi 3 kali sehari untuk 5 hari
Umur atau berat badan
Tablet dewasa 80 mg Trimetoprim + 400 mgSulfametoksazol
Tablet anak 20 mg Trimetoprim + 100 mgSulfametoksazol
Sirup / per 5 ml 40 mg trimetoprim + 200 mgSulfametoksazol
Sirup 125 mg per 5 ml.
2-4 bulan ( 4-<6 kg )4-12 bulan ( 6-<10 kg )1-5 tahun ( 10-<19 kg )
¼½1
123
2,5 ml5 ml7,5 ml
2,5 ml5 ml10 ml
Sumber: Depkes 2008
2. Lakukan rujukan segera
Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka tindakanya
adalah sebagai berikut berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, berikan
pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga, lakukan
kunjungan ulang setelah 2 hari. Sedangkan apabila hasil klasifikasi ditemukan
batuk dan bukan pneumonia maka tindakannya yang dilakukan adalah
pemberian pelega tenggorokan atau pereda batuk yang sama, lakukan
pemeriksaan lebih lanjut, beri tahu kepada ibu dan keluarga kapan harus segera
kembali ke petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.
b. Klasifikasi Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan
derajat dari dehidrasi, apabila klasifikasi dehidrasi berat maka tindakannya adalah
sebagai berikut :
1. Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau
NACL dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 8.3 Pemberian cairan lntra vena
Umur Pemberian pertama 30
ml/kg selama
Pemberian berikut: 70 ml/kg
selama
Bayi ( di dawah umur 12 bulan )
Anak ( 1-5 tahun)
1 jam ( ulangi apabila
denyut nadi lemah dan tak
teraba)
30 menit ( ulangi apabila
denyut nadi lemah dan tak
teraba)
5 jam
2,5 jam
Sumber: Depkes, 2008
2. Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena cepat.
3. Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
4. Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3
jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status
dehidrasi dan lakukan tindakan sesuai dengan derajat dehidrasi.
5. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI.
Tindakan diatas dilakukan bila cairan tersedia akan tetapi apabila dalam waktu 30
menit cairan tersebut tidak ditemukan maka tindaknnya lakukan rujuk segeradengan
pengobatan interavena dan jika anak bisa minum berikan orlit sedikit demi sedikit dalam
perjalanan rujukan.
Kemudian apabila letaknya jauh untuk tempat rujukan dan saudara telah terlatih
untuk memasang nasogastric tube untuk rehidrasi maka lakukan dengan rehidrasi dengan
oralit melalui pipa lambung dengan memberikan 20 /ml/kg/ jam selama 6 jam atau total 120
ml/kg, kemudian monitoring setiap 1-2 jam dan apabila ditemukan kembung dan muntah
lambatkan pemberian cairan dan apabila dalam waktu 3 jam tidak membaik lakukan rujukan
untuk pengobatan interavena dan lakukan kembali dalam 6 jam untuk diperiksa tentang status
dehidrasi dan lakukan tindakan sesuai dengan tingkat klasifikasi.
Tindakan pengobatan untuk klasifikasi dehidrasi ringan atau sedang dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Lakukan pemberian oralit dalam 3 jam pertama dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk umur kurang 4 bulan dengan berat badan kurang dari 6 kg maka pemberian
antara 200-400 ml, umur 4-12 bulan dengan berat badan 6-<10 kg pemberiannya
adalah 400-700 ml, dan umur 12-24 bulan dengan berat badan 16-<12 kg pemberian
adalah 700-900 ml, dan untuk umur 2-5 tahun dengan derat badan 12-19 kg
pemberiannya adalah 900-1400 ml, atau dapat dihitung dengan cara berat badan x 75,
dan pada anak kurang dari 6 bulan dan tidak menetek maka berikan tambahan air
matang 100-200 ml.
2. Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi, dan rujuk
untuk tindakan sesuai dengan tingkat dehidrasi.
Untuk tindakan pengobatan dengan klasifikasi tanpa dehidrasi dapat dilakukan
dengan sebagai berikut:
1. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian orailt
apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.
2. Lanjutkan pemberian makanan.
c. Klasifikasi Diare Persisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kenudian apabila
ditemukan adanya kolera maka pengobatan yang dapat dilanjutkan adalah: pilihan
pertama antibiotika dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
Tabel 8.4 Pemberian antibiotika diare persisten
Kotrimpksazol (trimetoprim + sulfatmetoksazol) beri 2 kali
sehari selama 5 hari
Asam nalidiksat beri
4 kali sehari selama 5
hari
Umur atau berat badan
Tablet dewasa 80
mg
Trimetoprim
+400 mg
Sulfatmetoksazol
Tablet anak 20
mg
Trimetoprim
+100 mg
Sulfatmetoksazo
Sirup / per 5 ml
40 mg
Trimetoprim
+200 mg
Sulfatmetoksazol Tablet 500 mg
l
2–4 bulan ( 4-<6 kg )
4-12 bulan ( 6-<10 kg )
1-5 tahun ( 10-<19 kg )
¼
½
1
1
2
3
2,5 ml
5 ml
7,5 ml
Jangan diberikan
½
1
Sumber: Depkes, 2008
Tabel 8.5 Pemberian antibiotika pada disentri
Kotrimpksazol (trimetoprim + sulfatmetoksazol) beri 2
kali sehari selama 5 hari
Asam nalidiksat beri 4
kali sehari selama 5 hari
Umur atau berat badan
Tablet dewasa 80 mg
Trimetoprim
+400 mg
Sulfatmetoksazol
Tablet anak 20 mg
Trimetoprim
+100 mg
Sulfatmetoksazol
Sirup / per 5 ml 40 mg
Trimetoprim
+200 mg
Sulfatmetoksazol Tablet 500 mg
2–4 bulan ( 4-<6 kg )
4-12 bulan ( 6-<10 kg )
1-5 tahun ( 10-<19 kg )
¼
½
1
1
2
3
2,5 ml
5 ml
7,5 ml
1/8
¼
1/2
Sumber: Depkes, 2008
d. Klasifikasi Risiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko dapat ditentukan
dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sebagai berikut:
1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara
intramuskukar dengan dosis sebagai berikut:
Tabel 8.6 Pemberian Klinin
Umur berat badan
Kina intramaskuler 300 mg/ml
Larutan garam kina ( dalam ampul 2 ml )
2-4 bulan ( 4-<6 kg )
4-12 bulan ( 6-<10 kg )
1-2 tahun ( 10-<12 kg )
2-3 tahun ( 10-<12 kg )
3-5 tahun ( 14-19 kg )
0.2 ml
0,3 ml
0,4 ml
0,5 ml
0,6 ml
Sumber: Depkes, 2008
Kemudian anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan
klinin pada 4 dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu
meminum obat malaria secara oral dan jangan memberikan suntikan kina
sampai dengan lebih dari 1 minggu dan pada risiko rendah jangan berikan
pada anak usia kurang dari 4 bulan.
2. Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan
dosis sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin +
primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk
anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak <12 bulan).
Tabel 8.7 Pemberian Obat anti Malaria Oral
Klorokuin (beri selama
3 hari) Primkuin
Sulfadoksin +
primakuin
Kina
Umur atau berat badan
Tablet ( 150 mg basa ) Tablet ( 15 mg basa )
Tablet ( 500 mg
sulfadoksin 25
mg
primetamin)
Tablet 100 mg
Hari 1 hari 2 hari 3 3 hari selama 7 hari
2-12 bulan (4-<10
kg)
1-5 tahun (10-<19
kg)
½ ½ ½
1 1 ½ ¾ ¾
10 mg per umur (bulan
)dibagi menjadi 3 dosis
selama 7 hari
Sumber: Depkes, 2008
3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah
pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah
maka ulangi pemberian klorokuin.
4. Pemberian antibiotik yang sesuai.
5. Mencegah penurunan kadar gula darah.
6. Pemberian parasetamol apabila terjadi demam tinggi (≥ 38,5 derajat celcius).
Tabel 8.8 Dosis Pemberian Parasetamol
Umur atau berat badan Tablet (500 mg) Tablet 100 mg Sirup 120 mg/5 ml
2-6 bulan ( 4-<7 kg )
6 bulan-3 tahun ( 7-<14 kg )
3-5 tahun ( 14-<19 kg )
1/8
¼
½
½
1
2
2,5 ( ½ sendok teh )
5 ml ( 1 sendok teh )
7,5 ml ( 1 ½ sendok teh )
Sumber: Depkes, 2008
e. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut apabila
campak dijumpai dengan komplikasi berat, maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin, atau kloramfenikol apabila
dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian parasetamol dianjurkan jika disertai
demma tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata
dan mulut ditambahkan dengan pemberian gentian violet, jika hanya campak saja tidak
ditemukan penyakit atau komplikasi lain, maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
Tabel 8.9 Dosis Pemberian Vitamin A.
Umur Kapsul vitamin A Kapsul vitamin A
200.000 IU 100.000 IU
6-12 bulan
1-5 tahun
½ kapsul
1 kapsul
1 kapsul
2 kapsul
Sumber: Depkes, 2008
f. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada demam berdarah dengue, tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan syok, maka segera diberi cairan intravena, pertahankan kadar gula
darah. Bila dijumpai demam tingg , maka berikan parasetamol dan caira atau oralit bila
dilakukan rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra-rujukan pada demam berdarah.
1. Berikan cairan ringer laktat, jika memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam
ringer laktat melalui intravena atau apabila tidak berikan oralit atau cairan per
oral selama perjalanan.
2. Apabila tidak ad, berikan cairan NaCl 10-20 ml/kgBB/30menit.
3. Pantau selama setelah 30 menit dan bila nadi teraba, berikan cairan intravena
dengan tetesan 10 ml/kgBB dalam 1 jam. Apabila nadi tidak teraba berikan
cairan dengan tetesan 15-20 ml/kgBB dalam 1 jam.
g. Klasifikasi Masalah Telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telinga dapat dilakukan
antara lain dengan memberikan dosis pertama untuk antibiotik yang sesuai.
Parasetamol dapat diberikan apabila dijumpai demam tinggi, apabila ada ifeksi akut
pada telinga, maka pengobatan sama seperti mastoiditis krnis ditambah dengan
mengeringkan telinga dengan kain penyerap.
h. Klasfikasi Status Gizi
Pada klasifikasi status gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A.
Apabila anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan dijumpai adanya
anemia maka dapat dilakukan pemberian tablet zat besi dan apabila daerah risiko tinggi
malaria dapat diberikan anti malaria oral dan pirantel pamoat hanya diberikan untuk
anak usia 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta
hasil pemeriksaan tinja positif.
Tabel 8.10 Dosis Pemberian Zat Besi
Umur atau berat badan
Tablet besi/folat sulfas
ferous 200 mg + 250 mg
folat ( 60 mg elemental
iron) diberikan 3 kali
sehari
Sirup besi sulfat ferosus 150 ml
( 30 mg elemental iron per 5 ml )
diberikan 3 kali sehari
6-12 bulan ( 6-<10 kg )
1-5 tahun ( 10-<19 kg )
¼ tablet
½ tablet
2,5 ml ( ½ sendok teh )
5 ml ( 1 sendok teh )
Sumber: Depkes, 2008
Tabel 8.11 Dosis Pemberian Pirantel Pamoat
Umur atau berat badan Pirantel pamoat ( 125 mg/tablet ) dosis tunggal
4-9 bulan ( 6-<8 kg )
9 bulan-1 tahun ( 8-<10 kg )
1-3 tahun ( 10-<14 kg )
3-5 tahun ( 14-<19 kg )
½ tablet
¾ tablet
1 tablet
1 ½ tablet
Sumber: Depkes, 2008
E. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan pada manajemen terpadu balita sakit
umur bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tenteng :
a. Konseling Pemberian Makan Pada Anak1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak dengan
menanyakan cara meneteki anak, beberapa sekali sehari apakah pada
malam hari juga menetek, kemudian apakah anak mendapatkan makanan
dan minuman lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat
rendah menanyakan berapa banyak makanan dan minuman yang
diberikan pada anak, apakah anak mendapat makanan sendiri dan
bagaimana caranya, apakah selama sakit makanan diubah dan lain-lain.
2. Menganjurkan cara pemberian makanan pada ibu antara lain :
a. Umur sampai 4 caranya : berikan ASI sesuai keinginan anak paling
sedikit 8 kali. Jangan diberikan makanan selain ASI
b. Umur 4-6 bulan caranya : berikan ASI sesuai dengan keinginan
anak paling sedikit 8 kali, berikan makanan pendamping ASI 2 kali
sehari tiap kali 2 sendok, pemberiannya setelah pemberian ASI,
makanan pendamping dapat seperti bubur tim ditambah kuning
telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi
atau wortel atau bayam atau kacang hiju atau santan atau minyak.
c. Umur 6-12 bulan caranya : berikan ASI sesuai dengan keinginan
anak, berikan bubur nasi tambah telur atau ayam atau ikan atau
tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau
kacang hiju atau santan atau minyak diberikan 3 kali dengan
ketentuan : pada umur 6 bulan diberikan 6 sendok makan, umur 7
bulan diberikan 7 sendok makan, umur 8 bulan diberikan 8
sendok makan, umur 9 bulan diberikan 9 sendok makan, umur 10
bulan diberikan 10 sendok makan dan diberikan makanan
selingan 2 kali seperti kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan
lainnya.
d. Umur 12-24 bulan caranya : berikan ASI sesuai dengan keinginan
anak, berikan nasi lembek ditambah dengan telur atau ayam atau
ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam
atau kacang hiju atau santan atau minyak berikan makanan
tersebut 3 kali sehari dan juga berikan makanan selingan 2 kali
sehari seperti kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan lain-lain.
e. Umur 2 tahun caranya : berikan makanan yang dimakan oleh
keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi lauk pauk sayur dan
buah, berikan makanan yang bergizi sebagai selingan 2 kail sehari
seperti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari, dan berikan makanan
selingan diantara waktu makan pokok.
f. Apabila bayi umur kurang 4 bulan dan mendapatkan makanan
selain ASI maka berikan motivasi terhadap kepercayaan bahwa ibu
mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan anak dan anjurkan
untuk sering memberikan ASI.
g. Apabila ibu menggunakan botol dalam pemberian susu maka
anjurkan untuk menggantikan botol dengan gelas atau cangkir.
h. Apabila anak tidak diberi makanan secara aktif maka nasihati ibu
agar duduk disamping anak dan memujuk sepaya mau makan serta
mengamati apa yang disukai anak dengan mempertimbangkan tentang
makanan yang diperbolehkan.
i. Apabila anak tidak diberi makanan yang baik selama sakit maka
nasehati ibu untuk memberi ASI lebih sering dan lebih lama serta
memberikan makanan secara variasi dan berikan dalam porsi
sedikit tapi sering.
b. Konseling Pemberian Cairan Selama Sakit
Pada konseling ini khususnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar memberikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebutuhan cairan seperti memberikan kuah sayur, air tajin atau air matang.
c. Konseling Kunjungan Uang
Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan pada ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda - tanda dari klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera kepetugas kesehatan. Pada klasifikasi pneumonia, disentri, malaria, demam berdarah, campak atau demam lakukan kunjungan setelah 2 hari dan apabila ada anemia maka kujungan dapat dilakukan setelah 4 minggu kemudian apabila berat badan menurun kunjungannya adalah setelah 4 minggu.
F. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut
a. Pneumonia
Pemberian tindak lanjut pada pneumonia dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan peneriksaan tentang tanda adanya gejala pneumonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada kedalam maka berikan 1 dosis antibiotik pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segera lakukan rujukan,
namun apabila ferkuensi napas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotik kedua, kemudian apabila napas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotik sampai dengan 5 hari.
b. Diare Persisten
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesuai 5 hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka anjurkan memberi makan sesuai dengan umur anak.
c. Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi tenteng tanda disentri apabia anak masih mengalami dehidrasi maka lakukan tindakan sesuai dengan tindakan dehidrasi berdasarkan derajatnya maka tetapi apabila frekuensi berat, jumlah darah dalam tinja atau nafsu makan tetap atau memburuk maka gantilah antibiotik oral pilihan kedua untuk shigela dan berikan seama 5 hari, kemudian apabila beratnya berkurang, jumlah darah dalam tinja berkurang dan nafsu makan membaik maka lanjutkan perbaikan antibiotik pemberian antibiotik yang sama hingga selesai.
d. Resiko Malaria
Pelayanan tindak lanjut pada risiko malaria dilakukan sesudah 2 hari, apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut, apabila ditemukan tanda bahaya umum atau kaku maka lakukan tindakan sesuai dengan prosap yang ada, apabila ada malaria merupakan penyebab demam maka perisakan sediakan darah, apabila positif untuk falciparum atau ada infeksi campuran maka berikan anti malaria oral pilihan kedua jika tetap demam lakukan rujukan, apabila positif untuk vivax berikan klorokuin untuk 3 hari ditambah dengan primakuin ¼ tablet per hari selama 5 hari dan apabila pemeriksaan negatif dilakukan pemeriksaan lainnya.
e. Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memperhatikn tentang gejala yang pernah dimilikinya, apabia mata masih bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar maka lakuakan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar dan apabila sudah tidak bernanah akan tetapi tampak merah maka lakukan pengobatan lanjutan, kemudian didaerah mulut apabila masih didapatkan luka dan daunya tercium busuk maka lakukan rujukan dan apabila keadaan mulai membaik maka lanjukan pengobatan dengan gentian violet 0,25% sampai 5 hari.
f. Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue pelaynan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evluasi tanda dan gejala yang ada, apabila ditemukan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesuai dengan pedoman tindakan pada pehyakit demam berdarah dengan penyakit yang berat, akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masih ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
g. Masalah Telinga
Pada pelayanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan mengevaluasi tanda dan gejala yang ada, apabila pada waktu kunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan, dan apabila masih terdapat nyeri dan keluar cairan atau nanah maka lakukan pengobatan antibiotik selama 5 hari dengan mengeringkan bagian telinga, apabila terdapat infeksi yang kronis maka evaluasi kepada keluarga cara mengerikan telinga apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara mengeringkannya, kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotik sampai habis.
Gambar 8.2
Bagan HTBS Umur 2 Bulan sampai dengan 5 Tahun, Dikuti dari Depkes RI Tahun 2008
Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama pada MTBS umur 2 Bulan – 5 Tahun :
TANYAKAN KELUHAN UTAMA:
Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas ?
MEMBERIKSA TANDA – TANDA BAHAYA UMUM :
Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penangan segera,selesaikan penilaian ini dan lakukan penangan segera, sehingga rujukan tidak akan terlambat
Tanyakan : Lihat:
Apakah anak bisa minum atau menetek? Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? Apakah anak menderita kejang? Apakah anak tampak letargis atau sadar?
Umur Anak : Napas cepat apabila: 2 Bulan – 12 Bulan 50 kali atau lebih per menit
12 Bulan – 3 Tahun 40 kali atau lebih per menit
Jika Ya Lihat, dengar klasifikasi
Tanyakan : Berapa lama?
Hitung pernapasan dalam 1 menit
Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam
Lihat dan dengar adanya stridor
Batuk atau sukar bernafas
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN
Ada tanda bahaya umum
Tarikan dada kedalam
stridor
PNEUMONIA BERAT dan PENYAKIT SANGAT BERAT
Beri bosis pertama antibiotik yang sesuai
Rujuk segera
Nafas cepat
PNEUMONIA Beri antibiotik yang sesuai selama 5 hari
Beri pelega dan peleda batuk yang aman
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang setelah 2 hari
Tidak ada tanda-tanda bahaya pneumonia atau penyakit sangat berat
BATUK BUKAN PNEMONIA
Jika batuk lebih 30 hari rujuk untuk pemeriksan lanjut
Beri pelega tenggorokan dan peleda batuk yang aman
Nasehati ibu kapan harus kembli segera
Kunjungi ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
Apa anak menderita diare ?
Jika Ya, Tanyakan : Lihat, raba
Sudah berapa lama ?
Apakah beraknya berbarah (apakah ada darah dalam tinja)
Lihat keadaan umum anak apakah anak letargis atau tidak sadar ? gelisa, rewel atau mudah marah ?
Lihat apakah matanya cekung?
Beri anak minum, apakah anak bisa minum atau malas minum? Haus, minum dengan lahap?
Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor, apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Apakah anak demam ?
(pada anamnesis atau teraba panas atau suhu 37,5 derajat celcius atau lebih)
Jika Ya, Temukan daerah risiko malaria, resikp tinggi, risiko rendah atau tanpa risiko malaria Jika daerah risiko malaria atau tanpa malaria tanyakan :
Apakah anak dibawah berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir ? jika ya apakah dari daerah risiko tinggi atau risiko rendah malaria?
Dan jika diare 14 hari atau lebih
Untuk dehidrasi
Klasifikasikan DIARE
Terdapat dua atau lebih dari tanda berikut:
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
DEHIDRASI BERAT
Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya maka berikan cairan untuk dehidrasi berat (recana terapi C lihat lampiran)
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya segera rujuk dan selama dalam perjalanan mintakkan ibu agar terus memberikan
Terdapat dua atau lebih dari tanda berikut :
Gelisa, rewel, mudah marah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B lihat rampiran
Jika anak juga mempunyai berat lainnya rujuk segera kerumah sakit dan mintak ibu agar tetap memberikan oralit serta anjurkan untuk tetap memberi ASI
Nasehati ibu kapan harus segera kembali
Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
Tidak cukup tanda – tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/se
TANPA DEHIDRASI
Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A lihat lampiran
Nasihati ibu tentang kapan harus segera kembali
Kunjungn
DAERAH RESIKO TINGGI MALARIA
Tanpa risiko malaira
Kemudian tanyakan : Lihat dan raba
Sudah berapa lama anak demam ?
Jika lebih dari 7 hari, apakah demam rerjadi setap hari ?
Apakah anak menderita campak selama 3 bulan terakhir
Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bukan terakhir
Lihat dan raba adanya kaku kuduk
Lihat adanya pliek
Lihat adanya tanda campak:
Ruam merah dikulit yang menyeluruh
Terdapat salah satu gejala berikut batuk pliek, atau mata merah
Lihat adanya luka dimulut, apakah lukanya dalam atau luas?
Lihat apakah kekeruhan pada kornea mata
Klasifikasi DEMAM
Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, klasifikasikan
Risiko rendah malaria
Dan jika dare 14 hari atau lebih
Adanya tanda bahaya umum atau
Kaku kuduk
PENYAKIT DERAT DENGAN DEMAM
Beri dosis pertama kinin untuk malaria berat
Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
Cegah agar darah tidak turun
Beri dosis pertama parasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Rujuk segera
Demam (pada anamneia atau pada perabahan atau suhu 37,5 derajat atau lebih)
MALARIA Beri obat anti malaria berat
Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
Cegah agar gula darah tidak turun
Beri dosis pertama parasetamol di klinik demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Ambil sediaan darah
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam
Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
DAERAH RISIKO RENDAH MALARIA
Adanya tanda bahaya unum atau kaku kuduk
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
Beri dosis pertama kinin untuk malaria berat
Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
Cegah agar gula darah tidak turun
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Rujuk segera
Tidak ada pliek dan tidak ada campak dan tidak ada penyebab lain dari demam
Malaria Beri obat anti malaria oral
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Ambil sediaan darah
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam
Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
Ada pliek Ada
campak Ada
penyebab lain dari demam
DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Obat penyebab lain dari demam
Nasehati ibu
DAERAH TANPA RISIKO MALARIADAN TAK ADA KUNJUNGAN KE DAERAH RISIKO MALARIA
Ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
Cegah agar gula dara tidak turun
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Rujuk segera
Tidak ada tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk
DEMAM BUKAN MALARIA
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Obati penyebab lain dari demam
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan uang setelah 2 hari jika tetap demam
Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
Ada tanda bahaya umum atau kekeruhan pada kornea mata
Luka dimulut yang dalam dan luas
CAMPAK DENGAN KLASIFIKASI DERAT
Beri vitamin A Beri dosis
pertama antibiotik yang sesuai
Jika ada kekeruhanpada kornea atau mata bernanah, buhi salep mata tetrasiklim atau kloramfenikol
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat
Klasifikasikan campak
Klasifikasikan demam untuk demam derdarah dengue (hanya jika demam kurang dari 7 hari)
Tanyakan :
Apakah anak mengalami pendarahan atau gusi yang berat?
Apakah anak muntah? Jika ya apakah muntah dengan darah atau seperti kopi?
Apakah berak berwarna hitam?
Apakah nyeri uluhati atau anak gelisa?
Lihat dan raba :
Lihat adanya
Pendarahan dari hidung atau gusi yang berat
Binti pendarahan di kulit (petekie), jika ya dan tidak ada tanda lain dari DBD lakukan uji troniquet jika mungkin
Periksa tanda syok :
Ujung eksremitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba
Klasifikasikan demam
DEMAM DERDARAH DENGUE
Ada tanda syok :
Ekstremitas teraba dingin dan nadi remah atau tak teraba atau
Muntah bercampur darah seperti kopi atau
Berak berwarna hitam atau
Pendarahan dari hidung gusi yang berat atau
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Jika syok, segera beri cairan intra petunjuk dalam pemberian cairan pra rujukan untuk damam berdarah dengue
Jika tidak ada syok, beri tambahan cairan atau oralit sebanyak mungkin dalam perjalanan kerumah sakit
Cegah kabar gula darah agar tidak
Nyeri ulu hati atau gelisa atau
Binti pendarahann di kulit dan uji toriquet negatif
MUNGKIN (DBD)
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)
Nasehati ibu untuk memberikan anaknya lebih banyak minum atau oralit
Nasehati ibu kapan
Tidak ada satupun gejala diatas
DEMAM MUNGKIN BUKAN (DBD)
Obati penyebab lain dari demam
Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau
Apakah anak mempunyai masalah telinga ?
Jika ya, Tanyakan:
Apakah telinganya sakit?
Adakah cairan/nanah keluar dari telinga?Jika ya berapa lama?
Lihat dan Raba:
Lihat adakah cairan/nanah keluar dari telinga?
Raba, adakah pembemgkakan yang nyeri dibelakang telinga?
Klasifikasikan masalah telinga
Pembengakakn yang nyeri dibelakang telinga
MASTODITIS
Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
Beri dosis pertama parasetamol diklnik untuk mengatasi nyeri
Rujuk segera
Tampak cairan atau nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari atau
Nyeri telinga
INFEKSI TELINGA AKUT
Beri antibiotik selama 5 hari
Beri parasetamol untuk nyeri
Keringkan telinga dengan kain untuk kertas nenyerap
Tampak cairan atau nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari atau lebih
INFEKSI TELINGA KRONIS
Keringkan telinga dengan kain untuk kertas nenyerap
Kunjungan ulang setelah 5 hari
Tidak ada sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga
TIDAK ADA INFEKSI TELINGA
Tidak perlu tindakan tambahan
MEMERIKSA MALNUTRISI DAN
ANAMIA
Jadwal imunisasi (dapat menyesuaikan kebijakan ) Umur Jenis Imunisasi 2 Bulan BCG Polio 1 DPT 1 3 Bulan Hb 1 Polio 2 DPT 2 4 Bulan Hb 2 Polio 3 DPT 3 5 Bulan Hb 3 Polio 4 9 Bulan Campak
Jadwal Pemberian Vitamin A : Dosis pertama sebesar 100.000 IU pada umur 6 bulan sempai 1 tahun Dosis berikutnya sebesar 200.000 IU setiap 6 bulan (sampai umur 6 tahun) setiap febuari dan agustus Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis
Lihat dan raba :
Lihat apakah anak tanpak sangat kurus?
Lihat tanda kepucatan pada telapak telinga, apakah sangat pucat, agak pucat?
Lihat dan raba adanya pembengkakan dikedua kaki?
Bandingkan berat badan menurut umur?
Klasifikasikan status gizi
Badan tanpak sangat kurus atau
Bengkak pada kedua kaki atau
Telapak tangan sangat pucak
GIZI BURUK DAN ATAU ANEMIA BERAT
Beri vitamin A apabila anak tanpak sangat kurus dan atau bengkak pada kedua kaki
Rujuk segera
Telapak tangan agak pucat atau
Berat badan menurut umur sangat rendah (bawah garis merah : BGM)
BGM dan ANEMIA
Lakukan penilaian tentang cara pemberian makan pada anak dan nasehati ibu tentang cara pemberian makan pada anak dan bila ada masalah pemberian makan
Jika anemia, beri zat besi dan jika didaerah dengan resiko tinggi malaria beri anti malaria oral dan beri pirantel pamoan (hanya jika anak berusia 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberi dalam waktu 6 bulan terakhir, serta hasil pemeriksaan tinja positif) dan kunjungan ulang setelah 4 minggu
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Jika BGM, kunjungan ulang setelah 4 minggu
Beri badan menurut umur tidak BGM dan tidak ditemukan tahda lain dari malnutrisi dan anemia
TIDAK BGM DAN TIDAK ANEMIA
Jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian tentang cara pemberian makan pada anak dan nasehati ibu
Jika ada masalah pemberian makan kunjungan langsung setelah 5 hari
Nasehati kapan harus kembali segera
MENIAI MASALAH LAIN / KELUHAN LAIN
G. Status Gizi
Pelaksanaan pelayanan tindak lanjut pada anak dengan masalah status gizi ini dilakukan setelah 5 hari dengan mengevaluasi terhadap masalah pemberian makanan apabila ditemukan masalah tentang pemberian makan maka lakukan evaluasi cara pemberian makan, kemudian apabila ditemukan masalah pada anak dengan anemia maka masalah zat besi untuk 4 minggu berikutnya, dan apabila masih pucat sesudah 8 minggu maka lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kemudian apabila ditemukan anak dengan masalah berat di bawah garis merah pada perhitungan berdasarkan umur maka lakukan pelayanan tindak lanjut sesudah 4 minggu dengan mengevaluasi, apabila ditemukan berat badan masih bawah garis merah maka nasehati ibu tentang pemberian makan serta ajarkan cara menyediakannya.
H. Proses Manajemen Kasus
Proses manajemen kasus disajikan dlam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah –
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :
1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.
Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu kategori atau klasifikasi
untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi
merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnose spesifik
penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan
klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara
memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
3. Memberi konseling bagi ibu.
Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak,
member anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa
anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
4. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak
lanjut.
Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan member pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur
kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada
bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak
berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut
berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :
a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit ( selain
dokter, petugas kesehatan non dokter, dapat pula memeriksa danmenangani pasien apabila
sudah dilatih ).
b. Memperbaiki system kesehatan ( perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaan MTBS )
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit ( meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami saki, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas
pelayanan kesehatan anak. Bentuk ini sebagai salah satu yang efektif untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak, mengingat bentuk pengelolaan ini dapat
dilakukan pada pelayanan tingkat pertama seperti di unit rawat jalan, puskesmas, polindes ,
dan lain – lain. Bentuk manajemen ini di laksanakan secara terpadu tidak terpisah, dikatakan
terpadu karena bentuk pengelolaan dilakukan secara bersama dan penanganan kasus tidak
terpisah – pisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian
imunisasi, pencegahan penyakit, serta promosi untuk tumbuh kembang.
B. Saran Pada kesempatan ini penyusun akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keprawatan anak yang
akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan keperawatan anak, perawat mengetahui atau mengerti tentang
manajemen terpadu balita sakit, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan
yang baik dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah keperawatan anak dengan manajemen terpadu balita
sakit maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien
yang berhubungan dengan anak.