Tugas Ibu Tuti.........!!

35
BAB 11 TINJAWAN PUSTAKA A. Konsep Dasar MTBS 1. Definisi Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi dan balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan di pelayanan kesehatan dasar. MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan. MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar ( Modul MTBS 1, 2008 ) 2. Definisi Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001).

description

anak

Transcript of Tugas Ibu Tuti.........!!

Page 1: Tugas Ibu Tuti.........!!

BAB 11

TINJAWAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar MTBS

1. Definisi

Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) merupakan suatu pendekatan

keterpaduan dalam tatalaksana bayi dan balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat

jalan di pelayanan kesehatan dasar. MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen

penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,

malnutrisi, serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti

imunisasi, pemberian vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan. MTBS

digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman bagi

tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar

( Modul MTBS 1, 2008 )

2. Definisi

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang menjelaskan

secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit

yang datang fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif

dan preventif. Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan oleh pneumonia,

diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000

kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran hidup

(Surkesnas, 2001).

3. Definisi

Manajemen Terpadu Balit aSakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas

oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,

membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit

yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

petugas, memperkuat system kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh

keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999.

Page 2: Tugas Ibu Tuti.........!!

B. Penilaian Tanda Dan Gejala

     Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini

yang dinilai adalah ada tidaknya tanda bahaya umum( tidak bisa minum atau mentek,

muntah, kejang, letargis atau tidak sadar ) dan keluhan seperti batuk atau kesukaran

bernafas, adanya diare, demam, masalah telinga, malnutrisi, anamia,, dan lain-lain .

a. Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum,

tarikan dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi

pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan – 12 bulan normal pernafasan 50 kali

atau lebih permenir, sedangkan frekuensi pernafasan anak usia 12 bulan sampai

dengan 5 tahun adalah 40 kali permenit atau lebih.

b. Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak

sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah,

rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja( berak bercampur

dengan darah)

c. Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum,

kaku kuduk, dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka

pada mulut, mata bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah

ekstremitas dingin muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu

hati, dan lain-lain.

d. Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya

pembengkakan, dan lain-lain.

e. Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,

bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah

pada pemeriksaan berat badan menurut umur.

C. Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasi berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan, adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut :

   a. Klasifikasi Pneumonia

  Pada klasifikasi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama klasifikasi

pneumonia berat apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam,

adanya stridor, kedua adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi nafas

Page 3: Tugas Ibu Tuti.........!!

yang sangat cepat, ketiga klasifikasi batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada

pneumonia dan hanya keluhan batuk.

b. Klasifikasi Dehidrasi

Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dehidrasi yang terbagi

menjadi tiga dikelompokkan yaitu pertama dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala

seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor jelek sekali, kedua, klasifikasi

dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor

jelek, dan ketiga dklasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup adanya tanda

dehidrasi.

c. Klasifikasi Diare Persisten

Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah dari 14 hari

dengan dikelompokkan mebjadi dua katagori yaitu  diare persisiten berat apabila

ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya

tanda dehidrasi.

d. Klasifikasi Disentri

Pada klasifikasi disertai ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan

tetapi apabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur

dengan darah.

e. Klasifikasi Risiko Malaria

Pada Klasifikasi resiko malaria ini dikelompokan menjadi resiko tinggi, rendah

atau tanpa resiko malaria dangan mengidentifikasi apakah daerahnya merupakan

resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang berisiko, maka apabila terdapat

hasil identifikasi maka dapat diklasifikasi sebagai berikut :

Klasifikasi dengan risiko tinggi terhadap malaira yang dikelompokkan lagi

menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan

tanda bahaya umum dan disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila

adanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.

Kemudian klasifikasi resiko rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi

menjadi tiga yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya

umum atau kaku kuduk dan klasifikasi malaria tidak ditemukan tanda demam atau

campak, dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditenukan pilek

atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam.

Page 4: Tugas Ibu Tuti.........!!

       Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjdai dua yaitu penyakit

berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta

klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan

tidak ada kaku kuduk.

f. Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama, campak

dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum, terjadi

kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau

mata merah. Kedua klasifikasi campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda

mata bernanah serta luka dimulut. Ketiga campak apabila hanya tanda khas campak

yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas.

g. Klasifikasi DBD (demam berdarah dengue)

Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dari 7 hari, yanfg

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya

bintik pendarahan dikulit ( petekie ),adanya tanda syock seperti ekstremitas teraba

dingin, nadi rendah atau tidak teraba, muntah becampur darah, pendarahan hidung

atau gusi adanya uji torniquet positif . Kemudian klasifikasi mungkin DBD apabila

adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit,dan uji torniqet

negative jika ada sedikit petekie dan klasifikasi terakhir adalah klasifikasi denan

mungkun bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti di atas hanya ada demam.

h. Klasifikasi Masalah Telinga

Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu,

klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri dibelakang

telinga, kemudia klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang

keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga,

klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang

keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih dan klasifikasi tidak ada infeksi telinga

apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas.i.

i. Klasifikasi Status Gizi

Pada penemuan klasifikasi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu klasifikasi gizi

buruk dan anemia berat apabila berat badan sangat kurus, adanya bengkak pada kedua

kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan. Klasifikasi bawah garis

merah (anemia), apabila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat berat badan

Page 5: Tugas Ibu Tuti.........!!

menurut umur dibawah garis merah dan klasifikasi ketiga adalah tidak bawah garis

merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti diatas.

D. PENENTUAN TINDAKAN DAN PENGOBATAN

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.

a. Klasifikasi Pneumonia

Tindakan yang dapat dilakukan pada makalah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :

1. Berikan dosis pertama antibiotika

Pilihan pertama adalah kontrimoksazol ( trimetoprim + sulfametoksazol ) dan pilihan kedua adalah amoksilin dengan ketentuan dosis sebagai berikut:

Tabel 8.2 Pemberian Antibiotika pada Pneumonia

Kotrimpksazol (trimetoprim + sulfametoksazal) beri 2 kali sehari selama 5 hari

Amoksilin berisi 3 kali sehari untuk 5 hari

Umur atau berat badan

Tablet dewasa 80 mg Trimetoprim + 400 mgSulfametoksazol

Tablet anak 20 mg Trimetoprim + 100 mgSulfametoksazol

Sirup / per 5 ml 40 mg trimetoprim + 200 mgSulfametoksazol

Sirup 125 mg per 5 ml.

2-4 bulan ( 4-<6 kg )4-12 bulan ( 6-<10 kg )1-5 tahun ( 10-<19 kg )

¼½1

123

2,5 ml5 ml7,5 ml

2,5 ml5 ml10 ml

Sumber: Depkes 2008

2. Lakukan rujukan segera

Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka tindakanya

adalah sebagai berikut berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, berikan

pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga, lakukan

kunjungan ulang setelah 2 hari. Sedangkan apabila hasil klasifikasi ditemukan

batuk dan bukan pneumonia maka tindakannya yang dilakukan adalah

pemberian pelega tenggorokan atau pereda batuk yang sama, lakukan

pemeriksaan lebih lanjut, beri tahu kepada ibu dan keluarga kapan harus segera

kembali ke petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.

Page 6: Tugas Ibu Tuti.........!!

b. Klasifikasi Dehidrasi

Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan

derajat dari dehidrasi, apabila klasifikasi dehidrasi berat maka tindakannya adalah

sebagai berikut :

1. Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit

melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau

NACL dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 8.3 Pemberian cairan lntra vena

Umur Pemberian pertama 30

ml/kg selama

Pemberian berikut: 70 ml/kg

selama

Bayi ( di dawah umur 12 bulan )

Anak ( 1-5 tahun)

1 jam ( ulangi apabila

denyut nadi lemah dan tak

teraba)

30 menit ( ulangi apabila

denyut nadi lemah dan tak

teraba)

5 jam

2,5 jam

Sumber: Depkes, 2008

2. Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum

membaik berikan tetesan intravena cepat.

3. Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.

4. Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3

jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status

dehidrasi dan lakukan tindakan sesuai dengan derajat dehidrasi.

5. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI.

Tindakan diatas dilakukan bila cairan tersedia akan tetapi apabila dalam waktu 30

menit cairan tersebut tidak ditemukan maka tindaknnya lakukan rujuk segeradengan

pengobatan interavena dan jika anak bisa minum berikan orlit sedikit demi sedikit dalam

perjalanan rujukan.

Kemudian apabila letaknya jauh untuk tempat rujukan dan saudara telah terlatih

untuk memasang nasogastric tube untuk rehidrasi maka lakukan dengan rehidrasi dengan

oralit melalui pipa lambung dengan memberikan 20 /ml/kg/ jam selama 6 jam atau total 120

ml/kg, kemudian monitoring setiap 1-2 jam dan apabila ditemukan kembung dan muntah

Page 7: Tugas Ibu Tuti.........!!

lambatkan pemberian cairan dan apabila dalam waktu 3 jam tidak membaik lakukan rujukan

untuk pengobatan interavena dan lakukan kembali dalam 6 jam untuk diperiksa tentang status

dehidrasi dan lakukan tindakan sesuai dengan tingkat klasifikasi.

Tindakan pengobatan untuk klasifikasi dehidrasi ringan atau sedang dapat

dilakukan sebagai berikut:

1. Lakukan pemberian oralit dalam 3 jam pertama dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk umur kurang 4 bulan dengan berat badan kurang dari 6 kg maka pemberian

antara 200-400 ml, umur 4-12 bulan dengan berat badan 6-<10 kg pemberiannya

adalah 400-700 ml, dan umur 12-24 bulan dengan berat badan 16-<12 kg pemberian

adalah 700-900 ml, dan untuk umur 2-5 tahun dengan derat badan 12-19 kg

pemberiannya adalah 900-1400 ml, atau dapat dihitung dengan cara berat badan x 75,

dan pada anak kurang dari 6 bulan dan tidak menetek maka berikan tambahan air

matang 100-200 ml.

2. Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi, dan rujuk

untuk tindakan sesuai dengan tingkat dehidrasi.

Untuk tindakan pengobatan dengan klasifikasi tanpa dehidrasi dapat dilakukan

dengan sebagai berikut:

1. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian orailt

apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.

2. Lanjutkan pemberian makanan.

c. Klasifikasi Diare Persisten

Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kenudian apabila

ditemukan adanya kolera maka pengobatan yang dapat dilanjutkan adalah: pilihan

pertama antibiotika dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

Tabel 8.4 Pemberian antibiotika diare persisten

Kotrimpksazol (trimetoprim + sulfatmetoksazol) beri 2 kali

sehari selama 5 hari

Asam nalidiksat beri

4 kali sehari selama 5

hari

Umur atau berat badan

Tablet dewasa 80

mg

Trimetoprim

+400 mg

Sulfatmetoksazol

Tablet anak 20

mg

Trimetoprim

+100 mg

Sulfatmetoksazo

Sirup / per 5 ml

40 mg

Trimetoprim

+200 mg

Sulfatmetoksazol Tablet 500 mg

Page 8: Tugas Ibu Tuti.........!!

l

2–4 bulan ( 4-<6 kg )

4-12 bulan ( 6-<10 kg )

1-5 tahun ( 10-<19 kg )

¼

½

1

1

2

3

2,5 ml

5 ml

7,5 ml

Jangan diberikan

½

1

Sumber: Depkes, 2008

Tabel 8.5 Pemberian antibiotika pada disentri

Kotrimpksazol (trimetoprim + sulfatmetoksazol) beri 2

kali sehari selama 5 hari

Asam nalidiksat beri 4

kali sehari selama 5 hari

Umur atau berat badan

Tablet dewasa 80 mg

Trimetoprim

+400 mg

Sulfatmetoksazol

Tablet anak 20 mg

Trimetoprim

+100 mg

Sulfatmetoksazol

Sirup / per 5 ml 40 mg

Trimetoprim

+200 mg

Sulfatmetoksazol Tablet 500 mg

2–4 bulan ( 4-<6 kg )

4-12 bulan ( 6-<10 kg )

1-5 tahun ( 10-<19 kg )

¼

½

1

1

2

3

2,5 ml

5 ml

7,5 ml

1/8

¼

1/2

Sumber: Depkes, 2008

d. Klasifikasi Risiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko dapat ditentukan

dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sebagai berikut:

1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara

intramuskukar dengan dosis sebagai berikut:

Tabel 8.6 Pemberian Klinin

Umur berat badan

Kina intramaskuler 300 mg/ml

Larutan garam kina ( dalam ampul 2 ml )

2-4 bulan ( 4-<6 kg )

4-12 bulan ( 6-<10 kg )

1-2 tahun ( 10-<12 kg )

2-3 tahun ( 10-<12 kg )

3-5 tahun ( 14-19 kg )

0.2 ml

0,3 ml

0,4 ml

0,5 ml

0,6 ml

Sumber: Depkes, 2008

Kemudian anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan

klinin pada 4 dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu

Page 9: Tugas Ibu Tuti.........!!

meminum obat malaria secara oral dan jangan  memberikan suntikan kina

sampai dengan lebih dari 1 minggu dan pada risiko rendah jangan berikan

pada anak usia kurang dari 4 bulan.

2. Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan

dosis sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin +

primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk

anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak <12 bulan).

Tabel 8.7 Pemberian Obat anti Malaria Oral

Klorokuin (beri selama

3 hari) Primkuin

Sulfadoksin +

primakuin

Kina

Umur atau berat badan

Tablet ( 150 mg basa ) Tablet ( 15 mg basa )

Tablet ( 500 mg

sulfadoksin 25

mg

primetamin)

Tablet 100 mg

Hari 1 hari 2 hari 3 3 hari selama 7 hari

2-12 bulan (4-<10

kg)

1-5 tahun (10-<19

kg)

½ ½ ½

1 1 ½ ¾ ¾

10 mg per umur (bulan

)dibagi menjadi 3 dosis

selama 7 hari

Sumber: Depkes, 2008

3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah

pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah

maka ulangi pemberian klorokuin.

4. Pemberian antibiotik yang sesuai.

5. Mencegah penurunan kadar gula darah.

6. Pemberian parasetamol apabila terjadi demam tinggi (≥ 38,5 derajat celcius).

Tabel 8.8 Dosis Pemberian Parasetamol

Umur atau berat badan Tablet (500 mg) Tablet 100 mg Sirup 120 mg/5 ml

2-6 bulan ( 4-<7 kg )

6 bulan-3 tahun ( 7-<14 kg )

3-5 tahun ( 14-<19 kg )

1/8

¼

½

½

1

2

2,5 ( ½ sendok teh )

5 ml ( 1 sendok teh )

7,5 ml ( 1 ½ sendok teh )

Sumber: Depkes, 2008

Page 10: Tugas Ibu Tuti.........!!

e. Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut apabila

campak dijumpai dengan komplikasi berat, maka tindakannya adalah  pemberian

vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin, atau kloramfenikol apabila

dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian parasetamol dianjurkan jika disertai

demma tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata

dan mulut ditambahkan dengan pemberian gentian violet, jika hanya campak saja tidak

ditemukan penyakit atau komplikasi lain, maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

Tabel 8.9 Dosis Pemberian Vitamin A.

Umur Kapsul vitamin A Kapsul vitamin A

200.000 IU 100.000 IU

6-12 bulan

1-5 tahun

½ kapsul

1 kapsul

1 kapsul

2 kapsul

Sumber: Depkes, 2008

f. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Pada demam berdarah dengue, tindakan yang dapat dilakukan antara lain

apabila ditemukan syok, maka segera diberi cairan intravena, pertahankan kadar gula

darah. Bila dijumpai demam tingg , maka berikan parasetamol dan caira atau oralit bila

dilakukan rujukan selama perjalanan.

Ketentuan pemberian cairan pra-rujukan pada demam berdarah.

1. Berikan cairan ringer laktat, jika memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam

ringer laktat melalui intravena atau apabila tidak berikan oralit atau cairan per

oral selama perjalanan.

2. Apabila tidak ad, berikan cairan NaCl 10-20 ml/kgBB/30menit.

3. Pantau selama setelah 30 menit dan bila nadi teraba, berikan cairan intravena

dengan tetesan 10 ml/kgBB dalam 1 jam. Apabila nadi tidak teraba berikan

cairan dengan tetesan 15-20 ml/kgBB dalam 1 jam.

g. Klasifikasi Masalah Telinga

Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telinga dapat dilakukan

antara lain dengan memberikan dosis pertama untuk antibiotik yang sesuai.

Parasetamol dapat diberikan apabila dijumpai demam tinggi, apabila ada ifeksi akut

Page 11: Tugas Ibu Tuti.........!!

pada telinga, maka pengobatan sama seperti mastoiditis krnis ditambah dengan

mengeringkan telinga dengan kain penyerap.

h. Klasfikasi Status Gizi

Pada klasifikasi status gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A.

Apabila anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan dijumpai adanya

anemia maka dapat dilakukan pemberian tablet zat besi dan apabila daerah risiko tinggi

malaria dapat diberikan anti malaria oral dan pirantel pamoat hanya diberikan untuk

anak usia 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta

hasil pemeriksaan tinja positif.

Tabel 8.10 Dosis Pemberian Zat Besi

Umur atau berat badan

Tablet besi/folat sulfas

ferous 200 mg + 250 mg

folat ( 60 mg elemental

iron) diberikan 3 kali

sehari

Sirup besi sulfat ferosus 150 ml

( 30 mg elemental iron per 5 ml )

diberikan 3 kali sehari

6-12 bulan ( 6-<10 kg )

1-5 tahun ( 10-<19 kg )

¼ tablet

½ tablet

2,5 ml ( ½ sendok teh )

5 ml ( 1 sendok teh )

Sumber: Depkes, 2008

Tabel 8.11 Dosis Pemberian Pirantel Pamoat

Umur atau berat badan Pirantel pamoat ( 125 mg/tablet ) dosis tunggal

4-9 bulan ( 6-<8 kg )

9 bulan-1 tahun ( 8-<10 kg )

1-3 tahun ( 10-<14 kg )

3-5 tahun ( 14-<19 kg )

½ tablet

¾ tablet

1 tablet

1 ½ tablet

Sumber: Depkes, 2008

E. Pemberian Konseling

Pada pemberian konseling yang dilakukan pada manajemen terpadu balita sakit

umur bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tenteng :

a. Konseling Pemberian Makan Pada Anak1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak dengan

menanyakan cara meneteki anak, beberapa sekali sehari apakah pada

malam hari juga menetek, kemudian apakah anak mendapatkan makanan

Page 12: Tugas Ibu Tuti.........!!

dan minuman lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat

rendah menanyakan berapa banyak makanan dan minuman yang

diberikan pada anak, apakah anak mendapat makanan sendiri dan

bagaimana caranya, apakah selama sakit makanan diubah dan lain-lain.

2. Menganjurkan cara pemberian makanan pada ibu antara lain :

a. Umur sampai 4 caranya : berikan ASI sesuai keinginan anak paling

sedikit 8 kali. Jangan diberikan makanan selain ASI

b. Umur 4-6 bulan caranya : berikan ASI sesuai dengan keinginan

anak paling sedikit 8 kali, berikan makanan pendamping ASI 2 kali

sehari tiap kali 2 sendok, pemberiannya setelah pemberian ASI,

makanan pendamping dapat seperti bubur tim ditambah kuning

telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi

atau wortel atau bayam atau kacang hiju atau santan atau minyak.

c. Umur 6-12 bulan caranya : berikan ASI sesuai dengan keinginan

anak, berikan bubur nasi tambah telur atau ayam atau ikan atau

tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau

kacang hiju atau santan atau minyak diberikan 3 kali dengan

ketentuan : pada umur 6 bulan diberikan 6 sendok makan, umur 7

bulan diberikan 7 sendok makan, umur 8 bulan diberikan 8

sendok makan, umur 9 bulan diberikan 9 sendok makan, umur 10

bulan diberikan 10 sendok makan dan diberikan makanan

selingan 2 kali seperti kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan

lainnya.

d. Umur 12-24 bulan caranya : berikan ASI sesuai dengan keinginan

anak, berikan nasi lembek ditambah dengan telur atau ayam atau

ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam

atau kacang hiju atau santan atau minyak berikan makanan

tersebut 3 kali sehari dan juga berikan makanan selingan 2 kali

sehari seperti kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan lain-lain.

e. Umur 2 tahun caranya : berikan makanan yang dimakan oleh

keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi lauk pauk sayur dan

buah, berikan makanan yang bergizi sebagai selingan 2 kail sehari

Page 13: Tugas Ibu Tuti.........!!

seperti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari, dan berikan makanan

selingan diantara waktu makan pokok.

f. Apabila bayi umur kurang 4 bulan dan mendapatkan makanan

selain ASI maka berikan motivasi terhadap kepercayaan bahwa ibu

mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan anak dan anjurkan

untuk sering memberikan ASI.

g. Apabila ibu menggunakan botol dalam pemberian susu maka

anjurkan untuk menggantikan botol dengan gelas atau cangkir.

h. Apabila anak tidak diberi makanan secara aktif maka nasihati ibu

agar duduk disamping anak dan memujuk sepaya mau makan serta

mengamati apa yang disukai anak dengan mempertimbangkan tentang

makanan yang diperbolehkan.

i. Apabila anak tidak diberi makanan yang baik selama sakit maka

nasehati ibu untuk memberi ASI lebih sering dan lebih lama serta

memberikan makanan secara variasi dan berikan dalam porsi

sedikit tapi sering.

b. Konseling Pemberian Cairan Selama Sakit

Pada konseling ini khususnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar memberikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebutuhan cairan seperti memberikan kuah sayur, air tajin atau air matang.

c. Konseling Kunjungan Uang

Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan pada ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda - tanda dari klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera kepetugas kesehatan. Pada klasifikasi pneumonia, disentri, malaria, demam berdarah, campak atau demam lakukan kunjungan setelah 2 hari dan apabila ada anemia maka kujungan dapat dilakukan setelah 4 minggu kemudian apabila berat badan menurun kunjungannya adalah setelah 4 minggu.

F. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut

a. Pneumonia

Pemberian tindak lanjut pada pneumonia dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan peneriksaan tentang tanda adanya gejala pneumonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada kedalam maka berikan 1 dosis antibiotik pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segera lakukan rujukan,

Page 14: Tugas Ibu Tuti.........!!

namun apabila ferkuensi napas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotik kedua, kemudian apabila napas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotik sampai dengan 5 hari.

b. Diare Persisten

Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesuai 5 hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka anjurkan memberi makan sesuai dengan umur anak.

c. Disentri

Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi tenteng tanda disentri apabia anak masih mengalami dehidrasi maka lakukan tindakan sesuai dengan tindakan dehidrasi berdasarkan derajatnya maka tetapi apabila frekuensi berat, jumlah darah dalam tinja atau nafsu makan tetap atau memburuk maka gantilah antibiotik oral pilihan kedua untuk shigela dan berikan seama 5 hari, kemudian apabila beratnya berkurang, jumlah darah dalam tinja berkurang dan nafsu makan membaik maka lanjutkan perbaikan antibiotik pemberian antibiotik yang sama hingga selesai.

d. Resiko Malaria

Pelayanan tindak lanjut pada risiko malaria dilakukan sesudah 2 hari, apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut, apabila ditemukan tanda bahaya umum atau kaku maka lakukan tindakan sesuai dengan prosap yang ada, apabila ada malaria merupakan penyebab demam maka perisakan sediakan darah, apabila positif untuk falciparum atau ada infeksi campuran maka berikan anti malaria oral pilihan kedua jika tetap demam lakukan rujukan, apabila positif untuk vivax berikan klorokuin untuk 3 hari ditambah dengan primakuin ¼ tablet per hari selama 5 hari dan apabila pemeriksaan negatif dilakukan pemeriksaan lainnya.

e. Campak

Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memperhatikn tentang gejala yang pernah dimilikinya, apabia mata masih bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar maka lakuakan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar dan apabila sudah tidak bernanah akan tetapi tampak merah maka lakukan pengobatan lanjutan, kemudian didaerah mulut apabila masih didapatkan luka dan daunya tercium busuk maka lakukan rujukan dan apabila keadaan mulai membaik maka lanjukan pengobatan dengan gentian violet 0,25% sampai 5 hari.

f. Demam Berdarah Dengue

Page 15: Tugas Ibu Tuti.........!!

Pada klasifikasi demam berdarah dengue pelaynan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evluasi tanda dan gejala yang ada, apabila ditemukan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesuai dengan pedoman tindakan pada pehyakit demam berdarah dengan penyakit yang berat, akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masih ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

g. Masalah Telinga

Pada pelayanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan mengevaluasi tanda dan gejala yang ada, apabila pada waktu kunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan, dan apabila masih terdapat nyeri dan keluar cairan atau nanah maka lakukan pengobatan antibiotik selama 5 hari dengan mengeringkan bagian telinga, apabila terdapat infeksi yang kronis maka evaluasi kepada keluarga cara mengerikan telinga apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara mengeringkannya, kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotik sampai habis.

Page 16: Tugas Ibu Tuti.........!!

Gambar 8.2

Bagan HTBS Umur 2 Bulan sampai dengan 5 Tahun, Dikuti dari Depkes RI Tahun 2008

Petunjuk Penilaian Kunjungan Pertama pada MTBS umur 2 Bulan – 5 Tahun :

TANYAKAN KELUHAN UTAMA:

Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas ?

MEMBERIKSA TANDA – TANDA BAHAYA UMUM :

Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penangan segera,selesaikan penilaian ini dan lakukan penangan segera, sehingga rujukan tidak akan terlambat

Tanyakan : Lihat:

Apakah anak bisa minum atau menetek? Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? Apakah anak menderita kejang? Apakah anak tampak letargis atau sadar?

Umur Anak : Napas cepat apabila: 2 Bulan – 12 Bulan 50 kali atau lebih per menit

12 Bulan – 3 Tahun 40 kali atau lebih per menit

Jika Ya Lihat, dengar klasifikasi

Tanyakan : Berapa lama?

Hitung pernapasan dalam 1 menit

Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam

Lihat dan dengar adanya stridor

Batuk atau sukar bernafas

Page 17: Tugas Ibu Tuti.........!!

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN

Ada tanda bahaya umum

Tarikan dada kedalam

stridor

PNEUMONIA BERAT dan PENYAKIT SANGAT BERAT

Beri bosis pertama antibiotik yang sesuai

Rujuk segera

Nafas cepat

PNEUMONIA Beri antibiotik yang sesuai selama 5 hari

Beri pelega dan peleda batuk yang aman

Nasehati ibu kapan harus kembali segera

Kunjungan ulang setelah 2 hari

Tidak ada tanda-tanda bahaya pneumonia atau penyakit sangat berat

BATUK BUKAN PNEMONIA

Jika batuk lebih 30 hari rujuk untuk pemeriksan lanjut

Beri pelega tenggorokan dan peleda batuk yang aman

Nasehati ibu kapan harus kembli segera

Kunjungi ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan

Page 18: Tugas Ibu Tuti.........!!

Apa anak menderita diare ?

Jika Ya, Tanyakan : Lihat, raba

Sudah berapa lama ?

Apakah beraknya berbarah (apakah ada darah dalam tinja)

Lihat keadaan umum anak apakah anak letargis atau tidak sadar ? gelisa, rewel atau mudah marah ?

Lihat apakah matanya cekung?

Beri anak minum, apakah anak bisa minum atau malas minum? Haus, minum dengan lahap?

Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor, apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Apakah anak demam ?

(pada anamnesis atau teraba panas atau suhu 37,5 derajat celcius atau lebih)

Jika Ya, Temukan daerah risiko malaria, resikp tinggi, risiko rendah atau tanpa risiko malaria Jika daerah risiko malaria atau tanpa malaria tanyakan :

Apakah anak dibawah berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir ? jika ya apakah dari daerah risiko tinggi atau risiko rendah malaria?

Dan jika diare 14 hari atau lebih

Untuk dehidrasi

Klasifikasikan DIARE

Terdapat dua atau lebih dari tanda berikut:

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

DEHIDRASI BERAT

Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya maka berikan cairan untuk dehidrasi berat (recana terapi C lihat lampiran)

Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya segera rujuk dan selama dalam perjalanan mintakkan ibu agar terus memberikan

Terdapat dua atau lebih dari tanda berikut :

Gelisa, rewel, mudah marah

Mata cekung

Haus, minum dengan lahap

Cubitan kulit perut kembalinya lambat

DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B lihat rampiran

Jika anak juga mempunyai berat lainnya rujuk segera kerumah sakit dan mintak ibu agar tetap memberikan oralit serta anjurkan untuk tetap memberi ASI

Nasehati ibu kapan harus segera kembali

Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan

Tidak cukup tanda – tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/se

TANPA DEHIDRASI

Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A lihat lampiran

Nasihati ibu tentang kapan harus segera kembali

Kunjungn

DAERAH RESIKO TINGGI MALARIA

Page 19: Tugas Ibu Tuti.........!!

Tanpa risiko malaira

Kemudian tanyakan : Lihat dan raba

Sudah berapa lama anak demam ?

Jika lebih dari 7 hari, apakah demam rerjadi setap hari ?

Apakah anak menderita campak selama 3 bulan terakhir

Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bukan terakhir

Lihat dan raba adanya kaku kuduk

Lihat adanya pliek

Lihat adanya tanda campak:

Ruam merah dikulit yang menyeluruh

Terdapat salah satu gejala berikut batuk pliek, atau mata merah

Lihat adanya luka dimulut, apakah lukanya dalam atau luas?

Lihat apakah kekeruhan pada kornea mata

Klasifikasi DEMAM

Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, klasifikasikan

Risiko rendah malaria

Dan jika dare 14 hari atau lebih

Adanya tanda bahaya umum atau

Kaku kuduk

PENYAKIT DERAT DENGAN DEMAM

Beri dosis pertama kinin untuk malaria berat

Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai

Cegah agar darah tidak turun

Beri dosis pertama parasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Rujuk segera

Demam (pada anamneia atau pada perabahan atau suhu 37,5 derajat atau lebih)

MALARIA Beri obat anti malaria berat

Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai

Cegah agar gula darah tidak turun

Beri dosis pertama parasetamol di klinik demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Ambil sediaan darah

Nasehati ibu kapan harus kembali segera

Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam

Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut

DAERAH RISIKO RENDAH MALARIA

Adanya tanda bahaya unum atau kaku kuduk

PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM

Beri dosis pertama kinin untuk malaria berat

Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai

Cegah agar gula darah tidak turun

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Rujuk segera

Tidak ada pliek dan tidak ada campak dan tidak ada penyebab lain dari demam

Malaria Beri obat anti malaria oral

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Ambil sediaan darah

Nasehati ibu kapan harus kembali segera

Kunjungan ulang setelah 2 hari jika tetap demam

Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut

Ada pliek Ada

campak Ada

penyebab lain dari demam

DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Obat penyebab lain dari demam

Nasehati ibu

DAERAH TANPA RISIKO MALARIADAN TAK ADA KUNJUNGAN KE DAERAH RISIKO MALARIA

Ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk

PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM

Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai

Cegah agar gula dara tidak turun

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Rujuk segera

Tidak ada tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk

DEMAM BUKAN MALARIA

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Obati penyebab lain dari demam

Nasehati ibu kapan harus kembali segera

Kunjungan uang setelah 2 hari jika tetap demam

Jika demam terjadi setiap hari selama lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut

Ada tanda bahaya umum atau kekeruhan pada kornea mata

Luka dimulut yang dalam dan luas

CAMPAK DENGAN KLASIFIKASI DERAT

Beri vitamin A Beri dosis

pertama antibiotik yang sesuai

Jika ada kekeruhanpada kornea atau mata bernanah, buhi salep mata tetrasiklim atau kloramfenikol

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat

Klasifikasikan campak

Page 20: Tugas Ibu Tuti.........!!

Klasifikasikan demam untuk demam derdarah dengue (hanya jika demam kurang dari 7 hari)

Tanyakan :

Apakah anak mengalami pendarahan atau gusi yang berat?

Apakah anak muntah? Jika ya apakah muntah dengan darah atau seperti kopi?

Apakah berak berwarna hitam?

Apakah nyeri uluhati atau anak gelisa?

Lihat dan raba :

Lihat adanya

Pendarahan dari hidung atau gusi yang berat

Binti pendarahan di kulit (petekie), jika ya dan tidak ada tanda lain dari DBD lakukan uji troniquet jika mungkin

Periksa tanda syok :

Ujung eksremitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba

Klasifikasikan demam

DEMAM DERDARAH DENGUE

Ada tanda syok :

Ekstremitas teraba dingin dan nadi remah atau tak teraba atau

Muntah bercampur darah seperti kopi atau

Berak berwarna hitam atau

Pendarahan dari hidung gusi yang berat atau

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Jika syok, segera beri cairan intra petunjuk dalam pemberian cairan pra rujukan untuk damam berdarah dengue

Jika tidak ada syok, beri tambahan cairan atau oralit sebanyak mungkin dalam perjalanan kerumah sakit

Cegah kabar gula darah agar tidak

Nyeri ulu hati atau gelisa atau

Binti pendarahann di kulit dan uji toriquet negatif

MUNGKIN (DBD)

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau lebih)

Nasehati ibu untuk memberikan anaknya lebih banyak minum atau oralit

Nasehati ibu kapan

Tidak ada satupun gejala diatas

DEMAM MUNGKIN BUKAN (DBD)

Obati penyebab lain dari demam

Beri dosis pertama perasetamol di klinik jika demam tinggi (38,5 derajat celcius atau

Page 21: Tugas Ibu Tuti.........!!

Apakah anak mempunyai masalah telinga ?

Jika ya, Tanyakan:

Apakah telinganya sakit?

Adakah cairan/nanah keluar dari telinga?Jika ya berapa lama?

Lihat dan Raba:

Lihat adakah cairan/nanah keluar dari telinga?

Raba, adakah pembemgkakan yang nyeri dibelakang telinga?

Klasifikasikan masalah telinga

Pembengakakn yang nyeri dibelakang telinga

MASTODITIS

Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai

Beri dosis pertama parasetamol diklnik untuk mengatasi nyeri

Rujuk segera

Tampak cairan atau nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari atau

Nyeri telinga

INFEKSI TELINGA AKUT

Beri antibiotik selama 5 hari

Beri parasetamol untuk nyeri

Keringkan telinga dengan kain untuk kertas nenyerap

Tampak cairan atau nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari atau lebih

INFEKSI TELINGA KRONIS

Keringkan telinga dengan kain untuk kertas nenyerap

Kunjungan ulang setelah 5 hari

Tidak ada sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga

TIDAK ADA INFEKSI TELINGA

Tidak perlu tindakan tambahan

Page 22: Tugas Ibu Tuti.........!!

MEMERIKSA MALNUTRISI DAN

ANAMIA

Jadwal imunisasi (dapat menyesuaikan kebijakan ) Umur Jenis Imunisasi 2 Bulan BCG Polio 1 DPT 1 3 Bulan Hb 1 Polio 2 DPT 2 4 Bulan Hb 2 Polio 3 DPT 3 5 Bulan Hb 3 Polio 4 9 Bulan Campak

Jadwal Pemberian Vitamin A : Dosis pertama sebesar 100.000 IU pada umur 6 bulan sempai 1 tahun Dosis berikutnya sebesar 200.000 IU setiap 6 bulan (sampai umur 6 tahun) setiap febuari dan agustus Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis

Lihat dan raba :

Lihat apakah anak tanpak sangat kurus?

Lihat tanda kepucatan pada telapak telinga, apakah sangat pucat, agak pucat?

Lihat dan raba adanya pembengkakan dikedua kaki?

Bandingkan berat badan menurut umur?

Klasifikasikan status gizi

Badan tanpak sangat kurus atau

Bengkak pada kedua kaki atau

Telapak tangan sangat pucak

GIZI BURUK DAN ATAU ANEMIA BERAT

Beri vitamin A apabila anak tanpak sangat kurus dan atau bengkak pada kedua kaki

Rujuk segera

Telapak tangan agak pucat atau

Berat badan menurut umur sangat rendah (bawah garis merah : BGM)

BGM dan ANEMIA

Lakukan penilaian tentang cara pemberian makan pada anak dan nasehati ibu tentang cara pemberian makan pada anak dan bila ada masalah pemberian makan

Jika anemia, beri zat besi dan jika didaerah dengan resiko tinggi malaria beri anti malaria oral dan beri pirantel pamoan (hanya jika anak berusia 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberi dalam waktu 6 bulan terakhir, serta hasil pemeriksaan tinja positif) dan kunjungan ulang setelah 4 minggu

Nasehati ibu kapan harus kembali segera

Jika BGM, kunjungan ulang setelah 4 minggu

Beri badan menurut umur tidak BGM dan tidak ditemukan tahda lain dari malnutrisi dan anemia

TIDAK BGM DAN TIDAK ANEMIA

Jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian tentang cara pemberian makan pada anak dan nasehati ibu

Jika ada masalah pemberian makan kunjungan langsung setelah 5 hari

Nasehati kapan harus kembali segera

Page 23: Tugas Ibu Tuti.........!!

MENIAI MASALAH LAIN / KELUHAN LAIN

G. Status Gizi

Pelaksanaan pelayanan tindak lanjut pada anak dengan masalah status gizi ini dilakukan setelah 5 hari dengan mengevaluasi terhadap masalah pemberian makanan apabila ditemukan masalah tentang pemberian makan maka lakukan evaluasi cara pemberian makan, kemudian apabila ditemukan masalah pada anak dengan anemia maka masalah zat besi untuk 4 minggu berikutnya, dan apabila masih pucat sesudah 8 minggu maka lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kemudian apabila ditemukan anak dengan masalah berat di bawah garis merah pada perhitungan berdasarkan umur maka lakukan pelayanan tindak lanjut sesudah 4 minggu dengan mengevaluasi, apabila ditemukan berat badan masih bawah garis merah maka nasehati ibu tentang pemberian makan serta ajarkan cara menyediakannya.

H. Proses Manajemen Kasus

Proses manajemen kasus disajikan dlam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah –

langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :

1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.

Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

2.   Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.

Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan

penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu kategori atau klasifikasi

untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi

merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan  sebagai diagnose spesifik

penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan

klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara

memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.

3. Memberi konseling bagi ibu.

Page 24: Tugas Ibu Tuti.........!!

Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak,

member anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa

anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.

4. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak

lanjut.

Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi,

menentukan tindakan dan member pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur

kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada

bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak

berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan  tindak lanjut

berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :

a.       Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit ( selain

dokter, petugas kesehatan non dokter, dapat pula memeriksa danmenangani pasien apabila

sudah dilatih ).

b.      Memperbaiki system kesehatan ( perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan

dalam 1 kali pemeriksaan MTBS )

c.       Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya

pencarian pertolongan kasus balita sakit ( meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

pelayanan kesehatan ).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang

mengalami saki, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas

pelayanan kesehatan anak. Bentuk ini sebagai salah satu yang efektif untuk menurunkan

angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak, mengingat bentuk pengelolaan ini dapat

dilakukan pada pelayanan tingkat pertama seperti di unit rawat jalan, puskesmas, polindes ,

Page 25: Tugas Ibu Tuti.........!!

dan lain – lain. Bentuk manajemen ini di laksanakan secara terpadu tidak terpisah, dikatakan

terpadu karena bentuk pengelolaan dilakukan secara bersama dan penanganan kasus tidak

terpisah – pisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian

imunisasi, pencegahan penyakit, serta promosi untuk tumbuh kembang.

B. Saran Pada kesempatan ini penyusun akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan

masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keprawatan anak yang

akan datang, diantaranya :

1. Dalam melakukan keperawatan anak, perawat mengetahui atau mengerti tentang

manajemen terpadu balita sakit, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan

yang baik dengan klien dan keluarga.

2. Dalam rangka mengatasi masalah keperawatan anak dengan manajemen terpadu balita

sakit maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien

yang berhubungan dengan anak.