238712041 Temporal Arteritis Headache Christiervina Clarissatheodora (1)
ANALISIS TEMPORAL VEGETATION HEALTH INDEX (VHI) … · 1 Hasil olah data observasi CH (mm) dan T...
-
Upload
truongkhue -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of ANALISIS TEMPORAL VEGETATION HEALTH INDEX (VHI) … · 1 Hasil olah data observasi CH (mm) dan T...
ANALISIS TEMPORAL VEGETATION HEALTH INDEX (VHI)
UNTUK KEKERINGAN LAHAN PERSAWAHAN
(STUDI KASUS KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT)
LINDA YULIYANTI
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Temporal Vegetation
Health Index (VHI) untuk Kekeringan Lahan Persawahan (Studi Kasus Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Linda Yuliyanti
NIM G24100064
ABSTRAK
LINDA YULIYANTI. Analisis Temporal Vegetation Health Index (VHI) untuk
Kekeringan Lahan Persawahan (Studi Kasus Kabupaten Indramayu, Jawa Barat).
Dibimbing oleh YON SUGIARTO DAN PARWATI.
Kekeringan pertanian berhubungan dengan kekurangan kandungan air di dalam
tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tersebut. Kekeringan ini
dapat dianalisis dengan menggunakan indeks yang berbasis kondisi vegetasi (Vegetation
Health Index (VHI)). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis indeks kekeringan lahan
persawahan menggunakan VHI pada bulan kering (JJAS) dengan metode Kogan,
menduga hubungan antara TCI dengan unsur iklim, serta melakukan analisis keterkaitan
antara kekeringan lahan persawahan dengan produktivitas padi. VHI diperoleh dari
indeks TCI (Temperature Condition Index) dan VCI (Vegetation Condition Index) yang
dikorelasikan dengan data iklim lapang (suhu dan curah hujan) sedangkan VHI dengan
data luas kekeringan.
Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan bulanan antara 0-358 mm dan rata-
rata suhu udara bulanan antara 260C -28.3
0C. Kecamatan Krangkeng, Kandanghaur,
Indramayu dan Karangampel tercatat memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap
kekeringan selama periode 2009-2013. Persentase indeks VHI dan kejadian kekeringan
yang tinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus sedangkan secara temporal terjadi pada
tahun 2012. Hasil indeks TCI memiliki koefisien determinan (R2) sebesar 0.230
terhadap curah hujan dan 0.117 terhadap suhu udara. Berdasarkan persentase nilai VHI
(<=40), kekeringan lahan persawahan dapat mempengaruhi produktivitas padi.
Produktivitas padi terendah terjadi pada tahun 2010 untuk Kecamatan Krangkeng,
Kandanghaur serta Karangampel dan tahun 2012 untuk kecamatan Indramayu.
Kata kunci: Kekeringan pertanian, VHI, TCI , VCI, Produktivitas Padi.
ABSTRACT
LINDA YULIYANTI. Analysis Temporal of Vegetation Health Index to Field Drought
(Case Study Indramayu District, West Java). Supervised by YON SUGIARTO AND
PARWATI.
Agricultural drought related to determine of water table so can’t be able to fill
crop necessary. Agricultural drought can be analyzed by using an index based on the
condition of vegetation (Vegetation Health Index (VHI)). The purpose of this research
to analyze the drought index fields using the VHI in the dry months (JJAS) with Kogan
method, suspect the relationship between TCI with elements of the climate, as well as to
analysis the relationship between VHI and rice productivity. VHI is obtained by
Temperature Condition Index (TCI) and Vegetation Condition Index (VCI) which will
be corelated with climate data (temperature and precipitation) while VHI by extensive
data drought.
Indramayu district have characteristic to average precipitation month revolve 0-
358 mm and temperature of average month 260C-28.3
0C. District Krangkeng,
Kandanghaur, Indramayu and Karangampel have the langest sensivity of drought in
period 2009-2013. Percentage of VHI index is quite high with a high incidence of
drought, happened in July and August as well as with temporal in 2012. Results of TCI
index has determinant coefficient (R2) of 0.230 with rainfall and 0.117 with the air
temperature. Based on percentage VHI (<=40), drought factors can affect the
productivity of rice. The lowest productivity, districts Krangkeng, Kandanghaur and
Karangampel in 2010 and in 2012 for Indramayu district.
Keywords : Agricultural drought, VHI, TCI, VCI, Rice Productivity.
ANALISIS TEMPORAL VEGETATION HEALTH INDEX (VHI)
UNTUK KEKERINGAN LAHAN PERSAWAHAN
(STUDI KASUS KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT)
LINDA YULIYANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Penelitian : Analisis Temporal Vegetation Health Index (VHI) untuk
Kekeringan Lahan Persawahan. Studi Kasus Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Linda Yuliyanti
NIM : G24100064
Disetujui oleh
Yon Sugiarto SSi MSc Parwati SSi MSc
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Tania June MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan dari Januari sampai April 2014 ini adalah kekeringan lahan persawahan,
dengan judul “Analisis Temporal Vegetation Health Index (VHI) untuk Kekeringan
Lahan Persawahan. Studi kasus Kabupaten Indramayu, Jawa Barat”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Yon Sugiarto sebagai pembimbing I
dan Ibu Parwati dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional sebagai
pembimbing II serta bapak Ferdinan sebagai penguji tugas akhir. Disamping itu
penghargaan penulis sampaikan kepada Anggie Anggawa dan keluarga, Bapak Rasdi
dari Balai Besar Penelitian Padi, Ibu Ir. Hj Alih dan Ibu Heni dari Laboratorium
Kabupaten Indramayu, Bapak Budi dan staf dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu,
Ibu dan bapak staf dari Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Indramayu serta
Bapak Heri dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Indramayu yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada
ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga serta teman-teman Geofisika dan Meteorologi 47
atas doa dan semangat yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2014
Linda Yuliyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
iii
PENDAHULUAN ii
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
BAHAN DAN METODE 2
Tempat dan Waktu 2
Alat dan Bahan 2
Metode Penelitian 3
Pengolahan Data MODIS 3
Pengolahan VHI dengan Verifikasi Luas Kekeringan 4
Analisis Keterkaitan Kekeringan Lahan Persawahan dengan Produktivitas Padi 4
Diagram Alir Metodologi 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hubungan antara TCI dengan Unsur Iklim (Suhu Udara dan Curah Hujan) 5
Analisis VHI dengan Luas Kekeringan 8
Pola Kekeringan di Kecamatan Krangkeng 9
Pola Kekeringan di Kecamatan Kandanghaur 11
Pola Kekeringan di Kecamatan Indramayu 12
Pola Kekeringan di Kecamatan Karangampel 13
Analisis Keterkaitan Kekeringan Lahan Persawahan dengan Produktivitas Padi 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil olah data observasi CH (mm) dan T (0C) Kabupaten Indramayu tahun 1980-
2013 8
2 Hasil VHI dan luas kekeringan total 4 kecamatan (Krangkeng, Kandanghaur,
Indramayu, dan Karangampel) 14
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir metodologi 5
2 Hubungan indeks TCI dan CH rata-rata bulanan (mm) Kabupaten Indramayu 6
ii
3 Pola hubungan indeks TCI dan CH rata-rata bulanan (mm) Kabupaten Indramayu 6
4 Hubungan indeks TCI dan T rata-rata bulanan (0C) Kabupaten Indramayu 7
5 Pola hubungan indeks TCI dan T rata-rata bulanan (mm) Kabupaten Indramayu 7
6 Hasil persentase VHI<=40 Kabupaten Indramayu (level kecamatan) 8
7 Luas kekeringan (Ha) Kabupaten Indramayu (level kecamatan) 9
8 Pola VHI dan luas kekeringan Kecamatan Krangkeng 9
9 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Krangkeng 9
10 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Krangkeng 10
11 Pola VHI dan luas kekeringan Kecamatan Kandanghaur 11
12 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Kandanghaur 11
13 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Kandanghaur 11
14 Pola VHI dan luas kekeringan Kecamatan Indramayu 12
15 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Indramayu 12
16 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Indramayu 12
17 Pola VHI dan Luas Kekeringan Kecamatan Karangampel 13
18 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Karangampel 13
19 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Karangampel 14
20 Pola hubungan persentase total VHI <=40 dan luas kekeringan total (Ha) 15
21 Hubungan persentase VHI <=40 dan luas kekeringan total (Ha) 15
22 Produktivitas padi per hektar untuk empat kecamatan 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai TCI dan suhu udara Kabupaten Indramayu Januari 2009-Desember 2013 20
2 Nilai TCI dan curah hujan Kabupaten Indramayu Januari 2009-Desember 2013 20
3 Persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Krangkeng JJAS 2009-2013 21
4 Persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Kandanghaur JJAS 2009-2013 21
5 Persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Indramayu JJAS 2009-2013 21
6 Persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Karangampel JJAS 2009-2013 22
7 Produktivitas padi per kecamatan tahun 2009-2012 22
8 VHI dan luas kekeringan kelas ringan periode JJAS 2009-2013 23
9 VHI dan luas kekeringan kelas sedang periode JJAS 2009-2013 24
10 VHI dan luas kekeringan kelas total periode JJAS 2009-2013 24
11 VHI dan luas kekeringan kelas berat Kecamatan Indramayu JJAS 2009-2013 26
12 VHI dan luas kekeringan kelas puso Kecamatan Kandanghaur periode JJAS
2009-2013 26
13 Stasiun titik hujan Kabupaten Indramayu 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekeringan sangat berkaitan dengan kekurangan ketersediaan air. Menurut
Jayaseelan (2001), jenis kekeringan terbagi menjadi 3 yaitu kekeringan meterologis,
kekeringan pertanian dan kekeringan hidrologis. Kekeringan meteorologis ini berkaitan
dengan tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim. Kekeringan
meteorologis juga berkaitan dengan unsur iklim seperti temperatur yang tinggi, angin
kencang, kelembaban udara rendah, sinar matahari yang lebih kuat, dan tutupan awan
sedikit sehingga meningkatnya evaporasi dan transpirasi. Sedangkan kekeringan
pertanian biasanya terjadi setelah kekeringan meteorologis yaitu berhubungan dengan
kekurangan kandungan air di dalam tanah dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya
biomassa dan jumlah tanaman. Untuk kekeringan hidrologis berhubungan dengan
kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah seperti berkurangnya aliran sungai
atau inflow ke reservoir.
Kajian kekeringan pertanian berhubungan dengan kesetimbangan air pada siklus
tanaman. Indeks kekeringan merupakan salah satu cara atau sistem monitoring
kekeringan yang dapat menghasilkan peringatan dini akan terjadinya atau berakhirnya
suatu fenomena kekeringan. Oleh karena itu data indeks kekeringan yang menerangkan
tentang variasi temporal dan spasial sangat cocok untuk monitoring kekeringan.
Terdapat 3 parameter yang dapat digunakan untuk menganalisis kekeringan pertanian
yaitu curah hujan, kondisi vegetasi, dan kelembaban tanah (Kogan 1990).
Satelit penginderaan jauh telah lama digunakan yaitu sejak tahun 1991 dalam hal
monitoring kekeringan untuk memperoleh indeks kekeringan atau suhu permukaan
tanah (Irawan 2006). Umumnya indeks vegetasi merupakan indikator yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kehijauan dan kondisi suatu tanaman. Indeks vegetasi dapat
diintegrasikan untuk mencerminkan kondisi kekeringan di suatu lahan pertanian (Hung
and Yasouka 2005). Sedangkan LST untuk daerah tropis merupakan indikator untuk
mengetahui besarnya panas yang dikeluarkan oleh suatu permukaan berkaitan dengan
proses evaporasi dan transpirasi sehingga didapatkan suhu permukaan. Salah satu data
satelit yang mampu secara spektral menghasilkan parameter indeks vegetasi atau suhu
permukaan adalah data MODIS Terra. Data MODIS tersebut mempunyai kemampuan
yang baik secara spasial dan temporal dalam memonitoring kejadian kekeringan serta
beresolusi harian (Wang, W and Li, X 2004).
Salah satu indeks untuk kekeringan pertanian yang berbasis kondisi vegetasi yaitu
Vegetation Health Index (VHI). VHI ini didapatkan dari Vegetation Condition Index
(VCI) dan Temperature Condition Index (TCI) yang telah diketahui lebih efektif
daripada indeks lain dalam monitoring kekeringan pertanian (Kogan 1995). VHI
mempresentasikan kesehatan tanaman yang ditemukan oleh Kogan. Metode ini telah
diaplikasikan pada beberapa negara diantaranya USA, Kazakhstan atau Israel, Poland,
Africa, Argentina, Mongolia, China, dan India (Kogan 1998). Di Indonesia, penelitian
sebelumnya telah dilakukan oleh (Sofan 2008) dengan hasil VHI yang berkorelasi
dengan kelembaban tanah dengan nilai R2
sebesar 0.84 untuk kondisi Pulau Jawa, serta
(Daruati 2012) dengan hasil pengolahan data spasial menggunakan model VCI dan
2
Temperature Vegetation Index (TVI) untuk wilayah Pulau Jawa memberikan hasil
kekeringan berhubungan dengan kondisi fisik wilayah, curah hujan, kemiringan lereng,
drainase tanah, wilayah irigasi serta geomorfologi. Namun hasil indeks VHI belum
dikaitkan (korelasi) dengan data kekeringan lapang begitu juga dengan TCI dan VCI
belum dikaitkan (korelasi) dengan data unsur iklim (curah hujan dan suhu udara). Data
kekeringan lapang tersebut dipublikasikan oleh Dinas Pertanian dengan cara
pengambilan data sampling hingga pada level kecamatan.
Pulau Jawa khususnya Jawa Barat dikenal sebagai sentral produksi pertanian.
Produksi tersebut lebih banyak dihasilkan pada daerah Pantura (Pantai Utara Pulau
Jawa) khususnya Indramayu (BPS 2009). Sehingga kekeringan lahan pertanian di
daerah kajian ini khususnya dalam tingkat kecamatan menjadi faktor penting dalam
analisis terhadap produktivitas padi tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis indeks kekeringan lahan
persawahan menggunakan VHI pada bulan kering (Juni-Juli-Agustus-September
(JJAS)), menduga hubungan antara TCI dengan unsur iklim lapang yaitu suhu udara dan
curah hujan, serta melakukan analisis keterkaitan antara kekeringan lahan persawahan
dengan produktivitas padi.
Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian kekeringan pertanian
sebagai monitoring kekeringan pada bulan-bulan kering untuk analisis terhadap
produktivitas padi khususnya wilayah Indramayu.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan wilayah kajian Kabupaten Indramayu dengan waktu
pelaksanaan pada bulan Januari hingga April 2014.
Alat dan Bahan
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data MODIS TERRA 8 harian,
Lahan baku sawah dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), batas
administrasi (Pulau Jawa, Kabupaten Indramayu, Kecamatan Kabupaten Indramayu)
dari Badan Informasi Geospasial (BIG), data unsur iklim Kabupaten Indramayu (curah
hujan dan suhu udara bulanan untuk tahun 1980-2013) dari Dinas Pekerjaan Umum
(PU) dan Balai Besar Penelitian Padi (Sukamandi, Subang), data luas lahan kekeringan
persawahan per kecamatan 2009-2013 dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, serta
data produktivitas padi dari BPS dan BAPPEDA Kabupaten Indramayu. Sedangkan alat
yang digunakan yaitu Er Mapper 7.1, Program MRT dan Ovcit, Microsoft Office 2007
(Ms.word dan Ms.excel), serta Arc View.
3
Metode Penelitian
Pengolahan Data MODIS
Data MODIS yang digunakan adalah data MODIS level 2 dengan periode 8 harian
selama bulan Januari hingga Desember tahun 2009-2013. Data MODIS tersebut
diperoleh dari NASA yang merupakan MODIS reflektan MOD09Q1 dan MOD09A1.
Indeks Vegetasi (IV) diperoleh dengan formula EVI (Enhance Vegetation Index) pada
rumus 1 (Huete et al 2002).
EVI = 2.5 * (p2-p1) / (1+p2+6*p1-7.5*p3) (1)
dengan keterangan p1,2,3 = reflektansi kanal Red, NIR dan Blue
Nilai EVI tersebut dapat digunakan untuk nilai EVI bebas awan dengan inisial nama
EVA. Informasi temperature atau panas permukaan dapat diperoleh dari NASA yaitu
produk data MODIS level 2 periode 8 harian (MOD11A2). Secara prinsip Land Surface
Temperature (LST) dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :
LST = T31 +1.02 +1.79*delta T2 + (34.83 – 0.68WV)*(1-e) + (5.19*WV –
73.27)*delta e – 273)
dengan keterangan :
T31,32 : Suhu kecerahan kanal 31 dan 32 MODIS
Delta T : T31 – T32
WV : water vapour
E : 0.971-0.018 *fv2 adalah emisivitas rata-rata permukaan
Delta e : [0.006*(1-fv)2
Fv : (EVI – EVI Min) /(EVI Max – EVI Min) adalah fraksi vegetasi, dengan
EVI Min merupakan nilai EVI minimum dan EVI Max merupakan
nilai EVI Maksimum
LST dan EVA kemudian dijadikan rerata LST dan EVA bulanan. Nilai rerata LST
digunakan untuk memperoleh Temperature Condition Index (TCI) pada rumus 2
(Kogan 1990).
TCI = (Tmax- LST bulanan) / (Tmax-Tmin) (2)
Tmax dan T min didapatkan dari Tmax dan T min tahun 2007-2008
dengan 5 klasifikasi berdasarkan nilai TCI yaitu
1. TCI <= 10 : Sangat Tinggi
2. 10<TCI<=20 : Tinggi
3. 20<TCI<=30 : Sedang
4. 30<TCI<=40 : Ringan
5. TCI > 40 : Tidak Kering
4
TCI ini memiliki periode bulanan dan dikorelasikan dengan data unsur iklim
(suhu udara dan curah hujan). Untuk data suhu udara diperoleh dari Balai Besar
Penelitian Padi Subang, Jawa Barat dan curah hujan diperoleh dari Dinas Pekerjaan
Umum (PU) Kabupaten Indramayu. Nilai Vegetation Condition Index (VCI) diperoleh
dari hasil EVA pada rumus 3 (Kogan 1990).
VCI = (EVA bulanan– EVA min) / (EVA max- EVA min) (3)
EVA max dan EVA min didapatkan dari EVA max dan EVA min tahun 2007-2008
VCI ini memiliki periode bulanan yang dikorelasikan dengan data unsur iklim
(suhu udara dan curah hujan). Kemudian dari 2 indeks tersebut (TCI dan VCI) dapat
diperoleh VHI yang terdapat dalam rumus 4 (Kogan 1990).
VHI = (TCI + VCI) * 0.5 (4)
0.5 = konstanta (faktor pembobot untuk TCI dan VCI)
VHI ini juga memberikan 5 kelas kekeringan dengan nilai sebagai berikut :
1. VHI <= 10 : Puso
2. 10<VHI <=20 : Berat
3. 20< VHI <=30 : Sedang
4. 30< VHI <=40 : Ringan
5. VHI > 40 : Tidak Kering
Pengolahan VHI dengan Verifikasi Luas Kekeringan
Hasil VHI ini dijadikan persentase VHI dengan tahap pertama menjumlahkan
hasil VHI untuk kelima kelas dan tahap kedua membagi nilai VHI pada satu kelas
dengan hasil jumlah VHI untuk kelima kelas. Persentase VHI ini dikorelasikan dengan
data kekeringan lapang yang dipublikasikan oleh Laboratorium PPOPT Kabupaten
Indramayu dibawah Dinas Pertanian Indramayu. Dari hasil VHI dan luas kekeringan
lapang tersebut kemudian dapat ditentukan 4 kecamatan dalam Kabupaten Indramayu
yang termonitoring memiliki kekeringan terluas dengan persentase VHI yang tertinggi.
Analisis Keterkaitan Kekeringan Lahan Persawahan dengan Produktivitas Padi
Analisis ini menggunakan analisis deskritif dengan menggunakan hasil
kekeringan lahan persawahan (persentase VHI dan luas kekeringan tertinggi) serta
dengan asumsi luas kekeringan lahan persawahan lapang semakin luas maka semakin
tinggi persentase VHI dan akan mempengaruhi produktivitas padi secara tidak
langsung.
5
Diagram Alir Metodologi
Gambar 1 Diagram alir metodologi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107o 52’-108
o 36’ BT
dan 6o 15’-6
o 40’LS dengan batasan wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Subang, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon serta sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Cirebon. Topografi untuk sebagian
besar Kabupaten Indramayu merupakan dataran rendah atau daerah landai dengan
kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2 % serta terletak di pesisir utara Pulau Jawa dengan
panjang garis pantai 147 Km. Kabupaten Indramayu memiliki luas 209.942 Ha dengan
luas tanah kering tercatat seluas 93.183 Ha atau sebesar 44,39 % (BPS 2012).
Hubungan antara TCI dengan Unsur Iklim (Suhu Udara dan Curah Hujan)
TCI merupakan Temperature Condition Index yang mempresentasikan suhu dari
lingkungan tanaman yang didapatkan dari LST (Land Surface Temperature). TCI
tersebut memberikan hubungan untuk identifikasi pada perubahan kesehatan tanaman
Mulai
DATA MODIS TERRA
8 HARIAN
LST
(Land Surface Temperature) EVA
TCI
(Temperature Condition Index)
VCI
(Vegetation Condition Index)
VHI
(Vegetation Health Index)
dan pengkelasan VHI Suhu udara (
0C)
Curah Hujan
(mm)
Pengolahan Lahan Sawah
(verifikasi luas kekeringan)
Analisis kekeringan lahan persawahan
(level kecamatan) dan keterkaitan
dengan produktivitas padi
Selesai
6
akibat efek suhu yang dapat digunakan sebagai identifikasi kekeringan, jika kelembaban
tanah dihubungkan oleh suhu yang tinggi (Kogan 2001). Secara tidak langsung TCI
berhubungan dengan keadaan unsur iklim seperti curah hujan dan suhu udara. Curah
hujan yang cukup tinggi akan memberikan nilai kadar air tanah serta kelembaban tanah
yang cukup tinggi. Hal ini secara tidak langsung juga memberikan pengaruhnya pada
suhu dari lingkungan tanaman yang bernilai lebih rendah. Dengan demikian,
berpengaruh pada representasi indeks TCI yang cukup tinggi. Semakin tinggi nilai TCI
maka semakin baik keadaan suhu lingkungan dari suatu tanaman tersebut. Nilai TCI
yang rendah memberikan hubungan pada gangguan kondisi tanaman akibat dari
kekeringan oleh suhu yang tinggi (Kogan 1990). Nilai indeks TCI ini berkisar antara 0
hingga 100, dengan keterangan nilai indeks TCI<10 berarti suhu lingkungan dari
tanaman akan semakin tinggi dan hal ini menunjukkan adanya indikasi kekeringan.
Sedangkan nilai indeks TCI>40 memiliki arti bahwa keadaan lingkungan tanaman
tersebut tidak kering (pada kisaran suhu yang masih toleran terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman), serta untuk nilai indeks TCI 100 merupakan indikasi untuk
suhu lingkungan dari suatu tanaman maksimum untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut (Mao et al 2005).
Gambar 2 Hubungan indeks TCI dan CH rata-rata bulanan (mm) Kabupaten Indramayu
Gambar 3 Pola hubungan indeks TCI dan CH rata-rata bulanan (mm) Kabupaten
Indramayu
Berdasarkan data 5 tahun pengamatan (Januari 2009–Desember 2013) Kabupaten
Indramayu memiliki curah hujan rata-rata bulanan antara 0 mm-358 mm dengan nilai
indeks TCI sebesar 14 hingga 57. Dengan hasil indeks TCI tersebut, Kabupaten
Indramayu berpotensi mengalami kekeringan kelas ringan hingga berat. Pada Gambar 3
menunjukkan grafik garis untuk indek TCI (warna biru) mengikuti grafik garis curah
hujan rata-rata bulanan (warna merah). Ketika curah hujan mulai menurun, untuk
beberapa waktu atau bulan kemudian diikuti dengan penurunan nilai TCI (ada time lag
(waktu tunda)). Kemungkinan ini merupakan salah satu yang menyebabkan korelasi
determinan bernilai rendah.
7
Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Februari 2009 (355 mm) dengan nilai indeks
TCI sebesar 57 serta Desember 2011 (358 mm) dengan nilai indeks TCI sebesar 46.
Berdasarkan Gambar 2, curah hujan mengalami penurunan terjadi pada bulan Juli
hingga September. Hal ini memberikan nilai indeks TCI yang rendah. Bulan tersebut
merupakan bulan pada musim kemarau atau dapat disebut sebagai bulan kering yang
akan memiliki curah hujan lebih rendah dari bulan normal (BMKG 2012).
Gambar 4 Hubungan indeks TCI dan T rata-rata bulanan (
0C) Kabupaten Indramayu
Gambar 5 Pola hubungan indeks TCI dan T rata-rata bulanan (mm) Kabupaten
Indramayu
Berdasarkan data 5 tahun pengamatan (Januari 2009-Desember 2013), suhu udara
rata-rata bulanan Kabupaten Indramayu antara 260C–28.3
0C. Dengan suhu minimal
260C akan memberikan nilai indeks TCI yang tinggi (TCI >40) (Gambar 4). Namun
untuk suhu udara yang melebihi 270C maka nilai TCI akan kecil atau kurang dari 40
(identifikasi menunjukkan kekeringan) untuk studi kasus Kabupaten Indramayu dalam 5 tahun pengamatan tersebut. Pada bulan September dan Oktober 2012, suhu rata-rata
bulanan cukup tinggi hingga mencapai 27.90C dan 28.2
0C. Hal ini ditunjukkan juga
dengan nilai indeks TCI yang berada pada nilai terendah hingga mencapai angka 13
atau berada pada kelas identifikasi kekeringan. Pada Gambar 4, pola garis TCI
mengikuti pola grafik garis suhu rata-rata bulanan. Namun korelasi untuk keduanya
berbanding terbalik yaitu semakin tinggi nilai indeks TCI maka nilai suhu rata-rata
bulanan akan semakin rendah.
Koefisien determinan (R2) antara nilai indeks TCI dengan curah hujan rata-rata
bulanan (mm) sebesar 0.230 sedangkan dengan T (suhu udara) rata-rata bulanan (0C)
sebesar 0.117. Korelasi TCI dengan curah hujan memiliki nilai yang lebih besar bila
dibandingkan dengan suhu udara. Hal ini disebabkan TCI yang merupakan anomali
antara kondisi rata-rata temperature dimana indeks tersebut memperbandingkan dengan
beberapa tahun sebelumnya. TCI ini secara tidak langsung mempresentasikan suhu
udara. Tetapi secara pola, grafik sudah menggambarkan kecenderungan hubungan yang
negatif antara keduanya. Selain itu, TCI yang didapatkan dari LST bersumber pada data
MODIS Terra, dalam hal ini MODIS Terra mencatat data pada jam 09.00 (Rames, P et
8
al. 2010) sedangkan suhu udara diukur pada 3 kali pengukuran dalam sehari yaitu
07.00, 14.00 serta 17.00 (BMKG 2012).
BMKG (2009) membagi curah hujan di Indonesia menjadi tiga pola yaitu
moonsonal, equatorial, dan lokal, dengan wilayah Kabupaten Indramayu memiliki tipe
pola curah hujan moonsonal. Pola curah hujan ini memiliki perbedaan yang jelas antara
periode musim hujan dan musim kemarau (satu puncak musim hujan dengan bulan
Desember, Januari dan Februari sebagai musim hujan dan Juni, Juli, Agustus sebagai
musim kemarau). Hasil pengolahan data observasi tahun 1980-2013, rata-rata curah
hujan tahunan Kabupaten Indramayu sebesar 1447 mm serta rata-rata bulanan sebesar
121 mm dengan rataan pada musim kemarau sebesar 58 mm dan musim penghujan
sebesar 206 mm. Suhu udara rata-rata harian sebesar 27.3 0C dengan suhu minimal 26
0C dan maksimal 28.4
0C.
Tabel 1 Hasil olah data observasi CH (mm) dan T (0C) Kabupaten Indramayu tahun
1980-2013
Curah Hujan (mm)
CH rata-rata bulanan 121
Musim kemarau 58
Musim penghujan 206
CH rata-rata tahunan 1447
Suhu Udara (0C)
T rata-rata harian 27.3
T maks 28.4
T min 26
Sumber : CCROM dan Balai Besar Penelitian Padi (2014).
Analisis VHI dengan Luas Kekeringan
Indeks VHI merupakan indeks yang menyatakan gangguan kondisi tanaman yang
bernilai antara 0 hingga 100. Nilai indeks 0 memberikan arti bahwa tanaman mengalami
tingkat stres yang tinggi dan nilai indeks 100 memberikan arti bahwa tanaman tidak
mengalami stres atau dalam kondisi sangat baik. Nilai indeks VHI>40, memberikan arti
bahwa tanaman tidak terindikasi mengalami kekeringan pada lahan persawahan (Kogan
2001).
Gambar 6 Hasil persentase VHI<=40 Kabupaten Indramayu (level kecamatan)
9
Gambar 7 Luas kekeringan (Ha) Kabupaten Indramayu (level kecamatan)
Berdasarkan hasil persentase VHI dan luas kekeringan yang tinggi terdapat 4
Kecamatan yang tercatat memiliki tingkat sensitif yang tinggi terhadap kekeringan.
Kecamatan tersebut adalah Krangkeng, Kandanghaur, Indramayu dan Karangampel
dengan batasan waktu analisis bulan kering yaitu Juni, Juli, Agustus, dan September.
1. Pola Kekeringan di Kecamatan Krangkeng
Gambar 8 Pola VHI dan luas kekeringan Kecamatan Krangkeng
Gambar 9 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Krangkeng
10
Gambar 10 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Krangkeng
Kecamatan Krangkeng dalam 5 tahun pengamatan (2009-2013) untuk bulan
kering (JJAS) pernah mengalami kekeringan untuk kelas ringan, sedang hingga berat.
Namun pada tahun 2010 untuk data luas kekeringan pada kecamatan ini tidak
menunjukkan adanya kekeringan tetapi indeks VHI tercatat memiliki nilai persentase 30
%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sistem pengambilan data kekeringan oleh Dinas
Pertanian yang berbasis sampling sehingga kemungkinan ada lahan sawah yang tidak
ikut dalam perhitungan luas kekeringan di lapangan.
Kekeringan kelas ringan tercatat terjadi selama 7 kali yaitu pada bulan Agustus
2009, Juni 2011, Juli 2011, Agustus 2011, Juli 2012, Agustus 2012, serta September
2013, kelas sedang tercatat 5 kali yaitu pada bulan Agustus 2009, Juli 2011, Agustus
2011, Agustus 2012, serta September 2013, serta kekeringan kelas berat seluas 590 ha
dengan persentase VHI untuk kelas berat sebesar 12 %. Namun secara total, kekeringan
tertinggi terjadi pada Juli 2011 dengan luas 2344 ha dan persentase VHI hingga 64 %.
Hal ini juga didukung oleh VCI yang dihubungkankan dengan data curah hujan lapang
(mm) untuk titik stasiun pengukuran hujan Kerangkeng.
Gambar 9 dan Gambar 10 memiliki pola apabila grafik VCI mengalami kenaikan
maka grafik curah hujan akan mengikuti naik serta sebaliknya, jika grafik VCI
mengalami kenaikan maka grafik suhu udara akan turun. Curah hujan pada bulan yang
tercatat mengalami kekeringan yaitu pada bulan Agustus 2009, Juni 2011, Juli 2011,
Juli 2012, Agustus 2012, serta September 2013 memiliki nilai yang rendah (<65 mm)
bahkan untuk bulan Agustus 2012 dan September 2013 tercatat 0 mm serta suhu udara
antara 270C -27.5
0C. Kecamatan Krangkeng merupakan kecamatan bagian selatan dari
Kabupaten Indramayu yang selama 0-4 bulan memiliki sifat curah hujan dengan rata-
rata curah hujan kurang dari 100 mm (Handoko U 2001). Sehingga kecamatan ini
sensitif akan kekeringan.
VCI dan TCI merupakan indeks yang digunakan dalam perhitungan VHI. Kedua
indeks ini sangat sesuai untuk menganalisis karakteristik wilayah secara spasial,
temporal, durasi, frekuensi, maupun dampak kekeringan dan sangat berhubungan positif
dengan pola curah hujan. Variasi nilai VCI berkisar antara nilai 0-100 yang
merefleksikan perubahan relatif dari kondisi vegetasi dari yang ekstrim buruk hingga
yang optimal. VCI tidak hanya digunakan untuk identifikasi kekeringan tetapi nilainya
dapat digunakan untuk etimasi durasi, intensitas, dinamik, dan pengaruhnya kuat dalam
pertanian (Patel N et al 2012). Nilai VCI yang tinggi (>40) berhubungan dengan
kelembaban tanah yang baik dan merepresentasikan kondisi tanaman yang tidak stres
(Kogan et al 2004).
11
2. Pola Kekeringan di Kecamatan Kandanghaur
Gambar 11 Pola VHI dan luas kekeringan Kecamatan Kandanghaur
Gambar 12 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Kandanghaur
Gambar 13 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Kandanghaur
Kecamatan Kandanghaur dalam 5 tahun pengamatan (2009-2013) pernah terjadi
sekali kekeringan hingga mengakibatkan puso dengan luasan kekeringan seluas 644 ha
pada bulan Agustus 2012 dengan persentase VHI 20 %. Hal ini dapat disebabkan oleh
curah hujan yang bernilai 0 mm. Sehingga untuk cadangan kadar air tanah bagi irigasi
sangat terbatas yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bagi padi. Hal ini
dapat berdampak padi menjadi layu bahkan gagal panen. Kekeringan kelas ringan
terjadi sebanyak 7 kali, dengan kejadian pada Juli 2009, Agustus 2009, Juni 2011, Juli
2011, Juni 2012, Juli 2012, serta Agustus 2012. Kekeringan untuk kelas sedang terjadi
dua kali yaitu pada bulan Agustus 2009 seluas 265 ha dengan persentase VHI 4 % serta
bulan Juli 2011 seluas 582 ha dengan persentase VHI 12%.
12
Secara total, kekeringan terluas terjadi pada bulan Juli 2011 seluas 2456 ha serta
terendah pada Juli 2009 seluas 125 ha. Hal ini didukung oleh hasil VCI yang
dihubungkan dengan curah hujan (mm) dan suhu udara pada Gambar 12 dan Gambar
13. Bulan Juli 2011 memiliki nilai VCI sangat rendah yaitu 32 (kurang dari 40, berarti
adanya identifikasi kekeringan jika dilihat dari kondisi vegetasi yang mulai mengalami
stres dan mengalami penurunan kelembaban tanah) dan kondisi iklim lapang untuk
curah hujan 0 mm serta suhu udara sebesar 26.60C. Walaupun kondisi lapang untuk
suhu udara pada Juli tersebut tidak tinggi namun curah hujan sebagai inputan kadar air
tanah tidak ada. Kondisi lapang ini memberikan dampak pada tanaman padi yaitu
berkurangnya kebutuhan air untuk perkembangan tanaman padi.
3. Pola Kekeringan di Kecamatan Indramayu
Gambar 14 Pola VHI dan luas kekeringan Kecamatan Indramayu
Gambar 15 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Indramayu
Gambar 16 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Indramayu
13
Kecamatan Indramayu dalam 5 tahun pengamatan (2009-2013) tercatat mengalami
kekeringan kelas ringan, sedang hingga berat. Kekeringan kelas ringan terjadi 3 kali
yaitu pada bulan Agustus 2009 seluas 220 ha, Juni 2011 seluas 420 ha dan tertinggi Juli
2012 seluas 691 ha, sedangkan kekeringan kelas sedang terjadi sekali pada September
2012 seluas 167 ha serta kekeringan kelas berat terjadi sekali pada bulan September
2012 seluas 78 ha. Secara total, kekeringan terluas terjadi pada Juli 2012 dengan luasan
691 ha dan nilai presentase VHI sebesar 23 %.
Kondisi iklim untuk bulan Juli 2012 memiliki nilai curah hujan sebesar 21 mm dan
suhu udara sebesar 26.6 0C. Meskipun suhu udara pada bulan tersebut tidak terlalu
tinggi namun curah hujan yang merupakan input pendukung dalam sistem irigasi sawah
padi cukup rendah. Kecamatan Indramayu merupakan bagian utara Kabupaten
Indramayu yang memiliki 5-8 bulan pertahun untuk rata-rata curah hujannya kurang
dari 100 mm/bulan (Handoko 2001). Sehingga untuk bulan pada puncak musim
kemarau seperti bulan Juli ini sangat sensitif terhadap kekurangan air.
4. Pola Kekeringan di Kecamatan Karangampel
Gambar 17 Pola VHI dan Luas Kekeringan Kecamatan Karangampel
Gambar 18 Pola hubungan VCI dan CH rata-rata bulanan Kecamatan Karangampel
14
Gambar 19 Pola hubungan VCI dan T rata-rata bulanan Kecamatan Karangampel
Kecamatan Karangampel dalam 5 tahun pengamatan (2009-2013) tercatat pernah
memiliki kekeringan kelas ringan hingga sedang. Kekeringan kelas ringan terjadi 3 kali
yaitu pada Agustus 2011 seluas 405 ha, Juli 2012 seluas 248 ha dan Agustus 2012
seluas 357 dengan persentase VHI untuk ketiganya kurang dari 30 %. Sedangkan untuk
kekeringan kelas sedang terjadi 2 kali yaitu pada Juli 2012 seluas 450 ha dan Agustus
2012 seluas 357 ha. Untuk total persentase VHI keempat kelas (ringan, sedang, berat,
dan puso) tertinggi kekeringan terjadi pada bulan Agustus 2012 seluas 714 ha dengan
persentase VHI 44 %.
Hasil indeks VCI yang telah dihubungkan dengan kondisi unsur iklim lapang
untuk Agustus 2012 memiliki curah hujan sebesar 0 mm dan suhu udara sebesar 27.20C.
Jika dilihat dari tanaman padi, air dan lingkungan menjadi faktor yang sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Ahyar 2013). Beberapa fase dalam
pertumbuhan dan perkembangan padi yaitu 1) fase vegetatif aktif yaitu dari pembibitan
sampai jumlah tunas maksimum (pertumbuhan awal), 2) fase vegetatif lambat yaitu
dimulai sejak pertumbuhan tunas mencapai jumlah maksimum sampai keluarnya bakal
mali (primordia). Selama fase ini, faktor ketersediaan air akan menjadi faktor pembatas
apabila jumlah yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, 3) fase reproduktif yaitu
dimulai sejak keluarnya bakal malai sampai malai berbunga penuh. Dalam fase ini
merupakan fase paling sensitif terhadap stres lingkungan, dan 4) fase pematangan yaitu
fase terjadinya pengisian dan pematangan biji dimulai sejak malai berbunga (Tanaka
1976)
Tabel 2 Hasil VHI dan luas kekeringan total 4 kecamatan (Krangkeng, Kandanghaur,
Indramayu, dan Karangampel)
Krangkeng Kandanghaur Indramayu Karangampel
Persentase VHI Luas Kekeringan (Ha) Persentase VHI Luas Kekeringan (Ha) Persentase VHI Luas Kekeringan (Ha) Persentase VHI Luas Kekeringan (Ha)
06 2009 42,23 0 45,78 0 17,18 0 5,70 0
07 2009 12,93 0 35,10 125 19,03 0 1,06 0
08 2009 12,62 1865 24,16 755 41,13 220 77,41 0
09 2009 72,49 0 76,42 0 81,17 0 79,52 0
06 2010 21,02 0 39,14 0 13,75 0 8,61 0
07 2010 33,50 0 16,48 0 10,16 0 4,86 0
08 2010 39,86 0 67,46 0 79,75 0 69,21 0
09 2010 4,27 0 25,91 0 26,20 0 2,27 0
06 2011 81,63 28 57,17 420 42,11 420 65,56 0
07 2011 64,90 2344 45,26 2456 50,11 0 52,37 0
08 2011 88,76 1085 59,84 0 75,20 0 92,59 405
09 2011 83,42 0 89,18 0 73,81 0 99,03 0
06 2012 26,27 0 29,59 200 28,42 0 16,07 0
07 2012 21,17 674 33,59 1702 22,91 691 3,87 698
08 2012 42,31 190 70,30 958 56,06 0 44,49 714
09 2012 29,33 0 61,89 644 41,05 308 44,53 0
06 2013 38,56 0 25,78 0 4,40 0 17,06 0
07 2013 38,56 0 19,48 0 2,29 0 5,32 0
08 2013 3,13 0 30,89 0 40,36 0 43,90 0
09 2013 4,97 988 49,38 0 49,07 0 48,96 0
Rerata 38,10 359 45,14 363 38,71 82 39,12 91
Tanggal
15
Selama 5 tahun pengamatan (2009-2013) untuk keempat kecamatan tersebut
memiliki kejadian kekeringan umumnya pada bulan Juli dan Agustus. Menurut
penelitian Sofan, P (2008) kejadian kekeringan terjadi setiap tahunnya dan khususnya
pada musim kemarau dari Juni hingga Agustus dengan intensitas yang bervariasi. Jika
dilihat secara temporal, tahun 2012 merupakan tahun yang tercatat memiliki intensitas
kekeringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keempat tahun lainnya (hampir
disetiap bulan kering (Juni, Juli, Agustus, dan September)). Tahun 2012 ini merupakan
kemarau kering yang disebabkan oleh berkurangnya curah hujan dan minimnya massa
uap air, sehingga pembangkitan uap air untuk pembentukkan awan juga berkurang. Hal
ini juga diperparah dengan adanya el nino lemah yang memberikan kondisi suhu
permukaan laut di Pasifik cukup tinggi, yang menyebabkan massa udara bergerak
menjauhi wilayah Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan awan konvektif pembentuk hujan
menjadi lebih sedikit pada sekitar Pulau Jawa ((BMKG 2012).
Gambar 20 Pola hubungan persentase total VHI <=40 dan luas kekeringan total (Ha)
Gambar 21 Hubungan persentase VHI <=40 dan luas kekeringan total (Ha)
Hubungan antara persentase VHI <=40 (%) dan luas kekeringan total (Ha)
merupakan linier positif dengan nilai R2 sebesar 0.619. Hubungan ini merupakan hasil
filterisasi menurut wilayah (kecamatan) dan waktu (tahun), dengan menghilangkan
kecamatan dan tahun yang tidak memiliki luasan kekeringan (0 Ha). Hal ini bertujuan
untuk hubungan keduanya tanpa adanya pencilan. Kekeringan tertinggi terdapat di
kecamatan Kandanghaur pada tahun 2012 dan selanjutnya untuk Kecamatan Krangkeng
pada tahun 2011 (Gambar 20). Terdapat satu tahun dalam keempat kecamatan tersebut
16
yang tidak tercatat memiliki luasan kekeringan (0 ha) untuk berapapun besarnya
persentase VHI <= 40 yaitu tahun 2010. Hal ini dikarenakan tahun tersebut merupakan
tahun kemarau basah dengan masih memiliki curah hujan yang cukup tinggi pada setiap
bulannya. Kondisi lapang pada tahun tersebut untuk curah hujan rata-rata tahunan
sebesar 1936 mm serta curah hujan rata-rata harian terendah pada bulan Agustus sebesar
36 mm. Dalam tahun 2010 ini juga tidak tercatat bulan yang memiliki curah hujan 0
mm (Gambar 2).
Kecamatan Indramayu merupakan kecamatan yang tidak terlalu besar
berpengaruh pada berapapun besaran persentase VHI<=40 (nilai VHI untuk indikasi
kekeringan). Hal ini memberikan kecenderungan kecamatan ini memiliki luasan
kekeringan yang relatif lebih rendah walaupun persentase VHI<=40 tinggi. Kecamatan
Indramayu merupakan kecamatan dengan air tanah yang terkandung di sebagian besar
wilayahnya umumnya air tanah dangkal. Sehingga air tanah tawar dapat diperoleh
dengan cara membuat sumur bor yang selanjutnya dapat digunakan untuk sistem
pengairan pipa-pipa atau pemompaan. Hal ini memberikan dampak pada sistem irigasi
yang tidak hanya mengandalkan pada air hujan saja dan kadar air tanah untuk
transpirasi tanaman yang lebih cepat terserap (Handoko U 2001).
Analisis Keterkaitan Kekeringan Lahan Persawahan dengan Produktivitas Padi
Gambar 22 Produktivitas padi per hektar untuk empat kecamatan
Produktivitas padi merupakan hasil produksi padi untuk satu luasan hektar
dalam suatu waktu tertentu. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas padi diantaranya faktor yang berpengaruh nyata yaitu faktor tanah,
penggunaan bibit, pemupukan, akses fasilitas irigasi, peptisida, dan intensif pemerintah
selama tahun penanaman. Selain itu juga dipengaruhi oleh variabel meteorologi suatu
daerah seperti curah hujan, temperatur, kelembaban (RH) serta radiasi matahari (Subash
et al 2011).
Produktivitas padi untuk ketiga kecamatan (Krangkeng, Kandanghaur dan
Karangampel) cenderung turun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 dengan nilai
terendah pada tahun 2010, namun semakin naik hingga tahun 2012. Tahun 2010 terjadi
penyimpangan musim kemarau dari kondisi normal karena bersifat basah. Adanya
kenaikan suhu permukaan laut di Samudra Hindia berpotensi menciptakan daerah
konvergensi (pusat tekanan rendah) di wilayah Indonesia terutama pulau Jawa.
Perbedaan antara suhu permukaan laut yang lebih tinggi dari udara diatasnya,
17
menyebabkan udara berkembang dan bergerak keatas dengan membawa massa uap air
yang akan menimbulkan awan konvektif penghasil hujan (IOD negatif). Hal ini juga
diperparah dengan munculnya kejadian La Nina lemah mulai pertengahan Juli 2010.
Meskipun lemah (sekitar -10C), ternyata semakin efektif meningkatkan curah hujan
ketika bergabung dengan IOD negatif selama periode Juli hingga akhir tahun (BMKG
2011). Kondisi ini memberikan peningkatan kewaspadaan untuk penyebaran hama
wereng dan tikus, sebab kedua hama ini lebih dapat berkembang pada tempat yang
lembab (DEPTAN 2011).
Kecamatan Indramayu memiliki pola produktivitas yang berbeda, dengan nilai
semakin naik untuk tahun 2009 hingga 2011, namun turun pada tahun 2012. Hal ini
didukung oleh hasil pengamatan pada penelitian ini, untuk tahun 2012 kecamatan
Indramayu memiliki intensitas kekeringan yang lebih tinggi. Kekeringan kelas ringan
pada Juli 2012, kelas sedang pada September 2012 serta kelas berat pada September
2010. Jika dilihat secara grafis (Gambar 22), untuk kecamatan Indramayu memiliki
produktivitas tertinggi bila dibandingkan dengan ketiga kecamatan lainnya
(Kerangkeng, Kandanghaur dan Karangampel). Kecamatan Indramayu memiliki sawah
irigasi seluas 1201 ha dan sawah non irigasi (tadah hujan seluas 536 ha) atau lebih dari
65 % sawah pada kecamatan ini sudah sawah beririgasi dengan pola pengelolaan yang
cukup baik (BPS 2012). Hal ini terkait dengan sawah irigasi yang akan memiliki nilai
produktivitas lebih tinggi sebab memiliki irigasi yang lebih tetap (relatif tidak
bergantung dengan besar curah hujan bulanan). Sehingga hal ini berpengaruh pada
ketersediaan air yang cukup dan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk
berproduksi dalam keadaan kekeringan meteorologi (Makurira et al 2011).
Kecamatan Kandanghaur pada Gambar 22 memiliki produktivitas padi terendah.
Hal ini dapat terkait dengan nilai persentase VHI dan luasan kekeringan tertinggi dalam
periode pengamatan tersebut. Produktivitas padi yang rendah ini dapat disebabkan oleh
pola tanam padi dari petani di Indramayu bagian barat ini yang memaksakan tanam
pada bulan memasuki musim kemarau karena hujan masih turun dengan harapan panen
dapat maksimal. Kondisi lain, kecamatan ini yang berada dijalur pantai utara
mengandalkan air Waduk Jatiluhur dalam sistem irigasinya namun pada musim
kemarau biasanya debit air dari Waduk Jatiluhur ini hanya sekitar 60 % dari kondisi
normal (Dinas Pertanian Indramayu 2012).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kekeringan dapat diindikasikan menggunakan indeks VHI (Vegetation Health
Index) yang dikorelasikan dengan luas kekeringan. Indeks VHI ini diperoleh dari indeks
TCI (Temperature Condition Index) dan VCI (Vegetation Condition Index) yang secara
tidak langsung juga memiliki hubungan terhadap unsur iklim (suhu udara dan curah
hujan rata-rata bulanan), dengan nilai koefisien determinan (R2) untuk TCI terhadap
curah hujan 0.230 dan suhu udara 0.117. Kecamatan Krangkeng, Kandanghaur,
Indramayu dan Karangampel tercatat memiliki tingkat sensitivitas kekeringan lebih
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persentase VHI dan luas kekeringan tinggi
18
dalam periode 5 tahun pengamatan (2009-2013). Kejadian kekeringan umumnya lebih
tinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus sedangkan secara temporal pada tahun 2012.
Hubungan antara persentase VHI <=40 (VHI untuk indikasi kekeringan) dengan
luas kekeringan (Ha) memiliki koefisien determinan (R2) sebesar
0.619. Berdasarkan
nilai tersebut, kekeringan lahan persawahan dapat mempengaruhi produktivitas padi.
Produktivitas padi terendah terjadi pada tahun 2010 untuk Kecamatan Krangkeng,
Kandanghaur serta Karangampel dan tahun 2012 untuk kecamatan Indramayu. Selama
periode pengamatan (2009-2013), Kecamatan Kandanghaur memiliki produktivitas padi
terendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya untuk studi kasus Kabupaten
Indramayu.
.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pembagian kelas indeks Kogan
Vegetation Health Index (VHI) khusus untuk wilayah pulau Jawa dengan verifikasi
faktor lain seperti sistem irigasi maupun faktor tanah yang dapat berkaitan dengan
tingkat atau hasil produktivitas padi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyar. 2013. Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian : Jakarta.
[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2009. Drought Assement over Indonesian
related to El Nino and SSTA Indonesia. Inter-Regional Workshop on Indices and
Early Warning for Drought.
[BMKG]. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2012. Buletin Analisis Hujan dan Indeks
Kekeringan. Jakarta : BMKG.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2009. Indramayu dalam Angka. Indramayu : BPS.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Indramayu dalam Angka. Indramayu : BPS.
Daruati, D. 2012. Pola Wilayah Kekeringan Lahan Basah (Sawah) di Propinsi Jawa
Barat.[Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
[DEPTAN]. 2011. Kemarau Basah 2010. [internet]. [Diunduh 2014 Juni 9]. Tersedia
pada: www.tanamanpangan.deptan.go.id.
Dinas Pertanian. 2012. Pola Tanam Kabupaten Indaramayu [laporan penelitian]. Dinas
Pertanian Kabupaten Indramayu.10-21.
Handoko U. 2001. Pewilayah hujan untuk menentukan pola hujan, studi kasus
Kabupaten Indramayu. Laporan BMKG.
Huete et al. 2002. Overview of the radiometric and biophysical perfomance of the
MODIS vegetation indices. Journal Remote Sensing of Evironmental. 83
(20).195-203.
Hung T and Yasuoka. 2005. MODIS Aplication in Enviromental Change Researches in
the Southeast , Asian Region. Int J.of Geoinformatics. 1, 25-50.
Irawan. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina Kecenderungan Jangka
Panjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi Pangan. Forum Penelitian Agro
Ekonomi. 24(1):28-45.
19
Jayaseelan A.T 2001. Drought and Floods Assesment and Monitoring Using Remote
Sensing and GIS, Satellite Remote Sensing and GIS Aplication in Agricultural
Meteorology. 291-313.
Kogan F. 1990. Remote Sensing of Weather Impacts on Vegetation in Non
Homogenenous Areas. International Journal of Remote Sensing, 11.1405-1420.
Kogan F. 1995. Application of vegetation index and brightness temperature for drought
detection. Journal Advances in Space Research. [15]. 91-100.
Kogan F. 1998. Global drought and flood watch from NOAA polar orbiting satellites.
Journal Advance Space Reseach.21[3].477-480.
Kogan F. 2001. Operational space technology for global vegetation assessment. Journal
of Building Am Meteorology Social.82(9):1949-1964.
Kogan, F.N et al. 2004. Derivation of pasture biomass in Mongolia from AVHRR-
based vegetation health indices. Journal International of Remote Sensing. 25
(14).2889-2896.
Makurira H, et al. 2011. The effect of system innovation on water productivity in
subsidence rainfed agriculture system in semiarid Tanzania. Elsevier
Agricultural Water Management 98. 1696-1703.
Mao K, et al. 2005. A practical split window algorithm for retrieving land surface
temperature from MODIS data. Journal International of Remote Sensing.
26(15):3181-3204.
Patel N et al. 2012. Analysis of agriculture drought using vegetation temperature
condition index (VTCI) from Terra MODIS satelitte data. Journal of
International Remote Sensing. 184(12).63:7153.
Ramesh P, Singh C, Sudipa R, Kogan F. 2010. Vegetation and temperature condition
indices for drought monitoring over India.International Journal of Remote
Sensing. 24(22):4393-4402.doi:10.1080/0143116031000084323.
Sofan P. 2008. Drought Monitoring Based on Remote Sensing Indices in Indramayu
District-West Java-Indinesia.[Thesys]. China : Beihang University.
Subash N, et al. 2011. Extream rainfall indices and its impact on rice productivity a
case study over sub humid climatic enviroment. Agricultural Water
Management 98. 1373-1387.
Tanaka A. 1976. Comparison of Rice Growth in Diffrent Environmental. In Proc.of the
Symposium on Climate and Rice. International Rice Reseach Institute. Los
Banos. Phillippines. 429-447.
Wan W, Xang L. 2004. Using MODIS Land Surface Temperature and Normalized
Difference Vegetation Index Product for Monitoring Drought in the Southern
Great Plains, USA. International Remote Sensing, 25 (1), 61-72.
Xianwei et al. 2007. Difference Respon of MODIS derived NDVI to root zone Soil
Moisture in Semi Arid and Humid Regions. Journal of Hydrology. 12-24.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai TCI dan suhu udara (0C) Kabupaten Indramayu Januari 2009-Desember 2013
Tangal Hasil TCI Suhu Udara (oc) Tangal Hasil TCI Suhu Udara (
oc) Tangal Hasil TCI Suhu Udara (
oc) Tangal Hasil TCI Suhu Udara (
oc) Tangal Hasil TCI Suhu Udara (
oc)
Jan-09 48,93 26,07 Jan-10 45,32 26,43 Jan-11 46,65 27,31 Jan-12 45,32 26,49 Jan-13 55,86 26,42
Feb-09 56,45 26,32 Feb-10 44,46 27,12 Feb-11 57,21 26,22 Feb-12 44,70 27,53 Feb-13 44,36 26,98
Mar-09 36,45 27,18 Mar-10 43,19 27,48 Mar-11 55,58 27,38 Mar-12 50,50 27,41 Mar-13 40,30 27,87
Apr-09 45,48 27,76 Apr-10 45,13 27,31 Apr-11 46,50 27,88 Apr-12 38,51 27,59 Apr-13 32,12 28,04
Mei-09 45,57 27,84 Mei-10 45,31 28,35 Mei-11 44,50 28,24 Mei-12 37,33 27,64 Mei-13 35,21 27,37
Jun-09 41,20 26,72 Jun-10 45,59 27,78 Jun-11 36,50 26,01 Jun-12 37,59 27,25 Jun-13 33,18 27,62
Jul-09 39,88 27,13 Jul-10 44,69 26,95 Jul-11 46,05 26,6 Jul-12 34,85 26,28 Jul-13 43,31 26,69
Agust-09 36,47 27,16 Agust-10 36,47 27,62 Agust-11 26,01 26,81 Agust-12 29,91 27,22 Agust-13 49,59 27,02
Sep-09 37,83 27,69 Sep-10 37,83 27,31 Sep-11 26,01 27,74 Sep-12 13,75 27,89 Sep-13 28,49 28,17
Okt-09 32,17 28,33 Okt-10 32,17 27,4 Okt-11 26,65 28,32 Okt-12 26,33 28,25 Okt-13 26,69 27,78
Nop-09 37,91 27,78 Nop-10 37,91 27,8 Nop-11 46,45 28,16 Nop-12 37,13 26,03 Nop-13 27,03 27,67
Des-09 43,33 27,4 Des-10 43,33 26,75 Des-11 45,74 27,31 Des-12 50,23 27,03 Des-13 25,22 26,5
* sumber suhu udara : Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Subang
Lampiran 2 Nilai TCI dan curah hujan (mm) bulan Kabupaten Indramayu Januari 2009-Desember 2013
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
Januari 49 45 47 45 56 226 181 283 261 230
Februari 56 44 57 45 44 355 276 68 154 44
Maret 36 43 56 51 40 48 208 138 110 144
April 45 45 46 39 32 102 115 222 119 249
Mei 46 45 44 37 35 186 209 70 0 66
Juni 41 46 36 38 33 94 158 27 41 57
Juli 40 45 46 35 43 0 97 0 0 182
Agustus 36 36 26 30 50 0 36 0 0 0
September 38 38 26 14 28 20 148 5 0 0
Oktober 32 32 27 26 27 7 123 82 0 4
Nopember 38 38 46 37 27 195 184 111 0 60
Desember 43 43 46 50 25 154 201 358 259 303
TCI Ch (mm)
Bulan / Tahun
21
Lampiran 3 Nilai persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Krangkeng JJAS 2009-2013
Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total
Juni 26,93 14,73 0,57 0,00 42,23 19,64 1,37 0 0 21,02 18,80 30,63 20,04 12,15 81,63 22,04 3,62 0,61 0 26,27 18,65 19,44 0,47 0 38,56
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Juli 9,93 2,73 0,27 0,00 12,93 19,03 14,16 0,31 0 33,50 38,74 20,27 5,42 0,48 64,90 15,99 5,09 0,08 0 21,17 18,65 19,44 0,47 0 38,56
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1598 746 0 0 2344 674 0 0 0 674 0 0 0 0 0
Agustus 11,46 0,80 0,35 0,00 12,62 28,45 10,70 0,71 0 39,86 31 51,97 5,17 0,62 88,76 29,80 11,56 0,95 0 42,31 2,69 0,09 0,36 0 3,13
665 610 590 0 1865 0 0 0 0 0 680 405 0 0 1085 95 95 0 0 190 0 0 0 0 0
September 45,08 26,81 0,50 0,10 72,49 4 0,27 0 0 4,27 35,14 36,54 11,41 0,33 83,42 19,36 5,56 4,41 0 29,33 4,62 0,00 0,36 0 4,97
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 693 295 0 0 988
20132009 2010 2011 2012
Lampiran 4 Nilai persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Kandanghaur JJAS 2009-2013
Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total
Juni 16,18 18,11 11,48 0,00 45,78 14,88 20,44 3,82 0 39,14 19,03 14,80 8,48 14,86 57,17 14,53 11,68 3,33 0,05 29,59 8,06 12,58 5,14 0 25,78
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 420 0 0 0 420 200 0 0 0 200 0 0 0 0 0
juli 14,53 16,44 4,12 0,01 35,10 12,82 3,33 0,33 0 16,48 26,73 11,49 2,95 4,10 45,26 15,88 11,62 5,99 0,11 33,59 7,82 3,43 8,15 0,08 19,48
125 0 0 0 125 0 0 0 0 0 1349 582 525 0 2456 1702 0 0 0 1702 0 0 0 0 0
agustus 19,03 4,37 0,76 0 24,16 29,60 25,35 12,01 0,50 67,46 18,68 23,52 16,07 1,58 59,84 31,93 31,15 5,21 2,00 70,30 27,82 3,08 0 0 30,89
220 265 270 0 755 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 958 0 0 0 958 0 0 0 0 0
September 30,70 45,02 0,63 0,08 76,42 18,63 7,28 0 0 25,91 29,25 29,39 28,49 2,04 89,18 31,02 26,66 4,20 0 61,89 20,00 26,61 2,76 0 49,38
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 644 644 0 0 0 0 0
2009 2010 2011 2012 2013
Lampiran 5 Nilai persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Indramayu JJAS 2009-2013
Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total
Juni 12,17 3,21 1,80 0 17,18 10,28 2,27 1,19 0 13,75 28,26 8,03 3,25 2,57 42,11 19,54 5,59 1,99 1,31 28,42 3,91 0,13 0,36 0 4,40
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 420 0 0 0 420 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
juli 11,50 5,37 1,95 0,21 19,03 5,29 3,05 1,75 0,08 10,16 26,46 12,40 9,40 1,85 50,11 16,52 5,52 0,87 0 22,91 1,27 0,94 0 0,08 2,29
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 691 0 0 0 691 0 0 0 0 0
agustus 22,87 13,10 5,17 0 41,13 25,30 27,68 22,30 4,46 79,75 30,02 29,62 13,51 2,05 75,20 27,97 20,45 4,32 3,33 56,06 30,48 9,25 0,63 0 40,36
220 0 0 0 220 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
September 39,92 33,89 4,77 2,59 81,17 16,45 9,75 0 0 26,20 27,04 21,32 19,61 5,83 73,81 24,20 8,31 8,54 0 41,05 21,29 25,35 2,22 0,20 49,07
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 167 78 63 308 0 0 0 0 0
2009 2010 2011 2012 2013
22
Lampiran 6 Nilai persentase VHI dan luas kekeringan Kecamatan Karangampel JJAS 2009-2013
Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total Ringan Sedang Berat Puso Total
Juni 4,43 1,16 0,11 0 5,70 8,09 0,52 0 0 8,61 29,84 20,50 8,06 7,16 65,56 14,00 1,89 0,18 0,00 16,07 9,89 7,17 0 0 17,06
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
juli 0,73 0,33 0 0 1,06 4,64 0,22 0 0 4,86 33,31 11,87 4,73 2,46 52,37 3,49 0,38 0 0 3,87 4,52 0,80 0 0 5,32
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 248 450 0 0 698 0 0 0 0 0
agustus 37,87 38,63 0,91 0 77,41 62,58 6,63 0 0 69,21 30,96 46,02 13,54 2,06 92,59 28,14 14,09 2,26 0 44,49 24,75 18,85 0,31 0 43,90
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 405 0 0 0 405 357 357 0 0 714 0 0 0 0 0
September 59,14 20,28 0,10 0 79,52 2,27 0 0 0 2,27 17,52 35,28 35,50 10,73 99,03 33,78 10,75 0 0 44,53 22,26 24,34 2,36 0 48,96
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2009 2010 2011 2012 2013
*) Lampiran 3, 4, 5, 6 untuk luas kekeringan (Ha) dan VHI (persentase)
Lampiran 7 Produktivitas padi per kecamatan tahun 2009-2012
Kecamatan Tahun Produktivitas per hektar (kw)
Kerangkeng 2009 69,44
2010 61,75
2011 66,52
2012 77,96
Kandanghaur 2009 59,53
2010 54,44
2011 63,1
2012 69,86
Indramayu 2009 63,17
2010 76,1
2011 86,46
2012 75,02
Karangampel 2009 76,77
2010 66,63
2011 69,61
2012 74,75
23
Lampiran 8 VHI dan luas kekeringan kelas ringan periode JJAS 2009-2013
(a) Kecamatan Krangkeng (b) Kecamatan Kandanghaur
(c) Kecamatan Indramayu (d) Kecamatan Karangampel
24
Lampiran 9 VHI dan luas kekeringan kelas sedang periode JJAS 2009-2013
(a) Kecamatan Krangkeng (b) Kecamatan Kandanghaur
(c) Kecamatan Indramayu (d) Kecamatan Karangampel
25
Lampiran 10 VHI dan luas kekeringan kelas total periode JJAS 2009-2013
(a) Kecamatan Krangkeng (b) Kecamatan Kandanghaur
(c) Kecamatan Indramayu (d) Kecamatan Karangampel
26
Lampiran 11 VHI dan luas kekeringan kelas berat periode JJAS 2009-2013
(a) Kecamatan Kandanghaur (b) Kecamatan Indramayu
Lampiran 12 VHI dan luas kekeringan kelas puso Kecamatan Kandanghaur periode JJAS 2009-2013
27
Lampiran 13 Stasiun titik hujan Kabupaten Indramayu
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 1992. Penulis merupakan putri
pertama dari pasangan Bapak Sadadi dan Ibu Sumirah. Penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-Kanak pada tahun 1999 di TK Pertiwi Yogyakarta, kemudian
pendidikan Sekolah Dasar di SDN Jatibening VIII pada tahun 2001 dan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 51 Jakarta pada tahun 2007 serta pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 91 Jakarta pada tahun 2010. Setelah lulus SMAN,
penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) dan diterima pada
Mayor Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur USMI.
Selama perkuliahan penulis pernah aktif dalam organisasi seperti Himpunan
Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) pada tahun 2011 sebagai sekertaris divisi
internal. Selama itu juga penulis aktif dalam berbagai kepanitian yang berskala lokal,
nasional, bahkan internasional, serta berbagai kompetisi tingkat dalam maupun luar
universitas. Pada tahun 2011 hingga 2013 penulis aktif sebagai pengajar private
bimbingan belajar. Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains dibawah bimbingan bapak
Yon Sugiarto SSi MSc dan Ibu Parwati SSi M.Sc.