Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

18
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60 Makassar, 12 Juni 2012 43 Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai Asahan bagian hulu dan anak sungainya Charles P.H. Simanjuntak 1, 2 1 Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FPIK IPB 2 Masyarakat Iktiologi Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian tentang keragaman dan distribusi fauna ikan yang dilakukan dua tahap yakni pada bulan April-Mei 2011 (mewakili musim kemarau) dan September-Oktober 2011 (mewakili musim penghujan) bertujuan mengungkap kekayaan spesies dan distribusi spasio-temporal komunitas ikan di Sungai Asahan bagian hulu beserta anak sungai-anak sungainya. Penangkapan ikan menggunakan alat backpack electrofishing dengan metode multiple-pass depletion, experimental gill net dan cast net di empat belas stasiun pengambilan contoh. Ikan yang ditemukan selama penelitian berjumlah 31 spesies dari 22 genera dan 11 famili. Cyprinidae umumnya paling banyak tertangkap pada kedua musim, diikuti famili Balitoridae dan Clariidae. Neolissochilus sumatranus merupakan ikan endemik Sumatera Utara yang sudah mulai langka, namun masih ditemukan di lokasi studi. Spesies ikan yang tertangkap pada musim kemarau lebih beragam dibandingkan musim penghujan. Spesies yang memiliki sebaran yang luas di lokasi studi pada kedua musim adalah N. sumatranus (64,3% & 57,1%), Tor soro (42,9% & 14,3%), dan Crossocheilus oblongus (35,7% & 21,4%). Studi ini menunjukkan bahwa keragaman spesies ikan meningkat secara progresif seiring dengan kompleksitas habitat yang tersedia. Kata Kunci: keragaman, distribusi spasio-temporal, Sungai Asahan, iktiofauna, N.sumatranus Pendahuluan Distribusi ikan di sungai dan anak sungainya khususnya di daerah tropis merupakan salah satu kajian yang menarik bagi para ahli ekologi akuatik (Gilliam et al., 1993; Raghavan et al., 2008). Beberapa mekanisme yang telah lama dipahami sebagai penentu distribusi ikan di sungai daerah tropis antara lain faktor alam meliputi biogeografi (Jenkins et al., 2010), geografi dan topografi daerah tangkapan hujan (Russell et al., 2003), proses ekologis seperti pemangsaan, kompetisi, dan interaksi tropik (Power 1983; Barili et al., 2011). Perbedaan curah hujan yang sangat tinggi juga ditengarai akan merubah struktur komunitas ikan karena fluktuasi paras muka air yang berubah sehingga berkorelasi terhadap perubahan kondisi dan ketersediaan habitat (Eikaas & McIntosh, 2006; Jenkins et al., 2010). Faktor lainnya adalah antropogenik seperti alih fungsi lahan di daerah hulu akan memengaruhi distribusi ikan karena menurunkan kualitas perairan (Jones III et al., 1999); dan pembangunan bendungan untuk PLTA ditengarai akan memengaruhi distribusi ikan khususnya spesies yang melakukan migrasi ke bagian hulu sebagai bagian dari daur hidupnya (March et al., 2003; Han et al., 2009).

Transcript of Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Page 1: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

43

Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai Asahan bagian hulu dan anak sungainya

Charles P.H. Simanjuntak1, 2

1 Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FPIK IPB

2 Masyarakat Iktiologi Indonesia [email protected]

Abstrak

Penelitian tentang keragaman dan distribusi fauna ikan yang dilakukan dua tahap yakni pada bulan April-Mei 2011 (mewakili musim kemarau) dan September-Oktober 2011 (mewakili musim penghujan) bertujuan mengungkap kekayaan spesies dan distribusi spasio-temporal komunitas ikan di Sungai Asahan bagian hulu beserta anak sungai-anak sungainya. Penangkapan ikan menggunakan alat backpack electrofishing dengan metode multiple-pass depletion, experimental gill net dan cast net di empat belas stasiun pengambilan contoh. Ikan yang ditemukan selama penelitian berjumlah 31 spesies dari 22 genera dan 11 famili. Cyprinidae umumnya paling banyak tertangkap pada kedua musim, diikuti famili Balitoridae dan Clariidae. Neolissochilus sumatranus merupakan ikan endemik Sumatera Utara yang sudah mulai langka, namun masih ditemukan di lokasi studi. Spesies ikan yang tertangkap pada musim kemarau lebih beragam dibandingkan musim penghujan. Spesies yang memiliki sebaran yang luas di lokasi studi pada kedua musim adalah N. sumatranus (64,3% & 57,1%), Tor soro (42,9% & 14,3%), dan Crossocheilus oblongus (35,7% & 21,4%). Studi ini menunjukkan bahwa keragaman spesies ikan meningkat secara progresif seiring dengan kompleksitas habitat yang tersedia.

Kata Kunci: keragaman, distribusi spasio-temporal, Sungai Asahan, iktiofauna, N.sumatranus

Pendahuluan

Distribusi ikan di sungai dan anak sungainya khususnya di daerah tropis

merupakan salah satu kajian yang menarik bagi para ahli ekologi akuatik (Gilliam et al.,

1993; Raghavan et al., 2008). Beberapa mekanisme yang telah lama dipahami sebagai

penentu distribusi ikan di sungai daerah tropis antara lain faktor alam meliputi

biogeografi (Jenkins et al., 2010), geografi dan topografi daerah tangkapan hujan (Russell

et al., 2003), proses ekologis seperti pemangsaan, kompetisi, dan interaksi tropik (Power

1983; Barili et al., 2011). Perbedaan curah hujan yang sangat tinggi juga ditengarai akan

merubah struktur komunitas ikan karena fluktuasi paras muka air yang berubah

sehingga berkorelasi terhadap perubahan kondisi dan ketersediaan habitat (Eikaas &

McIntosh, 2006; Jenkins et al., 2010). Faktor lainnya adalah antropogenik seperti alih

fungsi lahan di daerah hulu akan memengaruhi distribusi ikan karena menurunkan

kualitas perairan (Jones III et al., 1999); dan pembangunan bendungan untuk PLTA

ditengarai akan memengaruhi distribusi ikan khususnya spesies yang melakukan

migrasi ke bagian hulu sebagai bagian dari daur hidupnya (March et al., 2003; Han et al.,

2009).

Page 2: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

44

Keragaman dan struktur komunitas ikan di sungai merupakan gambaran

karakteristik spesies dan daur hidupnya terkait dengan fluktuasi lingkungan fisik-

kimiawi perairan seperti suhu, konduktifitas, kelarutan oksigen, pH, kedalaman, dan

kecepatan arus (Angermeier & Karr, 1983; Mendonça et al. 2005; Kouamé et al. 2008).

Fluktuasi kondisi lingkungan perairan baik langsung maupun tidak langsung akan

memengaruhi komposisi komunitas ikan penghuni sungai (Winemiller et al., 2008).

Higgins (2009) menyatakan bahwa kecepatan arus, ketersediaan habitat, dan suhu

memengaruhi struktur fungsional komunitas ikan; sementara struktur substrat dan lebar

sungai memengaruhi struktur taksonomi ikan. Hubungan antara ordo sungai dan

heterogentitas habitat dengan keragaman ikan di daerah tropis telah banyak

didokumentasikan (Angermeier & Karr, 1983; Gerhard et al. 2004; Bhat, 2005; Jenkins &

Jupiter, 2011); namun informasi senada belum pernah dilaporkan dari Sumatera Utara.

Sungai Asahan bagian hulu dan anak sungainya terletak di dua kabupaten yaitu

Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Daerah ini dicirikan

dengan topografi berbukit dengan ketinggian antara 250-500 m dpl. Kajian mengenai

keragaman komunitas ikan dan distribusi ikan di daerah hulu Sungai Asahan beserta

anak sungai-anak sungainya belum pernah dilakukan; sementara dalam waktu dekat

pemerintah akan membangun PLTA Asahan III di daerah aliran sungai ini, sehingga

perlu ada data komprehensif mengenai keragaman spesies ikan dan pola distribusi

spasio-temporal komunitas ikan di Sungai Asahan bagian hulu beserta anak sungai-anak

sungainya. Bercermin dari kondisi di atas, maka penelitian yang bertujuan menggali

kekayaan spesies ikan dan distribusi spasio-temporal ikan di Sungai Asahan bagian hulu

dilakukan.

Bahan dan Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif post facto terhadap

keragaman dan distribusi komunitas ikan. Penelitian dilakukan dua tahap yakni April-

Mei 2011 (mewakili musim kemarau) dan September-Oktober 2011 (mewakili musim

penghujan) di Sungai Asahan bagian hulu, Sumatera Utara (Gambar 1). Daerah studi

meliputi 14 stasiun pengambilan contoh (Tabel 1).

Page 3: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

45

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Penangkapan ikan di masing-masing stasiun pengambilan sampel menggunakan

alat backpack electrofishing units dimana arus listrik yang dihasilkan bersumber dari

batere 12 volt dan 9 ampere. Alat ini sangat efektif digunakan untuk perairan yang

dangkal seperti sungai dan anak sungai. Metode yang digunakan adalah multiple-pass

depletion atau removal methods yang didasarkan pada teknik Zippin (1958) in SCFF (2007).

Pengoperasian electrofishing untuk masing-masing stasiun dengan kurun waktu 4 x 15

menit dengan mengikuti alur zig zag menyusur kedua tepi anak sungai tersebut. Jarak

yang ditempuh dalam kurun waktu 4 x 15 menit sejauh 100 m. Operator electrofishing

akan bergerak berlawanan arah dengan arus sungai (bergerak ke arah hulu), dibantu

oleh satu atau dua anggota pembawa dipnet (net persons) dengan ukuran mesh size 10

mm untuk membantu memindahkan ikan yang pingsan ke wadah ember berisi air. Alat

tangkap lainnya yang juga dioperasikan dalam studi ini antara lain jala lempar (cast net)

(ukuran panjang 3 m, tinggi 2 m dengan ukuran mata jaring 0,5 inchi), dan experimental

gill nets (panjang 10 m dan tinggi 2 m dengan ukuran masing-masing mata jaring 1, 2

dan 3 inci). Jala lempar dioperasikan khususnya pada bagian tengah sungai dengan

kecepatan arus yang relatif lebih tinggi selama kurang lebih 1 jam di setiap stasiun

sampling (bergerak ke arah hulu); sementara experimental gill nets dioperasikan pada

perairan yang dalam (lubuk) selama 12 jam (mulai pukul 18.00 sampai pukul 06.00 WIB).

Page 4: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

46

Tabel 1. Deskripsi stasiun pengambilan contoh

Stasiun Nama Posisi Koordinat Deskripsi

Sungai Asahan (debit air sampai 100 m3)

A1 Aek Ponot U: 02033’17,3” T: 099018’23.8”

Sungai berbatu besar dengan air yang jernih. Aliran air bersumber dari air terjun ponot.

A2 Tangga U: 02033’34,3” T: 099018’36.7”

Merupakan gabungan dari dari aliran sungai Ponot dan Baturangin. Sungai berbatu dengan arus yang deras dan jernih.

A3 Parhitean U: 02033’53,0” T: 099020’05.9”

Debit air yang besar, aliran yang cepat dengan tepian sungai berbatu besar. Air sungai jernih

A4 Hula-Huli U: 02033’42,4” T: 099021’32.5”

Debit air yang besar, aliran yang cepat dengan tepian sungai berbatu besar. Sungai ini membawa banyak sedimen (keruh)

A5 Ojo Lali U: 02034’25,2” T: 099023’24.9”

Debit air yang besar, aliran yang cepat dengan substrat batu berpasir. Sungai ini membawa banyak sedimen (keruh)

A6 Air terjun Monang-monang

U: 02038’12,4” T: 099028’13.5”

Debit air yang besar, aliran air sedang dengan substrat batu berpasir. Sungai ini membawa banyak sedimen (keruh).

Anak sungai utama (debit air antara 1-5 m3)

B1 Sungai Baturangin U: 02033’06,6” T: 099018’53.7”

Aliran massa air sebesar 2-3 m3 di antara batuan. Umumnya dangkal dan airnya jernih. Terletak di sebelah selatan sungai asahan.

B2 Sungai Air Hitam U: 02033’52,0” T: 099022’59.4”

Aliran air sebesar 5 m3 di antara batuan. Air berwarna hitam. Terletak di sebelah selatan Sungai Asahan

B3 Sungai Monang-Monang

U: 02038’08,3” T: 099028’15.5”

Di tepian sungai asahan dengn aliran air sebesar 3 m3 di antara batuan. kecerahan mencapai 50 cm. Terletak di sebelah utara Sungai Asahan

B4 Aek Batu Mamak U: 02035’25,0” T: 099024’48.3”

Aliran air sebesar 2 m3, substrat pasir berlumpur.

Anak sungai minor (debit air di bawah 1 m3)

C1 Aek Nangat U: 02034’03,3” T: 099019’46.4”

Debit air kurang dari 1 m3, mountain stream dicirikan dengan air yang jernih dan berbatu besar. Berada di sebelah Utara Sungai Asahan.

C2 Aek Sibargot U: 02033’42,9” T: 099020’18.8”

Debit air kurang dari 1 m3, mountain stream dicirikan dengan air yang jernih dan berbatu besar. Berada di sebelah Utara Sungai Asahan.

C3 Aek Sihalot U: 02033’36,4” T: 099021’11.6”

Debit air 1 m3, mountain stream dicirikan dengan air yang jernih dan berbatu besar. Berada di sebelah Selatan Sungai Asahan.

C4 Aek Parsaoran U: 02033’55,5” T: 099023’29.7”

Debit air 1 m3, mountain stream dicirikan dengan air yang jernih, substrat pasir dan berbatu besar. Berada di sebelah Selatan Sungai Asahan.

Ikan yang tertangkap dipisah berdasarkan stasiun pengambilan contoh dan alat

tangkap. Contoh ikan difoto dalam keadaan segar di dalam portable aquarium, diukur

panjang total (mm) dan bobotnya (g). Data panjang dan bobot ikan ini nantinya

Page 5: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

47

dimanfaatkan dalam analisis keragaman ikan di masing-masing lokasi pengambilan

contoh.

Spesimen ikan yang telah difoto segera diawetkan dalam larutan formalin 10%,

diberi label nama lokal ikan, lokasi/stasiun, tanggal koleksi, nama kolektor, dan

keterangan lain yang diperlukan. Di laboratorium spesimen ikan dicuci dengan air

mengalir dan selanjutnya disimpan dalam larutan alkohol 70% sebagai koleksi ilmiah

setelah diidentifikasi terlebih dahulu. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Ekobiologi

dan Konservasi Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

dengan mengacu kepada beberapa pustaka seperti Axelrods et al. (1995), Roberts (1989;

1993), Kottelat et al., (1993), Inger & Chin (1990), Mohsin & Ambak (1983), Eschmeyer

(1998) dan beberapa literatur terkait lainnya. Hasil identifikasi ikan dikonfirmasi

kebenarannya dengan membandingkan contoh ikan dengan spesimen ikan awetan yang

sejenis di Museum Zoologi Bogor (MZB), Bidang Zoologi, Puslit. Biologi-LIPI, Cibinong.

Keragaman komunitas ikan di suatu perairan diketahui lewat beberapa atribut

seperti Shannon-Wiener diversity index (H'), evenness (E) dan dominansi (D) (Krebs 1989).

Indeks keragaman Shannon-Wiener (H') diukur dengan mengikuti persamaan:

H' = –Σ (Pjk) ln (Pjk); D = (Pjk)2

Keseragaman individu yang tertangkap antar spesies (equitability) dihitung dengan

mengikuti persamaan:

E = H'/ln Sk

dengan Pjk = kelimpahan relatif spesies ke-j di stasiun k; Sk = jumlah total spesies yang

tertangkap di stasiun k.

Pengelompokan atau similaritas komposisi spesies antar stasiun pengambilan

contoh dianalisis dengan menggunakan analisis Similarity of Bray-Curtis (Legendre &

Legendre, 1998) dengan menggunakan program PRIMER 5.1.2 for Windows.

Page 6: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

48

Hasil dan Pembahasan

Keragaman Ikan

Selama penelitian terkoleksi sebanyak 31 spesies ikan dari 22 genera dan 11 famili.

Komposisi ikan yang ditemukan pada musim kemarau terdiri atas of 23 spesies

mewakili 17 genera dan 7 famili; sementara pada musim penghujan ditemukan 21

spesies dari 18 genera dan 10 famili. Famili Cyprinidae merupakan famili yang lebih

banyak ditemukan baik pada musim kemarau maupun musim penghujan (Gambar 2).

Cyprinidae merupakan famili ikan air tawar yang memiliki spesies paling banyak di

seluruh dunia, kecuali di daerah Australia, Madagaskar, Selandia Baru dan Amerika

Selatan (Kottelat et al., 1993); lebih lanjut Zakaria-Ismail (1994) menyatakan bahwa

Cyprinidae merupakan kelompok ikan air tawar terbesar di daerah Asia Tenggara; dan

termasuk di perairan tawar pulau Sumatera (Wargasasmita, 2002). Nguyen dan De Silva

(2006) mempertegas bahwa spesies ikan air tawar di daerah Asia didominasi kelompok

ikan Cyprinidae (kurang lebih 1000 spesies), lalu diikuti kelompok ikan loaches (famili

Balitoridae dan Cobitiidae) (kurang lebih 400 spesies), Gobiidae (300 spesies), Bagridae

(100 spesies), dan Osphronemidae (85 spesies).

Beberapa hasil penelitian di beberapa sungai di kawasan pulau Sumatera

menunjukkan hal serupa, seperti di perairan sektor Bukit Tigapuluh Siberida ditemukan

bahwa famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang paling besar jumlah

populasinya kemudian disusul kelompok catfish (Bagridae, Clariidae, Pangasidae)

(Siregar et al.,1993); di Sungai Enim, Sumatera Selatan tertangkap 28 spesies dari 11

famili dan fauna ikan didominasi Cyprinidae (14 spesies), Cobiitidae (4 spesies) dan

Balitoridae (2 spesies) (Hamidah, 2004); di daerah Tesso Nilo, Riau terkoleksi fauna ikan

sebanyak 31 genera dari 16 famili yang didominasi famili Cyprinidae (18 spesies), lalu

diikuti Bagridae (5 spesies), Belontiidae dan Siluridae (masing-masing 4 spesies)

(Rachmatika, 2006).

Ikan dari kelompok Balitoridae menempati urutan kedua jumlah spesies yang

paling banyak tertangkap baik pada musim kemarau maupun penghujan. Fenomena ini

dapat dipahami karena habitat kelompok ikan ini umumnya di bagian hulu sungai dan

anak sungai yang dicirikan dengan arus yang deras. Ikan dari kelompok Balitoridae,

dalam hal ini genus Homaloptera dan Nemacheilus memiliki pola adaptasi dengan

memiliki kepala yang pipih, bagian depan badannya datar dengan sirip dada dan sirip

perut memanjang ke samping dan berkembang membentuk suatu bantalan pengisap

(Kottelat et al., 1993).

Page 7: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

49

Gambar 2. Jumlah spesies ikan dari masing-masing famili pada musim kemarau dan penghujan

Fauna dan distribusi ikan di masing-masing stasiun penelitian beserta nilai

ekonomis masing-masing spesies disajikan pada Tabel 2. Spesies ikan yang ditemukan

pada kedua musim yang berbeda antara lain Crossocheilus oblongus, Danio albolineatus,

Hampala macrolepidota, Neolissochilus sumatranus, Osteochilus waandersii, Puntius

lateristriga, Rasbora sumatrana, Tor douronensis, Tor soro, Tor tambroides; sementara spesies

ikan yang hanya ditemukan pada musim kemarau antara lain Barbonymus schwanenfeldii,

O. enneaporos, Osteochilus sp., Puntius binotatus, T. tambroides, Homaloptera cf. orthogoniata,

Homaloptera sp., Nemacheilus sp., Silurichthys hasseltii, Clarias olivaceus, Glyptothorax

platypogonoides, dan Mastacembelus unicolor; sedangkan ikan yang hanya ditemukan pada

musim penghujan antara lain Mystacoleucus marginatus, Osteochilus vittatus, Aplocheilus

panchax, Poecillia reticulata, Homaloptera heterolopis, Mystus micracanthus, Hemibagrus

nemurus, dan Oxyeleotris marmorata. Komposisi fauna ikan yang ditemukan pada musim

kemarau lebih beragam dibandingkan dengan musim penghujan. Demikian pula

halnya jumlah spesies dan individu yang ditemukan pada musim kemarau lebih besar

dibandingkan pada musim penghujan. Faktor utama penyebab terjadinya perbedaan

keragaman ikan di kedua musim adalah tingginya kekeruhan air sungai pada saat

musim penghujan yang selanjutnya berkorelasi terhadap ketersediaan habitat/relung

Page 8: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

50

bagi komunitas ikan. Pola yang sama juga ditemukan di perairan Vanua Levu, Fiji

bahwa pada musim penghujan terjadi peningkatan kekeruhan perairan akibat

banyaknya masukan run off dari sekitar sungai dan pada gilirannya memengaruhi

keragaman dan kelimpahan spesies ikan (Jenkins & Jupiter, 2011).

Pada survei ini ditemukan tiga jenis ikan Tor yakni T. douronensis, T. soro, T.

tambroides dan satu jenis ikan Neolissochilus yakni N. sumatranus. Keempat spesies ini

dikategorikan sebagai ikan batak oleh masyarakat setempat. Keempat spesies ini

merupakan ikan ekonomis tinggi dan bernilai sosio-kultural khususnya bagi masyarakat

dari suku Batak. Ikan N. sumatranus merupakan spesies ikan endemik di daerah

Sumatera Utara. Sebaran ikan ini belum pernah diungkap secara spesifik, demikian pula

halnya data ekologi dan biologinya belum pernah dilaporkan. Temuan ini menjadi satu

mata rantai dalam upaya konservasi ikan N. sumatranus di habitat alaminya.

Berdasarkan analisis keanekaragaman alpa, keanekaragaman dan struktur

komunitas fauna ikan di masing-masing stasiun bervariasi baik secara spasial dan

temporal (Tabel 3). Keragaman ikan lebih besar di sungai utama dibandingkan dengan

di anak sungai utama (major tributaries) dan anak sungai minor (minor tributaries). Indeks

keanekaragaman dan evenness tertinggi baik pada musim kemarau dan penghujan

ditemukan di stasiun Parhitean, air terjun Monang-monang, Sungai Monang-monang

dan Ojo lali. Secara umum, keanekaragaman spesies ikan di lokasi studi termasuk

rendah (H’ berkisar antara 0,21-1,75), sementara indeks evenness termasuk dalam

kategori sedang sampai tinggi (E berkisar antara 0,22-0,99).

Studi ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman dan evenness komunitas

ikan meningkat secara progresif seiring dengan meningkatnya kompleksitas habitat

yang tersedia; atau dengan kata lain komunitas ikan bervariasi secara spasial terkait

dengan posisi ordo sungai. Semakin besar ordo sungainya (downstream region), maka

heterogenitas habitat semakin besar dan pada gilirannya akan memberikan relung yang

luas bagi banyak spesies ikan untuk melangsungkan kehidupannya (Bhat, 2004; Kadye

et al., 2008). Heterogenitas habitat dimaksud mencakup lebar dan kedalaman sungai,

ordo sungai, ketinggian (altititude), ruang untuk bersembunyi, vegetasi riparian, sungai

yang tertutup oleh vegetasi (stream canopy cover), tipe substrat, kualitas air (suhu,

oksigen terlarut, kecepatan arus, konduktifitas, pH, kekeruhan, nitrogen total, posfat

total, dan karbon organik total) (Angermeier & Karr, 1983; Penczak et al., 1994; Gerhard

et al., 2004; Roy et al., 2007; Kouamé et al. 2008; Li et al., 2012). Fenomena yang sama juga

ditemukan pada komunitas ikan di Sungai Agua Nanci, Paraná River, Brazil (Abes &

Page 9: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

51

Agostinho, 2001) dan Sungai Rio Paraiba do Sul di Sebelah Tenggara Brazil (Araújo et al.,

2009) bahwa keragaman komunitas ikan semakin besar sejalan dengan meningkatnya

heterogenitas habitat.

Sebaran Kekayaan Jenis Ikan

Sebaran kekayaan spesies ikan di daerah studi selama penelitian disajikan pada

Gambar 3. Pada musim kemarau, stasiun yang memiliki kekayaan jenis ikan tertinggi

adalah Stasiun Ojo lali dengan 8 spesies ikan; diikuti Stasiun Sungai Monang-monang

dan Aek Batu Mamak masing-masing sebanyak 6 spesies ikan. Stasiun Tangga dan

Stasiun Hula-huli masing-masing diwakili sebanyak 5 jenis ikan; sementara stasiun

lainnya umumnya memiliki 1 sampai 4 spesies ikan penghuninya. Pada musim

penghujan, stasiun yang memiliki kekayaan jenis ikan tertinggi adalah stasiun Sungai

Monang-monang sebanyak 7 spesies ikan; diikuti Stasiun Air terjun Monang-monang

sebanyak 5 spesies ikan. Stasiun Sungai Ponot, Parhitean, Ojo lali, dan Aek Batu Mamak

masing-masing diwakili oleh 4 spesies ikan; sedangkan stasiun lainnya umumnya

memiliki 1 sampai 2 spesies ikan penghuninya.

Perbedaan sebaran spesies secara spasial menunjukkan bahwa masing-masing

stasiun penelitian menyediakan relung (habitat dan makanan) yang berbeda sehingga

komposisi spesiesnyapun berbeda; sementara perbedaan komposisi spesies secara

temporal lebih dipengaruhi oleh perubahan kualitas perairan seperti meningkatnya

kekeruhan dan debit massa air. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sebaran kekayaan

spesies secara spasial terkait variabilitas habitat dan keberadaan mikrohabitat (Li et al.,

2012), komposisi substrat dan kedalaman perairan (Pusey et al., 1993), pengalihan massa

air untuk irigasi/PLTA dan rusaknya vegetasi di sekitar sungai (Adams et al., 2004;

Beugly & Pyron, 2010); sementara sebaran ikan secara temporal lebih banyak digerakkan

oleh perubahan kualitas air seperti suhu, pH, oksigen terlarut, kekeruhan, debit air

(Jenkins & Jupiter, 2011; Li et al., 2012), dan ruaya pemijahan ke arah hulu (Rodriguez-

Ruiz & Granado-Lorencio, 1992). Pada musim penghujan, beberapa spesies ikan yang

tertangkap dari kelompok Cyprinidae (N. sumatranus, T. soro, O. waandersii) sedang

dalam tahap matang gonad atau memasuki musim pemijahan. Desai (2003) menyatakan

bahwa kelompok ikan Tor spp. pada musim penghujan akan melakukan ruaya ke arah

hulu (upstream) atau anak sungai-anak sungai di tepian sungai utama untuk mencari

lokasi pemijahan yang airnya jernih.

Page 10: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Sim

anju

ntak

– Ik

tiofa

una

Sung

ai A

saha

n

52

Tab

el 2

. S

pes

ies,

dis

trib

usi

dan

nil

ai p

ote

nsi

al f

aun

a ik

an y

ang

dit

emu

kan

di

hu

lu S

un

gai

Asa

han

dan

an

ak s

un

gai

ny

a

FA

MIL

I/S

PE

CIE

S

NA

MA

L

OK

AL

ST

AS

IUN

D

IST

RIB

US

I

PO

TE

NS

I A

1 A

2 A

3 A

4 A

5 A

6 B

1

B2

B

3

B4

C

1

C2

C

3

C4

(%

) (%

)

Kem

ara

u

Pen

gh

uja

n

CY

PR

INID

AE

B

arbo

ny

mu

s sc

hw

anen

feld

ii

Lem

edu

k

- -

- -

o

- -

- -

- -

- -

- 7

,1

0

C

Cro

ssoc

hei

lus

oblo

ng

us

Sa

lid

ing

-

o

- -

ox

o

x

- -

ox

-

- -

ox

-

35

,7

21

,4

Or

Dan

io a

lbol

inea

tus

Ka

lati

ma

-

- -

- -

- -

- x

o

x

- -

- -

7,1

1

4,3

O

r

Ham

pal

a m

acro

lepi

dot

a S

ibar

u

o

- o

x

o

- -

- -

- -

- -

- -

21

,4

7,1

C

N

eoli

ssoc

hil

us

sum

atra

nu

s Ju

run

g b

atu

o

x

ox

o

x

- -

- o

x

ox

-

ox

o

x

o

ox

-

64

,3

57

,1

C

My

stac

oleu

cus

mar

gin

atu

s -

- -

- -

- x

-

- -

- -

- -

- 0

7

,1

C

Ost

eoch

ilu

s en

nea

por

os

Tem

ba

ran

g

- -

- -

o

- -

- o

-

- -

- -

14

,3

0

C

Ost

eoch

ilu

s sp

. T

emb

ara

ng

-

- -

- o

-

- -

- -

- -

- -

7,1

0

C

O

steo

chil

us

vit

tatu

s S

ali

sir

- -

- -

- -

- -

x

- -

- -

- 0

7

,1

C

Ost

eoch

ilu

s w

aan

der

sii

Sa

lisi

r -

- -

- o

x

o

- -

- -

- -

- -

14

,3

7,1

C

Pu

nti

us

bin

otat

us

Po

ra-p

ora

-

- -

- o

-

- -

- -

- -

- -

7,1

0

C

Pu

nti

us

late

rist

rig

a G

ap

ua

l -

- -

- -

- -

- x

o

x

- -

- -

7,1

1

4,3

C

R

asbo

ra s

um

atra

na

Hap

ora

s -

- -

- -

x

- -

x

ox

-

- -

- 7

,1

21

,4

Or

Tor

dou

ron

ensi

s Ju

run

g p

asi

r -

ox

-

o

o

x

- -

x

- -

- -

- 2

1,4

2

1,4

C

Tor

sor

o Ju

run

g b

atu

o

-

x

o

ox

o

o

-

- o

-

- -

- 4

2,9

1

4,3

C

Tor

tam

broi

des

Ju

run

g p

asi

r -

o

- -

- -

- -

o

- -

- -

- 1

4,3

0

C

AP

LO

CH

EIL

IDA

E

Ap

loch

eilu

s p

anch

ax

Ka

lati

ma

x

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

0

7,1

O

r

PO

EC

ILII

DA

E

Poe

cill

ia r

etic

ula

ta

Ka

lati

ma

x

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

0

7,1

O

r

BA

LIT

OR

IDA

E

Hom

alop

tera

cf.

ort

hog

onia

ta

Icu

r -

o

- -

- -

- -

- -

- -

- -

7,1

0

O

r

Hom

alop

tera

sp

. Ic

ur

-

- -

- -

- -

- o

-

- -

- -

7,1

0

O

r

Hom

alop

tera

het

erol

opis

Ic

ur

x

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

0

7,1

O

r

Nem

ach

eilu

s sp

. Ic

ur

-

- -

- -

o

- -

o

- -

- -

- 1

4,3

0

O

r

BA

GR

IDA

E

My

stu

s m

icra

can

thu

s B

au

ng

-

- -

x

- -

- -

- -

- -

- -

0

7,1

O

r H

emib

agru

s n

emu

rus

Ba

un

g

- -

- -

x

- -

- -

- -

- -

- 0

7

,1

C

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

52

Page 11: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Pros

idin

g Se

min

ar N

asio

nal I

kan

VII,

43-6

0

Mak

assa

r, 12

Jun

i 201

2

53

Ta

bel

2 (

La

nju

tan

) S

ILU

RID

AE

S

ilu

rich

thy

s h

asse

ltii

R

ab

i-ra

bi

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- o

x

7,1

7

,1

C &

Or

CL

AR

IID

AE

Cla

rias

tei

jsm

ann

i le

le

- -

- -

- -

- -

x

o

- -

- o

1

4,3

7

,1

C

Cla

rias

oli

vac

eus

le

le

o

7

,1

0

C

SIS

OR

IDA

E

Gly

pto

thor

ax p

laty

pog

onoi

des

K

ati

ng

-

- -

- -

- o

x

- -

- -

- o

-

14

,3

7,1

O

r

EL

EO

TR

IDID

AE

Ox

yel

eotr

is m

arm

orat

a b

etu

tu

- -

- x

-

- -

- -

- -

- -

- 0

7

,1

C

GO

BII

DA

E

Glo

ssog

obiu

s g

iuri

s -

- -

x

o

- x

-

- -

- -

- -

- 7

,1

14

,3

Or

MA

ST

AC

EM

BE

LID

AE

Mas

tace

mbe

lus

un

icol

or

Sil

i -

- o

o

-

- -

- o

-

- -

o

- 2

8,6

0

C

& O

r

Ket

era

ng

an:

A1

= S

un

gai

Po

no

t; A

2 =

Ta

ng

ga

; A3

= P

arh

itea

n; A

4 =

Hu

la-H

uli

; A5

= O

jo L

ali

; A6

= A

ir t

erju

n M

on

an

g-M

on

an

g; B

1 =

Su

ng

ai B

atu

ran

gin

; B2

= S

un

gai

Air

H

ita

m; B

3 =

Su

ng

ai M

on

an

g-M

on

an

g; B

4 =

Aek

Ba

tu M

am

ak

; C1

= A

ek N

an

gat

; C2

= A

ek S

ibar

go

t; C

3 =

Aek

Sih

alo

t; C

4 =

Aek

Par

sao

ran

; o =

mu

sim

k

emar

au

; x =

mu

sim

pen

gh

uja

n; C

= i

ka

n k

on

sum

si; O

r =

ik

an

hia

s

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 41-58

Makassar, 8-9 Juni 2012

53

Page 12: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

54

Table 3. Indeks keanekaragaman (H’), dominasi (D) dan Evenness (E) komunitas ikan di masing-masing stasiun pengambilan contoh pada musim kemarau dan penghujan

Stasiun H' D E

Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan

A1 1,01 0 0,43 1 0,73 0

A2 0,66 0,43 0,71 0,74 0,41 0,62

A3 1,05 1,38 0,26 0,25 0,96 0,99

A4 0,9 0 0,47 1 0,68 0

A5 1,75 0,95 0,23 0,44 0,84 0,59

A6 1,52 0,94 0,23 0,52 0,94 0,68

B1 0,57 0,5 0,71 0,68 0,52 0,721

B2 0 0 1 1 0 0

B3 1,65 1,29 0,21 0,41 0,92 0,72

B4 0,81 1,16 0,61 0,37 0,45 0,84

C1 0 0 1 1 0 0

C2 0 0 1 1 0 0

C3 0,51 0,64 0,73 0,55 0,37 0,92

C4 0,15 0 0,93 1 0,22 0

Keterangan: A1 = Sungai Ponot; A2 = Tangga; A3 = Parhitean; A4 = Hula-Huli; A5 = Ojo Lali; A6 = Air terjun Monang-Monang; B1 = Sungai Baturangin; B2 = Sungai Air Hitam; B3 = Sungai Monang-Monang; B4 = Aek Batu Mamak; C1 = Aek Nangat; C2 = Aek Sibargot; C3 = Aek Sihalot; C4 = Aek Parsaoran

Gambar 3.Sebaran spesies ikan di masing-masing stasiun pada musim kemarau dan penghujan

Page 13: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

55

Distribusi spesies ikan merupakan konsekuensi karakteristik habitat dan faktor

biologis perairan. Spesies ikan yang memiliki distribusi spasial tertinggi pada musim

kemarau adalah ikan N. sumatranus, T. soro dengan nilai distribusi spasial masing-

masing sebesar 64,3% dan 42,9%; diikuti C. oblongus (35,7%), M. unicolor (28,6%), T.

douronensis (21,4%), H. macrolepidota (21,45%). Jenis ikan yang memiliki sebaran paling

rendah adalah B. schwanenfeldii, D. albolineatus, Osteochilus sp., P. binotatus, P.lateristriga,

R. sumatrana, Homalopter cf. orthogoniata, Homaloptera sp., S. hasseltii, C. olivaceus, dan G.

Giuris masing-masing dengan tingkat distribusi spasial sebesar 7,1% (Tabel 2). Pola

distribusi spasial yang sedikit berbeda ditemukan pada musim penghujan. Ikan N.

sumatranus memiliki sebaran yang luas di lokasi studi dengan nilai persentase distribusi

spasial 66,7%, diikuti ikan C. oblongus, R. sumatrana, T. douronensis masing-masing

sebesar 21,4%. Spesies ikan lainnya hanya ditemukan pada satu dan dua stasiun

pengambilan contoh atau memiliki sebaran spasial berkisar antara 7,1-14,3% (Tabel 2).

Secara spasial dan temporal, ikan N. sumatranus memiliki distribusi yang luas di

daerah hulu Sungai Asahan dan anak sungai-anak sungainya. Kondisi ini memberikan

gambaran bahwa hulu Sungai Asahan merupakan habitat utama ikan N. sumatranus.

Ikan ini menyukai perairan yang jernih, berbatu, dangkal, oksigen terlarut yang tinggi

dan kekeruhan yang rendah. Ada dugaan bahwa N. sumatranus masih mampu

melakukan peremajaan di sebagian besar lokasi studi. Salah satu kerabat dekat N.

sumatranus yaitu Neolissochilus thienemanni (ikan endemik di Danau Toba, Hulu Sungai

Asahan) telah masuk kategori terancam punah (Vulnerable) berdasarkan IUCN Red List

(WCMC, 1996) dan sudah sangat sulit untuk ditemukan di habitat alaminya. Fakta ini

mendorong perlu adanya upaya perlindungan dan konservasi spesies N. sumatranus di

habitat alaminya sebelum mengalami nasib serupa seperti kerabat dekatnya.

Pengelompokan stasiun berdasarkan komposisi jenis ikan pada musim kemarau

dan penghujan disajikan pada Gambar 5. Terdapat lima kelompok stasiun berdasarkan

kemiripan komposisi jenis ikannya pada musim kemarau yaitu, kelompok pertama

meliputi Stasiun Parhitean dan Hula-huli; kelompok kedua meliputi Stasiun Aek

Sibargot, Tangga, Sungai Baturangin, Aek Nangat, Sungai Air Hitam, Sungai Ponot, dan

Aek Sihalot; kelompok ketiga meliputi Stasiun Sungai Monang-monang, Ojo lali dan Air

Terjun Monang-monang; kelompok keempat diwakili stasiun Aek batu Mamak; dan

kelompok kelima diwakili Aek Parsaoran. Pada musim penghujan juga terdapat lima

kelompok stasiun berdasarkan komposisi spesies ikan penghuninya yaitu, kelompok

pertama diwakili Stasiun Aek Sibargot, Sungai Baturangin, Tangga, Aek Nangat, Air

Page 14: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

56

Hitam, Ponot, Aek Sihalot, danParhitean; kelompok kedua diwakili Stasiun Sungai

Monang-monang, Ojo Lali, dan Air terjun Monang-monang; sementara kelompok

ketiga, keempat dan kelima diwakili masing-masing satu stasiun secara berurutan yaitu

Stasiun Aek Batu Mamak, Hula-huli dan Aek Parsaoran. Tingkat kemiripan komposisi

spesies ikan antar stasiun pengambilan contoh baik pada musim kemarau maupun

musim penghujan sangat rendah (20 %) atau dengan kata lain setiap stasiun dihuni oleh

spesies ikan yang berbeda.

(A)

(B) Keterangan: A1 = Sungai Ponot; A2 = Tangga; A3 = Parhitean; A4 = Hula-Huli; A5 = Ojo Lali; A6 = Air terjun Monang-Monang; B1 = Sungai Baturangin; B2 = Sungai Air Hitam; B3 = Sungai Monang-Monang; B4 = Aek Batu Mamak; C1 = Aek Nangat; C2 = Aek Sibargot; C3 = Aek Sihalot; C4 = Aek Parsaoran

Gambar 5. Kesamaan komposisi spesies ikan antar stasiun pada musim kemarau (A) dan penghujan (B)

Page 15: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

57

Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari studi ini adalah:

(1) Hulu Sungai Asahan dan anak sungainya kaya akan iktiofauna dengan

ditemukannya 31 spesies ikan yang termasuk dalam 22 genera dan 11 famili;

(2) Komposisi ikan pada musim kemarau terdiri atas of 23 spesies mewakili 17

genera dan 7 famili; sementara pada musim penghujan ditemukan 21 spesies dari

18 genera dan 10 famili;

(3) Ikan dari famili Cyprinidae lebih dominan ditemukan baik pada musim kemarau

maupun musim penghujan;

(4) Ikan N. sumatranus memiliki distribusi yang luas di daerah hulu Sungai Asahan

dan anak sungai-anak sungainya baik secara spasial maupun temporal;

(5) Keragaman iktiofauna meningkat secara progresif seiring dengan kompleksitas

habitat yang tersedia.

Persantunan

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT PLN dan Nippon Koei Co. Ltd.

yang mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staf

peneliti dari PSDAL-USU (Ternala A. Barus, Toberni Situmorang dan Misran

Hasudungan), staf peneliti dari Nippon Koei (Nick Willoughby dan Nasor) dan Bapak

Roi Hutagalung yang telah membantu selama penelitian di lapangan.

Senarai Pustaka

Abes SA & Agostinho AA. 2001. Spatial patterns in fish distributions and structure of the ichthyocenosis in the Agua Nanci stream, upper Paraná River basin, Brazil. Hydrobiologia, 445: 217–227

Adams SB, Warren ML, Jr, Haag WR. 2004. Spatial and temporal patterns in fish assemblages of upper coastal plain streams, Mississippi, USA. Hydrobiologia, 528: 45–61

Angermeier PL & Karr JR. 1983. Fish communities along environmental gradients in a system of tropical streams. Environmental Biology of Fishes, 9 (2):117-135

Araújo FG, Pinto BJT, Teixeira TP. 2009. Longitudinal patterns of fish assemblages in a large tropical river in southeastern Brazil: evaluating environmental influences and some concepts in river ecology. Hydrobiologia, 618:89–107

Axelrods N, Burgess WE, Emmens CW. 1995. Mini Atlas of freshwater fishes. Mini editions. T.F.H. Publications, Inc., Boston

Page 16: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

58

Barili E, Agostinho AA, Gomez LC, Latini JD. 2011. The coexistence of fish species in streams: relationships between assemblage attributes and trophic and environmental variables. Environmental Biology of Fishes, 92:41–52

Beugly J & Pyron M. 2010. Temporal and spatial variation in the long-term functional organization of fish assemblages in a large river. Hydrobiologia, 654:215–226

Bhat A. 2004. Patterns in the distribution of freshwater fishes in rivers of Central Western Ghats, India and their associations with environmental gradients. Hydrobiologia, 529: 83–97

Bhat A. 2005. Ecomorphological correlates in tropical stream fishes of southern India. Environmental Biology of Fishes, 73:211–225

Desai VR. 2003. Synopsis of biological data in the Tor mahseer Tor soro (Hamilton) from river Namada. FAO fisheries synopsis

Eikaas HS & McIntosh AR. 2006. Habitat loss through disruption of constrained dispersal networks. Ecological Applications, 16:987–998

Eschmeyer WN. 1998. Catalog of Fishes Vol. 1-3. California Academy of Sciences, San Fransisco

Gerhard P, Moares R, Molander S. 2004. Stream fish communities and their associations to habitat variables in a rain forest reserve in southeastern Brazil. Environmental Biology of Fishes, 71: 321–340

Gilliam JF, Fraser DF, Alkins-Koo, M. 1993. Structure of a tropical stream fish community: a role for biotic interactions. Ecology, 74(6): 1856-1870

Hamidah A. 2004. Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia, 4 (2):51-55

Han M, Fukusima T, Fukusima M. 2009. Effect of damming on distribution of rainbow trout in Hokkaido, Japan. Environmental Biology of Fishes, 84:175-181

Higgins CL. 2009. Spatiotemporal variation in functional and taxonomic organization of stream-fish assemblages in central Texas. Aquatic Ecology, 43:1133–1141

Inger RF & Chin PK. 1990. The freshwater of North Borneo. Fieldiana Zool. 45:1-268

Jenkins AP & Jupiter SD, 2011, Spatial and seasonal patterns in freshwater ichthyofaunal communities of a tropical high island in Fiji. Environmental Biology of Fishes, 91:261–274

Jenkins AP, Jupiter SD, Qauqau I, Atherton J. 2010. The importance of ecosystem-based management for conserving migratory pathways on tropical high islands: a case study from Fiji. Aquatic Conservation, 20:224–238

Jones III EBD, Helfman GS, Harper JO, Bolstad PV. 1999. Effects of riparian forest removal on fish assemblages in Southern Appalachian streams. Conservation Biology, 13 (6):1454-1465

Kadye WT, Magadza CHD, Moyo NAG, Kativu S. 2008. Stream fish assemblages in relation to environmental factors on a montane plateau (Nyika Plateau, Malawi). Environmental Biology of Fishes, 83:417-428

Kouamé KA, Yao SS, Bi GG, Kouamélan EP, N'Douba V, Kouassi NJ. 2008. Influential environmental gradients and patterns of fish assemblages in a West African basin. Hydrobiologia, 603:159–169

Page 17: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60

Makassar, 12 Juni 2012

59

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Ltd.

Krebs CJ. 1989. Ecological methodology. New York: Harper Collins Publishers, Inc.

Legendre P & Legendre L. 1998. Numerical ecology. 2nd edition. Elsevier Science BV. Amsterdam

Li J, Huang L, Zou L, Kano Y, Sato T, Yahara T. 2012. Spatial and temporal variation of fish assemblages and their associations to habitat variables in a mountain stream of north Tiaoxi River, China. Environmental Biology of Fishes, 93:403–417

March JG, Benstead JP, Pringle CM, Scatena FN. 2003. Damming tropical island streams: Problems, solutions, and alternatives. Bioscience, 53(11):1069-1078

Margasasmita S. 2005. Ancaman invasi ikan asing terhadap keanekaragaman ikan asli. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5 (1):5-10

Mendonça FP, Magnusson WE, Zuanon J. 2005. Relationships between habitat characteristics and fish assemblages in small streams of Central Amazonia. Copeia, 4:751-764

Mohsin AKM & Ambak MA. 1983. Freshwater fishes of Peninsular Malaysia. Penerbit Universiti Pertanian Malaysia.

Nguyen TTT & De Silva SS. 2006. Freshwater finfish biodiversity and conservation: an asian perspective. Biodiversity and Conservation, 15:3543–3568

Penczak T, Agostinho AA, Okada Ek. 1994. Fish diversity and community structure in two small tributaries of the Paraná River, Paraná State, Brazil. Hydrobiologia, 294:243-251

Power ME. 1983. Grazing ecology of tropical freshwater fishes to different scales of variation in their food. Environmental Biology of Fishes, 9:103–115

Pusey BJ, Arthington AH, Read MG. 1993. Spatial and temporal variation in fish assemblage structure in the Mary River, south-eastern Queensland: The influence of habitat structure. Environmental Biology of Fishes, 37: 35-380

Rachmatika I, Munim A, Dewantoro GW. 2006. Fish diversity in the Tesso Nilo area, Riau with notes on rare, Cryptic spesies. Treubia, 34:59-74

Raghavan R, Prasad G, Ali PHA, Pereira B. 2008. Fish fauna of Chalakudy River, part of Western Ghats biodiversity hotspot, Kerala, India: patterns of distribution, threats and conservation needs. Biodiversity Conservation, 17:3119–3131

Roberts TR. 1989. The Freshwater Fishes of Western Borneo (Kalimantan Barat, Indonesia). California Academy of Science Memoirs Number 14.

Roberts TR. 1993. The freshwaters fishes of Java, as observed by Kuhl and van Hasselt in 1820-23. Zoologische Verhandelingen, 285:1-94

Rodriguez-Ruiz A. & C. Granado-Lorenncio. 1992. Spawning period and migration of three species of cyprinids in a stream with mediterranean regimen (SW Spain). Journal of Fish Biology, 41: 545–556

Roy AH, Freeman BJ, Freeman MC. 2007. Riparian influences on stream fish assemblage structure in urbanizing streams. Landscape Ecology, 22:385–402

Page 18: Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai ...

Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan

60

Russell DJ, Ryan TJ, McDougall AJ, Kistle SE, Aland G. 2003. Species diversity and spatial variation in fish assemblage structure of streams in connected tropical catchments in northern Australia with reference to the occurrence of translocated and exotic species. Marine & Freshwater Research, 54:813–824

Scottish Fisheries Co-Ordination Centre (SFCC). 2007. Fisheries Management SVQ Level 3: Manage Electrofishing Operations. Training Manual for Electrofishing Team Leader.

Siregar S, Putra RM, Sukendi. 1993. Fauna ikan di perairan sektor Bukit Tigapuluh Siberida, Sumatera. Rain Forest and Resource Management. Proceedings of the NORINDA. Jakarta, 23-25 Mei 1993

Winemiller KO, Agostinho AA, Caramaschi EP. 2008. Fish ecology in tropical streams, in: Dudgeon D (ed): Tropical stream ecology. Dudgeon D & Cressa C, Elsevier/ Academic, San Diego, pp 305–146

World Conservation Monitoring Centre (WCMC). 1996. Neolissochilus theinemanni. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. <www.iucnredlist.org>.

Zakaria-Ismail M. 1994. Zoogeography and biodiversity of the freshwater fishes of Southeast Asia. Hydrobiologia, 285: 41-48