Analisis Skenario B Blok 23 Fix

34
1 KATA PENGANTAR Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing tutorial skenario B blok 23, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B blok 23. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Palembang, 3 Februari 2014 Frandi Wirajaya NIM. 04111401019

description

blok23

Transcript of Analisis Skenario B Blok 23 Fix

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing

    tutorial skenario B blok 23, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

    Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi

    dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami

    dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B blok 23.

    Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh

    karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

    perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat

    memberikan manfaat bagi kita semua.

    Palembang, 3 Februari 2014

    Frandi Wirajaya

    NIM. 04111401019

  • 2

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ................................................................................................................... 1

    Daftar Isi ............................................................................................................................. 2

    BAB I

    Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 3

    BAB II

    Pembahasan

    2.1. Data Tutorial .............................................................................................................. 4

    2.2. Skenario Kasus .......................................................................................................... 5

    2.3. Paparan.......................................................................................................................

    2.3.1 Klarifikasi Istilah........................................................................................................

    2.3.2 Identifikasi masalah....................................................................................................

    2.3.3 Analisis Masalah................ .......................................................................................

    2.3.4 Hipotesis.....................................................................................................................

    2.3.5 Learning Issue................. ..........................................................................................

    2.3.6 Kerangka Konsep............. .........................................................................................

    BAB III

    Penutup

    3.1 Kesimpulan............ ....................................................................................................

    Daftar Pustaka .....................................................................................................................

  • 3

    BAB I

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

    menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan

    tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

    1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

    pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

    2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

    dan pembelajaran diskusi kelompok.

    3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

    skenario ini.

  • 4

    BAB II

    Pembahasan

    2.1 Data Tutorial

    Tutor : dr. Indrayadi, Sp. A

    Moderator : Dhilah Juas Ainun

    Sekretaris Papan : Pierre Ramandha K

    Sekretaris Meja : Ghea Duandiza

    Hari, Tanggal : Senin, 3 Februari 2014

    Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

    2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

    3. Dilarang makan dan minum

  • 5

    2.2 Skenario B blok 23 2013

    Mrs.Mima, 38-years-old pregnant woman G4P3A0 39-weeks pregnancy, was brought by her

    husband to the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago. She has been complaining of

    headache and visual distrubance for the last 2 days. According to her husband, she has been

    suffering from Graves disease since 3 years ago, but was not well controlled.

    In the examination findings:

    Upon admission,

    Height = 152 cm; Weight 65 kg;

    BP: 180/110 mmHg. HR: 120x/min, RR: 24x/m.

    Head and neck examination revealed exopthalmus and enlargement of thyroid gland.

    Pretibial edema

    Obsetric examination :

    Outer examination: fundal height 32 cm, normal presentation.

    FHR : 150 x/min

    Lab : Hb 11,2g/dL; She had 2 + protein on urine, cylinder (-)

  • 6

    2.3 Paparan

    2.3.1 Klarifikasi istilah

    1. Convulsion : kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot volunter;

    kejang

    2. Graves disease :keterkaitan hipertiroidisme, goiterdan eksoftalamus dengan

    denyut nadi yang cepat, keringat yang banyak, gejala neurologis, gangguan psikis,

    badan cendrung kurus dan peningkatan metabolisme basal.

    3. Exopthalamus : protusio mata abnormal

    4. Pretibial edema : pengumpulan cairan secara normal diruang interseluler tubuh

    pada bagian depan tibia

    5. Fundal height : tinggi dasar atau basis uterus.

    6. Cylinder : badan padat yang berbentuk seperti tiang.

    7. FHR : Fetal Heart Rate (Denyut jantung janin per menit.

  • 7

    2.3.2 Identifikasi masalah

    1. Mrs.Mima, 38-years-old pregnant woman G4P3A0 39-weeks pregnancy, was brought

    by her husband to the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago.

    2. She has been complaining of headache and visual distrubance for the last 2 days.

    3. According to her husband, she has been suffering from Graves disease since 3 years

    ago, but was not well controlled.

    4. Physical examination

    5. Obsetric examination

    6. Laboratorum examination

  • 8

    2.3.3 Analisis Masalah:

    1. Mrs.Mima, 38-years-old pregnant woman G4P3A0 39-weeks pregnancy, was brought

    by her husband to the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago.

    A. Bagaimana etiologi dan mekanisme kejang pada kehamilan ? (1)

    Salah satu etiologi kejang yang sering dalam kehamilan adalah eklampsia.

    Eklampsia ditandai dengan terjadinya kejang umum dan atau koma pada

    preeklampsia tanpa adanya kondisi neurologik lainnya. Penyebab pasti dari

    kejang pada wanita dengan eklampsia tidak diketahui. Penyebab yang

    dikemukakan meliputi vasospasme serebral dengan iskemia lokal, hipertensi

    ensefalopati dengan hiperperfusi, edema vasogenik dan kerusakan endotelial.

    Kejang eklampsia hampir selalu hilang sendiri dan jarang terjadi lebih dari 3-4

    menit. Kejang eklamptik secara klinis dan elektroensefalografik tidak dapat

    dibedakan dari kejang tonik klonik umum lainnya. Kondisi klinis selain

    eklampsia yang dapat dipertimbangkan ketika melakukan evaluasi pada wanita

    hamil yang mengalami kejang dapat dilihat pada bagian diagnosis banding 3

    Mekanisme kejang pada kehamilan akibat eklampsia

    Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau

    koma. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

    disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2010)2. Penyebab yang dikemukakan

    meliputi vasospasme serebral dengan iskemia lokal, hipertensi ensefalopati

    dengan hiperperfusi, edema vasogenik dan kerusakan endotelial (Pangemanan,

    2002)1. Salah satu penyebab kejang adalah kerusakan endotelial atau disfungsi

    endotel yang disebabkan oleh paparan radikal bebas yaitu peroksida lemak yang

    disebabkan radikal hidroksil dalam darah yang merusak membran sel. Pada

    disfungsi endotel akan mengakibatkan hal-hal berikut:

    - Gangguan metabolisme prosteglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin

    (PGE2); suatu vasodilator kuat.

    - Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.

    Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2); suatu vasokonstriktor

    kuat.

  • 9

    Dalam keadaan normal perbandingan PGE2:TXA2 lebih tinggi kadar PGE2.

    Pada preeklampsia kadar TXA2 lebih tinggi dari kadar PGE2 sehingga terjadi

    Vasokonstriktor, dengan terjadi kenaikan tekanan darah5.

    Vasokonstriktor yang terjadi pada seluruh tubuh terutamanya pada otak akan

    mengakibatkan iskemia lokal beberapa bagian otak sehingga menyebabkan

    kejang 3.

    Ada dua teori untuk menjelaskan kelainan otak terkait eklampsia, dimana

    disfungsi endotel memainkan peran kunci dalam kedua teori ini.

    1. Teori pertama menyatakan bahwa sebagai respon terhadap hipertensi akut dan

    berat, terjadi regulasi serebrovaskular berlebihan sehingga timbul

    vasospasme. Asumsi ini didasarkan pada temuan angiografis berupa

    penyempitan segmental multifokal atau difus yang sesuai dengan gambaran

    vasospasme. Menuru teori ini, penurunan aliran darah otak dihipotesiskan

    sebagai penyebab iskemia, edema sitotoksik dan akhirnya infark jaringan.

    2. Teori kedua mengatakan bahwa terjadi peningkatan tekanan darah sistemik

    mendadak yang melebihi kapasitas autoregulasi serebrovaskular. Timbul

    daerah yang mengalami vasodilatasi dan vasokonstriksi paksa, khususnya

    pada daerah perbatasan arteri. Pada tingkat kapiler, gangguan pada tekanan

    end-capillary menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, hiperperfusi dan

    ekstravasasi plasma serta eritrosit melalui celah pada taut-erat endotel

    sehingga terjadi akumulasi edema vasogenik.

    Mekanisme yang paling mungkin merupakan kombinasi kedua teori tersebut.

    Jadi, sindroma preeklampsia memiliki dasar aktivasi endotel yang terkait dengan

    kebocoran antarsel endotel, yang timbul pada tekanan darah yang jauh lebih

    rendah dibandingkan tekanan yang menyebabkan edema vasogenik dan juga

    didasari hilangnya autoregulasi batas-atas 1

    B. Bagaimana hubungan riwayat kehamilan dan umur ibu terhadap kejang ? (2)

    Umur ibu hamil< 18 tahun dan > 35 tahun adalah umur dengan risiko tinggi

    terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Sebanyak 24,3% ibu hamil di kelompok

    umur ini menderita hipertensi. Risiko ibu hamil dengan hipertensi pada kelompok

    umur < 18 tahun dan > 35 tahun hampir 3 kali lebih besar dibandingkan dengan

    kelompok umur 1835 tahun. Para ahli menyatakan bahwa wanita yang menikah

    pada usia muda (< 20 tahun) fungsi organ-organ reproduksinya belum maksimal,

  • 10

    sehingga mudah timbul komplikasi. Dianjurkan agar ibu yang hamil pada umur

    35 tahun atau lebih harus lebih rajin memeriksakan kehamilannya ke petugas

    kesehatan, karena pada umumnya usia 35 tahun atau lebih fungsi organ

    reproduksi sudah mulai menurun 6.

    2. She has been complaining of headache and visual distrubance for the last 2 days.

    A. Bagaimana etiologi dan mekanisme sakit kepala dan gangguan penglihatan pada

    kasus ? (hubungan dengan kejang) (3)

    Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklampsia yang

    menunjukkan keterlibatan berat suatu organ yaitu :

    1. Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiperperfusi serebrovaskular

    yang memiliki predileksi pada lobus oksipitalis. Menurut sibai (205) dan

    Zwart dkk (2008), 50 sampai 70 % perempuan mengalami nyeri kepala, dan

    20 hingga 30% di antaranya mengalami gangguan penglihatan yang

    mendahului kejang eklamtik 1.

    2. Nyeri kepala disebabkan oleh hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan

    vasogenik edema.

    3. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus.

    Gangguan visus ini dapat berupa pandangan kabur, skotomata, amaurosis

    yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelaina dan ablasio retina.

    4. Dapat timbul kejang eklamptik. Penyebab kejang eklamptik belum diketahui

    dengan jelas. Faktor-faktor yang menimbulkan kejang eklamptik ialah edema

    serebri, vasospasme serebri dan iskemia otak 5

    .

    3. According to her husband, she has been suffering from Graves disease since 3 years

    ago, but was not well controlled.

    A. Bagaimana dampak penyakit grave pada kehamilan ? (4)

    Penyebab paling umum terjadinya tirotoksikosis dalam kehamilan adalah

    penyakit Graves. Insidensi kehamilan dengan gejala tirotoksikosis atau

    hipertiroidisme adalah 1 : 2000 kehamilan. Dampak penyakit graves terhadap

    kehamilan yaitu dapat menyebabkan terjadinya keguguran spontan.

  • 11

    Pada perempuan yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka yang tetap

    hipertiroid meskipun terapi telah diberikan, akan meningkatkan risiko terjadinya

    preeklampsia, kegaggalan jantung, dan keadaan perinatal yang buruk 5.

    Efek pada janin dan neonatus, sebagian besar bisa dalam keadaan eutiroid dan

    sebagian kecil lainnya hiper atau hipotiroid 1

    B. Bagaimana hubungan penyakit grave dengan keluhan sekarang (kejang, sakit

    kepala, gangguan penglihatan) ? (5)

    Seperti yang dijelaskan diatas, Penyebab paling umum terjadinya tirotoksikosis

    dalam kehamilan adalah penyakit Graves. Dampak penyakit graves terhadap

    kehamilan yaitu meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia 5.

    4. Physical examination

    Upon admission, Height = 152 cm; Weight 65 kg; BP: 180/110 mmHg. HR:

    120x/min, RR: 24x/m. Head and neck examination revealed exopthalmus and

    enlargement of thyroid gland. Pretibial edema

    A. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik ? (6)

    Tinggi dan berat badan : 152/65

    Tekanan darah : 180/110 mmHg (hipertensi) normal 120/80 mmHg

    Heart Rate : 120 x/menit (takikardi) normal 60-100 x/menit

    Head and neck : Exopthalmus (protusio mata abnormal), pembesaran kelenjar

    tiroid (hipertiroid;penyakit graves)

    Ekstremitas : Pretibia edema (abnormal)

    5. Obsetric examination

    Outer examination: fundal height 32 cm, normal presentation. FHR : 150 x/min

    A. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan obsetrik ? (7)

    Tinggi fundus uteri : 32 cm (kehamilan aterm 39 minggu) (normal)

    Fetal Heart Rate: 150x/menit (normal) tidak ada tanda-tanda gawat janin

  • 12

    B. Bagaimana cara pemeriksaan tinggi fundus dan FHR ?(8)

    Tinggi fundus uteri adalah tinggi puncak tertinggi rahim sesuai usia kehamilan.

    Biasanya pengukuran ini dilakukan saat pemeriksaan abdomen ibul hamil

    tepatnya saat melakukan leopold 1. Dari pengukuran TFU dapat diketahui

    taksiran usia gestasi dan taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU

    menggunakan jari pemeriksa sebagai alat ukurnya, namun kelemahannya tiap

    orang memiliki ukuran jari yang berbeda. TFU lebih baik diukur menggunakan

    metylen dengan satuan cm, ujung metylen ditempelkan pada simfisis pubis

    sedangkan ujung lain di tempelkan dipuncak rahim.

    Umur kehamilan (mgg) TFU Cm

    12 3 jari diatas simfisis

    16 simfisis-pusat

    20 3 jari dibawah pusat 20

    24 Setinggi pusat 23

    28 3 jari diatas pusat 26

    32 Setengah pusat-proc. Xifoideus 30

    36 Setinggi proc.xifoideus 33

    40 4 cm dibawah proc.xifoideus

    Taksiran berat badan janin (TBJ) adalah (TFU-12 cm) x 155 gram

    TBJ kasus adalah (32-12) x 155 gram = 3100 gram

    Pemeriksaan denyut jantung janin dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui

    kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam

    rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu 120-160 x/menit. Denyut

    jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/ 4 bulan. Alat-

    alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam pemeriksaan DJJ :

  • 13

    1. Stetoskop laennec

    Stetoskop khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin secara

    manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu.

    Cara melakukan pemeriksaan :

    Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

    Lakukan pemeriksaan leopold untuk mencari posisi punggung janin

    Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin

    Hitung total detak jantung janin

    Catat hasil dan beritahu hasil pada pasien

    2. USG

    3. NST yaitu cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi,

    pada umur kehamilan 32 minggu. pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat

    hubungan denyut jantung dengan gerakkan janin 8

    6. Laboratorium examination

    Lab : Hb 11,2g/dL; She had 2 + protein on urine, cylinder (-)

    A. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan Lab ? (9)

    Hb : 11,2 g/dl

    Protein dalam urin : 2+ (proteinuria)

    Silinder : -

    B. Bagaimana cara pemeriksaan proteinuria dan silinder ? (10)

  • 14

    Metode Dipstick

    1. Kumpulkan spesimen urin sewaktu

    2. Celupkan strip reagen (dipstick) kedalam urin

    3. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan

    dengan bagan warna.

    Pembacaan dipstick dengan instrumen otomatis lebih dianjurkan untuk

    memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Dipstick mendeteksi

    protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin

    tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein

    Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300 mg/dL, +4 =

    1000 mg/dL. Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300 mg/hari. Hasil positif palsu

    dapat terjadi pada pemakaian obat berikut:

    penisilin dosis tinggi,

    klorpromazin,

    tolbutamid

    golongan sulfa

  • 15

    Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali. Protein

    dalam urin dapat: (i) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitas glomerular

    atau gangguan tubular ginjal, atau (ii) abnormal, disebabkan multiple mieloma

    dan protein Bence-Jones 7

    7. Bagaimana epidemiologi pada kasus? (11)

    Insiden eklampsia di negara maju sekitar 1 dalam 2000 kelahiran sedangkan untuk

    tirotoksikosis itu insidennya 1 : 2000 kehamilan 1,5

    8. Apa saja faktor resiko pada kasus? (12)

    Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang

    dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut :

    1. Primigravida, primipaternitas

    2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus,

    hidrops fetalis, bayi besar

    3. Umur yang ekstrim

    4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia dan eklampsia

    5. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

    6. Obesitas 5

    9. Apa diagnosis banding pada kasus? (13)

    Traumatik cerebrovaskuler

    1.1 Perdarahan intraserebral

    1.2 Trombosis arteri dan vena serebral

    Penyakit hipertensi

    2.1 Hipertensi ensefalopati

    2.2 Pheochromocytoma

    Penekanan lesi pada susunan syaraf pusat

    3.1 Tumor otak

    3.2 Abses

    Kelainan metabolic

    4.1 Hipoglikemia

    4.2 Uremia

    4.3 Inappropriate antidiuretic hormone secretion resulting in water intoxiccation

    Infeksi

  • 16

    5.1 Meningitis

    5.2 Encefalitis

    Trombotik trombositopenik purpura

    Epilepsi idiopatik 3

    10. Bagaimana cara menegakan diagnosis pada kasus? (14)

    Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau koma.

    Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai

    dengan proteinuria 5

    Untuk menegakkan diagnosis preeklampsia atau eklampsia tentu kita harus

    melakukan :

    1. Anamnesis

    2. Pemeriksaan fisik (tanda-tanda edema, vital sign dll); pemeriksaan obstetri

    3. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan proteinuria)

    Kriteria diagnostik untuk preeklampsia ringan

    1. Tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau diatolik 90 mmHg.

    2. Desakan darah : 30 mmHg dan kenaikan desakan diastolic 15 mmHg, tidak

    dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklamsi, tetapi perlu observasi yang

    cermat

    3. Proteinuria : 300 mg/ 24 jam jumlah urine atau dipstick : 1+

    4. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali

    edema anasarka.

    Kriteria diagnostik Preeklamsi berat ialah preeklamsi dengan salah satu atau

    lebih gejala dan tanda dibawah ini :

    a. Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik 160 mmHg dan

    atau desakan diastolik 110 mmHg

    b. Proteinuria : 5 gr/ jumlah urin selama 24 jam. Atau dipstick : 4 +

    c. Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/ 24 jam

    d. Kenaikan kreatinin serum

    e. Edema paru dan sianosis

    f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan

    teregangnya kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar.

    g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan

    pandangan kabur.

  • 17

    h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanin atau aspartat amino transferase

    i. Hemolisis mikroangiopatik

    j. Trombositopenia : < 100.000 cell/ mm3

    k. Sindroma HELLP 4

    11. Apa working diagnosis pada kasus? (15)

    Kriteria preeklampsia : tekanan darah 180/110 mmHg, ada proteinuria 2+ disertai

    edema pretibia, Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala,

    skotomata, dan pandangan kabur serta kejang, maka diagnosis pada kasus ini :

    Nyonya Mima, 38 tahun, G4P3A0, usia kehamilan 39 minggu, dengan riwayat

    penyakit graves tidak terkontrol menderita preeklampsia berat dengan

    komplikasi akut eklampsia

    12. Bagaimana patofisiologi pada kasus? (16)

    Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.

    Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi

    tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang

    sekarang banyak dianut adalah5 :

    1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

    2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

    3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

    4. Teori adaptasi kardiovaskular genetik

    5. Teori defisiensi gizi

    6. Teori inflamasi

    13. Bagaimana tata laksana (farmakologis dan non farmakologis) pada kasus? (17)

    Dasar-dasar pengelolaan eklampsia :

    a.Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu

    b.Selalu diingat ABC (Airway, Breathing, Circulation).

    c.Pastikan jalan nafas atas tetap terbuka

    d.Mengatasi dan mencegah kejang

    e.Koreksi hipoksemia dan asidemia

  • 18

    f.Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya hipertensi krisis

    g. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat

    Terapi medikamentosa

    a. Segera masuk rumah sakit

    b. Tirah baring miring ke kiri secara intermiten

    c. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%

    d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.

    e. Pemberian MgSO4 dibagi :

    - Loading dose (initial dose) : dosis awal

    - Maintenance dose : dosis lanjutan

    Sumber Regimen Loading dose Maintenance

    dose

    Dihentikan

    1. Prichard, 1955 1957

    Intermitent

    intramuscul

    ar

    injection

    Preeklamsi

    10 g IM

    5g 50% tiap 4-6

    jam

    Bergantian salah

    satu bokong

    5g 50% tiap 4-6

    jam

    24 jam pasca

    persalinan

  • 19

    Eklamsi

    1) 4g 20% IV; 1g/menit

    2) 10g 50% IM: Kuadran atas sisi

    luar kedua bokong

    - 5g IM bokong

    kanan

    - 5g IM bokong

    kiri

    3) Ditambah 1.0 mllidocaine

    4) Jika konvulsi tetap terjadi

    Setelah 15 menit,

    beri : 2g

    20% IV : 1

    g/menit

    Obese : 4g iv

    Pakailah jarum 3-

    inci, 20 gauge

    Bergantian salah

    satu bokong

    (10 g MgSO4 IM

    dalam

    2-3 jam dicapai

    kadar plasma

    3, 5-6 mEq/l

    2. Zuspan, 1966

    Preeklamsi

    berat

    Eklamsi

    Continous

    Intravenous

    Injection

    Tidak ada

    4-6 g IV / 5-10 minute

    1 g/jam IV

    1 g/jam IV

    3. Sibai, 1984

    Preeklamsi -

    eklamsi

    Continous

    Intravenous

    Injection

    4-6 g 20% IV

    dilarutkan dalam

    100 ml/D5 / 15-20

    menit

    1) Dimulai

    2g/jam IV dalam

    10g 1000 cc D5 ;

    100 cc/jam

    2) Ukur kadar Mg

    24 jam

    pascasalin

  • 20

    setiap 4-6 jam

    3) Tetesan infus

    disesuaikan untuk

    mencapai

    maintain dose 4-6

    mEq/l

    (4,8-9,6 mg/dL)

    4. Magpie Trial

    Colaborative

    Group, 2002

    Sama

    dengan

    Pritchard

    Regimen

    1) 4g 50% dilarutkan

    dalam normal

    Saline IV / 10-15

    menit

    2) 10 g 50% IM:

    - 5g IM bokong

    kanan

    - 5g IM bokong kiri

    1) 1g/jam/IV

    dalam 24 jam

    atau

    2) 5g IM/4 jam

    dalam 24 jam

    Syarat pemberian MgSO4. 7H2O

    1. Refleks patella normal 2. Respirasi > 16 menit 3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam 4. Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc

    Antidotum

    Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4. 7H2O , maka diberikan injeksi Kalsium

    Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 3 menit

    Refrakter terhadap MgSO4. 7H2O, dapat diberikan salah satu regimen dibawah ini : 1. 100 mg IV sodium thiopental 2. 10 mg IV diazepam 3. 250 mg IV sodium amobarbital 4. phenytoin : a. dosis awal 1000 mg IV

    a. 16,7 mg/menit/1 jam b. 500 g oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam

    Perawatan kejang

    a. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus dengan lampu terang

    (tidak diperkenalkan ditempatkan di ruangan gelap, sebab bila terjadi sianosis

    tidak dapat diketahui)

    b. Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah dalam posisi

    trendelenburg, dan posisi kepala lebih tinggi

    c. Rendahkan kepala ke bawah : diaspirasi lendir dalam orofaring guna

    mencegah aspirasi pneumonia

  • 21

    d. Sisipkan spatel-lidah antara lidah dan gigi rahang atas

    e. Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang tidak terjadi fraktur

    f. Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci dengan kuat

    Anti hipertensi

    Diberikan : bila tensi 180/110 atau MAP 126

    Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg

    dalam 24 jam.

    - Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa lidah (sub lingual) karena

    absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan

    Desakan darah diturunkan secara bertahap :

    1. Penurunan awal 25% dari desakan sistolik

    2. Desakan darah diturunkan mencapai :

    3. 160/105

    4. MAP < 125

    - Nicardipine-HCl : 10 mg dalam 100 atau 250 cc NaCl/RL diberikan secara IV

    selama 5 menit, bila gagal dalam 1 jam dapat diulang dengan dosis 12,5 mg selama

    5 menit. Bila masih gagal dalam 1 jam, bisa diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg

    selama 5 menit

    - Diuretikum

    Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :

    1. Memperberat penurunan perfusi plasenta

    2. Memperberat hipovolemia

    3. Meningkatkan hemokonsentrasi

    Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi :

    1. Edema paru

    2. Payah jantung kongestif

    3. Edema anasarka

    - Diet

    Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih

  • 22

    Pengelolaan eklamsi

    a. Sikap dasar pengelolaan eklamsi : semua kehamilan dengan eklamsi harus diakhiri

    (diterminasi) tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Berarti sikap

    terhadap kehamilannya adalah aktif.

    b. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan)

    hemodinamika dan metabolisme ibu.

    c. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau lebih

    keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :

    - Pemberian obat anti kejang terakhir

    - Kejang terakhir

    - Pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir

    - Penderita mulai sadar (dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale yang meningkat)

    Cara persalinan

    Bila sudah diputuskan untuk melakukan tindakan aktif terhadap kehamilannya, maka

    dipilih cara persalinan yang memenuhi syarat pada saat tersebut.

    Perawatan aktif ; agresif

    - Tujuan : Terminasi kehamilan

    - Indikasi :

    1. Indikasi Ibu :

    a. Kegagalan terapi medikamentosa : Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan

    medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten. Setelah 24 jam sejak

    dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan darah desakan darah

    yang persisten.

    b. Tanda dan gejala impending eklamsi

    c. Gangguan fungsi hepar

    d. Gangguan fungsi ginjal

    e. Dicurigai terjadi solution placenta

    f. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.

    2. Indikasi Janin :

    a. Umur kehamilan 37 minggu

    b. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG

    c. NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal

    d. Timbulnya oligohidramnion

  • 23

    3. Indikasi Laboratorium :

    Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP

    Cara Persalinan : Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam

    - Penderita belum inpartu

    a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop 8

    Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan

    harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan

    dianggap gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea

    b. Indikasi seksio sesarea:

    1. Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam

    2. Induksi persalinan gagal

    3. Terjadi gawat janin

    4. Bila umur kehamilan < 33 minggu

    - Bila penderita sudah inpartu

    1. Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman

    2. Memperpendek kala II

    3. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin

    4. Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar

    5. Anestesia : regional anestesia, epidural anestesia. Tidak diajurkan anesthesia

    umum .

    Perawatan pasca persalinan

    - Tetap di monitor tanda vital

    - Pemeriksaan laboratorium lengkap 24 jam pasca persalinan 4

    14. Bagaimana cara pencegahan pada kasus? (18)

    Yang dimaksud pencegahan adalah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia

    pada perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Preeklampsia

    adalah suatu sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat

    dicegah.

    Pencegahan dapat dilakukan dengan nonmedikal dan medikal

    1. Nonmedikal

    Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara

    yang paling sederhana adalah melakukan tirah baring. Di indonesia tirah baring

  • 24

    masih diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadinya

    preeklampsia meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya

    preeklampsia dan mencegah persalinan preterm. Restriksi garam tidak terbukti

    dapat mencegah terjadinya preeklampsia.

    Hendaknya diet ditambah suplemen yang mengandung a. Minyak ikan yang kaya

    dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega 3 PUFA, b. antioksidan: vitamin

    C, E, beta-karoten, CoQ10, N-asetilsistein, asam lipoik, dan c. elemen logam berat,

    Zn, Mg, Ca.

    2. Medikal

    Dilakukan dengan pemberian obat meskipun belum ada bukti yang kuat dan sahih.

    Pemberian diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia bahkan

    memperberat hipovolemia. Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya

    preeklampsia.

    Pemberian kalsium :1500-2000 mg/hari dapat dipakai sebadai suplemen pada

    risiko tinggi terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan Zn 200

    mg/hari, Mg 365 mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah

    preeklampsia ialah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau

    dipiridamole. Dapat juga diberikan obat-obat antioksidan, misalnya vitamin C, E,

    beta-karoten, CoQ10, N-asetilsistein, asam lipoik.5

    15. Apa komplikasi pada kasus? (19)

    Beberapa komplikasi akut preeklampsia, yaitu eklampsia, sindroma HELLP

    (hemolisis, elevasi enzim hati, penurunan platelet), ruptur hepar, edema pulmonal,

    gagal ginjal, koagulopati intravaskular diseminasi, kedaruratan hipertensi dan

    hipertensi ensefalopati serta kebutaan kortikal 3

    16. Bagaimana prognosis pada kasus? (20)

    Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan

    akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Prognosis janin pada penderita

    eklampsia juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mati padafase

    neonatal karena memang kondisi bayi sudah sangat inferior 5

    Vitam dan fungsionam : dubia

    17. SKDI (21)

    Tingkat kemampuan 3B. Gawat darurat

  • 25

    Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi

    pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah

    keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan

    rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga

    mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

    2.3.4 Hipotesis

    Nyonya Mima, 38 tahun, G4P3A0 diduga menderita eklampsia.

    2.3.5 Learning Issue

    1. Persiapan Persalinan pada Kehamilan dengan Eklampsia

    Dibahas dianalsis bagain tatalaksana

    2. Hipertensi dalam kehamilan

    Disadur dari Report on the National High Blood Pressure Education Program

    Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (AJOG Vol 183 : S1, July

    2000)

    1. Hipertensi kronik

    Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu umur

    kehamilan, dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

    2. Preeklamsia eklamsia

    Hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah umur kehamilan 20 minggu.

    3. Hipertensi kronik (superimposed preeklamsi)

    Hipertensi kronik yang disertai proteinuria

    4. Hipertensi gestational

    Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria hingga 12

    minggu pascapersalinan. Bila hipertensi menghilang setelah 12 minggu

    persalinan, maka dapat disebut juga Hipertensi Transien.

    Klasifikasi

  • 26

    Disadur bebas dari Report on the National High Blood Pressure Education Program

    Working Group on High Blood Pressure in pregnancy (AJOG Vol.183 : S1, July

    2000)

    1. Hipertensi Gestasional Didapatkan desakan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada

    kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali

    normal < 12 minggu pasca persalinan.

    2. Preeklamsi Kriteria minimum

    Desakan darah 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertei

    dengan proteinuria 300 mg/24 jam atau dipstick 1+

    3. Eklamsi Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma

    4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi Timbulnya proteinuria 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah

    mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan

    20 minggu.

    5. Hipertensi kronik Ditemukannya desakan darah 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum

    kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan 4

    3. Graves disease pada kehamilan

    Hormon-hormon tiroid yang terdapat di sirkulasi adalah tiroksin (T4) dan

    triiodotironin (T3), hanya bentuk bebasnya yang aktif (fT4dan fT3). Hormon yang

    lebih penting adalah fT3 karena lebih mempengaruhi metabolisme, dibentuk di liver,

    ginjal, dan otot dan diubah menjadi fT4 oleh enzim deiodinase. Kebanyakan jaringan

    termasuk jantung, otak, dan otot memiliki reseptor spesifi k fT3 yang dapat

    mempengaruhi aktivitas metabolik dan seluler. Pada keadaan normal, kelenjar hipofi

    sis anterior memproduksi TSH sebagai umpan balik negatif yang dikendalikan oleh

    konsentrasi fT3. Iodin dari sumber makanan penting dalam proses sintesis

    pembentukan hormon tiroid. Dalam beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa

    kelompok risiko tertinggi kurangnya asupan iodin adalah wanita hamil dan menyusui,

    serta anak usia kurang dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi iodisasi

    garam universal. Gangguan fungsi tiroid selama periode reproduksi lebih banyak

  • 27

    terjadi pada wanita, sehingga tidak mengejutkan jika banyak gangguan tiroid

    ditemukan pada wanita hamil1. Pada kehamilan, penyakit tiroid memiliki

    karakteristik tersendiri dan penanganannya lebih kompleks pada kondisi tertentu.

    Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan gangguan tiroid dan sebaliknya penyakit

    tiroid dapat pula mempengaruhi kehamilan. Seorang klinisi hendaknya memahami

    perubahan-perubahan fi siologis masa kehamilan dan patofi siologi penyakit tiroid,

    dapat mengobati secara aman sekaligus menghindari pengobatan yang tidak perlu

    selama kehamilan.

    Hormon tiroid dalam kehamilan

    Pada janin iodin disuplai melalui plasenta. Saat awal gestasi, janin bergantung

    sepenuhnya pada hormon tiroid (tiroksin) ibu yang melewati plasenta karena fungsi

    tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan. Tiroksin dari ibu

    terikat pada reseptor sel-sel otak janin, kemudian diubah secara intraseluler menjadi

    fT3 yang merupakan proses penting bagi perkembangan otak janin bahkan setelah

    produksi hormon tiroid janin, janin masih bergantung pada hormon-hormon tiroid ibu,

    asalkan asupan iodin ibu adekuat. Empat perubahan penting selama kehamilan3

    (Gambar 1):

    1. Waktu paruh tiroksin yang terikat globulin bertambah dari 15 menit menjadi 3 hari

    dan konsentrasinya menjadi 3 kali lipat saat usia gestasi 20 minggu akibat glikosilasi

    estrogen.

    2. Hormon hCG dan TSH memiliki reseptor dan subunit alpha yang sama. Pada

    trimester pertama, sindrom kelebihan hormon bisa muncul, hCG menstimulasi

    reseptor TSH dan memberi gambaran biomekanik hipertiroid. Hal ini sering terjadi

    pada kehamilan multipel, penyakit trofoblastik dan hiperemesis gravidarum, dimana

    konsentrasi hCG total dan subtipe tirotropik meningkat.

    3. Peningkatan laju fi ltrasi glomerulus dan peningkatan uptake iodin ke dalam

    kelenjar tiroid yang dikendalikan oleh peningkatan konsentrasi tiroksin total dapat

    menyebabkan atau memperburuk keadaan defi siensi iodin.

  • 28

    4. Tiga hormon deiodinase mengontrol metabolisme T4 menjadi fT3 yang lebih aktif

    dan pemecahannya menjadi komponen inaktif. Konsentrasi deiodinase III meningkat

    di plasenta dengan adanya kehamilan, melepaskan iodin jika perlu untuk transpor ke

    janin, dan jika mungkin berperan dalam penurunan transfer tiroksin.

    Hipertiroid dalam kehamilan

    Prevalensi hipertiroid di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1%. Penyebab

    tersering adalah penyakit Grave, yang 5-10 kali lebih sering dialami wanita dengan

    puncaknya pada usia reproduktif. Prevalensi hipertiroid dalam kehamilan 0,1-0,4%,

    85% dalam bentuk penyakit Grave. Sama halnya seperti penyakit Kehamilan, begitu

    juga hipertiroid adalah kondisi peningkatan laju metabolisme. Fakta ini menyulitkan

    mengenali tanda dan gejala tipikal tirotoksikosis yang biasanya mudah dikenali pada

    pasien tidak hamil. Misalnya, gejala seperti amenorea, lemas, labilitas emosi,

    intoleransi terhadap panas, mual dan muntah dapat terlihat baik pada pasien hamil dan

    juga hipertiroid. Begitu juga tanda-tanda seperti kulit terasa hangat, takikardia,

    peningkatan tekanan darah, dan bahkan struma kecil tidak bersifat pasti. Namun, ada

    menifestasi yang harus lebih diperhatikan seperti kenaikan berat badan yang rendah

    selama hamil dengan nafsu makan baik, adanya tremor, dan manuver Valsava tanpa

    akselerasi laju jantung. Mengingat kebanyakan kasus disebabkan oleh penyakit

    Grave, dicari tandatanda oftalmopati Grave (tatapan melotot, kelopak tertinggal saat

  • 29

    menutup mata, eksoftalmos) dan bengkak tungkai bawah (pretibial myxedema).10

    Rendahnya spesifi sitas tanda dan gejala membuat tes laboratorium merupakan alat

    diagnosis yang paling baik untuk penyakit tiroid pada ibu hamil. Mual dan muntah

    setelah kehamilan 20 minggu jarang ditemukan. Kondisi muntah harus dibedakan dari

    kondisi lain yang juga dapat menyebabkan muntah persisten, seperti hiperemesis

    gravidarum, gangguan gastrointestinal (appendisitis, hepatitis, pankreatitis, dan

    gangguan saluran empedu), pielonephritis, dan gangguan metabolik lain. Pemeriksaan

    laboratorium mencakup kadar keton urin, BUN, kreatinin, alanin aminotransferase,

    aspartat aminotransferase, elektrolit, dan tirotropin (termasuk tiroksin T4 bebas jika

    tirotropin rendah). Biasanya tirotropin tertekan pada pasien-pasien hamil karena hCG

    bereaksi silang dengan tirotropin dan menstimulasi kelenjar tiroid. Kondisi hipertiroid

    ini biasanya hilang spontan dan tidak membutuhkan pengobatan. Kadar T4 dan

    tirotroponin pada hiperemesis dapat mirip dengan pasien Grave, akan tetapi pasien

    hiperemesis tidak memiliki gejala penyakit Grave ataupun antibodi tiroid. Jika kadar

    fT4 meningkat tanpa tanda dan gejala penyakit Grave, pemeriksaan sebaiknya diulang

    setelah usia kehamilan 20 minggu. Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan untuk

    mendeteksi kehamilan multipel atau mola hidatodosa.11 Tirotoksikosis ibu yang tidak

    diobati secara adekuat meningkatkan risiko kelahiran prematur, IUGR, berat badan

    lahir rendah, preeklamsia, gagal jantung kongestif, dan IUFD. Pada sebuah penelitian

    retrospektif, rata-rata komplikasi berat pada pasien yang diobati dibandingkan dengan

    yang tidak adalah: preeklamsia - 7% banding 14-22%, gagal jantung kongestif - 3%

    banding 60%, thyroid storm - 2% banding 21%. Sebaliknya pengobatan thionamide

    berlebih dapat menyebabkan hipotiroid iatrogenik pada janin.2,10 Pasien dengan

    kecurigaan hipertiroid membutuhkan pengukuran kadar TSH, T4, T3, dan antibodi

    reseptor tiroid. Interpretasi fungsi tiroid harus memperhatikan hubungan dengan

    hormon HCG yang dapat menurunkan kadar TSH dan meningkatkan kadar TBG

    selama kehamilan; kadar serumTSH di bawah normal tidak boleh dijadikan

    interpretasi diagnostik hipertiroid dalam kehamilan. Interpretasi terbaik adalah dengan

    kadar T3 karena kadar fT4 juga meningkat pada separuh wanita hiperemesis

    gravidarum tanpa hipertiroid.2 Hipertiroid subklinis (kadar TSH di bawah normal,

    kadar fT4 dan T4 dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda hipertiroid) dapat

    ditemukan pada hiperemesis gravidarum. Pengobatan kondisi ini tidak berhubungan

    dengan perbaikan hasil kehamilan dan dapat memberikan risiko paparan obat anti

    tiroid yang tidak perlu terhadap janin.

  • 30

    Pengobatan

    Secara umum, terdapat beberapa modalitas pengobatan hipertiroid antara lain

    pendekatan farmakologis, pembedahan, dan juga iodin radioaktif, masing-masing

    dengan risiko terhadap kehamilan (Tabel 2). Pada kondisi hamil, pengobatan iodin

    radioaktif secara langsung merupakan kontraindikasi karena meningkatkan risiko

    abortus spontan, kematian janin intra uterin, hipotiroid dan retardasi mental pada

    neonatus. Pada ibu hamil, PTU masih merupakan obat pilihan utama yang

    direkomendasikan oleh banyak penulis dan pedoman2,10,12 , dianggap lebih baik

    karena lebih sedikit melewati plasenta dibandingkan methimazole. Tetapi telah

    terbukti efektivitas kedua obat dan waktu rata-rata yang diperlukan untuk normalisasi

    fungsi tiroid sebenarnya sama (sekitar 2 bulan), begitu juga kemampuan melalui

    plasenta. Penggunaan methimazole pada ibu hamilberhubungan dengan sindrom

    teratogenikembriopati metimazole yang ditandai dengan atresi esofagus atau koanal;

    anomali janin yang membutuhkan pembedahan mayor lebih sering berkaitan dengan

    penggunaan methimazole, sebaliknya tidak ada data hubungan antara anomali

    kongenital dengan penggunaan PTU selama kehamilan. Namun kadang methimazole

    tetap harus diberikan karena satu-satunya pengobatan anti tiroid yang tersedia. Jika

    kondisi hipertiroid sudah berkurang, dosis obat anti tiroid juga harus diturunkan untuk

    mencegah hipotiroid pada janin. Pada trimester ketiga, hampir 30% ibu dapat

    menghentikan pengobatan anti tiroid dan mempertahankan status eutiroid. Bagi ibu

    menyusui, kedua jenis obat anti tiroid dinilai aman karena konsentrasinya rendah di

    dalam air susu. Bayi yang menyusui ibu pengkonsumsi obat anti tiroid memiliki

    perkembangan dan fungsi intelektual yang normal.12 Obat-obat golongan beta bloker

    untuk mengurangi gejala akut hipertiroid dinilai aman dan efektif pada usia gestasi

    lanjut, pernah dilaporkan memberikan efek buruk bagi janin bila diberikan pada awal

    atau pertengahan gestasi. Propanolol pada kehamilan akhir dapat menyebabkan

    hipoglikemia pada neonatus, apnea, dan bradikardia yang biasanya bersifat transien

    dan tidak lebih dari 48 jam. Propanolol sebaiknya dibatasi sesingkat mungkin dan

    dalam dosis rendah (10-15 mg per hari).2,10,13 Tiroidektomi subtotal dapat

    dilakukan saat kehamilan dan merupakan pengobatan lini kedua penyakit Grave.

    Tiroidektomi sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester pertama dan ketiga karena

    efek teratogenik zat anestesi, peningkatan risiko janin mati pada trimester pertama

    serta peningkatan risiko persalinan preterm pada trimester ketiga. Paling optimal

  • 31

    dilakukan pada akhir trimester kedua meskipun tetap memiliki risiko persalinan

    preterm sebesar 4,5%-5,5%. Tindakan pembedahan harus didahului oleh pengobatan

    intensif dengan golongan thionamide, iodida, dan beta bloker untuk menurunkan

    kadar hormon tiroid agar mengurangi risiko thyroid storm selama anestesi dan juga

    mengoptimalkan kondisi operasi dengan penyusutan struma dan mengurangi

    perdarahan.10,14 Indikasi pembedahan adalah dibutuhkannya obat anti tiroid dosis

    besar (PTU >450 mg atau methimazole >300 mg), timbul efek samping serius

    penggunaan obat anti tiroid, struma yang menimbulkan gejala disfagia atau obstruksi

    jalan napas, dan tidak dapat mmemenuhi terapi medis (misalnya pada pasien

    gangguan jiwa) 2

  • 32

    2.3.6 Kerangka Konsep

  • 33

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Nyonya Mima, 38 tahun, G4P3A0, usia kehamilan 39 minggu, dengan riwayat

    penyakit graves tidak terkontrol menderita preeklampsia berat dengan komplikasi

    akut eklampsia

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. F. Garry Cunningham, d. (2013). Obstetri Williams Edisi 23 (Vol. 2). Jakarta: EGC.

    2. Garry, D. (2013). penyakit tiroid dalam kehamilan. Diambil kembali dari Kalbamed:

    http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_206Penyakit%20Tiroid%20pada%20Kehamilan.pdf

    3. Pangemanan, W. T. (2002). Komplikasi Akut pada Preeklampsia. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK

    Unsri, 3-4.

    4. POGI. (2010). Buku Panduan Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Kehamilan . Jakarta: POGI.

    5. Prawirohardjo, P. D. (2010). Ilmu Kebidanan (4 ed.). (T. Rachmihadhi, & G. H. Wiknjosastro,

    Penyunt.) Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

    6. Sirait, A. M. (2012). Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indoensia RKD 2007. Buletin

    Penelitian Sistem Kesehatan, 15, 103-109.

    7. Sosialine, E. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

    Indonesia.

    8. tasalim, r. (2014, 2 5). pemeriksaan denyut jantung janin. Diambil kembali dari

    tasalimrian.blogspot.com: http://tasalimrian.blogspot.com