Indonesia_MAJALAH_Pola Kuman Dan Sensitivitas Kuman Dari Ulkus Diabetikum Di RSUP Sanglah
ANALISIS SANITASI SARANA LIFT DAN TOTAL KUMAN PADA …
Transcript of ANALISIS SANITASI SARANA LIFT DAN TOTAL KUMAN PADA …
ANALISIS SANITASI SARANA LIFT DAN TOTAL KUMAN
PADA UDARA DAN TOMBOL LIFT DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
INDRI OCTAVIANI
NIM. 141000001
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
ANALISIS SANITASI SARANA LIFT DAN TOTAL KUMAN
PADA UDARA DAN TOMBOL LIFT DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
INDRI OCTAVIANI
NIM. 141000001
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 20 Mei 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Ir. Evi Naria, M.Kes.
Anggota : 1. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M.
2. Dra. Nurmaini M.K.M., Ph.D.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Sanitasi Sarana Lift dan Total Kuman pada Udara dan Tombol Lift di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2019” beserta
seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Mei 2019
Indri Octaviani
iv
Abstrak
Lift merupakan salah satu pelayanan rumah sakit modern yang digunakan banyak
orang secara bergantian. Tidak adanya SOP pembersihan lift dapat mengakibatkan
lift jarang dibersihkan dan berkemungkinan besar menyebabkan udara dan tombol
lift terkontaminasi berbagai kuman. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis sanitasi sarana lift dan total kuman pada udara dan tombol lift di
RSUP H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif
observasional. Penelitian melakukan observasi terhadap sanitasi lift, menghitung
jumlah pengguna lift dalam dua jam sebelum melakukan pengambilan sampel
udara dan tombol lift. Penelitian menggunakan 8 lift dengan satu kali
pengambilan sampel yang dilakukan saat mobilitas gedung lift tinggi. Swab
tombol lift diambil 8 sampel dan 3 sampel untuk udara dalam lift kemudian
diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya kuman di udara dan tombol lift serta
mengetahui total kuman pada udara dan tombol lift. Batas total kuman udara
dalam lift mengikuti peraturan ruang pertemuan dan batas total kuman pada
tombol lift mengikuti peraturan dinding ruang perawatan menurut Kepmenkes
No.1405/MENKES/SK/XI/2004 masing-masing yaitu 200-500 CFU/m3 dan 5-10
CFU/m3. Jumlah pengguna lift paling banyak ditemukan di lift II yaitu sebanyak
223 orang dan jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift paling banyak
didapatkan pada lift I (88 orang). Hasil penelitian menunjukkan seluruh sampel
terkontaminasi mikroba. Hasil pemeriksaan total kuman pada udara lift dua
sampel telah melebihi batas standar yaitu pada lift II sebesar 580 CFU/m3 dan lift
I sebesar 520 CFU/m3 dan satu sampel masih dalam batas standar yaitu pada lift
IV sebesar 360 CFU/m3. Hasil pemeriksaan total kuman pada tombol lift
menunjukkan seluruh sampel telah melebihi batas standar dan paling banyak
ditemukan pada lift VII yaitu sebesar 63,37 CFU/cm2. Sehingga dapat dikatakan
sanitasi sarana lift RSUP H. Adam Malik Medan kurang diperhatikan karena
masih terdapat kuman di udara dan tombol lift sehingga pihak rumah sakit sudah
seharusnya melakukan pembersihan di lift dan membuat SOP pembersihan lift.
Kata kunci : Lift, kuman, rumah sakit, udara
v
Abstract
Elevator is one of the modern hospital services that many people use in turn. Absence
of SOP cleaning elevators can cause elevators are rarely cleaned and most likely
cause air and lift button contaminated various germs. The purpose of this research is
to analyse the sanitary facilities of elevators and total germs on air and elevator
button in RSUP H. Adam Malik Medan. This type of research is a descriptive
observational. Research performs observation of elevator sanitation, counting the
number of lifts users within two hours prior to conducting air sampling and lift
button. The study used 8 lifts with one sampling performed during high-lift building
mobility. Swab elevator button was taken 8 samples and 3 samples for air in the
elevator was then inspected to find out there was no germs in the air and the elevator
button as well as knowing the total germ on the air and elevator button. The total air
germ limit in the elevator following meeting room rules and the total germ limit on
the elevator button follows the wall of treatment room regulation according to
Kepmenkes No.1405/MENKES/SK/XI/2004 respectively 200-500 CFU/m3 and 5-10
CFU/m3. The number of elevator users is most found in elevator II, which is 223
people and the number of elevator users pressing the elevator button is most obtained
on the lift I (88 people). The results of the study showed all microbial contaminated
samples. The result of the total germ inspection of the air elevator in two samples has
exceeded the standard limit on the elevator II of 580 CFU/m3 and the elevator I of
520 CFU/m3 and one sample is still within the standard boundary of the elevator IV
of 360 CFU/m3. The total germ test result on the elevator button shows that the entire
sample has exceeded the standard limit and is most found in the VII elevator of 63.37
CFU/cm2. So it can be said sanitary facilities of elevator RSUP H. Adam Malik
Medan is less concerned because there are still germs in the air and the elevator
button so that the hospital is supposed to do cleaning in the elevator and make SOP
cleaning the elevator.
Keywords : Elevator, germ, hospital, air
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih karunia-Nya
sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Sanitasi Sarana Lift dan Total Kuman
pada Udara dan Tombol Lift di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2019” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, begitu banyak orang-orang yang telah
memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M., selaku Ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
sekaligus Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam
penyempurnaan skripsi ini.
4. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan
masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Dra. Nurmaini M.K.M., Ph.D., selaku Dosen Penguji II yang telah
meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.
vii
6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.
7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah
diajarkan selama ini kepada penulis.
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afriyanti.
9. Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana Non Medis RSUP H. Adam Malik
Medan, Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah, dan Kepala Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan yang telah mengizinkan dan membantu penulis
melakukan penelitian.
10. Teristimewa untuk orang tua (Sukedi dan Sumiarsih) yang telah memberikan
kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi
dukungan kepada penulis.
11. Terkhusus untuk saudara/i dan keluarga penulis (Diah Sekar Ningsih, Yuli
Safitri, Sudiono, Nisma Sari, Edi Saputra, Suminarno, Sumiati dan
Sumarsih) yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12. Rekan-rekan Seperjuangan Periode 2017-2018, di keluarga besar HMI FKM
USU yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
13. Teman-teman terdekat (Rhimna, Zizha, Kak Diana, Kak Ika, Bang Akbar,
Angga, Bang Madi, Dek Ina, Dek Ica, Dek Neny, Zul, Bima, Suci, Astri dan
Mora) yang selalu mendukung penulis dan saling menyemangati satu sama
lain dalam mengerjakan skripsi.
14. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat disebutkan satu per satu atas
bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Mei 2019
Indri Octaviani
ix
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i Halaman Penetapan Tim Penguji ii Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii Abstrak iv Abstract v Kata Pengantar vi Daftar Isi ix Daftar Tabel xi Daftar Gambar xii Daftar Lampiran xiii Daftar Istilah xiv Riwayat Hidup xv Pendahuluan 1
Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5
Tinjauan Pustaka 7
Sanitasi 7 Pengertian sanitasi 7 Sanitasi tempat-tempat umum 7 Sanitasi rumah sakit 9 Sanitasi lift 19
Pengaruh Udara terhadap Kesehatan 21 Mikroba udara 22 Penyehatan udara 25
Mikroorganisme yang Mengkontaminasi Tombol Lift 28 Penyebaran Mikroba Patogen 28 Pencegahan Kontaminasi Mikroba Patogen 30
Desinfeksi 30 Sinar ultraviolet 32 Cuci tangan 33
Landasan Teori 34 Kerangka Berpikir 36
Metode Penelitian 37 Jenis Penelitian 37 Lokasi dan Waktu Penelitian 37 Subjek Penelitian 37 Definisi Konsep 38
x
Metode Pengumpulan Data 39 Metode Analisis Data 43
Hasil Penelitian dan Pembahasan 44
Hasil Penelitian 44
Deskripsi wilayah penelitian 44
Sanitasi sarana lift di RSUP H. Adam Malik Medan 47
Jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift serta keberadaan
kuman pada tombol lift dan total kuman pada tombol lift di RSUP
H. Adam Malik Medan 48
Jumlah pengguna lift yang masuk lift serta keberadaan kuman
udara lift dan total kuman pada udara lift di RSUP H. Adam
Malik Medan 50
Pembahasan 51
Sanitasi sarana lift di RSUP H. Adam Malik Medan 51
Jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift serta keberadaan
kuman pada tombol lift dan total kuman pada tombol lift di RSUP
H. Adam Malik Medan 52
Jumlah pengguna lift yang masuk lift serta keberadaan kuman
udara lift dan total kuman pada udara lift di RSUP H. Adam
Malik Medan 56
Keterbatasan Penelitian 58
Kesimpulan dan Saran 59
Kesimpulan 59
Saran 60
Daftar Pustaka 62
Lampiran 65
xi
Daftar Tabel
No
Judul
Halaman
1 Beberapa Penyakit Bawaan Udara
23
2 Indeks Angka Kuman Udara menurut Ruang atau Unit
Rumah Sakit
24
3 Kode dan Lokasi Lift untuk Pengambilan Sampel di RSUP
H. Adam Malik Medan
40
4 Pengambilan Sampel Swab Tombol Lift RSUP H. Adam
Malik Medan
41
5 Pengambilan Sampel Udara Lift RSUP H. Adam Malik
Medan
41
6 Kode dan Lokasi Lift untuk Pengambilan Sampel di RSUP
H. Adam Malik Medan
46
7 Aspek Sanitasi Sarana Lift yang Diamati
48
8 Hasil Perhitungan Jumlah Pengguna Lift yang Menekan
Tombol Lift dan Hasil Pemeriksaan Mikroba pada Tombol
Lift di RSUP H. Adam Malik Medan
49
9 Hasil Perhitungan Jumlah Pengguna Lift yang Masuk Lift
dan Pemeriksaan Mikroba pada Udara Lift
50
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka berpikir 36
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Surat Izin Survei 65
2 Surat Izin Penelitian 66
3 Surat Observasi 67
4 Pengambilan Sampel Udara Lift 68
5 Pengambilan Sampel Swab Tombol pada Udara Lift 70
6 Hasil Pemeriksaan Total Kuman pada Udara Lift 71
7 Hasil Pemeriksaan Total Kuman pada Tombol Lift 72
8 Kepetusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
74
9 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24
Tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan Gedung
75
10 Dokumentasi Penelitian 76
xiv
Daftar Istilah
BLU Badan Layanan Umum
CFU Conoly Forming Unit
CMU Central Medical Unit
ICU Intensive Care Unit
KEMENKES RI Kementerian Kesehatan Repubrik Indonesia
PERMENKES RI Peraturan Menteri Kesehatan Repubrik Indonesia
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
SOP Standar Operasional Prosedur
TTU Tempat-Tempat Umum
UGD Unit Gawat Darurat
WHO Word Health Organisation
xv
Riwayat Hidup
Penulis bernama Indri Octaviani berumur 22 tahun, dilahirkan di Medan
pada tanggal 01 Oktober 1996. Penulis beragama Islam, anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Sukedi dan Ibu Sumiarsih.
Pendidikan formal dimulai di TK Al-Husna 2002. Pendidikan sekolah
dasar di SDN 1 050643 Bahorok Tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di
SMPN 1 Bahorok Tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMAN 4 Medan
Tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat pada Tahun 2014 di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Mei 2019
Indri Octaviani
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan
sumber infeksi juga merupakan pusat sumber dari segala macam mikroorganisme.
yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Mikroorganisme patogen
tersebut bisa hidup dan berkembangbiak di rumah sakit sehingga bisa berada
dimana saja seperti di udara, air, lantai, makanan dan benda medis atau non medis
lainnya. Maka dari itu wajib untuk memperhatikan dan mengendalikan hal-hal
yang berkemungkinan untuk terjadinya penyebaran infeksi (Kemenkes, 2012).
lnfeksi nosokomial yaitu infeksi yang didapatkan dari rumah sakit.
Penyakit tersebut merupakan salah satu penyebab paling besar kematian pasien
yang sedang dirawat di rumah sakit. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
terjadinya infeksi tersebut dapat berhubungan dengan keadaan rumah sakit yang
tidak saniter, maka dari itu rumah sakit perlu untuk memperhatikan aspek sanitasi
(Kemenkes, 2018).
Infeksi nosokomial bisa berasal dari mikroorganisme yang didapat melalui
individu lain atau cross infection dan juga dapat berasal. dari diri pasien sendiri
(flora normal) atau endogenous infection. Faktor eksternal merupakan penyebab
dari infeksi yang paling banyak terjadi di.rumah sakit karena penyebarannya
lewat makanan, udara dan bahan atau benda-benda tidak steril (Ducel, 2001
dalam Kemenkes, 2018).
Segala jenis mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus dan juga parasit
bisa mengakibatkan infeksi nosokomial. Jenis mikroorganisme yang sering
2
berpotensi terjadinya infeksi nosokomial yaitu Proteus sp., Escherichia colii,
Staphylococcus aureus, Candida albicans, dan Pseudomonas aeruginosa (Elliot et
al, 2013).
Penelitian oleh Ginting, M. (2008), menyatakan bahwa proporsi infeksi
nosokomial di RSUP H. Adam Malik Medan, sebanyak 62,5% dengan penyebab
infeksi nosokomial terdiri dari 7 spesies kuman, gram positif (60%), gram negatif
(20%), jamur (20%) dan Candida sp (10%). Hasil penelitian oleh Jeyamohan dan
Darshini (2010), yang juga dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh
angka prevalensi sebanyak 5,6% pasien menderita infeksi nosokomial luka
operasi dan kelompok usia diatas 65 tahun paling banyak menderita infeksi
nosokomial yaitu sebanyak 33,3%. Sedangkan jenis bakteri yang banyak
ditemukan adalah Staphylococcus Aureus sebesar 33,3%.
Bakteri yang terdapat pada udara ruang rumah sakit merupakan salah satu
agen penyebar penyakit infeksi nosokomial. Penyebaran infeksi tersebut dapat
terjadi dari orang sakitike orang sakit maupun orang sakit ke orangisehat melalui
transmisi dari udara yang ada di rumah sakit (Dacarro et al, 2003).
Udara yang bersih itu diperlukan setiap detik bagi tercapainya masyarakat
yang sehat, maka kualitas udara harus diusahakan agar selalu bersih (Soemirat,
2009). Maka dari itu untuk menciptakan kualitas udara rumah sakit yang sehat,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan batas indeks angka
kuman dalam ruangan rumahi.sakit dalam Keputusan Menterii Kesehatan 1204
Tahun 2004 (No.1204/MENKEiS/SK/ X/2i004).
Benda-benda yang ada di lingkungan rumah sakit juga dapat menyebabkan
infeksi nosokomial. Stetoskop, seragam medis/dokter, keyboard, handphone dan
3
mouse komputer serta tombol lift yang berada di rumah sakit merupakan benda
mati yang pernah diteliti dan berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial
(Treakle e. al, 2009; Anastasiades et al, 2009; Gupta et al, 2014; Badr et al, 2012;
Kandel et al, 2014 dalam Audiva, 2016).
Lift ataupun elevator sebagai alat tranformasi vertikal yang banyak
dimanfaatkan orang merupakan salah satu pelayanan rumah sakit modern. Infeksi
dapat menyebar melalui tangan yang berkontak dengan permukaan tombol lift
yang nantinya digunakan untuk berinteraksi dengan pasien, apalagi jika
penggunaan lift pasien, lift pengunjung dan lift servis digabung. Sehingga tombol
lift berpotensi sebagai sumber kontaminasi bakteri. Kolonisasi pada permukaan
benda telah dilaporkan sebagai faktor yang berpotensi terhadap penyebaran
bakteri. Pertumbuhan tersebut bisa hidup pada permukaan benda dalam waktu
yang berbeda-beda, mulai dari berjam-jam hingga berbulan-bulan (Kandel et al,
2014; Nworie et al, 2012; Ismail, 2013 dalam Audiva, 2016). Penelitian oleh
Kandel (2014) menyatakan bahwa tombol lift memiliki prevalensi kolonisasi yang
lebih tinggi secara signifikan daripada permukaan toilet (61% v. 43%).
Dalam hal sanitasi, pada pemeliharaan kebersihan pintu dan ruang dalam
lift harus dibersihkan semua bekas telapak jari ataupun kotoran, minimal dua kali
dalam satu hari ataupun sesuai kebutuhan. Pemeliharaan kebersihan lift tersebut
dilakukan agar selalu terjaga kebersihannya dan selalu laik fungsi (Permen PU,
2008).
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan termasuk
rumah sakit umum tipe A yang dikelola oleh pemerintah pusat yang memiliki
berbagai layanan serta berbagai fasilitas yang canggih dengan total jumlah tempat
4
tidur lebih dari 700 unit serta kuantitas dan kualitas staf medis yang baik. Rumah
sakit ini menerima banyak rujukan dari berbagai rumah sakit kabupaten/kota
sehingga memiliki sangat banyak pasien. Rumah sakit difasilitasi dengan 18 lift
untuk pelayanan di rumah sakit. Dengan banyaknya pasien dan pengunjung,
memungkinkan frekuensi penggunaan lift juga tinggi.
Berdasarkan hasil observasi awal, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik Medan tidak memiliki Standard Operasional Prosedur (SOP) untuk
pembersihan lift dan tidak ada perlakuan atau peran dari cleaning service terhadap
lift. Lift hanya dibersihkan secara fisik tanpa menggunakan desinfektan oleh
maintenance lift. Dalam hal pengoperasiannya, lift pasien, lift pengunjung dan lift
servis digabung.
Pemeriksaan kebersihan fisik lift hanya dilakukan selama seminggu sekali
dan perawatan lift dilakukan sebulan sekali dan mengelap bagian lift yang terbuat
dari stainless steel dengan minyak WD (cairan pelumas anti karat) untuk
membersihkan kotoran yang ada di permukaan seperti debu dan tidak bersifat
desinfektan. Lift juga selalu dalam keadaan tertutup jika tidak dioperasionalkan
dan tidak pernah terkena sinar matahari. Hal ini dapat mengakibatkan lift menjadi
sarang kuman dan dapat berpotensi untuk penyebaran bakteri dalam lift.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diteliti total kuman pada udara dan
tombol lift dikarenakan pengguna lift akan selalu menghirup udara dalam lift dan
akan menyentuh tombol lift saat akan mengoperasionalkan lift.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah dijelaskan di
atas, lift RSUP H. Adam Malik Medan sangat berpotensi untuk terjadinya
5
kontaminasi berbagai mikroorganisme patogen karena ruangan selalu tertutup,
tidak pernah terkena matahari, digunakan banyak individu berbeda dan tidak ada
dilakukan pembersihan secara kimia atau didesinfektan. Oleh karena itu
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:. bagaimana sanitasi sarana lift
yang dilakukan pada lift dan berapa total kuman pada udara dan tombol lift RSUP
H. Adam Malik Medan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Mengetahui sanitasi sarana lift dan total kuman pada
udara dan tombol lift di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam
MalikkMedan.
Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sanitasi sarana lift yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik
Medan.
2. Mengetahui keberadaan kuman pada udara dan tombol lift di RSUP H. Adam
Malik Medan.
3. Mengetahui jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift di RSUP H.
Adam Malik Medan.
4. Mengetahui total kuman pada tombol lift di RSUP H. Adam Malik Medan.
5. Mengetahui jumlah pengguna lift yang masuk lift di RSUP H. Adam Malik
Medan.
6. Mengetahui total kuman pada udara lift di RSUP H. Adam Malik Medan.
Manfaat.Penelitian
Manfaat penelitian analisis bakteri patogen pada lift di RSUP H. Adam
Malik Medan adalah :
6
Bagi peneliti. Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang hygiene sanitasi terutama mengenai mikroorganisme
patogen yang dapat terdapat pada udara dan tombol lift di RSUP H. Adam Malik
Medan.
Institusi pendidikan. Menambah data dan ilmu pengetahuan sebagai
bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya terkhusus dalam lingkup program
studi ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang kesehatan lingkungan.
Pihak Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Hasil dari
informasi terkait total kuman pada udara dan tombol lift rumah sakit dalam
penelitian ini dapat dijadikan sebagai:
1. Tambahan kepustakaan.
2. Saran dalam pencegahan penyakit infeksi.
3. Bahan masukan atau pertimbangan di dalam pengawasan-pengawasan
sanitasi fasilitas umum rumah sakit dalam penggunaan lift.
Masyarakat. Adapun manfaat dari penelitian ini kepada masyarakat
antara lain yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bahaya pencemaran kuman
yang ada di rumah sakit.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengendalian atau
pencegahan infeksi yang harus dilakukan di rumah sakit.
7
Tinjauan Pustaka
Sanitasil
Pengertianlsanitasi.lSanitasi yaitu salah satu cara untuk mencegah
berjangkitnya sebuah penyakit yang menular melalui cara memutus mata rantai
dari sumbernya dan imerupakan iupaya kesehatan masyarakat yang memfokuskan
pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan (Arifin, 2009 dialam Kemenkes RI, 2018).
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia sanitasi merupakan
pemeliharaan kesehatan. Environmental sanitation ataupun sanitasi lingkungan
yaitu upaya pengendalian dari segala faktor lingkungan fisik manusia yang
berkemungkinan memberikan efek yang dapat merugikan perkembangan fisik dan
kesehatan atau daya tahan hidup manusia (Kemenkes RI, 2018).
Sanitasi tempat-tempat umum. Tempat untuk megadakan kegiatan
umum yang diadakan oleh badan pemerintah, non pemerintah ataupun per orang
yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan
yang tetap serta memiliki fasilitas disebut sebagai TTU atau Tempat-Tempat
Umum (Depkes.RI, 2007 dalam Ikhtiar, 2017).
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan masalah kesehatan masyarakat.
yang paling cukup mendesak karena tempat umum merupakan tempat bertemunya
berbagai masyarakat dengan berbagai penyakit yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut. Maka dari itu tempat umum merupakan tempat penyebaran berbagai
penyakittterutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui minuman,
makanan, air dan udara. Dengan demikian, sanitasi.tempat-tempat umum harus
8
memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. (Mukono, 2006 dalam Ikhtiar, 2017).
Dalam menciptakan lingkungan Tempat-Tempat Umum (TTU) bersih
untuk melindungi kesehatan masyarakat dari segala kemungkinan penularan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya, maka dilakukan pengawasan dan
pemeriksaan sanitasi TTU yang bertujuan untuk:
1. Memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkata.
2. Membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat untuk menciptakan
lingkungan bersih dan sehat di tempat-tempat umum (Chandra, 2007 dalam
Ikhtiar, 2017).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU) juga bermanfaat untuk:
1. Pencegahan penyebaran penyakit infeksi.
2. Pencegahan munculnya bau tidak sedap.
3. Mencegah kecelakaan.
4. Mencegah pencemaran.
5. Menurunkan jumlah kesakitan.
6. Menjadikan lingkungan bersih, nyaman dan sehat (Widyati R, 2002 dalam
Ikhtiar, 2017).
Menurut Ikhtiar (2017), batasan-batasan untuk membedakan suatu tempat
termasuk tempat umum atau tidak yaitu :
1. Memiliki tempat dan kegiatan utuh/permanen.
2. Ada berbagai aktifitas yang berkemungkinan menyebabkan terjadinya
penyakit infeksi, penyakit akibat kerja dan kecelakaan.
3. Tempat umum digunakan untuk masyarakat umum.
9
4. Mempunyai fasilitas atau punper lengkapan-perlengkapan yang
berkemungkinan menyebabkan penyakit ataupun kecelakaan.
Menurut Ikhtiar (2017), sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU) terdiri atas
empat bagian sesuai dengan ruang lingkupnya yaitu:
1. Berhubungan dengan sarana pariwisata dan jenis
2. Berhubungan dengan sarana perhubungan
3. Berhubungan dengan sanitasi sosial
4. Berhubungan dengan komersial lainnya
Tempat-Tempat Umum (TTU) memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan
sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola
secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit atau
tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi
(Candra, 2007). Tempat umum meliputi restoran, kolam renang, sekolah, bioskop,
tempat ibadah, salon kecantikan, rumah sakit, pasar, hotel, pusat perbelanjaan,
terminal, stasiun, tempat rekreasi, taman hiburan, rumah sakit dan lainnya
(Santoso, 2015).
Sanitasi rumah sakit. Sebagai tempat umum, rumah sakit merupakan
sarana kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, dapat terjadi
penularan penyakit serta memungkinkan lingkungan tercemar dan kesehatan
terganggu (Depkes RI 2009). Rumah Sakit sebagai lingkungan abiotik merupakan
tempat proses penyembuhan, pemulihan dan penunjang lainnya perlu seperti
ruang untuk pelayanan (rawat jalan, inap, UGD, radioterapi) dan ruang instalasi
10
penunjang seperti laboraturium klinik, farmasi, gizi, IPRS, kamar jenazah, ruang
administrasi klinik, bagian koridor dan lainnya.
Sebagai lingkungan biotik rumah sakit merupakan depot pengumpulan
(collection depot) bagi segala macam penyakit (menular dan tidak menular).
Rumah sakit selalu dihuni oleh berbagai penjamu yang rentan (suceptible host)
seperti anak-anak, orang tua yang kondisinya lemah jika terpapar organisme
patogen (Santoso, 2015).
Sanitasi rumah sakit merupakan hal yang ada dalam sehari-hari dan terus
berlangsung secara bersama-sama dengan kegiatan medis dan non-medis yang
menyertainya (Kemenkes RI, 2018). Sanitasi rumah sakit juga merupakan usaha
dalam melakukan pengawasan segala macam faktor lingkungan biologis, fisik,
kimia di rumah sakit yang bisa menyebabkan ataupun berkemungkinan
menimbulkan pengaruh tidak baik terhadap kesehatan jasmani, rohani dan
kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung dan masyarakat sekitar
rumah sakit (Santoso, 2015).
Upaya sanitasi.rumah sakit. Berdasarkan sifatnya, upaya-upaya tersebut
dibagi menjadi upaya yang bersifat fisik dan non fisik, meliputi (Santoso, 2015) :
Upaya yang bersifat fisik. Upaya-upaya yang bersifat fisik seperti
penyediaan:
1. IPAL
2. Air bersih
3. Sarana cuci tangan
4. Masker
5. Sarana pembuangan sampah
11
Upaya non fisik. Adapun upaya-upaya yang bersifat non fisik berupa:
1. Pemeriksaan
2. Pengawasan
3. Penyuluhan
4. Pelatihan
Manfaat dari upaya sanitasi rumah sakit. Manfaat dari upaya
sanitasi.rumah sakit antara lain yaitu:
1. Kejadian yang memungkinkan re-infeksi dan saling infeksi di rumah sakit
dapat berkurang.
2. Proses penyembuhan pasien dapat dipercepat.
3. Biaya akibat infeksi (pasien, staf, pengunjung rumah sakit) dapat berkurang.
4. Berkurangnya dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat.
5. Meningkatnya citra rumah sakit, bersih, sehat dan menyenangkan.
Ruang lingkup sanitasi rumah sakit. Sesuai dengan pengertian dan
upaya-upaya sanitasi rumah sakit tersebut, lingkup sanitasi menjadi luas. Menurut
Imam Santoso (2015), yang termasuk ruang lingkup sanitasi di rumah sakit
adalah aspek:
1. Kerumahtanggaan (Housekeeping).
2. Sanitasi khusus
3. Dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi.
4. Pengendalian serangga dan hewan pengganggu.
5. Pengawasan penderita dan keluarga yang berkunjung ke rumah sakit.
6. Peraturan perundang-undangan di bidang sanitasi rumah sakit.
7. Penanggulangani bencana.
12
8. Pengawasan terhadap kesehatan petugas laboratorium.
9. Pencegahan berbagai bahan radioaktif.
10. Melakukan standaariisasi rumah sakit.
Sanitsi rumah sakit bertujuan untuk menciptakan keadaan lingkungan
rumah sakit yang memenuhii.persyaratan sanitasi, menjamin pencegahan infeksi
nosokomial, menyokong prosesipengobatan dan penyembuhan pasien.
Aspek kerumahtanggaan (Housekeeping). Adapun aspek-aspek dari
kerumahtanggaan (Housekeeping) antara lain yaitu:
1. Kebersihan gedung secara keseluruhan yaitu kebersihan seluruh bangunan
rumah sakit yang merupakan bentuk fisik hasil kegiatan konstruksi.yang
bersatui bersama tempatnya, sebagian ataupun keseluruhannya yang ada di
atas atau di bawah tanah dan air yang dimanfaatkan untuk penyelenggaraan
rumah sakit (Permenkes RI, 2016).
2. Kebersihan dinding dan lantai. Lantai harus dibuat dari bahan-bahan kuat,
halus, tidak menyerap air, tidak licin, berwarna terang dan bagian luar rata
agar tidak sulit dibersihkan secara rutin tiga kali dalam satu hari ataupun jika
diperlukan. Pertemuan lantai dan dinding harus berbentuk lengkung agar
mudah membersihkannya (Permenkes RI, 2017).
3. Pemeriksaan karpet lantai. Pembersihan kotoran dan debu dilakukan setiap
hari. Namun dalam persyaratan teknis desain dan konstruksi bangunan terkait
lantai, permukaan lantai tidak boleh dilapisi karpet (Permenkes RI, 2017).
4. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet. Untuk menjaga kebersihan
kamar mandi dan toilet, harus tersedia toilet yang cukup untuk pasien,
pengunjung, dan petugas serta berfungsi dengan baik. Dilakukan pembersihan
13
minimal tiga kali sehari. Toilet harus bersih, tidak berbau, kering atau tidak
terdapat genangan air, sirkulasi udara baik, bebas dari serangga dan hewan
pengganggu, tersedia sarana cuci tangan pakai sabun/desinfektan dan
kemiringan lantai cukup, tersedia tempat sampah dan tersedia air yang cukup
(Kemenkes RI, 2012).
5. Penghawaan dan pembersihan udara. Terkait penghawaan udara rumah sakit
yaitu sistem pengaturan udara dan instalasi ventilasi merupakan.instalasi
penataan udara. terhadap bangunan rumah sakit. Instalasi ventilasi dibagi
menjadi ventilasi alami dan ventilasi buatan yang harus mengikuti batasan-
batasan atau aturan sesuai fungsi masing-masing. Sistem instalasi tata udara
pada bangunan rumah sakit harus dibuat sedemikian agar dapat menghindari
timbulnya transmisi penyakit (Permenkes RI, 2017).
6. Gudang dan ruangan. Kebersihan diruang bangunan dan halaman adalah
sebuah kondisi atau keadaan ruangan dan bangunan terlepas dari bahaya
ataupun resiko minimal untuk terjadinya infeksi silang dan masalah kesehatan
dan keselamatan kerja (Kemenkes RI, 2004).
7. Pelayanan makanan dan minuman. Pengolahani makanan untukipenderita/
pasien wajib dikerjakan oleh tenaga terlatih. Seluruh permukaan di dapur
wajib yang mudah dibersihkan dani tidak gampang menimbulkan
jamur..Tempatipenyimpanan bahan-bahan makanan kering harus mengikuti
syarat-syaratipenyimpanan bahan makanan yaitu bahan makanan tidak
menempel ke lantai, dinding iataupun ke atap.
14
Makanan yang hangat harus dirancang agar bisa segera dikonsumsi pasien
sebelum menjadi dingin. Makanan dimasak hygienis sehingga siap untuk
dikonsumsi pasien. Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke
tempat penyajian harus dipertahankan, yaitu: Makanan yang akan disajikan lebih
dari 6 jam dari waktu pengolahan harus diatur suhunya pada suhu dibawah 4°C
atau dalam keadaan beku 0°C; Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam
dapat diatur suhunya dengan suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan
tidak menunggu; Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan
pemanasan biasa atau microwave sampai suhu stabil terendah 60°C (Kemenkes
RI, 2018).
Aspek sanitasi khusus. Adapun aspek-aspek dari sanitasi khusus rumah
sakit antara lain yaitu:
1. Penanganan sampah kering mudah terbakar, sampah kering tidak mudah
terbakar dan sampah basah. Sampah/limbah rumah sakit dibagi atas berbagai
jenis mulai dari yang berjenis infeksius, non infeksius, benda tajam hingga
cair. Limbah infeksius dan yang tajam dihancurkan menggunakan
incinerator, yang non infeksius lalu dibawa ke tempat pembuangain akhir,
limbah cair dibuang ke spoeIhoek. Lift pengangkut limbah harus dibedakan
dari lift lainnya terutama lift untuk mengangkut pasien. Jika tidak
memungkinkan, waktu pengangkutan limbah harus diatur karena lift
berpotensi memfasilitasi transmisi bakteri sehingga harus dilakukan
pemisahan antara lift pasien, pengunjung dan lift servis (Permenkes, 2017;
Kandel et al, 2014 ; Permenkes, 2016).
2. Tipe incinerator rumah sakit. Incinerator yang harus memenuhi syarat
teknologi tertentu yakni incinerator rumah sakit/puskesmas.
15
3. Proses operasional dan kesehatan kerja. Laksanakan periksa kesehatan secara
berkala pada seluruh petugas, yang merupakan petugas.kesehatan ataupun
non kesehatan (Permenkes RI, 2017).
4. Pencahayaan dan instalasi listrik. Semua ruangan untuk dimanfaatkan sebagai
tempat kerja ataupun sebagai tempat penyimpanan barang/peralatan butuh
diberikan penerangan (Kemenkes RI, 2004).
5. Radiasi
6. Sanitasi linen, sarung dan prosedur pencucian. Harus ada Standar Prosedur
Operasional penatalaksanaan linen di fasilitas pelayanan kesehatan. Tahap-
tahap untuk menangani pengangkutan dan pendistribusian linen wajib jelas,
aman dan. kebutuhan pelayanan terpenuhi (Permenkes, 2017).
7. Teknik aseptik
8. Fasilitas cuci tangan
9. Baju operasi.
10. Sistem isolasi sempurna
Aspek disinfeksi, sterilisasi dan dekontaminasi. Dekontaminasi merupakan
usaha untuk mengurangi ataupun meniadakan pencemaran oleh mikroba-mikroba
yang ada di peralatan, ruangan, manusia dan bahan dengan menggunakan
desinfeksi dan sterilisasi melalui mekanisme fisik dan kimia. Desinfeksi yaitu cara
ataupun usaha agar dapat meminimalkan ataupun meniadakan jumlah mikroba
yang menyebabkan penyakit (kecuali spora) melalui upaya fisik dan kimia.
Sementara sterilisasi yaitu cara agar meniadakan segala mikroba melalui upaya
fisika dan kimia (Kemenkes RI, 2018).
16
Aspek Pengendalian Serangga dan Hewan Pengganggu. Dicukupi
peralatan untuk bisa menghalangi serangga dan tikus masuk, tempat penyimpanan
air wajib menggunakan tutup dan harus bebas. dari jentik nyamuk(Santoso, 2015).
Menurut Menteri Kesehatan Nomor: 374/MENKES/PER/III/2010
pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik
atau mekanis, penggunaan agen biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun
tempat perkembangbiakan dan perubahan perilaku masyarakat serta dapat
mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif.
Aspek Pengawasan Pasien dan Pengunjung.Rumah Sakit. Adapun aspek-
aspek dari pengawasan pasien dan pengunjung. rumah sakit antara lain yaitu:
1. Penindakan petugas terinfeksi
2. Pengawasan pengunjung rumah sakit
3. Keselamaitan dan keamanan penderita
Menurut Santoso (2015), bagian sanitasi yang dianggap paling penting
antara lain adalah :
1. Program sanitasi housekeeping yang termasuk penyehatan ruangan, bangunan
dan lingkungan rumah sakit.
2. Program sanitasi dasar.yang meliputi:
a. Penyediaan air minum,
b. Pengolahan limbah padat dan juga cair.
c. Penyehatan makanan dan minuman.
d. Pengendalian serangga, tikus. dan hewan pengganggu.
3. Program dekontaminasi yang mencakup pencemaran lingkungan dikarenakan
mikroorganisme, partikel kimia dan radiasi.
17
4. Program penyuluhan.
5. Program pengembangan management dan peraturan perundang-undangan.
Dalam sanitasi rumah sakit, harus ada prinsip-prinsip kesehatan
lingkungan agar lingkungan rumah sakit tetap terjaga. Adapun prinsip-prinsip itu
adalah (Santoso, 2015):
1. Meniadakan (eliminasi) atau memberantas kuman dan sumber kuman.
2. Membunuh kuman dengan sterilisasi.
3. Membuat lingkungan tidak cocok untuk kehidupan kuman.
4. Memotong, memutuskan, memberantas siklus antara reservior dan tempat
penularan.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1204 Tahun 2004 (1204/Menkes/SK/X/
2004) tentang kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu meliputi sanitasi untuk
mengendalian faktor-faktor lingkungan kimia, biologi, fisik dan sosial psikologi
di rumah sakit. Program-program sanitasiidi rumah sakit terbagi atas penyehatan
bangunan dan juga ruangan, penyehatan air, penyehatan makanan dan minuman,
penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen,
pengendalian.serangga dan tikus, desinfeksi dan sterilisasi, serta pengendalian
infeksi nosokomial perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, dan
pengelolaan limbah atau sampah.
Kondisi sanitasi rumah sakit akan sangat berpengaruh pada meningkatnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan infeksi nosokomial ataupun infeksi
yang didapatkan dari rumah sakit. Infeksi tersebut tidak didapatkan pasien saat
masuk ke rumah sakit, namun setelah lebih kurang dari 72 jam berada di rumah
sakit (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003 dalam Kemenkes RI, 2018).
18
Menurut Roeshadi (1991) dalam Kemenkes RI 2018, secara umum faktor
yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdapat dua bagian besar yaitu:
1. Faktor endogen yaitu meliputi umur, jenis kelamin, imun tubuh, penyakit
penyerta dan kondisi-kondisi lokal.
2. Faktor eksogen yaitu meliputi lamanya pasien dirawat, petugas ataupun
keluarga yang merawat, alat-alat medis dan lingkungan rumah sakit).
Pasien memperoleh infeksi nosokomial dapat melalui dirinya sendiri
(auto-infection), melalui petugas yang merawat di rumah sakit, melalui pasien lain
yang dirawat dalam tempat atau ruangan yang sama di rumah sakit tersebut,
melalui keluarga pasien yang bekunjung ke rumah sakit tersebut, melalui alat-alat
yang dipakai di rumah sakit tersebut dan dapat melalui alat-alat makan yang
disediakann rumah sakit atau diperoleh dari luar rumahhsakit.
Faktor lingkungan tidak.kalah pentingnya selaku faktor penunjang dari
terjadinya infeksi nosokomial. Faktor lingkungan itu termasuk air sebagai bahan.
yang harus dibuang (disposiaI) dan udara (Kemenkes RI, 2018).
Kontak antara pasien dan bermacam-macam mikroorganisme tersebut
tidak selalu menyebabkan gejala klinis. karena banyak faktor lainnya yang dapat
menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial.
Terjadinya suatu infeksi bergantung pada:
1. Sifat/karakteristik mikroorganismenya.
2. Resistensi pada berbagai zat antibiotik.
3. Tinggi rendahnya virulensi.
4. Banyaknya materi infeksius.
19
Segala mikroorganisme termasuk jamur, bakteri, parasit dan virus dapat
menimbulkan infeksi nosokomial. Infeksi tersebut dapat diperoleh dari
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross-infection) ataupun
diakibatkan dari flora normal pasien itu sendiri (endogenou- infection). Flora
normal dapat menyebabkan infeksi oleh karena adanya perpindahan dari habitat
alami ke luar, misalnya pindah kesaluran kemih, atau adanya kerusakan jaringan
(luka), atau tidak adekuat pemberian antibiotik sehingga diikuti adanya
pertumbuhan kuman yang berlebihan. Infeksi yang paling sering terjadi di rumah
sakit tersebut lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu penyakit yang
ditularkan dari makanan, udara dan benda-benda ataupun bahan tidak steril
(Kemenkes RI, 2018).
Sanitasi lift. Transportasi vertikal untuk dipakai sebagai pengangkut
manusia ataupun baranggdisebut elevator ataupun lift. Alat tersebut sering
dimanfaatkan di berbagai gedung tingkat tinggi dan gedung biasanya lebih dari.
tiga ataupun empat lantai. Gedung-gedung tersebut contohnya rumah sakit
atau.hotel (Surahman, 2012 dalam Audiva, 2016).
Peraturan tentang lift dirumah sakit telah diatur di dalam Peraturan
Menteril Kesehatan RI No. 24 Tahun 2016, sebagai berikut:
1. Instalasi transportasi vertikal terdiri atas lift, eskalator, dan/atau lift pelayan.
2. Lift terdapat dari lift pengunjung, lift penderita/pasien dan lift servis.
3. Jumlah, kapasitas, ukuran, dan .konstruksi lift harus berdasarkan fungsi. dan
luas bangunan rumah sakit, jumlah pengguna ruangan dan keselamatan
pengguna bangunan rumah sakit.
4. Luas lift pasien paling kecil I,50 x 2,30 meter. Dengan lebar pintu tidak
20
kurang dari 1,20 meter. Untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan
brankar/tempat tidur pasien bersama yang mengantar.
5. Dalam hal lift pengunjung dimanfaatkan untuk lift pasien, ukuran lift
pengunjung dengan lift pasien wajib memiliki ukuran yang sama.
6. Segala bangunan rumah sakit yang memakai lift harus.tersedia lift khusus
kebakaran. (ground-fIoor).
7. DaIam hal rumah sakit tidak adanya lift khusus kebakaran, jadi lift pasien, lift
pengunjung dan lift servis dapat mengatur waktu penggunaannya agar dalam
kondisi darurat bisa dipakai khusus oleh petugas kebakaran.
8. Ketentuan teknis lift lkebakaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Perancangan. dan penyediaan lift sebagai sarana hubungan vertikal antar
lantai harus memperihatikan (Permen PUPR, 2017):
1. Keselamatan, kenyamanan dan kemudahan pengguna bangunan gedung dan
pengunjung bangunan gedung.
2. Kewajiban penyediaan lift untuk setiap bangunan gedung dengan ketinggian
bangunan lebih dari lima lantai.
3. Kewajiban penyediaan lift penyandang disabilitas untuk sarana perhubungan
dengan ketinggian bangunan lebih dari satu lantai seperti bandara, stasiun
kereta api dan pelabuhan laut.
4. Kewajiban penyediaan lift penumpang/pasien dan lift penyandang disabilitas
bagi bangunan gedung kesehatan.
5. Penyediaan lift untuk bangunan gedung dengan ketinggian lebih dari satu
lantai sesuai dengan kebutuhan atau fungsi bangunan gedung.
21
Tata cara pemeliharaan kebersihan lift yaitu :
1. Menyiapkan alat-alat kebersihannya juga bahan pembersihan seperti lap
chamois, vacuum cleaner, multi purpose cleaner, concor dust, pembersih
lantai, ember dan mop.
2. Memakai APD atau Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, sepatu dan
masker disaat sedang bekerja.
3. Matikan lift di lantai paling atas.
4. Letakkan tanda wet floor sign (tanda peringatan) pada tempat yang tepat.
5. Pembersihan ruang lift dimulai dari plafon, dinding dan tombol lift
menggunakan lap chamois dan concore duste.
6. Vacum lantai lift. yang ditutup karpett atau pel lantai lift dengan floor cleaner
dan mop.
7. Bersihkan frame dan rel lift menggunakan multi purpose cleaner.
8. Bersihkan pintu lift menggunakan glass cleaner.
9. Lakukan pemeriksaan pengharum ruang yang auto air freshener,
masih.iberfungsi atau tidak. Jika tidak ada, semprot pengharum ruang manual.
10. Pada pintu lift dan ruang dalam lift harus dibersihkan dari segala bekas
telapak jari ataupun kotoran minimal dua kali dalam satu hari ataupun sesuai
dengan kebutuhan (Dokumen RSUD Mandau, 2013; Permen PU, 2008).
Pengaruh Udara terhadap Kesehatan
Udara sangat penting bagi manusia. Selama hidup, manusia setiap detik
akan memerlukan udara sebab kebanyakan manusia tidak dapat bertahan hidup
bila tidak ada udara lebih dari tiga menit. Udara berbentuk gas dan ditemukan
dimana saja maka dari itu manusia tidak pernah memikirkannya atau
memperhatikannya.
22
Kebanyakan penyakit-penyakit yang ditimbulkan tergolong penyakit
saluran pernafasan, seperti peradangan jaringan paru-paru, jantung, asthma,
emphysema dan lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena udara memasuki tubuh
lewat saluran pernafasan. Beberapa penyakit yang penyebabnya adalah
pencemaran udara juga dapat menyamai penyakit-penyakit umum seperti penyakit
kulit, penyakit mata, ginjal, hati bahkan demam.
Pengaruh kualitas udara terhadap kesehatan udara dapat dibagi menjadi
dua bagian, yakni udara bebas dan udara tak bebas. Udara bebas adalah udara
yang secara alamiah ada di sekitar kita. Sedangkan udara tak bebas adalah udara
yang didapat dalam ruangan gedung-gedung, seperti rumah, pabrik, bioskop,
sekolah, rumah sakit dan lainnya (Soemirat, 2009).
Mikroba udara. Pada udara bebas khususnya bagi partikulat yang hidup
seperti mikroba diudara yang terbawa angin atau proses-proses lain. Kebanyakan
mikroba terdiri dari jenis sapropit contohnya bakteri, jamur, virus dan spora.
Udara bukan tempat dari kehidupan alami mikroba. Lamanya mikroba di udara
tergantung kecepatan angin dan kelembaban udara, sedangkan banyak tidaknya
mikroba udara lebih ditentukan oleh aktivitas/kondisi lingkungan sekitar.
Kualitas dan kuantitas udara tak bebas sering kali ditentukan oleh
penghuni gedung. Keberadaan mikroba di udara dipengaruhi oleh keadaan seperti
suhu dan kelembaban yang menjadi faktor penting dalam pertumbuhan mikroba
dan paling banyak ditemukan dalam ruangan. Apabila kualitas baik, tentunya
tidak akan terjadi penyakit akibatnya. Tetapi apabila udara tak bebas itu tercemar,
maka efeknya akan sangat nyata karena aliran tidak bebas, sehingga pencemar
mempunyai banyak kesempatan untuk masuk ke dalam tubuh penghuni dan dalam
konsentrasi yang ada di dalam udara tersebut (Soemirat, 2009; Waluyo, 2009).
23
Segolongan pencemar yang bersifat biologis sangat penting terutama yang
berada di udara tak bebas. Golongan ini terdiri atas berbagai jenis mikroba
patogen, baik jamur, metazoa, bakteri maupun virus. Mikroba yang terdapat di
udara lingkungan rumah sakit kebanyakan adalah jamur dan bakteri (Soemirat,
2009).
Penyakit yang disebabkannya sering kali diklasifikasikan sebagai penyakit
yang menyebar lewat udara. Beberapa mikroba penyebab beserta penyakit yang
disebabkannya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Beberapa Penyakit Bawaan Udara
Agen Penyakit
Carynebacterium diphtheriase
Mycobacterium tuberculosis
Bordetella pertussis
Diplococcus pneumoniae
Parotitis epidemica virus
Virus varicella
Virus marbilli
Virus influenza
Enterobius vermicularis
Histoplasma capsulatum
Diphtheriae
Tuberculosa
Pertusis
Pneumonia
Parotitis epidemika
Varicella
Morbilli
Influenza
Oxyuriasis
Histoplasmosis
Sumber: Soemirat, 2009
Seperti telah diuraikan terdahulu, udara bukanlah habitat alamiah mikroba,
oleh karena itu mikroba tersebut tidak dapat bertahan lama di dalam udara, kecuali
spora-spora, telur-telur cacing dan virus. Keberadaannya di udara tak bebas
dimuangkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar, oleh karena itu
mikrobandapat bertahan lebih lama.
Dengan demikian, kemungkinan untuk memasuki tubuh pun menjadi lebih
besar. Hal iniidibantu pula oleh taraf kepadatan penghunii ruangan, sehinggai
24
penularan penyakit iinfeksi ilewat iudara isebagian ibesar iterlaksana lewat udarai
tak bebas (Soemirat, 2009).
Menurut KEPMENKES No. 1204 Tahun 2004 tentang kesehatan
lingkungan rumah sakit, standar kuantitas kuman udara ruang rumah sakit yaitu:
1. Tidaki berbaui (terutamai bebas dari H2S dan amonia).
2. Kadar debui(particulatie-matter) berdiameter kurang dari 10 mikron dengan
rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 μg/m3, dani tidak
mengandung debu asbes.
3. Indeks angka kuman untuk setiapi ruang atau unit sepertiitabel berikut.
TabeI 2
Indeks Angka Kuman Udara menurut Ruang atau Unit Rumah Sakit
Ruang atau Unit Batas Maksimal Mikroorganisme Udara (CFU/ m3)
Operasii l0
Bersalin 200
Pemulihan/perawatan 200-500
Observasi bayi 200
Perawatan bayi 200
Perawatan prematur 200
ICU 200
Jenazah/ autopsi 200-500
Penginderaan medis 200
Laboraturium 200-500
Radiologi 200-500
Sterilisasi 200
Dapur 200-500
UGD 200
Administrasi, pertemuan 200-500
Ruang luka bakar 200
Sumber: Kepmenkes, 2004
Adapun untuk lantai dan dinding rumah sakit, harus bersih dengan tingkat
kebersihan sebagai berikut (Kepmenkes, 2004).
25
Ruang operasi : 0 – 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas ganggren
Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
Ruang Isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2
Penyehatan udara. Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan
persyaratan penyehatan udara dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit, maka harus menjalankan upaya sebagai berikut (Permenkes RI,
2019):
Kualitas udara ruangan. Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara
agar tidak berbau, tidak mengandung debu dan gas, termasuk debu asbes yang
melebihi ketentuan.
Penghawaan ruangan. Seluruh ruangan di rumah sakit didesain agar
memenuhi ketentuan penghawaan ruangan, terutama ruang-ruang tertentu seperti
ruang operasi, ruang intensif, ruang isolasi, perawatan bayi, laboratorium, ruang
penyimpanan B3, dan ruangan lain yang memerlukan persyaratan khusus.
Pengukuran mikrobiologi udara. Pengukuran mikrobiologi udara dapat
dilakukan secara mandiri menggunakan peralatan laboratorium dan peralatan
ukur yang sesuai atau dapat dilakukan oleh laboratorium luar yang telah
terakreditasi secara nasional. Pengukuran mikrobiologi udara dilakukan:
1. Sebagai salah satu metode investigasi bila terjadi wabah dan lingkungan
dianggap sebagai media transmisi/penularan atau sumber infeksi. Hasil
pemeriksaan tersebut menjadi salah satu faktor yang menentukan program
penanggulangan wabah.
26
2. Pengawasan/monitor adanya potensi tersebarnya mikroba membahayakan dan
evaluasi keberhasilan proses pembersihan. Misalnya rumah sakit menangani
pasien dengan antraks yang menggunakan peralatan rumah sakit atau alat
bantu pasien, kemudian dilakukan sterilisasi pada alat. Sebelum digunakan
untuk pasien lain maka dilakukan uji sterilitas untuk memastikan spora
antraks sudah musnah.
3. Sebagai quality assurance untuk evaluasi metode pembersihan yang baru atau
memastikan bahwa sistem atau alat baru bekerja sesuai spesifikasinya.
Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan tekanan udara ruangan.
Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan tekanan udara ruangan dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai,
atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi
nasional. Suhu dan kelembaban udara di area khusus harus dipantau secara rutin
setiap hari dan dibuktikan dengan laporan pemantauannya.
Ruangan yang tidak menggunakan AC, maka pengaturan sirkulasi udara
segar dalam ruangan harus memadai dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat
perhatian yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya
dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk. Sehingga dapat menghasilkan
suhu, aliran udara dan kelembaban yang nyaman bagi pasien dan karyawan.
Untuk rumah sakit yang menggunakan pengatur udara (AC sentral harus
diperhatikan cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella
dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan
bakteri atau jamur.
27
Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis dan
exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi. Ruangan dengan
volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm dengan
debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua)
sampai dengan 12 (dua belas) kali. Pengambilan suplai udara dari luar, kecuali
unit ruang individual. Hendaknya diletakkan sejauh mungkin minimal 7,50 meter
dari exhauster atau perlengkapan pembakaran. Tinggi intake minimal 0,9 meter
dari atap, sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
Suplai udara untuk daerah sensitif: ruang operasi, perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan 2 (dua) buah
exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai. Suplai udara di atas
lantai. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet dan
gudang.
Ventilasi ruang. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi
dengan saringan 2 beds. Saringan I dipasang dibagian penerimaan udara dari luar
dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90%. Untuk
mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari
khusus central air conditioning system.
Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross
ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang. Penghawaan ruang
operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi daripada ruang lain dan
menggunakan cara mekanis (air conditioner). Penghawaan mekanis dengan
menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian
28
minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-langit.
Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) harus di disinfeksi
menggunakan bahan dan metode sesuai ketentuan.
Pemantauan kualitas udara ruang minimal satu kali dalam setahun dan jika
perubahan penggunaan desinfektan dilakukan pengambilan sampel dan
pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu dan gas).
Mikroorganisme yang Mengkontaminasi Tombol Lift
Tangan petugas kesehatan ikut berperan dalam penyebaran infeksi. Benda
yang sering berkontak dengan tangan menjadi reservoir dimana infeksi menyebar
ke tangan petugas kesehatan kemudian ke pasien (Heyba et al, 2015 dalam
Jannah, 2018).
Penelitian oleh Kandel (2014) menyatakan bahwa prevalensi kolonisasi
pada tombol lift lebih tinggi dari pada permukaan toilet (61% v. 43%). Penelitian
yang telah di lakukan oleh Mohammad (2015) di Iran dilakukan pada 35 tombol
lift dari tujuh lift menunjukkan bahwa seluruh tombol lift terkontaminasi bakteri
gram positif dan gram negatif. Semua tombol terkontaminasi oleh Staphylococcus
sp. dan Enterobacter sp. Penelitian oleh Ismail (2013) di Saudi Arabia telah
menunjukkan seluruh sampel tombol lift terkontaminasi oleh Staphylococcus sp.
Penyebaran Mikroba Patogen
Menurut Santoso (2015) rumah sakit adalah tempat yang memiliki
intensitas kontaminasi cukup tinggi. Kontamiinan iterpenting rumah sakit pada
umumnya berasal dari manusia yaitu limbah berasal dari proses kehidupan seperti
tinja, urine, kelupasan kulit yang mengandung bakteri dan semburan pernapasan
yang selalu dihasilkan dan dipaparkan.
29
Terhadap kontaminasi utama itu, penderita akan menghasilkan lebih
banyak buanganii yang diperoleh darii jaringan-jaringan sakit. Mikroorganisme
penyebab penyakit yang ada di sekitar lingkungan sangat banyak contohnya ialah
jamuri dan bakteri patogen gram negatif ataupun gram positif yang terikuti masuk
dalam rumah sakit dan tersebar dari aktifitas-aktifitas di rumah sakiti.
Penyebaran bakteri dapat terjadi pada peralatan, perlengkapan, udara,
personalia, air buangan dari pasien yang berkemungkinan untuk terjadinya
penyebaran bakteri seperti yang dirincikan berikut ini (Santoso, 2015) :
Udara. Tempat yang bagus untuk hidup mikroba bukan pada udara yang
kering. Berbeda jika terdapat uap air. Udara seperti itu dapat berfungsi sebagai
media penyebaran penyakit.
Air. Air termasuk tempat pertumbuhan yang bagus untuk mikroba dan
dapat menjadi media penyebaran penyakit.
Ruangan dan bangunan. Dinding, lantaii, plafon, saluran pembuangan,
jendela dan pintu rumah sakit jika tidak dibersihkan dan tidak didesinfeksi, jamur
dan bakteri akan mudah tumbuh.
Perlengkapan atau peralatan. Rata-rata peralatan di rumah sakit dapat
disinggahi dan ditumbuhi mikroba. Jumlah dan macam mikroba yang tumbuh
bergantung pada sumber penularan bakteri. sebelumnya, kondisi nutrisi, dan
temperatur lingkungan.
Personalia. Seluruh aktifitas diruang aseptik, kontaminasi yang bersumber
dari rambut, tangan, kulit dan pernafasan petugas jumlah mikroorganisme dapat
meningkat jika ada beberapa luka yang terbuka.
Pasien. Penderita yang telah terkena infeksi dapat menjadi sumber
30
penularan bagi .diri sendiri, melalui satu bagian ke bagian yang lain, melalui
tubuh ataupun kepada penderira lain yang pada umumnya dilakukan melalui dua
tahap prosedur, berupa dekontaminasi.
Pengawasan dan pencegahan penularan mikroba di rumah sakit harusnya
dilakukan oleh seluruh rumah sakit. Berhasilnya usaha tersebut akan tercermin
pada jumlah dan jenis mikroba yang berada pada alat, bahan dan lingkungan
rumah sakit (Santoso, 2015).
Pencegahan Kontaminasi Mikroba Patogen
Desinfeksi. Desinfeksi yaitu cara ataupun usaha agar dapat meminimalkan
ataupun meniadakan jumlah mikroba patogen (kecuali spora) melalui upaya fisik
dan kimia (Permenkes RI, 2019). Desinfeksi dapat pula disebut sebagai sebuah
aktivitas yang diikerjakan agar dapat mematikan kuman patogen dan apatogen
tapi tidak dengan mematikan spora.
Melakukan desinfeksi menggunakan bahan desinfektan melalui dengan
mencuci, mengoles, merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya
penyebaran infeksi. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi
tangan, ruangan, lantai, pakaian dan peralatan.
Tingkat aktivitas desinfeksi. Terdapat tiga tingkat aktivitas dalam tahapan
desinfeksi yang dikenal yaitu:
Desinfeksi tingkat tinggi. Desinfeksi tingkat tinggi adalah tahapan
desinfeksi yang mampu mematikan jamur, spora, bakteri, kuman, mycobacterium
tuberculosis varian bovis, virus kecil, virus non-lipid, dan virus ukuran sedang.
Desinfeksi tingkat menengah. Tahapan ini adalah proses desinfeksi yang
tidak perlu mematikan spora namun mematikan mycobacterium tuberculosis.
31
varian bovis yang lebih resisten terhadap zat. desinfektan dibandingkan dengan
kuman-kuman lain seperti bakteri, virus non-lipid, virus kecil, dan virus lipid.
Desinfeksi tingkat menengah dapat mematikan virus, .hepatitis A, virus hepatitis
B, virus hepatitis C dan virus AIDS.
Desinfeksi tingkat rendah. Merupakan tahapan desinfeksi yang hanya
dapat mematikan bakteri tetapi tidak mampu mematikan spora, mycobacterium
tuberculosis varian bovis, jamur, virus kecil, dan virus non-lipid.
Peralatan kedokteran dalam desinfeksi. Memilih tingkat desinfeksi yang
diperlukan dapat dilihat dari peralatan kedokteran yang diperlukan oleh penderita,
yaitu terdiri dari:
Alat kedokteran yang sifatnya kritis. Peralatan mesti dalam kondisi steril
yang untuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia,.seperti laparoskope yang
dipakai untuk meneropong rongga tubuh manusia, arthroskope yaitu alat untuk
melihat rongga sendi, dan alat haemodialisis adalah alat pencuci darah pasien
dengan ginjal. Alat-alat tersebut perlu dicuci dengan bersih kemudian didesinfeksi
tingkat tinggi.
Alat kedokteran yang sifatnya semi kritis. Peralatan ini sifatnya akan
menempel pada membran mukosa di dalam tubuh penderita tetapi tidak sampai
menembus pembuluh darah. Seperti alat endoskopi serat optik fleksibel,
termometer, alat kedokteran gigi, alat pengukur tonus bola mata. Peralatan itu
harus dicuci bersih kemudian diberikan desinfeksi tingkat menengah.
Alat kedokteran yang sifatnya tidak kritis. Peralatan yang bersifat tidak
kritis hanya berhubungan dengan kulit luar pasien saja. Seperti elektroda
elektrokar diogram, stetoskop alat pengukur tekanan darah,.peralatan itu mesti
diberikan desinfeksi tingkat rendah (Kemenkes RI, 2018).
32
Desinfeksi pada lingkungan rumah sakit. Menurut Santoso (2015)
desinfeksi pada lingkungan rumah sakit dapat dilakukan pada :
1. Permukaan alat-alat kesehatan, misalnya: tombol-tombol alat kesehatan, alat-
alat radiologi yang digunakan untuk arteriografi, alat-alat laboratorium yang
digunakan untuk fungsi vena. Permukaan alat-alat yang terkontaminasi
dengan darah, produk darah atau cairan tubuh memerlukan proses desinfeksi
tingkat menegah. Metode desinfeksi yang digunakan adalah dengan cairan
senyawa chlorin, alcohol, glutaraldehid, hydrogen peroksida, formaldehid,
senyawa phenol dan yodium.
2. Permukaan alat-alat rumah tangga, misalnya: dinding, lantai, tempat cuci
tangan dan permukaan meja. Kontaminasi dengan nanah, darah, produk
darah, urine, cairan tubuh dan tinja pada permukaan alat-alat rumah tangga
perlu desinfeksi tingkat menengah. Metode desinfeksi yang digunakan sama
dengan desinfeksi pada permukaan alat-alat kesehatan (Santoso, 2015).
Sinar ultraviolet. Bagian ultraviolet pada sprektum meliputi radiasi dari
15-390 nm. Panjang gelombang sekitar 265 nm memiliki efisiensi bakterisidal
tertinggi. Umumnya pusat dari sinar ultraviolet bisa didapatkan dengan alamiah
dan buatan. Dengan alami yaitu melalui sinar matahari yang termasuk sumber
utama ultravilet di alam (USEPA, 1999 dalam Cahyonugroho, 2010).
Salah satu contoh penggunaan sinar ultraviolet buatan yaitu lampu
germinasidal yang memancarkan sinar ultraviolet menggunakan konsen yang
tinggi dan menggunakan daya germinasidal paling efesien ialah terletak dari 260-
270 nm. Lampu germinasida sering dipakai agar dapat mengurangi populasi
mikroorganisme yang ada pada kamar-kamar bedah di rumah sakit, di ruang
33
aseptik untuk mengisi obat-obatan dan untuk membersihkan permukaan-
permukaan yang terkontaminasi.
Sinar ultraviolet digunakan untuk pembasmian mikroorganisme karena
sinar tersebut memiliki daya tembus yang kecil, bahkan selapis kaca tipis dapat
menahan sebagian besar sinar tersebut. Jadi hanya miroorganisme yang ada di
permukaan suatu benda yang secara langsung terkena sinar ultraviolet itulah yang
rentan terhadap pembasmian (Fifendy, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariyadi dan Dewi (2009), melakukan
penyinaran sinar ultraviolet 38 watt selama 10 dan 15 menit dengan jarak 45 cm
pada media sinar ultraviolet yang mengandung bakteri bacillus sp menunjukkan
tidak ada koloni yang tumbuh, sedangkan pada media kontrol yang tidak disinari
UV didapatkan pertumbuhan koloni yang sangat penuh dan tidak dapat dihitung.
Cuci tangan. Mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir
merupakan cara untuk menjaga kebersihan tangan jika tangan terlihat kotor
ataupun berkontak dengan cairan tubuh atau memakai alkohol (alcohol based
handrubs) jika tangan tidak terlihat kotor. Petugas harus selalu menjaga kuku agar
tetap bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu dan tanpa menggunakan
perhiasan cincin.
Cuci tangan menggunakan sabun biasa ataupun anti-mikroba dan basuh
memakai air yang mengalir dapat dilakukan pada waktu:
1. Jika tangan terlihat kotor ataupun berkontak dengan cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan ekskresi, cairan tubuh sekresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun sudah menggunakan sarung tangan.
34
2. Jika tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang
bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan. Adapun indikasi kebersihan tangan yaitu:
1. Sebelum berkontakan dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptic
3. Setelah terkena darah ataupun cairan tubuh
4. Setelah berkontakan dengan pasien
5. Setelah berkontakan dengan lingkungan disekitar pasien
Kriteria dalam memilih antiseptik. Kriteria dalam memilih antiseptik
antara lain yaitu:
1. Mempunyai efek yang luas, menghambat ataupun merusak mikroba secara
luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberkulosis,
fungi serta endospora)
2. Efektif
3. Kecepatan efektifitas di awal
4. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
5. Tidak menyebarkan iritasi kulit
6. Tidak menyebarkan alergi
Membersihkan tangan adalah untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi,
kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke lingkungan
termasuk lingkungan kerja petugas (Permenkes RI, 2017).
Landasan Teori
Rumah Sakit merupakan tempat proses penyembuhan, pemulihan dan
penunjang lainnya perlu seperti ruang untuk pelayanan (rawat jalan, inap, UGD,
35
radioterapi) dan ruang instalasi penunjang seperti laboraturium klinik, farmasi,
gizi, IPRS, kamar jenazah, ruang administrasi klinik, bagian koridor dan lainnya.
Sebagai lingkungan biotik rumah sakit merupakan depot pengumpulan
(collection depot) bagi segala macam penyakit (menular dan tidak menular).
Rumah sakit selalu dihuni oleh berbagai penjamu yang rentan (suceptible host)
seperti anak-anak, orang tua yang kondisinya lemah jika terpapar organisme
patogen (Santoso, 2015).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang kesehatan
lingkungan rumah sakit yaitu meliputi sanitasi untuk mengendalian faktor-faktor
lingkungan kimia, biologi, fisik dan sosial psikologi di rumah sakit. Program-
program sanitasiidi rumah sakit terbagi atas penyehatan bangunan dan juga
ruangan, penyehatan air, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan tempat
pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian.serangga dan
tikus, desinfeksi dan sterilisasi, serta pengendalian infeksi nosokomial
perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, dan pengelolaan limbah
atau sampah.
Kondisi sanitasi rumah sakit akan sangat berpengaruh pada meningkatnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan infeksi nosokomial ataupun infeksi
yang didapatkan dari rumah sakit. Infeksi tersebut tidak didapatkan pasien saat
masuk ke rumah sakit, namun setelah lebih kurang dari 72 jam berada di rumah
sakit.
Faktor lingkungan tidak.kalah pentingnya selaku faktor penunjang dari
terjadinya infeksi nosokomial. Faktor lingkungan itu termasuk air sebagai bahan.
yang harus dibuang (disposiaI) dan udara (Kemenkes RI, 2018).
36
Segala mikroorganisme termasuk jamur, bakteri, parasit dan virus dapat
menimbulkan infeksi nosokomial. Infeksi tersebut dapat diperoleh dari
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross-infection) ataupun
diakibatkan dari flora normal pasien itu sendiri (endogenou- infection).
Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berfikir penelitian yang berjudul analisis sanitasi sarana
lift dan total kuman pada udara dan tombol lift di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik antara lain yaitu:
Gambar 1. Kerangka berpikir
Sanitasi Sarana Lift Rumah
Sakit
- Jadwal pembersihan lift
- Bagian lift yang dibersihkan
- Bahan pembersih lift
- Petugas kebersihan lift
- Keberadaan SOP
pembersihan lift
- Pembagian lift pasien, lift
pengunjung dan lift servis
Pengguna Lift Rumah Sakit
- Pengguna lift yang
menekan tombol lift
- Pengguna lift yang masuk lift
Total Kuman
pada Udara
dan Tombol
Lift
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
37
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional untuk
mengetahui sanitasi sarana lift dan total kuman pada udara dan tombol lift di
RSUP H. Adam Malik Medan.
Lokasi dan Waktu Peneltian
Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) H. Adam Malik Medan karena rumah sakit tersebut memiliki banyak
pasien dan pengunjung sehingga sangat memungkinkan terjadi kontaminasi
bakteri.
Waktu penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2018 sampai
dengan Juli 2019.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para pengunaan lift yang ada di Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Lift dalam penelitian adalah lift yang paling
sering digunakan untuk pelayanan pasien, pengunjung dan petugas kesehatan
yang berada di lingkungan RSUP H. Adam Malik Medan dan beresiko terjadinya
pencemaran biologis. Objek penelitian ini berupa tombol eksternal pada lift dan
udara dalam lift. Tombol eksternal lantai 1 dipilih karena selalu digunakan atau
disentuh untuk mengoperasikan lift dan banyak yang menggunakan lift lantai 1
untuk ke lantai lainnya.
Pengamatan terhadap pengguna lift dilakukan terlebih dahulu selama 2
jam kemudian dilakukan pengambilan sampel. Peneliti mengamati setiap
38
pengguna lift yang menekan tombol lift dan pengguna lift yang masuk lift
kemudian dengan melakukan pencatatan.
Pengambilan sampel swab tombol lift dilakukan pada hari Senin tanggal
25 Maret 2019 di lift I dan lift II, Selasa tanggal 26 Maret 2019 pada lift III dan
IV, Kamis 28 Maret 2019 pada lift V dan lift VI, Jum’at 29 Maret 2019 pada lift
VII dan lift VIII. Untuk pengambilan sampel udara dilakukan pada hari Selasa 01
April 2019 pada lift I, lift II dan lift IV.
Pemeriksaan sampel udara lift dilakukan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkunan (BTKL) Medan. Untuk pemeriksaan sampel swab tombol lift
dilakukan di Laboraturium Kesehatan Daerah (LABKESDA).
Definisi Konsep
1. Sanitasi Sarana Lift adalah cara dan usaha yang dilakukan pada lift rumah
sakit untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri patogen dengan
melakukan pemelihara kebersihan yang terdiri dari pembersihan lift yang
dilakukan dengan cara : membedakan lift pasien, pengunjung dan lift servis
serta membersihkan lift secara rutin minimum 2 (dua) kali sehari sesuai
dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang ada.
2. Bagian lift yang dibersihkan adalah ruangan lift mulai dari plafon, dinding,
lantai, pintu, tombol lift, rel dan teknis lain yang merupakan bagian lift.
3. Lift Rumah Sakit adalah salah satu Instalasi transportasi vertikal yang berada
di rumah sakit yang terdiri dari lift pasien, lift pengunjung dan lift servis atau
lift pengangkut sampah.
4. Lift Pasien adalah lift yang digunakan di rumah sakit untuk membawa tempat
tidur pasien yang paling kecil berukuran 1,50 x 2,30 meter dengan lebar pintu
39
tidak kurang dari 1,20 meter untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan
brankar/tempat tidur pasien bersama-sama dengan pengantarnya.
5. Lift Pengunjung adalah lift yang berfungsi dan memang khusus digunakan
untuk pengunjung rumah sakit dan staf rumah sakit.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi langsung dan studi kepustakaan.
Observasi langsung. Observasi langsung dilaksanakan dengan melihat
secara langsung sanitasi sarana lift, rata-rata pengguna lift dan manajemen lift
(peruntukan penggunaan lift pasien, pengunjung dan servis) di RSUP H. Adam
Malik Medan.
Studi kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dipecahkan.
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen RSUP H. Adam
Malik, data jumlah kunjungan pasien, Suber Daya Manusia atau tenaga yang ada,
pofil rumah sakit dan hasil pengukuran swab dinding dan lantai rumah sakit.
Instrumen penelitian. Alat dan bahan yang digunakan untuk
pengambilan spesimen kultur.
Alat. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Mikrobiologi Air
Sampler (MAS), autoclave, incubator, colony counter, pipet, tabung reaksi,
petridish, bakerglass, erlenmeyer, gelas ukur, lidi kapas steril, rak tabung, masker,
handschon dan alat tulis.
Bahan. Bahan pada penelitian ini adalah Plate Count Agar (PCA) /
nutrient agar / triptose soya agar, alcohol swab, NaCl fisiologis.
40
Pengambilan spesimen penelitian. Pengambilan spesimen atau sampel
dalam penelitian ini dilakukan 1 kali. Ada 8 gedung rumah sakit yang memiliki
lift. Setiap gedung tersebut terdiri dari 1 sampai 3 lift. Pada pemeriksaan kuman
udara, dipilih 3 lift yang memiliki intensitas pengguna lift paling tinggi yaitu pada
lift digedung Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap Rindu A dan Center
Medical Unit (CMU).
Sementara itu lift pada pemeriksaan swab tombol lift yang dipilih adalah
satu lift dari setiap gedung rumah sakit yang memiliki lift yaitu pada gedung
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap Rindu A, Cardiac Center, Center
Medical Unit (CMU), Hemodialisa, Paviliun, IGD dan Instalasi Rawat Jalan
Rindu B.
Tabel 3
Kode dan Lokasi Lift untuk Pengambilan Sampel di RSUP H. Adam Malik Medan
Kode Lift
Lokasi Pengambilan Sampel Jenis Sampel
Jumlah Lift
Jumlah Sampel
Lift I Instalasi Rawat Jalan (disamping Poliklinik Ibu Hamil)
Udara, Tombol
1 2
Lift II Instalasi Rawat Inap Rindu A (disamping Ruang Administrasi P3D)
Udara, Tombol
1 2
Lift III Cardiac Center (disamping ruang memografi)
Tombol 1 1
Lift IV Central Medical Unit/CMU (disamping papan pengumuman)
Udara, Tombol
1 2
Lift V Hemodialisa (disamping tangga) Tombol 1 1 Lift VI Paviliun (disamping tangga) Tombol 1 1 Lift VII UGD (dibagian depan UGD) Tombol 1 1 Lift VIII Instalasi Rawat Inap Rindu B
disamping R. Asisten Kebidanan) Tombol 1 1
Total 8 11
Untuk pengamatan jumlah pengguna lift yang masuk lift dan pengguna lift
yang menekan tombol lift dilakukan selama dua jam dengan cara mencatatnya,
lalu dilakukan pengambilan sampel kuman udara dan/atau tombol lift.
41
Tabel 4
Pengambilan Sampel Swab Tombol Lift RSUP H. Adam Malik Medan
Hari/Tanggal pengambilan sampel
Nama Lift
Waktu (WIB)
Alasan Pengamatan
penekan tombol lift
Pengambilan sampel tombol
lift Hari ke-1
Senin/ 25 Maret 2019
Lift I
09.00 – 11.00 11.00 Banyak pasien berkunjung / berobat
Lift II 13.00 – 15.00 15.00 Jam besuk Hari ke-2
Selasa/ 26 Maret 2019
Lift III 09.00 – 11.00 11.00 Banyak pasien berkunjung untuk pemeriksaan jantung
Lift IV 13.00 – 15.00 15.00 Banyak antrian pengambilan obat dan pemeriksaan laboraturium
Hari ke-3 Kamis/ 28 Maret 2019
Lift V 09.00 – 11.00 11.00 Banyak pasien berkunjung untuk cuci darah
Lift VI 13.00 – 15.00 15.00 Jam besuk Hari ke-4
Jum’at/ 29 Maret 2019
Lift VII 09.00 – 11.00 11.00 Banyak aktifitas yang dilakukan dan lebih banyak staf atau pengunjung yang ada
Lift VIII 13.00 – 15.00 15.00 Jam besuk Tabel 5 Pengambilan Sampel Udara Lift RSUP H. Adam Malik Medan Hari/Tanggal Pengambilan Sampel
Nama Lift
Waktu (WIB) Alasan
Pengamat an jumlah pengguna lift yang masuk
Pengambilan sampel
Hari ke-5 Selasa/ 01 April 2019
Lift I
13.00 – 15.00 15.00 Tiga lift ini dipilih untuk pemeriksaan udara karena berada di gedung yang paling tinggi mobilitas nya dan terdapat banyak pasien infeksi.
Lift II
13.00 – 15.00 15.00
Lift IV
13.00 – 15.00 15.00
42
Tata cara pemeriksaan penelitian. Terdapat dua cara pengambilan
spesimen dalam penelitian yaitu spesimen udara dan swab tombol lift.
Spesimen udara. Tata cara pengambilan spesimen udara dalam penelitian
ini yaitu melalui beberapa cara berikut.
1. Siapkan alat MAS yang sudah didesinfeksi dengan alkohol swab dan media
lalu bagian belakang dari tiap cawan petri diberi keterangan nomor contoh,
tanggal dan volume pengambilan.
2. Pasangkan media pada alat, posisikan titik pengambilan yang representative
kemudian atur kebutuhan volumenya lalu nyalakan alat.
3. Contoh cawan petri hasil pengambilan udara ruang diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 35-37⁰C selama 18 s/d 24 jam dalam kondisi terbaik.
4. Amati pertumbuhan yang terjadi dan dihitung semua koloni yang tumbuh.
5. Hasil perhitungan koloni konverikan dengan tabel koloni MAS 100 NT.
6. Hasil perhitungan koloni dalam satuan CFU/m3.
Perhitungan:
1. Hitung jumlah koloni yang tumbuh.
2. Cocokkan dengan tabel konversi dari alat MAS
Jumlah koloni (setelah dikonversi : Pr) x (1000/vol ambil) = ..... CFU/m3.
(Volume yang digunakan untuk penelitian sebanyak 100 ml)
Spesimen swab tombol lift. Spesimen diperoleh dari hasil usapan pada
tombol lift menggunakan lidi kapas yang telah dibasahi dengan NaCl fisiologis
yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi media cair
tioglikolat dan ditutup dengan kapas steril. Kemudian spesimen dikirim ke
laboratorium mikrobiologi dalam suhu kamar pada hari yang sama.
43
Metode Analisis Data
Tahapan pengolahan data antara lain:
1. Pemeriksaan Data (Editing). Meliputi koreksi dan kontrol pada saat analisis
mengenai keberadaan bakteri patogen pada tombol lift.
2. Pemberian Kode (Coding). Memberikan kode pada pencatatan hasil
penelitian mengenai jenis bakteri patogen.
3. Penyusunan Data (Tabulating). Meliputi pemilihan, pengelompokan dan
penataan hasil penelitian mengenai data bakteri patogen pada tombol lift.
Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
44
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Deskripsi wilayah penelitian. Deskripsi wilayah penelitian berupa
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ini antara lain yaitu:
Klasifikasi RSUP H. Adam Malik Medan. Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) H. Adam Malik Medan adalah Rumah Sakit Umum milik pemerintah
pusat yang secara teknis berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Rumah sakit ini juga sudah berstatus
Badan Layanan Umum (BLU) dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit
kelas A. Rumah sakit ini menjadi pusat rujukan untuk wilayah kerja Provinsi
Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau yang memiliki
3 layanan unggulan yaitu Pelayanan Jantung Terpadu, Onkologi Terpadu,
Transplantasi Organ dan Jaringan.
RSUP H. Adam Malik berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan
Tuntungan. Pada Tahun 2015 RSUP H. Adam Malik meraih Akreditasi Tingkat
Paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan mempersiapkan diri
untuk terakreditasi Internasional (JCI) pada Tahun 2018 guna mewujudkan
komitmen RSUP H. Adam Malik Medan memberikan pelayanan kesehatan
berdasarkan mutu dan keselamatan pasien (patient safety) berstandar
internasional.
Visi, misi, motto dan nilai-nilai RSUP H. Adam Malik Medan. Visi,
misi, motto dan nilai-nilai RSUP H. Adam Malik Medan antara lain yaitu:
45
Visi. Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang
terbaik dan bermutu di Indonesia pada Tahun 2019.
Misi. Visi diwujudkan melalui Misi RSUP H. Adam Malik yaitu:
1. Melaksanakan pelayanan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang
kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau.
2. Melaksanakan pengembangan kompetensi SDM yang berkesinambungan.
3. Mengampu rumah sakit jejaring dan rumah sakit di wilayah Sumatera.
Motto. Motto RSUP H. Adam Malik : mengutamakan keselamatan pasien
dengan pelayanan “PATEN” yaitu Pelayanan Cepat , Akurat, Terjangkau, Efisien,
Nyaman.
Nilai–nilai. Adapun nilai-nilai yang dimiliki RSUP H. Adam Malik yaitu:
1. Pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan maka pelayanan medis harus diberikan dengan cara benar dan
tanpa membedakan golongan, agama, suku dan kemampuan sesuai dengan
azas keadilan sosial.
2. Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi dan norma-
norma religius.
3. Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku melalui suatu musyawarah serta dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Pelayanan yang diberikan secara utuh, terpadu dan paripurna.
Ketenagaan dan jumlah kunjungan pasien di RSUP H. Adam Malik
Medan. Kegiatan operasional RSUP H. Adam Malik didukung oleh tenaga kerja
yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab yang
46
berbeda sesuai dengan jobdescription mereka. Adapun bagian tenaga yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu ketenagaan bagian Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana Non Medis Rumah Sakit yang berjumlah 23 orang dan bagian
outsourcing cleaning service yang berjumlah 362 orang yang berasal dari PT.
Jafri Sentosa.
Adapun jumlah kunjungan pasien RSUP H. Adam Malik Medan dalam
satu tahun semakin meningkat. Pengunjung baru yaitu pengunjung atau pasien
yang baru pertama kali datang ke rumah sakit. Di RSUP H. Adam Malik Medan
pengunjung baru setengah tahunnya terdapat 18.628 orang dan meningkat di akhir
tahunnya sebanyak 25.742 orang. Kunjungan dari pasien atau pengunjung lama
yang sebelumnya sudah pernah berobat di rumah sakit juga mengalami
peningkatan dalam setahun yaitu mulai dari 228.827 orang kemudian meningkat
hingga 268.105 orang.
Lift dalam penelitian. Adapun daftar lift dalam penelitian ini, kode lift,
asal gedung lift pengambilan sampel dan jenis sampel yang diambil akan
dijelaskan dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6
Kode dan Lokasi Lift untuk Pengambilan Sampel di RSUP H. Adam Malik Medan
Kode
Lift Lokasi Pengambilan Sampel
Jenis
Sampel
Jumlah
Lift
Jumlah
Sampel
Lift I Instalasi Rawat Jalan (disamping
Poliklinik Ibu Hamil)
Udara,
Tombol
1 2
Lift II Instalasi Rawat Inap Rindu A
(disamping Ruang Administrasi
P3D)
Udara,
Tombol
1 2
Lift III Cardiac Center (disamping ruang
memografi)
Tombol 1 1
(bersambung)
47
Tabel 6
Kode dan Lokasi Lift untuk Pengambilan Sampel di RSUP H. Adam Malik Medan
Kode
Lift Lokasi Pengambilan Sampel
Jenis
Sampel
Jumlah
Lift
Jumlah
Sampel
Lift IV Central Medical Unit/CMU
(disamping papan pengumuman)
Udara,
Tombol
1 2
Lift V Hemodialisa (disamping tangga) Tombol 1 1
Lift VI Paviliun (disamping tangga) Tombol 1 1
Lift VII UGD (dibagian depan UGD) Tombol 1 1
Lift
VIII
Instalasi Rawat Inap Rindu B
disamping R. Asisten Kebidanan)
Tombol 1 1
Total 8 11
Lift I berada pada Instalasi Rawat Jalan yang merupakan bangunan dengan
aktifitas pelayanan poliklinik. Pada lift II berada di gedung Instalasi Rawat Inap
Rindu A yang terdapat pasien inap dengan penyakit flu burung dan infeksi
lainnya. Untuk lift III berada di gedung Cardiac Center merupakan bangunan
khusus untuk pasien penyakit jantung. Lift IV berada di gedung CMU yang salah
satu aktifitasnya ialah poliklinik pasien HIV dan tempat pemeriksaan
mikrobiologi. Lift V berada di gedung Hemodialisa merupakan tempat
pemeriksaan khusus untuk pasien dengan penyakit infeksi pernapasan seperti flu
burung. Lift VI berada di gedung Paviliun yang merupakan bangunan rawat inap
VIP. Lift VII berada di gedung UGD yaitu bangunan pelayanan pasien dengan
segala kegawatdaruratan yang ada. Lift VIII berada di gedung Rindu B dengan
pelayanan rawat inap pasien untuk bayi, anak-anak dan kemoterapi rawat inap.
Sanitasi sarana lift di RSUP H. Adam Malik Medan. Berikut tabel 7
yang merupakan observasi penelitian terhadap sanitasi yang dilakukan pada lift di
RSUP H. Adam Malik Medan.
48
Tabel 7
Aspek Sanitasi Sarana Lift yang Diamati
Aspek yang diamati
Ketersediaan
Keterangan Ada Tidak
ada
Jadwal pembersihan lift - Lift dibersihkan hanya jika
terlihat kotor seperti jika tampak
sampah saja
Bagian lift yang dibersihkan
(secara rutin)
- Tidak ada bagian lift yang
dibersihkan secara rutin seperti
lantai, dinding, pintu dan tombol
lift
Bahan pembersih lift
(sejenis desinfektan)
- Bagian lift hanya di usap
dengan minyak WD (cairan anti
karat)
Petugas kebersihan lift - Tidak ada cleaning servis yang
bertugas untuk pembersihan lift.
Segala urusan lift hanya
ditangani oleh maintenaince lift.
Keberadaan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
- Belum ada.
Pembagian lift pasien, lift
pengunjung dan lift
servisatau lift untuk
mengangkut sampah
- Semua lift digabung
penggunaannya dan tidak ada
pembagian waktu operasional
penggunaan lift
Jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift serta keberadaan
kuman pada tombol lift dan total kuman pada tombol lift di RSUP H. Adam
Malik Medan. Berikut jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift serta
keberadaan kuman pada tombol lift dan total kuman pada tombol lift di RSUP H.
Adam Malik Medan, yang dapat di lihat pada tabel 8 yang menunjukkan jumlah
penghitungan pengguna lift yang menekan tombol lift, keberadaan bakteri pada
tombol lift dan hasil pemeriksaan total kuman pada tombol lift.
49
Tabel 8
Hasil Perhitungan Jumlah Pengguna Lift yang Menekan Tombol Lift dan
Pemeriksaan Mikroba pada Tombol Lift di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama
Lift
Waktu
(WIB)
Jumlah
Pengguna
lift yang
menekan
tombol lift
Koloni
Bakteri
Hasil Swab
Kuman
Tombol
Lift
(CFU/cm2)
Memenuhi
Syarat
(5-10
CFU/cm2)
Pengama
tan.peng
guaan
lift
Pengam
bilan
sampel
Ada Tidak
ada Ya Tidak
Lift I 09.00 –
11.00
11.00 88 orang - 15,3 -
Lift
II
13.00 –
15.00
15.00 77 orang - 16,8 -
Lift
III
09.00 –
11.00
11.00 50 orang - 15,7 -
Lift
IV
13.00 –
15.00
15.00 72 orang - 30,19 -
Lift
V
09.00 –
11.00
11.00 9 orang - 56,1 -
Lift
VI
13.00 –
15.00
15.00 36 orang - 52,58 -
Lift
VII
09.00 –
11.00
11.00 67 orang - 63,37 -
Lift
VIII
13.00 –
15.00
15.00 55 orang - 57,10 -
Pada penghitungan jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift,
pengguna pada lift I yaitu sebanyak 88 orang, lift II sebanyak 77 orang, lift III
sebanyak 50 orang, lift IV sebanyak 72 orang, lift V sebanyak 9 orang, lift VI
sebanyak 36 orang, lift VII sebanyak 67 orang dan lift VIII sebanyak 55 orang.
Hasil pemeriksaan bakteri yang diambil dari swab tombol lift lift di RSUP
H. Adam Malik Medan seluruhnya menunjukkan positif terkontaminasi oleh
bakteri. Koloni bakteri yang didapatkan dari hasil pemeriksaan kemudian dihitung
untuk melihat indeks angka kuman masih dalam batas maksimal standart atau
sudah melebihi batas maksimal standart mengikuti dinding ruang perawatan yaitu
sebesar 5-10 CFU/cm2 berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004.
50
Hasil pemeriksaan total kuman pada tombol lift menunjukkan seluruh
sampel telah melebihi batas Indeks Angka Kuman. Pada lift I sebesar 15,3
CFU/cm2; lift II sebesar 16,8 CFU/cm
2; lift III sebesar 15,7 CFU/cm
2; lift IV
sebesar 30,19 CFU/cm2; lift V sebesar 56,1 CFU/cm
2; lift VI sebesar 52,58
CFU/cm2; lift VII sebesar 63,37 CFU/cm
2 kemudian lift VIII sebesar 57,10
CFU/cm2.
Jumlah pengguna lift yang masuk lift serta keberadaan kuman pada
udara lift dan total kuman pada udara lift di RSUP H. Adam Malik Medan.
Berikut tabel 9 yang menunjukkan keberadaan bakteri pada udara lift, jumlah
penghitungan pengguna lift yang masuk lift dan hasil pemeriksaan total kuman
pada udara lift.
Tabel 9
Hasil Perhitungan Jumlah Pengguna Lift yang Masuk Lift dan Pemeriksaan
Mikroba pada Udara Lift di RSUPH. Adam Malik Medan
Nama
Lift
Waktu
(WIB)
Jumlah
Pengguna
lift yang
masuk lift
Koloni
Bakteri
Hasil Swab
Kuman
Udara
Lift
(CFU/cm2)
Memenuhi
Syarat (200-
500
CFU/cm2)
Pengama
tan.peng
guna lift
Pengam
bilan
sampel
Ada Tidak
ada Ya Tidak
Lift
I
09.00 –
11.00
11.00 214 orang - 520 -
Lift
II
13.00 –
15.00
15.00 223 orang - 580 -
Lift
IV
13.00 –
15.00
15.00 146 orang - -
Pada penghitungan jumlah pengguna lift yang masuk lift, pengguna pada
lift I sebanyak 214 orang, lift II yaitu sebanyak 223 orang kemudian pada lift IV
sebanyak 146 orang.
51
Hasil pemeriksaan bakteri yang diambil dari sampel udara lift di RSUP H.
Adam Malik Medan seluruhnya menunjukkan positif terkontaminasi oleh bakteri.
Koloni bakteri yang didapatkan dari hasil pemeriksaan kemudian dihitung untuk
melihat indeks angka kuman masih dalam batas maksimal standartatau sudah
melebihi batas maksimal standart mengikuti ruang administrasi/pertemuan yaitu
sebesar 200-500 CFU/m3
berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004.
Hasil pemeriksaan total kuman pada udara lift dua sampel telah melebihi
batas Indeks Angka Kuman yaitu pada lift I sebesar 520 CFU/m3 dan lift II
sebesar 580 CFU/m3 dan satu sampel masih dalam batas Indeks Angka Kuman
yaitu pada lift IV sebesar 360 CFU/m3.
Pembahasan
Sanitasi sarana lift di RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil
observasi mengenai sanitasi sarana lift di RSUP H. Adam Malik, pengawasan dan
pemeriksaan lift ada dilakukan dengan memantau lift setiap harinya dan
melakukan pemeliharaan dan pembersihan lift. Pemeliharaan dan pembersihan lift
dilakukan sebulan sekali dengan minyak DW (anti karat) tanpa menggunakan
desinfektan, padahal pembersihan dengan desinfektan atau dengan cara desinfeksi
dapat membunuh kuman (Kemenkes RI, 2018).
Pembersihan lift sangat jarang dilakukan di bagian sangkar lift,
dibersihkan jika ada sampah saja. Pemeliharaan dan pembersihan lift rumah sakit
dilakukan oleh maintenaince lift sekaligus penanggungjawab terhadap lift dalam
lingkup kerja bagian Instalasi Sarana dan Prasarana rumah sakit.
Tidak ada manajemen khusus yang dilakukan terhadap lift. Lift pasien,lift
pengunjung dan lift servis atau lift untuk mengangkut sampah tidak ada dibedakan
52
serta tidak ada pengaturan waktu yang dilakukan dalam penggunaan lift terutama
untuk lift pengangkutan sampah. Pada bagian tombol lift pembersihan hanya
dengan pengelapan biasa menggunakan kain. Lift selalu dalam keadaan tertutup
jika tidak digunakan.
Keadaan tersebut dapat membuat kualitas udara yang buruk dalam lift.
Kualitas udara ruang yang kurang baik, selain dapat menyebabkan Sick Building
Syndrome yaitu gangguan kesehatan karena bangunan yang tidak sehat seperti
iritasi mata, iritasi hidung, iritasi kulit, batuk, bersin, dapat juga menyebabkan
infeksi nosokomial. Sekitar 10–20% infeksi nosokomial dapat disebabkan kualitas
udara ruang rumah sakit karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi
dapat ditularkan melalui udara (Depkes, 2008).
Selain udara, lingkungan rumah sakit seperti makanan, benda-benda dan
bahan-bahan yang tidak saniter dapat menjadi penyebab infeksi nosokomial. Salah
satu benda mati yang pernah diteliti dan berpotensi menyalurkan infeksi
nosokomial adalah tombol lift (Audiva, 2016). Maka dari itu wajib untuk
memperhatikan dan mengendalikan hal-hal yang berkemungkinan untuk
terjadinya penyebaran infeksi (Kemenkes, 2012).
Sesuai dengan tabel 8, dapat dikatakan sanitasi sarana lift yang dilakukan
pada lift di RSUP H. Adam Malik Medan kurang diperhatikan. Keadaan ini dapat
membuat lift terkontaminasi mikroba. Terlebih lagi tidak ada Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk pembersihan lift.
Jumlah pengguna lift yang menekan tombol lift serta keberadaan
kuman pada tombol lift dan total kuman pada tombol lift di RSUP H. Adam
Malik Medan. Pada penghitungan jumlah pengguna lift yang menekan tombol
53
lift, pengguna paling banyak ditemukan pada lift I yaitu sebanyak 88 orang
kemudian diikuti lift II sebanyak 77 orang, lalu lift IV sebanyak 72 orang, lift VII
sebanyak 67 orang, lift VIII sebanyak 55 orang, lift III sebanyak 50 orang, lift VI
sebanyak 36 orang dan yang paling sedikit terdapat pada lift V sebanyak 9 orang.
Pemeriksaan keberadaan kuman atau mikroba pada 8 sampel yang diambil
dari permukaan tombol lift, didapatkan seluruhnya terkontaminasi oleh mikroba.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2011) pada
tombol lift di Arab Saudi mendapatkan hasil dari 20 sampel menunjukkan seluruh
tombol lift terkontaminasi oleh bakteri. Sedangkan pada penelitian lain yang
dilakukan oleh Kandel (2014) dari 120 sampel, didapatkan hanya 73 sampel
terkontaminasi bakteri.
Adanya kontaminasi mikroba pada tombol lift ini menunjukkan bahwa
tombol lift tersebut tidak bersih dan mengandung mikroba, baik mikroba yang
menyebabkan penyakit (mikroba patogen) ataupun mikroba yang tidak
menyebabkan penyakit (mikroba non patogen). Jika tombol lift tersebut
terkontaminasi oleh mikroba patogen maka tombol lift tersebut dapat menjadi
sumber penyebaran infeksi di rumah sakit.
Perbedaan kontaminasi mikroba ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya dari sifat bakteri itu sendiri. Apabila mikroba terpajan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan seperti suhu dingin atau panas, maka
mikroba akan berada dalam keadaan dorman. Temperatur dan kelembaban yang
tinggi dapat menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan mikroba (Ulger et al,
2015).
54
Faktor kebersihan tangan juga berpengaruh terhadap kontaminasi mikroba
pada tombol lift. Tangan telah terbukti sebagai media yang dapat membawa
kuman dari permukaan benda di lingkungan dan 80% infeksi tersebar melalui
tangan yang bersentuhan dengan permukaan benda (Reynolds et al, 2005 dalam
Audiva, 2016). Tangan yang tidak bersih akan mengakibatkan perpindahan
mikroorganisme yang ada di tangan ke benda ataupun orang lain (Permenkes RI,
2017).
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar jenis
virus. Jumlah (dosis) mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan
infeksi pada pejamu/host yang rentan bervariasi sesuai dengan lokasi. Risiko
infeksi cukup rendah ketika mikroorganisme kontak dengan kulit yang utuh dan
setiap hari manusia menyentuh benda di mana terdapat sejumlah mikroorganisme
di permukaannya. Risiko infeksi akan meningkat bila area kontak adalah
membran mukosa atau kulit yang tidak utuh. Risiko infeksi menjadi sangat
meningkat ketika mikroorganisme berkontak dengan area tubuh yang biasanya
tidak steril, sehingga masuknya sejumlah kecil mikroorganisme saja dapat
menyebabkan sakit (Depkes, 2007).
Sesuai Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit, standar angka kuman pada tombol lift
mengikuti standar kuman dinding perawatan rumah sakit yaitu 5 – 10 CFU/ cm2
dan hasil pengukuran angka kuman pada tombol lift I, II, III, IV, V, VI,VII dan
VIII berdasarkan penelitian, seluruhnya sudah melebihi 5 – 10 CFU/cm2
sehingga
sudah melebihi standar.
55
Angka paling banyak terdapat pada lift VII yaitu sebesar 63,37 CFU/cm2
kemudian diikuti lift VIII yaitu 57,10 CFU/cm2; lift V yaitu 56,1 CFU/cm
2; lift VI
yaitu 52,58 CFU/cm2; lift IV yaitu 30,19 CFU/cm
2; lift II yaitu 16,8 CFU/cm
2; lift
III sebesar 15,7 CFU/cm2
dan lift I sebesar 15,3 CFU/cm2. Dilihat dari angka
kuman yang melebihi angka standar tersebut, maka kemungkinan dapat terjadi
penularan mikroba yang dapat mengakibatkan infeksi.
Angka kuman dapat dipengaruhi karena adanya aktivitas manusia salah
satunya adalah melakukan aktivitas yang harus menggunakan lift sehingga tombol
lift sering ditekan dan disentuh oleh bermacam-macam individu di rumah sakit
secara bergantian, termasuk oleh tenaga medis.
Kandel (2014) dalam penelitiannya memberi saran untuk pengendalian
infeksi nosokomial agar tombol lift didesain lebih lebar sehingga dapat diaktifkan
ataupun ditekan dengan menggunakan siku. Kandel juga mengusulkan agar rumah
sakit menyediakan alkohol handrub di dalam ataupun di luar lift.
Selain itu, membersihkan tombol lift secara teratur dengan desinfektan
juga dapat mengurangi risiko kontaminasi bakteri pada tombol lift. Pembersihan
lift tersebut dapat dilakukan pada pagi hari terutama sebelum pengunjung datang
kemudian dilanjutkan dengan pembersihan lift pada siang dan sore harinya
dengan desinfektan karena dapat meminimalkan ataupun meniadakan jumlah
mikroba (Permenkes RI, 2019).
Hal lain yang dapat dilakukan untuk memutus jalur transmisi infeksi
tersebut adalah dengan menerapkan kebiasaan mencuci tangan yang baik dan
benar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian oleh Rahmawati dan Sofiana (2017)
yang menunjukkan bahwa dari 30 orang, rata-rata angka kuman sebelum cuci
56
tangan sebesar 3.788 CFU/m3 dan setelah cuci tangan sebesar 775 CFU/m
3
sehingga dapat disimpulkan cuci tangan dapat mempengaruhi/menurunkan jumlah
angka kuman yang ada di tangan.
Cuci tangan juga telah dijadikan program di rumah sakit dalam rangka
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Oleh karena itu, diharapkan
kesadaran dari diri sendiri untuk melakukan cuci tangan dengan baik dan benar
sehingga angka kejadian infeksi di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dicegah
dan dikurangi.
Permukaan lift yang terbuat dari bahan stainless steel dapat mempengaruhi
keberadaan mikroorganisme yang mengkontaminasi lift. Permukaan yang terbuat
dari bahan stainless steel dan polimer merupakan tempat yang dapat
dikontaminasi selama berminggu-minggu. Semakin lama patogen nosokomial
menetap di suatu permukaan, semakin besar pula risiko hal tersebut menjadi
sumber penularan bagi pasien yang rentan (Saka, Akanbi, Obasa et al., 2017).
Jumlah pengguna lift yang masuk liftserta keberadaan kuman pada
udara lift dan total kuman pada udara lift di RSUP H. Adam Malik Medan.
Pada penghitungan jumlah pengguna lift yang masuk lift, pengguna paling banyak
ditemukan pada lift II yaitu sebanyak 223 orang kemudian diikuti lift I sebanyak
214 orang dan yang paling sedikit terdapat pada lift IV sebanyak 146
orang.Tingkat kepadatan dalam suatu ruang merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya infeksi nosokomial (Longadi; Waworuntu; Soeliongan, 2016).
Penelitian menunjukkan hasil dari 3 sampel udara lift didapatkan
seluruhnya terkontaminasi kuman atau mikroba. Faktor biologis yang dapat
mempengaruhi angka kuman dalam ruang yaitu penghuni ruangan baik petugas
57
rumah sakit, pasien dan pengunjung rumah sakit saling memindahkan kuman
yang mengakibatkan penyebaran dan peningkatan kuman dalam ruang. Perilaku
tidak sehat dan tidak bersih dari petugas rumah sakit, pasien dan pengunjung
meningkatkan laju penyebaran kuman. Rumah sakit dalam penelitian ini, selain
memiliki intensitas tinggi terhadap penggunaan lift, juga tidak membedakan
penggunaan lift pasien, lift pengunjung dan lift servis atau lift untuk mengangkut
sampah dan belum mengatur tentang jam operasional penggunaan lift.
Hasil pemeriksaan total kuman pada udara lift dua sampel telah melebihi
batas Indeks Angka Kuman. Angka paling banyak yaitu pada lift II sebesar 580
CFU/m3 dan lift I sebesar 520 CFU/m
3 dan satu sampel masih dalam batas Indeks
Angka Kuman yaitu pada lift IV sebesar 360 CFU/m3.
Dalam penelitian ini menunjukkan kualitas udara yang kurang bagus
karena ada yang melebihi batas maksimum angka kuman udara sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1024/MENKES/SK/X/2004 standar angka kuman ruang lift
mengikuti ruang administrasi/pertemuan rumah sakit yaitu sebesar 200-500
CFU/m3. Angka kuman tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor kuman yang ada
pada pengguna lift yang masuk lift, faktor fungsi flow udara dalam lift hidup atau
tidak dan faktor waktu pengambilan sampel.
Angka kuman udara di lingkungan rumah sakit harus memenuhi syarat
karena infeksi nosokomial bisa disebabkan oleh udara di lingkungan rumah sakit.
Apabila kualitas udara tidak memenuhi syarat, maka udara tersebut berbahaya
bagi pasien ataupun warga rumah sakit lainnya yang ada di rumah sakit (Soedarto,
2016).
58
Terkontaminasinya tombol lift dan udara lift oleh mikroba atau kuman
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tombol lift tersebut tidak sehat atau
tidak bersih. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya perhatian perlakuan sanitasi
terhadap fasilitas umum rumah sakit terutama pada lift rumah sakit, terlebih lagi
tidak adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) pembersihan lift. Padahal lift
sering digunakan oleh orang secara bergantian sehingga dapat terjadi kontaminasi
mikroorganisme didalam lift.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan
acuan atau saran guna perbaikan penelitian berikutnya. Jenis penilitian ini
deskriptif observasional dengan metode pengumpulan data yaitu data primer dan
sekunder, dimana data primer berupa observasi langsung dilaksanakan dengan
melihat secara langsung sanitasi sarana lift, rata-rata pengguna lift dan manajemen
lift (peruntukan penggunaan lift pasien, pengunjung dan servis) di RSUP H.
Adam Malik Medan. Pada saat melakukan observasi ini penulis mengalami
sedikit kesulitan dalam melihat penggunaan lift yang menekan tombol lift dimana
saat lift sedang penuh jadi penulis tidak mengetahui siapa-siapa saja yang
menekan tombol lift, maka dari itu penulis harus teliti dalam observasi yang
dilakukan supaya mendapatkan hasil yang maksimal atau kenyataannya.
59
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis sanitasi sarana lift dan total
kuman pada udara dan tombol lift di RSUP H. Adam Malik dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sanitasi sarana lift di RSUP H. Adam Malik Medan kurangdiperhatikan,
sangat jarang dibersihkan dan tidak pernah didesinfeksi, terlebih lagi tidak
ada Standart Operasional Prosedur (SOP) untuk pembersihan terhadap lift di
rumah sakit.
2. Pengguna lift yang masuk lift paling banyak ditemukan pada lift II yaitu
sebanyak 223 orang kemudian diikuti lift I sebanyak 214 orang dan yang
paling sedikit terdapat pada lift IV yaitu 146 orang.
3. Pengguna lift yang menekan tombol lift paling banyak ditemukan pada lift I
yaitu sebanyak 88 orang kemudian diikuti lift II sebanyak 77 orang, lalu lift
IV sebanyak 72 orang, lift VII sebanyak 67 orang, lift VIII sebanyak 55
orang, lift III sebanyak 50 orang, lift VI sebanyak 36 orang dan yang paling
sedikit terdapat pada lift V yaitu 9 orang.
4. Pemeriksaan udara dan tombol lift di RSUP H. Adam Malik Medan yang ada
dalam penelitian ini seluruhnyamenunjukkan positif terkontaminasi oleh
bakteri.
5. Hasil pemeriksaan total kuman pada udara lift dua sampel telah melebihi
batas standar yaitu pada lift II sebesar 580 CFU/m3 dan lift I sebesar 520
CFU/m3 dan satu sampel masih dalam batas standar yaitu pada lift IV sebesar
360 CFU/m3.
60
6. Hasil pemeriksaan total kuman pada tombol lift menunjukkan seluruh sampel
telah melebihi batas standar yaitu paling banyak pada lift VII yaitu sebesar
63,37 CFU/cm2 kemudian diikuti lift VIII sebesar 57,10 CFU/cm
2; lift V
sebesar 56,1 CFU/cm2; lift VI sebesar 52,58 CFU/cm
2; lift IV sebesar 30,19
CFU/cm2; lift II sebesar 16,8 CFU/cm
2; lift III sebesar 15,7 CFU/cm
2 dan lift
I sebesar 15,3 CFU/cm2.
Saran
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Sanitasi sarana lift yang ada dirumah sakitharus lebihdiperhatikan, mengingat
banyak orang menggunakan lift secara bergantian yang memungkinkan
untuk terjadinya penyebaran infeksi melalui udara ataupun tombol lift.
2. Diharapkan agar pihak rumah sakit dalam penelitian ini segera membuat
Standar Operasional Prosedur untuk pembersihan lift.
3. Pembersihan lift yang dilakukan sebaiknya menggunakan bahan desinfektan
secara rutin untuk mencegah transmisi mikroorganisme atau kuman yang
berasal darilift rumah sakit.
4. Pembersihan lift dapat dilakukan pada pagi hari terutama sebelum
pengunjung datang kemudian dilanjutkan dengan pembersihan lift pada siang
dan sore harinya.
5. Pihak rumah sakit dapat melakukan pembersihan tombol lift yang terdapat di
lingkungan rumah sakit dan meletakkan alkohol handrub di dalam dan di luar
lift.
6. Jika lift tidak digunakan, lift dapat tetap dibuka agar kuman udara dalam lift
dapat keluar dan sirkulasi udara lift tetap baik.
61
7. Pentingnya menerapkan kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar oleh
setiap petugas kesehatan dan pengunjung di rumah sakit untuk pencegahan
infeksi nosokomial.
8. Bagi petugas rumah sakit yang memiliki mobilitas tinggi yang pindah dari
lantai satu ke lantai lain, upayakan seminimal mungkin menggunakan lift dan
gunakan tangga agar selain menghemat listrik juga untuk mengurangi
keterpaparan terhadap bakteri.
9. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan identifikasi koloni mikroba pada
udara dan tombol lift, terutama mikroba yang paling sering menyebabkan
infeksi nosokomial.
62
Daftar Pustaka
Ariyadi, T., & Dewi, S. S. (2009). Pengaruh sinar ultra violet terhadap pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp. sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal Kesehatan, 2(2), 20-25. Diakses dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php /Analis/article/view/298/323
Audiva, N. (2016). Identifikasi bakteri patogen pada tombol lift di RSUP Dr. M.
Djamil Padang (Skripsi, Fakultas Kedokteran UNPAD). Diakses dari http://scholar.unand.ac.id/20010
Cahyonugroho, O. H. (2010). Pengaruh intensitas sinar ultraviolet dan
pengadukan terhadap reduksi jumlah bakteri. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 2(1), 18-23. Diakses dari http://eprints.upnjatim.ac.id/1249 /1/3-Jurnal_Okik_HC.pdf
Dacarro, C., Picco, A. M., Grisoli P., & Rodolfi, M. (2003). Determination of
aerial microbiological contamination in scholastic sports environments. Journal of Applied Microbiology, 95(5), 905-912. doi:10.1046/j.1365-2672.2003.02044.x
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Standar Pelayanan
Kebidanan. Diakses dari http://hukor.kemkes.go.id/uploads/rancangan _produk_hukum/RPM_Standar_Pelayanan_Kebidanan.doc
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Diakses dari https://www.k4health. org/toolkits/safe-indonesia/pedoman-manajerial-pencegahan-dan-pengen dalian-infeksi-di-rumah-sakit-dan-0
Elliott, T., Worthington, T., Osman, H., & Gill, M. (2013). Pengertian dan
tempat perkembanganbiakan mikrobilogi: dalam mikrobiologi kedokteran & infeksi (Edisi ke-4). Jakarta: EGC.
Ginting, M. (2008). Infeksi nosokomial melalui pemasangan infus dan manfaat
pelatihan keterampilan perawat terhadap pengendaliannya di ruang rawat inap penyakit RSUPH Adam Malik Medan (Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/7027
Ikhtiar, M. (2017). Pengantar kesehatan lingkungan (Edisi ke-1). Makassar:
CV. Social Politic Genius (SIGn). Jannah, M. M. (2018). Identifikasi bakteri pada layar telepon genggam petugas
medis di Rumah Sakit Daerah A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung (Skripsi, Fakultas Kedokteran UNILA). Diakses dari http://digilib.unila. ac.id/30283
63
Jeyamohan, D. (2010). Angka prevalensi infeksi nosokomial pada pasien luka
operasi di Bagian Bedah di RSUP H. Adam Malik Medan (Skripsi,
Fakultas Kedokteran USU). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle
/123456789/21521
Kandel, C. E., Simor, A. E., & Radelmeier, D. A. (2014). Elevator buttons as
unrecognized source of bacterial colonization in hospitals. Journal of
Open Medicine, 8(3), 81-85. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.
gov/pmc/articles/PMC4242253
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman rumah sakit bersih
dalam rangka (Gerakan Nasional Bersih Negeriku). Diakses dari
https://docplayer.info/30122697-G-e-r-a-k-a-n-n-a-s-i-o-n-a-l-b-e-r-s-i-h-
n-e-g-e-r-i-k-u-pedoman-rumah-sakit-bersih-disusun-dalam-rangka-gera
kan-nasional-bersih-negeriku.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Sanitasi Rumah Sakit (Edisi
ke-1). Diakses dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content
/uploads/2018/ 09/Sanitasi-Rumah-Sakit_SC.pdf
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Longadi, Y. M., Waworuntu, O., & Soeliongan, S. (2016). Isolasi dan identifikasi
bakteri aerob yang berpotensi menjadi sumner penularan infeksi
nosokomial di IRINA A RSUP Prof. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-
Biomedik, 4(1), 1-9. doi: 10.35790/ebm.4.1.2016.11052
Mohammadi, A., Ebrahimi, A., & Nemati, S., (2016). Bacterial and fungal
contamination of elevator buttons in University Schools of Isfahan
University of Medical Sciences, Isfahan, Ira. Journal of Health Scope,
5(4), 1-5. doi: 10.17795/jhealthscope-34428
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun
2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Rahmawati, S., & Sofiana, L. (2017). Pengaruh metode hand wash terhadap
penurunan jumlah angka kuman pada perawat ruang rawat inap di RSKIA
PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Prodising Seminar Nasional.
64
Saka, K. H., Akanbi, I. A., Obasa, T. O., Raheem, R. A., & Oshodi, A. J. (2017).
Bacterial contamination of hospital surfaces according to material make,
last time of contact and last time of cleaning/ disinfection. Journal of
Bacteriology and Parasitology, 8(3), 12-16. doi:10.4172/2155-9597
.1000312
Santoso, I. (2015). Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum. Yogyakarta: Gosyen.
Soedarto. (2016). Infeksi nosokomial di rumah sakit. Jakarta: CV Sagung Seto.
Ulger, F., Dilek, A., Esen, M., & Leblebicioglu. (2015). Are healthcare workers’
mobile phones a potential source of nosocomial infections? review of the
literature. Journal of Infection in Developing Countries, 9(10), 46-53. doi:
10.3855/jidc.6104
Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi lingkungan. Malang: Universitas Muhamadiyah
Malang.
65
Lampiran 1. Surat Izin Survei
66
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
67
Lampiran 3. Lembar Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
ANALISIS SANITASI SARANA LIFT DAN BAKTERI PATOGEN
PADA TOMBOL LIFTDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
H. ADAM MALIK MEDANTAHUN 2019
Nama Rumah Sakit :
Alamat Rumah Sakit :
Tanggal Observasi :
No.
Aspek yang
di amati
Tindakan
Ketersediaan
Ket. Ada Tidak
ada
1. Sanitasi sarana
lift
(Pemeliharaan
kebersihan lift)
Jadwal pembersihan lift
minimum 2 (dua) kali sehari
Pembersihan lantai lift
Pembersihan dinding lift
Pembersihan pintu lift
Pembersihan tombol lift
Petugas kebersihan yang
bertanggung jawab atas
sanitasi lift
Bahan pembersih lift
termasuk jenis desinfektan
Standar Operasional
Prosedur (SOP)
pemeliharaan kebersihan lift
2. Penggunaan
Lift
Lift pasien, lift pengunjung
dan lift servis atau lift yang
mengangkut sampah
Pengaturan waktu
penggunaan lift jika
penggunaan lift di gabung
(tidak dibedakan)
Luas minimal lift pasien
1,50 x 2,30 m
Lebar pintu
minimal lift pasien 1,20 m
(bersambung)
68
No.
Aspek yang
di amati
Tindakan
Ketersediaan
Ket. Ada Tidak
ada
Petugas yang mengontrol
kondisi kerja lift
3. Keberadaan
bakteri
patogen
Perlakuan pencegahan
kontaminasi bakteri pada lift
dengan melakukan
sterilisasi/desinfeksi/
penyinaran ultraviolet pada
lift
Pemeriksaan rutin lift
terhadap bakteri
69
Lampiran 4. Pengambilan Sampel Udara Lift
Hari/Tanggal
Pengambilan
Sampel
Nama
Lift
Waktu (WIB)
Alasan
Jumlah
Pengguna
Lift yang
Masuk
Total Kuman
Udara Lift
(CFU/Cm3)
Pengamatan
jumlah
pengguna lift
yang masuk
Pengambila
n sampel
Hari ke-5
Selasa/ 01
April 2019
Lift I
13.00 – 15.00 15.00 Tiga lift ini dipilih
untuk pemeriksaan
udara karena
berada di gedung
yang paling tinggi
mobilitas nya dan
terdapat banyak
pasien infeksi.
Lift II
13.00 – 15.00 15.00
Lift IV
13.00 – 15.00 15.00
70
Lampiran 5. Pengambilan Sampel Swab Tombol Lift
Hari/Tanggal pengambilan sampel
Nama Lift
Waktu (WIB)
Alasan
Jumlah orang
menekan tombol lift
Hasil Swab
Kuman Tombol
Lift (CFU/Cm2)
Pengamatan penekan
tombol lift
Pengambilan sampel tombol
lift
Hari ke-1 Senin/ 25 Maret 2019
Lift I
09.00 – 11.00 11.00 Banyak pasien berkunjung / berobat
Lift II 13.00 – 15.00 15.00 Jam besuk Hari ke-2
Selasa/ 26 Maret 2019
Lift III 09.00 – 11.00 11.00 Banyak pasien berkunjung untuk pemeriksaan jantung
Lift IV 13.00 – 15.00 15.00 Banyak antrian pengambilan obat dan pemeriksaan laboraturium
Hari ke-3 Kamis/ 28 Maret 2019
Lift V 09.00 – 11.00 11.00 Banyak pasien berkunjung untuk cuci darah
Lift VI 13.00 – 15.00 15.00 Jam besuk
Hari ke-4 Jum’at/ 29 Maret 2019
Lift VII 09.00 – 11.00 11.00 Banyak aktifitas yang dilakukan dan lebih banyak staf atau pengunjung yang ada
Lift VIII
13.00 – 15.00 15.00 Jam besuk
71
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Total pada Udara Lift
72
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Total Kuman pada Tombol Lift
73
74
Lampiran 8. Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
75
Lampiran 9. Peraturan Menteri PU No 24 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
76
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Keadaan lift RSUP H. Adam Malik Medan
Gambar 2. Para pengguna lift di RSUP H. Adam Malik Medan
77
Gambar 3. Petugas kebersihan lift di RSUP H. Adam Malik Medan
Gambar 4. Jumlah pengguna lift di RSUP H. Adam Malik Medan
78
Gambar 5. Pengambilan sampel udara lift di RSUP H. Adam Malik Medan
Gambar 6. Pengambilan sampel swab tombol lift di RSUP H. Adam Malik Medan
79
Gambar 7. Pemeriksaan koloni swab tombol Lift
Gambar 8. Pemeriksaan koloni udara lift
80
Gambar 9. Koloni udara setelah dikembangbiakan di media agar 1
Gambar 10. Koloni udara setelah dikembangbiakan di media agar 2
81
Gambar 11. Koloni udara setelah dikembangbiakan di media agar 3