Analisis RPP Ibu Ade Iswiwiyanti

11
Nama : Rizki Kurniawan Kelas : Matematika Ekstensi B 2012 NIM : 4123311049 1. Analisis RPP Ibu Ade Iswiwiyanti, S.Pd. Dari wawancara serta observasi yang telah saya lakukan kepada Ibu Ade Iswiwiyanti yang mengajar di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa sebagai guru matematika, beberapa hal penting yang saya dapatkan dari cara mengajar Ibu Ade Iswiwiyanti sebagai berikut : a. Kegiatan diawal pembelajaran dengan apersepsi dan penjelasan tujuan pembelajaran kepada siswa Dari RPP yang telah saya baca yaitu pada kegiatan pendahuluan, Ibu Ade menuliskan “memberi salam dan menanyakan kehadran siswa. Ternyata dalam RPP tidak dicantumkan secara spesiifik bahwa tujuan pembelajaran disampaikan oleh Ibu Ade kepada siswa. Sementara dari hasil observasi, Ibu ade memberikan tujuan pembelajaran pada siswa. b. Pembelajaran Berkelompok dan Fleksibel Didalam RPP, khususnya pada kegiatan inti, Proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Dan dalam praktikan yang saya observasi, suasana belajar dikelas sangat aktif dan sangat sesuai dengan RPP yang ada. c. Kelompok dipilih secara Heterogen Dalam RPP tidak dejelaskan secara rinci bagaimana Guru memilih dan menyaring kelompok sehngga didapat kelompok heterogen dari tingkat inteligensinya. Hanya saja, proses ini sesuai dengan hasil observasi yang saya lakukan yaitu kelompok diplih secara acak dan bergantian. d. Dalam proses pembelajaran kelompok, Guru selalu membimbing siswa. Dalam RPP, khususnya kegiatan inti, Ibu Ade manjelaskan bahwa “memberi lembar kerja kepada masing-masing kelompok dan membmbingnya”. Sehingga wawancara dan RPP yang analisis sangat sesuai. e. Setelah Siswa selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusi

description

Analisis RPP

Transcript of Analisis RPP Ibu Ade Iswiwiyanti

Nama: Rizki Kurniawan

Kelas: Matematika Ekstensi B 2012

NIM: 4123311049

1. Analisis RPP Ibu Ade Iswiwiyanti, S.Pd.

Dari wawancara serta observasi yang telah saya lakukan kepada Ibu Ade Iswiwiyanti yang mengajar di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa sebagai guru matematika, beberapa hal penting yang saya dapatkan dari cara mengajar Ibu Ade Iswiwiyanti sebagai berikut :

a. Kegiatan diawal pembelajaran dengan apersepsi dan penjelasan tujuan pembelajaran kepada siswa

Dari RPP yang telah saya baca yaitu pada kegiatan pendahuluan, Ibu Ade menuliskan memberi salam dan menanyakan kehadran siswa. Ternyata dalam RPP tidak dicantumkan secara spesiifik bahwa tujuan pembelajaran disampaikan oleh Ibu Ade kepada siswa. Sementara dari hasil observasi, Ibu ade memberikan tujuan pembelajaran pada siswa.

b. Pembelajaran Berkelompok dan Fleksibel

Didalam RPP, khususnya pada kegiatan inti, Proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Dan dalam praktikan yang saya observasi, suasana belajar dikelas sangat aktif dan sangat sesuai dengan RPP yang ada.

c. Kelompok dipilih secara Heterogen

Dalam RPP tidak dejelaskan secara rinci bagaimana Guru memilih dan menyaring kelompok sehngga didapat kelompok heterogen dari tingkat inteligensinya. Hanya saja, proses ini sesuai dengan hasil observasi yang saya lakukan yaitu kelompok diplih secara acak dan bergantian.

d. Dalam proses pembelajaran kelompok, Guru selalu membimbing siswa.

Dalam RPP, khususnya kegiatan inti, Ibu Ade manjelaskan bahwa memberi lembar kerja kepada masing-masing kelompok dan membmbingnya. Sehingga wawancara dan RPP yang analisis sangat sesuai.

e. Setelah Siswa selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusi dan menampilkan hasil diskusi

Pada RPP dan khhususnya kegiatan yang siswa lakukan di dalam proses pembelajaan kelompok,memajang hasil karya kelompok dan mempresentasikannya. Sehingga hasil wawancara saya dengan yang ada pada RPP sesuai.

f. Penilaian sikap dilakukan dalam proses pembelajaran.

Didalam RPP tidak dijelaskan secara rinci bagaimana guru menilai sikap siswa. Seharusnya agar kesesuaian antara proses belajar dengan RPP yang telah dibuat, Guru mencantumkan instrumen penilaian sikap. Dari hasil wawancara yang saya lakukan, Ibu Ade mengatakan bahwa penilaian sikap dilakukan dengan mencatat nama siswa di lembar yang telah disiapkan oleh Guru.

g. Media pembelajaran yaitu keadaan yang ada disekitar kelas

Menurut hasil yang saya observasi, Ibu ade menggunakan media papan tulis, spidol dan alat-alat yang menunjang proses pembelajaran. Namun dalam RPP nya. Ibu ade hanya menuliskan Lingkungan pada media pembelajarannya. Sehingga menurut saya, seharusnya Ibu Ade menuliskan secara spesifik media apa yang digunakan dalam proses pembelajaran.

h. Penilaian Pengetahuan dilakukan di akhir Subbab.

Didalam RPP yang saya analisis, Ibu Ade melakukan penilaian pengetahuan berupa Tes tertulis yang ada pada akhir RPP. Dan dari hasil wawancara yang telah saya lakukan, Penilaian pengetahuan yang dilakukan telah sesuai dengan yang ada pada RPP.

Dari hasil wawancara dan analisis yang ada diatas, maka saya menyimpulkan bahwa, model pembelajaran yang diilakukan oleh Ibu Ade didalam kelas adalah Model pembelajaran Kooperatif.

2. Analisis RPP Ibu Ir. Elfrida Lubis, M.Pd

Dari wawancara serta observasi yang telah saya lakukan kepada Ibu Elfrida Lubis yang mengajar di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam sebagai guru matematika, beberapa hal penting yang saya dapatkan dari cara mengajar Ibu Elfrida Lubis sebagai berikut :

a. Kegiatan diawal pembelajaran dengan apersepsi dan penjelasan tujuan pembelajaran kepada siswa

Dari RPP yang telah saya baca yaitu pada kegiatan pendahuluan, Ibu Lubis menjelaskan 4 poin penting yang dilakukan guru ketika memulai pembelajaran di kelas. Selain itu Ibu Lubis juga mangajukan pertanyaan seputar pembelajaran yang lalu dan akan dilaksanakan. Sehingga RPP dan hasil wawancara yang saya lakukan sangat sesuai.

b. Pembelajaran Berkelompok dengan Proses Mengamati, Menanya, Menalar, dan Komunikasi

Didalam RPP, khususnya pada kegiatan inti, Proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Dan dari hasil wawancara yang saya lakukan adalah siswa diberikan kesempatan untuk mengamati dan menalar dari permasalah yang diberikan guru. Dan pengamatan yang dilaksanakan siswa dilakukan secara berkelompok yang semua kegiatan tersebut sesuai dengan RPP yang dianalisis yaitu dalam kegiatan inti, Kegiiatan yang dilakukan adalah, Mengamati, Menanya, Menalar, dan Jejaring.

c. Kelompok dipilih secara Heterogen

Dalam RPP tidak dejelaskan secara rinci bagaimana Guru memilih dan menyaring kelompok sehngga didapat kelompok heterogen dari tingkat inteligensinya.

d. Dalam proses pembelajaran, Guru memberikan Arahan untuk membuka cakrawala berpikir siswa

Dalam RPP dijelaskan bahwa pada kegiatan Menanya terdapat poin Guru membuka cakrawala penerapan konep peluang dan juga pada kegiatan Jejaring terdapat kegiatan Dengan tanya jawab guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai ruang sampel, titik sampel, dan konsep peluang.

e. Setelah kelompok selesai berdiskusi, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi

Pada RPP dan khhususnya kegiatan menalar, salah satu kelompok menampilkan atau mempresentasikan hasil diskusi. Kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan RPP yang ada, hanya saja kurang sesuai. Karena mempresentasikan seharusnya berada pada kegiatan jejaring atau kegiatan komunkasi.

f. Penilaian sikap dilakukan dalam proses pembelajaran.

Didalam RPP tidak dijelaskan secara rinci bagaimana guru menilai sikap siswa. Seharusnya agar kesesuaian antara proses belajar dengan RPP yang telah dibuat, Guru mencantumkan instrumen penilaian sikap. Dari hasil wawancara yang saya lakukan, Ibu Lubismengatakan bahwa penilaian sikap dilakukan dengan mencatat nama siswa di lembar yang telah disiapkan oleh Guru.

g. Media pembelajaran yaitu keadaan yang ada disekitar kelas

Dari wawancara yang saya lakukan, didapat bahwa media yang dgunakan oleh Ibu Elfrida Lubis adalah Lembar kerja, lembar penilaian, alat tulis, laptop dan juga infikus. Media ini sesuai dengan media yang tercantum dalam RPP.

h. Penilaian Pengetahuan dilakukan di akhir Subbab.

Didalam RPP yang saya analisis, penilaian pengetahuan berupa Tes tertulis yang ada pada akhir RPP. Dan dari hasil wawancara yang telah saya lakukan, Penilaian pengetahuan yang dilakukan telah sesuai dengan yang ada pada RPP.

Dari hasil wawancara dan analisis yang ada diatas, maka saya menyimpulkan bahwa, model pembelajaran yang diilakukan oleh Ibu Elfrida Lubis, M . Pd didalam kelas adalah Model pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebh mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka salng berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi, penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Didalam kelas kooperatf, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dengan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompo adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif, siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebaginya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Belajar belum selesa jka salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran.

3. Teori-Teori Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial .Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dari uraian di atas nampak bahwa guru bukanlah sebagai pusat pembelajaran, sumber utama pembelajaran, serta pentransfer pengetahuan sebagaimana terjadi pada pembelajaran konvensional. Pusat pembelajaran telah bergeser dari guru ke peserta didik. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar 4 kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan kooperatif.

Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini adalah:

a. Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik (Piaget dan Vygotsky)

b. Teori Psikologi Sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin).

a. Teori Psikologi Kognitif -Konstruktivistik

1. Teori Piaget

Piaget (dalam Slavin, 2000) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan pemanipulasian lingkungan akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam mengemukakan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis.(Slavin, 2000). Melalui pertukaran ide dengan teman lain, seorang anak yang sebelumnya memiliki pemikiran subyektif terhadap sesuatu yang diamati akan merubah pemikirannya menjadi obyektif Aktivitas berpikir anak seperti itu terorganisasi dalam suatu struktur kognitif (mental) yang disebut dengan "scheme" atau pola berpikir (patterns of behavior or thinking).

2. Teori Vygotsky

Lev Semionovich Vygotsky, seorang ahli psikologi Rusia memiliki kesamaan dengan Piaget (ahli psikologi dan biologi dari Switzerland) dalam memandang perkembangan kognitif anak Vygotsky memandang bahwa akuisisi "system isyarat" (sign system) terjadi dalam sekuen tahapan yang invarian untuk setiap anak sebagaimana disampaikan oleh Piaget. Namun, Vygotsky berbeda dalam memandang "pemicu" perkembangan kognitif anak. Ia meyakini bahwa perkembangan kognitif anak terkait sangat kuat dengan masukan dari orang lain. Vygotsky mendasarkan karyanya pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks pengalaman historis dan budaya anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system) di mana ia tumbuh. Sistem isyarat mengacu kepada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang bertikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Teori Vygotsky di atas mempunyai dua implikasi utama dalam pembelajaran, yaitu, perlunya pengelola pembelajaran secara kooperatif dengan pengelompokkan peserta didik secara heterogen dari sisi kemampuan 5 akademik, dan kedua, pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya scaffolding, dengan menekankan pentingnya tanggung jawab peserta didik pada tugas belajarnya. (Slavin, 2000). Vygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Menurut Vygotsky (Slavin, 2000), peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik. Pada setting kooperatif, peserta didik dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka. Tutorial oleh teman yang lebih kompeten akan sangat efektif dalam mendorong petrtumbuhan daerah perkembangan proximal (Zone of Proximal Development) anak.

Vygotsky yakin bahwa tujuan belajar akan tercapai jika anak belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan orang saat ini. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual, yang ditentukan melalui penyelesaian masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial anak, yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bimbingan (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik bekerja didalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya.

b. Teori Psikologi Sosial

1. Teori John Dewey dan Herbert Thelan

Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata. Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik dalarn kelas. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk belajar secara kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial yang penting setiap hari. Bersamaan dalam aktivitasnya rnemecahkan masalah di kelompoknya, peserta didik belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi dengan peserta didik lain.

2. Teori Gordon Allport

Aliport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar kelompok. Pandangan Allport dikenal dengan "The Nature of Prejudice". Untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah dengan jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi, kontak langsung dan bekerjasama antar mereka. Shlomo Sharan dan koleganya menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar untuk memformulasikan pandangan Allport untuk mengurangi kecurigaan antar kelompok dan meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah: 1) kontak langsung antar suku atau ras; 2) dalam seting tertentu, mereka bekerjasama dan berperan aktif dalam kelompok; 3) dalam seting tersebut, mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama (Arends, 1997).

3. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang sebagai Bapak Psikologi Sosial. Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement), terutama tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para peserta didik. Dalam suatu kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu: mendorong penerimaan sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan jarak/ketegangan sosial (increase social distance). Pandangan-pandangan Lewin tentang dinamika kelompok ini kemudian dikembangkan oleh para peserta didikpeserta didiknya. D. Johnson, E. Aronson, R. Schmuck dan L. Sherman adalah generasi ke-tiga dari Lewin (peserta didik dari peserta didik Lewin) yang turut mengembangkan pandangan-pandangan Lewin tersebut di atas.

Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi aktif dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru, mengembangkan sikap baru, dan memperoleh pengetahuan. Hasil penelitiannya juga menunjukkan betapa produktifnya kelompok bila anggota-anggotanya berinteraksi dan kemudian saling merefleksikan pengalaman-pengalamannya. (Johnson & Johnson, 2000).