ebiet g ade

download ebiet g ade

of 104

Transcript of ebiet g ade

Ada Sisa Sisa SuaraAda sisa-sisa suara yang bergema dalam dadaAku tak mendengar apapun, gemuruh di luar pintu,ia terus mengejarku, ia terus menghatuikuMengendalikan seluruh gerak dan naluriku

Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernihBertarung serentak bergumul bola-bola api,ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,membalut semua indra akal fikirku

Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku cobaWaktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggalAda yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaanLebih baik kutelan kata-kataku, angan-angankuhu hu hu hu hu hu hu...

Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernihBertarung serentak bergumul bola-bola api,ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,membalut semua indra akal fikirku

Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku cobaWaktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggalAda yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaanLebih baik kutelan kata-kataku, angan-angankuho ho ho ho ho ho ho

Ada Yang Tak Mampu KulupaAda yang tak mampu kulupabulu lembut di keningmuyang meremang kala kukecupdan ketika kusibak rambutmu

Ada yang tak hendak kubuangserangkaian kenang-kenanganyang tergambar di gelap malamdan tersimpan di pucuk daunan

reff.Langit di atas simpang jalanmenemaniku bernyanyibagai gejolak pohon nan runtuhbersama gitar bersama sepibersama luka dan cintaaku masih sempat bernyanyi lagi

Ada yang mesti kupikir lagimelepas dendam dan sakit hatidan berjuang membunuh benciTuhan, jagalah tanganku ini

Aku Ingin PulangKemanapun aku pergiBayang bayangmu mengejarBersembunyi dimanapunS'lalu engkau temukanAku merasa letih dan ingin sendiri

Ku tanya pada siapaTak ada yang menjawabSebab semua peristiwaHanya di rongga dadaPergulatan yang panjang dalam kesunyian

Aku mencari jawaban di lautKu sadari langkah menyusuri pantaiAku merasa mendengar suaraMenutupi jalanMenghentikan petualanganDu du du

Kemanapun aku pergiSelalu ku bawa bawaPerasaan yang bersalah datang menghantuikuMasih mungkinkah pintumu ku bukaDengan kunci yang pernah kupatahkanLihatlah aku terkapar dan lukaDengarkanlah jeritan dari dalam jiwa

Aku ingin pulang uhuuAku harus pulang uhuuAku ingin pulang uhuuAku harus pulang uhuuAku harus pulang

Aku Pasrah Kepada KebenaranDengan tulus aku memohon ampun padamuEngkau memasang wajah garang dan tetap menekankuPercuma saja aku yang telah menyerahBersikeras pun aku tak berdayaHidup dan mati bukan ada di tanganmuTapi Tuhan yang telah mengatur

Masa laluku memang sangat pekat dan hitamNamun rasanya aku belum terlambat bertobatGambar burung hantu yang lekat di lenganPotret kegagalanku sangat pahitAku pasrahkan kepada kebenaranMungkin nasib suratan tangan

Ada yang ingin aku titipkansebelum aku pergi jauhIstri dan anakku tak bersalah, jangan dilibatkanBiarlah aku tanggung sendiridosa yang telah kuperbuatHanya Tuhan yang tahu ketulusan hati iniSemoga aku dimaafkan

Ada yang ingin aku titipkansebelum aku pergi jauhIstri dan anakku tak bersalah, jangan dilibatkan hoBiarlah aku tanggung sendiridosa yang telah kuperbuatHanya Tuhan yang tahu ketulusan hati iniSemoga aku dimaafkanHanya Tuhan yang tahu ketulusan hati iniSemoga aku dimaafkan

AnakAku temukan anak kecil kurus terkaparMenutup wajah dengan telapak tangannyaAku gamit ia terperanjatmelompat terbangun dan menatapku dengan nanarLantas berlari bersembunyidi balik bayang-bayang pekat

Aku panggil ia dengan suara lembutDijulurkan kepala menatap curigaDari sudut matanya mengalirtetes air bening bercampur dengan keringatDari tingkahnya yang gelisah,dari bibirnya yang bergetarada yang ingin dikatakandu du du du du du du du du du du du du du du du du

Aku rengkuh dalam pelukankuKutanya, "Apa gerangan yang terjadi?"Sambil terisak diceritakan sejujurnyaTerpaksa ia mencuri karena lapar yang ditanggungtak tertahankan lagiNamun dari nama yang disandangnyaaku curiga ada yang tak wajarDan aku ingin tahu lebih jauhdu du du du du du du du du du du du du du du du du

Aku antar ia pulang kembali ke rumahBetapa terkejut aku dibuatnyaBenarkah dari istana megah inidapat terlahir anak yang mirip gelandanganTapi setelah aku masuk di dalamnyamemang terasa ada yang hilang

Rumah ini tak ubahnya seperti nerakaAyah ibunya sibuk sendiri nan cerai beraiAkhirnya ia pun memilih pergiBarangkali di luar sana dapat dijumpaiKasih sayang yang diimpikan, perhatian yang dibutuhkanNah, sekarang coba siapa yang salah?du du du du du du du du du du du du du du du du dudu du du du du du du du du du du du du du du du du

Apakah Ada BedanyaApakah ada bedanya hanya diam menunggudengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosongKucoba tuang ke dalam kanvasdengan garis dan warna-warni yang aku rinduiApakah ada bedanya bila mata terpejam?Fikiran jauh mengembara, menembus batas langitCintamu telah membakar jiwakuHarum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikirankuDi bumi yang berputar pasti ada gejolakIkuti saja iramanya, isi dengan rasaDi menara langit halilintar bersabungAku merasa tak terlindung, terbakar kegetiranCinta yang kuberi sepenuh hatikuEntah yang kuterima aku tak peduli,aku tak peduli, aku tak peduliApakah ada bedanya ketika kita bertemudengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmatTinggal bagaimana kita menghayatidi belahan jiwa yang mana kita sembunyikandada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka

Apakah MungkinApakah mungkin engkau merasakanrindu seperti yang aku derita?Jauh terbentang bukit dan lautanWaktu pun seperti berhenti berdetak

Apakah mungkin gelora cintakudapat kautangkap? Kukirim lewat anginAku khawatir kalimat yang kutulis,kurangkai berhari-hari tetap tak berbalas

Kadang-kadang bumi kucurigaimenyembunyikan jawabanmuKupelihara kegelisahan untuk mengasahketajaman rasa, kepekaan jiwa

Apakah mungkin gelombang di lautgetarnya terasa sampai ke puncak bukit?Langkah di pesisir pasti tinggalkan jejakIngin kutelusuri sampai di cakrawala

Kadang-kadang bumi kucurigaimenyembunyikan jawabanmuKupelihara kegelisahan untuk mengasahketajaman rasa, kepekaan jiwa

ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho

Asmara Satu Ketika(hm ho ha ha ) huKetika kubuka jendela kegetiran datang menyergap, ahApakah karena hembusan angin bawa aroma rumput basah?Gemuruh air hujan menumpas nyanyiankutentang asmara yang sirna terkubur dalam dadaAku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati

Ketika 'ku berjalan sendiri menyusuri sungai berlikuApakah langkah kubawa ke hulu ataukah ke muara?Gemuruh suara hati menikam kebisuanketika cintaku kandas terkubur dalam jiwaAku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati

(hm ha ha hu hu hu hu hu) hu

Gemuruh air hujan menumpas nyanyiankutentang asmara yang sirna terkubur dalam dadaAku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati

Oh, malam dengarkanlah syair dari nyanyiankuBarangkali akan dapat menolongkuCoba bawakan dia meski hanya lewat mimpiOh, kelam bicaralah, ho ho, demi semi cintakuhu ho ho ho ho ho demi semi cintakuhu ho ho ho ho ho demi semi cintakuhm hm hm demi semi cintakuhu ho ho ho ho ho demi semi cintaku

Ayah Aku Mohon MaafDan pohon kemuning akan segera kutanamSatu saat kelak dapat jadi peneduhMeskipun hanya jasad bersemayam di siniBiarkan aku tafakkur bila rindu kepadamu

Walau tak terucap aku sangat kehilanganSebahagian semangatku ada dalam doamuWarisan yang kau tinggal petuah sederhanaAku catat dalam jiwa dan coba kujalankan

Meskipun aku tak dapat menungguimu saat terakhirNamun aku tak kecewa mendengar engkau berangkatDengan senyum dan ikhlas aku yakin kau cukup bawa bekalDan aku bangga jadi anakmu

Ayah aku berjanji akan aku kirimkanDoa yang pernah engkau ajarkan kepadakuSetiap sujud sembahyang engkau hadir terbayangTolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana

Sesungguhnya aku menangis sangat lamaNamun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenangSesungguhnyalah aku merasa belum cukup berbaktiNamun aku yakin engkau telah memaafkanku

Air hujan mengguyur sekujur kebumiKami yang ditinggalkan tabah dan tawakkal

Ayah aku mohon maaf atas keluputankuYang aku sengaja maupun tak kusengajaTolong padangi kami dengan sinarnya sorgaTeriring doa selamat jalan buatmu ayah tercinta

Bahasa MatahariSeringkali aku tak mampu menangkapisyaratmu lewat cuacaMatahari, ombak di lautsering membisikkanyang bakal terjadi

Kadangkala aku memilih berdustamengkhianati suara hatiSesungguhnya kejujurandapat menangkal semua malapetakaMari kita mencoba bersahabat dengan alam,bumi, langit dan matahariBahasa mereka kita pelajariTentunya dengan kalimat jiwa yang rahasiaTuhan menghendaki kita peliharabumi beserta s'luruh isinya

du du du du du du du du du du du du duUntuk itu kita harus memahamidu du du du du du du du du du du du dubahasa matahari

Sesungguhnya aku tak mampu menjawabketika anakku bertanya,"Kemanakah angin berhembus,seberapa banyakkah tempat berteduh?"Mari kita mencoba bersahabat dengan alambumi, langit dan matahariBahasa mereka kita pelajariTentunya dengan kalimat jiwa yang rahasiaTuhan menghendaki kita peliharabumi beserta s'luruh isinya

Untuk itu kita harus belajarbahasanya semak belukardu du du du du du du du du du du du duUntuk itu kita harus memahamidu du du du du du du du du du du du dubahasa matahari

Berita Kepada KawanPerjalanan iniTrasa sangat menyedihkanSayang engkau tak dudukDisampingku kawan

Banyak ceritaYang mestinya kau saksikanDi tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncangDihempas batu jalananHati tergetar menatapkering rerumputan

Perjalanan ini punSeperti jadi saksiGembala kecilMenangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnyaKetika di kutanya mengapaBapak ibunya tlah lama matiDitelan bencana tanah ini

Sesampainya di lautKukabarkan semuanyaKepada karang kepada ombakKepada matahari

Tetapi semua diamTetapi semua bisuTinggal aku sendiriTerpaku menatap langit

Barangkali di sanaada jawabnyaMengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosanMelihat tingkah kitaYang selalu salah dan banggadengan dosa-dosaAtau alam mulai engganBersahabat dengan kitaCoba kita bertanya padaRumput yang bergoyang

Berjalan Di Hutan CemaraBerjalan di hutan cemaraLangkahku terasa kecil dan lelahMakin dalam lagiKu ditelan fatamorgana

Tebing tanah basah di pinggir jalan setapalSeperti garis wajahmuTeduh dan kasihMakin dalam lagiKu dicengkam kerinduan

Kabut putih melintas di jalankuJarak pandangku dua langkah ke depanAda seberkas cahayaMenembus rimbun dedaunanSanggupkah menerangi jalanku

Dan aku berharapKapankah kiranyaSampai di puncak sanaAku kan bertanya siapa dirikuAku kan bertanya siapakah KamuAku kan bertanya siapa merekaAku kan bertanya siapa kita

Berjalan Diam DiamBerjalan diam-diam ternyata banyak maknaSetiap sudut dapat aku lihatsemua yang tersembunyi serta merta kubukaKotor berdebu, kumuh dan kusamSeperti apa adanya

Angin menampar-nampar membuatku terperangahAku terhenti di kaki bukitRanting kering kerontang patah berderak-derakSejuta anak sakit dan laparmenari-nari di mataku, bernyanyi-nyanyi di jiwaku

Gemuruh tanah runtuh menimpa kepalaseiring jerit ngilu menyayatGemuruh gumam doa, gerimis air mataSimpati hanya lewat jendelaTerlampau jauh untuk diraihBunga-bunga karang merenda buih air, pecahkan gelombangMereka terus merangkak menggapai batang anginkita tak melihat ho... ho ho

Mari kita bersama-sama berkacaLihat luka bernanah di wajah kitaBerjalan diam-diam ternyata lebih bermaknaSemuanya berbicara sejujurnya

Gemuruh tanah runtuh menimpa kepalaseiring jerit ngilu menyayatGemuruh gumam doa, gerimis air mataSimpati hanya lewat jendelaTerlampau jauh untuk diraihBunga-bunga karang merenda buih air, pecahkan gelombangMereka coba merangkak menggapai batang anginkita tak melihat ho... ho ho

Mari kita bersama-sama berkacaLihat luka bernanah di wajah kitaBerjalan diam-diam ternyata lebih bermaknaSemuanya berbicara sejujurnya

Berjalan diam-diam ternyata lebih bermaknaSemuanya berbicara sejujurnya

Biarkanlah Hati BicaraCoba diam sejenak, amati suara anginBarangkali di sana ada yang engkau cariCoba dekapkan wajahmu di bawah sinar lampuTak perlu kau katakan, rindumu telah terbaca ho..Tumpahkanlah lewat nyanyianSalah satu cara untuk menyiasati rinduKadang-kadang tanpa terasatetes air mata membasahi pipi

Coba katakan padaku apa yang engkau inginkanBarangkali aku mampu melepaskan dukamuCoba kau dekap hening terbang menembus waktuTak perlu kau risaukan luka dan kepedihan hm hm hmSetidaknya aku dapatmengajakmu larut dalam gelora nyanyiankuKadang-kadang tanpa terasamataharimu telah bersinar ceria kembali

Simpanlah mimpimu dalam kehangatan mentariketika embun masih menggantungPejamkan mata, rebahkan jiwa,biarkanlah hati yang bicara

Kau tak pernah tahu kapan dukamu terobatiMeskipun hujan t'lah mulai turunPejamkan mata, rebahkan jiwa,biarkanlah hati yang bicara

hm ho

Biarlah Aku DiamBiarlah aku buang di tengah lautanKerinduan yang bergelora memecahkan kepalaSemoga terhempas gelombang dan berhenti mengejarkuBahkan pernah kucuri sehelai rambutnyaAku tanam di depan pintu jelas ada maksudnyaSetiap pagi aku langkahi agar dia yang terjeratdalam bayang-bayangankuMungkin aku telah keliru mencoba melupakannyaKalah dengan semua suara-suara yang menghujatWalau jauh di dasar hati masih aku simpan senyumnyaBagaimanakah? Harus bagaimana?Biarlah aku diam di tengah gelombangAku tunggu tetesan embun, kuhirup sampai tuntasBayanganya melompat-lompat, bermain dalam fikiran,bermain dalam impianMungkin aku telah keliru mencoba melupakannyaKalah dengan semua suara-suara yang menghujatWalau jauh di dasar hati masih aku simpan senyumnyaBagaimanakah? Harus bagaimana?Rasakah yang harus kubela? Atau suara mereka?Biarkanlah aku sendiriAku perlu waktu untuk merenung, hu hu hu huberfikir, dan kemudian memutuskanho ho ho du du du du du du du du duho ho ho du du du du du du du du duho ho ho du du du du du du du du duho ho ho du du du du du du du du duho ho ho du du du du du du du du duho ho ho du du du du du du du du du

Bias WarnaWarna dalam gugusan alis matasering terbaca menyesatkanSementara di dalam bergejolak,di luarnya justru seperti bisu

Biru membersitkan kasih yang tulusKadang ditafsirkan keliruPergumulan yang sengit dengan hidupMemaksa kita sering pura-pura

Sapuan kuas, nyanyian puisi harus lahirdari renungan, mengendap di jiwadan tuangkan sejujurnyaRindu, dendam, kata hatimesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih

Hitam menenggelamkan sisi gelapMata sering terpaksa berlagak buta

Sapuan kuas, nyanyian puisi harus lahirdari renungan, mengendap di jiwadan tuangkan sejujurnyaRindu, dendam, kata hatimesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernihMarah, luka, duka jiwamesti ditumpahkan dengan suara lantang

ho ho ho ho ho ho ho hoho ho ho ho ho ho ho ho

Biduk Telah Sarat Dan KutambatkanDengar suara angin berdesau semilirmenyentuh legam lenganku telanjangtengah duduk menunggu fajarSemburat sinar merah matahari

Lihat pucuk-pucuk daunan melambaiBerbagai kenangan silih bergantimengisi jiwa, menguak dadaKepak kelelawar pecahkan bintang

Ingin aku sapa sekejap Kau sirnaseperti di telan bianglalaGetar batang pinus gelombang samudraTeguhkan bibirku sebut namaMu

Dengar derap langkah serentak terhentiMenyimak lirih bisikan kalbukuAda yang tertinggal, ada yang hilangBegitu kelam dan sangat dalam

Tinggal sepotong ranting erat kugenggamTolong, sambutlah persembahan iniHeningnya malam bekukan embunBiduk telah sarat dan kutambatkan

Bingkai MimpiDalam kepekatan mimpikuwajahMu tersembunyiAlam semesta, matahari, bintang, rembulanSemua datang sujud buatMuMenikam cinta paling dalamDu du du du du du dudu du du du duDari sudut manakah geranganaku dapat segera mulaimelukiskan Engkau yang kasat mata namun adaBahkan mengalir dalam darahHidup t'lah kujanjikan buatmuGaris-garis aku satukanmenampilkan watak yang beringasTitik-titik aku kumpulkanmenampilkan rona geriapTerlalu jauh dari wajahMuyang agung, teduh, dan kasihKini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambarTinggal kumohon ampunanMu atas kelancangan mimpikuDalam kesejukan nafasMuaku khusyuk sembahyangBarangkali dapat kutafsirkan makna firmanMuPeluklah aku dalam damai,siramilah dengan cintaGaris-garis aku satukanmenampilkan watak yang beringasTitik-titik aku kumpulkanmenampilkan rona geriapTerlalu jauh dari wajahMuyang agung, teduh, dan kasihKini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambarTinggal kumohon ampunanMu atas kedangkalan mimpikuDu du du du du du du dudu du du du du du du dudu du du du du du dudu du du du du

Bunga Bunga CintaGeriapnya seperti sejuta bintangPancaran matamu bening cemerlangAku pun terkesima, hilanglah kata-kata,degup jantungku menggelegak,gelora cinta pun deras mengalir tak terbendung

Semburatnya seperti cipratan embuntergambar dalam senyumanmu teduhUlurkanlah tanganmu, alirkanlah cintamuAku terpana tanpa dayaLetih berpacu mengejar impian, bunga cinta

Aku memang lelaki yang tak beruntungTak punya apapun yang dapat kubanggakanSementara engkau terlalu sempurnaHampir hanya terwujud dalam bayang-bayang,hanya dalam bayang

Semburatnya seperti cipratan embuntergambar dalam senyumanmu teduhUlurkanlah tanganmu, alirkanlah cintamuAku terpana tanpa dayaLetih berpacu mengejar impian, bunga cinta

Getar-getar cintaku dan cintamuTerwujudlah semua angan-angankuAku ada bersamamu, engkau ada bersamakuSelamat pagi isi bumi, selamat tinggal bayang-bayang sepiSelamat tinggal bayang-bayang sepi

Cahaya HidupkuKemarin aku melupakanmuKemarin aku tak ingat kamuNamun engkau tersenyum

Dan kini sampai akhir hidupkuKu mohon jangan tinggalkan akuSelalu dekat dengamuEngkaulah segalanya

Rasa sesal tak pernah datang di awalKetika, ketika mata rasa dan kata sudah tak bergunaTeringat satu masa ketika aku terlupaTerlupa akan cinta yang ada di dalam dadaKu terpesona dengan wanita berbedaTerpikat dengan sinar cahaya berbedaWanita lain yang belum tentu setiaCahaya yang tidak akan bersinar lama

Tidak seperti sinarmu engkau wanita pujaan hatikuMalu ku mengakui kesalahanku padamuJujur hati ini tak bisa tidurKu siapkan waktu berdua denganmuSaat dimana tak bisa kuganti dengan hatikuCinta yang tlah kau beri tak dapat tergantiHanya dengan untaian kata maaf dari hati iniKau cahaya hidupku

Kemarin aku melupakanmuKemarin aku tak ingat kamuNamun engkau tersenyum

Aku adalah lelaki yang akan dibenciKetika ku sakiti hati wanita yang mengasihiDia beri hati kubalas dengan dustaDia beri cinta kubalas dengan lukaAku terpesona dengan wanita berbedaTerpikat dengan sinar cahaya berbedaWanita lain yang belum tentu setiaCahaya yang tidak akan bersinar lama

Tidak seperti sinarmu engkau wanita pujaan hatikuMalu ku mengakui kesalahanku padamuJujur hati ini tak bisa tidurKu siapkan waktu berdua denganmuSaat dimana tak bisa kuganti dengan hatikuCinta yang tlah kau beri tak dapat tergantiHanya dengan untaian kata maaf dari hati iniKau cahaya hidupku

Kemarin aku melupakanmuKemarin aku tak ingat kamuNamun engkau tersenyum

Camelia 1Dia Cameliapuisi dan pelitamukau sejuk seperti titik embun membasahi daun jambudi pinggir kali yang bening

sayap-saayapmu kecil lincah berkepingseperti burung camarterbang mencari tiang sampahtempat berpijak kaki dengan pastimengarungi nasibmumengikuti arus air berlari

dia Cameliaengkaukah gadis ituyang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurkudatang untuk hati yang kering dan sepiagar bersemi lagihmm ... bersemi lagi

kini datang mengisi hidupulurkan mesra tanganmubergetaran rasa jiwakumenerima harum namamu

Camelia oh CameliaCamelia oh CameliaCamelia oh CameliaCamelia 2Gugusan hari-hariIndah bersamamu CameliaBangkitkan kembaliRinduku mengajakku kesana

Inginku berlariMengejar seribu bayangmu CameliaTak peduli kau kuterjangBiar pun harusku tembus padang ilalang

Tiba-tiba langkahku terhentiSejuta tangan telah menahankuIngin kumaki mereka berkataTak perlu kau berlariMengejar mimpi yang tak pastiHari ini juga mimpiMaka biarkan ia datangDi hatimu... di hatimu...

Camelia 3Di sini dibatu iniAkan kutuliskan lagiNamaku dan namamuMaafkan bila waktu ituDengan tuliskan nama kitaKuanggap engkau berlebihanSekarang setelah kau pergiKurasakan makna tulisanmuMeski samar tapi jelas tegasEngkau hendak tinggalkan kenanganDan kenanganDisini kau petikkan kembangKemudian engkau selitkanPada tali gitarkuMaafkan bila waktu ituKucabut dan kubuangKau pungut lagi dan kau bersihkanEngkau berlari sambil menangisKau dakap erat kembang ituSekarang baru aku mengertiTernyata kembangmu kembang terakhirYang terakhirOh Camelia, katakanlah ini satu mimpikuOh oh oh oh ohCamelia, maafkanlah segala silap dan salahkuDisini dikamar iniYang ada hanya gambarmuKusimpan dekat dengan tidurkuDan mimpiku

Camelia 4Senja hitam ditengah ladangDihujung permatang engkau berdiriPutih diantara ribuan kembangLangit diatas rambutmuMerah tembagaEngkau memandangkuBergetar bibirmu memanggilkuBasah dipipimu air mataKerinduan, kedamaian oh

Batu hitam diatas tanah merahDisini akan kutumpahkan rinduKugenggam lalu kutaburkan kembangBerlutut dan berdoaSyurgalah ditanganmu, Tuhanlah disisimuKematian adalah tidur panjangMaka mimpi indahlah engkauCamellia, Camellia oh

Pagi, engkau berangkat hati mulai membatuMalam, kupetik gitar dan terdengarSenandung ombak dilautanMenambah rindu dan gelisahAdakah angin gunung, adakah angin padangMendengar keluhanku, mendengar jeritankuDan membebaskan nasibkuDari belenggu sepi

Catatan Seorang PenyairPengembara, penyair jalananSepi ia semadi di dalam sanggarLanglang jagat rayasekejap dari dalam bilikBerbantal setumpuk bukuMemasang mata dan fikiran

Ada kabar apakah gerangandari bumi belahan seberang?Kami rindu suasana baruDi sini telah terasa pengap,di sini telah terasa gelap

Perjalanan di dalam batinMerangkak di atas langit,menyusuri semua ngaraiBanyak yang tersembunyidan belum sempat terungkapkanRahasia lingkar Bima SaktiMisteri mesti diuraikan

Mari kita kupas seluruhnyaJangan sisakan barang sedikitLangkah baru segera kita ambilMengakhiri cerita kusamSalin dengan cerita indah

Mengembara, menembus ruang,batas mimpi-mimpi, dan alam sadarLewat tiga langkah pandangan dan fikiranmuTetapi kadangkala kaburTerpaut jarak terlampau jauh

Marilah kita coba dengarkanjalan fikirannya yang cemerlangSiapa tahu dapat kita mengertiJangan lihat siapa bicaratapi dengar apa katanya

Cerita Cinta Suminah dan Tukang SapuMalam yang pekat terasa menyiksaDuduk sendirian di bangku pasarNyamuk terbang layang sesekali hinggapMenunggu pagi datang, menunggu kehidupan

Ia enggan tertidur, ia enggan bermimpiSenyum yang menawan gadis kebaya jingga ho ho hoDinyalangkan matanya, dipeluk erat bayangnyaSuminah pilar timur anak pedagang sayur

Dicari sesobek kertas, dicari sepotong arangIa menggambar sebisanyaAsal bisa terungkapkan perasaan yang menggebu"Suminah, aku cinta kamu!"Berjalan mengendap-endap menuju sudut pilar timurDisorongkan hati yang terpanah hmSemoga hm Suminah mengerti ho ho ho ho

Cinta cucu Adam begitu sederhanatapi makna yang tersimpul begitu agungSeorang tukang sapu punya cara sendirimeramu adonan cinta, ia berhak menikmati

Dicari sesobek kertas, dicari sepotong arangIa menggambar sebisanyaAsal bisa terungkapkan perasaan yang menggebu"Suminah, aku cinta kamu!"Berjalan mengendap-endap menuju sudut pilar timurDisorongkan hati yang terpanah hoSemoga hm Suminah mengerti ho ho ho ho

Cinta Di Kereta Biru MalamSemakin dekat aku memandangmu,semakin tegas rindu di keningmuGelora cinta membara di pipimuGemercik hujan di luar jendelaEngkau terpejam bibirmu merekahmengisyaratkan hasrat di tanganmuSelimut biru yang kau ulurkan kepadakuPenahan dingin di kereta Biru MalamKau nyalakan gairah nafsuku, kau hela cinta di dadakuhm..

Kau ciptakan musik irama tra la la la la la laKau ciptakan gerak irama tra la la la laKau ciptakan panas irama tra la la la la la laKau ciptakan diam irama tra la la la la ha ha ha hala la la la hm hm la la la la hm hm la la la la

Butir keringat basah bersatuDeru nafas birahi pun bersatuKereta makin pelan dan berhenti hm hmKuulurkan lembut tanganku, kubenahi kusut gaunmuEngkau tersenyum pahit dan menangisSelimut biru yang kau ulurkan kepadakukini basah bersimbah peluh kita berduaKuhempaskan lelah tubuhku, kubuang cinta di dadakuhm..

Kuciptakan janji irama tra la la la la la laKuciptakan ingkar irama tra la la la laKuciptakan dosa irama tra la la la la la laKuciptakan diam irama tra la la la ha ha ha hala la la la hm hm la la la la hm hm la la la la

Cinta Sebening EmbunPernahkah engkau coba menerkaapa yang tersembunyi di sudut hati?Derita di mata, derita dalam jiwakenapa tak engkau pedulikan?

Sepasang kepodang terbang melambungMenukik bawa seberkas pelangiGelora cinta, gelora dalam dadakenapa tak pernah engkau hiraukan?

Reff:Selama musim belum bergulirMasih ada waktu untuk saling membuka dirisejauh batas pengertianPintu tersibak, cinta mengalir sebening embunKasih pun deras mengalircemerlang sebening embun

du du du du du du du du du du huPernahkah engkau coba membacasorot mata dalam menyimpan rindu?Sejuta impian, sejuta harapankenapakah mesti engkau abaikan?

Selama musim belum bergulirMasih ada waktu untuk saling membuka dirisejauh batas pengertianPintu tersibak, cinta mengalir sebening embun

Kasih pun mulai deras mengalircemerlang sebening embun

Selama musim belum bergulirMasih ada waktu untuk saling membuka dirisejauh batas pengertianPintu tersibak, cinta mengalir sebening embun

ho ho hu hu hu hu hu hudu du du du du du du dudu du du du du du du du

Cintaku Kandas Di RerumputanAku mulai resah menunggu engkau datangBerpita jingga, sepatu hitamKau bawa cinta yang kupesan ho...Aku mulai ragu dengan keberaniankuBerapa cinta kau tawarkan?Berapa banyak yang kau minta? HaAku merasa terjebak dalam lingkaran membiuskunamun dorongan jiwa tak sanggup kutahanIblis manakah yang merasukaku memilih cara ini?Mungkin karena 'ku merasa tak punya apa-apaDan ketika engkau datangaku pejamkan matakuSamar kudengar suaramu lembut memanggil namakuSeketika sukmaku melambungKuputuskan untuk berlari menghindarimu sejauh mungkinCintaku kandas di rerumputanho ho ho ho ho ho ho ho hodu du du du du du du du dudu du du du du du ho ho ho hodu du du du du du du du du du du du du du duAku mulai sadar cinta tak mungkin kukejarAkan kutunggu, harus kutunggusampai saatnya gilirankuDan ketika engkau datangaku pejamkan matakuSamar kudengar suaramu lembut memanggil namakuSeketika sukmaku melambungKuputuskan untuk berlari menghindarimu sejauh mungkinCintaku kandas di rerumputanho ho ho ho ho ho ho ho hodu du du du du du du du dudu du du du du du ho ho ho hodu du du du du du du du du du du du du du duho ho ho ho ho ho ho ho hodu du du du du du du du dudu du du du du du ho ho ho hodu du du du du du du du du du du du du du du

Cita Cita Kecil Si Anak DesaAku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecilTinggal di rumah desa dengan sawah di sekelilingkuLuas kebunku sehalaman 'kan kutanami buah dan sayuranDan di kandang belakang rumah kupelihara bermacam-macam peliharaanAku pasti akan hidup tenang, jauh dari bising kota yang kering dan kejamAku akan turun berkebun mengerjakan sawah ladangku sendiridan menuai padi yang kuning bernas dengan istri dan anakkuMemang cita-citaku sederhana sebab aku terlahir dari desaIstriku harus cantik, lincah, dan gesitTapi ia juga harus cerdik dan pintarSiapa tahu nanti aku 'kan terpilih jadi kepala desa'kan kubangkitkan semangat rakyatku dan kubangun desakuDesaku pun pasti mengharap aku pulangAkupun rindu membasahi bumi dengan keringatkuTapi semua itu hanyalah tergantung padaNya juaTapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya cita-citaTapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya cita-citaDemikianlah CintaKata demi kata ku rangkai untukmuNampaknya tak sepenuhnya kau mengertiMemang yang ku tulis kalimat bersayapkarena begitulah puisiNamun sesungguhnyaAku hanya ingin mengatakanAku cinta kamuCinta seperti kupu-kupu yang terbang melayangSayapnya warna-warni memabukkanBila kau kejar ia terbang semakin jauhBayangnya pun tak mampu kau raihBila engkau diam ia akan datang menghampiriHinggap di hatimuKekasihku ulurkan jemari tanganmuDekaplah aku ke dalam helaan nafasOh, rindu biarkanlah terbakarOh, cemburu biarkanlah membaraSebab, oh, demikianlah cinta

Dendang Kita BersamaSetiap nyanyian cinta mesti terdengar lembut,penuh bisikan rindu, penuh kembang pemanisAir mata pun tetes, getar jantung berdetakPuisi jingga kita terlena

Dendang belantara orkes kehidupankadang jantan perkasa, kadang rintih memelasAngin gunung dan ngarai bagai konser simfoniAdanya kekal, adanya abadi

Kawan, mari kita coba fikir sejenakbila kita tengah mabuk asmaraBumi menjadi sempit, langit pun menjepitLalu lalang kehidupan terhenti

Kenapakah setiap kali kita merasa kehilangan?Aku usulkan singkirkan sajaKita dengar nyanyian alam, kita simpan jadi nyanyianho ho ho hm... du du du du du hm hm...

Dendang kebebasan gema potret merdekalahir dari jiwa tenteram sejahteraSetiap orang pun bebas untuk turut bernyanyimeskipun sumbang lepas terdengar

Kawan, mari kita coba fikir sejenakbila kita tengah mabuk asmaraBumi menjadi sempit, langit pun menjepitLalu lalang kehidupan terhenti

Kenapakah setiap kali kita merasa kehilangan?Aku usulkan singkirkan sajaKita dengar nyanyian alam, kita simpan jadi nyanyianho ho ho hm... du du du du du hm hm... ho...

Dan Hari Ini EngkauLembut suara seruling entah siapa gerangan yang meniupBak tetes embun tatkala kau terjagaTak ada lagi tanda tanya apakah esok bakal jadi milikmu

Dan sinar matahari merangkak bangkit tinggalkan kaki langitMenyongsong hari ini yang penuh harapanBerkemaslah tinggalkan masa silam yang dibelenggu kegelapan

Marilah kita bersyukurBersama-sama ucap AlhamdulillahDan kita peringati setiap kali dengan ZikrullahKita buka langkah baru lembar-lembar keindahandengan Bismillah

Dan hari ini engkau dengan tegarUcapkan selamat tinggal kepada kebodohanKepada terik jalananKepada langkah yang termangu dan kau bawaDengan hati goyah

Dengarkanlah Kata KatakuSecepat mungkin engkau harus berhentimenghabiskan nafas di luarKenikmatan dunia sering membuat lenaTak ada yang dapat mencegahselain engkau sendiriSebelum terjerumus semakin jauhsebaiknya engkau berhentiSecepat mungkin engkau harus pulangmenghabiskan mimpi yang hilangKenyataan hidup terkadang menyakitkanTak ada yang mampu merubahselain engkau sendiriSebelum senja merebut mentarisebaiknya engkau berhentiSecepat mungkin engkau harus padamkanbara api panas membakarGemerlap cahaya akan segera sirnabersama turunnya senjaDengarkanlah dengan hatimuJangan engkau dengar dengan jiwa butaDengarkanlah kata-katakuJangan engkau melihat siapa akuDengarkanlah kata-katakuJangan engkau melihat siapa akuDengarkanlah dengan hatimuJangan engkau dengar dengan jiwa butaDengarkanlah kata-katakuJangan engkau melihat siapa akuDengarkanlah dengan hatimuJangan engkau dengar dengan jiwa butaDengarkanlah kata-katakuJangan engkau melihat siapa aku

Di Manakah MataharikuPokok pinus di tengah hutanterduduk ia sendirimenjerit tak bersuaraAngin gunung basa-basimenyapa dan terbang entah ke mana

hu hu hu ho ho

Jalan setapak terbungkus kabutdarahku dan jiwakumenyatu ditelan bumikerlap-kerlip kunang-kunangmemancarkan kebisuan

Aku berjalan hanya dengan mata hati,bernafas hanya dengan tekadAku mendaki penuh dengan teka-tekiDi manakah matahariku?

Aku terantuk sebatang dahanmelintang di depankumenghentikan pengembaraanTanda tanya, gundah hatikapankah akan terjawab?

Di sinilah, di dalam dadamenetes temurun cintaku bara hidupDi sinilah di dalam jiwamengalir hasratku mengikuti petunjukMumengikuti petunjukMu

Di Tikungan Jalan Cintaku TertambatSebelumnya aku tak pernah pedulisampai aku melihat alismuSebelumnya tak pernah aku perhitungkankehadiranmu dalam hatiDi tikungan jalan mata kita bertautAda getar-getar dari balik jeruji pagarhm ho ho ho ho ho ho ho hoSebenarnya 'ku dapat langsung mendatangimunamun tak ada keberanianHanya lewat kerlingan yang sengaja kupertajamdan bersiul nyanyian cinta (mm)Di tikungan jalan jiwaku kini tertambatAda lagu yang mengalun dari balik rimbun daunSekali waktu aku secara tak sengajamelihatmu tengah bercumbudi balik jendela kaca hoho ho ho robek jantungkuho ho ho luka sangat dalamho ho ho kau tak pernah tahuho ho ho ho tak ada yang tahuSebenarnya 'ku dapat langsung mendatangimunamun tak ada keberanianHanya lewat kerlingan yang sengaja kupertajamdan bersiul nyanyian cinta (mm)Di tikungan jalan jiwaku kini tertambatAda lagu yang mengalun dari balik rimbun daunSekali waktu aku secara tak sengajamelihatmu tengah bercumbudi balik jendela kaca ho ho hoho ho ho robek jantungkuho ho ho luka sangat dalamho ho ho kau tak pernah tahuho ho ho ho tak ada yang tahuho ho ho robek jantungkuho ho ho luka sangat dalamho ho ho kau tak pernah tahuho ho ho ho tak ada yang tahu

Dia Lelaki Ilham Dari SorgaDia yang berjalan melintasi malamadalah dia yang kemarin dan hari iniakan selalu menjadi ribuan ceritakarena dia telah menempuh semua perjalananDia berjalan dengan kakinya,dia berjalan dengan tangannya,dia berjalan dengan kepalanyatetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan pikirannya

Dia jelajahi jagat raya inidengan telanjang kaki dan tubuh penuh dakiMeskipun ia lebih lapar dari siapapun,meskipun ia lebih sakit dari siapapunia menempuh lebih jauh dari siapapunMeskipun ia lebih miskin dari siapapun,meskipun ia lebih nista dari siapapunTetapi ternyata ia lebih tegak perkasa dari siapapun

Batu-batu seperti menyingkirsebelum ia datang, sebelum ia lewatSemak-semak seperti menguaksebelum dia injak, sebelum dia menyeberangIa berjalan dengan matanya,ia berjalan dengan perutnya,ia berjalan dengan punggungnyatetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan fikirannya

Gadis-gadis selalu menyapakarena dia tampan meskipun penuh lukaKata-katanya tak bisa dimengertiTetapi selalu saja akhirnya terbuktiia lelaki gagah perkasa,ia lelaki ilham dari sorga,ia lelaki yang selalu berkata,"bahwa kita pasti akan kembali lagi kepadaNya."du du du du du du du du du du du duDoa Sepasang Petani MudaMari kita tunggu datangnya hujanDuduk bersanding di pelataransambil menjaga mendung di langitagar tak ingkar, agar tak pergi lagiKasih, kemarilah duduk merapatsama-sama tengadahkan wajahagar lebih tegar kita memohonturunnya hujan basahi bumi iniKau dengar ada jeritanilalang yang terbakar dan musnahUsah menangissimpan di langitJadikan mendungsegera luruh jatuh ke bumiBasahi ladang kita yang butuh minumbasahi sawah kita yang kekeringanbasahi jiwa kita yang putus asaKemarau ini begitu mencekamKasih, kemarilah duduk merapatsama-sama tengadahkan wajahagar lebih tegar kita memohonturunnya hujan basahi bumi iniKau dengar ada jeritanilalang yang terbakar dan musnahUsah menangissimpan di langitJadikan mendungsegera luruh jatuh ke bumiBasahi ladang kita yang butuh minumbasahi sawah kita yang kekeringanbasahi jiwa kita yang putus asaKemarau ini begitu mencekam

Dongeng Dari Negeri Antah BerantahHormatilah jabatanku, putra tunggal kepala kampungPunya hak untuk tolak pinggang memerintah hm... hu...Kupelihara kesombongan, sorot mata segalak mungkinuntuk menjaga martabat dan wibawa

Hari ini aku dipanggil menghadap ayah terhormatMelaporkah tugasku mengelola dagang model putra bangsawanCara yang aku terapkan gampang, tak perlu berfikiryang penting bisa memanfaatkan kesempatan, jabatan ayahkusemua berjalan lancarhm... ho.. ho..

Betapa aku tersinggung dengan seorang patriotBerani ia mengecam tingkahku hm... ho...Untung saja lima pengawalku segera melingkus tulang belulangCaci maki aku semburkan di kupingnya:

"Kuingatkan sekali lagi, aku putra kepala kampungJangan coba melawan kalau tak ingin susah, sebaiknyalah kau diamAku jalankan perintah ayahanda yang agungmenindas nyali rakyatku agar tak banyak tingkah, agar semua bisumenurut selalu patuh."hm hm hm

Inilah cerita keji dari negeri antah berantahSepantasnyalah jadi timbangan bagi kita hm... hu..Meskipun hanya dongengan tapi cukup meremas jantungSemoga saja takkan terjadi di negri ini.ho ho hm hm hu...... hm hm hm ho ho ho ho ho ho ho

Dosa SiapaKudengar suara jerit tangismusesepi gunungKulihat bening bola matamusesejuk gunung

Oh oh engkau anakkuyang menanggungkan nodasedang engkau terlahirmestinya sebening kacaApa yang dapat kubanggakanKata maafku pun belum kau mengerti

Dosa siapa, ini dosa siapasalah siapa, ini salah siapaMestinya aku tak bertanya lagi

Kudengar ceria suara tawamumenikam jantungKulihat rona segar di pipimusegelap mendung

Oh oh engkau anakkuyang segera tumbuh dewasadengan selaksa bebanmestinya sesuci bulanApa yang dapat kudambakanKata sesalku pun belum kau mengerti

Dosa siapa, ini dosa siapaSalah siapa, ini salah siapaJawabnya ada di relung hati ini

Dua Menit Ini MisteriDalam keranda hitam tubuhmu terbujurAda misteri yang tak pernah terungkapAlis matamu tebal menyimpan rahasiaAdakah waktu akan mampu mengurai

Kematian ini memisahkan kita,Selamat jalan ho

DzaffinSinar bulan jatuh di arena iniLelaki menari mengatur langkah hatiPerempuan berhidung mancungGaris putih di kening bekas berkerudungMalam ini mereka berdandan,malam ini mereka berkencan ho..Ada yang menyematkan kembang di sisi telinga,ada yang bercerita panjang mimpi semalam,ada yang diam gelisah kekasihnya tak datangMereka seperti kuda binalyang lepas dari terali kandang ho..menampak padang rumput subur ho.....di arena dzaffin

Makin malam suasana semakin panasSeorang lelaki mabuk turun menari,perempuan bersorak gembira,penabuh gendang pun makin bersemangatMalam ini mereka lupakan ho..kesepian di rumah seharianSayang ketika bulan mulai beranjakpenjaga kandang pun mulai berdatanganmemasang mata kejam di wajah nan kerasPulang, Aminah, pulanglah, Saleha ho..Gadis-gadis pun pergi meninggalkan ho.....arena dzaffin

EksekusiApalagi yang ingin kau katakan? Mumpung aku masih di siniTumpahkan saja segala-galanya, mungkin aku dapat membantuSetidaknya akan kukabarkan, derita tengah kau tanggungDingin terali, dingin ubin tua, dingin matamu memandangho ho ho ho ho...

Ini sisir rapikan rambutmu, rasakan senyum matahariEngkau masih seperti dulu, murah senyum, dan ramah tamahDi ujung peluru kau ketemu ajal, tebus kekeliruanBertobatlah jiwa dan ragaTuhan Maha Pengampunho ho ho ho ho ho...

Syukur bila lagu ini sampai tembus ke alam bakaAku kirim doa kesejukan agar sukmamu tenteram istirahAtas nama bangsa yang bijak dosamu turut terkuburAtas nama semua kerabatmu aku memaafkan kamuho ho ho ho ho hoElegi Esok PagiIzinkanlah kukecup kenigmuBukan hanya ada didalam anganEsok pagi kau buka jendelaKan kau dapati seikat kembang merahEngkau tahu aku mulai bosanBercumbu dengan bayang-bayangBantulah aku temukan diriManyambut pagi membuang sepiIzinkanlah aku kenang sejenak perjalanan oh oh oh ohDan biarkan kumengertiApa yang tersimpan dimatamu oh ohBarangkali di tengah telagaAda tersisa butiran cintaDan semoga kerinduan iniBukan jadi mimpi di atas mimpiIzinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu oh oh oh ohDan biarkan ku bernyanyiDemi hati yang risau ini oh oh

Episode Cinta Yang HilangKe manakah akan kucari lagibutir-butir cintaku yang lama kubuang?Apakah pada gelombang lautanatau hiruk pikuk jalanan?Semua sungai ingin kususuri,semua bukit akan kudaki,semua padang belantara akan kutembusHarus kutemukan lagi sebutir cintaku yang hilangditelan dusta kemarau panjang

Kapankah akan kudengar laginyanyian angin dan denting gitarmu?Apakah pada pancaran rembulanatau tubuh-tubuh panas jalanan?Semua bumi ingin kujejaki,semua langit akan kudaki,semua bintang-bintang akan kutembusHarusku temukan lagi sebutir cintaku yang hilangDitelan dusta kemarau panjang

FrustasiSemalamanaku terbaring di sinidi balik dindingbambu yang tua aku sendiri

Buku jarikumeregang, aku ingin berdiritapi bulu kudukkumenari lembut dihembus angin

Aku bernyanyi untuk menahan letihBukan jatuh cinta padamu, gadis manisTelah kupejamkan semua matabagi cinta kasih yang gemerlapanBiar kubenahi hasrat di hatiKe mana pun langkah 'kan kubawa lariTubuh dan sukmaku yang dalam sakitdibakar semangat bumi yang semakintak bisa kumengerti

Sekarang punaku masih ragu-ragumesti ke manakahmataku memandang jauh?

Aku bernyanyi untuk menahan letihBukan jatuh cinta padamu, gadis manisTelah kupejamkan semua matabagi cinta kasih yang gemerlapanBiar kubenahi hasrat di hatiKe mana pun langkah 'kan kubawa lariTubuh dan sukmaku yang dalam sakitdibakar semangat bumi yang semakintak bisa kumengerti

Gadis Remang RemangWaktu kau bicaraberhamburlah bujuk manis bagai maduMelantunkan segala pujianBergelora dada setiap lelakiyang mendengar

Waktu kau menatapkau rentang busur, kau lepas anak panahMenuju sasaran akuratBerbungalah dada setiap lelakiyang terlena

Gadis, jalan yang kau tempuh rasanya keliruMalam yang bening ini engkau perlakukanrumah kegelapanAku nasihatkan kepadamuTak semua lelaki gampang tergodaTak akan lama kau dapat bertahandi dalam nista

Waktu telah berjalanSemua mata merobekmu hina dinaHanya tinggallah satu jalanBertobat dan kubur semua kenangan,gadis jalang

Gadis, mimpimu kusut masai seperti sampahMalam yang bening ini engkau perlakukanrumah kegelapanAku nasihatkan kepadamuTak akan lama nikmat dapat kau regukTak akan lama kau dapat bertahandi dalam nista

Haruskah Aku MenyerahHaruskah aku menyerah melawan kebisingan?Suara hatiku, jeritan jiwakumenggumpal dalam tanda tanya

Haruskah aku mencari suara-suara burungdi tengah lautan, di atas matahari?Untuk kugubah jadi nyanyian ho

Semua bukit telah aku coba daki,semua laut kuseberangiAgar semakin besar rasa keyakinankubahwa masih ada nafas di dalam jantungkuuntuk kulanjutkan keheningandu du du du du du du dudu du du du du du dudu du du du du du du dudu du du du du du du

Haruskah aku mencari suara-suara burungdi tengah lautan, di atas matahariUntuk kugubah jadi nyanyian ho

Bahwa masih ada nafas di dalam jantungkuuntuk kulanjutkan keheningandu du du du du du du dudu du du du du du dudu du du du du du du dudu du du du du du du

hu hu hu hu huhu hu hu hu hu

Hemat CintamuBerhentilah sebelum terlambatKau terjerumus semakin jauhBerdiri di pinggir kegelapan

Di sini, di pancuran yang beningCoba basuh wajah dan jiwamuEndapkan hasrat dalam dada

Biarkan asmara tumbuh wajarBersemi dan kembang selaras langkahTak perlu berebut tulang tanpa isiSama dengan berebut kebodohan

Hemat cintamuSimpanlah putik jauh di dalamTaburkan senyumanBangkitkan hidup dan gairah

Berhentilah sebelum terjebakdalam lingkaran yang memabukkanMenyingkirlah dari pusaranya

Percayalah pada kebenaranIa akan datang menuntunmu,mengangkatmu dari kegelapanmengajakmu dalam ketegaran

Hemat cintamuJangan kau tabur di jalananBelibis pun terbangKaki berlumpur bertebaran

Hemat cintamuJangan kau tabur di jalananBelibis pun terbangKaki berlumpur bertebaran

Hemat cintamuJangan kau tabur di jalananBelibis pun terbangKaki berlumpur bertebaran

Hidup 5Di laut alun gelombang deras menerjang tebing,batu karang ho, adakah KamuDi padang ilalang yang tandus,kemuning, kering terbakar, tersandar lesu,adakah Kamu?

Aku cari, selalu kucaridi manakah adanya Kamu?Aku ingin memekik, kupanggil namaMuJantung rasa terbelah menahan pekikan diam

Ingin rasanya kuterjang kelamIngin kuungkap rahasia malamAgar rembulan, agar mataharibersatu untuk mengasuh jiwaku

Kini aku terbaring menunggu KamuDatanglah, oh! Datanglah dalam pelukanku ho...

La la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la la

Di padang kembang melati ada perahu bertolakmenembus pekat ho, adalah Kamu?Di hati terang benderang nyanyian sorga bergemamenikam dada, adalah Kamu?

Aku cari, selalu kucariDi manakah adanya Kamu?Aku ingin memekik, kupanggil namaMuJantung rasa terbelah menahan pekikan diam

Ingin rasanya kuterjang kelamIngin kuungkap rahasia malamAgar rembulan, agar mataharibersatu untuk mengasuh jiwaku

Kini aku terbaring menunggu KamuDatanglah oh! Datanglah dalam pelukanku ho

La la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la lala la la la la la la la la la la

Hidup IPernah kucoba untuk melupakan Kamudalam setiap renungankuMelupakan semua yang Kau goreskanpada telapak tangankuDan juga kucoba untuk meyakinkan fikirankubahawa sebenarnya Engkau tak pernah adabahawa bumi dan isinya ini tercipta keranamemang harus tercipta

Bahawa Adam dan Hawa tiba-tiba saja turuntanpa kerana makan buah khuldi dahuluDan aku lahir juga bukan kerana campur tanganMuHanya kerana ibu memang seharusnya melahirkanku

Tetapi yang kurasakan kemudianhidup seperti tak bererti lagiDan ternyata bahawa hanya kasih sayangMuyang mampu membimbing tangankuOh oh yang mampu membimbing tanganku

Tuhan maafkanlah atas kelancangankumencoba meninggalkanMuSekarang datanglah Engkau bersama anginAgar setiap waktu aku bisa menikmati kasihMu (2X)

Hidup IIMalam ini aku mesti pulanguntuk segera tidur di kamarku yang gelapMeskipun sebenarnya aku ingin tetap tinggaluntuk menikmati bintang untuk menikmati bulan

Sebentar lagi Kasih beri aku waktuuntuk sekadar mengucapkan selamat malamMeskipun aku tak dapat melihat wajahMutapi hembusan angin cukup menyatakankehadiranMu untukku

Dan sekarang aku telah tidur sendiri di kamarkuyang gelap dan dingin penuh angan-anganDan sekarang aku telah pulang kembali ke rumahyang kotor dan kecil penuh cita-cita

Di sinilah di kamarku yang gelap iniAku ingin menumpahkan kerinduankuDi sinilah di kamarku yang dingin iniAku ingin menangis di pangkuanMu

Hari ini aku pergi sembahyanguntuk mendekatkan diri kepadaMuSemoga Kau tahu apa yang kumaksudkanSemoga Kau lebur dosa dan kesilapanku

Hidup IIISekarang aku tengah tengadah ke langitBerjalan di atas bintang-bintangBersembunyi dari bayangku sendiriYang sengaja kutinggalkan di atas bukit

Barangkali tanganMu tak kan lagi mengejarkuUntuk merenggut segenap hidupkuAku yang sembunyi di bawah kulitku sendiriKapan lagi akan mampu berdiri

Lihatlah kedua belah tangankuYang kini nampak mulai gementarSebab ada yang tak seimbangAntara hasrat dan bebanAtau kerna jiwaku yang kini mulai rapuhGampang digoncangkan angin

Lihatlah bilik di jantungkuDenyutnya tak rapi lagiSeperti akan segera terhentiKemudian sepi dan mati

Hidup IVOh rentangkan tanganMubersama datang malamagar dapat kurebahkan kepalapada bulan di lenganMu

Oh hembuskanlahnafas iman ke dalam sukmaagar dapat kuyakinihidup dan kehidupan ini

Di gunung kucari KamuDi sini pun kucari KamuDi manakah kutemui KamuUntuk dalam genggamanMu

Oh bisikkanlahKemanakah langkah mesti kubawaAgar pasti akan bertemuUntukku tumpahkan rindu

Di lenganMu kutemukan cintaDi mataMu memancar maknaRindu ini tak tertahan lagiUntuk menangis di pangkuanMuHidupku MilikMuKetika aku mencari cahayaMumenerobos lewat celah dedaunanBesilangan semburatMu dalam kabutAku terpaku, aku terpana,aku larut di dalam nyanyian burung-burungGemuruh di dadakusirna bersama keheningan rimba raya

Ketika aku mendengar suaraMuBergema di ruang dalam jiwa,mengalir sampai ke ujung jemariAku mengepal, aku tengadahRindu yang aku simpan membawa aku terbang,menjemput bayang-bayangSenyap ditelan keheningan rimba raya

Apapun t'lah aku coba dan tak henti bertanyaSetiap sudut, setiap waktu tak surut 'ku mencariKe mana, di mana aku lepas dahagaKepada siapa aku rebah bersandarTak mungkin kubuangrindu yang semakin dalam bergayutHidupku memang milikMu, hanya untukMuhm hm

Ke mana, di mana aku lepas dahagaKepada siapa aku rebah bersandarTak mungkin kubuangrindu yang semakin dalam bergayut hmHidupku memang milikMu, hanya untukMuho ho ho ho

Hidupku memang milikMu, hanya untukMuho hanya untukMu

Hidup IIMalam ini aku mesti pulanguntuk segera tidur di kamarku yang gelapMeskipun sebenarnya aku ingin tetap tinggaluntuk menikmati bintang untuk menikmati bulan

Sebentar lagi Kasih beri aku waktuuntuk sekadar mengucapkan selamat malamMeskipun aku tak dapat melihat wajahMutapi hembusan angin cukup menyatakankehadiranMu untukku

Dan sekarang aku telah tidur sendiri di kamarkuyang gelap dan dingin penuh angan-anganDan sekarang aku telah pulang kembali ke rumahyang kotor dan kecil penuh cita-cita

Di sinilah di kamarku yang gelap iniAku ingin menumpahkan kerinduankuDi sinilah di kamarku yang dingin iniAku ingin menangis di pangkuanMu

Hari ini aku pergi sembahyanguntuk mendekatkan diri kepadaMuSemoga Kau tahu apa yang kumaksudkanSemoga Kau lebur dosa dan kesilapanku

Huru HaraSepasang mata elang mengintai dari langit,membakar-bakar dan buka keriuhanentah apa yang dimauiHuru-hara pun semakin tak terkendali,merentak di sana-siniSemestinya kita picingkan mata dan telingadan bahu membahu mengusirnya

ho ho hm hu

Sepasang tangan kasar menjulur dari bumi,menghembus-hembuskan suara memuakkan,memfitnah di kanan-kiriHuru-hara pun semakin tak terkendali,merentak di sana-siniSemestinya kita picingkan mata dan telingadan bahu membahu mengusirnya

ho ho hm hm hmdu du du du du du hm hm hu hu hu

Dengarlah suara gaib dalam dan berwibawamenyirami sekujur kekacauan, meniupkan kesegaranHuru-hara pun seketika terhentiKedamaian mulai semiSeharusnya kita dengar apa yang dikatakanbarangkali dialah yang benar

ho ho.. hu.. du du du du du du du hu hu hm hmdu du du du du du du du du du du dudu du du du du du du dudu du du du du du du du du dudu du du du du du duhu hu hu hu huIngin Kupetik Bintang KejoraMengapa kau tak melihat apa yang aku fikirkanSemuanya terbuka terbaca di matakuMengapa kau tak peduli isyarat yang kukirimkanlewat sejuta puisi, lewat selaksa bunga

Engkau tetap diam membekuKau tepiskan mimpi-mimpikuKuhunus pedang cinta, kupekikkan asmaraSemula kau tetap diamkemudian kau tersenyumIngin kupetik bintang kejorauntuk kusematkan di dadamu,di jantungmu

Mengapa hanya namamu terpatri dalam jiwakuHaruskah aku menyerah sebelum aku coba

Engkau tetap diam membekuKau tepiskan mimpi-mimpikuKuhunus pedang cinta, kupekikkan asmaraSemula kau tetap diamkemudian kau tersenyumIngin kupetik bintang kejorauntuk kusematkan di dadamu,di jantungmu

IsyuEngkau pasti menuduhkutelah bersekutu dengan setanMenyangka apa yang kumilikiaku dapat dari dustaEngkau mulai kasak-kusuk,bergunjing ke sana-sinimelilitkan isyu di leherkumengipaskan suasana panasEntah apa yang harus kujelaskanAku enggan bicarayang penting suara dalam jiwakuadalah kebenaranBiarpun hanya Tuhan yang mendengarDu du du du du du du du du duHo ho ho ho ho ho ho ho hoEngkau pasti menduga-dugaaku telan yang bukan milikkuCoba buka catatan di langitdi sana kusimpan kebenaranEntah apa yang harus kujelaskanAku enggan bicarayang penting suara dalam jiwakuadalah kebenaranBiarpun hanya Tuhan yang mendengarDu du du du du du du du du duHo ho ho ho ho ho ho ho hoDu du du du du du du du du du duHo ho ho ho ho ho ho ho hoDu du du du du du du du du du duHo ho ho ho ho ho ho ho hoDu du du du du du du du du du duHo ho ho ho ho ho ho ho hoIsyu, isyu, isyu, semua hanya isyuIsyu, isyu, isyu, semua hanya isyu

Jakarta ISelamat pagi padamu, Jakartadi pintumu kau tak sambut tangankuHanya suara tawamu kudengar parau, Jakartadan nafasmu gemuruh gemerlapanSeperti sengaja kau ciptakan untukkuSementara, masih tersisa gema doa di mulutkuInikah Jakarta? Hanya beginikah sikapmu Jakarta?Atau aku yang salah bila kukatakan kau tak ramah?Debu-debu panas di jalanannampak sepi dari cinta dan kasih sayangTidak seperti di kampungku yang hijauDi sini takkan kutemui lagi suara serulingyang ditiup lelaki kecil sambil berbaringdi punggung kerbau yang digembalakannyaAtau nyanyian bambu-bambu seperti musik simfonimengiringi anak-anak telanjang bermainBerkejaran di pematang basahSelamat malam padamu, JakartaDi manakah kau sembunyikan kekasihku?Atau mataku yang tak mampu lagi mengenali wajahnya?Sebab, tak ada bau lumpur dan rumput di rambutnyaSeperti ketika dia masih tinggal di kampungSuka bercanda berdua di bawah malam purnamaInikah Jakarta? Hanya beginikah kiranya Jakarta?Kau cambuk punggung siapa sajayang kalah atau yang tetap bertahanBahkan di sini matahari sepertienggan terbit dari timur lagiTidak seperti di kampungku yang damaiMatahari selalu terbit dari sela bukit biruDengan warna kuning kemerahan di atas hijau dedaunanDi bawah burung-burung mulai berterbanganDi sini aku makin rindu kampungkuDi sini aku makin cinta kampungkuBersabarlah akan kutundukkan Jakarta untukmuJakarta IIAda yang difikirkan sebelum tertidurAnaknya yang mungil dan bermata jernihAda yang disesali kenapa berangkatTinggalkan kampung halaman yang ramah tamah

Dikenang kembali wajah bulat telur istrinyadengan lengan yang legam dan rambut kemerahan terbakar matahariSeperti didengar lagi gerit daun pintu bambu,lenguh sapi perahan, dan anak-anak angsa bermain di halaman

Apa yang dibayangkan tentang Jakartaternyata sangatlah jauh berbedaApa yang diimpikan terpaksa ditanggalkanSemangatnya yang membara perlahan padam

Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalanBerselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang masih tersisaIngin ditulis sepucuk surat buat istrinyabahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramahdan dia ingin kembali

Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerahMeski badai melanda ia terus melangkahAda sepotong doa tersimpan di sakuKenangan merah jingga memaksanya bertahan

Read more:http://www.wowkeren.com/lirik/lagu/ebiet_g_ade/jakarta-ii.html#ixzz2k3WXODSJJakarta IIAda yang difikirkan sebelum tertidurAnaknya yang mungil dan bermata jernihAda yang disesali kenapa berangkatTinggalkan kampung halaman yang ramah tamah

Dikenang kembali wajah bulat telur istrinyadengan lengan yang legam dan rambut kemerahan terbakar matahariSeperti didengar lagi gerit daun pintu bambu,lenguh sapi perahan, dan anak-anak angsa bermain di halaman

Apa yang dibayangkan tentang Jakartaternyata sangatlah jauh berbedaApa yang diimpikan terpaksa ditanggalkanSemangatnya yang membara perlahan padam

Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalanBerselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang masih tersisaIngin ditulis sepucuk surat buat istrinyabahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramahdan dia ingin kembali

Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerahMeski badai melanda ia terus melangkahAda sepotong doa tersimpan di sakuKenangan merah jingga memaksanya bertahan

Kalian Dengarkan KeluhanDari pintu ke pintuKucoba tawarkan namaDemi terhenti tangis anakkuDan keluh ibunyaTetapi nampaknya semua mataMemandangku curigaSeakan hendak telanjangiDan kulit jiwakuApakah buku diri ini selalu hitam pekatApakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawanSedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukumDengan sorot mata yang lebih tajam dari matahariKemanakah sirnanyaNurani embun pagiYang biasanya ramahKini membakar hatiApakah bila terlanjur salahAkan tetap dianggap salahTak ada waktu lagi benahi diriTak ada tempat lagi 'tuk kembali

Kado Kecil Buat IstriIstriku, dengar, dengarlahdekaplah aku, dekaplahAku sangat mencintaimu hoMari kita buang dukaIstriku, coba bayangkananak kita yang bakal lahirKita pasti menyayanginya hoMari kita bagi sukaHendaknya pertengkaran kecilsegera dapat diatasiBahkan jadi penyegar cinta kitaHendaknya perkawinan inibukan sekedar cinta kasihTapi juga sebuah tanggung jawabMari tuntas kita reguksatu gelas bersamaBahagia oh! bahagiaIstriku mari renungkanjalanan terjal berlikuKita bakal melewatinya hoMari kita gandeng tanganIstriku duduk istirahatur nafasmu dan tenangKita akan segera berangkat hobelayar menembus pekatHendaknya kita 'kan berlabuhdi pantai yang penuh kembangHarum wangi semerbakadalah sorga hmKita akan buang sauhberenang ke pinggiranPeluklah aku dan peluklahLeburkan jiwa raga kitakemudian berikrarBahagia oh! bahagiahm du du du du du

Kalian Boleh CobaJemari tanganmumenari di atasbilah-bilah piano

Menyanyi bersamalagu yang kuciptakhusus buat kita berdua

Kalian boleh dengar,kalian boleh simakkami jalin suaraKalian boleh lihatcara kami merajutbenang-benang asmaraho ho ho ho ho ho ho

Malam makin larutLelawa beterbangandi atas kepala kita

Doa kita telah usaiNyanyian kita pun tuntastumpah ruah di udara

Kalian pasti lihat,kalian pasti bacawajah kami berduaKalian boleh tebakcara kami memilihputik-putik asmaraho ho ho ho ho ho ho

Sesungguhnya sangat mudah,sesungguhnya sangat sederhanaKami saling memberi,kami saling mengerti

Ho ho pastilah langit terasa bersihNafas harum aroma bunga mawarMenemani kita bernyanyi bersamaho ho ho ho ho ho hoho ho ho ho ho ho ho

Sesungguhnya sangat mudah,sesungguhnya sangat sederhanaKami saling memberi,kami saling mengerti

Ho ho pastilah langit terasa bersihNafas harum aroma bunga mawarMenemani kita bernyanyi bersamaho ho ho ho ho ho hoho ho ho ho ho ho ho

Kapankah Kita BerlabuhKapankah kita 'kan merapatdi pantai yang kita impikanuntuk menangis sepuas hati,untuk melepaskan derita ini

Kapankah kita 'kan rasakanharumnya kembang setamanSekian lama kita hanya berlayarhanya kenal lautan dan lautan

Akan ke manakah kita initerlempar jauh, teramat jauhSampai di manakah kita kiniTak nampak lagi kaki langit

Bahtera ini kecil,gampang terbawa anginSekelompok batu karang siap meremukkanKapankah kita 'kan berlabuh

Kapankah kita 'kan bertemulaut yang bening dan biru,kembang warna warni,desis ikan bernyanyitembang manis, teramat manis

Kapankah kita 'kan berlabuhRinduku menggumpal di pantaiJangan hanya diamMari kita berdoaBerhembuslah angin ke sana

Akan ke manakah kita initerlempar jauh, teramat jauhSampai di manakah kita kiniTak nampak lagi kaki langit

Bahtera ini kecil,gampang terbawa anginSekelompok batu karang siap meremukkanKapankah kita 'kan berlabuh

Kau Rengkuh Mentari Kau Dekap RembulanRambutmu tergerai ditiup anginseperti gelombang di samuderaKau berdiri di padang SaharaTubuhmu kotor mandi keringatMatamu tajam seperti elangKau menangkap kilau kedalamanKau rengkuh mentariKau sirami tubuhmu dengan kemilau cahayaterpancar ke seluruh penjuru jagat rayaKau dekap rembulanKau lumuri wajahmu dengan sinar keteduhanmenyelimuti bumi beserta isinyaKami menangis merinduimu,kami merintih mencintaimuho hoDalam doa 'ku selalu memujaKeselamatanmu dan sahabatserta seluru umat di duniaKau rengkuh mentariKau sirami tubuhmu dengan kemilau cahayaterpancar ke seluruh penjuru jagat rayaKau dekap rembulanKau lumuri wajahmu dengan sinar keteduhanmenyelimuti bumi beserta isinyaKami menangis merinduimu,kami merintih mencintaimuKami menangis merinduimu,kami merintih mencintaimuKami menangis merinduimu,kami merintih mencintaimuhoKami merintih merinduimu,kami menangis mencintaimu

Kembara Lintasan PanjangPerjalanan yang tak pernah kudugamenelusuri kemarau,melangkahi hari-hari gelap,mengais di bumi yang panas

Pemahaman makna yang maha sulitMenerjemahkan khayalan,melengkapi semua kenyataanhidup di alam semesta

Matahari menumbuhkan jaringan fikiranKehangatannya mesti kita hayatiMata hati mungkin jauh lebih banyak melihatkejujuran sering terkubur di dasar jiwa

Perjalanan yang tak pernah selesaikecuali atas kehendakNyaMemahami inti kehidupanKeletihan pun tak terasa

Matahari menumbuhkan jaringan fikiranKehangatannya mesti kita hayatiMata hati mungkin jauh lebih banyak melihatkejujuran sering terkubur di dasar jiwa,sering terbenam di bawah mata

KepadaMu Aku PasrahKepadaMu aku pasrahkanseluruh jiwa dan ragakuHidup dan mati ada di tanganMuBahagia, sedih ada di jariMu

Cukup lama aku mencari,menembus pekat dan menerjang kelam,menyusuri langkah yang makin jauhAdalah firmanMu pemandu jalanku

Batu gunung tetap tegap tegarmeski angin geram menerpaBatu karang tak hendak terhempasmeski ombak menerjang terjangRindu keteguhan imankuHamparan langit biru ho hoKering air mata hapuslah dukaAdalah firmanMu pemandu jalanku

KepadaMu aku memohonnyalakan semangat, bangkitkan nyali,robohkan tantangan ombak lautanRahasia hidup mesti terpecahkan

Kesaksian Anak SampahPerjalanan yang menakjubkanmembuka mata fikirankuAngin laut menyeret langkahku ke seberangAku ingin melihat di sana,di balik bukit yang tandus

Perjalanan yang menggetarkanmenggugah hati nuranikuSeorang bocah merangkak timbunan sampahIa mengais sisa makananKeringat deras mengucur

Ketika aku tanya ia tersenyum jabat tangankuIa tak pernah tahu siapa gerangan ayah-ibunyaYang masih diingat angin pesisirKetika ia dihempas ombak ke pantai

Sejak saat itu yang dia tahusetiap hari harus di siniBerebut sisa dengan cacing dan burunguntuk menyambung nafasDialah anak sampah

Semakin jauh ke lembah di bawah cemara aku merenungGemercik air pancuran tak memberiku isyarat apapunBayangan anak sampah menghantuikuGejala apakah yang tengah terjadi?

Mungkin Tuhan yang mengirimkan saksibahkan kita tak ambil peduliTerbuktilah kita semakin jumawaMari tanya bayangan di kacaDia tak pernah berdusta

Ketegaran Hati Seorang Pengemis Dan AnaknyaKututupi wajah dari terik matahariKuseka keringat dengan punggung tanganMari kita berteduh di bawah bayangan gedungSembunyikan duka, lapar, dahaga

Kugandeng tanganmu, jemari yang kurusHayati kemiskinan merangkak ke depanAnakku tercinta, tengadahlah ke langitTuhan pasti mendengar doa kita

Semua langkah yang kita buatmeninggalkan jejak di bumiSemua nafas yang kita hirupmembawa kristal kehidupanSingkirkanlah cemburu, buanglah tanda tanyaTentang kehendakNya membagi nikmat hoMungkin yang buat kita masih tersimpan di sorgaMenunggu kita siap menerima

Semua langkah yang kita buatmeninggalkan jejak di bumiSemua nafas yang kita hirupmembawa kristal kehidupanSingkirkanlah cemburu, buanglah tanda tanyaTentang kehendakNya membagi nikmat hoMungkin yang buat kita masih tersimpan di sorgaMenunggu kita siap menerima

Ketika Aku MulaiKetika masih belum banyak tahuHidup ini kuanggap begitu mudahHanya menghirup udara dan menghembuskan kembaliSeperti bermain-main, tak ada beban kupikul di pundakku

Ketika aku mulai kenal geloraingin kujelajahi s'luruh sudut bumiEntah berapa lamanya, entah berapa jauhnya'kan kutuang dalam jiwaDan aku mulai bertemu banyak kesulitan

Malam, tunjukkanlah keheninganmuAku tengah bercermin dalam gelapTelah jauh perjalanan yang aku tempuh,telah banyak peristiwa aku lihatDan sekarang aku merasa berhutang untuk mengisi kemerdekaanMeskipun hanya lewat nyanyian kuhembuskan ruh perjuangan

Ketika aku mulai beranjak tuahari-hari terasa semakin singkatSaatnya untuk mengabdi, berkorban untuk bangsakuMenembus keterlambatanSaat aku lahir perang telah usaiKetika Duka MenyeruakKetika engkau datang menawarkan gagasankulihat di matamu tak ada yang kau sembunyikanAku mulai bertanya, "Di mana cakrawalamu?"Langit seketika cerah tatkala engkau tersenyum

Kata-katamu mengalir, merambah nadi dan jiwaketika angin terhenti, memberi nafas di dada ho hoKata-katamu memberi sejuta warna dan maknabagi kehidupanku, bagi perjalanankudi bumi fana dan di alam kekal

Ketika engkau pergi langit bumi pun menangisJejak pengembaraanmu terpatri dalam di dadaku

Kata-katamu mengalir, merambah nadi dan jiwaketika angin terhenti, memberi nafas di dada ho hoKata-katamu memberi sejuta warna dan maknabagi kehidupanku, bagi perjalanankudi bumi fana dan di alam kekaldi bumi fana dan di alam kekal

KhilafMakin jauh kau terkubur lingkaran angan-anganEngkau tak sanggup lepas dari belengguTerbenam dalam mimpi yang melambung jauh ke sorgaDan lupalah segala-galanya

Matamu kaubutakan, telinga tak mendengar perjalanan roda duniaEngkau menipu diri, menyusup dalam lumpurTerbang melayang hinggap di keindahan semu

Kawan, demi Tuhan aku rela menangisBila saja air mataku dapat membuka kesadaranmuKembali melintasi sisa hari dengan bertobatBuang jauh-jauh mimpi yang memabukkanTerbukalah mata, marilah kita jalan bersama

Entah apa yang kautangkap dengan kataku iniAku masih tetap menghormatimuCobalah berfikir waras, hadapi semua tentanganMaafkan aku terpaksa meninggalkanmuMaafkan aku terpaksa meninggalkanmu

Kita Hanya Bidak Bidak CaturJangan terlampau lama engkau membuang waktuPastikan dengan diam berangkatlah segeraKita hanya bidak-bidak cuma punya satu jalanMerangsak maju ke depan, menggilas rintanganSedetik kita lengah dapat berarti banyakTerlalu dilambungkan mimpi, fikiran pun terkunciBencana dan keberuntungan sama-sama nikmatMenyerah kepada takdir hidup terasa legaKita hanyalah bidak-bidak caturAkan dimainkan selama masih mengasyikkanMaka jangan bertingkah salah dan membosankanTuhan di mana-manadu du du du du du du du du du du du du du dudu du du du du du du du du du hodu du du du du du du du du du du du du du dudu du du du du du du du du duKita hanyalah bidak-bidak caturAkan dimainkan selama masih mengasyikkanMaka jangan bertingkah salah dan membosankanTuhan di mana-mana, Tuhan Maha Mendengar

Konserto DoaKe mari berkumpul, duduk melingkariku,semua anakku tercintaAda yang ingin kuwasiatkansebelum aku harus pergi jauh

Jalan kalian masih luas terbentang,pandai-pandailah memilihIman di tangan jangan dilepasJadikan azimat penuntun hidup

Terimakasih kami tak terhinggaPetua ayahanda akan kami simpandi dalam sanubari yang paling dalamMenjadi pedoman memilih jalan

Legalah sudah hatiku sekarangMendengar janji kalian ucapkankerna zaman ini tengah bergolak,membawa iklim buruk panas menyesatkan

Tuhan, bimbinglah anak dan cucukuyang muda memang banyak lupaT'lah kutanamkan iman di dadaSemoga mereka memilih jalanMu

hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu

(Terimakasih kepadaMu, TuhanEngkau tak berpaling dari kami yang lalaiLuluskanlah doa kami bersamauntuk kesehatan ayah tercinta,untuk seluruh umat seisi duniaAmin)

Kontradiksi Di DalamAku sering merasa kesal serta bosanmenunggu matahari bangkit dari tidurMalam terasa panjang dan tak berartisementara mimpi membawa pikiran makin kusut

Maka wajar saja bila akuberteriak di tengah malamItu hanya sekedar untuk mengurangibeban yang memberat di kedua pundakku

Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu, pagiuntuk kucanda dan kucumbuDi situ kudapat cintaku

Aku sering merasa muak serta sedihbila setiap kali harus kusaksikanwajah-wajah dusta masih tega tertawasementara korban merintih di kedua kakinya

Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu, pagiuntuk kucanda dan kucumbuDi situ kudapat cintaku

KosongKetika diam menjerat aku ke dalam ruang hampaAngin berhembus, tajam mengiris, menusuk rembulanBayanganMu seperti lenyap disapu gelombangPerahuku terombang-ambing dan tenggelam

Ketika hening merenggut aku ke dalam galau jiwaSuara ranting meronta-ronta, merobek mentariDekapanMu masih terasa hangat dalam darahBintang-gemintang bersembunyi dalam kelam

Kosong, ho ho pikiran hampa menerawangKosong, ho ho langit terasa semakin gelapEntah bermimpi tentang apa, terpenggal-penggal ho..Entah sujud kepada siapa aku berserah

Kosong, ho ho pikiran hampa menerawangKosong, ho ho langit terasa semakin gelapMestinya aku hanya diam dalam tawakal hoatau kuurai air mata dalam sembahyangatau kuurai air mata dalam sembahyang

Kugandeng Tangan GaibMuAku ingin mengikutiMu betapa pun jauhPerjalanan yang bakal mengasyikkanMenyeberangi laut, menjelajah awan,menembus langit dan bintang-bintang

Kugandeng tangan gaibMu, dingin pun menjalar,merasuk kesegenap nadiku,mengalirkan cinta, meneteskan kasihDalam pelukanMu aku terlena

Gemuruh yang aku dengar, adakah suaraMu?Gemersik daun bergeser aku memanggilMuGema yang berputar-putar mengurung mencekamAku merasa terpencil sendirian

Getaran di dalam dada turun satu-satuBencana demi bencana telah kulewatiJiwa raga kupasrahkan hanya kepadaMuDi sinikah, di bukit ini kita 'kan bertemu

Aku hanya ingin bertanya dan butuh jawabanuntuk mengubur segala kekacauanDi simpang jalan aku harus memilihberhenti ataukah kulanjutkan

Gemuruh yang aku dengar, adakah suaraMu?Gemersik daun bergeser aku memanggilMuGema yang berputar-putar mengurung mencekamAku merasa terpencil sendirian

Getaran di dalam dada turun satu-satuBencana demi bencana telah kulewatiJiwa raga kupasrahkan hanya kepadaMuDi sinikah, di bukit ini kita 'kan bertemu

Aku hanya ingin bertanya dan butuh jawabanuntuk mengubur segala kekacauanDi simpang jalan aku harus memilihberhenti ataukah kulanjutkan

hm hm hm hm hm hm hm du du du du du du du du du

Kupu Kupu KertasSetiap waktu engkau tersenyumSudut matamu memancarkan rasaKeresahan yang terbenamKerinduan yang tertahanDuka dalam yang tersembunyiJauh di lubuk hatiKata katamu riuh mengalir bagai gerimis

Seperti angin tak pernah diamSelalu beranjak setiap saatMenebarkan jala asmaraMenaburkan aroma lukaBenih kebencian kau tanamBakar ladang gersangEntah sampai kapan berhenti menipu diri

Kupu kupu kertasYang terbang kian kemariAneka rupa dan warnaDibias lampu temaram

Membasuh debu yang lekat dalam jiwaMencuci bersih dari segala kekotoranAku menunggu hujan turunlahAku mengharapkan badai datanglahGemuruhnya akanMelumatkan semua kupu kupu kertas

Kupu kupu kertasYang terbang kian kemariAneka rupa dan warnaDibias lampu temaram

Kupu kupu kertasYang terbang kian kemariAneka rupa dan warnaDibias lampu temaram

Kupu kupu kertasYang terbang kian kemariAneka rupa dan warnaDibias lampu temaram

Lagu Untuk Sebuah NamaMengapa jiwaku mesti bergetarsedang musikpun manis kudengarmungkin karena kulihat lagilentik bulu matamubibirmu dan rambutmu yang kau biarkanjatuh berderai di keningmumakin mengajakku terpanakau goreskan gita cinta

mengapa aku mesti duduk disinisedang kau tepat didepankumestinya kau berdiri berjalan kedepanmukusapa dan kunikmati wajahmuatau kuisyaratkan cintatapi semua tak kulakukankata orang cinta mesti berkorban

mengapa dadaku mesti bergoncangbila kusebutkan namamusedang kau diciptakan bukanlah untukkuitu pasti tapi aku tak mau perdulisebab cinta bukan mesti bersatubiar kucumbui bayanganmudan kusandarkan harapankujatuh berderai dikeningmu

Lakon Anak Anak BencanaMengapa begitu ganas engkau bergejolak?Semburkan api sebarkan panas ke segala penjuruho ho ho hidup kami belum lagi sempat kecukupanMengapa datang begitu cepat bencana yang dahsyat?

hm hm... ho ho ho ho ho

Lihatlah, ho... anak-anak kami ho....Mereka yang hilang kesempatan ho...main sembunyi dan belajar di sekolah desaSerentak semuanya duduk bingung di sudut barakNampaknya belum sepenuhnya dapat mengertiapa yang sebenarnya tengah dialamiSebuah bencana terjadi seperti mimpiTuhan, tunjukkanlah jalanan kami

Mengapa begitu cepatnya semua musnah?Lahar melanda pemukiman yang kami cintai hm hm hmIzinkanlah kami berfikir yang mungkin kelirubahwa Engkau tengah menguji ketabahan kamihm hm hm ho ho ho ho ho

Derita, ho... anak-anak kami ho.....teronggok ho... dalam penampungan ho..Kami khawatir bila terlalu lama menderitaPupus harapan dan dapat merubah jiwa merekaMenyaksikan betapa kejinya hidupHati yang bening dapat berubah keruhSebuah bencana terjadi seperti mimpiTuhan, tunjukkanlah jalanan kami

hm... ho.. ho ho ho ho ho.... ho ho hohm... ho.. ho ho ho ho ho.... ho ho hoLangit TerlukaJala api, lidahnya terjulur menyengat wajah bumiAwan terbakar, langit berlubang mengangamenyeringai bagaikan terlukaPohon-pohon terkapar letih tanpa dayaMata air terengah-engah, dahagaBurung-burung hanya basa-basi berkicauLapisan jagat terkelupasSemua karena ulah kitaWarisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho

Jala api, lidahnya berkelit saat ingin kutangkapTerlampau naif angan-angan yang kurajutuntuk menyelamatkan duniaSetiap detik ingin kutanam pepohonanMata air kuluahi embun surgawiBurung-burung kuajari bernyanyi-nyanyiKuhapus semua mimpi burukdan mekarlah bunga-bungaMasa depan buat mereka ho ho

Bila matahari bangkit dari tiduraku mulai berfikir, bagaimanakah caranyabila sinar rembulan mulai merah menyala?Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa

Bila matahari bangkit dari tiduraku mulai berfikir, bagaimanakah caranya hu hubila sinar rembulan mulai merah menyala?Aku masih berharap kearifan Yang KuasaDari jendela kamarku dapat aku dengarGemercik suara air kali yang tak pernah berhentiJangan sampai terhenti biarpun langit terluka

LolongJembatan batu di sebelahku diamPancuran bambu kecil memercikkan airMenghempas di atas batu hitamMerintih menikam sepi pagi

Pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyangDiterpa angin dingin bukit iniSeperti mengisyaratkan doaRahasia alam diam di sekitarnya

Di sini pun aku mencari EngkauSetiap kali ku panggili namaMuNamun selalu saja hanya gema suarakuyang terdengar rindu

Gadis manis duduk di sebelahkuMenyematkan kembang di saku bajukuDan bercerita tentang sepasang burungYang bercumbu di atas dahan

Tetapi sepi tetap bergayut di dadaSelalu kuteriakkan kata "Di mana?"Tetapi rindu tetap bergayut di dadaSelalu kuteriakkan kata "Di mana?"

Ketika pulang aku turun ke kaliDan berkaca di atas airKulihat wajahku letih dan tuaTapi aku berusaha tertawaAnggap hidup hanya sandiwarayang kan berakhir segera

Masih Ada WaktuBila masih mungkin kita menorehkan batinAtas nama jiwa dan hati tulus ikhlasMumpung masih ada kesempatan buat kitaMengumpulkan bekal perjalanan abadiHoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo

Kita pasti ingat tragedi yang memilukanKenapa harus mereka yang tertimbun tanahTentu ada hikmah yang harus kita petikAtas nama jiwa mari heningkan cipta

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktuEntah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitungHanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita masih bertemu matahariKepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang

kita dapat mencoba meminjam catatanNyaSampai kapankah geranganWaktu yang masih tersisaSemuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengertiYang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung kita masih di beri waktu

Menjaring MatahariKabut, sengajakah engkau mewakili pikirankupekat, katamu peralat menyelimuti matahariaku dan semua yang ada di sekelilingkumerangkak menggapai dalam kelam

mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujanderas, agar semua basah yang ada di muka bumisiramilah juga jiwa kami semuayang tengah dirundung kehalauan

roda jaman menggilas kitaterseret tertatih-tatihsungguh hidup sangat diburuberpacu dengan waktu

tak ada yang dapat menolongselain yang di sanatak ada yang dapat membantuselain yang di sana

dialah Tuhandialah Tuhanoh, oh, oh Tuhanhmm, hmm, hmm Tuhan

Mimpi Di ParangtritisEngkau terlena dalam pelukan dingin malamMatamu terpejam, kembang masih erat kau genggamButir pasir beterbangan, sinar bulan berkilauanKau tersenyum dalam diamKau tertidur makin lelapSeperti bintang wajahmu gemerlapKudekap erat sukmamu, kuselimuti tubuhmu

Aku terjaga, pekik ombak Laut SelatanMatahari pagi di atas puncak bukit karangSebatang pohon kering, membelah matahariku'ku bertanya kepadamu,"Mimpi indahkah kau semalam?"Kiranya kini kau t'lah hilang musnahseperti namamu yang kutulis di pasirditelan ombak Pantai Laut Selatan